MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ------------------- LAPORAN PELAKSANAAN SERAP ASPIRASI MASYARAKAT BADAN PENGKAJIAN MPR RI OLEH: DR. ANDREAS HUGO PAREIRA A - 237 DENGAN PARA KEPALA SATUAN PENDIDIKAN SE - KABUPATEN ENDE, NUSA TENGGARA TIMUR 25 OKTOBER 2O2O Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia 2020 1 LAPORAN PELAKSANAAN SERAP ASPIRASI MASYARAKAT BADAN PENGKAJIAN MPR RI OLEH ANGGOTA MPR RI DI DAERAH PEMILIHAN TAHUN 2020 A. PENDAHULUAN MPR terdiri atas anggota DPR dan DPD yang terpilih melalui Pemilihan Umum. MPR merupakan lembaga permusyawaratan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara. Berdasarkan ketentuan pasal 5 Undang Undang Nomor 17 tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dam DPRD, MPR mempunyai tugas : a. Memasyarakatkan ketetapan MPR b. Memasyaratkan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika c. Mengkaji sistem ketatanegaraan, Undang – Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta pelaksanaannya, dan d. Menyerap Aspirasi Masyarakat berkaitan dengan pelaksanaan Undang – Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut, Anggota MPR berkewajiban melaksanakan kegiatan menyerap aspirasi dari masyarakat di daerah pemilihannya. Kegiatan penyerapan aspirasi masyarakat yang dilakukanoleh setiap anggota MPR dengan masyarakat, merupakan wadah untuk berdialog dengan masyarakat agar anggota MPR lebih dekat dengan masyarakat serta sebagai wadah untuk menampung saran dan pendapat dari masyarakat mengenai pelaksanaan nilai – nilai luhur bangsa dalam kehidupan bermasyarakat, 2 berbangsa, dan bernegara sebagaimana terdapat pada Pancasila, Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika. B. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Undan – Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD 3. Peraturan MPR Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. C. TUJUAN 1. Untuk mendapatkan masukan dan saran dari masyarakat terhadap pelaksanaan Pancasila, Undang – Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Lebih memasyarakatkan dan membudayakan pentingnya membangun komunikasi antara masyarakat dengan wakilnya dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 3. Untuk bertatap muka langsung dengan siswa siswi penerima Program Indonesia Pintar di Sekolah Menengah Atas Katolik Yos Sudarso, Ende. 3 D. PELAKSANAAN 1 Nama : SMK Negeri 1 ENDE Instansi/organisasi 2 Provinsi/kab./kota : Nusa Tenggara Timur / Ende 3 Tempat Pelaksanaan : Aula SMK Negeri 1 ENDE 4 Tanggal Pelaksanaan : 25 Oktober 2020 5 Narasumber Anggota : Dr. Andreas Hugo Pareira 6 Jumlah Peserta : 150 (seratus lima puluh) orang E. PERTANYAAN DAN USULAN 1. Dalam masa pandemic Covid 19 ini, masyarakat khususnya dunia Pendidikan dihadapkan pada situasi yang sulit dalam mengeksekusi proses belajar mengajar, bagaimana peran pemerintah untuk mempermudah proses belajar mengajar khususnya yang ada di Flores? 2. Apakah Dana Beasiswa dari Program Indonesia Pintar Aspirasi ini bisa digunakan untuk membeli pulsa atau smartphone demi menunjang proses Pembelajaran Jarak Jauh? 3. Apakah untuk wilayah – wilayah yang sudah masuk ke dalam zona hijau bisa melakukan proses pembelajaran tatap muka terbatas secara langsung? 4. Apakah siswa/siswi yang belum mendapatkan beasiswa Program Indonesia Pintar (PIP) Aspirasi di tahun ini bisa mendapatkan kesempatan di tahun mendatang? 5. Masih banyak siswa – siswa yang tidak mampu yang masih belum tersentuh oleh bantuan pemerintah, harapan kedepannya agar pendataan untuk pengusulan dan kuota untuk peserta didik di tambahkan. 