NILAI RELIGIUSITAS DALAM PETATAH-PETITIH SUNAN GUNUNG JATI Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Filsfat Islam Jawa Dosen Pengampu: Dra. Hj. Siti Nurlaili M, M.Hum. Disusun Oleh : Teza Umisahroh (171121029) PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA 2019/2020 Abstract Sunan Gunung Jati or Syarif Hidayatullah is someone from Walisongo who has contributed a lot the spread of Islam in Java, especially in West Jav, precisely in Cirebon. As a leader he bequeathed teachings and values to his descendants in the form of petatah-petitih. Sunan Gunung Jati's petitahs contain life values in the form of life outlook, teachings, messages, rebuke, advice and criticism. The value of religiosity of Sunan Gunung Jati's petitihs was analyzed whith the theory of Glock & Stark's religiosity dimension, that is, the dimension of belife (idiology), which is "Wedi ing Allah". The dimension of Worship or Religious Practices (ritualisticg, namely "Yen sembahyang kungsi pucuke panah" and "Yen puasa den kungsi tetaling gundewa". The dimensioan of Practicing, which is "Ingsun titip tajug lan fakir". Dimensions of Ihsan (appreciation), namely "Ibadah kang tetap" and "Manahden syukur lan Allah". And the dimension of knowlege, "Kudu ngahekaken pertobat". Keywords: Sunan Gunung Jati, petatah-petitih, nilai religiusitas A. Pendahuluan Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah seseorang dari Walisongo yang banyak berjasa dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa terutama di Jawa Barat. Sunan Gunung Jati mengembangkan pusat dakwah dan pemerintahannya di Cirebo, dengan demikian ia mendirikan Kesultanan Cirebon. Selain itu ia merupakan pelopor berdirinya Dinasti Raja-Raja Cirebon dan juga Banten. Sebagai pendakwah Sunan Gunung Jati tidak berdakwah di kalangan Istana atau pusat pemerintahaan saja, tetapi juga ke daerah pinggiran yang jauh dari pusat pemerintahan. Dakwah Sunan Gunung Jati penuh kelembutan, persuasif, bersih dan juga sangat berhati-hati. Berhati-hati dalam artian agar tidak menyinggung salah satu golongan yang ada di tengah masyarakat. Dalam kontek kepemimpinan, Sunan Gunung Jati termasuk pemimpin besar yang jarang di temui dalam sejarah. Karena berbeda dengan pemimpin pada umumnya yang cenderung mewariskan harta benda untuk anak cucu dan keturunannya, sedangkan Sunan Gunung Jati sebagai pemimpin besar mewariskan ajaran dan nilai-nilai untuk keturunannya.1 Nilai-Nilai itu antara lain dalam bentuk petatah-petitih. Petatah-petitih adalah ungkapan leluhur yang dijadikan pedoman dalam kehidupan. Petatah-petitih Sunan Gunung Jati dapat di golongkan dalam lima aspek, yaitu petatah-petitih yang berkaitan 1 http://supalikasim.blogspot.com/2011/07/nilai-nilai-budaya-petatah-petitih.html?m=1 diakses 2 April 2020 pukul 8.02 WIB 2 dengan ketakwaan dan keimanan, petatah-petitih yang berkaitan dengan kedisiplinan, petatah-petitih yang menyangkut kearifan dan kebijaksanaan,petatah-petitih tentang kesopanan dan tata krama (adab), dan petatah-petitih yang berkaitan dengan kehidupan sosial. Petatah-petitihSunan Gunung Jati merupakan sebuah ajaran yang berbentuk katakata kiasan tertentu yang mempunyai makna mendalam berdasarkan ajaran Islam. Petatah-petitih ini mengandung makna ajaran hidup berupa pandangan hidup, ajaran, pesan, teguran, nasihat dan lain-lain. Petatah-petitih tersebut mengajarkan berbagai hal seperti ketakwaan, akhlak yang baik, kedisiplinan, dan lain-linya. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti nilai religiusitas yang ada dalam petatah-petitih Sunan Gunung Jati.2 Penelitian mengenai petatah-petitihSunan Gunung Jati sudah ada yang melakukan oleh peneliti sebelumnya. Misalnya, Eva Nur Arovah dkk (2017) tentang Wewekas dan Ipat-Ipat Sunan Gunung Jati Beserta Kesesuainya dengan Al-Qur'an. Penelitian ini mengkaji bagian Pangkur naskah Cirebon yang berjudul Sejarah Peteng (Sejarah Rante Martabat Tembung Wali Tembung Carang Satus-Sejarah Ampel Rembesing Madu Pastika Padane) di mana di dalamnya terdapat gambaran tentang wewekas dan ipatipat Sunan Gunung Jati serta mencari kesesuaiannya dengan Al-Qur'an dan nilai-nilai kemanusiaan.3 Hanif Cahyo Adi Kistoro dkk (2019) tentang Relevansi Konsep Nilai Petatah-Petitih Sunan Gunung Jati dalam Pendidikan Agama Islam.Relevansi petatah-petitih dengan pendidikan Islam adalah adanya keseimbangan nilai Tauhid dan kemanusiaa, shalat adalah tiang agama, puasa mendidik untuk sabar, jujur dan mengendalikan hawa nafsu, konsisten dalam ibadah, takut larangan Allah, mensyukuri nikmat yang di berikan, dan selalu meminta ampunan.Daripenelitian-peneliatian tersebut mereka 2 https://m.ayocirebon.com/read/2019/12/16/4034/mencermati-tata-titi-sunan-gunung-jati diakses pada 02 April 2020 pukul 07:59 WIB 3 Eva Nur Arovah dkk, "Wewekas dan Ipat-Ipat Sunan Gunung Jati Beserta Kesesuainnya dengan AlQur'an", Patanjala 9, no. 3 (2017): 375-390 3 hanya membahas petatah-petitihSunan Gunung Jati dalam kontek keterkaitan yaitu dengan Al-Qur'an dan pendidikan Agama Isalm.4 Di lihat dari peneliti-peneliti sebelumnya belum ada yang meneliti tentang nilai moral yang ada pada petatah-petitih Sunan Gunung Jati. Dengan demikian peneliti ingin meneliti tentang nilai religiusitas yang ada dalam petatah-petitih Sunan Gunung Jati. Penelitian ini penting di lakukan guna memberikan pemahaman tentang pedoman keberagaman dalam kehidupan manusia yang sesuai dengan petatah-petitih Sunan Gunung Jati. Selain itu agar menjadi sebuah pelajaran untuk melakukan suatu perbuatan atau perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dan supaya petatah-petitih ini bisa berlaku sepanjang zaman, tidak hanya pada masa hidup Sunan Gunung Jati saja.5 Penelitianinimenggunakanpendekatankualitatifdenganpenelitianpustaka.Sumber databerupareferensiyangberasaldaribuku,artikeljurnal,maupunartirkelinternetyangada hubunganyadenganpenelitianinisertapenelitianpenelitianlainyangsejenis.Teknikpengumpulandatadalampenelitianiniyaitudengantekni kdokumen,yaitumencaridatamengenaihalahalatauvariabelyangberupacatatan,artikel,jurnal,skripsi,bukudanlainya. Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah yang di ambil yaitu : 1). Siapa Sunan Gunung Jati?2). Bagaimana petatah-petitih Sunan Gunung Jati? 3). Bagaimana nilai religiusitas dalam petatah-petitihSunanGunungJati?. B. Biografi Sunan Gunung Jati Sunan Gunung Jati di lahirkan di Mesir pada 1448 M dengan nama Syarif Hidayat atau Syarif Hidayatullah. Ia lahir di tengah-tengah keluarga yang sangat religius dan terhormat. Ayah beliau merupakan keturunan raja Mesir yang bernama Syarif Abdullah dengan gelar Sultan Muhamud, sedangkan ibunya bernama Nyai Rara Santang juga seorang keturunan "darah biru" karena ia adalah putri Prabu Siliwangi, raja Pajajaran. Syarif Hidayatullah wafat pada tahun 1570 di Gunung Jati, Cirebon Jawa Barat. Oleh karena itu beliau lebih populer di sebut sebagai Sunan Gunung Jati. 4 Purwadi, Dakwah Sunan Kalijaga Penyebaran Agama Islam di Jawa dengan Berbasis Kultural, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) hal. 26 5 Hanif Cahyo Andi Kistoro dkk, "Relevansi Konsep Nilai Petatah-Petitih Sunan Gunung Jati dalam Pendidikan Islam", Pendidikan