Uploaded by User70236

Mankep makalah bismillah

advertisement
“Kepuasan Pasien pada Pelayanan Keperawatan”
MATA KULIAH MANAJEMEN KEPERAWATAN
Dosen Pengampu: Sumijatun, SKep, MArs, PhD
Disusun oleh :
Anisa Rotana (1606953663)
Nadia Listiani (1606954161)
Safira Putri Utama (1506687730)
Janaditya Adhipurusa (1506687850)
Nadya Mira Candrawati (1506688185)
Cut Safira Zulva (1506687535)
Sri Rizki Novita Sejati (1506688001)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
2018
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan salah satu tugas
kelompok mata kuliah Manajemen Keperawatan yang berjudul “Kepuasan Pasien
pada Pelayanan Keperawatan”. Adapun tugas ini ditulis guna untuk menambah
informasi dan pengetahuan kami tentang pentingnya kepuasan pasien pada
implementasi pelayanan keperawatan mengingat pasien merupakan pusat orientasi
utama dalam rangka menciiptakan pelayanan di Rumah Sakit yang optimal.
Tugas ini disusun atas bantuan dari berbagai pihak sehingga pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sumijatun, SKep,
MArs, PhD selaku dosen
mata kuliah
Mana jemen Kepawatan ini atas
kesempatan dan arahan untuk menyusun tugas ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata, semoga
tugas ini tidaklah hanya menjadi sebuah tugas melainkan dapat berguna bagi
pembaca dan penulis.
Wassalamualaikum wr.wb
Depok, Desember 2018
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................iii
BAB I ................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2
Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3
Tujuan ................................................................................................................. 2
1.4
Manfaat ............................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Kepuasan Pasien .................................................................................... 3
2.2 Teori Kepuasan Pasien ............................................................................................ 3
2.3
Aspek Kepuasan Pasien ...................................................................................... 6
2.4
Metode Pengkuran Kepuasan Paisen ................................................................. 8
2.5
Keterkaitan Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan Pasien ....................... 10
2.6
Analisis Kasus dan Rekomendasi..................................................................... 12
2.6.1
Contoh Kasus 1 ......................................................................................... 12
2.6.2
Rekomendasi Contoh Kasus 1 .................................................................. 14
2.6.3
Contoh Kasus 2 ......................................................................................... 15
BAB III ........................................................................................................................... 18
PENUTUP ....................................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 18
3.2
Saran ................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 19
iii
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mutu pelayanan perawatan merupakan hal utama yang perlu diperhatikan
dalam fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan semakin besarnya
tuntutan pada organisasi pelayanan kesehatan untuk dapat memenuhi kepuasan
pasien terhadap pelayanan keperawatan. Rumah sakit merupakan organisasi atau
institusi yang menghasilkan produk berupa layanan baik layanan medis maupun
layanan keperawatan yang diberikan kepada pasien (Nurhidaya, 2014). Perawat
merupakan sumber daya manusia paling banyak yang ada di rumah sakit serta
merupakan profesi yang bertanggung jawab dalam pelayanan keperawatan.
Perawat merupakan penyumbang paling besar terhadap kepuasan pasien,
mengingat bahwa perawat secara langsung dan sering berinteraksi dengan pasien
dengan memberikan asuhan keperawatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
perawat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kepuasan pasien.
Berkaitan dengan pelayanan keperawatan, perawat seharusnya memiliki
standar dalam melakukan pelayanan kepada pasien. Terlebih lagi, karakteristik
pasien yang berbeda menyebabkan asuhan keperawatannya juga berbeda sehingga
dengan melakukan tindakan keperawatan yang baik maka akan dapat
meningkatkan mutu layanan sehingga dengan itu kepuasan pasien dapat terpenuhi.
Kepuasan pasien itu sendiri berkaitan terhadap loyalitas pasien kepada rumah
sakit. Meskipun begitu, di rumah sakit sering terjadi fenomena berupa
kesenjangan antara kualitas pelayanan perawat yang ideal dengan realitanya. Hal
tersebut dapat disebabkan rendahnya kemampuan perawat, ekspektasi atau
tuntutan dari pasien yang tinggi, ataupun rendahnya pengetahuan dan
keterampilan perawat itu sendiri dalam memberikan pelayanan keperawatan.
(Anjaryani, 2009)
Tugas perawat yang sangat penting dalam memberikan layanan
keperawatan menyebabkan upaya perbaikan perlu dilakukan demi terciptanya
kualitas yang baik sehingga pasien merasa puas terhadap pelayanan yang
diberikan. Kepuasan pasien itu sendiri merupakan salah satu komponen dalam
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang tertuang dalam Keputusan Menteri
1
Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008. Sehingga dapat dikatakan bahwa pelayanan
rumah sakit dikatakan bermutu jika telah memenuhi standar minimal kepuasan
pasien. Berdasarkan hal tersebut maka dibuatlah makalah ini untuk dapat
menambah wawasan serta pemahaman seputar kepuasan pasien terhadap
pelayanan keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam memahami kepuasan pasien dalam institusi pelayanan
kesehatan peneliti perlu mengetahui pengertian atau definisi dari kepuasan
pasien, teori-teori kepuasan pasien, aspek-aspek apa saja yang terdapat
dalam kepuasan pasien, metode pengukuran kepuasan pasien, keterkaitan
pelayanan keperawatan dengan kepuasan pasien, dan menganalisis contoh
kasus yang berkaitan dengan kepuasan pasien.
