Uploaded by User72736

Brosur FKN 2020

advertisement
The Outlook to 2021
Organized by
Supported by
www.nucircle.org
Forum
Kesehatan
Nusantara 2020
Menelaah dan Menata Ulang Ketahanan Kesehatan Indonesia
NU Circle Healthcare Talkshow
pada Platform Zoom Meeting
20 November 2020 - 29 Januari 2021
Dr. dr. HM Zul kar As’ad
Ketua ARSINU
dr. Syahrizal Syarif, MH, Ph.D
Pembina PDNU
Dr. R. Gatot Prio Utomo
Ketua Umum NU Circle
dr. HRM Hardadi Airlangga, Sp.PD
Ketua APTIKESNU
Prof. Dr. dr. Budi Wiweko,Sp.OG
Ketua Bidang Kesehatan NU Circle
Pembicara
Dr. Ivan Sini GDRM MMS FRANZCOG Sp.OG, Prof. Dr. dr. Mardarina Julia Sp.A(K), MPH, Ph.D (PDNU),
Prof. Raldi Artono Koestoer (Guru Besar FTUI-Penggagas Inkubator Gratis), Dr. Dicky Pelupessy (NU Circle),
dr. Dripa Sjabana, M.Kes (PDNU), Ariadi Anaya (Ketua Pokja Ekonomi Digital NU Circle),
Dr. dr. Ined Wan Nedra Sp.A (PDNU), Prof. Dr. Fasli Jalal (Rektor YARSI),
dr. Heri Munajib Salam (PDNU), dr. Arif Wibowo, Sp.JP, Ph.D (PCINU Belgia/PDNU), dr. Daeng M Faqih, SH, MH
(PDNU), Berly Martawardaya (Wakil Ketua Umum NU Circle), Dr. dr. Armyn Nurdin, M.Kes (PDNU), Dr. Ahmad
Sya q (NU Circle), Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB (Dekan FKUI)
NUC
NU Circle Industry Outlook 2021 Series
Menelaah
dan Menata Ulang
Ketahanan Kesehatan
Indonesia
Forum
www.nucircle.org
Kesehatan
Nusantara 2020
NU Circle Healthcare Talkshow
20 November 2020 - 29 Januari 2021
Negara kita menyisakan beban 3 permasalahan besar kesehatan (Penyakit Infeksi, Penyakit
Tidak Menular dan Penyakit New Emerging) di tengah era revolusi industri 4.0. Betapa tidak,
data riset kesehatan dasar tahun 2018 menunjukkan buruknya semua indikator penyakit
degeneratif, mulai dari obesitas, kebiasaan merokok, anemia pada ibu hamil, hipertensi,
penyakit ginjal kronik dan kencing manis.
Di sisi lain penyakit infeksi tuberkulosis dan demam berdarah masih menjadi stigma
menakutkan dengan case fatality rate yang cukup tinggi di Indonesia. Bahkan saat ini negara
kita masih bercokol pada peringkat kedua untuk prevalensi tuberkulosis di dunia, bersaing ketat
dengan India.
Sementara itu meningkatnya angka harapan hidup serta berkah keberhasilan program keluarga
berencana akan membawa kita pada bonus demografi tahun 2030. Kurang lebih 15 persen
populasi Indonesia atau sekitar 45 juta penduduk pada tahun 2030 merupakan kelompok usia
lanjut, yang bilamana tidak disiapkan dengan baik akan menjadi beban bagi negara kita
tercinta.
Forum Kesehatan Nusantara 2020 yang diselenggarakan oleh NU Circle mengajak seluruh
stakeholder kesehatan mencoba untuk menelaah dan menggali beberapa bagian
permasalahan dalam sistem kesehatan nasional, dalam rangka membantu pemerintah untuk
menata ulang ketahanan kesehatan di Indonesia.