4 F. SARAN DAN MASUKAN Salah satu karakteristik Indonesia sebagai negara dan bangsa adalah kebesaran, keluasan wilayah dan kemajemukan suku bangsa. Konsep pokok para pendiri bangsa Indonesia tidak mengalami perubahan, tetapi sebagian bersifat teknik instrumental mengalami penyesuaian pada generasi bangsa saat ini. Sebagai negara kebangsaan, negara kita terdiri dari berbagai ikatan primordial (agama, suku, ras, daerah, bahasa, budaya, dan adat) yang ingin bersatu (integrasi) secara kokoh, tetapi sekaligus ingin dibangun secara demokratis agar semua aspirasi berbagai ikatan primordial itu mendapatkan saluran (Mahfud, 2009). Pancasila sebagai dasar negara, UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 1945 sebagai landasan konstitusional, NKRI sebagai wadah pemersatu bangsa, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semangat perekat persatuan kemajemukan merupakan kesepakatan (resultante) rakyat Indonesia yang dijadikan sebagai conditio sine quanon dalam hidup bersama dan mencapai tujuan bersama dalam organisasi Negara Indonesia. Undang – Undang sebagai dasar negara kita menjamin bahwa Negara harus bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa. Komitmen ini diwujudkan melalui pos anggaran Pendidikan yang ditentukan di dalam APBN kita setiap tahunnya, dimana 20% dari APBN tahun tersebut diperuntukan untuk sektor Pendidikan. Sehingga, sebagai anggota DPR/MPR yang juga bertugas di Komisi X dimana mitranya adalah Kementerian Pendidikan, sudah menjadi tanggung jawab kami untuk memastikan anggaran yang sudah disahkan tersebut benar-benar terwujud dalam bentuk program yang langsung berdampak pada dunia Pendidikan kita. Salah satunya yang sudah menjadi Program andalan Pemerintahan Jokowi semenjak beliau dilantik di tahun 2014 yang lalu adalah Program Indonesia Pintar. Program ini diperuntukan bagi peserta didik di tingkat SD, SMP, SMA dan SMK yang berasal dari keluarga tidak mampu dan kesulitan dalam hal pembiayaan tagihan sekolah. PIP ini dapat berasal dari dua (2) sumber yaitu PIP Reguler yang 5 datanya berasal dari Dinas Pendidikan yang ada di Kabupaten, Kota, maupun Provinsi dan PIP Aspirasi yang merupakan jatah Anggota DPR Komisi X untuk peserta didik yang kurang mampu yang ada di Daerah Pemilihan Anggota bersangkutan. Kegiatan Serap Aspirasi yang saya lakukan ini lah untuk kembali duduk bersama para kepala satuan Pendidikan, untuk mendengar keluhan, masukan, maupun aspirasi mereka mengenai Beasiswa Program Indonesia Pintar baik yang reguler maupun aspirasi yang sudah berjalan. Banyak saran yang kami terima mulai dari pendataan peserta didik yang masih belum optimal, kuota peserta didik penerima beasiswa yang harus ditambahkan, juga nominal beasiswa yang harus diperbesar. Semua saran ini tentu tujuannya untuk memajukan dunia Pendidikan khususnya di Nusa Tenggara Timur. Selain mengenai Program Indonesia Pintar, banyak perwakilan dari sekolah yang juga menanyakan peruntukan dana BOS dan status Guru Honorer yang ada di Nusa Tenggara Timur. Dana BOS sekarang sudah diputuskan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim melalui Permendikbud No. 8 Tahun 2020 mengenai Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Reguler, dimana pemanfaataanya sudah lebih “fleksibel” selain untuk kebutuhan fisik sekolah bisa juga digunakan untuk membayar gaji para guru honorer terutama mereka yang sudah terdaftar di Nomor Induk Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPT). 