Uploaded by alyameliasiregar1

150100069

advertisement
Universitas Sumatera Utara
Repositori Institusi USU
http://repositori.usu.ac.id
Fakultas Kedokteran
Skripsi Sarjana
2018
Profil Pasien Prolonged Intubation yang
Dilakukan Trakeostomi di ICU/Pasca
Bedah di RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2017
Ramli, M. Roza
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/13532
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PROFIL PASIEN PROLONGED INTUBATION YANG
DILAKUKAN TRAKEOSTOMI DI ICU/PASCA BEDAH
RSUP HAM MEDAN TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran
Oleh :
M. ROZA RAMLI
150100069
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
PROFIL PASIEN PROLONGED INTUBATION YANG
DILAKUKAN TRAKEOSTOMI DI ICU/PASCA BEDAH
RSUP HAM MEDAN TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran
Oleh :
M. ROZA RAMLI
150100069
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
iii
i
Universitas Sumatera Utara
vii
ii
Universitas Sumatera Utara
iiii
Universitas Sumatera Utara
iv
Universitas Sumatera Utara
]
v
Universitas Sumatera Utara
vi
Universitas Sumatera Utara
vii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Latar Belakang: Pasien yang dirawat di ICU adalah pasien yang memerlukan intervensi medis
segera dan memerlukan pengelolaan fungsi organ tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan.
Banyak pasien penyakit kritis yang mendapat alat bantu napas dan dukungan ventilasi. Ventilasi
non invasif telah disarankan sebagai cara unuk menghindari prolonged intubation, tetapi
pendekatan ini tidak selalu berhasil dan kebanyakan pasien dengan kegagalan pernapasan akan
membutuhkan intubasi. Trakeostomi adalah salah satu prosedur unit perawatan intensif yang
paling umum dilakukan. Adapun indikasi medis untuk dilakukannya trakeostomi adalah obstruksi
saluran napas, perkiraan penggunaan ventilasi mekanik yang lama, perlindungan saluran napas,
meningkatkan kenyamanan pasien, memfasilitasi perkembangan dan meningkatkan keselamatan
pasien.Tujuan. Untuk mengetahui gambaran profil pasien prolonged intubation yang dilakukan
trakeostomi seperti usia, jenis kelamin, waktu trakeostomi, durasi tinggal di rumah sakit, jumlah
kematian yang terjadi. Metode. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan desain crosssectional. Metode pengumpulan data dengan menggunakan data rekam medik. Metode
pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Hasil. Hasil penelitian terhadap pasien
prolonged intubation yang dilakukan trakeostomi di RSUP HAM Medan didapatkan sebanyak 84
orang, terbanyak pada laki-laki yaitu 45 orang (54%), lansia (>45 tahun) sebanyak 56 orang
(67%), waktu trakeostomi terbanyak dilakukan pada minggu 1 sebanyak 42 orang (50%), lama
rawat inap terbanyak >1 bulan yaitu sebanyak 34 orang (41%), jumlah kematian yang terjadi
sebanyak 49 orang (58%). Kesimpulan. Pasien yang dilakukan trakeostomi di RSUP HAM Medan
yang didominasi oleh laki-laki, usia lansia, waktu ditrakeostomi pada minggu 1, lama rawat inap
>1 bulan dan jumlah kematian 58%.
Kata Kunci: ICU, Ventilasi Mekanik, Prolonged Intubation, Trakeostomi
viii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Background: Patients admitted to the ICU are patients who need immediate medical intervention
and require a coordinated and sustainable management of organ system functions. Many critically
ill patients receive breathing aids and ventilatory support. Non-invasive ventilation has been
suggested as a way to avoid prolonged intubation, but this approach is not always successful and
most patients with respiratory failure will need intubation. Tracheostomy is one of the most
commonly performed intensive care unit procedures. Medical indications for tracheostomy are
airway obstruction, estimates of the use of long mechanical ventilation, airway protection,
improving patient comfort, facilitating development and improving patient safety. Purposes. To
describe the profile of prolonged intubation patients who performed tracheostomy such as age,
sex, timing of tracheostomy, duration of hospital stay, number of deaths that occurred in the
tracheostomy. Methods. This study used a descriptive research method with a cross-sectional
design. Methods of collecting data using medical record data. The sampling method uses total
sampling technique. Results. The results of the study on prolonged intubation patients who
performed a tracheostomy at RSUP HAM Medan found as many as 84 people, most of whom were
men 45 people (54%), elderly (> 45 years) as many as 56 people (67%), the most time
tracheostomy performed was on week 1 as many as 42 people (50%), the length of stay mostly
>1month as many as 34 people (41%), the number of deaths that occurred as many as 49 people
(58%). Conclusion. Patients who underwent a tracheostomy at RSUP HAM Medan dominated by
men, the age of elderly, the time of tracheostomy on week 1, length of stay> 1 month and the
number of deaths 58%.
Keywords: ICU, Mechanical Ventilation, Prolonged Intubation, Tracheostomy
ix
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Profil Pasien Prolonged Intubation
yang dilakukan Trakeostomi di ICU/Pasca Bedah di RSUP H.Adam Malik
Medan Tahun 2017”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana
kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini, saya banyak menerima
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu saya ingin menyampaikan ucapan rasa terima
kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1.
DR. dr. Aldy Syafruddin Rambe, Sp.S (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
2.
dr. Raka Jati Prasetya, M.Ked (An), Sp.An, sebagai Dosen Pembimbing saya
yang telah banyak memberi arahan dan masukan, sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan dengan baik.
3.
dr. Setia Putra Tarigan, Sp.P (K) dan dr. Muhammad Rusda, M.Ked (OG),
Sp.OG (K), sebagai Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dan pemikiran
untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
4.
Manajemen dan staf RSUP H.Adam Malik Medan yang telah memberikan izin
dan bantuan untuk melakukan penelitian di RSUP H.Adam Malik Medan
5.
Rasa cinta dan terima kasih saya persembahkan kepada kedua orang tua saya,
ayahanda dr. Adlin Herry, Sp.PD-KGEH FINASIM dan ibunda saya Riza
Mahsuri, SE , serta kakak dr. Rizdyna Mahvira Adlin dan adik saya Raisa Alya
Adlin atas doa, semangat dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini.
6.
Seluruh teman-teman saya khususnya teman-teman Stambuk 2015 yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan x
x
Universitas Sumatera Utara
xi
bantuannya selama mengikuti pendidikan.
Saya menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu saya mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat
berguna bagi kita semua.