Agama Isalam Al-Tariqah 04, no. 2 (2019): 25-40 4 Sunan Gunung Jati menempuh pendidikannya tidak melaluai lembaga formal seperti yang berlaku sekarang. Akan tetapi, bentuk pendidikan yang di tempuhnya adalah dengan melakukan penggambaran fisik, intelektual, dan sepiritual. Tidak jarang beliau berpindah dari satu guru ke guru yang lain, dan juga berpindah dari satu tempat ketempat lain juga untuk belajar. Hal ini di lakukan agar ilmu Islam yang didapatkan semakin banyak, di samping itu di dorong oleh keinginannya yang sangat besar menjadi guru agama Islam. Pendidikan beliau di mulai dari kota Makkah dengan belajar kepada ulama besar Syekh Tajuddin Al-Qurtubi tentang dasar-dasar Islam. Guru yang kedua adalah Syekh Athailah Syadzili yang merupakan ulama ilmu tassawuf. Kemudian pencarian ilmu yang di lakukan ke tanah Jawa dengan singgah terlebih dahulu ke Gujarat, India selama tiga bulan. Kemudian ia menuju Pasai untuk belajar kepada Sayid Ishak yang masih terhitung kerabatnya. Setelah iti beliau melanjutkan perjalanan menuju Pulau Jawa melalui Banten. Setelah itu ia melanjutkan perjalanan menuju Ampel. Di Ampel kemudia Syarif Hidayatullah bergabung dengan Ulama lain yang kemudian terkenal dengan sebutan Walisanga. Sunan Gunung Jati dalam sejarahnya mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi kasultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga menjadi cikal-bakal berdirinya kasultanan Banten. Dengan demikian Cirebon dan Banten adalah bagian integral atas kekuasaan Sunan Gunung Jati dalam perluasan agama Islam dan juga wilayah kekuasaan politik, kepemimpinan, pemerintahan, hingga perlawanan terhadap kekuasaan Portugis.6 Daerah-daerah yang pernah di jelajahi oleh Sunan Gunung Jati adalah Ukur Cibalitung (Kabupaten Bandung), Timbangganten (kabupaten Garut), Pasir Luhur, Batu Layang, dan Pangadingan (wilayah Barat da Selatan Sumedang Larang). Daerah-daerah lain yang berhasil di-islamkan adalah negeri Talaga, Raja Galuh, Dermayi, Trusni, 6 Munadi Herlambang, Jejak Kyai Jawa Dinamika Peran Politik dan Pemerintah Para Tokoh, (Yogyakarta: Buku Litera, 2013) hal. 101 5 Cangkuang dan Kuningan. Gerakan Islamisasi Sunan Gunung Jati saat itu telah memcapai 2/3 wilayah Jawa Barat.7 C. Petatah-Petitih Sunan Gunung Jati Petatah-petitih adalah ungkapan luhur yang di jadikan pedoman dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan Petatah- beragama. petitihdalambahasaCirebondisebuttatatiti,merupakanpesanmoralyangdibungkusdalambahasakawi(sastra).Tatatitibiasanyasebagainsihatuntukkeperluanbudipekerti.Petatah-petitih Sunan Gunung Jati mengandung nilai-nilai kehidupan berupa pandangan hidup, anjuran, pesan, teguran, nasihat, dan kritik. Petatah-petitihitu mengajarkan berbagai hal, seperti ketakwaan, alhlak yang baik, kedisiplinan, kesopanan dan tatkrama. Unsur-unsur dari petatah-petitihSunan Gunung di bagi menjadi lima aspek, yaitu ketakwaan dan keyakinan, kedisiplinan, kearifan dan kebijakan, kesopanan dan tatakrama, dan kehidupan sosial. 1. Petatah-petitih yang berkaitan dengan ketakwaan dan keyakinan Ingsuntitipnatajuglanfakirmiskin. Yensembahyangkungsipucuke panah. Yen puasa den kungsi tetaling gundewa Ibadahkangtetap. Edia ing Allah ManahdensyukurlanAllah. Kudungahekakenpertobat. Tejemahnya: Aku(SunanGunungJati)titipTajugdanfakirmiskin. Jikashalat,haruskhusyukdantawadhu'sepertianakpanahyangenancapkuat. Jikapuasaharuskuatsepertitaligondewa. Ibadahituharusterus-menerus. Takutlah kepada Allah HatiharusbersyukurkepadaAllah. Banyak-banyaklahbertaubat. 