BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Latar Belakang Teori/ Sejarah Teori kenyamanan pertama kali dikenal sekitar tahun 1990 an oleh seorang tokoh bernama Katharine Kolcaba. Kolcaba lahir di Cleveland, Ohio pada tanggal 8 Desember 1944. Pada tahun 1965, ia menerima diploma di bidang keperawatan dan praktek paruh waktu selama bertahun-tahun dalam keperawatan medikal bedah, perawatan jangka panjang, dan home care sebelum kembali melanjutkan pendidikan. Pada tahun 1987, ia lulus RN pada kelas MSN di Case Western Reserve University (CWRU) FrancesPayne Bolton School of nursing, dengan spesialisasi di gerontologi. Sementara sekolah Kolcaba bekerja juga sebagai kepala ruangan di unit demensia. Dalam konteks praktek inilah dia mulai memikirkan teori tentang kenyamanan pasien. Beliau adalah doktor keperawatan yang menerima sertifikat sebagai perawat spesialis gerontologi dengan fokus penelitian pada perawatan paliatif dan perawatan jangka panjang di rumah. Kolcaba bergabung dengan University of akron College of Nursing setelah lulus dengan gelar master dalam keperawatan. Dia memperoleh dan mempertahankan gerontologinya di American Nurses Association (ANA) Certification (Alligood, 2014). Dia kembali ke CWRU untuk mengejar gelar doktor di bidang keperawatan secara paruh waktu sambil terus mengajar. Selama 10 tahun ke depan, dia menggunakan program kerja dalam program doktor untuk mengembangkan dan mengutarakan teorinya. Kolcaba mempublikasikan konsep analisis kenyamanan dengan suaminya yang ahli filsafat dalam diagram aspek pada kenyamanan, kenyamanan dioperasionalkan sebagai hasil dari perawatan (Kolcaba, 1992 dalam Alligood 2014). Setelah itu kontekstual kenyamanan dipublikasikan dalam middle range theory oleh Kolcaba pada tahun1994, dan menguji teori dalam studi intervensi bersama Fox pada tahun1999. Katharine Kolcaba merupakan tokoh keperawatan yang kemudian membawa kembali konsep kenyamanan sebagai landasan utama dalam memberikan pelayanan kesehatan dalam sebuah teori yaitu “Comfort Theory and Practice: a Vision for Holistic Health Careand Research”. Saat ini Kolcaba bekerja sebagai Associate Professor of Nursing di Fakultas Keperawatan Universitas Akron dan terus mengembangkan teori kenyamanan ini secara empiris (March, A. & McCormark, D., 2009). Saat ini, Dr kolcaba adalah profesor emeritus asosiasi keperawatan di University of Akron College of Nursing, dimana dia mengajar teori ke Siswa MSN. Dia juga mengajarkan teori kepada siswa DNP di Perguruan Tinggi di Ursuline di ketinggian Mayfield, Ohio. Fokus studi Kolcaba mencakup intervensi dan dokumentasi terkait kenyamanan berdasarkan berdasarkan praktik berbasis bukti. B. Sumber Teori Untuk Pengembangan Teori Kolcaba memulai diagram teoritis praktik keperawatannya di awal studi doktoral. Ketika Kolcaba menyajikan kerangkanya untuk perawatan demensia muncul pertanyaan, apakah sebelumnya Kolcaba telah melakukan analisis konsep kenyamanan. Kolcaba menjawab bahwa dia tidak melakukannya tapi itu akan menjadi langkah berikutnya. Pertanyaan ini memulai investigasi panjangnya ke dalam konsep kenyamanan. Langkah pertama, analisis konsep yang dijanjikan, dimulai dengan tinjauan ekstensif dari literatur tentang kenyamanan dari disiplin ilmu keperawatan, kedokteran, psikologi, psikiatri, ergonomi, dan Inggris (khusus penggunaan shakespeare tentang kenyamanan dan kamus Oxford English [OED]). Dari OED, Kolcaba belajar bahwa definisi asli dari kenyamanan adalah "untuk mempererat". Definisi ini memberikan alasan yang bagus bagi perawat untuk memberikan kenyamanan kepada pasien sehingga pasien akan lebih baik dan perawat akan merasa lebih puas. Berbagai studi mengenai kenyamanan