Medan, 5 Desember 2018
Penulis,
M. Roza Ramli
i
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pasien yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU) adalah pasien yang
diharapkan reversible (pulih kembali seperti semula) mengingat ICU adalah
tempat perawatan yang memerlukan biaya tinggi dilihat dari segi peralatan dan
tenaga keperawatan khusus. Pasien yang dirawat di ICU adalah pasien yang
memerlukan intervensi medis segera dan memerlukan pengelolaan fungsi sistem
organ tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan. Sehingga diperlukan
pengawasan yang konstan dan pemantauan kontinu untuk mencegah timbulnya
perburukan kondisi (Hoffhuis et al., 2003).
Banyak pasien penyakit kritis yang mendapat alat bantu napas dan dukungan
ventilasi. Manajemen alat bantu ini digunakan ketika terjadi perburukan kondisi
penyakit paru dan gagal jantung kongestif. Penggunaan ventilasi non invasif
sering berhasil, menghindari kebutuhan untuk penggunaan ventilasi napas invasif
pada pasien tertentu. Ventilasi non invasif menunjukkan mortalitas yang lebih
rendah daripada ventilasi invasif. Ventilasi non invasif telah disarankan sebagai
cara unuk menghindari prolonged intubation, tetapi pendekatan ini tidak selalu
berhasil dan kebanyakan pasien dengan kegagalan pernapasan akan membutuhkan
intubasi, sehingga muncul pertanyaan tentang waktu yang tepat untuk dilakukan
trakeostomi. Trakeostomi adalah salah satu prosedur di unit perawatan intensif
yang paling umum dilakukan. Keuntungan yang didapat termasuk kenyamanan
pasien dan manajemen jalan napas yang lebih baik. Pasien dapat memiliki waktu
perawatan di ICU yang lebih singkat, penggunaan alat bantu napas yang lebih
singkat, dan dapat keluar dari rumah sakit lebih cepat. Namun tetap memiliki
risiko baik jangka panjang maupun jangka pendek. Selain itu kapan dilakukannya
trakeostomi juga sangat berpengaruh. Begitu kebutuhan pemakaian alat bantu
napas diidentifikasi untuk jangka panjang tindakan trakeostomi harus segera
dipertimbangkan (Durbin Jr,2005).
Trakeostomi merupakan suatu tindakan membuat lubang terbuka pada trakea.
Trakeostomi pertama kali dilakukan sekitar 5000 tahun yang lalu oleh bangsa
1
Universitas Sumatera Utara
2
Yunani. Tahun 1909 Chevalier Jackson melakukan suatu tindakan yang mirip
dengan trakeostomi (Purwaadmidjaja,2012).
Trakeostomi dapat dilakukan untuk memastikan jalan napas yang aman dan
nyaman pada pasien. Meskipun ada komplikasi, termasuk kematian terkait dengan
trakeostomi, namun pengerjaannya
sekarang menjadi
umum
dilakukan.
Perkembangan trakeostomi dengan teknik tertentu seperti teknik perkutan di
samping tempat tidur pasien telah mengurangi kebutuhan pasien untuk harus ke
ruang operasi dan menurunkan biaya pengobatan, mungkin ini salah satu faktor
yang menyebabkan peningkatan insidensi dilakukannya trakeostomi. Satu per
sepuluh pasien yang mendapat ventilasi mekanik dilakukan trakeostomi. Tindakan
trakeostomi dini telah dianjurkan untuk mempersingkat masa peenggunaan
ventilasi mekanik ( Engoren et al., 2004).
Keputusan untuk memasang trakeostomi harus berdasarkan perkiraan waktu
pemulihan, risiko penggunaan intubasi translaring dan risiko trakeostomi itu
sendiri. Adapun indikasi medis untuk dilakukannya trakeostomi adalah obstruksi
saluran napas, perkiraan penggunaan ventilasi mekanik yang lama, perlindungan
saluran napas,akses saluran udara untuk menghilangkan sekret, menghindari
komplikasi
intubasi
translaringeal,
meningkatkan
kenyamanan
pasien,
memfasilitasi perkembangan perawatan baik didalam maupun diluar ICU dan
meningkatkan keselamatan pasien. Waktu mengenai kapan dilakukannya
trakeostomi telah berubah dalam beberapa tahun terakhir. Trakeostomi pada tahun
1980-an dianggap "awal" jika itu dilakukan sebelum 21 hari intubasi. Dalam
literatur otorhinolaryngology tindakan trakeostomi untuk melindungi laring dari
kerusakan akibat intubasi telah direkomendasikan pada hari ke 3 intubasi.
Rekomendasi ini didasarkan pada fakta bahwa kerusakan mukosa yang diamati
secara visual pada laring dan pita suara dapat terjadi jika tidak dilakukan
trakeostomi dalam 3-7 hari (Scales et al., 2008).
The American College of Chest Physicians merekomendasikan tindakan
trakeostomi terhadap pasien yang memakai selang endotrakeal selama lebih dari
21 hari. Manfaat trakeostomi daripada menggunakan intubasi endotrakeal
termasuk mengurangi cedera laring langsung, meningkatkan kenyamanan, dan
meningkatkan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti mobilitas dan makan. Pasien
Universitas Sumatera Utara
3
yang memiliki tumor di dalam saluran napas, masalah pita suara seperti
pembengkakan, penyempitan, atau anatomi jalan napas yang tidak normal adalah
kategori lain untuk trakeostomi karena obstruksi saluran napas yang mengganggu
pernapasan normal (Morris et al.,2013).
Hsu et al menganalisis 163 pasien ICU medis secara retrospektif dan membagi
pasien menjadi dua kelompok: pasien yang berhasil berhenti dari pemakaian
ventilasi mekaniknya dan pasien yang tidak berhasil. Juga didapatkan hubungan
waktu trakeostomi dengan keberhasilan penghentian ventilasi mekanik, periode
intubasi lebih dari 21 hari menunjukkan penurunan tingkat keberhasilan (31,5%
berbanding 56%). Pasien yang menjalani trakeostomi awal memiliki periode
penggunaan ventilasi mekanik yang lebih pendek (19 berbanding 44 hari)
(Grooves and Durbin Jr, 2007).
Beberapa studi observasional trakeostomi menyarankan mengenai keuntungan
trakeostomi dini, termasuk mempersingkat waktu penggunaan ventilasi mekanik
dan durasi tinggal ICU yang lebih pendek. Namun, analisis ini dibatasi oleh
jumlah sampel yang didapat. Penelitian retrospektif yang lebih besar menganalisis
dengan lebih hati-hati menunjukkan adanya hubungan waktu dilakukannya
trakeostomi dengan kematian. Total 10.927 pasien menerima trakeostomi selama
penelitian, dimana sepertiga (n 3758) menerima trakeostomi dini dan dua pertiga
menerima trakeostomi terlambat (n 7169). Analisis multivariabel mengenai kapan
dilakukannya trakeostomi menunjukkan bahwa setiap penundaan 1 hari memiliki
hubungan dengan peningkatan angka kematian (Scales et al., 2008).