NU Circle Healthcare Webinar
pada Platform Zoom Meeting
NUC
Bidang Kesehatan NU Circle
NU Circle Industry Outlook 2021 Series
1. Latar Belakang
Negara kita menyisakan beban 3 permasalahan besar kesehatan (Penyakit Infeksi,
Penyakit Tidak Menular dan Penyakit New Emerging) di tengah era revolusi industri 4.0. Betapa
tidak, data riset kesehatan dasar tahun 2018 menunjukkan buruknya semua indikator penyakit
degeneratif, mulai dari obesitas, kebiasaan merokok, anemia pada ibu hamil, hipertensi,
penyakit ginjal kronik dan kencing manis.
Tidak kurang dari 21.8% proporsi penduduk Indonesia yang mengalami obesitas, 2
persen prevalensi kencing manis serta 3.8 per mil penderita penyakit ginjal kronik pada
populasi di atas usia 15 tahun. Angka ini tergolong cukup tinggi bila dibandingkan dengan
prevalensi di negara tetangga atau pun negara maju di dunia.
Di sisi lain penyakit infeksi tuberkulosis dan demam berdarah masih menjadi stigma
menakutkan dengan case fatality rate yang cukup tinggi di Indonesia. Bahkan saat ini negara
kita masih bercokol pada peringkat kedua untuk prevalensi tuberkulosis di dunia, bersaing
ketat dengan India.
Sementara itu meningkatnya angka harapan hidup serta berkah keberhasilan program
keluarga berencana akan membawa kita pada bonus demografi tahun 2030. Kurang lebih 15
persen populasi Indonesia atau sekitar 45 juta penduduk pada tahun 2030 merupakan
kelompok usia lanjut, yang bilamana tidak disiapkan dengan baik akan menjadi beban bagi
negara kita tercinta.
Tahun 2019, indeks pembangunan manusia Indonesia sebesar 0.694 (termasuk
klasifikasi medium), menempati peringkat 116 bersama Vietnam dari 189 negara di dunia,
dengan parameter yang sangat menentukan dalam indeks ini adalah tingkat pendidikan dan
kesehatan. Oleh karena itu sektor kesehatan dan pendidikan harus menjadi prioritas bagi kita
semua.
Pandemi Covid-19 telah membuka mata kita semua, bagaimana rapuhnya ketahanan
kesehatan di negara kita, bagaimana system tersebut di uji oleh keadaan pandemic covid – 19,
mulai dari ketersedian APD, ruang isolasi, ruang ICU, ventilator, obat – obatan anti virus,
pengolahan data yang lambat dan tidak sama serta masalah lainnya. Berangkat dari keadaan
ini, NU circle mencoba untuk menelaah, dan menggali beberapa bagian permasalahan dalam
system kesehatan Indonesia, dalam rangka membantu pemerintah untuk menata ulang
ketahanan kesehatan di Indonesia.
Saat ini Indonesia memiliki kurang lebih 15.000 fasilitas kesehatan tingkat pertama
yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, 160.000 dokter umum dan spesialis, serta 230 juta
penduduk Indonesia telah terdaftar dalam sistem jaminan kesehatan nasional (JKN). Angka
kematian ibu dan angka kematian bayi Indonesia sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup serta
27 per 1000 kelahiran masih merupakan yang tertinggi di ASEAN padahal kedua variabel ini
termasuk ke dalam indikator kemajuan suatu bangsa di dunia, selain itu masih tingginya angka
kejadian stunting saat ini sebesar 30,8 %, akan menjadi beban tersendiri dalam menuju
Indonesia emas tahun 2045.
3
Latar Belakang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Indonesia (BPJS), belum lama ini
telah meluncurkan potensi kekayaan datanya yang mencapai jutaan populasi dan ribuan
variabel, hanya sampai saat ini belum terdengar adanya algoritma serta pola tertentu yang
lahir dari big data ini dapat dimanfaatkan sebagai langkah promotif dan preventif
kesehatan Indonesia.
