Spermatophyta (Tumbuhan Berbunga) Di Laut: Lamun dan mangrove Lamun (seagrass) Lamun: bertunas berdaun tegak, tangkai merayap (rhizome), berbunga, berbuah dan berbiji, berakar dan sistem internal tranportasi zat hara. Polinasi didalam air batuan arus (Hydrophilous polination). 50 jenis lamun didunia, di Indonesia ada 12 jenis: Cymodocea rotundata (lmn berujung bulat) C serulata (lmn bergigi) Enhalus acoroides (lamun tropik) Halodule pinifolia (lmn serabut) H uninerves (lamun serabut) Halophila decipiens (lmn sendukk tak berurat) H minor (lamun senduk kecil) H ovalis (lmn senduk) H spinulosa (lmn senduk dasar keriting) Syringodium isoetifolium (lmn alat suntik) Thalassia hemprichii (lmn dugong) Thalassodendron ciliatum (lmn kayu) macam lamun.jpg, sebaran lamun di indo.jpg Ke 12 jenis lamun tergolong dlm suku Hydrocharitaceae ( Enhalus, Thalassia dan Halophila), dan Suku Potamogetonaceae (Halodule, Cymodocea, Syringodium dan Thalassodendron) Peranan lamun: Produktivitas organik yang tinggi, tempat hidup biota laut (krustasea, moluska, cacing, ikan), untuk mencari makan dan memijah, asuhan. Ikan duyung (Dugong dugon) makanannya lamun Syringodium isoetifolium. Enhalus acoroides pada surut sebgai makan burung). Lamun menahan gerakan air (pelindungi pantai, pencegah erosi dan perangkap sedimen), bahan makan penduduk di pulau seribu jenis samo-samo (Enhalus acoroides) pdg lamun.jpg, padang lamun tropica.jpg Mangrove Kata mangrove (bahasa Melayu: mangi-mangi), yaitu nama untuk mangrove merah (Rhizophora spp). Nama mangrove dikembangkan untuk jenis tumbuhan yang tumbuh di pantai atau goba2 yang menyesuaikan diri pada keadaan asin. Ekosistem mangrove didefinisikan sebagai daerah pasut dan supra-pasut dari pantai berlumpur dan teluk, goba dan estuari yang didominasi oleh Halofita, yaitu tumbuhan yang hidup di air asin, berpokok dan beradaptasi tinggi, yang berkaitan dgn anak sungai, rawa dan banjiran, bersama-sama dengan populasi tumbuhan dan hewan (Romimohtarto dan Juwana, 2001). • Mangrove bukan merupakan tumbuhan laut sejati. • Hidup dalam kondisi terkhususkan, hidup di paras laut rata-rata (pasut) • Hidup kondisi salinitas tinggi adaptasi degn cara: 1.Beberapa marga (Exoecaria dan Lumnitzera) menyimpan garam dlm jaringan yang relatif lengai (inert) spt kulit pohon atau daun tua) 2. Penolak garam Salt excluder (menahan masuknya garam dalam akar) spt Rhizophora dan Sonneratia. 3. Penyerap dan pengeluar garam (menyerap melalui akar dan mengeluarkannya melalui kelenjar pada daun, membentuk kristal pada permukaan daun spt Avicennia, Acanthus dan Aegiceras Adaptasi terhadap lingkungan keras (perairan lumpur, anaerob, perubahan salinitas dan genangan air) Mangrove beradaptasi morfologi dan fisiologi; sperti bentuk perakaran yang khas, yang berfungsi pernapasan dan berdiri tegak.perakaran mangrove.ppt, jenis flora dlm eko mangrove.ppt , Jenis mangrove achantus.jpg,avecinia.jpg,bentuk daun 1.jpg,brugeira.jpg,brugeira.jpg,daun aegiseras.jpg,rhizophora.jpg,sonnerata.jpg, Keragaman Mangrove di Indonesia: 89 jens (35 jenis pohon, dan sisanya terna (5 jenis), perdu (9 jenis), liana (9 jenis), epifit (29 jenis) dan parsit (2 jenis). Komposisi flora ditentukan : kondisi jenis tanah dan genangan pasut. Pantai terbuka pohon perintis (api-api, Avicennia, pada dasar berpasir agak keras, dan pedada sonneratia, pada tanah berlumpur lembut) • Pantai terlindung dari empasan ombak: ditumbuhi oelh Rhizophora mucronota, dan R. apiculata, Kearah daratan pada tanah lempung agak keras di tumbuhi tanjang (Bruguiera gymnorhiza), Tumbuhan bawah spt paku laut (Acrostichum aureum) dan jeruju (Acanthus ilicifolius). Nipa (Nypa fruticans) di tepian sungai arah hulu, sebaran mangrove.ppt,zonasi mangrove.ppt,zonasi mangrove 2.ppt, luas mangrove di indo.ppt Peranan Mangrove • Ekosistem mangrove terdiri dua bagaian, bagian daratan dan bagaian perairan. Bagian perairan: air tawar dan air laut. Ekosistem ini sangat produktif, rapuh penuh sumberdaya, dan tersubsidi energi serta ekosistem yang unik. Sifat unik, air asin, sengatan matahari yang tajam, suhu tinggi dan angin keras. • Ekosistem bakau merupakan ekosistem yang sangat unik karena ditemukan 2 kelompok organisme yaitu: a) Organisme daratan yang hidup di atas