Tindakan trakeostomi dini pada pasien yang membutuhkan alat bantu napas
dapat mengarah ke pengurangan durasi penggunaan ventilasi mekanik dan
pengurangan masa tinggal di ICU. Namun, jumlah studi yang terbatas dan pasien
yang tersedia untuk analisis masih menimbulkan beberapa keraguan untuk
keakuratan hasilnya (Griffiths et al., 2005).
Oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran profil
pasien prolonged intubation yang dilakukan trakeostomi di ICU/pasca bedah
Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan tahun 2017.
Universitas Sumatera Utara
4
RUMUSAN MASALAH
1.2
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Bagaimanakah
profil
pasien
prolonged
intubation
yang
dilakukan
trakeostomi?
1.3
TUJUAN PENELITIAN
1.3.1
Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana gambaran profil pasien prolonged intubation yang
dilakukan trakeostomi.
1.3.2
Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
a. Mengetahui gambaran profil pasien yaitu umur dan jenis
kelamin b. Mengetahui waktu dilakukannya trakeostomi
c. Mengetahui berapa lama durasi tinggal di rumah sakit
d. Mengetahui jumlah kematian yang terjadi pada pasien trakeostomi
1.4
MANFAAT PENELITIAN
1.4.1
Manfaat bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi
untuk penelitian berikutnya mengenai trakeostomi.
1.4.2
Manfaat bagi Institusi Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan mengenai tindakan
yang akan dilakukan terhadap pasien yang membutuhkan trakeostomi baik di ICU
maupun pasca bedah
Universitas Sumatera Utara
5
1.4.3
Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini dibuat sebagai syarat kelulusan untuk menjadi sarjana
kedokteran dan melanjutkan ke program pendidikan profesi dokter.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ICU
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit dengan staf
yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi,
perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau hal lain
yang berpotensial mengancam nyawa (KEMENKES, 2010). ICU adalah area di
dalam fasilitas medis yang dilengkapi dengan teknologi canggih seperti ventilator
dan personel yang dilatih untuk memberikan perawatan intensif dan canggih
untuk mendukung kehidupan pasien kritis. Unit-unit ini dapat diatur berdasarkan
sistem khusus misalnya berdasarkan patologis atau berdasarkan kelompok usia
(dewasa atau anak) (Nates et al., 2016).
Kriteria Masuk ICU
Berdasarkan Society of Critical Care Medicine (SCCM) secara umum, pasien
yang dirawat di ICU harus memenuhi satu atau lebih kriteria berikut:
- Memerlukan perawatan yang melibatkan kompetensi khusus staf ICU yang tidak
tersedia secara luas di tempat lain di rumah sakit seperi ventilasi mekanik dan
manajemen syok
- Memiliki ketidakstabilan klinis (misalnya status epileptikus, hipoksemia, dan
hipotensi) (Nates et al., 2016).
2.2 VENTILASI MEKANIK
Ventilasi mekanik menurut Bruner dan Suddarth adalah alat pernapasan
bertekanan positif atau negatif yang dapat mempertahankan ventilasi dan
pemberian oksigen selama waktu yang lama (Bruner and Suddarth, 2001).
Sedangkan menurut Hudak dan Gallo ventilasi mekanik adalah alat dimana pasien
menerima bantuan ventilasi untuk mempertahankan ventilasi alveloar yang
adekuat (Hudak and Gallo, 2001).
6
Universitas Sumatera Utara
7
Indikasi Ventilasi Mekanik
1. Sindrom Kegawatan Napas Akut
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) adalah suatu kondisi di mana
paru-paru menderita luka yang mengganggu kemampuan paru-paru untuk
mengambil oksigen. kadar oksigen darah rendah dan ketidakmampuan untuk
mendapatkan oksigen ke tingkat normal adalah ciri khas ARDS. Istilah akut
merefleksikan onset mendadak — lebih dari beberapa menit atau jam dari cedera.
Acute Lung Injury (ALI) adalah istilah yang lebih baru dan termasuk didalam
ARDS tetapi memiliki derajat cedera paru-paru yang lebih ringan. ALI dan ARDS
biasanya didasari oleh penyakit parah lainnya. Kisaran penyakit yang dapat
menyebabkan ARDS sangat luas dan biasanya juga dapat merusak organ selain
paru-paru, tetapi cedera paru biasanya mendominasi gambaran klinis (Bernard GR
et al., 1994).
Sejak dideskripsikan pertama kali oleh Asbaugh et al pada tahun 1967, Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS) telah secara luas diakui sebagai masalah
klinis utama di seluruh dunia, membawa morbiditas dan beban mortalitas.
Faktanya, kejadian ARDS berkisar dari 1,5 kasus per 100.000 hingga hampir 79
kasus per 100.000 dengan negara-negara di Eropa melaporkan insiden yang lebih
rendah daripada Amerika Serikat (Confalonieri et al., 2017).
2. Gagal Napas Akut
Kegagalan napas adalah sindrom di mana sistem pernapasan gagal
mempertahankan pertukaran gas yang adekuat saat istirahat atau selama
berolahraga yang mengakibatkan hipoksemia dengan atau tanpa bersamaan
dengan hiperkarbia. Meskipun banyak kemajuan teknis dalam diagnosis,
pemantauan dan intervensi terapeutik, kegagalan pernapasan akut terus berlanjut
menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di unit perawatan intensif
(ICU) (Khilnani and Bammigatti, 2005).
Respiratory Failure (RF) didiagnosis ketika pasien kehilangan kemampuan
untuk ventilasi yang memadai atau untuk menyediakan oksigen yang cukup untuk
darah dan organ sistemik. Kegagalan pernapasan klinis didiagnosis ketika PaO2
kurang dari 60mmHg dengan atau tanpa tingkat CO2 meningkat, saat menghirup
Universitas Sumatera Utara
8
udara ruangan. Angka kematian tinggi adalah hal yang umum terjadi pada pasien
gagal napas akut bahkan untuk pasien yang mendapat perawatan ICU Modern.
Pada kondisi resusitasi darurat pasien membutuhkan kontrol saluran napas,
manajemen ventilator, dan stabilisasi kegagalan pernapasan akut. Pada saat yang
sama penyebab kegagalan pernapasan pasien harus dievaluasi dan rencana terapi
harus berasal dari pemeriksaan klinis dan laboratorium dilengkapi dengan hasil
unit perawatan intensif khusus (Khilnani and Bammigatti, 2005).
