Uploaded by dedenmuflih

Definisi Pariwisata

advertisement
Definisi Pariwisata (indikator, perkembangan,
Objek dan daya tarik)

Manajemen Bisnis
Pengertian Pariwisata
Menurut terminologi pariwisata diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata dapat
terbentuk apabila ada pelaku wisata (demand) yang memang mempunyai motivasi
untuk melakukan perjalanan wisata, ketersediaan infrastruktur pendukung,
keberadaan obyek wisata dan atraksi wisata yang didukung dengan sistem promosi
dan pemasaran yang baik serta pelayanan terhadap para pelaku wisata (supply).
Terkait dengan Undang-undang No.10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, yang
dimaksud pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah, dan pemerintah daerah.
Menurut World Tourism Organization (WTO) (Pitana,2009 dalam Pengantar Ilmu
Pariwisata), pariwisata didefinisikan sebagai kegiatan seseorang yang bepergian ke
atau tinggal di suatau tempat di luar lingkungannya yang biasa dalam waktu tidak
lebih dari satu tahun secara terus-menerus, untuk kesenangan, bisnis ataupun
tujuan lainnya.
Menurut rumusan International Union of Official Travel Organization (UOTO, kini UNWTO) dalam Pitana (2009) pada tahun 1963, dimaksud dengan tourist dan
excurtionist adalah sebagai berikut:
Wisatawan (tourist) yaitu pengunjung sementara yang paling sedikit tinggal selama
24 jam di negara yang dikunjunginya dengan tujuan perjalanan:
1. Pesiar, untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan dan olah
raga.
2. Keluarga, bisnis, konferensi.
3. Pelancong (excurtionists) adalah pengunjung sementara yang tinggal kurang dari
24 jam di negara yang dikunjunginya(termasuk pelancong dengan kapal pesiar).
Menurut Gamal (2002), pariwisata merupakan sebagai bentuk suatu proses
kepergian sementara dari seorang, lebih menuju ketempat lain diluar tempat
tinggalnya.
Charles R. Goeldner, J. R. Brent Ritchie (2009) dalam Tourism: Principles,
Practices, Philosophies menyatakan bahwa setiap usaha untuk mendefinisikan
pariwisata dan untuk menggambarkan ruang lingkungan sepenuhnya harus
mempertimbangkan berbagai kelompok yang dipengaruhi dan berpartisipasi dalam
industri ini. Perspektif mereka sangat penting bagi perkembangan suatu definisi
yang komprehensif.
Empat perspektif pariwisata yang berbeda dapat diidentifikasi yaitu :
1. Wisatawan yaitu orang-orang yang bertujuan mendapatkan pengalaman psikis
dan fisik serta kepuasan. Sifat ini akan sangat menentukan tujuan yang dipilih
untuk menikmati kegiatan.
2. Para pelaku usaha yang menyediakan barang dan hestanto.web.id jasa wisata.
Orang melihat bisnis pariwisata sebagai kesempatan untuk membuat profit
dengan menyediakan barang dan jasa yang sesuai permintaan pasar pariwisata.
3. Pemerintah daerah. Politisi melihat pariwisata sebagai faktor kekayaan dalam
perekonomian yurisdiksi mereka. Perspektif mereka terkait dengan pendapatan
warga mereka yang dapat diperoleh dari bisnis ini. Politisi juga
mempertimbangkan penerimaan devisa dari pariiwsta internasional serta
penerimaan pajak yang dikumpulkan dari pengeluaran wisatawan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pemerintah dapat memainkan peran penting
dalam kebijakan pariwisata, pengembangan, promosi, dan implementasi.
4. Masyarakat lokal yaitu masyarakat lokal yang biasanya melihat pariwisata
sebagai faktor budaya dan ketenagakerjaan. Yang penting bagi kelompok ini,
misalnya adalah efek dari interaksi antara sejumlah besar pengunjung
internasional dan warga. Efek ini mungkin bermanfaat finansial atau berbahaya,
atau keduanya.
Menurut Yoeti (1992) Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk
sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lainnya,
dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang
dikunjunginya, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna
pertamasyaan dan rekreasi alat untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Pariwisata Berkelanjutan
Definisi pariwisata berkelanjutan menurut World Tourism Organization menunjukkan
dari adanya keserasian antara kebutuhan ekonomi, sosial, dan di satu pihak
mempertahankan integritas budaya, proses ekologi essensial, keanekaragaman
hayati, dan sistem penunjang kebutuhan pada lain pihak.
