Uploaded by User69913

vjhmb

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dibidang teknologi informasi serta komunikasi sekarang ini
tidak lagi mengenal batas, jarak, ruang dan waktu. Lajunya perkembangan
teknologi saat ini memungkinkan masyarakat berinteraksi dengan masyarakat lain
yang berada dimana pun dalam waktu yang singkat . Masyarakat kini telah
memanfaatkan teknologi dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam aktivitas
pengolahan informasi dan komunikasi salah satunya dengan media internet.
Internet merupakan alat atau media yang dominan dalam perkembangan teknologi
sekarang ini . Internet terus berkembang hingga saat ini bahkan masyarakat
menjadikannya sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan, salah satunya yaitu
kegiatan jual beli barang atau pun jasa secara online, kegiatan bisnis secara
elektronik ini disebut juga e-commerce. (Amalia, 2019).
Pengguna Internet Di Indonesia pada 2018 sebanyak 95,2 juta pengguna,
tumbuh 13,3% dari 2017 yang hanya sebanyak 84 juta pengguna. Pada 2019
jumlah pengguna internet di Indonesia tumbuh 12,6% dibandingkan 2018, yaitu
menjadi 107,2 juta pengguna. Pada 2023, jumlah pengguna internet di Indonesia
diproyeksikan mencapai 150 juta pengguna, pengguna internet di Indonesia
diproyeksikan akan semakin meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar
10,2% pada periode 2018-2023. (Jayani, 2019).
1
2
160
150
140
JUTA
130
120
110
100
90
84
95,2
107,5
118
132
143
150
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
80
TAHUN
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
Gambar 1.1 Pertumbuhan Pengguna Internet Di Indonesia
Sumber : databoks.katadata.co.id
Dengan berkembangnya jumlah pengguna internet, kini Dunia maya akan
bertumbuh dengan pesat. Fenomena ini tentunya menjadi pasar yang sangat
potensial untuk para pebisnis di sektor e-commerce . Dengan jaringan Internet
seluruh aktivitas bisnis dapat dilakukan oleh Konsumen dan Perusahaan secara
efektif dan efisien(Databoks.katadata.co.id, 2019). E-commerce merupakan
Aktivitas bisnis yang menggunakan jaringan internet yang efektif dan efisien bagi
konsumen dan perusahaan . Dengan adanya kemudahan cara akses untuk
memberikan informasi dan mencari informasi tanpa harus mengeluarkan biaya
dan penggunaannya sangat di nikmati oleh berbagai kalangan masyarakat . Salah
satu jenis e-commerce yang saat ini berkembang pesat di Indonesia adalah ecommerce jenis marketplace. Marketplace merupakan tempat dimana produk atau
layanan informasi yang disediakan oleh pihak ketiga, sedangkan transaksi diproses
oleh operator penyedia layanan. Marketplace pada dasarnya merupakan sebuah
tempat dimana penjual dan pembeli dapat membuat akun untuk menjual dan
membeli produk atau jasa secara online. Keuntungan berjualan di marketplace
adalah penjual tidak perlu membuat situs atau toko online pribadi. Penjual hanya
3
perlu menyediakan foto produk dan me-upload foto yang kemudian disertai dengan
deskripsi tentang produk tersebut. Lalu, apabila ada konsumen yang ingin membeli
produk yang ditampilkan tersebut, pihak penjual akan diberi notifikasi dari
penyedia Market Place tersebut.
Di indonesia saat ini berbelanja online menjadi salah satu pilihan bagi
konsumen untuk memproleh barang, dengan demikian tentunya menjadi peluang
bisnis bagi penyedia layanan marketplace. Di indonesia saat ini terdapat beberapa
marketplace yang saat ini paling sering digunakan, diantaranya adalah Shopee,
Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Blibli, dan JD.ID. Berikut data perbandingan
Pengunjung WEB
Bulanan
(Juta)
junlah pengunjung dari beberapa marketplace yang telah disebutkan sebelumnya:
80
60
55,9
65,9
42,8
40
27,9
20
Shopee
21,3
5,5
0
Marketplace
Tokopedia
Bukalapak
Lazada
Blibli
JD.ID
Gambar 1.2 Data pengunjung E-commerce pada Kuartal III 2019
Sumber : (https://iprice.co.id/insights/mapofecommerce/, n.d.)