dalam keperawatan sangatlah banyak. Kolcaba mengembangkan teori kenyamanan diinspirasi dari pernyataan Nightingale yang menyatakan “Kenyamanan seharusya tidak boleh lepas dari observasi atau tujuan utama”. Hal ini bukan menjadi suatu hal yang tidak berguna, melainkan untuk menyelamatkan kehidupan dan untuk meningkatkan status kesehatan dan kenyamanan (Alligood, 2014). Dari tahun 1900 sampai 1929, kenyamanan adalah tujuan utama keperawatan dan medis karena melalui kenyamanan, pemulihan dapat dicapai (Mcllveen & Morse, 1995 dalam Alligood, 2014). Perawat memiliki peranan untuk mengidentifikasi faktor yang memengaruhi kenyamanan pasien. Aikens (1908) dalam Alligood (2014) mengusulkan bahwa kenyamanan pasien adalah pertimbangan pertama dan terakhir perawat. Seorang perawat yang baik memiliki tujuan untuk mencapai kenyamanan pasien, dan pandangan atas pencapaian kenyamanan adalah fakor penting yang dimiliki oleh perawat. Harmer (1926) menyatakan bahwa asuhan keperawatan memberikan suasana kenyamanan dan perawatan pribadi pasien termasuk kebahagiaan, kenyamanan, dan kemudahan, fisik dan mental, disamping istirahat dan tidur, gizi, kebersihan, dan eliminasi. Goodnow (1935) mengabadikan sebuah bab dalam bukunya teknik keperawatan, kenyamanan pasien. Goodnow menulis, "Seorang perawat adalah seorang hakim yang selalu dengan kemampuannya dapat membuat pasiennya merasa nyaman, kenyaman itu baik fisik dan mental, dan tanggung jawab seorang perawat tidaklah berakhir pada perawatan fisik". Dalam buku teks tahun 1904, 1914, dan 1919, kenyamanan emosional disebut juga kenyamanan mental dan kebanyakkan dicapai dengan menyediakan kenyamanan fisik dan modifikasi lingkungan pasien (Mcllveen & Morse, 1995 dalam Alligood, 2014). Berdasarkan literatur diatas dicontohkan bahwa kenyamanan bersifat positif dan diperoleh dengan adanya bantuan perawat, dan pada beberapa kasus hal tersebut sebagai indikasi adanya kemajuan dari status atau kondisi sebelumnya. Intuisi, kenyamanan dikaitkan dengan memelihara aktivitas mengasuh atau merawat (nurturing activity). Dari bahasa dasar kenyamanan, Kolcaba menjelaskan kenyamanan adalah suatu yang menguatkan, dan dari ergonomis berkaitan langsung dengan penampilan dalam bekerja. Namun arti ini tidak secara implisit, ada konteks lainnya dan masih bersifat ambigu. Konsep tersebut dapat diartikan sebagai kata kerja, kata benda, kata sifat, kata keterangan, proses dan hasil. Kolcaba mengenalkan teori kenyamanan sebagai middle range theory karena mempunyai tingkat abstraksi yang rendah dan mudah diaplikasikan dalam praktik keperawatan. Struktur taksonomi memberikan peta konten ranah mengenai kenyamanan. Hal ini diteliti oleh banyak peneliti untuk merancang instrument selanjutnya, seperti pembuatan pertanyaan yang dikembangkan dari taksonomi instrumen sebelumnya (Kolcaba, Dowd, Steiner, & Mitzel, 2004 dalam Alligood, 2014). C. Konsep Umum Dan Defisini Secara filosofi, Kolcaba mendefiniskan kenyamanan adalah suatu yang menguatkan (Alligood, 2014). Definisi ini memberikan rasional bagi perawat untuk memberikan kenyamanan pada pasien, serta perawat mendapatkan kepuasan. Melalui kenyamanan, proses kesembuhan dapat tercapai (McIlveeb & Morse, 1995, dalam Alligood, 2014). Perawat memiliki peranan penting dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan pasien. Harmer (1926) dalam Alligood (2014) menyatakan bahwa asuhan keperawatan berfokus untuk memberikan lingkungan yang nyaman, mencakup kebahagiaan, kenyamanan fisik dan mental (istirahat, tidur, nutrisi, kebersihan, dan eliminasi). Secara intuisi, kenyamanan berkaitan dengan aktivitas mengasuh atau merawat. Dari tahun 1990 – 1929, kenyamanan adalah tujuan utama