Uploaded by GUSTINA ZIANA

RESUME MODUL 1 DAN 2 PEMBELAJARAN PKN DI SD MODUL PDGK4201GUSTINA ZIANA ADHA 856215253

advertisement
RESUME MODUL 1 DAN 2
PEMBELAJARAN PKN DI SD
OLEH :
GUSTINA ZIANA ADHA
856215253
UPBJJ HARAU
JURUSAN PGSD BI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
2020
MODUL 1
KEGIATAN BELAJAR 1
HAKIKAT, FUNGSI DAN TUJUAN PKN DI SD
A. Hakikat PKn
1. Kurikulum 1946, Kurikulum 1957, Kurikulum 1961 : Tidak dikenal mata pelajaran PKn
2. Yang ada pada Kurikulum 1946 dan Kurikulum 1957 : Pengetahuan Umum di SD dan
Tata Negara di SMP/SMA
3. Kurikulum SD tahun 1968 : dikenal mata pelajaran PKN ( Pendidikan Kewargaan
Negara ) mencakup Sejarah Indonesia, Geografi dan Civics
4. Kurikulum SMP 1968 PKN mencakupmateri Sejarah Indonesia dan Tata Negara
5. Kurikulum SMA 1968 PKN lebih banyak berisi materi UUD 1945
6. Kurikulum SPG 1969PKN mencakup Sejarah Indonesia, UUD, Kemasyarakatan dan
Hak Asasi Manusia
7. Beda Kewargaan Negara dan Kewarganegaraan : Kewargaannegara merupakan
terjemahan dari “Civics” yang merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan membina
dan mengembangkan anak didik agar menjadi warganegara yang baik.
Kewarganegaraan digunaakan dalam perundangan mengenai status formal warga negara
dalam suatu negara.
B. Fungsi dan Tujuan PKn
Ketentuan perundang-undangan yang mendasari PKn mejadi wahana psikologis-pedagogis
adalah sebagai berikut :
1. Pembukaan UUD 1945 dan perubahaaannya, alinea 4
2. UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional Pasal 3, Pasal 4, Pasal 37 ayat
(1), Pasal 38
3. Peraturan Pemerintah RI no. 19 tahun 2005 tentang Satndar Pendidikan Nasional Pasal 6
ayat (1), Pasal 6 ayat (4), Pasal 7 ayat (3)



PKn harus berfungsi sebagai wahana kurikuler pengembangan karakter warga negara
Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab.
Sekolah dikembangkan sebagai wahana sosial kultural untuk membangun kehidupan
yang demokratis, artinya sekolah harus menjadi wahana pendidikan untuk
mempersiapkan kewarganegaraan yang demokratis melalui pengembangan kecerdasan
spiritual, rasional, emosional, dan sosial warganegara baik sebagai aktor sosial
maupun sebagai pemimpin pada hari ini dan hari esok.
Paradigma pendidikan demokrasi melalui PKn yang perlu dikembangkan dalam
lingkungan sekolah adalah penddikan demokrasi yang bersifat multidimensial atau
bersisi jamak. Sifat multidimensialitasnya itu antara lain terletak pada :
1. Pandangannya yang pluralistik-uniter ( bermacam-macam, tetapi tetap menyatu
dalam peengertian Bhinneka Tunggal Ika )
2. Sikapnya dalam menempatkan individu, negara dan masyarakat global secara
harmonis.
3. Tujuannya yang diarahkan pada semua dimensi kecerdasan ( spiritual, rasional,
emosional dan sosial )
4. Konteks (setting) yang menghasilkan pengalaman belajarnya yang terbuka, fleksibel,
dan bervariasi merujuk kepada dimensi tujuannya.