Berdasarkan Map E-commerce yang dirilis oleh iprice.co.id pada kuartal ke
III 2019, Shopee berhasil menempatkan posisi ke 2 Pada kuartal III 2019.
Berdasarkan jumlah pengunjung situs secara bulanan, Pengunjung situs Shopee
pada kuartal ke III 2019 mencapai 55,9 juta pengunjung sedangkan rival nya
Tokopedia sebanyak 65,9 juta pengunjung. Berdasarkan jumlah pengunjung situs
web tersebut lantas juga berpengaruh terhadap jumlah nilai transaksi pada
marketplace tersebut, seperti yang terlihat pada gambar berikut:
4
40
35
US $ Miliar
30
25
20
15
10
5
0
2014
2017
Shopee
2020
Bukalapak
2023
Tokopedia
Gambar 1.3 Nilai Transaksi E-commerce Terbesar Pada Kuartal III 2019
Sumber : (databoks.katadata.co.id)
Menurut laporan E-Warungs: Indonesia's New Digital Battleground yang
dirilis CLSA, menunjukkan Tokopedia sebagai e-commerce dengan nilai transaksi
terbesar di Indonesia. Tokopedia juga memimpin nilai transaksi tertinggi sejak 2014
dan diprediksi masih terus bertahan hingga 2023.Tercatat pada 2018, nilai transaksi
Tokopedia sebesar US$ 5,9 miliar. Platform consumer to consumer (C2) menjadi
bisnis andalan tokopedia dengan nilai transaksi US$ 5,6 miliar, sedangkan business
to consumer (B2C) hanya sebesar US$ 148 juta. CLSA memproyeksikan pada 2023
nilai transaksi tokopedia mencapai US$ 37,45 miliar. Sementara nilai transaksi
Shopee dan Bukalapak, diproyeksikan masing-masing sebesar US$ 31 miliar dan
US$ 8,3 miliar pada 2023. Secara umum, total nilai transaksi tiga besar e-commerce
pada 2019 sebesar US$ 11,6 miliar dan meningkat pada 2023 hingga mencapai US$
76,8 miliar. Dengan posisi Shopee berada di urutan ke dua dalam hal jumlah
pengunjung dan jumlah nilai transaksi maka dapat di artikan bahwa tingkat
keputusan konsumen dalam berbelanja di Shopee masih kalah dengan rivalnya
yaitu Tokopedia.
(Matsumoto & Odani, 2016), mendefinisikan “keputusan pembelian
sebagai pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian”.
Dengan kata lain, konsumen yang hendak melakukan pilihan harus menentukan
5
pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Apabila alternatif pilihan tidak ada maka
tindakan yang dilakukan tanpa adanya pilihan tersebut tidak dapat dikatakan
membuat keputusan. Tentunya ada berbagai faktor yang menyebabkan tingkat
keputusan pembelian pada pelanganggan dalam berbelanja lebih
memilih
Tokopedia dibandingkan dengan Shopee.
(Florentinus Bigar Anung Anandita & Saputra, 2014) faktor yang sangat
penting untuk mempengaruhi keputusan pembelian online adalah faktor
kepercayaan. Pada saat calon pembeli ingin melakukan belanja online, yang
pertama kali menjadi pertimbangan adalah apakah toko online yang berada di
marketplace yang dituju untuk berbelanja sudah aman dan dapat di percaya untuk
melakukan pembelian. Oleh sebab itu sangat di butuhkan sekali kepercayaan antara
toko online dan calon pembeli.