keperawatan dan medis karena melalui kenyaman, pemulihan dapat tercapai (Mcllvee & Morse, 1995 dalam Alligood 2014). Perawat berkewajiban untuk mempengaruhi kenyamanan pasien. AIkens (1908) mengusulkan bahwa cukup kecil atau tidak ada untuk mengabaikan tentang kenyamanan pasien. Kenyaman pasien adalah timbangan pertaman dan terakhir perawat. Seorang perawat yang bagus dapat membuat pasien nyaman, dan menyediakan kenyamanan adalah factor utama kemampuan dan karakter perawat (Aiken,1908). Harmer (1926) menyatakan bahwa asuhan keperawatan memberikan suasana kenyamanan dan perawatan pribadi pasien termasuk kebahagiaan, kenyamanan dan kemudahan, fisik dan mental, disamping istirahat dan tidur, gizi, kebersihan dan eliminasi. Goodnow (1935) mengabadikan sebuah bab dalam bukunya teknik keperawatan, kenyamanan pasien. Goodnow menulis, “Seorang perawat adalah seorang hakim yang selalu dengan kemampuannya dapat membuat pasiennya merasa nyaman. Kenyamanan itu baik fisik dan mental serta tanggung jawab seorang perawat tidaklah berakhir pada perawatan fisik”. Dalam buku teks tahun 1904, 1914 dan 1919, kenyamanan emosional disebut juga kenyamanan mental dan kebanyakan dicapai dengan menyediakan kenyamanan fisik dan modifikasi lingkungan passion (Mcllveen dan Morse, 1995). Dalam contoh ini, kenyamanan adalah positif dan dicapai dengan bantuan daari perawat dan dalam beberapa kasus menunjukan peningkatan keadaan atau kondisi sebelumnya. Kolcaba (1991) menggunakan ide dari 3 teori awal keperawatan untuk dapat mendefinisikan tipe-tipe kenyamanan dalam suatu konsep analisis: 1. Relief (kelegaan) Fase relief dalam teori Kolcaba disintesa dari teori Orlando (1961) dimana pada fase ini perawat dapat mengidentifikasi apa yang dibutuhkan oleh seorang pasien kepada dirinya. Perawat meringankan kebutuhan yang diperlukan oleh pasien. 2. Ease (ketentraman) Fase ease disintesa dari teori Henderson (1966) yang mendeskripsikan 13 fungsi dasar manusia yang harus diseimbangkan dalam masa perawatan. 3. Transcendence Fase Transcendence disintesa dari Paterson dan Zderad (1975) yang menyediakan pemahaman bahwa pasien mampu mengatasi kesulitan mereka dengan bantuan dari perawat. Struktur taksonomi juga dibuat oleh Kolcaba dalam menggambarkan pengalaman pasien dalam mencapai kenyamanan dengan bantuan empat konteks dalam kenyamanan yang didapat oleh Kolcaba melalui studi literatur keperawatan. Konteks yang mendukung kenyamanan tersebut antara lain: physical, psychospiritual, sociocultural, dan environmental. Keempat konteks tersebut kemudian digabungkan dengan tiga tipe kenyamanan menjadi suatu struktur taksonomi yang akan menggambarkan upaya pencapaian kenyamanan (Comfort) yang akan dilakukan oleh perawat kepada pasien. Tujuan dari taksonomi ini adalah untuk menjadi kerangka acuan dalam menyediakan konten kenyamanan pada seorang pasien oleh seorang perawat. Taksonomi ini juga dapat digunakan untuk membuat desain instrumen lainnya di masa yang akan datang seperti pengembangan quisioner untuk end-of-life (Kolcaba, Steiner, & Mitzel, 2004). D. Penggunaan Temuan Empiris Dasar pemikiran maju mengenai konsep kenyamanan sudah ditunjukan sejak akhir tahun 1980, ditandai dengan adanya kesadaran mengenai konsep kenyamanan secara holistik. Hamilton (1989) membuat terobosan dengan mengulas lebih mengenai arti dari kenyamanan dari perspektif pasien. Hamilton menyimpulkan, kenyamanan adalah multidimensi, memiliki arti yang berbeda menurut setiap individu. Setelah kolcaba mengembangkan teorinya. Kolcaba mendemonstrasikan bahwa perubahan pada kenyamanan dapat diukur dengan menggunakan pola eksperimental disertasinya. Didalam studi ini, konsep kesehatan membutuhkan kenyamanan yang dikaitkan dengan diagnosis awal kanker payudara. Intervensi holistik yakni guided imagery. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan mengenai makna kenyamanan antara perempuan yang mendapatkan intervensi guided imagery dan kelompok dengan perawatan biasa. Berikut contoh intervensi yang diuji dalam studi kolcaba sebagai berikut : 1. Guided imagery untuk pasien psikiatrik. 2. Sentuhan yang menyembuhkan dan dukungan unutk mengurangi stress pada mahasiswa (healing touch). 3. Pijat dengan tangan untuk pasien dengan lama perawatan (hand massage). 4. Pakaian hangat dengan suhu yang dapat dikendalikan pasien untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kenyamanan pasien preoperatif. 5. Pada studi, intervensi ditargetkan mempengaruhi variabel kenyamanan. Instrumen untuk mengukur kenyamanan di adaptasi dari General Comfort Questionnare menggunakan taksonomi kenyamanan sebagai panduan dan setidaknya ada dua alat komponen ukur yang digunakan dari waktu ke waktu. E. Paradigma Keperawatan 1. Keperawatan Keperawatan adalah kegiatan yag dimaksudkan untuk mengkaji kebutuhan rasa nyaman, merencanakan intervensi untuk memenuhi rasa nyaman, dan mengkaji ulang tingkat kenyamanan setelah dengan sebelumnya. 2. Pasien Pasien adalah penerima perawatan bisa individu, keluarga, institusi, komunitas yang membutuhkan pelayanan keperawatan. Perawat mungkin juga bisa sebagai resipien yang membutuhkan rasa nyaman, yaitu terkait peningkatan kenyamanan kerja ketika ada inisiatif untuk memperbaiki kondisi kerja 3. Lingkungan Lingkungan adalah berbagai aspek dari pasien, keluarga atau aturan institusi yang bisa dimanipulasi oleh perawat, institusi untuk meningkatkan kenyamanan. 4. Kesehatan Kesehatan adalah fungsi optimal dari pasien, keluarga, penyedia layanan kesehatan atau komunitas yang diartikan oleh pasien atau kelompok. F. Aplikasi Teori 1. Contoh Kasus Tn. M datang ke IGD dengan nyeri dada menjalar tembus punggung (Vital sign: TD: ND: RR: SB:). Setelah itu dilakukan triage secara cepat. Tn. M diberikan oksigen dengan menggunakan masker sebanyak 3-4 liter untuk membantu pernapasan yang cepat dan dangkal. Dari gambaran hasil EKG di temukan Acute Coronary Syndrome. Tn. M ditempatkan terpisah dengan ruangan UGD yang didalamnya hanya terdapat 6 tempat tidur dan ruangan tertutup rapat (Tn. M mengatakan membutuhkan ketenangan lingkungan dan untuk berkomunikasi dengan keluarga). Tn. M terlihat gelisah dan cemas serta istrinya yang tidak bisa menemani dia sewaktu di UGD (Tn. M berkata, “ruangan di IGD gaduh, membuat dada semakin nyeri, klien juga mengatakan ingin bertemu istrinya agar lebih tenang). Perawat memberikan edukasi dan penjelasan untuk menurunkan kecemasanannya dan nyeri dadanya, dengan respon cepat diberikan infus pump. Kenyamanan diukur dari hubungan antara gejala nyeri dada, napas dangkal dan cepat, atau kecemasan yang diatasi dengan treatmen farmakologi dan secara holistik. Setelah nyeri dan gelisah Tn. M menurun perawat menghubungi istri Tn. M dan memberitahu tentang keadaan Tn. M. Perawat memanggil istri Tn. M sesampainya di RS, kemudian perawat menjelaskan kondisi Tn. M kemudian istri duduk disebelah Tn. M, Setelah itu Tn. M mengatakan tidak lagi nyeri dada. Dia bisa menutup mata dan tertidur. Dasar dari intervensi berdasarkan teori kenyamanan yaitu waktu yang cepat dalam penanganan pasien dengan dengan caridact chest pain atau lainnya (Krinsky, 2014). 