KEGIATAN BELAJAR 2
RUANG LINGKUP PKN DI SD
Dalam Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dikemukakan bahwa “ Mata
Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila UUD 1945”, sedangkan tujuannya adalah agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
2. Berpatisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta antikorupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakterkarakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau
tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Struktur Kurikulum SD/MI
Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan staandar kompetensi lulusan dan standar
kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri.
b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan IPA Terpadu dan IPS
Terpadu
c. Pembelajaran pada kelas I s.d.III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan
pada kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.
d. Jam pelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam
struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum 4 jam
pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
e. Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 35 menit
f. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran adalah 34-38 minggu
Berdasarkan Permendiknas No.22 Tahun 2006 Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan untuk pendidikan dasar dan menengah secara umum meliputi aspek-aspek
sebagai berikut :
a. Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta
lingkunan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan NKRI,
Partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap NKRI, Keterbukaan dan
jaminan keadilan.
b. Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di
sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-perturan Daerah, Noma-norma
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum
dan peradilan internasional.
c. Hak Asas Manusia, meliputi Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota
masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan, dan
perlindungan HAM.
d. Kebutuhan Warga Negara, meliputi hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga
masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat,
Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara
e. Konstitusi Negara, meliputi Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama,
Konstitusikonstitusi yag pernh digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan
konstitusi
f. Kekuasaan dan Politik, meliputi Pemerintahan Desa dan kecamatan, Pemerintahan
Daerah dan otonomi, Pemerintah Pusat, Demokrasi dan sistem politik , Budaya politik,
Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan , Pers dalam
masyarakat demokrasi.
g. Pancasila, meliputi kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara,
Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara , Pengamalan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
h. Globalisasi, meliputi globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indoesia di era
globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional dan
Mengevaluasi globalisasi.
KEGIATAN BELAJAR 3
TUNTUTAN PEDAGOGIS PKN DI SD
Tuntunan pedagogis dalam modul ini diartikan sebagai pengalaman belajar yang
bagaimana yang diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan kewarganegaraan , dalam
pengertian ketuntasan penguasaan kompetensi kewarganegaraan yang tersurat dan tersirat dalam
lingkup isi dan kompetensi dasar.
PKn merupakan mata pelajaran sebagai pendidikan nilai dan moral, alasannya sebagai
berikut :
1. Materi PKn adalah konsep-konsep nilai Pancasila dan UUD 1945 beserta dinamika
perwujudan alam kehidupan masyarakat negara Indonesia.
2. Sasaran Belajar Akhir PKn adalah perwujudan nilai-nilai tersebut dalam perilaku nyata
kehidupan sehari-hari.
3. Proses pembelajarannya menuntut terlibatnya emosioal, intelektual, dan sosial dari peseta
didik dan guru sehingga nilai-nilai itu bukan hanya dipahami ( bersifat kognitif) , tetapi
dihayati ( bersifat objektif), dan dilaksanakan (bersifat perilaku)
Setiap konsep nilai Pancasila yang telah dirummuskan sebagai butir materi PKn pada
dasarnya harus memiliki aspek konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral.
PKn sebagai pendidikan nilaidan moral kaitannya dengan pendidikan watak, ada catatan
sebagai berikut :
1. PKn sebagai mata pelajaran yang memiliki aspek utama sebagai pendidikan nilaidan
moral, yang bermuara pada pengembangan watak dan karakter peserta didik.sesuai nilainilai dan moral Pancasila
2. Nilai dan moral Pancasila dan UUD 45 dapat dikembangkan dalam diri peeserta didik
melalui pengembangan konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral setiap rumusan
butir nilai materi PKn.
MODUL 2
KARAKTERISTIK PKN SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL
KEGIATAN BELAJAR 1
PENDEKATAN PKN SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DI SD
Herman ( 1972 ) mengemukakan suatu prinsip yang sangat mendasar , yakni
bahwa”...value is neither taugh nor cought, it learned”, yang artinya bahwa substansi nilai, tidak
semata - mata ditangkap , diinternalisasi , dan dibakukan sebagai bagian melekat dalam kualitas
pribadi seseorang melalui proses belajar. Proses pendidikan pada dasarnya merupakan proses
pembudayaan atau enkulturasi untuk menghasilkan manusia yang berkeadaban, termasuk
didalamnya yang berbudaya.