Untuk mengakomodir kemampuan deteksi dini penyakit degeneratif, kita perlu
belajar dan memanfaatkan artificial intelligence dalam program penapisan massal, bahkan
sejak periode bayi baru lahir, sehingga semua data klinik dan genomik penduduk Indonesia
tercatat dalam Kartu Indonesia Sehat.Sensitifitas para pengambil kebijakan dan
profesional tenaga kesehatan negeri ini sangat diperlukan, untuk mampu mengadopsi dan
beradaptasi dengan cepat sehingga bisa menghasilkan inovasi disrupsi dalam memecahkan
3 permasalahan besar kesehatan di Indonesia.
Memasuki era disrupsi, pemanfaatan artificial intelligent memegang peranan yang
tidak kalah penting dalam hal deteksi dini suatu penyakit. Pengolahan big data klinis dan
genomik merupakan dasar bagi pengembangan model promotif dan preventif terutama
terhadap penyakit degeneratif yang selama ini membutuhkan proporsi biaya terbesar
dalam JKN. Pemerintah harus mampu mengarahkan semua riset dan inovasi di bidang
genetik melalui pendirian Indonesian Genome Institute and Studies (INA-GENIUS) sehingga
semua perguruan tinggi maupun lembaga penelitian di negara kita mampu merumuskan
secara simultan dan sinergi model prediksi genetik pasien Indonesia.
Artificial intelligent juga bermanfaat untuk meningkatkan optimalisasi penggunaan
alat-alat diagnostik di laboratorium, membantu konversi wawancara dokter – pasien
menjadi sebuah big data yang siap dianalisis, disamping itu AI juga merupakan sebuah
dasar bagi pengembangan wearable devices yang bermanfaat bagi masyarakat dalam hal
promosi kesehatan.
Teknologi robotik dalam bidang kesehatan akan segera menggeser paradigma
evidence based medicine menuju algorithym based medicine yang dapat meningkatkan
kecepatan serta ketepatan dalam bidang diagnostik dan terapeutik. Kombinasi
pemanfaatan big data, artificial intelligent, robotic, internet of thing, niscaya akan
memberikan dampak inovasi yang bersifat disruptif bagi pengembangan layanan
kesehatan Indonesia terutama dalam hal kedokteran pencegahan dan kedokteran presisi.
Kemandirian obat dan alat kesehatan menjadi masalah utama karena sejauh ini 90 –
94% merupakan produk impor, Data Kementerian Perdagangan Republik Indonesia pada
tahun 2014 menunjukkan total impor alat kesehatan sebesar 750 juta USD dengan nilai
ekspor hanya sebesar 165 juta USD. Rata-rata pertumbuhan industri alat kesehatan
mencapai 12.8% per tahun. Sebuah ironi bagi negara besar seperti Indonesia dengan
kekayaan dan keanekaragaman hayati serta suku bangsa yang luar biasa. Pertanyaan
selanjutnya adalah bagaimana Indonesia harus mengembangkan sistem kesehatan
nasional yang ramah, mengayomi, produktif dan mampu bersaing di dunia.
4
Latar Belakang
Saat ini terdapat lebih dari 3200 jumlah perguruan tinggi di Indonesia, di antaranya
85 Fakultas Kedokteran merupakan inkubator ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat
dimanfaatkan untuk pembangunan ketahanan serta kemandirian di bidang kesehatan.
Sudah waktunya kita memimpin inovasi bidang kesehatan melalui pemetaan potensi
perguruan tinggi dalam pengembangan riset obat, teknologi serta alat kesehatan dengan
fokus pada upaya pencegahan primer. Selain itu untuk menghadapi Globalisasi dalam
perdagangan jasa, termasuk jasa di bidang kesehatan diperlukan peningkatan kompetensi,
kapasitas, daya saing, kemampuan berbahasa asing dan keseragaman dalam mutu
pelayanan kesehatan, akan menjadi tantangan dan pekerjaan rumah yang besar, agar
globalisasi dapat memberikan manfaat yang besar untuk kita.