7 Ibid hal.103-104 6 2. Petatah-petitih yang berkaitan dengan kedesiplinan Aja nyindra mubarang. Pemboraban kang ora patut anulungi. Aja ngaji kejayaan kang ala rautah. Terjemahnya: Jangan mengingkari janji. Yang salah tidak usah ditolong. Jangan belajar untuk kepentingan yang tidak benar atau disalah gunakan. 3. Petatah-petitih yang berkaitan dengan kearifan dan kebijakan Singkirna sifat kanden wanci. Duweha sifat kang wanti. Amapesa ing bina batan. Angadahna ing perpadu. Aja ilok ngamad kang durung yakin. Aja ilok gawe bobat. Ing panemu aja gawe tingkah Kenana ing hajate wong. Aja dahar yen during ngeli. Aja nginum yen durung ngelok. Aja turu yen durung ketekan arif. Yen kaya den luhur. Aja ilok rarohi ing wong. Den bisa megeng ing nafsu. Angasana diri. Tepo saliro lan adol. Ngoletena rejeki sing halal. Aja akeh kang den pamrih. Den suka wenan lan suka memberih gelis lipur. Gegunem sifat kang panuji. Aja ilok gawe lara ati ing wong. Ake lara ati, namung saking duriat. Aja ilok gawe kaniaya ing mahtuk. Aja ngagungaken ing salira. Aja ujub ria suma takabur. Aja duwe ati ngunek. Terjemahnya: Jauhi sifat yang tidak baik. Miliki sifat yang baik. Jangan serakah atau berangsan dalam hidup. 7 Jauhi pentengkaran. Jangan suka mencela sesuatu yang belum terbukti kebenarannya. Jangan suka berbohong. Bila pandai jangan sombong. Kabulkan keinginan orang. Jangan makan sebelum lapar. Jangan minum sebelum haus. Jangan tidur sebelum mengantuk. Jika kaya, harus dermawan. Jangan suka menghina orang. Harus dapat menahan nafsu. Harus mawas diri. Tampilkan perilaku yang baik. Carilah rezeki yang halal. Jangan banyak mengharap pamrih. Jika bersedih, jangan diperlihatkan agar cepat hilang. Miliki sifat terpuji. Jangan suka menyakiti hati orang. Jika sering di sakiti orang, hadapilah dengan kecintaan, tidak dengan aniaya. Jangan membuat aniaya kepada mahluk lain. Jangan mengagungkan diri sendiri. Jangan sombong dan takabur. Jangan dendam. 4. Petatah-petitih yang berkaitan dengan kesopanan dan tata krama Den hormat ing wong tua. Den hormat ing leluhur. Hormaten, emanen, mulyaken ing pusaka. Den welas asih ing sapapada. Mulyakeun ing tetamu. Terjemahnya: Harus hormat kepada orang tua. Harus hormat kepada leluhur. 8 Hormat, sayangi, dan muliakan pusaka. Hendaklah menyayangi sesama manusia. Hormati tamu 5. Petatah-petitih yang berkaitan dengan kehidupan sosial Aja anglakoni lunga haji ing Makkah. Aja munggah gunung gede utawa manjing ing kawah. Aja ngimami atau khotbah ing majid agung. Aja dagangan atawa warungan. Aja kunga layaran iang lautan. Terjemahnya: Jangan berangkat haji ke Mekah jika belum mampu secara ekonomi dan kesehatan. Jangan mendaki gunung tinggi atau menyelam ke kewah jika tidak mempunyai persiapan atau keterampilan. Jangan menjadi imam dan berkutbah di Mesjid Agung jika belum dewasa dan mempunyai ilmu keislamn yaang cukup. Jangan berdagang jika hanya dijadikan tempat bergerombol orang. Jangan berlayar kelautan jika tidak mempunyai persiapan yang matang.8 D. Nilai Religiusitas dalam Petatah-Petitih Sunan Gunung Jati 1. Pengertiam Nilai Religiusitas Nilai berasal dari bahasa Latin valueyang memiliki pengertian berdaya guna dan berlaku. Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna dan baik untuk memperkaya batin serta menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai berfungsi untuk mendorong dan mengarahkan sikap perilaku manusia.Kata religi atau religion berasal daribahasa Latin, yang berasal dari kata relegereatau relegare.Religimerupakan suatu keyakinan adanya kekuatan yang goib yang suci, nilai-nilai dan norma-norma hidup yang harus di pegang dan di jaga dengan penuh perhatian agar jangan sampai menyimpang dan lepas. Religiusitas adalah suatu kesatuan unsur yang komperhensif, yang menjadikan seseorang di sebut sebagai orang beragama (beingreligious), dan bukan sekedar mengaku mempunyai agama (havingreligious). Religiusitas meliputi pengetahuan 8 Siti Komariah, "Kearifan Lokal pada Masyarakat Cirebon", Sosietas 1, no. 1 (2009),Https://ejurnal.upi.edu/index.php/societas/article/download/1112/760, diakses pada 05 April 2020 pukul 09.00 WIB 9 agama, pengalaman agama, perilaku (moralitas) agama, dan sikap sosial keagamaan. Dalam Islam, religiusitas pada garis besarnya tercermin dalam pengamalan akidah, syariah dan akhlak. Atau dengan ungkapan lain: iman, islam dan ihsan. Menurut Glock & Stark dimensi religiusitas ada lima macam yaitu, dimensi keyakinan (idiologi), dimensi peribadatan atau praktek agama, dimensi pengamalan, dimensi ihsan (penghayatan), dan dimensi pengetahuan.9 2. Nilai Religiusitas Petath-Petitih Sunan Gunung Jati Petatah-petitihyang di ajarankan oleh Sunan Gunung Jati merupakan suatu bekal untuk meningkatkan keimanan manusia kepada Allah SWT. Keimanan atau tauhid merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya manusia hidup di dunia ini selalu bergantung kepada Allah dan tidak bisa jauh dari pertolonganya. Keimanan juga akan melahirkan tata nilai yang didasarkan pada kesadaran hidup bahwa semuanya berasal dari Tuhan dan kembalinya kepada-Nya. Niai religusitas petatah-petitih Sunan Gunung Jatidapat di analisis dengan lima konsep dimensi religiusitas Glock & Stark, yaitu sebagai berikut : a. Dimensi Keyakina (Idiologi) Dimensi keyakinan mencakup hal-hal seperti keyakinan terhadap rukun iman, percaya keEsaan Tuhan, pembalasan di hari akhir, surga-neraka, dan percaya terhadap masalah-masalah goib yang di ajar kan agama. Orang yang religius beroegang teguh pada pandangan teologis tertentu, mengakui kebenaran-kebenaran doktrin tertentu.10Hal tersebut sesuai dengan petatah-petitihSunan Gunung Jati yang berbunyi "wediing Allah" yang berarti takutlah kepada Allah. Takut kepada Allah merupakan suatu perbuatan yang mengEsakan Tuhan dan yakin dan percaya bahwa Allah adalah Tuhan yang satu-satunya yang patut di sembah. Dengan merasa takut kepada Allah maka seseorang tidakakan percaya kepada selain Allah, dengan demikian mereka tidak akan melakukan perbuatan syirik. Selain itu dengan takut kepada Allah maka seseorang dalam melakukan perbuatan selalu berhatihati supaya tidak melanggar perintah yang di berikan oleh Allah melalui ajaran-ajaran dalam agama Islam. 9 muhaimin dkk, Kawasan dan Wawasan Studi Islam (Jakarta: Kencana, 2005), hal.34 Ibid hal. 45 10 10 Menurut Sunan Gunung Jati, takut kepada Allah merupakan sikap penting dan mutlak dimiliki setiap orang. Karena orang yang tidak takut kepada Allah akan mudah melakukan tindakan melanggar hukum, baik hukum masyarakat maupun hukum agama.Orang yang tidak takut kepada Allab berarti orang tersebut tidak yakin dengan adanya Allah sebagai Tuhan yang Esa dan Tuhan yang maha segalanya. b. Dimensi Peribadatan atau Praktek Agama (ritualistik) Ciri yang tampak dari religiusitas seorang muslim adalah dari perilaku ibadahnya kepada Allah. Dimensi peribadatan inu dapat diketahui dari sejauh mana tingkat kepatuhan seseorang dalam mengerjakan kegitan-kegiatan ibadah sebagaimana yang diperintahkan oleh agamanya. Dimensi ini berkaitan dengan perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang di lakukan seseorang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang di anutnya. Yang termasuk dalam dimensi peribadatan antara