Dalam latar belakang kehidupan masyarakat, proses pendidikan nilai sudah barlangsung
dalam kehidupan masyarakat dalam berbagai bentuk tradisi. Contohnya tradisi dongeng dan
sejenisnya yang dulu dilakukan oleh orang tua terhadap anak dan cucunya semakin lama
semakin tergeser oleh film kartun atau sinetron dalam media massa tersebut. Disitulah
pendidikan nilai menghadapi tantangan konseptual, instrumen, dan operasional.
Dalam Konteks Pendidikan Nasional Indonesia telah ditegaskan dalam Pasal 3 UU
Sidikan 20/2003 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkan mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi perserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak ulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokrasi, serta bertanggungjawab.
Oleh karena itu maka proses pendidikan seyogyanya bukan hanya sebagai proses pendidikan
berfikir tetapi pendidikan berwatak seperti nilai dan perilaku.
Di lingkungan masyarakat barat sendiri yang secara ekonomi termasuk masyarakat
modern terdapat berbagai persoalan moral yang dirasa perlu mendapat perhatian pendidikan
nilai. Melihat keadaan seperti itu dirasakan perlunya upaya pendidikan nilai moral yang
dilakukan secara menyeluruh dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Pendidikan nilai merupakan suatu kebutuhan sosiokulturai yang jelas dan mendesak bagi
kelangsungan kehidupan yang berkeadaban.
2. Pewarisan nilai antar generasi dan dalam satu generasi merupakan wahana
sosiopsikologis dan selalu menjadi tugas dari proses peradaban.
3. Peranan sekolah sebaagai wahana psikopedagogis dan sosiopedagogik yang berfungsi
sebagai pendidik moral menjadi semakin penting, pada saat dimana hanya sebagian kecil
anak yang mendapat pendidikan moral dari orang tuanya dan peranan lembaga
keagamaan semakin kecil.
4. Dalam setiap masyarakat sebagai terdapat landasan etika umum, yang bersifat universal
melintasi batas ruang dan waktu, sekalipun dalam masyarakat pluralistik yang
mengandung banyak potensi terjadinya konflik nilai.
5. Demokrasi mempunyai kebutuhan khusus akan pendidikan moral karena inti dari
demokrasi adalah pemerintahan yang berakar dari rakyat dilakukan oleh wakil pembawa
amanah rakyat, dan mengusung komitmen mewujudkan keadilan dan kesejahteraan
rakyat.
6. Pertanyaan yang selalu dihadapi baik individu maupun masyarakat adalah pertanyaan
moral.
7. Terdapat dukungan yang mendasar dan luas bagi pendidikan nilai sekolah.
8. Komitmen yang kuat terhadap pendidikan moral sangatlah esensial untuk menarik dan
membina guru-guru yang berkeadaban dan profesional.
9. Pendidikan nilai adalah pekerjaan yang dapat dan harus dilakukan sebagai suatu
keniscayaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat
global.
Dilihat dari substansi dan prosesnya , menurut Lickona ( 1992 : 53-63 ) yang perlu
dikembangkan dalam rangka pendidikan nilai tersebut adalah nilai karakter yang baik ( good
character ) yang di dalamnya mengandung tiga dimensi nilai moral yaitu dimensi wawasan
moral, dimensi wawasan nilai moral, dimensi perasaan moral dan dimensi perilaku moral.
Pendidikan nilai moral secara formal – kurikuler terdapat dalam mata pelajaran PPKn
(Kurikulum 1994) atau PKn (UU RI No.20 Thn.2003) dan Pendidikan Agama dan Bahasa. Pkn
mengandung unsur pokok sebagai pendidikan nilai moral-sosial/etis, Pend.Agama mengandung
nilai religius, dan Bahasa mengandung nilai estetis dan etis.
