Uploaded by User74210

BAB II Teori Fix Katharine Kolcaba

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Latar Belakang Teori/ Sejarah
Teori kenyamanan pertama kali dikenal sekitar tahun 1990 an oleh
seorang tokoh bernama Katharine Kolcaba. Kolcaba lahir di Cleveland, Ohio
pada tanggal 8 Desember 1944. Pada tahun 1965, ia menerima diploma di bidang
keperawatan dan praktek paruh waktu selama bertahun-tahun dalam keperawatan
medikal bedah, perawatan jangka panjang, dan home care sebelum kembali
melanjutkan pendidikan. Pada tahun 1987, ia lulus RN pada kelas MSN di Case
Western Reserve University (CWRU) FrancesPayne Bolton School of nursing,
dengan spesialisasi di gerontologi. Sementara sekolah Kolcaba bekerja juga
sebagai kepala ruangan di unit demensia. Dalam konteks praktek inilah dia mulai
memikirkan teori tentang kenyamanan pasien.
Beliau adalah doktor keperawatan yang menerima sertifikat sebagai
perawat spesialis gerontologi dengan fokus penelitian pada perawatan paliatif
dan perawatan jangka panjang di rumah. Kolcaba bergabung dengan University
of akron College of Nursing setelah lulus dengan gelar master dalam
keperawatan. Dia memperoleh dan mempertahankan gerontologinya di American
Nurses Association (ANA) Certification (Alligood, 2014). Dia kembali ke
CWRU untuk mengejar gelar doktor di bidang keperawatan secara paruh waktu
sambil terus mengajar. Selama 10 tahun ke depan, dia menggunakan program
kerja dalam program doktor untuk mengembangkan dan mengutarakan teorinya.
Kolcaba mempublikasikan konsep analisis kenyamanan dengan suaminya yang
ahli
filsafat
dalam
diagram
aspek
pada
kenyamanan,
kenyamanan
dioperasionalkan sebagai hasil dari perawatan (Kolcaba, 1992 dalam Alligood
2014). Setelah itu kontekstual kenyamanan dipublikasikan dalam middle range
theory oleh Kolcaba pada tahun1994, dan menguji teori dalam studi intervensi
bersama Fox pada tahun1999.
Katharine Kolcaba merupakan tokoh keperawatan yang kemudian
membawa kembali konsep kenyamanan sebagai landasan utama dalam
memberikan pelayanan kesehatan dalam sebuah teori yaitu “Comfort Theory and
Practice: a Vision for Holistic Health Careand Research”. Saat ini Kolcaba
bekerja sebagai Associate Professor of Nursing di Fakultas Keperawatan
Universitas Akron dan terus mengembangkan teori kenyamanan ini secara
empiris (March, A. & McCormark, D., 2009).
Saat ini, Dr kolcaba adalah profesor emeritus asosiasi keperawatan di
University of Akron College of Nursing, dimana dia mengajar teori ke Siswa
MSN. Dia juga mengajarkan teori kepada siswa DNP di Perguruan Tinggi di
Ursuline di ketinggian Mayfield, Ohio. Fokus studi Kolcaba mencakup intervensi
dan dokumentasi terkait kenyamanan berdasarkan berdasarkan praktik berbasis
bukti.
B. Sumber Teori Untuk Pengembangan Teori
Kolcaba memulai diagram teoritis praktik keperawatannya di awal studi
doktoral. Ketika Kolcaba menyajikan kerangkanya untuk perawatan demensia
muncul pertanyaan, apakah sebelumnya Kolcaba telah melakukan analisis
konsep kenyamanan. Kolcaba menjawab bahwa dia tidak melakukannya tapi itu
akan menjadi langkah berikutnya. Pertanyaan ini memulai investigasi panjangnya
ke dalam konsep kenyamanan.
Langkah pertama, analisis konsep yang dijanjikan, dimulai dengan
tinjauan ekstensif dari literatur tentang kenyamanan dari disiplin ilmu
keperawatan, kedokteran, psikologi, psikiatri, ergonomi, dan Inggris (khusus