lain, sholat, puasa, zakat, ibadah haji, i'itikaf, qurban, membaca Al-Qur'an dan praktek-praktek keagamaan yang berhubungan dengan ibadah. Hal tersebut sesui dengan petatah-petitihSunan Gunung Jatiyang berbunyi "Yen sembahyang kungsi pucuke panah" yang artinya jika shalat harus khusuk dan tawadhuk seperti anak panah yang menancap kuat dan "Yen puasa den kungsi tetaling gundewa" yang artinya jika puasa harus kuat seperti tali gandewa.Petatah- petitihYensembahyangkungsipucukepanah,yaituapabilashalat,haruskhusyukdantawadh u'sepertianakpanahyangmenancapkuat.Shalatmerupakansalahsaturukundiantaralimar ukunIslam.ShalatmerupakaibadahkepadaAllahyangrukun,syarat,bacaandangerakannya diatursecarakhusus,diawalidarigerakantakbirdandiakhiridengansalam.Ibadahshalatmer upakanamalanyangakanditanyanantinyadiakhirat,karenashalattingkatketakwaandanbis amendekatkandirikepadaAllahSWT. ShalatmempunyainilaifilosofiyangsangatdalambagiumatIslam.Kebenaranbukanses uatuyangmudahdiperoleh,sehinggasetiapsaatharusdimohonkankepadaTuhan.Maksudn yaadalahmanusiaharusmempunyaisikaprendahhati.Shalatsebetulnyamendidik,untukbe rsikaprendahhatidenganintiihdinaash-shirathalmustaqim.JikaseseorangmemohonpetunjukkepadaAllah,iaharusmembersihkandiridari pengakuankalauiasudahtahu. 11 Petatah-petitih Yen puasa den kungsi tetaling gandewa, puasaharuskuatsepertitaligandewa. Puasa adalah suatu ibadah khusus kepada Allah SWT dengan tujuan untuk menahan diri dari segala keinginan nafsu syahwat, perut, dan segalasesuatu yang masuk kedalam tubuh melalalui kerongkongan, baik itu berupa makanan maupun minuman. Bagi SunanGunung Jati, puasa mempunyai makna yang jauh lebih dalam dari pengertian yang biasa, kuat seperti anak panah mengandung pengertian mampu menembus alam surgawi melalui kerajaman batin yang dimiliki dan dapat merasakan kehadiran Tuhan yang sangat dengan dirinya. c. Dimensi Pengamalan Wujud religusitas yang semestinya dapat segera diketahui adalah perilaku sosial seseorang. Aspek ini berkaitan dengan kegiatan pemeluk agama untuk merealisasikan ajaran-ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari yang berlandaskan pada etika dan sepiritualitas agama. Dimensi ini menyangkut hubungan manusia dengan manusia yang lain dan hubungan manusia dengan lingkungan alamnya. Yang meliputi ramah dan baik terhadap orang lain, memperjuangkan kebenaran dan keadilan, menolong sesama, disiplin dan menghargai waktu dan lainnya. Ini sesuai dengan petatah-petitih Sunan Gunung Jati yang berbunyi "Ingsuntitiptajuglanfakir" yang artinya Aku(SunanGunungJati)titipTajugdanfakirmiskin. PetatahpetitihIngsuntitiptajuglanfakir,merupakanbagiandaripengajaranSunanGunungJatidala mmenyampaikannilainilaikeislamanyangluhurdenganmenggunakanbahasayangsangatsederhana.Penggunaa nkatatajugsebagaisimboldariagamadanfakirmiskinmewakilisimbolkesosialan,SunanaGu nungJatidalammenyampaikanmaknakandungandalamAlQur'anuntukberimandanmelakukanamalsaleh.Menitipkantajugdanfakifmiskinmerupak anpesansebagaisimboldanaspekkeagamaandankesosialaninimemgajarkanagardalamke hidupansehari-haribisamenerapkannilainilaiyangberlandaskankeseimbanganataudalamislamlebihdikenaldenganistilahtawazun .Bentukdarikeseimbanganyangdimaksudadalahberkaitandenganhablumminallahdanha 12 blumminannas,yangnantinyabisaberimplikasikepadaorientasimanusiadalammenjalanik ehidupan. Tajugmerupakansimboldarihubunganmakhlukdengankhaliqatauhablumminallah. Bentukyangpalingumumdanmudahuntukdipahamidalamberetikaatauberakhlakkepada Allahadalahdenganmenaatisegalaperintahnyadanmenjauhisemualarangannya.Tajugse bagaisimbolkeagamaan,keberadaanyaperludiberdayakansebagaialatdalammendekatka