Prinsip kepariwisataan berkelanjutan menurut WTO dalam Koesnadi (2002: 82)
dapat dijabarkan berikut :
1. Sumber daya alam, historis, budaya, dan lain-lain untuk kepariwisataan
dikonservasi untuk pemanfaatan berkesinambungan di masa depan, dan dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat sekarang.
2. Pengembangan kepariwisataan direncanakan dan hestanto.web.id dikelola
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan masalah lingkungan dan sosio
kultural yang serius di wilayah wisata.
3. Kualitas lingkungan yang menyeluruh di wilayah wisata dipelihara dan
ditingkatkan dimana diperlukan.
4. Kepuasan wisatawan yang tinggi dipertahankan sehingga daerah tujuan wisata
akan tetap memiliki daya jual dan popularitasnya.
5. Manfaat dari kepariwisataan tersebar luas di seluruh masyarakat.
Pariwisata harus didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang artinya bahwa
pembangunan dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang sekaligus
layak secara ekonomi, adil, secara etika dan sosial masyarakat (Piagam Pariwisata
Berkelanjutan, 1995).
Indikator dalam Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan (Indicators
of Sustainable Development for Tourism Destinations)
Menurut World Tourism Organization (WTO) mengembangkan indikator untuk
pembangunan atau pengembangan pariwisata berkelanjutan yang merupakan bukti
komitmennya untuk mendukung Agenda 21, sebagai kelanjutan dari disusunnya
Agenda 21. Indikator yang dapat dipakai untuk mengukur tingkat keberlanjutan suatu
destinasi wisata adalah :
a. Kesejahteraan (well being) masyarakat tuan rumah
b. Terlindunginya asset-aset budaya
c. Partisipasi masyarakat
d. Jaminan kesehatan dan keselamatan
e. Manfaat ekonomi
f. Perlindungan terhadap aset alami
g. Pengelolaan sumber daya alam yang langka
h. Pembatasan dampak dan,
i. Perencanaan dan pengendalian pembangunan
Pengembangan Pariwisata
Menurut Darminta (2002:474) dalam Wulandari (2015:17) pengembangan adalah
suatu proses atau cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik, sempurna, dan
berguna. Pengembangan pariwisata menurut Pearce (1981 : 12) dapat didefinisikan
sebagai usaha untuk melengkapi atau meningkatkan fasilitas dan pelayanan yang
dibutuhkan masyarakat.
Menurut Hadinoto (1996), ada beberapa hal yang menentukan dalam
pengembangan suatu obyek wisata diantaranya adalah :
1. Atraksi Wisata
Atraksi merupakan daya tarik wisatawan untuk berlibur.Atraksi yang diidentifikasikan
(sumber daya alam, sumber daya manusia, budaya, dan sebagainya) perlu
dikembangkan untuk menjadi atraksi wisata. Tanpa aktraksi wisata, tidak ada
perisitiwa, bagian utama lain tidak akan diperlukan.
2. Promosi dan Pemasaran
Promosi merupakan suatu rancangan untuk memperkenalkan atraksi wisata yang
ditawarkan dan cara bagaimana atraksi dapat dikunjungi. Untuk perencanaan,
promosi merupakan bagian penting.
3. Pasar Wisata (Mayarakat pengirim wisata)
Pasar wisata merupakan bagian penting.Walaupun untuk perencanaan belum/ tidak
diperlukan suatu riset lengkap dan mendalam, namun informasi mengenai trend
pelaku, keinginan, kebutuhan, asal, motivasi, dan sebaganya dan wisatawan perlu
dikumpulkan dari mereka yang berlibur.
4. Transportasi
Pendapatan dan keinginan wisatawan adalah berbeda dengan pendapat penyuplai
transportasi. Transportasi mempunyai dampak besar terhadap volume dan lokasi
pengembangan pariwisata.
5. Masyarakat
Penerima Wisatawan yang Menyediakan Akomodasi dan Pelayanan Jasa
Pendukung Wisata (fasilitas dan pelayanan).
Obyek dan Daya Tarik Wisata
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24/1979, tentang
penyerahan sebagian urusan Peraturan Pemerintah dalam bidang kepariwisataan
pada Daerah Tingkat I adalah sebagai berikut :

Obyek wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata hidup, seni
budaya, serta sejarah bangsa dan keadaan alam yang mempunyai daya tarik
wisata bagi wisatawan untuk dikunjungi.
 Atraksi wisata adalah semua yang diciptakan manusia berupa penyajian
kebudayaan seperti tari-tarian, kesenian rakyat, upacara adat, dan lain-lain. ‘
Ada beberapa syarat teknis dalam menentukan suatu tujuan wisata atau obyek
wisata yang dapat dikembangkan, yaitu (Pitana,2009) :
1. Adanya obyek wisata dan daya tarik wisata yang beraneka ragam (site and event
attractions).