penggunaan shakespeare tentang kenyamanan dan kamus Oxford English
[OED]). Dari OED, Kolcaba belajar bahwa definisi asli dari kenyamanan adalah
"untuk mempererat". Definisi ini memberikan alasan yang bagus bagi perawat
untuk memberikan kenyamanan kepada pasien sehingga pasien akan lebih baik
dan perawat akan merasa lebih puas.
Berbagai studi mengenai kenyamanan dalam keperawatan sangatlah
banyak. Kolcaba mengembangkan teori kenyamanan diinspirasi dari pernyataan
Nightingale yang menyatakan “Kenyamanan seharusya tidak boleh lepas dari
observasi atau tujuan utama”. Hal ini bukan menjadi suatu hal yang tidak
berguna, melainkan untuk menyelamatkan kehidupan dan untuk meningkatkan
status kesehatan dan kenyamanan (Alligood, 2014). Dari tahun 1900 sampai
1929, kenyamanan adalah tujuan utama keperawatan dan medis karena melalui
kenyamanan, pemulihan dapat dicapai (Mcllveen & Morse, 1995 dalam
Alligood, 2014). Perawat memiliki peranan untuk mengidentifikasi faktor yang
memengaruhi kenyamanan pasien. Aikens (1908) dalam Alligood (2014)
mengusulkan bahwa kenyamanan pasien adalah pertimbangan pertama dan
terakhir perawat. Seorang perawat yang baik memiliki tujuan untuk mencapai
kenyamanan pasien, dan pandangan atas pencapaian kenyamanan adalah fakor
penting yang dimiliki oleh perawat.
Harmer (1926) menyatakan bahwa asuhan keperawatan memberikan
suasana kenyamanan dan perawatan pribadi pasien termasuk kebahagiaan,
kenyamanan, dan kemudahan, fisik dan mental, disamping istirahat dan tidur,
gizi, kebersihan, dan eliminasi. Goodnow (1935) mengabadikan sebuah bab
dalam bukunya teknik keperawatan, kenyamanan pasien. Goodnow menulis,
"Seorang perawat adalah seorang hakim yang selalu dengan kemampuannya
dapat membuat pasiennya merasa nyaman, kenyaman itu baik fisik dan mental,
dan tanggung jawab seorang perawat tidaklah berakhir pada perawatan fisik".
Dalam buku teks tahun 1904, 1914, dan 1919, kenyamanan emosional disebut
juga kenyamanan mental dan kebanyakkan dicapai dengan menyediakan
kenyamanan fisik dan modifikasi lingkungan pasien (Mcllveen & Morse, 1995
dalam Alligood, 2014).
Berdasarkan literatur diatas dicontohkan bahwa kenyamanan bersifat
positif dan diperoleh dengan adanya bantuan perawat, dan pada beberapa kasus
hal tersebut sebagai indikasi adanya kemajuan dari status atau kondisi
sebelumnya. Intuisi, kenyamanan dikaitkan dengan memelihara aktivitas
mengasuh atau merawat (nurturing activity). Dari bahasa dasar kenyamanan,
Kolcaba menjelaskan kenyamanan adalah suatu yang menguatkan, dan dari
ergonomis berkaitan langsung dengan penampilan dalam bekerja. Namun arti ini
tidak secara implisit, ada konteks lainnya dan masih bersifat ambigu. Konsep
tersebut dapat diartikan sebagai kata kerja, kata benda, kata sifat, kata
keterangan, proses dan hasil.
Kolcaba mengenalkan teori kenyamanan sebagai middle range theory
karena mempunyai tingkat abstraksi yang rendah dan mudah diaplikasikan dalam
praktik keperawatan. Struktur taksonomi memberikan peta konten ranah
mengenai kenyamanan. Hal ini diteliti oleh banyak peneliti untuk merancang
instrument selanjutnya, seperti pembuatan pertanyaan yang dikembangkan dari
taksonomi instrumen sebelumnya (Kolcaba, Dowd, Steiner, & Mitzel, 2004
dalam Alligood, 2014).
C. Konsep Umum Dan Defisini
Secara filosofi, Kolcaba mendefiniskan kenyamanan adalah suatu yang
menguatkan (Alligood, 2014). Definisi ini memberikan rasional bagi perawat