6 G. PENUTUP Demikian terlaksananya kegiatan Aspirasi Masyarakat ini diharapkan sebagai umpan balik bagi anggota dalam rangka menampung aspirasi dari masyarakat khususnya dunia Pendidikan tentang bagaimana proses belajar mengajar belangsung di masa pandemic Covid 19 ini. Demikian laporan kegiatan ini dibuat, dengan harapan laporan ini dapat memberikan gambaran mengenai pelaksanaan kegiatan penyerapan aspirasi masyarakat oleh Anggota MPR RI. Jakarta, 3 November 2020 Anggota MPR RI, (Dr. Andreas Hugo Pareira) A-237 7 MAKALAH Pandemi Covid-19 yang melanda dunia sudah lebih dari enam bulan terakhir ini berdampak terhadap perubahan aktifitas belajar-mengajar. Tak terkecuali di negeri ini, sejak medio Maret aktifitas pembelajaran daring (online learning) menjadi sebuah pilihan kementerian pendidikan dan kebudayaan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 semakin meluas. Praktik pendidikan daring (online learning) ini dilakukan oleh berbagai tingkatan jenjang pendidikan sejak tingkat SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Tidak ada lagi aktifitas pembelajaran di ruang-ruang kelas sebagaimana lazim dilakukan oleh tenaga pendidik: guru maupun dosen. Langkah yang tepat namun tanpa persiapan yang memadai. Akibatnya banyak tenaga pendidik gagap menghadapi perubahan drastis ini. Sementara itu praktis tidak ada cara lain untuk meminimalisir penyebaran Covid19 selain dengan membatasi perjumpaan manusia dalam jumlah yang banyak. Pemerintah pun membatasi pertemuan, maksimal 30-40 orang. Itupun dengan protokol kesehatan yang sangat ketat: penggunaan masker, menjaga jarak minimal 1,5 meter, mencuci tangan memakai sabun. Hal ini didasarkan pada pendapat para ahli kesehatan di seluruh dunia setelah mereka melakukan riset bagaimana memutus mata rantai Covid-19. Arena sekolah, sebagai ruang belajar mengajar antara murid dengan guru, mahasiswa dengan dosen pun pada akhirnya dilarang dilakukan. Sebagai gantinya yakni pembelajaran secara daring. Perubahan sangat cepat ini tanpa diiringi persiapan yang memadai sebelumnya, akibatnya banyak kegagapan menghadapinya. Hal ini pun diakui oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. Nadiem berpendapat, "kita harus jujur proses adaptasi ke online learning juga sangat sulit. Paling tidak masih ada pembelajaran terjadi daripada 8 sama sekali tidak ada pembelajaran”. Statemen pelipur lara, ketimbang langkah cepat menyiapkan infrastruktur. Sayangnya hingga memasuki tahun ajaran baru ini pun belum nampak gerak revolusioner dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan maupun jajaran kementeriannya dalam menyiapkan sarana-prasarana pembelajaran daring. Pemberian kuota internet, ini yang penulis dengar dari sekolah-sekolah, itupun yang di kota-kota besar. Sementara jika melongok ke daerah, masih jauh panggang dari api. Pembelajaran yang dipaksakan, demikian sepintas terlihat. Pilihan sulit di tengah situasi yang tidak menentu pula. Covid-19 sebagai makhluk hidup yang berupa mikroorganisme ini harus diputus mata rantainya, akibat penularannya yang dilakukan melalui perjumpaan antarmanusia. Maka perlu dilakukan langkah-langkah strategis taktis dalam menghadapinya. Pembelajaran daring yang belum dipersiapkan secara matang ini tentu berdampak terhadap metode pembelajaran yang dilakukan oleh para tenaga pendidik. Demikian pula penerimaan atas pembelajaran dari para peserta didik pun sangat beragam, seringkali tidak memahami materi maupun penyampaian dari guru. Terlebih orang tua atau wali muridnya. Lagi-lagi mengalami gegar pembelajaran yang luar biasa. Orang tua yang sibuk bekerja dengan terpaksa harus mendampingi anak-anak mereka pada saat jam pembelajaran daring. Anak-anak yang biasanya di sekolah, berubah seketika untuk melakukan aktifitas pembelajaran di rumah. Untuk level SMP, SMA, hingga perguruan tinggi barangkali tidak