2.3 PROLONGED INTUBATION
Prolonged intubation adalah keadaan dimana pasien mendapat alat bantu
napas atau intubasi lebih dari 7 hari (Vogelhut and Downs, 1979). Dapat
disimpulkan bahwa prolonged intubation adalah indikasi utama dilakukannya
trakeostomi, biasanya dilakukan setelah 2 minggu penggunaan intubasi. Meskipun
tidak ada komplikasi awal yang besar, namun komplikasi seperti stenosis trakea
(13,9%) dan stenosis subglotis (25%) masih dapat terjadi. Komplikasi ini pun
masih merupakan hal yang menantang untuk trakeostomi yang perlu diselidiki dan
dicegah (El Anwar et al.,2017)
2.4 TRAKEOSTOMI
Trakeostomi merupakan suatu tindakan membuat lubang terbuka pada trakea.
Trakeostomi pertama kali dilakukan sekitar 5000 tahun yang lalu oleh bangsa
Yunani. Tahun 1909 Chevalier Jackson melakukan tindakan yang mirip dengan
trakeostomi. Tahun 1955 Shelden dkk melaporkan suatu teknik trakeostomi yang
disebut trakeostomi dilatasional perkutan (TDP), yang dianggap lebih mudah,
sebagai alternatif tindakan trakeostomi surgikal (Purwaadmija,2012).
Trakeostomi berasal dari dua kata Yunani yang artinya memotong trakea.
Tindakan trakeostomi dulu disebut dengan beberapa istilah, antara lain
laringotomi, bronkotomi hingga istilah trakeostomi diperkenalkan oleh Heister
pada tahun 1718 (Goldenberg.,2000).
Universitas Sumatera Utara
9
Anatomi Leher
Saluran pernapasan hingga mencapai paru-paru dimulai dari hidung, faring,
laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus yang dilapisi oleh membran mukosa
bersilia. Laring merupakan pintu masuk jalan napas atas yang berfungsi untuk
proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan serta fonasi.
Gambar 2.1 Anatomi leher
Gambar 2.2 Anatomi trakea
Indikasi Trakeostomi
Pada awalnya trakeostomi sering dilakukan dengan indikasi sumbatan jalan
napas atas, namun saat ini sejalan dengan kemajuan unit perawatan intensif,
trakeostomi juga sering dilakukan atas indikasi intubasi lama (prolonged
intubation) atau penggunaan mesin ventilasi dalam jangka waktu lama. Pada tahun
1989, Konsensus American College of Chest Physicians (ACCP) mengadakan
konferensi tentang pasien yang membutuhkan ventilasi mekanik mengeluarkan
pernyataan bahwa trakeostomi lebih diutamakan (daripada prolonged intubation)
untuk pasien yang membutuhkan alat bantu napas lebih dari 21 hari. Rekomendasi
serupa dilakukan oleh konsensus Eropa pada tahun 1998 untuk pasien yang
membutuhkan alat bantu napas antara 10 sampai lebih dari 21 hari, keputusan itu
diserahkan kepada dokter yang hadir, dan perkiraan berapa hari
Universitas Sumatera Utara
10
kebutuhan untuk ventilasi. Pedoman baru ACCP menunjukkan bahwa trakeostomi
seharusnya dipertimbangkan setelah periode awal stabilisasi pada ventilator
(umumnya dalam 3-7 hari), bila sudah jelas bahwa pasien akan membutuhkan
ventilator mekanik dalam jangka waktu yang lama (Durbin Jr and Groves, 2007).
Berdasarkan NHS Foundation Trust tentang Trachostomy Care Guidelines
2017 trakeostomi dapat dilakukan :
•Untuk menyediakan dan memelihara saluran napas untuk dukungan pernapasan
(pada pasien dengan penurunan tingkat kesadaran atau gangguan neuromuskular).
•Untuk menghilangan sekret yang berlebihan
•Untuk melewati kemungkinan obstruksi saluran pernapasan atas (tumor,
peradangan, trauma, atau benda asing).
•Untuk membantu menyapih pasien dari dukungan ventilasi (Guy, 2017).
Kontraindikasi Trakeostomi
Kontraindikasi absolut untuk trakeostomi adalah infeksi jaringan lunak leher
atau gangguan anatomis, walaupun jarang ditemukan. Distres pernapasan berat
dengan
hipoksemia
refrakter
dan
hiperkapnia
dapat
dianggap
sebagai
kontraindikasi relatif. Gangguan hematologi dan koagulasi sering dianggap
sebagai kontraindikasi untuk trakeostomi, meskipun penelitian sebelumnya telah
menunjukkan bahwa prosedur ini dapat dilakukan dengan aman pada pasien
dengan neutropenia berat atau trombositopenia (Durbin Jr and Groves,2007).
Klasifikasi Trakeostomi
Menurut
waktu
dilakukannya
tindakan,
trakeostomi
dibagi
menjadi
trakeostomi darurat dan trakeostomi elektif. Trakeostomi darurat dilakukan pada
kasus sumbatan jalan napas atas untuk penyelamatan nyawa. Trakeostomi elektif
adalah tindakan trakeostomi yang dilakukan dengan persiapan sarana dan
persiapan kondisi pasien secara baik. Pasien masih sempat dilakukan pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan laboratorium lengkap untuk dijadikan bahan
pertimbangan dalam melakukan tindakan. Jika pasien mengalami gangguan
Universitas Sumatera Utara
11
hemostasis umumnya dilakukan perbaikan hemostasis terlebih dahulu pada pasien
sebelum dilakukan tindakan trakeostomi (Hatchiram et al,. 2010).
Komplikasi Trakeostomi
Tingkat komplikasi yang terkait dengan trakeostomi relatif rendah.
Komplikasi yang dilaporkan antara lain infeksi stomal, pneumotoraks, emfisema
subkutan, hemoragi, stenosis trakea, jaringan trakeomalasia dan granulasi hingga
kematian walaupun jarang. Komplikasi tersebut harus dibandingkan dengan risiko
yang teridentifikasi dari intubasi orotrakeal jangka panjang, termasuk edema,
peradangan, ulkus mulut-labial, granuloma lipatan vokal, cedera ariltenoid, dan
perubahan motilitas laring karena stenosis, fibrosis atau nekrosis pada laring atau
trakea. Salah satu masalah yang lebih serius adalah cedera dinding trakea
posterior. Ini lebih mungkin terjadi pada TDP tetapi juga dilaporkan terjadi pada
trakeostomi bedah. Pneumothoraks jarang terjadi dengan TDP tetapi dapat terjadi
1-3%
pada
trakeostomi
bedah.
Radiografi
toraks
rutin
tidak
lagi
direkomendasikan setelah dilakukan trakeostomi, kecuali ada tanda-tanda dari
pertukaran udara yang tidak terduga (Durbin Jr and Groves, 2007).
Universitas Sumatera Utara
12
2.5 KERANGKA TEORI
Gagal napas akut/Sindroma
kegawatan napas
Ventilasi Mekanik
Prolonged intubation
Trakeostomi
Definisi
Indikasi Trakeostomi :
•
•
•
Perkiraan lama
penggunaan ventilasi
mekanik
Kegagalan ekstubasi
Cedera
oropharingeal dan
laring serius karena
penggunaan intubasi
berkepajangan
Kontraindikasi :
•
•
Infeksi
jaringan lunak
leher
Ditakutkan
pada pasien
yang
menderita
gangguan
hematologi
dan koagulasi
Gambar 2.3 Kerangka teori
Universitas Sumatera Utara
13
2.6 KERANGKA KONSEP
Jenis kelamin
Umur
Pasien prolonged intubation
yang dilakukan trakeostomi
Waktu dilakukan
trakeostomi
Durasi rawat di RS
Kematian
Gambar 2.4 Kerangka konsep
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif-analitik yang menggambarkan profil
pasien prolonged intubation yang dilakukan trakeostomi. Desain peneltian yang
digunakan adalah cross-sectional study (studi potong lintang). Data yang diambil
adalah data sekunder dari rekam medik pada tahun 2017.
3.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Waktu penelitian dilaksanankan pada bulan Juli sampai oktober 2018.
Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik
Medan.
3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh rekam medik pasien prolonged intubation
yang dilakukan trakeostomi di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan
pada tahun 2017.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat digunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling. Sampel penelitian yang di ambil merupakan
subjek dari populasi yang dipilih dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah secara total sampling.
Sampel adalah rekam medik pasien prlonged intubation yang dilakukan
trakeostomi pada tahun 2017 di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu :
Kriteria Inklusi:
1. Rekam medik pasien prolonged intubation yang dilakukan trakeostomi di
RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2017.
14
Universitas Sumatera Utara
15
Kriteria Eksklusi:
1. Pasien prolonged intubation yang dilakukan trakeostomi di RSUP
H.Adam Malik Medan tahun 2017 yang data rekam mediknya tidak
lengkap, rusak, ataupun tidak terbaca lagi.
3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersumber dari rekam medik yaitu kartu status pasien prolonged intubation yang
dilakukan trakeostomi di RSUP H.Adam Malik Medan berupa umur, jenis
kelamin, durasi penggunaan ventilasi mekanik serta durasi tinggal di ICU.
3.5 PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
Data yang diperoleh, dikumpulkan dan diolah menggunakan program Statistical
Package for the Social Sciences (SPSS) dan kemudian di distribusikan secara
deskriptif menggunakan tabel distribusi frekuensi dan dilakukan pembahasan data
yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
16
3.6 DEFINISI OPERASIONAL
Tabel. 3.1 Definisi operasional
Variabel
Umur
Definisi
Cara
Alat
Operasional
Ukur
Ukur
Umur yang
Membaca
Rekam
tercatat pada
rekam
medik
rekam medik
medik
Hasil ukur
Skala
Ukur
Semua umur
Numerik
Nominal
Jenis
Jenis laki-laki Membaca
Rekam
Perempuan
kelamin
atau
rekam
medik
Laki-laki
perempuan
medik
Waktu
Waktu
Membaca
Rekam
Waktu
dilakukan
dilakukan
rekam
medik
dilakukan
trakeostomi
trakeostomi
medik
Numerik
trakeostomi
dalam hari
Durasi
Lamanya
Membaca
Rekam
Lamanya
dirawat di
pasien
rekam
medik
dirawat di
RS
dirawat di RS medik
Numerik
RS dalam
hari
Kematian
Jumlah
Membaca
Rekam
Jumlah
kematian
rekam
medik
angka
yang terjadi
medik
Numerik
kematian
yang terjadi
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam
Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan
Tani, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera
Utara. RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit pemerintah yang masuk
dalam kategori Rumah Sakit Kelas A.
Berdasarkan SK Menkes RI No. HK.02.02/MENKES/390/2014 tanggal 17
Oktrober 2014 tentang Pedoman Penetapan Rumah Sakit Rujukan Nasional,
RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan salah satu rumah sakit di bagian
Regional Barat yang merupakan Rumah Sakit Rujukan Nasional. Selain itu,
RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan jenis Rumah Sakit Pendidikan,
sehingga peneliti dapat melakukan penelitian di rumah sakit ini. Penelitian ini
dilakukan di sub bagian rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan.
Dari hasil pengumpulan data rekam medis pasien, sampel yang diperoleh
untuk pasien prolonged intubation yang dilakukan trakeostomi sebanyak 91,
namun yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 84.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi pasien trakeostomi berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase (%)
Laki-laki
45
53,6
Perempuan
39
46,4
Total
84
100,0
Menurut tabel 4.1 di atas, didapatkan data bahwa pasien yang dilakukan
trakeostomi terbanyak pada laki-laki yaitu sebanyak 45 orang (53,6%), selebihnya
pada perempuan yaitu sebanyak 39 orang (46,4%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Engoren et al. (2004) dimana dari
429 orang yang dilakukan trakeostomi 246 orang (57%) diantaranya adalah lakilaki dan 183 orang (43%) diantaranya adalah perempuan.
17
Universitas Sumatera Utara
18
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pasien trakeostomi berdasarkan usia
Usia
Frekuensi
Persentase (%)
Balita (0-5 tahun)
2
2,4
Anak-anak (6-11 tahun)
4
4,8
Remaja (12-23 tahun)
10
11,9
Dewasa (24-45 tahun)
12
14,3
Lansia (>45 tahun)
56
66,6
Total
84
100,0
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, didapatkan data bahwa pasien prolonged
intubation yang dilakukan trakeostomi terbanyak pada usia lansia (>45 tahun)
sebanyak 56 orang (66,6%), selebihnya pada usia balita (0-5 tahun) sebanyak 2
orang (2,4%), anak-anak (6-11 tahun) sebanyak 4 orang (4,8%), remaja (12-23
tahun) sebanyak 10 orang (11,9%) dan dewasa (24-45 tahun) sebanyak 12 orang
(14,3%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mahafza et al. (2012) yang
menyimpulkan bahwa dari 106 orang yang dilakukan trakeostomi dengan rentang
umur dari 2 bulan-90 tahun, rata-rata umur yang didapatkan adalah 46,5 tahun
(>45 tahun).