Dari penelusuran yang dilakukan, diketeahui ada beberapa kasus yang
pernah terjadi Shopee terkait dengan kepercayaan, salah satunya ada konsumen
membeli sebuah barang dan sudah melakukan transaksi pembayaran, namun barang
tersebut tak kunjung datang kepada konsumen ,dan setelah terjadi transaksi pihak
toko tidak pernah lagi membalas live chat dari konsumen ,dan konsumen pun
mengadukan kasus tersebut ke layanan costumer service dan tanggapan dari
costumer service tersebut tidak dapat menyelesaikan masalah dari konsumen
bahkan terkesan abai. (kompasiana.com) Tentu saja kasus-kasus seperti ini dapat
menyebabkan menurunnya tingkat kepercayaan konsumen untuk berbelanja di
shoope. Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian (Assegaff, 2015) yang menemukan
bahwa kepercayaan berpengaruh signifikan positif terhadap sikap, niat dan perilaku
konsumen dalam berbelanja secara online Dan (Solihin, 2020) juga menyatakan hal
serupa bahwa Kepercayaan pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
minat beli pada Online Shop, hasil penelitian ini membuktikan bahwa semakin
tinggi tingkat kepercayaan pelanggan maka akan semakin tinggi minat beli
pelanggan. Tetapi menurut (Saputra, 2015) menyatakan dalam penelitiannya bahwa
kepercayaan tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian secara
online, hal ini di karena kan saat ini sebagian besar konsumen menuntut untuk
diberi perhatian pada saat bertransaksi. Kepercayaan yang tinggi belum tentu
6
mempengaruhi konsumen untuk tetap melakukan pembelian. Walaupun konsumen
sudah percaya dan mengenal baik webstore, belum tentu konsumen membeli di
webstore tersebut. Hal ini bisa terjadi karena perhatian yang diberikan webstore
yang kurang sehingga membuat konsumen menjadi ragu-ragu untuk melakukan
pembelian di webstore
Pada pengguna website Shopee yaitu pemilik toko dan juga konsumen
diwajibkan membuat akun untuk bisa menggunakan layanan dan melakukan
transaksi. Pada saat pembuatan akun pengguna akan mencantumkan data data
pribadi yaitu nama, nomor handphone, email, alamat , dan data lainnya. Dengan
mencantumkan data data pribadi tersebut membuat sebagian orang merasa ragu
untuk memberikan data nya. Berdasarkan data yang di kutip oleh (Kunci, 2020)
menyatakan ada 3 kasus terkait pencurian data pada tahun 2020 di 3 situs ecommerce yaitu Tokopedia sebanyak 91 juta data pengguna dan diperjual belikan
di forum hacker seharga US$ 5.000, Bukalapak sebanyak 12,9 juta data pengguna,
dan situs e-commerce Bhinneka juga mengalami pencurian data sebanyak 1,2 juta
data pengguna dan data tersebut di tawarkan di forum pasar gelap online (dark web).
Dari kasus tersebut dapat di artikan bahwa keamanan dan kerahasiaan data pribadi
menjadi faktor yang dapat membuat sebagai pengguna ragu dalam memberikan
data pribadinya.
Berdasarkan hasil pengujian (Rafidah, 2017) menyatakan bahwa variabel
keamanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian secara
online. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat keamanan yang
diberikan maka akan semakin mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Jaminan keamanan dan kerahasiaan data merupakan hal yang penting ketika
berbelanja secara online. Keamanan data pribadi pengguna dapat menggambarkan
sejauh mana sebuah situs web e-commerce yang dianggap aman dan mampu
melindungi informasi lainnya dari ancaman potensial (Jonathan & Mulyandi,
2019).
Kualitas pelayanan juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh kepada
pengguna dalam keputusan pembelian. Lambatnya respon dari pelayanan Shopee
dalam menyelesaikan permasalah konsumen tentunya dapat membuat pengguna
7
Shopee merasa tidak terlayani dengan baik. Sebagai pengguna dan pembeli
tentunya ingin kepastian dan kenyamanan dalam berbelanja. Kualitas adalah suatu
keseluruhan ciri dan karakteristik yang dimiliki suatu produk dan jasa yang dapat
memberikan kepuasan pada penggunanya(Yulianto, 2012). Menurut (Purbawati &
Prasetyo, 2015) bahwa e-service quality atau kualitas layanan sebagai sebuah
website mampu memfasilitasi kegiatan konsumen meliputi belanja, pembelian, dan
pengiriman baik produk dan layanan secara efisien dan efektif.
Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi keputusan konsumen yaitu
persepsi risiko. Menurut (Wahyuningtyas & Widiastuti, 2017) Risiko merupakan
faktor pendahulu sebelum memperoleh sebuah kepercayaan. Dalam kegiatan
perdagangan di dunia internet di anggap memiliki risiko lebih tinggi daripada
perdagangan fisik secara langsung dengan tatap muka karena terbatasnya kontak
fisik konsumen terhadap produk, sehingga konsumen tidak dapat melakukan
penilaian terhadap kualitas dan kinerja produk sebelum melakukan pembelian
(Wahyuningtyas & Widiastuti, 2017). Hal utama dalam transaksi online tidak luput
dari namanya risiko, sehingga pentingnya konsumen memiliki pengetahuan dalam
bertransaksi secara online yang mengetahui memiliki risiko yang tinggi atau tidak.