2. Pembahasan Kasus Pada kasus di atas Tn. M yang didiagnosa terkena Acute Coronary Syndrom (ACS) diletakkan di ruangan yang terpisah dengan ruangan utama UGD yang pada umumnya kondiisinya sangat ramai. Ruangan tersebut tertutup rapat sehingga suara dari dluar tidak dapat masuk, didalam ruangan juga hanya terdapat 6 tempat tidur, sehingga pasien dapat dengan nyaman berisitirahat dan staf tenaga kesehatan bisa dengan bebas memperhatikan kondisi tiap pasien. Pada teori comfort teradapat 3 bentuk kenyamanan yaitu relief, ease, dan transcendence. Dimana relief tentang kondisi pasien yang membutuhkan tindakan perawatan spesifik dan segera terkait dengan kenyamanan pasien. Dalam kasus diatas adalah Tn. M mengeluhkan nyeri dada dan sesak nafas, seingga perawat langsung memberikan masker 02 dan memindahkan James ke ruangan khusus yang terpisah dengan ruangan utama IGD, segera melakukan tindakan sesuai dengan protokol pasien dengan ACS. Ease adalah pernyataan yang menjelaskan tentang bagaimana kondisi ketentraman dan kepuasan hati pasien, disini Tn. M terlihat gelisah dan cemas serta istrinya yang tidak bisa menemani dia sewaktu di UGD, sehingga perawat menjelaskan kepada Tn. M tentang tujuan dan proses pemasangan alat seperti ECG, IV Pump secara singkat dan jelas. Transcendence adalah pernyataan pasien tentang bagaimana kondisi pasien dalam mengatasi masalah. Dengan keluan nyeri dada dan sesak nafas Tn. M sangat membutuhkan lingkungan yang tenang untuk istirahat dan membutuhkan dukungan keluarga atau orang dekat agar dia tenang, tetapi istri Tn. M tidak bisa menemani Tn. M. Setelah nyeri dan gelisah Tn. M menurun perawat menghubungi istri Tn. M dan memberitahu tentang keadaan Tn. M. Intervensi “quiet time” memiliki potensi yang siginfikan tidak hanya mengurangi stimulasi yang berbahaya tetapi juga menciptakan kesempatan kebutuhan privasi dan interaksi pendukung. Hasil penelitian Gardner et al (2009) mengatakan bahwa quite time meningkatkan outcome pasien dan kepuasan pasien dengan pelayanan perawatan akut, keduanya mampu meningkatkan lingkungan komtemporer perawatan kesehatan yang penting. Quiet time merupakan intervensi yang berkembang dalam praktek keperawatan, tetapi masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan kegunaannya pada pasien yang lebih spesifik. (Krinsky, 2014). Manual Prosedur Pengisian Taxonomi Structure Konteks Relief Nyaman Fisik Nyeri dada Nyeri menyebar ke punggung. Nafas cepat dan Ease Transcendence Klien berkata, “ruangan di Gelisah, cemas dan IGD gaduh, membuat dada menunjukkan respon semakin nyeri, klien juga penolakan dangkal mengatakan ingin bertemu istrinya agar lebih tenang” Ketidaktahuan Psikospiritual Cemas tentang prognosis Stress penyakit, regimen Butuh dukungan spiritual dan terapeutik, dan emosional dari istri perawatan Lingkungan Ruang Lingkungan perawatan yang nyaman pasien di pindah Di ruangan dari ruang observasi perawatan tersebut hanya utama. terdapat 6 bed Pasien mengatakan membutuhkan ketenangan lingkungan dan untuk berkomunikasi dengan keluarga Ruangan Perawat bisa dikontrol dan memantau pasien dibersihkan karena jumlah secara rutin pasien tidak banyak Istri dan anakanak tidak bisa menemani setiap Banyak keluarga dari pasien lain Sosiokultural saat. Perawat sehingga memberikan menimbulkan informasi kebisingan mengenai Butuh dukungan keluarga/ orang dekat. Butuh informasi dan konsultasi prosedure tindakan kepada pasien G. Kelebihan dan Kelemahan Teori 1. Kelebihan a. Teori comfort banyak diadopsi oleh para praktisi keperawatan misalnya pada nurse midwifery yang menggunakan teori Kolcaba sebagai kerangka acuan dalam melakukan studi (Schuiling, Sampselle, & Kolcaba, 2011), hospice care (Kolcaba, Dowd, Steiner, et al, 2004), keperawatan perioperative (Wilson& Kolcaba, 2004), Perawatan Long- Term (Kolcaba, Schrim, & Steiner, 2006), Tingkat stress mahasiswa (Dowd, Kolcaba, Steiner, et al, 2007), pasien dimensia (Hodgson & Andersen, 