terlalu mengkhawatirkan. Namun untuk level SD bahkan SMP, tidak sedikit orang tua siswa yang mengeluh akibat pembelajaran daring ini. Sekurang-kurangnya keluhan ini yang dialami oleh teman-teman penulis. Tidak sedikit guru yang sekadar memberikan tugas kepada para muridnya, melalui aplikasi pesan grup daring yakniaplikasi whatsapp. Guru membuat grup dengan para orang tua/wali murid untuk update apa saja yang perlu dilakukan tiap harinya selama proses pembelajaran. Lalu pada sore hari guru akan 9 mengoreksi dan mengabsen siapa murid yang tidak atau belum mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru. Hemat penulis metode ini memiliki banyak kelemahan karena aplikasi pesan daring dari aplikasi whatsapp ini sesungguhnya bukan medium untuk mendukung aktifitas pembelajaran. Repotnya, tidak sedikit para guru yang memahami cukup menggunakan aplikasi whatsapp untuk mendukung aktifitas pembelajaran. Apakah salah menggunakan aplikasi pesan daring tersebut? Memang bukan benar salah, namun tepatkah penggunaan aplikasi pesan daring ini sebagai medium pembelajaran di saat krisis Covid-19. Untuk sesekali digunakan barangkali tidak masalah, namun jika digunakan setiap hari dari Senin-Jumat selama berbulanbulan maka akan berdampak tidak sehat bagi pembelajaran itu sendiri. Cerita dari ponakan penulis sendiri yang sekolah di SMP dan SMA negeri terfavorit di kota gudeg, ternyata hanya hitungan jari saja yang gurunya memiliki kemampuan beradaptasi dengan pendidikan daring ini. Adapun para guru yang dapat diandalkan yaitu mereka yang berada di usia milenial, kelahiran di atas tahun 1981-an. Kelompok guru ini sangat adaptif dan cepat mengikuti perubahan dan semangat pembelajaran daring di masa adaptasi kebiasaan baru ini. Aplikasi pesan daring sesungguhnya adalah medium yang sangat privat, untuk saling bertukar informasi satu dengan yang lainnya. Apapun bidangnya. Bukan didesain sebagai tools untuk aktifitas pembelajaran yang masif antara guru dengan para muridnya. Belakangan ramai digunakan aplikasi untuk mendukung pembelajaran dengan menggunakan zoom yang paling populer, selain juga google classroom. Dapat dilakukan secara interaktif hingga ratusan bahkan ribuan orang dalam sekali aktifitas. Problemnya adalah tidak semua orang tua siswa kita memiliki kemampuan untuk memiliki perangkat laptop atau smartphone yang mendukung untuk menginstall aplikasi zoom ke piranti mereka. 10 Slogan “Merdeka Belajar” yang digaungkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nampaknya belum menggugah para guru, apalagi para murid dalam implementasi pembelajaran daring. Pendidikan sebagai cara untuk melakukan transformasi gagasan, membangun karakter diri seseorang tentang nilai-nilai disiplin, integritas, respek kepada orang lain, menghormati hak-hak dan kewajiban warga negara, menghargai ruang privat dan publik secara seimbang nampaknya belum terlalu menjadi kelaziman di dunia pendidikan kita. Mencermati perkembangan penyelenggaraan pendidikan hamper satu tahun ini, menandakan bahwa, terpaan pandemic covid 19, di satu sisi membawa dampak-dampak negatif namun, di sisi yang lain, melecut kreatifitas dan inovasi baru sebagai tuntutan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Sekolah, para guru dan tenaga kependidikan, siswa dan orang tua sadar untuk bertahan dan berubah. Satu kondisi yang tidak bisa tidak (condition sine qua non), mau tidak mau harus menyesuaikan diri jika ingin bertahan dan berjalan. Pembelajaran secara daring, luring maupun tatap muka diwajibkan dalam disiplin kesehatan tinggi. Kesehatan dan keselamatan siswa menjadi tujuan utama, bukn bertujuan untuk menghabiskan kurikulum. Pemerintah kabupaten Sikka melalui Dinas Pendidikan merencanakan rapat koordinasi dengan para pihak, ketika semua sistem dan perangkat pendidikan dalam adaptasi kebiasaan baru telah rampung, termasuk dasar-dasar kebijakan yang perlu dibuat dan ditetapkan. 