pohon seperti burung, ular dan kera, mereka mencari makan pada saat air laut surut sehingga hewan tersebut tidak memerlukan adaptasi khusus. b) Organisme laut yang hidup dibagian bawah pohon. Kelompok hewan yang dominan adalah golongan moluska, udangudang tertentu, cacing tertentu dan beberapa jenis ikan • Jenis moluska yang sering ditemukan dibatang atau diakar bakau adalah jenis siput (Littorinidae) dan jenis tiram (bivalvia) yang hidup pada akar-akar bakau. Jenis udang-udangan dan kepiting besar maupun kecil sangat melimpah di ekosistem bakau dengan membuat lubang-lubang didalam subrat yang lunak, seperti Uca,kepiting laga, Cardisomadan berbagai kepiting hantu (Dotia, Cleistostoma ). • Mereka hidup dengan memakan detritus yang berasal dari tengah laut maupun dari daratan ada juga yang hidup menyaring plankton atau zooplanktom. Daerah bakau sebagai tempat pembesaran (nursery grounds), tempat mencari makan (feeding grunds)dan daerah pemijahan (spawning grounds) bagi udang penaid dan ikan-ikan laut seperti belanak, sehingga mereka hidup di lepas laut. Hubungan ekosistem mangrove terhadap biota disajikan pada gambar 3. peranan mangrove.jpg Peranan Mangrove Tabel 1. Data Pengamatan Langsung Terhadap Satwa Liar Maupun Informasi Dari Masyarakat Kawasan Mangrove Desa Margasari Nama Daerah Reptilia Ular Lempi Ular Kadut Biawak Mammalia Monyet Aves Kuntul Belibis Bangau Camar Raja udang biru Blekok sawah Keberadaan Satwa Liar Pengamatan langsung Informasi masyarakat Sedikit Sedang Banyak Sedikit Sedang Banyak (jumlah (jumlah (jumlah (jumlah (jumlah (jumlah individu) individu) individu) individu) individu) individu) 2 ekor 7 ekor 3 ekor 3 ekor Sumber: Kustanti, 2008 • Disamping itu ekosistem mangrove juga berfungsi ekologis lain yang penting : 1. Sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung pantai dari abrasi, penahan lumpur dan perangkap sediment bakau yang diangkut oleh aliran air permukaan. 2. Sebagai penghasil sejumlah besar detritus, terutama yang berasal dari daun dan dahan bakau yang rontok. Sebagian dari detritus ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan bagi para pemakan detritus, dan sebagain lagi diuraikan secara bacterial menjadi mineralmineral hara yang berperan dalam penyuburan perairan. Sumber: Subandono, 2007 Sumber: Subandono, 2007 Sumber: Subandono, 2007 3. Sebagai penahan dan penyerapan dan penguraian bahan-bahan organik maupun anorganik yang terbawa oleh limbah yang berasal dari limbah laut maupun daratan oleh akar mangrove maupun organisme yang ada didasar atau subrat mangrove. S B PB PP P K P SS LAUT Lay out tambak udang berwawasan lingkungan (DKP, 2004) PU P 4.Hutan mangrove juga dimanfaatkan terutama sebagai penghasil kayu untuk bahan kontruksi, kayu bakar, bahan baku untuk membuat arang, dan juga untuk dibuat pulp. Disamping itu ekosistem mangrove dimanfaatkan sebagai pemasok larva ikan dan udang alam (Begen, 2000). • Begitu pentingnya ekosistem mangrove bagi kualitas lingkungan pesisir maka apabila ada gangguan baik secara sengaja dengan mengkonversi lahan mangrove untuk perumahan, budidaya perikanan, penebangan untuk diambil kayunya dan pengrusakan substrat (dasar) mangrove untuk pengambilan cacing pollichaeta, • akan berdampak terhadap penurunan kualitas lahan pertanian atau perkebunan daratan atau penurunan kualitas perairan dan penurunan stok ikan maupun udang yang akhirnya akan menurunkan pendapatan masyarakat daerah pesisir baik petani atau nelayan Dasar Pengelolan dan Perlindungan Hutan Mangrove. • Pengelolaan sumber daya hutan diatur dalam UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Selain itu, konservasinya tunduk pada UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. • Salah satu Peraturan Pemerintah (PP) yang secara khusus terkait dengan perlindungan hutan di kawasan pesisir (hutan mangrove) ialah Kepres No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Kepres ini secara jelas memberikan pengaturan wilayah pesisir melalui penetapan kawasan lindung, antara lain dengan penetapan sempadan pantai dan kawasan berhutan bakau (mangrove). • Dalam Pasal 14 Kepres tersebut dinyatakan bahwa sempadan pantai ditetapkan secara proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Sedangkan perlindungan