1.3 Tujuan

Mengetahui dan memahami pengertian kepuasan pasien,

Mengetahui dan memahami teori-teori kepuasan pasien,

Mengetahui dan memahami aspek-aspek apa saja yang terdapat dalam
kepuasan pasien,

Dapat menjelaskan metode-metode dalam pengukuran kepuasan pasien,

Menjelaskan keterkaitan pelayanan keperawatan dengan kepuasan pasien,
dan

Menganalisis contoh kasus yang berkaitan dengan kepuasan pasien.
1.4 Manfaat
Manfaat
yang
dapat
dirasakan
adalah
mendapatkan
dan
mempelajari berbagai macam ilmu tentang kepuasan pasien, sehingga
diharapkan dapat diaplikasikan dalam pekerjaan sehari-hari khususnya
yang bekerja dalam institusi pelayanan kesehatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kepuasan Pasien
Pasien adalah orang sakit yang dirawat dokter dan tenaga kesehatan
lainnya ditempat praktek (Yuwono; 2003). Sedangkan kepuasan adalah perasaan
senang seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesenangan terhadap
aktivitas dan suatu produk dengan harapannya (Nursalam; 2011). Kotler (dalam
Nursalam; 2011) menyebutkan bahwa kepuasan adalah perasan senang atau
kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau
kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya.
Westbrook & Reilly (dalam Tjiptono; 2007) berpendapat bahwa kepuasan
pelanggan merupakan respon emosional terhadap pengalamanpengalaman
berkaitan dengan produk atau jasa tertentu yang dibeli, gerai ritel, atau bahkan
pola perilaku (seperti perilaku berbelanja dan perilaku pembeli), serta pasar secara
keseluruhan. Menurut Yamit (2002), kepuasan pelanggan adalah hasil (outcome)
yang dirasakan atas penggunaan produk dan jasa, sama atau melebihi harapan
yang diinginkan. Sedangkan Pohan (2007) menyebutkan bahwa kepuasan pasien
adalah tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan
kesehatan yang diperolehnya, setelah pasien membandingkan dengan apa yang
diharapkannya. Pendapat lain dari Endang (dalam Mamik; 2010) bahwa kepuasan
pasien merupakan evaluasi atau penilaian setelah memakai suatu pelayanan,
bahwa pelayanan yang dipilh setidak-tidaknya memenuhi atau melebihi harapan.
Berdasarkan uraian dari beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa kepuasan pasien adalah hasil penilaian dalam bentuk respon emosional
(perasaan senang dan puas) pada pasien karena terpenuhinya harapan atau
keinginan dalam menggunakan dan menerima pelayanan perawat.
2.2 Teori Kepuasan Pasien
Setiap individu emiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan
system nilai yang berlaku pada dirinya. Menurut Rivai (2004:475), semakin tinggi
3
penilaian kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan individu makin tinggi
kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Oleh karena itu, kepuasan merupakan
evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya, senang atau
tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja.teori kepuasan yang cukup
dikenal yaitu:
a. Teori Ketidaksesuaian (Discrepacy Theory)
Teori ini mengukur kepuasan seseorang dengan menghitung selisih antara
sesuatu yang seharusnya dengan kenyataan yang diasakan. Sehingga
apabila kepuasannya diperoleh melebihi yang diinginkann, maka orang
akan menjadi lebih puas lagi, sehingga terdapat discrepancy,tetapi
merupakan discrepancy yang positif. Kepuasan kerj seseorang tergantung
pada selisih antara sesuatu yang dianggap akan didapatkan dengan apa
yang di capai.
b. Teori Keadilan (Equality Theory)
teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas,
tergantung pada ada tau tidaknya keadilan (equilty) dalam suatu situasi,
khususnya situasi kerja. Menurut teori ini komponen utama dalam teori
keadilan adalah input, hasil,keadilan dan ketidakadilan. Input adalah factor
bernilai bagi karyawan yang dianggap mendukung pekerjaannya, seperti
pendidikan,pengalaman,kecakapan,jumlah
tugas
dan
peralatan
atau
perlengkapan yang dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaannya.
Hasilnya adalah sesuatu yang dianggap bernilai oleh seseorang seperti :
upah/gaji,, keuntungan sampingan, symbol, status, peghargaan dan
kesempatan untuk berhasil atau aktualisasi diri. Sedangkan orang selalu
membandingkan dapat berupaseseorang di perusahaan yang sama, atau di
tempat lain atau bias pula dengan dirinya di masa lalu. Menurut teori
ini,setiap karyawan akan membandingkan rasio input hasil dirinya dengan
rasio input hasil orang lain. Bila perbandingan ittu dianggap cukup adil,
maka karyawan akan merasa puas. Bila perbandingan itu tidak seimbang
tetapi menguntungkan bias menimbulkan kepuasaan, tetapi bila tidak
seimbang maka akan timbul ketidakuasaan.
c. Teori Keinginan Relatif (IRelative Deprivation Teory)
4
Menurut teori ini ada 6 keputusan penting menyangkut kepuasan,yaitu:
-
Perbedaan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan
-
Perbedaan antara pengeluaran dengan penerimaan
-
Ekspektasi untuk menerima pembayaran lebih
-
Perasaan untuk memperoleh lebih dari yang diinginkan
-
Perasaan secara personal tidak bertanggung jawab terhadap hasil yang
buruk
Apabila kepuasan kerja dapat ditingkatkan atau tidak, tergantung dari
imbalan sesuai ekspektasi, kebutuhan dan keinginan karyawan. Jika
kinerja yang lebih baik dapat meningkatkan imbalan bagi karyawan
secara adil dan seibang, maka kepuasan kerja akan meningkat.
d. Equity Model Theory (Teori Kesetaraan)
Inti teori dari Edwrd Lawler ini menjelaskan kepuasan dan ketidakpuasan
dengan pembayaran. Perbedaan antara jumlah yang diterima dengan
jumlah yang dipersepsikan oleh karyawan lain merupakan
penyebab
utama terjadinya ketidakpuasan. Untuk itu pada dasarnya ada tiga
tingkatan karyawan, yaitu:
-
Memenuhi kebutuhan dasar karyawan
-
Memenuhi harapan karyawan sedemikian rupa, sehingga burnout
menurun
-
Memenuhi keinginan karyawan degan mendapat lebih dari apa yang
diharapkan.
e. Teori Motivasi Dua factor
Teori ini dikenal dengan Herzberg two factor theoryatau teori motivasi
kesehatan (motivation – Hygiene Theory). Seperti dijelaskan Robbins
(2001:169) bahwa dalam teori yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg
disimpulkan:
-
Ada karakteristik tertentu yang secara konsisten dikaitkan dengan
kepuasan kerja, yang disebut factor intrinsic, seperti : prestasi,
pengakuan, kerja itu sendiri, tanggung jawab, kemauan dan
pertumuhan.
5
-
Ada karakteristik yang dikaitkan dengan ketidakpuasan yang disebut
factor ekstrinsik, seperti : kebijakan dan pimpinan perusahaan,
penyeliaan, hubungan antar pribadi dan kondisi kerja
Dengan demikian menurut Herzberg seperti dikemukaan Robbins
(2001:170), factor-faktor yang menghantar kepada kepuasan kerja
terpisah dan berbeda dari factor-faktor yang menghantar kepada
ketidakpuasan kerja. Lebih lanjut Herzberg mengemukakan bahwa
lawan dari “kepuasan” bukanlah “ketidakpuasan”, seperti yang
diyakini orang secara tradisional , namun ia menyatakan bahwa lawan
“kepuasan” adalah “Tidak ada kepuasan” dan lawan “ketidakpuasan “
adalah “tidak ada ketidakpuasan”.
Manusia memiliki dua kategori kebutuhan yang bereda, masinngmasing terpisah satu dari yang lain, namun mempengaruhi perilaku
dalam berbagai cara.
2.3 Aspek Kepuasan Pasien
Menurut Parasuraman er al (1998) terdapat 5 (lima) dimensi atau aspek
yang mewakili persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan, yaitu:
1. Tangible (Berwujud)
Aspek tangible ini berkaitan dengan fasilitas atau peralatan serta petugas
yang memberikan pelayanan jasa. Bukti fisik pada pelayanan keperawatan
dapat berupa sikap dan penampilan perawat. Selain itu, penampilan serta
kemampuan dari sarana dan prasarana rumah sakit merupakan bukti nyata
lainnya dalam pelayanan yang meliputi fasilitas fisik berupa gedung, lalu
peralatan dan perlengkapan kesehatan. Karena jasa itu sendiri tidak dapat
terlihat maka aspek tangible ini sangat penting dalam pengukuran
kepuasan pelanggan terhadap pelayanan.
2. Reliability (Keandalan)
Keandalan merupakan dimensi yang mengukur keandalan suatu
pelayanan
jasa
pada
konsumen
(pasien).
Keandalan
merupakan
kemampuan rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang sesuai secara
akurat dan terpercaya kepada pelanggan. Dengan kata lain, pelayanan yang
6
diberikan rumah sakit sesuai dengan harapan pasien seperti berkaitan
dengan ketepatan waktu, serta melakukan pelayanan yang sama kepada
pasien, dan memiliki ketepatan yang tinggi ketika memberikan pelayanan.
3. Responsiveness (Ketanggapan)
Merupakan kemampuan dalam membantu pelanggan (pasien) serta
memberikan pelayanan dengan cepat pada pelanggan. Dapat diartikan
berupa inisiatif dari para staff untuk membantu pasien secara tanggap.
Diharapkan perawat memiliki ketanggapan yang tinggi terhadap
kebutuhan pasien sehingga dapat membantu pasien tersebut bahkan ketika
sebelum pasien menyadari atau membutuhkannya. Aspek ketanggapan ini
merupakan aspek yang paling dinamis karena dapat dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi. Salah satu contoh dari aspek ketanggapan yaitu
kecepatan.
4. Assurance (Jaminan)
Merupakan aspek yang berkaitan dengan kemampuan dalam
memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada pelanggan. Aspek
assurance ini meliputi juga kemampuan, pengetahuan, kesopanan, serta
keterampilan staff dalam pemberian pelayanan sehingga mampu
menumbuhkan kepercayaan pada pelanggan serta menumbuhkan juga rasa
aman. Jaminan juga dapat berarti bebas dari risiko, bahasa, serta keraguraguan
5. Empathy (Empati)
Merupakan kesediaan untuk peduli serta memberikan perhatian
yang tulus kepada pelanggan. Aspek empati ini juga berarti kemudahan
dalam membangun hubungan komunikasi yang baik antar klien dan staff,
perhatian pribadi, memahami kebutuhan pelanggan dan bertindak demi
kepentingan pasien. Aspek ini memiliki peluang untuk dapat mengejutkan
pelanggan dimana ketika pelanggan tidak mengharapkan sesuatu hal
ketika pelayanan, tetapi ternyata diberikan oleh penyedia jasa.
7
2.4 Metode Pengkuran Kepuasan Paisen
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator penting atau alat yang
digunakan untuk mengukur kualitas dari pelayanan kesehatan berdasarkan
pengalaman pasien setelah mendapatkan pelayanan dari suatu institusi
(Prakash, 2010). Oleh karena itu mengkur kepuasan pasien menjadi suatu
keharusan khususnya bagi rumah sakit untuk mengetahui seberapa baik
kualitas dari layanan yang telah diberikan. Menurut Kotler (2003) metode
untuk mengukur kepuasan pelanggan antara lain (Susetyo, 2008):
1. Survey Periodik Kepuasan Pelanggan, yaitu secara langsung bertanya
kepada pelanggan tentang tanggapannya mengenai kepuasan dari
pelayanan yang telah didapatkan dari sebuah intitusi. Caranya dapat
melalui directly reported satisfaction atau pertanyaan dengan skala sangat
tidak puas sampai sangat puas, derived satisfaction atau memina
pelanggan untuk memberikan masalah-masalah yang dirasakan ketika
mendapatkan layanan, importance/performance rating
atau meminta
pelanggan untuk menilai seberapa baik pelayanan yang telah diterima, dan
metode Servqual yaiu mengukur dengan mengidentifikasi lima kelompok
dimensi dalam bidang jasa yang terdiri dari tangible, reliability,
responsiveness, assurance dan emphaty.
2. Sistem Keluhan dan Saran, yaitu menyediakan fasilitas untuk pelanggan
agar dapat menyalurkan keluhan dan saran bagi institusi. Misalnya seperti,
kotak saran, saluran keluhan pelanggan, situs resmi, dan sebagainya.
3. Mystery Shopping atau Ghost Shopping, yaitu dengan memperkerjakan
orang yang berperan sebagai pelanggan di tempat lain, kemudian
melaporkan kegiatan hasil temuan-temuan dari aktivitasnya mengenai
kekuatan dan kelemahan pelayanan dari institusi lain.
4. Lost customer analysis, yaitu melakukan analisa berapa tingkat kehilangan
pelanggan dan mencari tahu serta memahami penyebabnya dengan
menghubungi pelanggan yang bersangkutan.
Sedangkan, untuk
mengukur
kepuasan pasien terdapat
beberapa
pendekatan yang dapat dilakukan (Lavela & Gallan, 2014), yaitu sebagai berikut:
1. Metode Campuran (Mixed Methods)
8
Merupakan metode yang menggabungkan metode kualitatif dan
kuantitatif untuk mendapatkan perspektif yang luas, serta membantu
menafsirkan konvergensi temuan untuk memperkuat pengetahuan atau
menjelaskan kurangnya konvergensi (pandangan yang sama).
2. Pendekatan Kuantitatif
Yaitu pengukuran kepuasan pasien secara kuantitatif yang dapat
menggunakan kuesioner terstruktur yang mengumpulkan hasil yang
dilaporkan pasien (patient-reported outcomes) atau dengan Hospital
Consumer Assessment of Healthcare Providers and Systems (HCAHPS).
3. Pendekatan Kualitatif
Yaitu pengukuran kepuasan pasien secara kualitatif dengan
memberikan pertanyaan terbuka sehingga dapat memahami lebih
mendalam apa yang dirasakan oleh pasien dengan mendorong pasien
supaya dapat mendeskripsikan pengalaman dan persepsinya sendiri
misalnya melalui focus group discussion (FGD) dan wawancara.
4. Pendekatan Ethnographic
Pendekatan
ini
memungkinkan
peneliti
untuk
merasakan
pengalaman menjadi pasien di suatu tempat. Contoh dari pendekatan ini
yaitu mystery shopping.
5. Photovoice
Merupakan
pendekatan
dengan
melibatkan
pasien
sebagai
partisipan dengan menyediakan kamera untuk mengambil gambar dan
menginterpretasi secara visual pada objek tertentu berdasarkan petunjuk
yang ada. Hasil interpretasi dari partisipan, peneliti dapat lebih memahami
persepsi, pilihan, dan kebutuhan pasien.
6. Guided Tours
Metode dimana seorang pasien memimpin peneliti yang sedang
mengumpulkan data melalui lingkungan rumah sakit, karena mereka
menggambarkan lingkungan, pikiran, dan perasaan mereka terkait dengan
pengalaman perawatan kesehatan masing-masing.
9
2.5 Keterkaitan Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan Pasien
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik
di dalam maupun di Iuar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundangundangan. (UU No. 38 tahun 2014). Sikap
profesional seorang perawat sering menjadi indikator pemenuhan harapan atau hal
yang diinginkan pasien. Sikap ramah, sopan, komunikatif, tidak tergesa-gesa dan
kesegeraan membantu yang ditunjukkan perawat adalah sebagian hal sederhana
yang diperhatikan pasien ketika Dalam mendapatkan pelayanan, pasien
mengharapkan perawat yang melayaninya bersikap baik, ramah, sabar, murah
senyum, menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Mereka mengharapkan
perawat memiliki pengetahuan yang memadai tantang kondisi penyakitnya
sehingga perawat mampu mengatasi setiap keluhan yang dialami oleh individual
klien (Meyers & Gray, 2001). Namun seringkali masih ada pasien yang kurang
puas dengan pelayanan yang dilakukan oleh perawatnya.
Sugiarto (1999), menyatakan bahwa ada lima aspek yang harus diperhatikan
oleh pemberi jasa pelayanan atau perawat dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan (pasien) yaitu:

Penerimaan: yakni perawat hendaknya selalu bersikap ramah, periang, selalu
tersenyum, menyapa semua pasien, dan memiliki minat terhadap orang lain,
serta tidak membedakan golongan, pangkat, latar belakang sosial ekonomi
dan budaya atau yang lebih dikenal dengan memandang pasien secara
holistik. Perawat diharapkan menunjukkan sikap ramah pada pasien
walaupun
pasien
menunjukkan
sikap
yang
kurang
baik.
Perawat
menunjukkan sikap tegas dan jelas, tetapi tanpa amarah atau menghakimi,
sehingga perawat membuat pasien merasa utuh. Perawat tidak kecewa atau
tidak berespon negatif terhadap amarah yang meluap-luap, atau perilaku
buruk pasien menunjukkan penerimaan terhadap pasien (Videbeck, 2008).

Perhatian: yakni merupakan sikap yang diterapkan oleh pemberi jasa
pelayanan atau perawat yang menyangkut kepedulian, kesigapan, dan
kesediaan untuk memberikan pelayanan baik diminta atau tidak diminta oleh
penerima jasa atau klien. Disamping itu sensitivitas dan peka terhadap setiap
10
perubahan yang dialami pasien serta mau mengerti terhadap kecemasan dan
ketakutan pasien. Aspek perhatian merupakan sikap seorang perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan harus sabar, bersedia memberikan
pertolongan kepada pasien, perawat harus peka terhadap setiap perubahan
pasien dan keluhan pasien, memahami dan mengerti terhadap kecemasan dan
ketakutan pasien. Perawat memperlakukan pasien dengan baik dan tulus
dalam pemenuhan kebutuhannya (Wahyuni, 2012).

Kehandalan (Reliabilitas): yakni perawat dituntut untuk mampu dan handal
dalam
proses
keperawatan
penyembuhan
yang
sesuai
pasien
dengan
dengan
kebutuhan
memberikan
pasien
pelayanan
dengan
tidak
mengesampingkan kerja sama baik dengan keluarga maupun profesi
kesehatan yang lain dalam pemenuhan kebutuhan dan penyembuhan pasien.

Tanggung jawab: yakni perawat harus bersikap jujur dan tekun dalam
bertugas serta mampu mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas,
konsisten serta tepat dalam segi pemanfaatan waktu dan pelaksanaan tindakan
oleh penerima jasa atau klien. Disamping itu sensitivitas dan peka terhadap
setiap perubahan yang dialami pasien serta mau mengerti terhadap kecemasan
dan ketakutan pasien. Perawat mempunyai tanggung jawab untuk
memberikan pelayanan keperawatan pada pasien selama 24 jam sehari, dari
penerimaan sampai pemulangan pasien (Swanburg, 2000). Namun dalam
kenyataannya hal tersebut belum terlaksana dengan baik yang dibuktikan
dengan hasil jawaban kuesioner bahwa perawat tidak menemani pasien saat
ke kamar mandi. Perawat harus tahu bagaimana menjaga keselamatan pasien
melindungi kesejahteraan pasien (Priharjo, 2008).

Komunikasi (interaksi): yakni perawat dituntut untuk memiliki kemampuan
komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarga dalam memberikan
informasi tentang proses perawatan. Komunikasi yang baik dimaksud
meliputi kejelasan, kemudahan bahasa, sopan santun dan percaya diri dalam
memberikan informasi terkait pelayanan perawatan yang diberikan. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2013), nilai terendah pada aspek
komunikasi saat pengesian kuesioner adalah pengucapan salam oleh perawat
saat bertemu pasien. Aspek komunikasi merupakan sikap perawat yang harus
11
mampu melakukan komunikasi sebaik mungkin dengan pasien, dan keluarga
pasien. Mengucap salam saat bertemu dan berpisah dengan pasien merupakan
salah satu cara untuk menyatu dengan pasien dan keluarga pasien.
Kesimpulannya bahwa selama melakukan layanan keperawatan, perawat
seharusnya menggunakan keterampilan komunikasi pada pasien dan keluarga
pasien (Arwani, 2002).
2.6 Analisis Kasus dan Rekomendasi
Berikut diberikan dua contoh kasus terkait kepuasan pasien beserta
rekomendasi yang disarankan;
2.6.1
Contoh Kasus 1
12
Kepuasan merupakan hasil dari perpaduan harapan dengan kinerja.
Dalam hal ini berarti kepuasan pasien bergantung pada kinerja dari pelayanan
kesehatan terhadap harapan pasien. Apabila kinerja pelyanan kesehatan
memenuhi harapan pasien maka pasien akan puas, dan sebaliknya apabila
kinerja pelayanan kesehatan tidak memenuhi harapan dari pasien maka pasien
akan cenderung tidak merapa puas dengan pelayanan yang diterima. Dalam
kasus diatas yang terjadi di RSUD Bojonegoro dapat disimpulkan bahwa
kinerja yang ditunjukkan oleh pelayanan kesehatan tidak sesuai dengan
harapan pasien sehingga munculnya ketidakpuasan akan pelayanan yang
diberikan.
Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa banyak
aspek yang mempengaruhi kepuasan pasien dengan pelayanan keperawatan
yang diberikan. Dalam hal ini berarti bagaimana kinerja perawat menjadi yang
dihitungkan untuk tercapainya kepuasan pasien. Berita diatas menyebutkn
bahwa perilaku perawat yang kurang terpuji dilihat dari jawaban yang
dilontarkan salah satu perawat ketika keluarga pasien bertanya dan
membutuhkan informasi terkait kondisi pasien. dari hal tersbut dapat terlihat
bahwa perawat tidak memenuhi aspek yang sudah disebutkan sebelumnya
yaitu penerimaan, perhatian, dan komunikasi.
Selain itu, ketika kondisi pasien sedang kritis keluarga pasien meminta
bantuan kepada perawat yang bertugas namun tidak ada satupun yang
merespon dan siaga bahkan ketika keluarga pasien menggedor tempat perawat
didapati perawat yang seharusnya bertugas sedang tertidur. Hal tersebut
pastinya membuat keluarga merasa sedih karena akibat tidak adanya respon
dari perawat pasien meninggal dunia. Berdasarkan berita perawat sempat
melakukan pertolongan kepada pasien walaupun dinilia terlambat oleh
keluarga pasien karena pasien sudah meninggal. Dalam perawat tidak
memenuhi aspek keperawatan yaitu tanggung jawab karena tidak seharusnya
perawat tertidur disaat jam kerjanya.
Banyak faktor yang melatarbelakangi sikap perawat terhadap pasien dan
keluarganya yang terjadi sesuai berita diatas. Beban kerja yang berat mungkin
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja perawat terbukti dengan
13
perawat yang tertidur saat jam kerjanya. Selain itu, ketidakramahan perawat
merupakan hal yang sangat disayangkan karena perawat merupakan elemen
penting dalam perawatan pasien sehingga apapun masalah yang sedang
dihadapi oleh perawat, perawat tersebut harus tetap bersikap ramah dan
memberikan rasa aman terhadap pasien dan kelurganya.
Ketidakpasan pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diterimanya
akan menyebabkan masalah bagi perawat itu sendiri serta bagi rumah sakit.
Seperti yang dilakukan oleh keluarga pasien yang langsung menemui direktur
RSUD Bojonegoro terkait hal tersebut serta akan adanya spekulasi masyarakat
yang menganggap bahwa pelayanan di rumah sakit tersebut kurang baik
sehingga akan berpengaruh terhadap kunjungan ke rumah sakit tersebut.
Dengan adanya kejadian ini pun membuat keluarga pasien membandingkan
pelayanan rumah sakit pemerintah dengan rumah sakit swasta dalam
pelayanan terhadap pengguna JKN. Padahal seharusnya menggunakan JKN
atau tidak pelayanan yang diberikan harus sesuai standar baik di rumah sakit
pemerintah maupun rumah sakit swasta.
2.6.2
Rekomendasi Contoh Kasus 1
Setelah melihat kasus diatas dapat dilihat bahwa pelayanan
keperawatan yang diberikan mempengaruhi bagaimana kepuasan pasien di
rumah sakit. Agar tidak terulang kembali kejadian seperti ini, pihak rumah
sakit baiknya menindak lanjuti kasus-kasus ini. Hal pertama yang harus
dilakukan adalah melakukan pembinaan terhadap perawat tersebut. Pembinaa
dilakukan agar perawat tersebut tidak mngulangi kesalahannya lagi serta
menanyai alasan mengapa perawat bisa berbuat seperti itu. Alasan yang
dilontarkan bisa menjadi masukan direksi untuk kinerja perawat lainnya.
Apabila salah satu alasan adala beban kerja yang terlalu berat, maka pihak
manajerial dapat menghitung kembali beban kerja para perawat apakah sudah
sesuai atau berlebih.
Selain itu, terkait dengan pernyataan keluarga pasien dimana mereka
merasa pelayanan yang diterima kurang akibat penggunaan JKN, pihak rumah
sakit harus mensosialisasikan kembali bahwa segala bentuk pelayanan yang
14
diberikan harus sesuai dengan standar yang ada tanpa memperhatikan
pengguna JKN atau tidak. Hal ini bukan hanya untuk perawat tetapi untuk
semua tenaga di rumah sakit.
Terakhir, perlu ditekankan lebih terhadap budaya keselamatan pasien.
Kejadian ini merupakan salah satu kejadian yang menyangkut keselamatan
pasien. Dimana kecepatan respon perawat yang bertugas pada saat itu dapat
menentukan keselamatan pasien, dan yang terjadi pada kasus keterlambatan
respon perawat diduga membuat pasien meninggal dunia. Dengan lebih
ditingkatkannya budaya keselamatan pasien hal-hal tersebut juga akan
terhindar, karena hal kecil seperti perawat yang tertidur bisa menjadi risiko
untuk keselamatan pasien.
2.6.3
Contoh Kasus 2
Kisah Bantuan Sederhana Perawat Yang Bikin Pasien Anak Happy
Alyssa. Gadis cilik berumur 9 tahun ini memiliki kelainan
genetik PCDH19 epilepsy. Kondisi ini membuat Alyssa sering
mengalami kejang kambuhan dan kadang serangan kejang nggak
bisa dihentikan kalau nggak memakai obat.
Kondisi Alyssa membaik dan serangan kejang sudah jarang
dia alami. Hingga beberapa bulan lalu Alyssa tiba-tiba kejang.
Tapi, itu masih bisa dihandle oleh orang tuanya. Namun beberapa
waktu kemudian, kejang yang dialami Alyssa lebih parah, Bun.
Durasi kejangnya sampai 7 menit dan setelah pulang ke rumah
Alyssa masih bisa 'bertahan'.
"Tapi serangan kejangnya memburuk hingga kami harus
membawanya ke Cook Children's hospital di Ft. Worth, Texas.
Saya benar-benar takut karena ingat saat pertama kali diberi tahu
kejang yang dialami Alyssa bisa membunuhnya. Memang serangan
kejang pada pasien PCDH epilepsy sering terjadi ketika anak
beranjak puber dan kalau nggak ditangani dengan tepat bisa
menimbulkan gangguan," tutur ibu Alyssa, Le Spehard kepada Love
What Matters.
Dia menambahkan malam itu menjadi malam yang sulit
buat Alyssa. Tapi, keadaan membaik di keesokan paginya sampai
beberapa perawat datang dan mengatakan kalau Alyssa butuh
15
sesuatu jangan segan untuk mengungkapkannya. Ternyata, Bun,
Alyssa ingin kukunya dihias. Ya, semacam di-manicure gitu deh.
Mendengar perkataan Alyssa Le cuma tertawa. Dia berpikir
itu hanya permintaan seorang anak yang memang senang main
dandan-dandanan. Tapi apa yang terjadi? Nggak lama seorang
perawat khusus anak datang ke ruangan Alyssa dan membawa
kuteks. Tahu itu, Alyssa senang banget. Dengan sabar si perawat
memoleskan kuteks ke kuku Alyssa.
Alhasil, kuku Alyssa tampak cantik dan bocah itu bahagia
bukan main. Melihat apa yang dilakukan si perawat membuat Le
merasa terharu. Soalnya, hal sederhana yang dilakukan seorang
perawat bisa membuat putrinya bahagia bukan main. Apalagi, Le
nggak menyangka si perawat benar-benar melakukan apa yang
diinginkan Alyssa.
"Alyssa benar-benar bahagia hari itu. Walaupun dia masih
harus memakai Elektroensefalogram (EEG), dia senang sekali.
Ketika jadi orang tua anak dengan PCDH 19 epilepsy, gangguan
itu bisa terlihat lebih besar dari anak kita. Tapi, saat tahu Alyssa
lebih tenang dan kondisinya makin membaik dengan apa yang
dilakukan si perawat, saya benar-benar speechless," tambah Le.
2.6.4 Rekomendasi Contoh Kasus 2
Dari kasus diatas, dapat diketahui bahwa hal kecil yang dilakukan perawat
dapat mempengaruhi pasien secara langsung maupun tidak langsung. Halhal yang dapat dipelajari dari kasus diatas, diantaranya:
1. Perawat perlu mengetahui tugas dan fungsinya sebagai perawat.
Dengan demikian diharapkan perawat dapat memberikan asuhan
nya dengan baik
2. Melakukan
perawatan
fokus
pada
pelanggan.
Kepuasan
pasien/klien merupakan salah satu indikator outcome kualitas
pelayanan, outcome disini tidak hanya berupa peningkatan dari sisi
rumah sakit, namun juga dapat berupa peningkatan pemulihan dari
sisi pasiennya sendiri
3. Penerapan caring model, perawat sebagai profesi paling dekat
dengan pasien, sebaiknya mengetahui hal apa saja yang dibutuhkan
oleh pasien
16
4. Meningkatkan kepuasan pasien, dengan penerapan responsiveness
dan
empathy
yang
baik.
Dalam
aspek
kepuasan
pasien,
responsiveness dan emphaty adalah faktor yang dapat dirasakan
langsung dan memberikan kesan paling dalam oleh pasien,
pembangunan emosional yang baik antara perawat dan pasien dapat
menghasilkan kenyamanan pasien dalam perawatan.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, petugas kesehatan harus
memperhatikan kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan guna
meningkatkan kualitas mutu dari seluruh pelayanan. Kepuasan pasien terbagi
menjadi beberapa aspek termasuk terhadap pelayanan keperawatan. Setiap pasien
memiliki latar belakang yang unik setiap individunya, maka perlu mengetahui
teori kepuasan pasien untuk mencapai kepuasan pasien. Pada akhirnya untuk
menentukan mutu kualitas pelayanan, beberapa metode pengukuran kepuasan
pasien dilakukan agar menjadi evaluasi, perbaikan, serta pengembangan
manajemen untuk pelayanan keperawatan. Kepuasan pasien bergantung pada jenis
dan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. Perlu keahlian khusus dalam
melakukan pelayanan keperawatan agar sesuai dengan ekspektasi pasien.
3.2 Saran
Diperlukan adanya pembelajaran lebih mendalam dengan membandingkan
jurnal – jurnal atau penelitian yang telah ada terkait kepuasan pasien dalam
pelayanan keperawatan untuk melihat kasus – kasus yang pernah terjadi yang
berkaitan dengan hal itu. Selain itu diperlukan adanya integrasi dan pembeljaran
terus menerus demi menciptakan pelayanan keperawatan yang komprehensif dan
optimal.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anjaryani, WD. (2009). Kepuasan Pasien Rawat Inap terhadap Pelayanan
Perawat di RSUD Tugurejo Semarang. Universitas Diponegoro.
Arwani. 2002. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: EGC
Endar Sugiarto.1999. Psikolosi Pelayanan dalam Industri Jasa. Jakarta:
Gramedia
Handayani, S. (2016). Tingkat Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas Baturetno. Jurnal PROFESI, 14 (1): 42 – 48.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Nurhidaya, A. (2014). Hubungan Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan
Pasien Rawat Inap Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di RSUD
Labuang Baji Makassar. Universitas Islam Negeri Alauddin
Parasuraman, A., Zeithaml, V.A., & Berry,L.L. (1988). SERVQUAL: A
Multiple Item Scale for Measuring Perceptions ff Service Quality. Journal of
Retailing, 64 (1): 12.
Priharjo, Robert. 2008. Konsep & Perspektif Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: EGC.
Robbins,Stephen P.1990.Teori Organisasi Struktur Desain, dan Aplikasi.
Prentice-Hall International,Inc., Alih Bahasa:Jusuf Udaya,Lic., Ec. Jakarta:
Arcan.
Rival, Veithzal.2004. Manajemen SumberDaya Mnausia untuk perusahaan:
dari teori ke praktik, Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada.
Sukmasari, Radian. 2018. Kisah Bantuan Sederhana Perawat Yang Bikin
Pasien Anak Happy. Diakses online melalui https://www.haibunda.com
19
Swansburg, R. C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan. Jakarta : EGC
UU
Nomor
38
Tahun
2014
tentang
Keperawatan.
Tersedia
di:
https://www.kemenkopmk.go.id/sites/default/files/produkhukum/UU%20Nom
or%2038%20Tahun%202014.pdf (diakses pada 9 desember 2018)
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Wahyuni, Eka Lestari. 2012. Proses Pelayanan Kesehatan Dalam Penerapan
Pelayanan Prima di Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan.
20
Download