Globalisasi dalam perdagangan jasa ditandai dengan adanya ASEAN Framework
Agreement on Servicse (AFAS), ada 8 profesi yang telah disepakati dalam Mutual
Recognition Arrangements (MRA) yaitu: akuntansi, teknik, survei, arsitektur, keperawatan,
kesehatan, perawatan gigi dan pariwisata. MRA merupakan kesepakatan mengenai
kualifikasi tenaga profesional dalam bidang pelayanan jasa dengan tujuan memfasilitasi
kemudahan perpindahan atau pasar tenaga profesional tersebut termasuk buruh yang
terlatih di kawasan negara-negara ASEAN.
Empat bentuk MRA dalam bidang kesehatan dapat berupa crossbordertrade,misalnya dilakukannya telemedicine melalui antar negara. Consumption
abroad seperti pasien Indonesia melakukan kunjungan ke rumah sakit di negara
lain. Commercial presence, contohnya adalah kehadiran rumah sakit asing di suatu negara.
Bentuk MRA selanjutnya adalah presence of natural persons, contohnya, dokter Indonesia
memberikan pelayanan di negara lain.Karena itu, bila dipersiapkan dengan baik, maka
tenaga kesehatan Indonesia akan lebih berpeluang untuk bekerja di luar negeri
dibandingkan tenaga kesehatan negara lain bekerja di Indonesia.
Berdasarkan laporan PWC, 600.000 orang Indonesia mencari perawatan medis di
luar negri pada tahun 2015, terbanyak di dunia dan penyumbang terbesar wisata kesehatan
untuk negara tetangga , yang menghabiskan USD 11.5 miliar per tahunnya. Dikutip
dari Excel International Journal of Multidisciplinary Management Studies, medical tourist dari
benua Asia memfavoritkan China, India, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Filipina,
Taiwan dan Turki sebagai tujuan medical tourism. Sayangnya, Indonesia masih belum
menjadi pilihan mereka.
Ada lima faktor yang menjadi penyebab medical tourist mencari perawatan medis
di luar negeri. Dikutip dari SQU Medical Journal, kelima faktor tersebut adalah
keterjangkauan biaya, ketersediaan jenis perawatan medis, kemudahan mendapat
perawatan medis, perawatan medis yang dapat diterima serta alasan tambahan.
Kekurangan kita adalah tidak bisa berkolaborasi antara pemangku kepentingan di
dunia medical tourism ini. Belum jelas siapa yang harus mempromosikan tentang pariwisata
medis ini, apakah Kementerian Pariwisata, Kementerian Kesehatan atau lembaga lain.
Indonesia memiliki keunggulan di industri kesehatan yang tidak dimiliki negara lain yaitu
pengobatan tradisional. Karena itu, pengobatan herbal dapat menjadi jawaban untuk
memperkenalkan medical tourism Indonesia secara perlahan.
5
2. Tema dan Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka NU Circle akan menggelar Online
Talkshow “Forum Kesehatan Nusantara 2020” dengan tema:
“Menelaah dan Menata Ulang Ketahanan Kesehatan Indonesia”
Kegiatan ini bertujuan dalam rangka menggali masukan, mengupas dan
memetakan masalah ketahanan kesehatan Indonesia, saran/review kebijakan, dan
memberikan gambaran dan tantangan ekosistem kesehatan di masa depan.
3. Bentuk Acara
Seminar ini berbasis Webinar dengan platform Zoom Meeting yang terdiri dari 9
sektor kesehatan. Webinar juga akan disebarluaskan melalui Media Sosial
Youtube - NUCareer TV dan Instagram NU Career.
6
4. Peserta
Akademisi, pengambil keputusan di bidang kesehatan, praktisi
kesehatan, perhimpunan dokter NU, Asosiasi perguruan tinggi NU,
publik, LSM kesehatan, mahasiswa.
Peserta dalam webinar ini tidak berbayar dan harus mendatarkan diri
pada formulir yang disiapkan oleh panitia pada materi promosi
kegiatan dan di laman media sosial.