untuk memberikan kenyamanan pada pasien, serta perawat mendapatkan
kepuasan. Melalui kenyamanan, proses kesembuhan dapat tercapai (McIlveeb &
Morse, 1995, dalam Alligood, 2014). Perawat memiliki peranan penting dalam
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan pasien. Harmer
(1926) dalam Alligood (2014) menyatakan bahwa asuhan keperawatan berfokus
untuk
memberikan
lingkungan
yang
nyaman,
mencakup
kebahagiaan,
kenyamanan fisik dan mental (istirahat, tidur, nutrisi, kebersihan, dan eliminasi).
Secara intuisi, kenyamanan berkaitan dengan aktivitas mengasuh atau merawat.
Dari tahun 1990 – 1929, kenyamanan adalah tujuan utama keperawatan
dan medis karena melalui kenyaman, pemulihan dapat tercapai (Mcllvee &
Morse, 1995 dalam Alligood 2014). Perawat berkewajiban untuk mempengaruhi
kenyamanan pasien. AIkens (1908) mengusulkan bahwa cukup kecil atau tidak
ada untuk mengabaikan tentang kenyamanan pasien. Kenyaman pasien adalah
timbangan pertaman dan terakhir perawat. Seorang perawat yang bagus dapat
membuat pasien nyaman, dan menyediakan kenyamanan adalah factor utama
kemampuan dan karakter perawat (Aiken,1908). Harmer (1926) menyatakan
bahwa asuhan keperawatan memberikan suasana kenyamanan dan perawatan
pribadi pasien termasuk kebahagiaan, kenyamanan dan kemudahan, fisik dan
mental, disamping istirahat dan tidur, gizi, kebersihan dan eliminasi. Goodnow
(1935) mengabadikan sebuah bab dalam bukunya teknik keperawatan,
kenyamanan pasien. Goodnow menulis, “Seorang perawat adalah seorang hakim
yang selalu dengan kemampuannya dapat membuat pasiennya merasa nyaman.
Kenyamanan itu baik fisik dan mental serta tanggung jawab seorang
perawat tidaklah berakhir pada perawatan fisik”. Dalam buku teks tahun 1904,
1914 dan 1919, kenyamanan emosional disebut juga kenyamanan mental dan
kebanyakan dicapai dengan menyediakan kenyamanan fisik dan modifikasi
lingkungan passion (Mcllveen dan Morse, 1995). Dalam contoh ini, kenyamanan
adalah positif dan dicapai dengan bantuan daari perawat dan dalam beberapa
kasus menunjukan peningkatan keadaan atau kondisi sebelumnya.
Kolcaba (1991) menggunakan ide dari 3 teori awal keperawatan untuk
dapat mendefinisikan tipe-tipe kenyamanan dalam suatu konsep analisis:
1.
Relief (kelegaan)
Fase relief dalam teori Kolcaba disintesa dari teori Orlando (1961)
dimana pada fase ini perawat dapat mengidentifikasi apa yang dibutuhkan
oleh seorang pasien kepada dirinya. Perawat meringankan kebutuhan yang
diperlukan oleh pasien.
2.
Ease (ketentraman)
Fase ease disintesa dari teori Henderson (1966) yang mendeskripsikan
13 fungsi dasar manusia yang harus diseimbangkan dalam masa perawatan.
3.
Transcendence
Fase Transcendence disintesa dari Paterson dan Zderad (1975) yang
menyediakan pemahaman bahwa pasien mampu mengatasi kesulitan mereka
dengan bantuan dari perawat.
Struktur taksonomi juga dibuat oleh Kolcaba dalam menggambarkan
pengalaman pasien dalam mencapai kenyamanan dengan bantuan empat
konteks dalam kenyamanan yang didapat oleh Kolcaba melalui studi literatur
keperawatan. Konteks yang mendukung kenyamanan tersebut antara lain:
physical, psychospiritual, sociocultural, dan environmental. Keempat
konteks tersebut kemudian digabungkan dengan tiga tipe kenyamanan
menjadi suatu struktur taksonomi yang akan menggambarkan upaya
pencapaian kenyamanan (Comfort) yang akan dilakukan oleh perawat
