SUBTEMA: EKONOMI ECONOMICS IDEAS COMPETITION 2018 APAKAH PEMERINTAH MENJADI ‘DEWA’ ATAS PEREKONOMIAN YANG ADA? Oleh: 1. Retnosari Widiastutik (7211417013) 2. Humaira Dinda Mulyadi (7211417066) 3. Pratika Hanafiah (7211417074) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang 2018 Politik (dari Bahasa Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga negara), adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. (Dilansir dari Wikipedia) Johan Kaspar Bluntschli dalam bukunya berjudul The Teory of The State mengatakan, “Ilmu politik adalah ilmu yang memperhatikan masalah kenegaraan, dengan memperjuangkan pengertian dan pemahaman tentang negara dan keadaannya, sifat sifat dasarnya, dalam berbagai bentuk atau manifestasi pembangunannya.” Manifestasi adalah perwujudan sebagai suatu pernyataan perasaan atau pendapat. Pembangunan yang dimaksud disini adalah pembangunan suatu negara yang terdiri dari beberapa indikator seperti sumber daya alam, kemajuan teknologi, sumber daya manusia, perekonomian serta politik itu sendiri. Dunia politik erat hubungannya dengan segala sektor di dalam suatu negara, salah satunya di bidang ekonomi. As we know, dunia ekonomi dan politik memiliki ikatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bahkan, jika salah satu dari kedua bidang tersebut berdiri sendiri dan meninggalkan yang lain, God Willing akan terjadi sebuah masalah yang besar dalam suatu negara. Hubungan antara keduanya bisa dilihat dari berbagai aspek, mulai dari sejarahnya, pencapaiannya, perkembangannya, kondisinya, tujuan ke depannya serta berbagai hal lainnya. Contohnya saja tentang analisa pembangunan nasional, kerjasama antara dua bidang ini sangat diperlukan untuk menganalisis apa saja yang mungkin terjadi saat pembangunan sedang berlangsung sehingga dapat menyiapkan strategi ataupun siasat untuk menghadapi segala permasalahan yang mungkin akan muncul. Ekonomi adalah masalah yang dihadapi oleh seluruh bangsa di dunia. Permasalahanpermasalahan ekonomi yang muncul dapat pula diselesaikan dengan campur tangan pemerintah sebagai lembaga pengawas. Adanya campur tangan ini, mengartikan bahwa setiap kegiatan ekonomi yang ada di suatu negara secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh sistem politik sebagai alat kekuasaan dan pengambilan keputusan (kebijaksanaan ekonomi). Ada beberapa kebijakan ekonomi politik yang ada di Indonesia, seperti harmonisasi ekonomi dan politik, tim ekonomi yang kompeten atau profesional, penataan mainstream ekonomi, stabilitas ekonomi serta reformasi hukum dan birokrasi. Dalam penulisan karya tulis berjudul “Apakah Pemerintah Menjadi ‘Dewa’ Atas Perekonomian Yang Ada?” akan membahas tentang seberapa pentingnya campur tangan pemerintah terhadap perekononomian yang terjadi. Sejarah Ilmu Politik dan Ilmu Ekonomi Para ahli politik meyakini bahwa ilmu ekonomi adalah cabang dari ilmu politik, karena pada masa itu pusat dari urusan keuangan (financial) suatu negara dipantau dan didasarkan dari sumber penghasilan negara yang telah masuk kedalam ilmu politik. Hal inilah yang menjadi dasar terbentuknya pemikiran bahwa ilmu ekonomi merupakan cabang dari ilmu politik. Seiring perkembangan zaman, ilmu ekonomi dianggap mampu untuk berdiri sendiri atau menjadi independen. Dimana ilmu ekonomi memiliki kajian tersendiri tentang bagaimana, apa, dimana, siapa, mengapa, dan kapan seseorang bisa mencari uang dan mengelola keuangannya. Meski dianggap independen, ekonomi masih tidak bisa dilepaskan dari ilmu politik yang menyebabkan para ahli memadukan