Oleh: Sumardi W.Ndolu KPL.20 Sumber: Amka, H. (2019). Filsafat Pendidikan. Sidoarjo: Nizamia Learning Center. Hossieni, A. O. S., & Khalili, S. (2011). Explanation of creativity in postmodern educational ideas. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 15, 1307–1313. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.03.283 Ornstein, A. C., & Levine, D. U. (2008). Foundations of Education. Boston New York: Houghton Mifflin Company. Poedjiadi, A., & Muchtar, S. Al. (n.d.). Modul 1 Pengertian Filsafat. Diambil dari http://repository.ut.ac.id/4014/1/ADPU4531-M1.pdf Setiawan, J., & Sudrajat, A. (2018). Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya Terhadap Ilmu Pengetahuan. Jurnal Filsafat, 28(1), 25. https://doi.org/10.22146/jf.33296 A. Filsafat Konstruktivisme Pandangan ini dikemukakan oleh Giambattista Vico pada tahun 1710 yang intinya adalah bahwa pengetahuan seseorang itu merupakan hasil konstruksi individu, melalui interaksinya dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungannya. Jean Piaget, antara lain mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang; baik melalui indra maupun melalui komunikasi. Pengetahuan dibangun secara aktif oleh individu sendiri. E. Von Galsersfeld dari University of Massachusetts mengemukakan bahwa pengetahuan seseorang dibentuk oleh individu tersebut sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. The Liang Gie (1987) mengemukakan bahwa pengetahuan adalah keseluruhan keterangan dan ide yang terkandung dalam pernyataan-pernyataan yang dibuat mengenai suatu gejala atau peristiwa. Konstruktivisme kognitif atau personal (Piaget) Tahap-tahap perkembangan kognitif, yaitu sensori motor, pra-operasi, operasi konkret dan formal, seseorang dapat menalar apa yang dialaminya melalui mekanisme asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan. Sosial (Vigotsky) Belajar dilakukan dalam interaksinya dengan lingkungan sosial ataupun fisik seseorang. Penemuan (discovery) dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang. kritis Pandangan ini kemudian dikembangkan oleh para ahli menjadi konstruktivisme kritis dalam pembelajaran dengan merangsang peserta didik menggunakan teknik teknik yang kritis untuk mengaplikasikan konsepkonsep yang bermakna bagi dirinya. Konstruktivisme Implikasi filsafat konstruktivis dalam pendidikan yaitu dikembangkan menjadi teori belajar. Peodjiadi (dalam Amka, 2019) implikasinya dalam pendidikan anak adalah sebagai berikut: Menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persolan yang dihadapi, Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan ketrampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari, dan Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. B. Filsafat Postmodernisme Jean-Francois Lyotard (1970-an) bukunya “The Postmodern Condition: A Report on Knowledge”. Postmodernisme sebagai segala kritik atas pengetahuan universal, atas tradisi metafisik, fondasionalisme maupun atas modernisme (setiawan, 2018) Karakteristik utama: berinteraksi dengan lingkungan dan berbagi pengalaman dan ide melalui bahasa. Memiliki beberapa implikasi untuk konstruktivisme, psikologi dan metode pendidikan. Postmodernisme dan konstruktivis setuju bahwa kita membuat, atau membangun, keyakinan kita tentang pengetahuan dari pengalaman kita. Oleh karena itu, peserta didik menciptakan pandangan mereka tentang pengetahuan dengan berinteraksi dengan lingkungannya. (Ornstein & Levine, 2008) Filsuf Prancis Michel Foucault & Jacques Derrida Cara Mengkritisi Sepenuhnya menolak klaim idealis dan realis pramodern bahwa ada kebenaran universal dan tidak berubah, terutama para ahli zaman modern, yaitu ilmuwan sosial, dan pendidik yang mengklaim bahwa mereka bisa objektif dan tidak memihak dalam keilmiahan mereka (yang berhubungan dengan buku dan artikel). Analisis dengan konsep subordinasi (kontrol elit yang kuat atas kelompok dan kelas yang tidak berdaya) dan marjinalisasi (proses sosial, politik, ekonomi, dan pendidikan untuk mendorong kelompok yang tidak berdaya menjadi terpinggirkan). Analisis dengan metode untuk melacak asal-usul, atau silsilah, dan makna teks atau kanon (Kanon adalah sebuah karya, biasanya sebuah buku, dihargai karena memiliki pengetahuan yang berwibawa dalam budaya tertentu) Implikasi untuk Guru Kelas Saat Ini 1. Pemberdayaan guru: guru harus terlebih dahulu memberdayakan diri mereka sendiri sebagai pendidik profesional. Mereka perlu mendekonstruksi pernyataan resmi tentang tujuan sekolah, kurikulum dan organisasi, serta peran dan misi guru. 2. Filsafat berbasis site (tempat/lokasi pendidikan): Proses pemberdayaan guru dan siswa dimulai di sekolah dan komunitas tempat mereka bekerja dan tinggal. 3. Standar & Penilaian: mendekonstruksi alasan standar penilaian, mengajukan pertanyaan kritis tentang penggunaan tes standar untuk mengukur prestasi siswa, seperti dalam Undang-Undang No Child Left Behind. Untuk menemukan hubungan kekuatan yang sebenarnya, mereka akan menanyakan siapa yang mengamanatkan pengujian, mengembangkan tes, menafsirkan hasil tes, dan menentukan bagaimana nilai tes akan digunakan. Hubungan Postmoderenisme dengan Pendidikan • • • • • • • Tujuan pendidikan postmodernis, adalah mengajarkan pemikiran kritis, produksi pengetahuan, pengembangan identitas individu dan sosial, penciptaan diri. Dalam pendidikan postmodern guru hanya mengarahkan siswa untuk menemukan hal-hal baru. Guru menyediakan kesempatan untuk membahas tentang subjek yang berbeda dan merancangnya dengan kreatif. Dalam situasi ini siswa belajar mendengarkan suara-suara lain. Siswa mentolerir kritik orang lain dan mencoba berpikir kritis. Siswa belajar menghormati budaya dan kebangsaan lain. Menekankan pada pembelajaran kooperatif mandiri, dan metode dialektika, kritis dan verbal. (Hossieni & Khalili, 2011) Thank You Obrigado Xie-xie Danke Thank You Obrigado Xie-xie Danke