kepada pasien. Tujuan dari taksonomi ini adalah untuk menjadi kerangka
acuan dalam menyediakan konten kenyamanan pada seorang pasien oleh
seorang perawat. Taksonomi ini juga dapat digunakan untuk membuat
desain instrumen lainnya di masa yang akan datang seperti pengembangan
quisioner untuk end-of-life (Kolcaba, Steiner, & Mitzel, 2004).
D. Penggunaan Temuan Empiris
Dasar pemikiran maju mengenai konsep kenyamanan sudah ditunjukan
sejak akhir tahun 1980, ditandai dengan adanya kesadaran mengenai konsep
kenyamanan secara holistik. Hamilton (1989) membuat terobosan dengan
mengulas lebih mengenai arti dari kenyamanan dari perspektif pasien. Hamilton
menyimpulkan, kenyamanan adalah multidimensi, memiliki arti yang berbeda
menurut setiap individu.
Setelah kolcaba mengembangkan teorinya. Kolcaba mendemonstrasikan
bahwa perubahan pada kenyamanan dapat diukur dengan menggunakan pola
eksperimental disertasinya. Didalam studi ini, konsep kesehatan membutuhkan
kenyamanan yang dikaitkan dengan diagnosis awal kanker payudara. Intervensi
holistik yakni guided imagery. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan
signifikan mengenai makna kenyamanan antara perempuan yang mendapatkan
intervensi guided imagery dan kelompok dengan perawatan biasa.
Berikut contoh intervensi yang diuji dalam studi kolcaba sebagai berikut :
1. Guided imagery untuk pasien psikiatrik.
2. Sentuhan yang menyembuhkan dan dukungan unutk mengurangi stress pada
mahasiswa (healing touch).
3. Pijat dengan tangan untuk pasien dengan lama perawatan (hand massage).
4. Pakaian hangat dengan suhu yang dapat dikendalikan pasien untuk
mengurangi kecemasan dan meningkatkan kenyamanan pasien preoperatif.
5. Pada studi, intervensi ditargetkan mempengaruhi variabel kenyamanan.
Instrumen untuk mengukur kenyamanan di adaptasi dari General Comfort
Questionnare menggunakan taksonomi kenyamanan sebagai panduan dan
setidaknya ada dua alat komponen ukur yang digunakan dari waktu ke
waktu.
E. Paradigma Keperawatan
1. Keperawatan
Keperawatan adalah kegiatan yag dimaksudkan untuk mengkaji kebutuhan
rasa nyaman, merencanakan intervensi untuk memenuhi rasa nyaman, dan
mengkaji ulang tingkat kenyamanan setelah dengan sebelumnya.
2. Pasien
Pasien adalah penerima perawatan bisa individu, keluarga, institusi,
komunitas yang membutuhkan pelayanan keperawatan. Perawat mungkin
juga bisa sebagai resipien yang membutuhkan rasa nyaman, yaitu terkait
peningkatan kenyamanan kerja ketika ada inisiatif untuk memperbaiki
kondisi kerja
3. Lingkungan
Lingkungan adalah berbagai aspek dari pasien, keluarga atau aturan institusi
yang bisa dimanipulasi oleh perawat, institusi untuk meningkatkan
kenyamanan.
4. Kesehatan
Kesehatan adalah fungsi optimal dari pasien, keluarga, penyedia layanan
kesehatan atau komunitas yang diartikan oleh pasien atau kelompok.
F. Aplikasi Teori
1. Contoh Kasus
Tn. M datang ke IGD dengan nyeri dada menjalar tembus punggung
(Vital sign: TD: ND: RR: SB:). Setelah itu dilakukan triage secara cepat. Tn.
M diberikan oksigen dengan menggunakan masker sebanyak 3-4 liter untuk
membantu pernapasan yang cepat dan dangkal. Dari gambaran hasil EKG di
temukan Acute Coronary Syndrome. Tn. M ditempatkan terpisah dengan
ruangan UGD yang didalamnya hanya terdapat 6 tempat tidur dan ruangan
tertutup rapat (Tn. M mengatakan membutuhkan ketenangan lingkungan dan
untuk berkomunikasi dengan keluarga). Tn. M terlihat gelisah dan cemas
serta istrinya yang tidak bisa menemani dia sewaktu di UGD (Tn. M berkata,
“ruangan di IGD gaduh, membuat dada semakin nyeri, klien juga
mengatakan ingin bertemu istrinya agar lebih tenang). Perawat memberikan
edukasi dan penjelasan untuk menurunkan kecemasanannya dan nyeri
dadanya, dengan respon cepat diberikan infus pump. Kenyamanan diukur
dari hubungan antara gejala nyeri dada, napas dangkal dan cepat, atau
kecemasan yang diatasi dengan treatmen farmakologi dan secara holistik.
Setelah nyeri dan gelisah Tn. M menurun perawat menghubungi istri
Tn. M dan memberitahu tentang keadaan Tn. M. Perawat memanggil istri Tn.
M sesampainya di RS, kemudian perawat menjelaskan kondisi Tn. M
kemudian istri duduk disebelah Tn. M, Setelah itu Tn. M mengatakan tidak
lagi nyeri dada. Dia bisa menutup mata dan tertidur. Dasar dari intervensi
berdasarkan teori kenyamanan yaitu waktu yang cepat dalam penanganan
pasien dengan dengan caridact chest pain atau lainnya (Krinsky, 2014).
2. Pembahasan Kasus
Pada kasus di atas Tn. M yang didiagnosa terkena Acute Coronary
Syndrom (ACS) diletakkan di ruangan yang terpisah dengan ruangan utama
UGD yang pada umumnya kondiisinya sangat ramai. Ruangan tersebut
tertutup rapat sehingga suara dari dluar tidak dapat masuk, didalam ruangan
juga hanya terdapat 6 tempat tidur, sehingga pasien dapat dengan nyaman
berisitirahat dan staf tenaga kesehatan bisa dengan bebas memperhatikan
kondisi tiap pasien.
Pada teori comfort teradapat 3 bentuk kenyamanan yaitu relief,
ease, dan transcendence. Dimana relief tentang kondisi pasien yang
membutuhkan tindakan perawatan spesifik dan segera terkait dengan
kenyamanan pasien. Dalam kasus diatas adalah Tn. M mengeluhkan nyeri
dada dan sesak nafas, seingga perawat langsung memberikan masker 02 dan
memindahkan James ke ruangan khusus yang terpisah dengan ruangan utama
IGD, segera melakukan tindakan sesuai dengan protokol pasien dengan ACS.
Ease adalah pernyataan yang menjelaskan tentang bagaimana kondisi
ketentraman dan kepuasan hati pasien, disini Tn. M terlihat gelisah dan
cemas serta istrinya yang tidak bisa menemani dia sewaktu di UGD, sehingga
perawat menjelaskan kepada Tn. M tentang tujuan dan proses pemasangan
alat seperti ECG, IV Pump secara singkat dan jelas.
Transcendence adalah pernyataan pasien tentang bagaimana kondisi
pasien dalam mengatasi masalah. Dengan keluan nyeri dada dan sesak nafas
Tn. M sangat membutuhkan lingkungan yang tenang untuk istirahat dan
membutuhkan dukungan keluarga atau orang dekat agar dia tenang, tetapi
istri Tn. M tidak bisa menemani Tn. M. Setelah nyeri dan gelisah Tn. M
menurun perawat menghubungi istri Tn. M dan memberitahu tentang
keadaan Tn. M.
Intervensi “quiet time” memiliki potensi yang siginfikan tidak hanya
mengurangi
stimulasi
yang
berbahaya
tetapi
juga
menciptakan
kesempatan kebutuhan privasi dan interaksi pendukung. Hasil penelitian
Gardner et al (2009) mengatakan bahwa quite time meningkatkan outcome
pasien dan kepuasan pasien dengan pelayanan perawatan akut, keduanya
mampu meningkatkan lingkungan komtemporer perawatan kesehatan yang
penting. Quiet time merupakan intervensi yang berkembang dalam praktek
keperawatan, tetapi masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk
membuktikan kegunaannya pada pasien yang lebih spesifik. (Krinsky, 2014).
Manual Prosedur Pengisian Taxonomi Structure
Konteks
Relief
Nyaman
Fisik

Nyeri dada

Nyeri menyebar
ke punggung.

Nafas cepat dan
Ease
Transcendence
Klien berkata, “ruangan di
Gelisah, cemas dan
IGD gaduh, membuat dada
menunjukkan respon semakin nyeri, klien juga
penolakan
dangkal
mengatakan ingin bertemu
istrinya agar lebih tenang”
Ketidaktahuan
Psikospiritual

Cemas
tentang prognosis

Stress
penyakit, regimen
Butuh dukungan spiritual dan
terapeutik, dan
emosional dari istri
perawatan

Lingkungan
Ruang

Lingkungan
perawatan
yang nyaman
pasien di pindah 
Di ruangan
dari ruang
observasi
perawatan
tersebut hanya
utama.
terdapat 6 bed
Pasien mengatakan
membutuhkan ketenangan
lingkungan dan untuk
berkomunikasi dengan
keluarga

Ruangan

Perawat bisa
dikontrol dan
memantau pasien
dibersihkan
karena jumlah
secara rutin
pasien tidak
banyak

Istri dan anakanak tidak bisa
menemani setiap
Banyak keluarga
dari pasien lain
Sosiokultural
saat.


Perawat
sehingga
memberikan
menimbulkan
informasi
kebisingan
mengenai
Butuh dukungan keluarga/
orang dekat.

Butuh informasi dan
konsultasi
prosedure
tindakan
kepada pasien
G. Kelebihan dan Kelemahan Teori
1. Kelebihan
a. Teori comfort banyak diadopsi oleh para praktisi keperawatan misalnya
pada nurse midwifery yang menggunakan teori Kolcaba sebagai kerangka
acuan dalam melakukan studi (Schuiling, Sampselle, & Kolcaba,
2011), hospice care (Kolcaba, Dowd, Steiner, et al, 2004), keperawatan
perioperative (Wilson& Kolcaba, 2004), Perawatan Long- Term (Kolcaba,
Schrim, & Steiner, 2006), Tingkat stress mahasiswa (Dowd, Kolcaba,
Steiner, et al, 2007), pasien dimensia (Hodgson & Andersen, 2008), dan
perawatan Paliatif (Lavoie,Blondeau, & Picard Morin, 2011). Penggunaan
verbal rating scale sebagai suatu instrumen pengukuran level nyeri pasien
akan memberi kemudahan bagi perawat dalam melakukan dokumentasi
terhadap level kenyamanan pasien (Dowd, Kolcaba, Steiner, et al, 2007).
b. Dalam bidang pendidikan, teori Kolcaba dapat diaplikasikan dalam
kurikulum pendidikan tinggi keperawatan. Teori Kolcaba memberi
kemudahan bagi educator dalam memberikan pemahaman kepada
mahasiswa keperawatan dan melaksanakan metode efektif dalam
pembelajaran tentang level kenyamanan pada seorang pasien (Goodwin,
Sener, & Steiner, 2007). Robinson & Kish (2001) dalam Aligood (2017)
juga mengatakan bahwa dengan teori Kolcaba, maka mahasiswa di
berbagai setting klinis dapat mengaplikasikan intervensi nyeri yang dibuat
dalam Comfort Care Plan yang dibuat oleh Kolcaba.
c. Dalam bidang penelitian, Kolcaba menciptakan suatu instrumen penelitian
dalam melakukan pengukuran level kenyamanan pada seorang pasien dan
menyatakan pentingnya pengukuran level kenyamanan pada seorang
pasien sebagai suatu tolak ukur capaian seorang perawat (Kolcaba,
2006). Kolcaba (2001) menggunakan skala pengukuran level kenyamanan
pada rumah sakit besar dan lingkup home care untuk mengembangkan
teori dan literatur dari kenyamanan.
2. Kelemahan
a. Teori Kolcaba di beberapa artikel awal Kolcaba seperti konsep analisis
mungkin sedikit tidak jelas (clarity) tetapi masih tetap konsisten terhadap
definisi, asumsi, dan proposisi (Kolcaba & Kolcaba, 1991).
b. Teori Kolcaba juga dinilai sederhana karena teori comfort masih rendah
dalam pemanfaatan teknologi akan tetapi masih memiliki peluang untuk
dapat digunakan pada teknologi canggih.
c. Teori ini melibatkan semua aspek (holistik) yang meliputi fisik,
psikospiritual, lingkungan dan sosial kultural. Namun untuk menilai
semua aspek tersebut dibutuhkan komitmen tinggi dan kemampuan
perawat yang trampil dalam hal melakukan asuhan keperawatan berfokus
kenyamanan (pengkajian hingga evaluasi), yang di dalamnya dibutuhkan
teknik problem solving yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M. R. (2014). Nursing theorists and their work (8th edn) Alligood, M. R.
(2014). Nursing theorists and their work (8th edn). Nursing theorists and their
work (8th edn). http://doi.org/10.5172/conu.2007.24.1.106a. Nursing theorists
and their work (8th edn). https://doi.org/10.5172/conu.2007.24.1.106a
Alligood, M. R. (2014). Nursing Theory and Their Work. 8th edition. St. Louis:
Mosby Elsevier. Inc.
Godwin, M., Sener.,& Steiner, S.H. (2007). A novel theory for nursing education:
Holistic comfort. Journal of holistic nursing, 4, 278-285.
Hodgson, N., A, &Andersen, S. (2008).The clinacal efficacy of reflexology in
nursing home resident with dimentia.Journal of alternative and complementary
medicine, 14(3), 269-275.
Ilmiasih Reni, Nurhaeni N, Waluyanti. F. T., 2015. Aplikasi Teori Comfort Kolcaba
Dalam Mengatasi Nyeri Pada Anak Pasca Pembedahan Laparatomi Di Ruang
Bch Rsupn Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Jurnal Keperawatan. Vol.6., No.
1., P-ISSN 2086-3071 E-ISSN 2443-0900.
Kakkunen, P., Vehvilainen J.K., Pietila A.M., Nysonen S., Korhanen A.,&
Lehikoinen N.M. (2009). Promoting parents’ use of non-pharmacological
methods and assessment of children’s postoperative pain at home. International
Journal of Caring Sciences, 2, 11-21.
March, A. & McCormark, D. (2009). Nursing Theory-Directed Healthcare Modifying
Kolcaba’s Comfort Theory as an Institution-Wide Aproach. Holistic Nursing
Practice.
Sitzman, K.L, & Eichelberger, L.W. (2011). Understanding the Work of Nurse
Theorists: A Creative Beginning. 2nd ed. USA: Jones and Bartlett Publish
Download