• Site attraction, adalah hal-hal yang dimiliki suatu obyek wisatasejak objek
tersebut sudah ada, atau daya tarik obyek wisata bersamaan dengan adanya
obyek wisata tersebut.
• Event attractions, adalah daya tarik yang dibuat oleh manusia.
2. Assesibiltas, yaitu kemudahan untuk mencapai obyek wisata.
3. Amenitas, yaitu tersedianya fasilitas-fasilitas di obyek wisata.
4. Organisasi (Tourist Organization), yaitu adanya lembaga atau badan yang
mengelola obyek wisata sehingga tetap terpelihara. (Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Depdikbud;1995;628)
Sedangkan,menurut Undang-Undang No 10 tentang Kepariwisataan, obyek dan
daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan
nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Definisi lain menurut Yoeti (2008) daya tarik wisata merupakan obyek atau atraksi
wisata apa saja yang dapat ditawarkan kepada wisatawan mereka mau berkunjung
ke hestanto.web.id suatu negara atau DTW (Daerah Tujuan Wisata) tertentu.
Secara garis besar ada empat kelompok yang merupakan daya tarik bagi wisatawan
datang pada suatu negara DTW (Daya Tarik Wisata) yaitu :
1. Natural Attractions Kelompok ini adalah pemandangan (landscape),
pemandangan laut (seascape), pantai (beaches), danau (lakes), air terjun
(waterfall), kebun raya (national park), agrowisata (agrotourism), gunung berapi
(volcanoes) termasuk bila dalam kelompok ini adalah fauna dan flora.
2. Build Attractions Termasuk dalam kelompok ini antara lain: banguna (buildings)
dengan arsitek yang menarik, seperti rumah adat dan yang termasuk bangunan
modern seperti Opera Building (Sydney), Jam Gadang (Bukittinggi), Taman Mini
Indonesia Indah (TMII).
3. Cultural Attractions Kelompok ini antara lain peninggalan sejarah (historicl
building), cerita-cerita rakyat (folklore), kesenian tradisional (traditional dances),
museum, upacara keagamaan, festival kesenian, dan semacamnya.
Terdapat banyak jenis daya tarik wisata dan dibagi dalam berbagai macam sistem
klasifikasi. Secara garis besar daya tarik wisata dibagi ke dalam tiga jenis (Pitana,
2009):

Daya tarik alam
 Daya tarik budaya
 Daya tarik buatan manusia
Objek dan Daya Tarik Wisata berupa alam, budaya, tata hidup, dan lainnya yang
memiliki nilai jual untuk dikunjungi ataupun dinikmati oleh wisatawan, sekaligus juga
merupakan sasaran utama wisatawan dalam mengunjungi suatu daerah atau
Negara. Dalam pengertian luas bahwa apa saja yang mempunyai daya tarik wisata
atau menarik minat bagi wisatawan dapat disebut sebagai Objek dan Daya Tarik
Wisata.
Pada literatur-literatur luar negeri tidak pernah ditemukan objek wisata dan daya
tarik wisata seperti yang kita kenal di Indonesia, namun mereka hanya
menggunakan istilah Tourist Attraction saja, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya
tarik untuk mengunjungi daerah tertentu, dimana Tourist Attraction itu juga
merupakan salah satu unsur pokok dalam pembangunan kepariwisataan yang
keberadaannya akan mendorong wisatawan untuk mengunjunginya.
Objek dan Daya Tarik Wisata dapat berupa alam, budaya, tata hidup yang memiliki
daya tarik untuk dikunjungi atau menjadi sasaran bagi wisatawan. Hal ini juga
diungkapkan oleh Drs. Oka A. Yoeti, dimana ada beberapa hal yang menjadi daya
tarik bagi orang yang mengunjungi suatu daerah. Hal-hal tersebut adalah:
1. Benda-benda yang tersedia di alam semesta, yang dalam istilah pariwisata disebut
natural amenities. Termasuk dalam kelompok ini adalah:
 Iklim
 Bentuk tanah dan pemandangan
 Hutan belukar
 Flora dan fauna
 Pusat kesehatan
 Hasil ciptaan manusia dalam istilah pariwisatanya disebut man made supply yang
berupa benda-benda sejarah, kebudayaan dan keagamaan.
2. Tata hidup masyarakat (way of life)
Membicarakan objek dan atraksi wisata baiknya dikaitkan dalam pengertian produksi
dan industri pariwisata itu sendiri. Hal ini dianggap perlu karena sampai sekarang ini
masih dijumpai perbedaan pendapat antara para ahli mengenai pengertian produk
industri pariwisata dari satu pihak dan atraksi wisata pihak lain.