2008), dan perawatan Paliatif (Lavoie,Blondeau, & Picard Morin, 2011). Penggunaan verbal rating scale sebagai suatu instrumen pengukuran level nyeri pasien akan memberi kemudahan bagi perawat dalam melakukan dokumentasi terhadap level kenyamanan pasien (Dowd, Kolcaba, Steiner, et al, 2007). b. Dalam bidang pendidikan, teori Kolcaba dapat diaplikasikan dalam kurikulum pendidikan tinggi keperawatan. Teori Kolcaba memberi kemudahan bagi educator dalam memberikan pemahaman kepada mahasiswa keperawatan dan melaksanakan metode efektif dalam pembelajaran tentang level kenyamanan pada seorang pasien (Goodwin, Sener, & Steiner, 2007). Robinson & Kish (2001) dalam Aligood (2017) juga mengatakan bahwa dengan teori Kolcaba, maka mahasiswa di berbagai setting klinis dapat mengaplikasikan intervensi nyeri yang dibuat dalam Comfort Care Plan yang dibuat oleh Kolcaba. c. Dalam bidang penelitian, Kolcaba menciptakan suatu instrumen penelitian dalam melakukan pengukuran level kenyamanan pada seorang pasien dan menyatakan pentingnya pengukuran level kenyamanan pada seorang pasien sebagai suatu tolak ukur capaian seorang perawat (Kolcaba, 2006). Kolcaba (2001) menggunakan skala pengukuran level kenyamanan pada rumah sakit besar dan lingkup home care untuk mengembangkan teori dan literatur dari kenyamanan. 2. Kelemahan a. Teori Kolcaba di beberapa artikel awal Kolcaba seperti konsep analisis mungkin sedikit tidak jelas (clarity) tetapi masih tetap konsisten terhadap definisi, asumsi, dan proposisi (Kolcaba & Kolcaba, 1991). b. Teori Kolcaba juga dinilai sederhana karena teori comfort masih rendah dalam pemanfaatan teknologi akan tetapi masih memiliki peluang untuk dapat digunakan pada teknologi canggih. c. Teori ini melibatkan semua aspek (holistik) yang meliputi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial kultural. Namun untuk menilai semua aspek tersebut dibutuhkan komitmen tinggi dan kemampuan perawat yang trampil dalam hal melakukan asuhan keperawatan berfokus kenyamanan (pengkajian hingga evaluasi), yang di dalamnya dibutuhkan teknik problem solving yang tepat. DAFTAR PUSTAKA Alligood, M. R. (2014). Nursing theorists and their work (8th edn) Alligood, M. R. (2014). Nursing theorists and their work (8th edn). Nursing theorists and their work (8th edn). http://doi.org/10.5172/conu.2007.24.1.106a. Nursing theorists and their work (8th edn). https://doi.org/10.5172/conu.2007.24.1.106a Alligood, M. R. (2014). Nursing Theory and Their Work. 8th edition. St. Louis: Mosby Elsevier. Inc. Godwin, M., Sener.,& Steiner, S.H. (2007). A novel theory for nursing education: Holistic comfort. Journal of holistic nursing, 4, 278-285. Hodgson, N., A, &Andersen, S. (2008).The clinacal efficacy of reflexology in nursing home resident with dimentia.Journal of alternative and complementary medicine, 14(3), 269-275. Ilmiasih Reni, Nurhaeni N, Waluyanti. F. T., 2015. Aplikasi Teori Comfort Kolcaba Dalam Mengatasi Nyeri Pada Anak Pasca Pembedahan Laparatomi Di Ruang Bch Rsupn Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Jurnal Keperawatan. Vol.6., No. 1., P-ISSN 2086-3071 E-ISSN 2443-0900. Kakkunen, P., Vehvilainen J.K., Pietila A.M., Nysonen S., Korhanen A.,& Lehikoinen N.M. (2009). Promoting parents’ use of non-pharmacological methods and assessment of children’s postoperative pain at home. International Journal of Caring Sciences, 2, 11-21. March, A. & McCormark, D. (2009). Nursing Theory-Directed Healthcare Modifying Kolcaba’s Comfort Theory as an Institution-Wide Aproach. Holistic Nursing Practice. Sitzman, K.L, & Eichelberger, L.W. (2011). Understanding the Work of Nurse Theorists: A Creative Beginning. 2nd ed. USA: Jones and Bartlett Publish