ndirikepadaAllahSWT.SelainakhlakkepadaAllah,adaetikaterhadapsesamayangditunjukk andengamembantufakirmiskinsebagaibentuksimpatidanempati.Sikapsimpatidiwujudka ndengancaratidaksegandalammemberikanbantuandanpertolonganbagimerekayangkur angmamputerlebihgolonganfakirmiskin.Sedangkansikapempatidiwujudkandenganberi badahpuasa,yaitiuntukikutmerasakankehidupanfakirmiskinyangsebakekurangansehing ganantinyaakanmunculsikapkepeduliandantanggungjawab. d. Dimensi Ihsan (penghayatan) Dimensi ihsan berkaitan dengan seberapa jauh seseorang merasa dekat dan dilihat oleh Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Dimensi ini mencakup pengalaman dan pesan dekat dengan Allah, perasaan nikmat dalam melaksanakan ibadah, pernah merasa diselamatkan oleh Allah, perasaan do'a-do'a di dengar Allah, tesentuh atau tertegur ketika mendengar asma-asma Allah dan perasaan syukur atas nikmat yang dikaruniakan oleh Allah dalam kehidupan mereka. Untul mewujudkan hal tersebut seseorang harus melakukan ibadah secara istiqomah atau ajeg.11 Hal ini sesuai dengan petatahpetitihSunan Gunung Jati"Ibadahkangtetap"(ibadahharusterus-menerus) dan "ManahdensyukurlanAllah"(hatiharusbersyukurpadaAllah). Petatah-petitihIbadahkangtetap, ibadahharusterus-menerus. IbadahsebagaisatucaramendekatkandirikepadaAllahSWT.Selainuntukmendekatkandirii badahjugacarauntukmembuatbatinmanusiamenjadistabil.OlehkarenaituSunanGunungJ atimenekankanagarselalukonsistendalamberibada.Dengan beribadah secara terus menerus tidak akan menutut seseorang utuk mengulang-ulang do'anya sehingga 11 ibid hal.46 13 doanya di dengarkan oleh Allah dan di kabulkan. Dengan demikikian seseorang akan lebih beryukur atas seberapa pun nikmat yang di berikan Allah. PetatahpetitihManahdensyukurlanAllah,mempunyaipengertianhatiharusbersyukurpadaAllah.S yukurberartimenerimasegalanikmatAllahSWTyangdikaruniakanpadanya.Syukuryangpal ingsederhanaadalahdengancaramenyebutdenganbacaanhamdallah.Bentuklainsyukura dalahdengancaramempergunakansegalanikmatyangdiperolehbaikhartabenda,ilmudanl innyadijalanyangdikehendakiolehAllahSWT.Jadisyukuradalahsalahsatubentukpenerima annikamatyangdiperolehdariAllahSWT. MenurutSunanGunungJatibentuksyukurtidakhanyaterbataspadasyukurlisan,akant etapimanusiaharusberyukurmelaluisikapbatin,yaitudenganhati.Hatiyangbersyukurakan melahirkansifattawaduk,menyadarikemampuandanjugakelemahansertaketerbatasanketerbatasanyangdimilikiolehmanusia. e. Dimensi Pengetahuan Aspek ini berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran-ajaran agamanya. Orang-orang yang beragama paling tidak harus mengetahui hal-hal yang pokok mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisitradisi. Dalam aspek ini meliputi empat bidang yaitu aqidah, ibadah, akhlak, serta pengetahuan Al-Qur'an dan Hadist. Jadi aspek-aspek religiusitas tersebut berpengaruh terhadao tingkat religuisitas seseorang. Hal ini seperti petatah-petitih Sunan Gunung Jati yang berbunyi"Kudungahekakenpertobat",berartimemperbanyaktaubat. Petatah-petitih Kudu ngahekaken pertobat, berarti memperbanyak taubat. Taubag di artikan sebagai sebuah penyesalan terhadap kesalahan dan dosa yang di lakukan. Tiga syarat dalam melakukan taubat adalah memyadari kesalahan, berusaha membebaskan dari dosa tersebut dan bertekat untuk tidak mengulangi. Taubat adalah meninggalkan dosa yang selama ini sudah di perbuat karena Allah SWT, dengan perasaan menyesal, atas perbuatan maksiat yang selama ini di perbuat bertekat kuat tidak mengulanginya dan selalu menaati perinyah-Nya. Sebagai layaknya waliyullah, Sunan Gunung Jafi selalu bertaubat kepada Allah bukan saja atas dosa-dosanya yang besar, melainkan juga atas hal-hal yang bersifat Syubhat. 