ISLAM SEBAGAI DOKTRIN AGAMA DAN PERADABAN MAKALAH MATA KULIAH METODE & PENDEKATAN STUDI ISLAM Dosen Pengampu: Dr. Abbas Langaji, M.Ag. Disusun Oleh: Mohammad Shofi Hidayat (2005030033) PROGRAM STUDI HUKUM ISLAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO TAHUN AKADEMIK 2020/2021 DAFTAR ISI DAFTAR ISI .................................................................................................... i BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1 A. Latar Belakang ............................................................................................1 B. Rumusan Masalah .......................................................................................2 C. Tujuan ..........................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................3 A. Islam Sebagai Doktrin .................................................................................3 B. Islam Sebagai Peradaban ..............................................................................4 BAB III KESIMPULAN ................................................................................10 DAFTAR PUSTAKA i BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran agama Islam diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, telah terdapat di dalam sumber ajarannya, AlQuran dan Hadits, dan tampak amat ideal dan agung. Namun demikian hal tersebut tidak menghilangkan stigma atau pandangan di tengah masyarakat bahwa Islam sepertinya hanya sebuah agama yang formal, isinya hanya tentang ibadah dan hanya memfokuskan berhubungan dengan Tuhan. Begitu juga, jika Islam hanya dilihat dengan satu pandangan atau satu sisi, hal tersebut menunjukkan begitu sempitnya Islam. Padahal kenyataannya, Islam tidak hanya sebatas pengertian agama, tapi juga sebagai suatu fenomena masyarakat. Lalu apa maksud sebenarnya Islam sebagai agama dan fenomena di masyarakat? Dalam makalah ini, penulis berusaha menampilkan pandangan islam sebagai doktrin agama dan peradaban. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual. Fenomena bahwa Islam merupakan agama yang universal sesungguhnya tidak hadir dalam masyarakat yang statis, maka harus dikaji. Untuk memahami hal tersebut diperlukan pendekatan yang mencakup atau melihat kajian Islam dari berbagai aspeknya. 1 B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud Islam sebagai doktrin agama? 2. Apa yang dimaksud Islam sebagai peradaban? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui arti dari Islam sebagai doktrin agama. 2. Untuk mengetahui maksud dari Islam sebagai peradaban. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Islam sebagai Doktrin Agama Pada makalah sebelumnya, telah disepakati bahwa Islam merupakan sebuah agama yang sangat kompleks, sehingga dalam memahaminya pun dibutuhkan cara yang tepat agar dapat tercapai suatu pemahaman yang utuh tentang Islam. Pembelajaran ilmu agama Islam berusaha mendudukkan Islam sebagai objek studi yang perlu dikaji dan dianalisis secara analisis kritis-rasional, objektif, historis-empiris dan sosiologis.1 Mengkaji Islam melalui nalar dan historis empiris terhadap nilai-nilai agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-Hadist harus disertai pendekatan keagamaan agar terbangun sikap dan perilaku yang memiliki komitmen, konsentrasi dan dedikasi terhadap Islam sebagai agama yang diyakini kebenarannya atas dasar wawasan keilmuan islam yang dimilikinya. Kajian Islam membutuhkan metodologi dan pendekatan yang mengharuskan pengkajinya memperhatikan secara seksama untuk memisahkan antara religion studies (studi keagamaan) dan religious studies (studi keberagamaan) dalam masyarakat muslim. Kajian Islam yang ideal harus melibatkan dua objek sekaligus, yaitu objek materialnya (sasaran telaah) maupun objek formalnya (cara telaah). Menurut Rozali, agama Islam sebagai sasaran kajian dapat dikategorikan menjadi tiga. Pertama, Islam sebagai doktrin dari tuhan yang kebenarannnya 1 Martini, Makalah: Islam sebagai Agama dan Objek Kajian, (Palopo:IAIN Palopo, 2020), hal. 3 3 bagi pemeluknya sudah final, dalam arti absolut, dan diterima secara apa adanya. Kedua, sebagai gejala budaya yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya. Ketiga, sebagai interaksi sosial yaitu realitas umat Islam. Dapat dipahami bahwa studi Islam memiliki cakupan makna, pembagian, dan juga bidang garap yang berbeda. Namun titik tekan utamanya terletak pada ajaran Islam pada hakikatnya bersumber dari nash Al-Qur’an dan Hadits. 2 Menurut Amin Abdullah, agama Islam sebagai sasaran atau objek dalam studi atau kajian Islam, dalam istilahnya sebenarnya dapat disimplifikasikan (disederhanakan) ke dalam dua kategori yakni dimensi normativitas Islam atau Islam normatif dan dimensi historisitas Islam atau Islam historis.3 Dimensi Islam normatif ini dapat disebut juga Islam sebagai doktrin agama. Islam sebagai agama mempunyai makna bahwa Islam memenuhi tuntutan kebutuhan manusia dimana saja berada sebagai pedoman hidup baik bagi kehidupan duniawi, maupun bagi kehidupan sesudah mati. Dimensi ajaran Islam memberikan aturan bagaimana caranya berhubungan dengan Tuhan, serta aturan bagaimana caranya berhubungan dengan sesama mahluk, termasuk didalamnya persoalan hubungan dengan alam sekitar atau lingkungan hidup. Pada umumnya kajian normatif agama Islam dikembangkan oleh sarjana Muslim untuk memperoleh ilmu pengetahuan atas kebenaran keagamaan (Islam).4 Islam sebagai ajaran (doktrin), yang terwujud dalam bentuk wahyu 2 M. Rozali, Metodolgi Studi Islam Dalam Perspectives Mutydisiplin Keilmuan, (Depok: PT. Rajawali Buana Pusaka, 2020), hal. 3-4 3 M. Amin Abdullah, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas? (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999). 4 M. Muniron, Artikel: Studi Islam, Makna, dan Sasaran Kajian, (Kediri: IAIN Kediri, 2015), hal. 2 4 ilahi yang terhimpun di dalam al-Qur’an dan dalam bentuk as-Sunnah yakni panduan Rasulullah saw bagi umatnya yang terhimpun dalam Hadis. Dalam hal ini, Studi Islam bertumpu pada studi kewahyuan yang diwujudkan dalam bentuk matakuliah sumber al- Qur’an dan Hadits. Agama Islam sebagai ajaran secara garis besar meliputi tiga aspek, yaitu: Aqidah, Syari’ah dan Akhlak.5 B. Islam sebagai Peradaban Secara aksiologis, studi Islam, khususnya bagi kalangan internal umat Islam, lebih dimaksudkan untuk tujuan memperoleh pemahaman yang mendalam dan benar mengenai agama Islam dalam berbagai aspeknya, agar kemudian umat Islam dapat melaksanakan dan mengamalkannya secara benar dan tepat. Islam historis atau peradaban merupakan Islam produk sejarah sebagaimana dipahami dan dipraktekkan oleh umat Islam yang kemudian melahirkan suatu peradaban (Islam). Islam historis ini lebih sebagai hasil dari kreasi dan produk sejarah manusia. Dengan kata lain, Islam historis merupakan produk dari ijtihad umat Islam yakni penggunaan akal semaksimal mungkin untuk memikirkan, memahami dan menafsirkan ajaran agama Islam-normatif (wahyu). Dengan demikian, sebenarnya wahyu (Islam-normatif) keberadaannya menempati posisi sebagai landasan atau sumber (utama), sedangkan Islam historis adalah merupakan kepanjangan tangan dan elaborasi lebih jauh dari wahyu (Islamnormatif) dengan melalui aktivitas ijtihad kemanusiaan sebagai media dan sarananya.6 Maka disinilah peran Studi Islam sebagai disiplin ilmu untuk 5 Abuy Sodikin dan Badruzzaman, Metodologi Studi Islam, (Bandung: Tunas Nusantara, 2000), hal. 25 6 M. Muniron, Artikel: Studi Islam, Makna, dan Sasaran Kajian,…… hal. 5-12 5 menggali ajaran-ajaran Islam yang asli dan murni, dan yang bersifat manusiawi sebagai rahmatan lil’alamin. Dalam hal pembahasan ilmu ketika dihubungkan dengan kajian Islam, pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian besar. Pertama yakni ilmu-ilmu tanziliyah, yaitu ilmu-ilmu yang dikembangkan akal manusia terkait nilai-nilai yang diturunkan Allah SWT, baik dalam kitab-Nya maupun hadits atau Sunnah Rasulullah SAW. Kedua, adalah ilmu-ilmu kauniyah yaitu ilmu-ilmu yang dikembangkan akal manusia karena interaksinya dengan alam atau lingkungan sekitar.7 Ilmu tanziliyah telah banyak berkembang sedemikian rupa menjadi cabang-cabang yang sangat banyak, diantaranya ulumul qur’an, ulumul hadits, ushul fiqh, fiqh, sirah nabawiyah, dan masih banyak lagi. Sedangkan ilmu kauniyah, oleh karena berhubungan dengan pemahaman akal dan pengamalan manusia dengan sekitar yang acuannya bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits, maka banyak sekali melahirkan cabang-cabang ilmu yang dapat dikategorikan menjadi 2 cabang besar, yaitu ilmu alam, dan ilmu sosial. Ilmu alam merupakan ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam. Dalam kaitan studi islam ditinjau dari aspek ilmu alam, islam bersikap terbuka dan selektif. Bagaimanapun, Islam merupakan sebuah paradigma terbuka. Ia merupakan mata rantai peradaban dunia ilmu dan teknologi. Hubungan agama Islam dengan ilmu pengetahuan bidang alam dapat dilihat dalam Firman Allah Ta’ala pada Q.S. Al-Alaq/96: 1-2: ِ َّ َ ِاِقْرأْ ِِبس ِم رب ِ سا َن ِم ْن َعلَق َ ْ َ َ ْك الذ ْي َخلَ َق َخلَ َق ْاْلن 7 Faisar Ananda Arfa, dkk, Metode Studi Islam Jalan Tengah Memahami Islam, (Depok: PT. Raja Grafindo Persada, 2015), hal. 39-40 6 Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Dari ayat diatas, kata “”علَق َ ditinjau dari aspek kajian islam normative, hal tersebut telah selesai, final atau pasti. Namun dalam perspektif islam sebagai objek studi Islam secara historis, hal tersebut mengundang rasa ingin tahu lebih terkait makna yang terkandung di dalamnya, sehingga seperti kita tahu bahwa terdapat ahli multidisiplin ilmu mengartikannya dari asal kata ِ َع ِل َق – ي َعلَ ًقا- عل ُق َ yang berarti “sesuatu yang menempel” Selanjutnya, arti dari keilmuan social dalam studi islam, yaitu ilmu-ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Masalahmasalah social telah menghantui manusia sejak adanya peradaban manusia, karena dianggap mengganggu kesejahteraan hidup masing-masing. Maka hal ini merangsang masyarakat untuk mengidentifikasi, menganalisis, memahami, dan memikirkan cara untuk mengatasinya. Di masa lampau, pada waktu belum ada ahli-ahli ilmu social, masyarakat yang biasanya peka terhadap adanya masalahmasalah social merupakan para ahli filsafat, pemuka agama, dan para ahli politik serta kenegaraan. Walaupun demikian, pusat perhatian studi mereka bukanlah pada masalah-masalah social itu sendiri, tetapi pada usaha untuk memahami hakikat manusia, kehidupan social, ekonomi, dan politiknya, masyarakat, dan kebudayaan. Masalah social dilihat sebagai hasil atau akibat dari adanya proses perubahan social dan perubahan kebudayaan. Diantara Firman Allah yang mengandung isyarat terkait dengan ilmu social politik salah satunya dalam Q.S. Ali Imran/3:159: ِفَبِما ر ْْحة ِمن ه ِ ظ الْ َقل ف َع ْن ُه ْم َ ت فَظًّا غَلِ ْي ُ ك ۖ فَا ْع َ ِْب َْلنْ َفض ُّْوا ِم ْن َح ْول َ ت ََلُ ْم َولَ ْو ُك ْن َ اّلل لِْن َ ََ َ ِ ِت فَ ت وَّكل علَى ه ِِ اّلل ۗ اِ َّن ه ي ُّ اّللَ ُُِي َ ْ َ َ َ استَ غْ ِف ْر ََلُ ْم َو َشا ِوْرُه ْم ِِف ْاْلَ ْم ِر فَاذَا َع َزْم َ ْ ب ال ُْمتَ َوكل ْ َو 7 Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal. Dikutip dari tafsir Kementerian Agama, ayat diatas bila ditinjau dari sejarah turunnya wahyu, menjelaskan bahwa ayat tersebut turun untuk memberi petunjuk kepada Rasulullah bahwa meskipun dalam keadaan genting, seperti terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum Muslimin dalam Perang Uhud sehingga menyebabkan kaum Muslimin menderita, tetapi Rasulullah tetap bersikap lemah lembut dan tidak marah terhadap para pelanggar itu, bahkan memaafkannya, dan memohonkan ampunan dari Allah untuk mereka. Andaikata Nabi Muhammad SAW bersikap keras, berhati kasar tentu mereka akan menjauhkan diri dari Beliau. Begitu pula Firman Allah yang mengandung isyarat terkait dengan ilmu social ekonomi salah satunya dalam Q.S. At-Muthaffifin/83: 1-3: ۖ ِ ِِ ن ِ ي الَّ ِذيْ َن اِ َذا ا ْكتَالُْوا َعلَى الن َّاس يَ ْستَ ْوفُ ْو َن َواِ َذا َكالُْو ُه ْم اَ ْو َّوَزنُ ْو ُه ْم َ ْ ْمطَفف ُۗ َويْ ٌل لل ُُيْ ِس ُرْو َن :Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)! (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi. Terdapat pula Firman Allah yang mengandung isyarat terkait dengan ilmu social hukum salah satunya dalam Q.S. An-Nisa’/4: 11: ِ ص ْي ُكم ه َّ ِف اَ ْوَْل ِد ُك ْم ل ِ ْ َلذ َك ِر ِمثْل َح ِظ ْاْلُنْثَي ...... ي ْْٓ ِ ُاّلل ُ يُ ْو ُ Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan….. 8 Selanjutnya Firman Allah yang mengandung isyarat terkait dengan ilmu social pendidikan salah satunya dalam Q.S. Ali Imran /2: 190 ِ ِ الس هم هو ِوِل ْاْلَلْبَ ن ِ َُّها ِر َ هْليهت ِْل ِ ت َو ْاْلَ ْر اب َّ اِ َّن ِ ْف َخل ِْق َ ض َوا ْختِ ََلف الَّْي ِل َوالن Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, Untuk mencapai kepada keadaan yang mampu bersentuhan dengan berbagai persoalan actual berkaitan dengan dimensi kehidupan, manusia memerlukan pendekatan yang relevan. Agama tidak cukup dipahami dari suatu pendekatan saja, melainkan harus dipahami dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan yang komprehensif dan actual. Seseorang yang ingin memahami agama dalam hubungannya dengan berbagai masalah tersebut perlu melengkapi diri dengan ilmu-ilmu bantu. Pemahaman agama yang komprehensif, dan actual telah memberikan petunjuk praktis tentang bagaimana ilmu agama itu dipelajari dan diajarkan. Dengan cara ini umat Islam dapat memahami agama yang utuh dan integral, juga dapat mengembangkan dan merespon berbagai persoalan actual dan kontemporer. 9 BAB III KESIMPULAN Agama Islam sebagai objek kajian Islam, dalam istilahnya dapat disederhanakan ke dalam dua kategori yakni dimensi Islam normatif dan dimensi Islam historis.8 Dimensi Islam normatif ini disebut juga Islam sebagai doktrin agama. Sedangkan Islam historis merupakan Islam produk sejarah sebagaimana dipahami dan dipraktekkan oleh umat Islam yang kemudian melahirkan suatu peradaban Islam. Islam historis lebih sebagai hasil dari kreasi dan produk sejarah manusia atau dari ijtihad umat Islam yakni penggunaan akal semaksimal mungkin untuk memikirkan, memahami dan menafsirkan ajaran agama Islam-normatif. Kajian Islam dalam aspek historis dibagi menjadi dua bagian besar. Pertama yakni ilmu-ilmu tanziliyah, yaitu ilmu-ilmu yang dikembangkan akal manusia terkait nilai-nilai yang diturunkan Allah SWT, baik dalam kitab-Nya maupun hadits atau Sunnah Rasulullah SAW, seperti ulumul qur’an dan ulumul hadits. Kedua, adalah ilmu-ilmu kauniyah yaitu ilmu-ilmu yang dikembangkan akal manusia karena interaksinya dengan alam atau lingkungan sekitar, seperti ilmu pengetahuan alam atau sains, dan ilmu pengetahuan social yang kemudian bercabang kembali ditinjau menjadi aspek ekonomi, politik, hukum, pendidikan, dan lainya Agama tidak cukup dipahami dari suatu pendekatan saja, melainkan harus dipahami dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan yang komprehensif dan actual. Seseorang yang ingin memahami agama dalam hubungannya dengan berbagai masalah tersebut perlu melengkapi diri dengan ilmu-ilmu bantu. 8 M. Amin Abdullah, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas? (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999). 10 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M. Amin. 1999. Studi Agama: Normativitas atau Historisitas? Yogyakarta: Pustaka Pelajar Arfa, Faisar Ananda, dkk. 2015. Metode Studi Islam Jalan Tengah Memahami Islam. Depok: PT. Raja Grafindo Persada Rozali, M. 2020. Metodolgi Studi Islam Dalam Perspectives Mutydisiplin Keilmuan, Depok: PT. Rajawali Buana Pusaka Sodikin, Abuy dan Badruzzaman. 2000. Metodologi Studi Islam. Bandung: Tunas Nusantara Martini. 2020. Makalah: Islam sebagai Agama dan Objek Kajian. Palopo: IAIN Palopo M. Muniron. 2015. Artikel: Studi Islam, Makna, dan Sasaran Kajian. Kediri: IAIN Kediri. http://repository.iainkediri.ac.id/19/3/BAB%20I.pdf Kemenag RI, Al-Qur’an dan Terjemahan. https://quran.kemenag.go.id/