5. Output Webinar
Output dari webinar ini akan menjadi kerangka pikiran dalam membantu
pemerintah untuk menata ulang ketahanan kesehatan di Indonesia. Keseluruhan
materi narasumber akan dibukukan menjadi outlook kesehatan nasional untuk
tahun 2021 mendatang.
6. Topik
Beberapa topik yang akan dibahas dalam talkshow ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Upaya strategis menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia.
Covid-19 dan ketahanan kesehatan Indonesia.
Medical tourism: peluang dan tantangan.
Jaminan kesehatan nasional dan pembangunan kesehatan Indonesia.
Data sebagai tulang punggung kesehatan Indonesia.
Bagaimana menurunkan kejadian stunting di Indonesia.
Indonesia sehat 4.0 upaya mengatasi beban kesehatan.
Pendidikan kedokteran dan mutual recognition arrangement SDM kesehatan
Indonesia.
9. Triple burden (Penyakit Menular, Penyakit Kronik dan Usia Lanjut) kesehatan
Indonesia.
7
Seri Webinar Bidang Kesehatan NU Circle
Host: Prof. DR. dr. Budi Wiweko, Sp.OG
Forum
Kesehatan
Nusantara 2020
NU Circle Healthcare Webinar
20 November 2020 - 29 Januari 2021
pada Platform Zoom Meeting
NUC
Zoom Meeting Link:
NUC
Menelaah dan Menata Ulang
Ketahanan Kesehatan Indonesia
8
7. Jadwal Acara Webinar
Host: Prof. DR. dr. Budi Wiweko, Sp.OG
Webinar Seri 1
Jumat, 20 November 2020
08.30 - 11.00 wib
Webinar Seri 2
Jumat, 27 November 2020
08.30 - 10.30 wib
Dr. Ivan Sini GDRM MMS FRANZCOG Sp.OG
(Chairman BMHS Group & Founder
Indonesia Medical Tourism Board (IMTB)
Webinar Seri 3
Jumat, 4 Desember 2020
08.30 - 10.30 wib
9
Jadwal Acara Webinar
Host: Prof. DR. dr. Budi Wiweko, Sp.OG
Webinar Seri 4
Jumat, 11 Desember 2020
08.30 - 10.30 wib
Webinar Seri 5
Jumat, 18 Desember 2020
dr. Heri Munajib Saam
(PDNU)
08.30 - 10.30 wib
Webinar Seri 6
Jumat, 8 Januari 2021
08.30 - 10.30 wib
10
Jadwal Acara Webinar
Host: Prof. DR. dr. Budi Wiweko, Sp.OG
Webinar Seri 7
Jumat, 15 Januari 2021
08.30 - 10.30 wib
Webinar Seri 8
Jumat,22 Januari 2021
08.30 - 10.30 wib
Topik 9: Triple Burden
(Penyakit Infeksi, Penyakit
Tidak Menular dan Penyakit
New Emerging)
Kesehatan Indonesia
Webinar Seri 9
Jumat, 29 Januari 2021
08.30 - 10.30 wib
11
Forum
Kesehatan
Nusantara 2020
8. Penutup
Demikian kami sampaikan proposal Forum Kesehatan Nusantara 2020. Untuk
itu kami mengharapkan dukungan Bapak/Ibu agar dapat berpar sipasi baik sebagai
peserta maupun sponsor kegiatan ini.
Demikian kami sampaikan. Atas perha an Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.
Wallahulmuwafiq Illa aqwamiththoriq, Wassalamu'alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Jl. Danau Dibawah No. 40
Bendungan Hilir - Tanah Abang
Jakarta Pusat 10210
Email : [email protected]
Info Whatsapp :
Materi (dr. Nanuk - 0897 2775 689)
Informasi Kegiatan dan Pendaftaran Peserta (Faila Sufa - 021 2520631)
Sponsor dan Partnership (Amran Silalahi - 0857 8228 8574)
Download