antara ekonomi dan politik menjadi satu kesatuan ilmu bernama ekonomi politik. Pembahasan terhadap ekonomi politik ini menitikberatkan kajiannya terhadap peristiwa ekonomi secara universal yang berjalan serta dikaji dan ditelaah menjadi lebih spesifik yaitu dengan memantau dan memahami interaksi yang terjadi di antara faktor-faktor ekonomi dengan faktor-faktor politik. Ekonomi politik sering disamakan dengan politik ekonomi. Padahal, keduanya berbeda. Berikut adalah perbedaannya : Ekonomi Politik (Political Economy) Cenderung sebagai tinjauan ekonomi yang melihat politik adalah alat untuk mencapai keuntungan maksimal (Efesiensi) Politik Ekonomi (Economical Politics) Cenderung sebagai tinjauan politik yang melihat ekonomi adalah alat untuk mencapai kekuasaan dan kepentingan (Efektif) Tumpuan Analisis Adam Smith (1776) meyakini bahwa sistem pasar bebas akan mewujudkan tingkat kegiatan ekonomi yang efesien dalam jangka panjang. Penggunaan tenaga kerja penuh (kesempatan kerja penuh) akan selalu tercapai dan perekonomian akan mengalami pertnumbuhan yang teguh. Menurut Smith, masalah masalah tersebut hanya berlaku sementara saja. Selanjutnya, sistem pasar bebas akan membuat penyesuaian yang menyebabkan masalah masalah tersebut akan lenyap dengan sendirinya dan pertumbuhan ekonomi yang teguh akan berlangsung kembali (otomatis). Pada periode The Great Depression (1929-1932) ekonomi di seluruh dunia mengalami kemunduran tajam yang ditandai dengan sangat tingginya pengangguran dan pendapatan nasional negara-negara didunia yang merosot. Para ahli ekonomi dunia berpendapat bahwa perekonomian otomatis itu kurang tepat, dari sini mereka menyadari pentingnya peran pihak ketiga dalam sektor pasar, yaitu pemerintah. Hal ini didukung oleh teori John Maynard Keynes dalam teori makroekonomi modern di dalam buku The General Theory of Employment, Interest, and Money (1936). Keynes berpendapat bahwa dalam sistem pasar bebas penggunaan tenaga kerja penuh tidak selalu tercipta dan diperlukan usaha dan kebijakan pemerintah untuk menciptakan tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan pertumbuhan ekonomi yang teguh. Keynes juga berpendapat pengeluaran agregat adalah faktor utama penentu tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai suatu negara. Tujuan Suatu Negara Setiap kebijakan ekonomi bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi. Berdasarkan kepada masalah masalah tersebut, berikut adalah tujuan-tujuan kebijakan yang ingin dicapai: 1. Menstabilkan kegiatan ekonomi, stabilitas ekonomi adalah prasyarat dasar untuk tercapainya peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pertumbuhan yang tinggi dan peningkatan kualitas pertumbuhan. Stabilitas perekonomian sangat penting untuk memberikan kepastian berusaha bagi para pelaku ekonomi. Stabilitas ekonomi makro dicapai ketika hubungan variabel ekonomi makro yang utama berada dalam keseimbangan, misalnya antara permintaan domestik dengan keluaran nasional, neraca pembayaran, penerimaan dan pengeluaran fiskal (kebijakan fiskal) serta tabungan dan investasi. Hubungan tersebut tidak selalu dalam keseimbangan yang tepat. Ketidakseimbangan fiskal dan neraca pembayaran misalnya, tetap sejalan dengan stabilitas ekonomi asalkan dapat dibiayai (dengan pembiayaan pemerintah melalui sektor perpajakan) secara berkesinambungan. Kestabilan ekonomi meliputi kewujudan dari tiga hal berikut : (i) tingkat penggunaan tenaga kerja adalah tinggi, (ii) tingkat harga-harga tidak menunjukkan perubahan yang berarti, dan (iii) terdapat keseimbangan di antara ekspor dan impor dan lalu lintas modal dari/ke luar negeri. 