14 Ajaran-ajaran Sunan Gunung Jati tentang keimanan dan ketakwaan pada prinsipnya adalah untuk mendidik orang-orang sesudahnya untuk membawa diri dan menyadarkan kita, setiap gerak gerik yang dilakukan akan dipertanggung jawabkan di akhirat. E. Penutup Sunan Gunung Jati dilahirkan di Mesir pada 1448M dengan nama Syarif Hidayat atau Syarif Hidayatullah. Ia lahir ditengah-tengah keluarga yang sangat religius dan terhormat. Ayahnya bernama Syarif Abdullah dengan gelar Sultan Muhamud, sedangkan ibunya bernama Nyai Rara Santang. Sunan Gunung Jati menempuh pendidikannya tidak melaluai lembaga formal seperti yang berlaku sekarang. Akan tetapi, bentuk pendidikan yang ditempuhnya adalah dengan melakukan penggambaran fisik, intelektual, dan sepiritual. Petatah-petitih adalah ungkapan luhur yang dijadikan pedoman dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan beragama. Petatah-petitih Sunan Gunung Jati mengandung nilai-nilai kehidupan berupa pandangan hidup, anjuran, pesan, teguran, nasihat, dan kritik. Petatah-petitih itu mengajarkan berbagai hal, seperti ketakwaan, alhlak yang baik, kedisiplinan, kesopanan dan tatkrama. Unsur-unsur dari petatahpetitih Sunan Gunung dibagi menjadi lima aspek, yaitu ketakwaan dan keyakinan, kedisiplinan,kearifan dan kebijakan, kesopanan dan tatakrama, dan kehidupan sosial. Niai religusitas petatah-petitih Sunan Gunung Jati dapat dianalisis dengan lima konsep dimensi religiusitas Glock&Stark, yaitu, Dimensi keyakinan (idiologi), yaitu petatah-petitih Sunan Gunung Jati yang berbunyi "wediing Allah" yang berarti takutlah kepada Allah. Dimensi Peribadatan atau Praktek Agama(ritualistik), yaitu petatahpetitih Sunan Gunung Jati yang berbunyi "Yen sembahyang kungsi pucu kepanah" yang artinya jika shalat harus khusuk dan tawadhuk seperti anak panah yang menancap kuat dan"Yen puasa den kungsi tetalinggun dewa" yang artinya jikapuasaharuskuatsepertitaligandewa. Dimensi Pengamalan, yaitu petatah-petitih Sunan Gunung Jati yang berbunyi "Ingsun titip tajug lan fakir"yang artinya Aku (Sunan Gunung Jati) titip Tajug dan fakir miskin. Dimensi Ihsan (penghayatan), yaitu Ibadah 15 kang tetap" (ibadah harus terus-menerus) dan "Manah den syukur lan Allah"(hati harus bersyukur pada Allah). Dan dimensi pengetahuan, yaitu petatah-petitih Sunan Gunung Jati yang berbunyi"Kudu ngahekaken pertobat",berarti memperbanyak taubat. 16 Daftar Pustaka Arovah, Eva Nur dkk. 2017. "Wewekas dan Ipat-Ipat Sunan Gunung Jati Beserta Kesesuainnya dengan Al-Qur'an", Patanjala 9, no. 3 Kistoro, Hanif Cahyo Andi, dkk. 2019. "Relevansi Konsep Nilai Petatah-Petitih Sunan Gunung Jati dalam Pendidikan Islam". Pendidikan Agama Isalam Al-Tariqah 04, no. 2 Komariah, Siti. 2009 "Kearifan Lokal pada Masyarakat Cirebon", Sosietas 1, no. 1 Https://ejurnal.upi.edu/index.php/societas/article/download/1112/760, diakses pada 05 April 2020 pukul 09.00 WIB Muhaimin dkk. 2005. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: Kencana Munadi Herlambang, Munadi. 2013. Jejak Kyai Jawa Dinamika Peran Politik dan Pemerintah Para Tokoh. Yogyakarta: Buku Litera Purwadi, 2004. Dakwah Sunan Kalijaga Penyebaran Agama Islam di Jawa dengan Berbasis Kultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar http://supalikasim.blogspot.com/2011/07/nilai-nilai-budaya-petatah-petitih.html?m=1 diakses 2 April 2020 pukul 8.02 WIB https://m.ayocirebon.com/read/2019/12/16/4034/mencermati-tata-titi-sunan-gunung-jati diakses pada 02 April 2020 pukul 07:59 WIB 17