11 Koordinasi memang sangat dibutuhkan karena, kabupaten menjadi lokus dimana berbagai jenjang pendidikan ada, dengan kewenangan masing-masing. Kabupaten memiliki kewenangan pada satuan pendidikan TK, SD dan SMP, sedangkan satuan pendidikan SLB, SMA dan SMK menjadi kewenangan provinsi. Di sini, dibutuhkan koordinasi antara Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten supaya adaptasi kebiasaan baru di sektor pendidikan berjalan sinergis dan efektif untuk proses dan hasil, tetapi juga sekaligus menjadi bagian yang akan memutus mata rantai penularan covid 19. Meskipun demikian, perlu perhatian serius dari pemangku kepentingan terhadap sejumlah faktor keberlanjutan pendidikan berkualitas. Berkualitas dalam proses dan berkualitas dalam hasil. Beberapa kesulitan yang ditemukan, dapat dilapotkan sebagai berikut : 1. Kekurangan jangkauan jaringan internet. 2. Kekurangan android 3. Pemanfaatan aplikasi online cukup memakan biaya. 4. Perlunya adaptasi pola belajar online dan metode pembelajaran daring oleh para guru. 5. Kontrol atas aktivitas belajar siswa dan kualitas pembelajaran serta kualitas evaluasi. Diperlukan mekanisme control terhadap 8 (delapan) standar pendidikan nasional yaitu : standar kompetensi lulusan, standar isi, standar 12 proses, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan pendidikan dan standar penilaian pendidikan. Sejumlah kesulitan tersebut di atas menjadi tantangan penetapan kebijakan pendidikan secara komprehensif yang berbasis pada adaptasi kebiasaan baru, atau kebijakan yang sensitif pandemic. Diperlukan regulasi nasional untuk membingkai seluruh gerak penyelenggaraan pendidikan di daerah sehingga pada akhirnya penerapan strategi dan pola baru KBM menjadi efektif dan efisien untuk tujuan besar Pembangunan Kualitas Sumber Daya Manusia sebagaimana visi Presiden Jokowi pada periode kedua pemerintahan beliau. *Makalah ini diambil dari Kompas.com dengan judul "Pendidikan Daring di Masa Covid-19", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/edu/read/2020/08/12/112834471/pendidikan-daring-di-masa- covid-19?page=all. 13 PAPARAN NARASUMBER PENYELENGGARAN PENDIDIKAN ERA PANDEMI Oleh : Bpk. Emanuel Kolfidus ( Anggota DPRD Provinsi NTT) Setelah pengumuman resmi adanya pandemic covid 19 di Indonesia, Maret 2019, dunia pendidikan menjadi satu sektor yang benar-benar terdampak. Pandemic covid 19 di Indonesia menggangu tatanan sistem pembelajaran dan penyelenggaran pendidikan, dari sebelumnya mengutamakan sistem belajar tatap muka, harus diganti dengan sistem belajar tanpa tatap muka. NTT memperkenalkan sistem belajar online, offline dan manual. Pelaksanaan sistem belajar dengan tiga metode tersebut, disesuaikan dengan situasi pandemik covid 19 di masing-masing pemerintahan kabupaten/kota. Pada awal-awal pandemic di NTT, dimana kabupaten Sikka masih berada pada zona hijau (nol kasus), pemerintah menerapkan kebijakan sistem belajar tatap muka dan tatap muka terbatas, dengan protokol kesehatan covid 19. Kebijakan tersebut dapat diklasifikasi atas : 1. Belajar tatap muka dengan sistem shif, dimana siswa dibagi lagi atas kelompok-kelompok dengan jumlah lebih kecil, dan belajar di sekolah tatap muka dengan guru. 2. Untuk anak-anak SD, pemerintah menerapkan sistem belajar tatap muka terbatas dengan sistem kunjungan guru; guru mengungji kelompokkelompok siswa dengan jumlah