Dari kajian dan bahasan terhadap konsep , isi dan strategi pendidikan nilai di dunia Barat
yang lebih cenderung bersifat bersifat sekuler dan berpijak serta bermuara pada pengembangan
moral kognitif , kiranya terdapat beberapa hal yang dapat bisa diaptasikan bagi kepentingan
pendidikan nilai di Indonesia dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
Secara konstitusional demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang Theistis atau
demokrasi yang ber Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu pendidikan nilai bagi Indonesia
seyogyanya berpijak pada nilai – nilai keagamaan , nilai – nilai demokrasi yang ber Bhinneka
Tunggal Ika . Dalam konteks itu maka teori perkembangan moral dari Piaget dan Kohlberg yang
dapat diadaptasikan adalah terhadap nilai moral sosial- kultural selain nilai yang berkenaan atau
boleh dirasionalkan.
Konsep pendidikan nilai moral Piaget yang menitikberatkan pada pengembangan
kemampuan mengambil keputusan dan memecahkan masalah moral dalam kehidupan dapat
diadaptasikan dalam pendidikan nilai di Indonesia dalam konteks demokrasi konstitusional
Indonesia dan konteks sosialkultural masyarakat Indonesia yang ber Bhinneka Tunggal Ika
termasuk dalam keyakinan agama.
Konsepsi pendidikan nilai moral Kholberg yang menitikberatkan pada penalaran moral
melalui pendekatan klarifikasi nilai yang memberikan kebebasan kepada individu peserta didik
untuk memilih posisi moral, dapat digunakan dalam konteks pembahasan nilai selain aqidah
sesuai dengan keyakinan masing-masing . Sedangkan teori tingkatan dan tahapan perkembangan
moral Kohlberg secara konseptual dapat digunakan sebagai salah satu landasan bagi
pengembangan paradigma penelitian perkembangan moral bagi orang Indonesia.
Kerangka konseptual komponen Good Character dari Lickona yang membagi karakter
menjadi wawasan moral, perasaan moral , dan perilaku moral dapat dipakai untuk
mengklasifikasikan nilai moral dalam pendidikan nilai di Indonesia dengan menambahkan ke
dalam masing-masing dimensi itu aspek nilai yang berkenaan dengan konteks keagamaan seperti
wawasan Ketuhanan Yang Maha Esa dalam dimensi Wawasan Moral , perasaan mengabdi
kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam dimensi Perasaan Moral, dan perilaku moral kekhalifahan
dalam dimensi Perilaku Moral.
KEGIATAN BELAJAR 2
PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DALAM STANDAR ISI PKN DI SD
Muatan isi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memfokuskan pada
pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamankan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Secara umum PKn di SD bertujuan untuk mengembangkan kemampuan:
1. Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokrasi untuk membentuk diri berdasarkan
karakterkarakter masyarakat Indoensia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa
lainnya
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam persatuan dunia secara langsung atau tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Struktur kurikulum di SD meliputi susbtansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu
jenjang pendidikan selama enam tahun mulai kelas 1 sampai dengan Kelas VI. Struktur
kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata
pelajaran.
Pendidikan Kewarganegaraan untuk pendidikan dasar dan menengah, menurut
Permendiknas No.22 Tahun 2006 secara umum meliputi substansi kurikuler yang didalamnya
mengandung nilai dan moral sebagai beriku :
1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi; Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta
Lingkungan, kebanggaan, sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara,
Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi; Tata tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib
disekolah, norma yang berlaku dimasyarakat, Peraturan-peraturan daerah, norma-norma
dalam dalam kehidupan berbangsa, sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan
peradilan internasional.
3. Hak asasi manusia meliputi; hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota
masyarakat, instrumen nasional dan internasional Ham, Pemajuan, penghormatan dan
perlindungan HAM.
4. Kebutuhan warga negara meliputi; hidup gotong royong, harga diri sebagai warga
masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai
keputusan bersama, prestasi kedudukan warga negara,.
5. Konstitusi Negara meliputi; Proklamasi Kemerdekaan dan konstitusi yang pertama,
konstitusikonstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan agar negara dengan
konstitusi.
6. Kekuasaan dan Politik meliputi; Pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah
dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya
demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan pers dalam masyarakat
demokrasi.
7. Pancasila meliputi; kedudukan Pancasila sebagai dasaar negara dan ideologi negara,
proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan seharihari Pancasila sebagai ideologi terbuka.
8. Globalisasi meliputi; globalisasi di lingkungannya, poloitik luar negeri Indonesia di era
globalisasi dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan
mengevaluasi globaalisasi.
KEGIATAN BELAJAR 3
HUBUNGAN INTERAKTIF PENGEMBANGAN NILAI DAN MORAL DALAM
PKN DI SD
Konsep “values eduation, moral education, education for vitues” sebagai program dan
proses pendidikan yang tujuannya selain mengembangkan pikiran, juga mengembangkan nilai
dan sikap. Lickona (1992:6-7) “pendidikan moral merupakan aspek yang esensial bagi
pekembangan dan berhasilnya kehidupan demokrasi” Yakni: Menghormati hak orang lain
Mematuhi hukum yang belaku, Partisipasi dalam kehidupan masyarakat dan Peduli terhadap
perlunya kebaikan bagi umat.
Secara teoritik nilai dan moral berkembang secara psikologis dalam diri individu
mengikuti perkembangan usia dan konteks social. Piaget merumuskan perkembangan kesadaran
dan pelaksanaan aturan yang dibagi menjadi dua domain yaitu sebagai berikut :
1. Tahapan Domain Kesadaran Mengenai Aturan Terdiri dari usia, 0-2 tahun, aturan
dirasakan sebagai susatu hal yang bersifa tidak memaksa, usia 2-8 tahun, aturan disikapi
dengan hal yang bersifat sacral dan diterima tanpa pemikiran, usia 8-12 tahun aturan
diterima sebagai hasil kesepakatan.
2. Tahapan Domain Pelaksanaan Aturan Terdiri dari usia, 0-2 tahun, aturan dilakukan
sebagai susatu hal yang bersifa monorik saja, usia 2-6 tahun, aturan dilakukan sebagai
perilaku yang lebih berorientasi diri sendiri, usia 6-10 tahun diterima sebagai hasil
kesepakatan.
Piaget menyimpulkan bahwa pendidikan sekolah seyogyanya menitik beratkan pada
pengembangan kemampuan mengambil keputusan (decision making skills) dan memecahkan
masalah (problem solving) dan membina pengembangan moral yang dilakukan dengan cara
menutut peserta didik untuk mengembangkan aturan berdasarkan keadilan (fairness).
Sedangkan Koherlberg merumuskan adanya tiga tingkat / level yang terdiri atas enam
tahap/stage yaitu sebagai berikut :
1. Tingkat I : Prakonvensional (Preconventional)
a. Tahap 1, Orientasi hukuman dan kepatuhan.
b. Tahap 2, Orientasi instrumental nisbi.
2. Tingkat II : Konvensioanal (Conventional)
a. Tahap 3, Orientasi kesepakatan timbal balik.
b. Tahap 4, Orientasi hokum dan ketertiban.
3. Tingkat III : Poskonvensional (Postconventional)
a. Tahap 5, Orientasi kontrak social lagalistik
b. Tahap 6, Orientasi prinsip etika universal
Pendekatan pendidikan nilai yang ditawarkan Kohlberg sama dengan yang ditawarkan
Piaget dalam hal fokusnya terhadap perilaku moral yang dilandasi oleh penalaran moral, namun
berbeda dalam hal titik berat pembelaarannya dimana Piaget menitikberatkan pada
pengembangan kemampuan mengambil keputusan dan memecahkan masalah, sedangkan
Kohlberg menitikberatkan pada pemilihan nilai yang dipegang terkait dengan alternative
pemecahan terhadap suatu dilemma moral melalui proses klarifikasi bernalar.
Download