terhadap kawasan pantai berhutan bakau diatur dalam Pasal 26. • Dalam Pasal 26 tersebut ditegaskan bahwa perlindungan terhadap kawasan pantai berhutan bakau dilakukan untuk melestarikan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat berkembang biaknya berbagai biota laut di samping sebagai perlindungan pantai dan pengikisan air laut serta perlindungan usaha budidaya di belakangnya. • Berdasarkan diskusi panel Daya Guna dan Batas Lebar Jalur Hijau Hutan Mangrove yang berlangsung di Ciloto pada tanggal 27 Februari sampai dengan 1 Maret 1986, menyarankan agar dipertahankan suatu jalur hijau hutan mangrove berdasarkan rumus: • L = 130.p • Dimana: L = lebar jalur hijau • P= rata-rata tunggang air pasang (tidal range) • Konstanta 130 diperoleh dari hubungan lebar jalur hijau berdasarkan penelitian antara produksi hutan mangrove dan kehidupan biota perairan pantai dengan kisaran pasang-surut, yaitu 400 meter jalur hijau terhadap tinggi pasang surut 3 meter (Dahuri, dkk. 2001). Kerusakan Pesisir…. MANGROVE TERUMBU KARANG 1. Tahun 1982 berkurang 31% dari 4,29 juta ha Total terumbu karang Indonesia 85.707 Km2 2. Tahun 1987 menjadi 3,24 juta ha 3. Tahun 1992 menjadi 3.737.000 ha Kondisi 1. 14% kritis; 2. 46% mengalami kerusakan; 3. 33% cukup bagus; 4. 7% sangat bagus Penyebab • Ekstensifikasi tambak; • Perluasan kawasan industri; • Pembukaan lahan dan sawah pasang surut; • Pemukiman dll Penyebab • Penangkapan ikan dengan racun dan bahan peledak • Pengambilan batu karang 5 tahun yang lalu jika ingin melihat laut kami harus bejalan 500m dari desa, 2 tahun kemudian kami bisa melihat laut sambil duduk-duduk di belakang surau, 4 tahun kemudian laut persis berada di belakang rumah kami……, dan sekarang setelah 5 tahun giliran kami yang berdiri ditengah laut, sekalipun kami masih memegang kepemilikan atas tanah, tetapi kami tidak tahu batas tanah kami ada di mana…….. Masyarakat Desa Sayung, Kabupaten Demak Jawa Tengah DAFTAR ACUAN Bengen, D.G. 2000. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia. Bengen, D.G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia. Dahuri, M., J.Rais., S.P. Ginting., dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta, Indonesia. Idawaty. 1999. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Lansekap Hutan Mangrove Di Muara Sungai Cisadane, Kecamatan Teluk Naga, Jawa Barat. Tesis Magister. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia. IUCN - The Word Conservation Union. 1993. Oil and Gas Exploration and Production in Mangrove Areas. IUCN. Gland, Switzerland. Kaswadji, R. 2001. Keterkaitan Ekosistem Di Dalam Wilayah Pesisir. Sebagian bahan kuliah SPL.727 (Analisis Ekosistem Pesisir dan Laut). Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor, Indonesia. Khazali, M. 1999. Panduan Teknis Penanaman Mangrove Bersama Masyarakat. Wetland International – Indonesia Programme. Bogor, Indonesia. Lawrence, D. 1998. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Alih bahasa oleh T. Mack dan S. Anggraeni. The Great Barrier Reef Marine Park Authority. Townsville, Australia. Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Alih bahasa oleh M. Eidman., Koesoebiono., D.G. Bengen., M. Hutomo., S. Sukardjo. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, Indonesia. Santoso, N., H.W. Arifin. 1998. Rehabilitas Hutan Mangrove Pada Jalur Hijau Di Indonesia. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove (LPP Mangrove). Jakarta, Indonesia. Santoso, N. 2000. Pola Pengawasan Ekosistem Mangrove. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Pengembangan Sistem Pengawasan Ekosistem Laut Tahun 2000. Jakarta, Indonesia. Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, Indonesia. Widigdo, B. 2000. Diperlukan Pembakuan Kriteria Eko-Biologis Untuk Menentukan “Potensi Alami” Kawasan Pesisir Untuk Budidaya Udang. Dalam : Prosiding Pelatihan Untuk Pelatih Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor dan Proyek Pesisir dan Coastal Resources Center – University of Rhode Island. Bogor, Indonesia. Yahya, R.P. 1999. Zonasi Pengembangan Ekoturisme Kawasan Mangrove Yang Berkelanjutan Di Laguna Segara Anakan Kabupaten Cilacap Propinsi Jawa Tengan. Tesis Magister. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir da