TANGKUBAN PERAHU Sangkuriang : Andikha Ardana (4) Dayang Sumbi : Reghina Nur Dzakiyah (27) Tumang : Aditiya Hidayat Herum (1) Warga 1 : Dita Raahmah Fitri (10) Jin 1 : Muhammad Alvino Darmawan (22) Jin 2 : Mochamad Gilang Irfan (21) Narator ,Penjaga,Warga 2: Widia Tri Anisa (32) Beribu-ribu tahun yang lalu, terdapat sebuah tempat yang bernama Parahyangan dan tempat itu dipimpin oleh seorang raja dan ratu. Mereka mempunyai satu orang anak yang bernama Dayang Sumbi. Dia sangat cantik dan cerdas, tetapi dia sangat manja. Babak 1 Pada suatu hari, Dayang Sumbi sedang menenun. Namun ada sedikit masalah dengan keadaannya. Dayang Sumbi : “ Duh, kenapa kepalaku rasanya berat sekali dan tubuhku terasa lemas?, dan kenapa aku bisa menjatuhkan pintalanku berulang kali.” Karena Dayang Sumbi merasa kesal, Dia tidak sengaja mengucapkan sebuah sumpah. Dayang Sumbi : “ Siapa saja tolong aku, aku bersumpah aku akan menikahi siapapun yang mau mengambilkan pintalanku.” Tiba-tiba seekor anjing bernama Tumang mengambilkan pentalan Dayang Sumbi. Tumang adalah seekor anjing sakti. Tumang : Guk..Guk.. Aku akan membantumu mengambilkan barangmu ,ijinkan aku mengambil barangmu. Dayang Sumbi : Hah ( terkejut ), mengapa malah seekor anjing yang mengambil pentalanku. Tetapi aku telah terlanjur mengucapkan sumpahku, maka mau tidak mau aku harus menikahi anjing itu.” Dayang Sumbi dan Tumang hidup bahagia dan dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Sangkuriang dan memiliki kekuatan sakti seperti ayahnya. Sangkuriang tumbuh menjadi anak yang gagah dan perkasa. Sangkuriang : “Bu, aku mau bermain di hutan dulu ya dengan Tumang.” Dayang Sumbi : “Iya, tetapi kamu hati-hati ya, di hutan banyak binatang buas.” Sangkuriang : “Tenang saja bu, kan ada Tumang, anjing yang selalu setia menjaga Sangkuriang. Aku pergi dulu ya bu.” Dayang Sumbi : “hiks… hiks… ( menangis ). Mengapa kamu tidak pernah bisa menganggap Tumang sebagai ayah kamu nak?” Babak 2 Suatu hari yang cerah, Dayang Sumbi menyuruh Sangkuriang dan Tumang untuk berburu ke hutan. Dayang Sumbi : “Sangkuriang, sebaiknya kamu pergi ke hutan untuk berburu, karena malam ini Ibu mau adakan pesta kecil-kecilan. Jangan lupa bawa juga Tumang.” Sangkuriang : Baik bu, Tumang akan mencari daging yang banyak. Ayo Tumang, kita pergi.” Tumang : Baiklah Guk… Guk… Sesampainya di hutan Sangkuriang : “ Sepertinya di sini tempat yang baik untuk berburu, ayo Tumang kamu cari bau buruan kita!” Tumang : Siap laksanakan Guk… Lama Kelamaan, hari semakin larut dan mereka belum juga mendapatkan satu buruan pun. Sangkuriang : “Duh, sudah gelap, tapi aku belum dapat satupun buruan. Kalau aku pulang pasti ibu akan kecewa. Oh aku tahu, lebih baik aku potong saja tumang sebagai buruannku” Sangkuriang pun membidik goloknya ke arah tumang dan membawanya pulang. Sangkuriang : “Bu, aku sudah dapat buruannya.” Dayang sumbi : “Wah, kamu hebat sekali nak, ibu bangga punya anak seperti kamu. Dayang Sumbi tidak tahu bahwa itu adalah Tumang, yang dia tahu hanya daging itu adalah rusa buruan Sangkuriang. Seusai pesta, Dayang Sumbi teringan kepada Tumang. Dayang Sumbi : “Oh Iya, kenapa daritadi aku tidak melihat suamiku?”. Sangkuriang… ( teriak Dayang Sumbi memanggil anaknya).” Sangkuriang : “ Iya bu, ada apa…?” Dayang Sumbi : “Apakah kamu melihat Tumang?’ Sangkuriang : “Ti…Ti…Tidak bu (menjawab dengan tersendaksendak).” Dayang Sumbi : “Bagaimana bisa kamu tidak melihatnya, bukankah tadi kamu pergi ke hutan bersama Tumang?” Sangkuriang : “Bu, sebenarnya daging yang kuberikan tadi bukanlah daging rusa, tetapi daging tumang.” Dayang Sumbi : “ Apa…?, kenapa kamu berbuat seperti itu… hiks ( sambil menangis ). Asal kamu tahu, Tumang itu adalah ayah kandungmu dan kamu telah membunuh ayah kandungmu sendiri.” Karena terlalu marah, Dayang Sumbi memukul Sangkuriang hingga pingsan dan akibat perbuatannya itu Dayang Sumbi diusir dari Istana. Dayang Sumbi : Lepaskan aku Penjaga : Pergi kau ,dasar ibu yang tidak berperikemanusiaan. Setelah beberapa hari, Sangkuriang pun sadar tetapi bekas pukulan Dayang Sumbi masih terlihat jelas. Sangkuriang : “Maafin Sangkuriang bu, aku tidak bermaksud melakukan hal itu, aku hanya tidak mau membuat ibu kecewa ( katanya dalam hati ).” Tetapi untuk menebus semua kesalahanku, aku akan pergi mengembara dan aku anggap bekas luka di keningku ini adalah restu darimu ibu.” Babak 3 Setelah beberapa tahun Sangkuriang mengembara, Ia bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik. Wanita itu adalah ibunya sendiri, namun Sangkuriang tidak mengetahui hal tersebut. Tanpa pikir panjang Sangkuriang langsung melamarnya. Sangkuriang : “ Wahai engkau wanita yang cantik jelita, siapakah namamu ?” Dayang Sumbi : “ Nama saya Dayang Sumbi.” Sangkuring : “ Dayang Sumbi ? Sepertinya nama itu pernah kudengar. Tetapi sudahlah, itu tidak penting. Dayang Sumbi : “Kalau tidak ada keperluan dengan saya, lebih baik saya pergi.” Sangkuriang : “Oh tidak, tunggu sebentar. Ada yang ingin kutanyakan, maukah kau menikah denganku ?” Dayang Sumbi : “ Dengan senang hati saya menerima lamaranmu.” Sangkuriang : “ Terima kasih, aku sungguh bahagia hari ini.” 3 hari sebelum hari pertunangan mereka, Dayang Sumbi tidak sengaja melihat Sangkuriang melepas ikat kepalanya dan Dayang Sumbi terkejut saat melihat bekas luka di kening Sangkuriang. Dayang Sumbi : “Oh… Bukankah luka itu adalah luka bekas pukulanku pada anakku, Sangkuriang. Tidak mungkin, aku hampir menikahi anakku sendiri. Aku harus mencari cara untuk membatalkan pertunangan ini ( teriaknya dalam hati).” Sangkuriang : “Ada apa Dayang Sumbi, mengapa kau tampak gelisah?” Dayang Sumbi : “ Sangkuriang, sebelum kau menikahi aku, aku memberikan 1 syarat ?” Sangkuriang : “ Apakah 1 syarat tersebut ?” Dayang Sumbi : “ Kau harus membuat bendungan yang bias menutupi seluruh bukit lalu membuat perahu untuk menyusuri bendungan tersebut. Kau harus menyelesaikan sebelum fajar menyingsing.” Sangkuriang : “ Baiklah akan kulalukan.” Babak 4 Sangkuriang berhenti dan bertapa di pinggir Sungai Citarum. Dengan ilmu dan kesaktiannya yang diajarkan oleh Ki Ageng, ia dapat berkomunikasi dengan para jin. Ia meminta bantuan para jin untuk membendung Sungai Citarum sehingga membentuk suatu danau dan membuat sebuah kapal yang megah. Sangkuriang: Wahai para jin, aku bertapa ingin meminta bantuan padamu Jin 1: Apa yang mau kau minta pada kami anak muda? Sangkuriang: Aku ingin meminta bantuan untuk membuat sebuah danau dan sebuah kapal yang megah dalam satu malam. Jin 2: Hanya itu? Hahahaha, permintaan yang tidak sulit. Baiklah kami akan membantumu. Tapi kami hanya membantumu sampai batas terang di langit. Jin 1 :Ketika langit mulai terang dan fajar mulai naik dan terdengar suara ayam berkokok, kami akan langsung pergi. Sangkuriang: Ya,tidak apa. Terima kasih atas bantuanmu. Jin 2 :Baiklah karena sesuai dengan perjanjian maka akan langsung kami kerjakan. Jin-jin itu lalu mengerjakan yang diperintahkan oleh sangkuriang dan mulai bekerja. Sangkuriang : Bagus,dengan begini pasti aku bisa menyelesaikannya sebelum fajar.Sebaiknya aku mulai membuat perahu.Sepertinya di dekat sungai itu ada pohon yang bagus, Dayang Sumbi : Wah bagaimana ini?tampaknya sangkuriang sudah hamper menyelesaikan syarat yang kuberikan.Para Dewa dan Dewi,aku mohon tolonglah hambamu ini,tolonglah agar pagi datang lebih cepat. Jin-jin yang dimintai bantuan Sangkuriang bekerja dengan cepat. Dalam sekejap saja mereka sudah menyusun dinding-dinding untuk membendung Sungai Citarum. Dayang Sumbi yang melihat dari kejauhan mulai khawatir. Ia lalu memikirkan cara untuk menggagalkan pekerjaan Sangkuriang. Dayang Sumbi: Alangkah saktinya ia. Kalau begini ia bisa memenuhi syarat yang kuajukan dengan mudah. Aku harus menggagalkannya, tapi dengan apa ya? (Dayang Sumbi melihat kain boeh rangrang hasil tenunannya. Kain itu berwarna putih dan berkilau, persis seperti matahari terbit.) Dayang Sumbi: Ah, ya, aku akan mengelabui ia dengan kain itu. Aku akan membuat solah-olah fajar telah terbit dan membuat ayam berkokok. Kebetulan aku memiliki kain tenunan itu dalam jumlah banyak. Aku akan meminta bantuan penduduk desa untuk menebarkannya. Dayang sumbi : mba saya minta tolong untuk menebarkan kain ini boleh? Warga 1 : Boleh saja mba sumbi,tapi kalo boleh saya tau ini untuk apa? Dayang sumbi : bentangkan saja kain ini mba sehingga nanti terlihat seolah olah matahari sudah terbit dan membuat ayam berkokok Warga 1 : baiklah mba akan saya bantu,saya akan memanggil teman saya juga agar perkejaannya dapat dilakukan dengan cepat. Warga 1 : wid,tolong bantu kami untuk membentangkan kain ini agar terlihat seperti matahari terbit sehingga ayam itu akan berkokok Warga 2 : baiklah Dayang Sumbi : Terima kasih atas bantuannya mba Warga 2 : sama-sama mba,tidak perlu sungkan untuk meminta bantuan kepada kami,walaupun mba sudah bukan anggota kerajaan lagi kami masih tetap akan membantu mba sumbi. Penduduk yang sudah lama mengenal Dayang Sumbi bersedia membantunya.Pekerjaan Sangkuriang sudah hampir selesai. Bendungan danau hampir rampung. Kapal sedikit lagi selesai. Namun, tiba-tiba jinjin yang membantu Sangkuriang menghilang. Sangkuriang: Hah?! Kenapa jin-jin itu menghilang? Sedikit lagi perahu itu selesai. Aku juga yakin sekarang belum waktunya fajar. Aku sudah menghitungnya. (Sangkuriang melihat ke arah timur. Dari kejauhan ia melihat kaki langit yang berwarna putih dan bersinar lalu Ayam berkokok saat melihat cahaya itu). Sangkuriang: Itu..? Benarkah itu fajar? Tidak mungkin. Aku sudah memperhitungkan waktunya. Sekarang seharusnya fajar belum datang. Tak berapa lama, sinar di timur menghilang. Langit kembali menjadi gelap. Jaka/Sangkuriang yang menyadarinya menjadi geram. Sangkuriang : Argh! Ya, sudah kuduga kalau itu hanya tipuan. Perempuan itu menipuku. Argh! Sangkuriang :Dayang sumbi kau telah menipuku,seharusnya masih setengah jam lagi sebelum pagi datang Dayang Sumbi :Maafkan saya,saya tidak bermaksud melakukan it Sangkuriang : Kenapa,padahal aku sangat mencintaimu,tapi kenapa kau tidak mau menerimanya Dayang Sumbi :Itu karena aku adalah ibumu sangkuriang,aku tahu karena ada bekas luka di keningmu Sangkuriang :Tidak mungkin,pasti itu hanya alasanmu saja agar kau tidak menikah denganku,kau membuatku sangat marah Sangkuriang pun marah kepada Dayang Sumbi dan memendang perahu yang telah dibuatnya.Sejak saat itu dinamakan Tangkuban Perahu dan bendungan yang dibuat sangkuriang menyebabkan seluruh bukit dipenuhi air dan membentuk sebuah danau dimana Sangkuriang dan Dayang Sumbi menenggelamkan diri dan tidak terdengar lagi kabarnya. Tamat…..