Universitas Sumatera Utara
19
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi waktu dilakukannya trakeostomi
Minggu
Frekuensi
Persentase (%)
Minggu 1 (1-7 hari)
42
50,0
Minggu 2 (8-14 hari)
18
21,4
Minggu 3 (15-21 hari)
15
17,9
Minggu 4 (22-28 hari)
6
7,1
Minggu 5 (>28 hari)
3
3,6
Total
84
100,0
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, didapatkan data bahwa pasien prolonged
intubation yang dilakukan trakeostomi terbanyak dilakukan pada minggu 1 (1-7
hari) sebanyak 42 orang (50,0 %), selebihnya pada minggu 2 (8-14 hari) sebanyak
18 orang (21,4%), minggu 3 (15-21 11
hari) sebanyak 15 orang (17,9%), minggu 4
(22-28 hari) sebanyak 6 orang (7,1%) dan minggu 5 (>28 hari) sebanyak 3 orang
(3,6%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Scales et al. (2008) yang
menyimpulkan bahwa trakeostomi (early tracheostomy) direkomendasikan untuk
dilakukan pada hari 3-7 pasien di rawat di rumah sakit. Ini membuktikan bahwa
trakeostomi tidak hanya dilakukan pada pasien prolonged intubation namun juga
dilakukan pada pasien yang diperkirakan akan mengalami prolonged intubation.
Universitas Sumatera Utara
20
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi lama rawat inap pasien trakeostomi
Minggu
Frekuensi
Persentase (%)
Minggu 1 (1-7 hari)
17
20,2
Minggu 2 (8-14 hari)
12
14,3
Minggu 3 (15-21 hari)
13
15,5
Minggu 4 (22-28 hari)
8
9,5
>4 Minggu
34
40,5
Total
84
100,0
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, didapatkan data bahwa lama rawat inap pasien
prolonged intubation yang dilakukan trakeostomi terbanyak adalah >4 minggu
sebanyak 34 orang (40,5 %), selebihnya sampai minggu 1 (1-7 hari) sebanyak 17
orang (20,2%), minggu 2 (8-14 hari) sebanyak 12 orang (14,3%), minggu 3 (1521 hari) sebanyak 13 orang (15,5%) dan minggu 4 (22-28 hari) sebanyak 8 orang
(9,5%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan fei wang et al. (2011) yang mengatakan
bahwa pasien yang dilakukan trakeostomi umumnya adalah pasien dengan
penyakit kritis yang membutuhkan alat bantu napas dan perawatan di rumah sakit
yang cukup lama.
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi jumlah kematian pada pasien trakeostomi
Kondisi Akhir
Frekuensi
Persentase (%)
Kematian
49
58,3
Pulang
35
41,7
Total
84
100,0
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, didapatkan data bahwa jumlah kematian pada
pasien prolonged intubation yang dilakukan trakeostomi adalah sebanyak 49
orang (58,3%).
Universitas Sumatera Utara
21
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Durbin Jr (2010) yang
mengatakan bahwa trakeostomi adalah tindakan yang umum dilakukan pada
pasien dengan penyakit kritis, pasien dengan trauma serius yang membutuhkan
perawatan dirumah sakit yang cukup lama dan memiliki mortalitas yang tinggi.
Tabel 4.6 Tabulasi silang minggu rawat dan minggu trakeostomi
Minggu diTrakeostomi
Minggu
Total
Rawat
Minggu
1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
1 Minggu
17
0
0
0
0
17
2 Minggu
11
1
0
0
0
12
3 Minggu
7
6
0
0
0
13
4 Minggu
1
4
3
0
0
8
>1 Bulan
6
7
12
6
3
34
Total
p-value
0,000
84
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, didapatkan data bahwa pasien yang menjalani
rawat inap selama 1 minggu didominasi oleh pasien yang dilakukan trakeostomi
pada minggu 1 yaitu sebanyak 17 orang (100%). Pada pasien yang menjalani
rawat inap selama 2 minggu didominasi oleh pasien yang dilakukan trakeostomi
pada minggu 1 yaitu sebanyak 11 orang (92%) dan minggu 2 sebanyak 1 orang
(8%). Pasien yang menjalani rawat inap selama 3 minggu didominasi oleh pasien
yang dilakukan trakeostomi pada minggu 1 yaitu sebanyak 7 orang (54%) dan
minggu 2 sebanyak 6 orang (46%). Pasien yang menjalani rawat inap selama 4
minggu didominasi oleh pasien yang dilakukan trakeostomi pada minggu 2 yaitu
sebanyak 4 orang (50%), minggu 3 sebanyak 3 orang (38%) dan minggu 1
sebanyak 1 orang (12%). Pada pasien yang menjalani rawat inap selama >1 bulan
didominasi oleh pasien yang dilakukan trakeostomi pada minggu 3 yaitu sebanyak
Universitas Sumatera Utara
22
12 orang (35%), minggu 2 sebanyak 7 orang (20%), minggu 1 sebanyak 6 orang
(18%), minggu 4 sebanyak 6 orang (18%) dan minggu 5 sebanyak 3 orang (9%).
Berdasarkan hasil analisis dengan uji chi square, diketahui bahwa hasil
tabulasi silang antara minggu rawat dengan minggu dilakukannya trakeostomi
memiliki nilai p = 0,000 (p < 0,05) yang menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan antara waktu dilakukannya trakeostomi dengan lama rawat inap pasien
di RSUP H. Adam Malik Medan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Durbin Jr (2010) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara waktu
dilakukannya trakeostomi dengan lama rawat inap (p=0,001).
Tabel 4.7 Tabulasi silang minggu trakeostomi dengan kematian
Minggu diTrakeostomi
Kematian
Total
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
p-value
Meninggal
20
10
10
6
3
49
Tidak
22
8
5
0
0
35
Total
0,064
84
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, didapatkan data bahwa pasien yang dilakukan
trakeostomi pada minggu 1 yang meninggal sebanyak 20 orang (24%) dan yang
tidak 22 orang (26%). Pasien yang dilakukan trakeostomi pada minggu 2 yang
meninggal didapatkan sebanyak 10 orang (12%) dan yang tidak 8 orang (10%).
Pasien yang dilakukan trakeostomi pada minggu 3 yang meninggal sebanyak 10
orang (12%) dan yang tidak 5 orang (6%). Pasien yang dilakukan trakeostomi
pada minggu 4 didapatkan seluruhnya meninggal yaitu berjumlah 6 orang (7%)
dan pada minggu 5 juga didapatkan seluruhnya meninggal yaitu berjumlah 3
orang (3%).
Berdasarkan hasil analisis dengan uji chi square, diketahui bahwa hasil
tabulasi silang antara waktu dilakukannya trakeostomi dengan jumlah kematian
memiliki nilai p = 0,064 (p > 0,05) yang menunjukkan tidak terdapat hubungan
Universitas Sumatera Utara
23
yang signifikan antara waktu dilakukannya trakeostomi dengan jumlah kematian
yang terjadi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Scales et al. (2008)
yang menyimpulkan bahwa tidak ditemukannya hubungan antara waktu
dilakukannya trakeostomi dengan jumlah kematian yang terjadi.
Hasil keseluruhan data menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan
antara waktu dilakukannya trakeostomi dengan lama rawat inap namun tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara waktu dilakukannya trakeostomi dengan
jumlah kematian.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilaksanakan pada
penelitian ini, maka dapat ditulis kesimpulan berupa:
1. Distribusi pasien prolonged intubation yang dilakukan trakeostomi di
RSUP Haji Adam Malik Medan sebanyak 84 orang.
2. Pasien prolonged intubation yang dilakukan trakeostomi di RSUP Haji
Adam Malik Medan didominasi oleh pasien dengan jenis kelamin lakilaki.
3. Pasien prolonged intubation yang dilakukan trakeostomi di RSUP Haji
Adam Malik Medan didominasi pasien dengan usia lansia (>45 tahun).
4. Pasien prolonged intubation yang dilakukan trakeostomi di RSUP Haji
Adam Malik Medan sebagian besar dilakukan trakeostomi pada minggu 1
(hari ke 1-7).
5. Pasien prolonged intubation yang dilakukan trakeostomi di RSUP Haji
Adam Malik Medan sebagian besar menjalani rawat inap selama >4
minggu.
6. Jumlah kematian yang terjadi pada pasien prolonged intubation yang
dilakukan trakeostomi di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah sebanyak
49 orang.
7. Hasil analisis dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai p value
sebesar 0,000. Berdasarkan nilai p value tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara waktu dilakukannya
trakeostomi dengan lama rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan.
8. Hasil analisis dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai p value
sebesar 0,064. Berdasarkan nilai p value tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara waktu dilakukan
trakeostomi dengan kematian di RSUP H. Adam Malik Medan.
24
Universitas Sumatera Utara
25
5.2
SARAN
Dari serangkaian proses penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diberikan
beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait
dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut berupa:
1. Bagi masyarakat dan pembaca, disarankan untuk lebih mengetahui dan
mengenali apa yang dimaksud dengan trakeostomi dan indikasinya.
2. Bagi dokter yang memiliki kompetensi untuk melakukan trakeostomi,
disarankan agar melakukan trakeostomi sedini mungkin pada pasien yang
memiliki indikasi untuk dilakukan trakeostomi.
3. Bagi pihak RSUP Haji Adam Malik Medan, khususnya yang bertanggung
jawab dalam kelengkapan rekam medis, seperti dokter dan paramedis
untuk mencatat status, interpretasi, tindakan, dan terapi dengan lengkap,
jelas, dan rapi dari saat pasien mulai hingga pasien selesai pengobatan
sehingga pembaca dapat memahami isi rekam medis dengan jelas dan
tepat serta dapat menyajikan data pasien dengan jelas bagi peneliti
selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Bernard, GR, Artigas, A, Brigham, KL, Carlet, J, Falke, K, Hudson, L, Lamy, M.
Legall, JR, Morris, A & Spragg, R 1994, 'The American-European
Consensus Conference on ARDS’ Vol.149, No.3.
Brunner & Suddarth. 2010, Textbook of Medical-Surgical and Nursing twelfth
edition. Jakarta: EGC.
Confalonieri, M, Salton, F & Fabiano, F 2017, ‘Acute Respiratory Distress
Syndrome’ January 17th 2017.
Durbin Jr, CG 2005, ‘Indications for and Timing of Tracheostomy’. April 2005
Vol.50 No.4.
El-Anwar, M, Nofal, A, El Shawadfy, M, Maaty, A & Khazbak, A 2017,
‘Tracheostomy in the Intensive Care Unit: a University Hospital in a
Developing Country Study’. Int Arch Otorhinolaryngol 2017; 21: 33-37.
Engoren, M, Arslanian-Engoren, C & Fenn-Bunderer, N 2004, ‘Hospital and
Long-term Outcome After Tracheostomy for Respiratory Failure’. January
2004.
Goldenberg, D, Ari, EG, Golz, A, Danino, J, Netzer, A & Joachims, HZ 2000,
‘Tracheostomy complications: A retrospective study of 1130 cases’.
October 2000.
Griffiths, J, Barber, VS, Morgan, L & Young, D 2005, ‘Systematic review and
meta-analysis of studies of the timing of tracheostomy in adult patients
undergoing artificial ventilation’ Vol.330 May 28th 2005.
Grooves, DS & Durbin Jr, CG 2007, ‘Tracheostomy in the critically ill:
indications, timing and techniques’.
Guy, S 2017, ‘Tracheostomy Care Guidelines’, NHS Foundation Trust, Version 1
October 2017.
Hatchiram, BT, Rai, R, Watve, P & Khattar, VS 2010, ‘Tracheostomy in Head and
Neck Cancers’. An International Journal, January-April 2010:2(1):53-60.
26
Universitas Sumatera Utara
27
Hofhuis, J, Hautvast, JLA, Schrijvers, AJP & Bakker, J 2003, ‘Quality of life on
admission to the intensive care: can we query the relatives?’ Vol 29 hh.974979.
Hudak, CM & Gallo, BM 2001. Critical Medicine and Nursing Sixth Edition.
Jakarta: EGC.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010, Tentang Intensive Care Unit.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Khilnani, GC & Bammigatti, C 2005, ‘Acute Respiratory Failure Algorithmic
Approach-Diagnosis and Management’. Medicine Update 2005 hh. 547552.
Morris, LL, Whitmer, A & McIntosh, E 2013, ‘Tracheostomy Care and
Complications in the Intensive Care Unit’ Vol 33 No.5 hh.18-30.
Mahafza, T, Batarseh, S, Bsoul, N, Massad, E, Qudaisat, I, Al-Layla, A
2012,‘Early VS late tracheostomy for the ICU patients: Experience in a
referral hospital’ Vol.6,Issue 2,April-June 2012.