2. Penggunaan Tenaga Kerja Penuh Tanpa Inflasi Berusaha mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi merupakan impian yang paling ideal jika dibandingkan dengan tujuan-tujuan lainnya. Dalam bahasa inggris tujuan ini dinyatakan dengan pernyataan “to achieve full employment without inflation” yang bermakna apabila masyarakat dapat selalu mencapai tujuan ini, dengan sendirinya tujuan-tujuan lain akan tercapai. Namun, berbagai negara tidak dapat terus menerus mencapai penggunaan tenaga kerja penuh yang biasanya disebabkan oleh kurangnya pengeluaran agregat. Tetapi, bukan berarti juga apabila dengan ditambahnya pengeluaran agregat bisa mencapai kegiatan perekonomian pada penggunaan tenaga kerja penuh, biasanya hanya mampu mengurangi pengangguran. 3. Menghindari Masalah Inflasi Banyak fakta yang membuktikan bahwa inflasi menimbulkan beberapa akibat buruk bagi kesejahteraan masyarakat dan kegiatan perekonomian. Terkadang, inflasi juga dapat terjadi sebagai akibat ketidakstabilan politik dan ekonomi suatu negara. Biasanya keadaan seperti ini memiliki tingkat inflasi tinggi dan sukar dikendalikan. Namun, inflasi yang biasanya lebih sering terjadi diakibatkan oleh permintaan masyarakat yang terlalu berlebih, penambahan penawaran uang yang tidak diikuti oleh produksi barang dan jasa, dan kenaikan biaya produksi. Keadaaan seperti ini diperlukan pemerintah untuk mengatasi masalah inflasi seperti itu. 4. Menciptakan Pertumbuhan Ekonomi Yang Teguh Tujuan ini merupakan tujuan untuk jangka panjang, Dari satu periode ke periode lainnya faktor-faktor produksi mengalami pertambahan dalam kuantitas dan kualitasnya. Pertambahan jumlah penduduk juga nantinya akan menambah jumlah tenaga kerja. Pendidikan dan pengalaman kerja menambah keterampilan kerja. Penawaran modal menambah barang-barang modal dan meningkatkan penggunaan teknologi yang lebih modern. Keahlian keusahawan akan semakin berkembang. Setidaknya ada dua alasan mengapa suatu negara harus berusaha mencapai pertumbuhan ekonomi yang teguh dalam jangka panjang : (i) untuk menyediakan kesempatan kerja kepada tenaga kerja yang terus menerus bertambah, dan (ii) untuk menaikkan tingkat kemakmuran masyarakat. Kedua alasan ini menjadi pendorong utama kepada pemerintah untuk berusaha menciptakan pertumbuhan ekonomi yang teguh. 5. Mewujudkan Kekukuhan Neraca Pembayaran Dan Kurs Valuta Asing. Neraca pembayaran yang tidak kukuh akan mengurangi kemampuan suatu negara dalam menghadapi masalah pengaliran dana keluar negeri yang melebihi dari keadaan yang biasanya berlaku. Sebagai akibatnya, cadangan mata uang asing akan merosot dan kurs mata uang asing akan meningkat. Hal ini yang nantinya akan menimbulkan berbagai permasalahan ekonomi di dalam negeri sama seperti peristiwa krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998. Jadi, Apakah Pemerintah Itu Penting? Berdasarkan pembahasan di atas, telah banyak disinggung tentang politik pemerintah sebagai alat pengendali suatu perekonomian. Apakah pemerintah itu penting? Jawabannya adalah IYA. Mengapa demikian? Sebab pemerintah diibaratkan menjadi ‘Dewa’ yang menguasai dan mengatur segala aspek perekonomian di dalam suatu negara agar mampu menyejahterakan rakyatnya, melindungi semua pihak yang ada di dalamnya dan mengontrol negaranya agar mampu bersaing dengan negara lain. Sebagian besar pengamat percaya bahwa keterlibatan pemerintah dalam berbagai perekonomian akan berlanjut, supaya rakyat terus-menerus datang kepada pemerintah untuk melindungi konsumen, melindungi lingkungan, dan mendorong diakhirinya diskriminasi. Konsekuensinya, banyak perusahaan memantau pemerintahan dan perkembangan hukum untuk menjamin kepatuhan mereka terhadap hukum. Telah dikatakan, mekanisme pasar tidak dapat mewujudkan tingkat kegiatan ekonomi negara yang efesien secara terus menerus. Hal ini menimbulkan berbagai masalah ekonomi dan diperlukan kebijakan pemerintah untuk mengatasinya. Kebijakan-kebijakan yang dilakukan memiliki tujuan yang sudah disampaikan sebelumnya, kebijakan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi tersebut adalah : 1. Kebijakan fiskal yang membuat perubahan dalam pengeluaran pemerintah atau pajak untuk mempengaruhi tingkat pengeluaran agregat. 2. Kebijakan moneter yang dilakukan untuk membuat perubahan dalam penawaran uang atau suku bunga untuk mempengaruhi pengeluaran agregat. 3. Kebijakan segi penawaran dilakukan dengan cara mengurangi pajak, memberikan insentif fiskal, memberi subsidi dan menyediakan infrastruktur yang baik untuk menaikan efesiensi kegiatan perusahaan perusahaan. Mengembangkan infrastruktur dan membuat peraturan yang kondusif kepada suasana usaha yang baik juga perlu dilakukan. Mengambil contoh dari peristiwa krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 yang disebabkan oleh: 1. Stok hutang luar negeri swasta yang sangat besar dan umum nya berjangka pendek telah menciptakan kondisi bagi ketidakstabilan. (Pemerintah selama ini selalu berhati hati dalam mengelola hutang pemerintah dan senantiasa menjaga dalam batas batas yang bisa ditangani. Akan tetapi, untuk hutang yang dibuat oleh sector swasta Indonesia pemerintah tidak memiliki mekanisme pengawasan. Setelah krisis berlangsung barulah disadari bahwa masalah yang terjadi benar benar serius) 2. Banyaknya kelemahan dalam sistem perbankan di Indonesia. Dengan kelemahan tersebut, masalah hutang swasta eksternal langsung beralih menjadi masalah perbankan dalam negeri. (Untuk faktor permasalahan ini disebabkan oleh mekanisme pengendalian dan pengawasan dari pemerintah tidak mampu mengikuti cepatnya pertumbuhan sektor perbankan. Diperparah oleh tidak adanya penegakan terhadap bank-bank yang melanggar ketentuan) 3. Sejalan dengan makin tidak jelasnya arah perubahan politik, maka isu tentang pemerintahan otomatis berkembang menjadi persoalan ekonomi pula. (Indonesia terlalu menikmati economic boom negative preseption sehingga ketika krisis menghantam munculah penghalang bagi pemerintah untuk mampu mengendalikan krisis. Masalah inilah yang mengurangi kemampuan kelembagaan pemerintah untuk bertindak cepat, adil, efektif. Akhirnya, semua itu berkembang menjadi krisis kepercayaan yang menjadi penyebab paling utama dari segala masalah ekonomi yang dihadapi saat itu) 4. Perkembangan situasi politik makin menghangat akibat krisis ekonomi dan pada gilirannya membesar dampak krisis ekonomi itu sendiri. (Faktor ini menjadi hal yang sangat sulit diatasi, sebab kegagalan yang terjadi telah mempersulit kinerja ekonomi dalam mencapai momentum pemulihan secara hebat dan berkesinambungan) Daftar Pustaka Bruce Smart, Beyond Compliance (Washington, DC: World Resources Institute, 1992), hlm. 1-6 Sukirno, Sadono. 2013. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suryono, Agus. 2006. Ekonomi Politik Pembangunan dalam Prespektif Teori Ilmu Sosial. Malang: Universitas Negeri Malang (UM). Wahab, Solichin, Abdul. 1999. Ekonomi Politik Pembangunan: Bisnis IndonesiaEra Orde baru dan Di Tengah Krisis Moneter. Malang: Danar Wijaya.