Produk industri pariwisata, meliputi keseluruhan pelayanan yang diperoleh,
dirasakan atau dinikmati wisatawan, semenjak ia meninggalkan rumah dimana
biasanya ia tinggal, sampai kedaerah tujuan wisata yang dipilihnya dan kembali
kerumah dimana ia berangkat semula, jadi objek dan atraksi wisata itu sebenarnya
sudah termasuk dalam produk industri wisata karena kalau tidak, motivasi untuk
berkunjung ke daerah tujuan wisata tidak ada, padahal kita yakin pada suatu daerah
tujuan wisata sudah pasti ada objek dan atraksi wisata. Dan ada pula alasan
wisatawan akan berkunjung ke daerah tersebut bila mereka merasakan manfaat
kepuasan atau pelayanan yang diberikan.
Jadi kita dapat mengatakan suatu objek wisata, bila untuk melihat objek tersebut
tidak ada persiapan terlebih dahulu dimana seorang saja dapat menikmatinya tanpa
bantuan orang lain, karena memang sifat objek wisata tersebut tidak dapat dipindah-
pindahkan atau bersifat monumental, contohnya pemandangan alam dan bangunan
bersejarah. Lain halnya dengan atraksi wisata yang apabila sesuatu itu dipersiapkan
terlebih dahulu agar dapat dilihat dan dinikmati.Atraksi wisata ini sifatnya adalah
entertainment atau hiburan yang digerakkan oleh manusia seperti tari-tarian,
upacara adat daan lainnya. Oleh sebab itu, perlu persiapan khusus untuk dapat
menikmatinya.
Dampak Pariwisata
Menurut Faizun (2009) dampak pariwisata adalah perubahan-perubahan yang
terjadi terhadap masyarakat sebagai komponen dalam lingkungan hidup sebelum
ada kegiatan pariwisata dan sesudah ada kegiatan pariwisata.Menurut Cohen 1984,
Dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal ada 8
kelompok besar yaitu
1. Penerimaan devisa,
2. Pendapatan masyarakat,
3. Kesempatan kerja,
4. Harga,
5. Distribusi manfaat,
6. Kepemilikan dan kontrol,
7. Pembangunan umum,
8. Pendapatan pemerintah.
Menurut Kusudianto (1996) bahwa suatu tempat wisata yang direncanakan dengan
baik, memberikan keuntungan ekonomi yang memperbaiki taraf, kualitas dan pola
hidup komunitas setempat, tetapi juga peningkatan dan pemeliharaan lingkungan
yang lebih baik.
Pelaku Pariwisata
1. Wisatawan Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dari
layanan.Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka berdampak
langsung pada kebutuhan wisata yang dalam hal ini permintaan wisata.
2. Pendukung Jasa Wisata Kelompok ini adalah usaha yang tidak secara khusus
menawarkan porudk dan jasa wisata tetapi seringkali bergantung kepada
wisatawan sebagai pengguna jasa dan produk tersebut.
3. Pemerintah Pemerintah mempunyai otoritas dalam hestanto.web.id pengaturan,
penyediaan dan peruntukkan berbagai infrastruktur yang terkait dengan
kebutuhan pariwisata.Pemerintah juga bertanggung jawab dalam menentukan
arah yang dituju perjalanan wisata.
4. Masyarakat Lokal Masyarakat lokal terutama penduduk asli yang bermukim di
kawasan wisata yang menjadi salah satu peran kunci dalam pariwisata. Karena
sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi
sekaligus menentukan yang akan menyediakan sebagai besar atraksi sekaligus
menentukan kualitas produk wisata.
Sumber Bacaan
I Gede Pitana., 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi
Oka A. Yoeti. 1992. Pengantar Ilmu Pariwisata, Jakarta : Pradnya Paramita.
Oka A. Yoeti. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Implementasi.
Penerbit Kompas. Jakarta
Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata.
Jakarta: UI Press
Faizun, Moh. 2009. Dampak Perkembangan Kawasan Wisata Pantai Kartini
Terhadap Masyarakat Setempat di Kabupaten Jepara. Tesis Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro Semarang.
Dwi Wulandari, 2015, “Kemenpar Rilis Lima Destinasi Wisata Kuliner Unggulan”
November, hal.17
Pearce, D. 1981. Tourist Development. New Zealand : University of Cantenbury;
miege, j . 1933. La vie touristique en savoie, revue de geographie alpine, 23, 749817 and 1934, 24, 5-213 ; Miossec, j.m. (1976) elements pour une theorie de
l’espace touristique, les cashiers du tourisme, c-36, chet, aix-en-province.
Download