terbatas dari satu tempat ke tempat lainnya, setiap hari, sesuai dengan jam dan jenis mata mata pelajaran. Namun, ketika sudah mulai ada kasus terkonfirmasi positif (zona merah), pemerintah menerapkan kebijakan belajar tanpa tatap mula, yang disebut belajar dari rumah (BDR). Sistem belajar ini menggunakan pola online, offline 14 atau manual, sesuai keadaan sekolah masing-masing. Lengkapnya dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Bagi sekolah-sekolah yang memiliki jaringan internet yang baik dan siswa memiliki hp android, menerapkan sistem belajar online. Aplikasi yang paling umum digunakan adalah google classroom dan zoom meeting. 2. Bagi sekolah-sekolah yang kesulitan jaringan internet dan siswa umumnya tidak memiliki hp android, sekolah menerapkan sistem belajar offline (tatap muka dengan kelas terbatas). 3. Bagi sekolah-sekolah yang sama sekali tidak tersedia jangkauan jaringan internet, menerapkan sistem belajan manual, dimana sekolah menyiapkan lembar kerja setiap hari, diambil oleh siswa atau orang tua kemudian nanti dikumpulkan jika ada penugasan yang harus diselesaikan oleh siswa. 4. Pemerintah Kabupaten Sikka, juga sempat memperkenalkan sistem belajar melalui radio. Namu n hal ini tidak berlangsung lama, karena berberapa alas an, salah satunya, tidak semua siswa atau orang tua siswa memiliki peswat radio. Dalam perjalanan, sesuai dinamika kasus pandemic Covid 19, dimana beberapa kali kabupaten Sikka masuk zona merah, kemudian kembali ke zona hijau, diikuti dengan penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru (New Normal), maka Bupati Sikka mengeluarkan sejumlah kebijakan strategis, sebagai berikut : 1. Bagi sekolah-sekolah yang aman, dilakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka, dari tingkat TK, SD, dan SMP. (Surat Edaran Bupati Sikka, NomorPKO.421/35/VIII/2020 tertanggal 31 Agustus 2020. 15 2. Kepala Satuan pendidikan memastikan ketersediaan fasilitas kesehatan untuk penerapan 3M, serta termhogun, dan kegiatan pemetaan maupun adanya indikasi kondisi medis penyerta (comordity), pelaku perjalanan dan kontak erat. 3. Bagi satuan pendidikan yang tidak siap dengan syarat sebagaimana point 2, tidak diperkenakan menerapkan KBM tatap muka. 4. Setiap Satuan Pendidikan wajib memiliki satuan darurat covid 19. 5. Sekolah harus mendapatkan persetujuan orang tua yang dituangkan dalam berita acara tentang pelaksanaan KBM terbatas di sekolah. 6. Jika orang tua berkeberatan, anaknya dapat menggunakan sistem belajar daring dengan fasilitas disediakan oleh orang tua. 7. Kepala Satuan Pendidikan, guru, tenaga kependidikan maupun siswa harus dipastikan sehat. 8. Wajib diterapkan disiplin protokol kesehatan covid 19, terutama 3M, oleh semua warga sekolah, baik di lingkungan ssekolah maupun dalam perjalanan pergi dan pulang dari sekolah. 9. Pembagian gelombang KBM, yaitu : a. Gelombang I : pukul 07.30 – 09.30 wita b. Gelombang II : pukul 10.00 – 12.00 wita c. Gelombang III : pukul 14.00 – 16.00 wita 10.Pembukaan dan penutupan KBM di setiap satuan pendidikan hanya berdasarkan rekomendasi Satuan Gusus Tugas Covid 19 Kabupaten Sikka. Demikian kebijakan penyelenggaraan pendidikan secara khusus di Kabupaten Sikka selama pandemic covid 19. Beberapa kesulitan yang ditemukan, dapat dilapotkan sebagai berikut : 6. Kekurangan jangkauan jaringan internet. 7. Kekurangan android 16 8. Pemanfaatan aplikasi online cukup memakan biaya. 9. Perlunya adaptasi pola belajar online dan metode pembelajaran daring oleh para guru. 10.Kontrol atas aktivitas belajar siswa dan kualitas pembelajaran serta kualitas evaluasi. 17 DOKUMENTASI KEGIATAN 18 19 20 21 22