Nates, JL, Nunnaly, M, Kleinpell, R, Blosser, S, Goldner, J, Birriel,B, Fowler, CS,
Byrum, D, Miles, WS, Bailey, H & Sprung, CL 2016,
‘ICU
Admissions,Discharge, and Triage Guidelines: A framework to Enhance
Clinical Operations, Development of Institutional Policies, and Further
Research’ Vol.44 No.8.
Netter, Frank H. ATLAS OF HUMAN ANATOMY 25th Edition. Jakarta: EGC,
2014.
Scales, DC, Thiruchelvam, D, Kiss, A & Redelmeier, DA 2008, ‘The effect of
tracheostomy timing during critical illness on long-term survival’, Critical
Care Med 2008 Vol. 36 No.9.
Purwaamidjaja, DB 2012, ‘Pedoman dan Strategi Pemasangan Trakeostomi
Dilatasional Perkutan’, Majalah Kedokteran Terapi Intensif, Vol.2 No. 4.
Vogelhut, MM & Downs, JB 1979, ‘Prolonged Endotracheal Intubation’,
Chest,76: 1 July 1979.
Universitas Sumatera Utara
28
Wang, F, Wu, Y, Bo, L, Lou, J, Zhu, J, Chen, F, Li, J, Deng, X 2011, ‘The Timing
of Tracheostomy in Critically Ill Patients Undergoing Mechanical
Ventilation : A Systematic Review and Meta-analysis of Randomized
Controlled Trials’ CHEST/140/6/December, 2011.
Universitas Sumatera Utara
29
Lampiran A. Biodata Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: M. Roza Ramli
NIM
: 150100069
Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 18 Mei 1997
Agama
: Islam
: dr.H.Adlin Herry, Sp.PD KGEH FINASIM
Nama Ayah
Nama Ibu
: Hj.Riza Mahsuri, SE
Alamat
: Jl. Garu II Villa Harjosari 2 No.37
Riwayat Pendidikan
:
1. SDN 8 Kebayakan Takengon Aceh Tengah (2003-2009)
2. SMP Swasta Al-Azhar Medan (2009-2012)
3. SMAN 1 Medan (2012-2015)
4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2015-Sekarang)
Riwayat Pelatihan
:
1. Seminar dan Workshop Basic Life Support & Traumatology 2018 TBM
FK USU
2. Pelatihan Seminar Proposal SCORE PEMA FK USU 2018
Universitas Sumatera Utara
30
Riwayat Organisasi
:-
Riwayat Kepanitiaan
:
1. Panitia Seksi Dana dan Usaha Tryout SBMPTN PEMA FK USU 2016
2. Panitia Seksi Dana dan Usaha Porseni FKUSU 2016
3. Koordinator Dana dan Usaha SOTR FKUSU 2016
4. Panitia Seksi Sponsorship International Medikal Olympiad (IMO) 2017
5. Koordinator Dana dan Usaha Porseni FKUSU 2017
Universitas Sumatera Utara
31
Lampiran B. Surat Pernyataan Orisinalitas
PERNYATAAN
Profil Pasien Prolonged Intubation Yang Dilakukan Trakeostomi di ICU/Pasca
Bedah RSUP HAM Medan Tahun 2017
Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter
pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan
hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari hasil
karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya
secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penelitian ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian skripsi
ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian tertentu,
penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis
sandang dan sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Medan, 2 Desember 2018
Penulis,
M. Roza Ramli
NIM. 150100069
Universitas Sumatera Utara
32
Lampiran C. Ethical Clearance
Universitas Sumatera Utara
33
Lampiran D. Surat Izin Survei Awal Penelitian
Universitas Sumatera Utara
34
Lampiran E. Surat Izin Penelitian
Universitas Sumatera Utara
35
Lampiran F. Data Induk Penelitian
Universitas Sumatera Utara
36
Universitas Sumatera Utara
37
Universitas Sumatera Utara
38
Lampiran G. Analisis Statistik
Jenis Kelamin
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
LK
45
53.6
53.6
53.6
PR
39
46.4
46.4
100.0
Total
84
100.0
100.0
Usia
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Balita
2
2.4
2.4
2.4
Anakanak
4
4.8
4.8
7.1
Remaja
10
11.9
11.9
19.0
Dewasa
12
14.3
14.3
33.3
Lansia
38
45.2
45.2
78.6
Manula
18
21.4
21.4
100.0
Total
84
100.0
100.0
Universitas Sumatera Utara
39
Waktu Dilakukan Trakeostomi
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Minggu
1
42
50.0
50.0
50.0
Minggu
2
18
21.4
21.4
71.4
Minggu
3
15
17.9
17.9
89.3
Minggu
4
6
7.1
7.1
96.4
Minggu
5
3
3.6
3.6
100.0
84
100.0
100.0
Total
Universitas Sumatera Utara
40
Lama Rawat Inap
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Minggu
1
17
20.2
20.2
20.2
Minggu
2
12
14.3
14.3
34.5
Minggu
3
13
15.5
15.5
50.0
Minggu
4
8
9.5
9.5
59.5
>1
Bulan
34
40.5
40.5
100.0
Total
84
100.0
100.0
Kondisi Akhir
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Meninggal
49
58.3
58.3
58.3
Sembuh
35
41.7
41.7
100.0
Total
84
100.0
100.0
Universitas Sumatera Utara
41
Tabulasi Silang Lama Rawat Inap dengan Waktu Dilakukan Trakeostomi
Waktu Dilakukan Trakeostomi
Minggu 1 Minggu 2
Lama
Rawat
Inap
Total
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Total
Minggu 1
17
0
0
0
0
17
Minggu 2
11
1
0
0
0
12
Minggu 3
7
6
0
0
0
13
Minggu 4
1
4
3
0
0
8
> 1 Bulan
6
7
12
6
3
34
42
18
15
6
3
84
Universitas Sumatera Utara
42
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Asymptotic
Significance (2sided)
df
61.697a
16
.000
73.289
16
.000
38.486
1
.000
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
84
Tabulasi Silang Kondisi Akhir dengan Waktu Dilakukan Trakeostomi
Waktu Dilakukan Trakeostomi
Minggu 1
Kematian
Total
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Total
Meninggal
20
10
10
6
3
49
Sembuh
22
8
5
0
0
35
42
18
15
6
3
84
Universitas Sumatera Utara
43
Value
Asymptotic
Significance (2sided)
df
Pearson Chi-Square
8.898a
4
.064
Likelihood Ratio
12.149
4
.016
N of Valid Cases
84
Universitas Sumatera Utara
Download