Keamanan
Kerahasiaan pribadi
Etika
Kepatuhan
Realibilitas
78
80
82
84
86
88
90
%
Indonesia
Asia Pasifik
Gambar 1.4 46% Konsumen Indonesia Tak Percaya Layanan Digital (2019)
Sumber : (databoks.katadata.co.id)
Menurut Riset Microsoft dan International Data Corporation (IDC)
menyebutkan sebanyak 46% konsumen Indonesia tidak mempercayai layanan
8
digital. Hal tersebut disebabkan adanya isu keamanan, privasi, dan reliabilitas
terhadap layanan digital. Menurut riset tersebut, faktor yang paling memengaruhi
kepercayaan konsumen terhadap layanan digital adalah elemen keamanan 87%,
kerahasiaan pribadi sebesar 86%, dan etika 85%. Elemen lainnya adalah kepatuhan
sebesar 82% dan reliabilitas sebesar 80%(46 % Konsumen Indonesia Tak Percaya
Layanan Digital, 2019).
Berdasarkan pentingnya faktor kepercayaan, keamanan, kualitas pelayanan
dan persepsi terhadap risiko dapat mempengaruhi keputusan pembelian, oleh
karena itu peneliti tertarik untuk menguji pengaruh yang terjadi antar variabel
dengan judul “PENGARUH KEPERCAYAAN, KEAMANAN, KUALITAS
PELAYANAN
DAN
PERSEPSI
RISIKO
MENGGUNAKAN
E-
COMMERCE (SHOPEE) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN(studi
kasus pada pengguna Shopee di Pekanbaru)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan
masalah yang terdapat dalam penelitian ini yaitu :
a. Apakah pengaruh tingkat kepercayaan terhadap keputusan pembelian pada
Market Place Shopee pada mahasiswa di Kampus Institut Bisnis Dan
Teknologi Pelita Indonesia?
b. Apakah pengaruh keamanan terhadap keputusan pembelian pada Market
Place Shopee pada mahasiswa di Kampus Institut Bisnis Dan Teknologi
Pelita Indonesia?
c. Bagaimana kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian pada Market
Place Shopee pada mahasiswa di Kampus Institut Bisnis Dan Teknologi
Pelita Indonesia?
d. Bagaimana persepsi risiko menggunakan shopee terhadap keputusan
pembelian pada market place shopee pada mahasiswa di Kampus Institut
Bisnis Dan Teknologi Pelita Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
9
a. Untuk mengetahui pengaruh tingkat kepercayaan terhadap keputusan
pembelian pada Market Place Shopee pada mahasiswa di Kampus Institut
Bisnis Dan Teknologi Pelita Indonesia.
b. Untuk mengetahui pengaruh tingkat keamanan terhadap keputusan pembelian
pada Market Place Shopee pada mahasiswa di Kampus Institut Bisnis Dan
Teknologi Pelita Indonesia.
c. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian
pada Market Place Shopee pada mahasiswa di Kampus Institut Bisnis Dan
Teknologi Pelita Indonesia.
d. Untuk mengetahui presepsi risiko terhadap keputusan pembelian pada Market
Place Shopee pada mahasiswa di Kampus Institut Bisnis Dan Teknologi Pelita
Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat dari penelitian ini dapat dibagi dalam :
1. Manfaat Akademis
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam membuat
kebijakan yang berkaitan dengan Kepercayaan, Keamanan, Kualitas Pelayanan
Dan Persepsi Risiko khususnya untuk PT Shopee Internatioal Indonesia,
dengan harapan dapat membawa perusahaan dan pihak yang bersangkutan ke
arah yang lebih baik lagi.
2. Manfaat Teoritis
hasil penelitian ini dapat digunakan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
dan dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dalam hal
pengembangan di bidang penelitian khususnya yang terkait dengan Pengaruh
Kepercayaan,
Keamanan,
Kualitas
Pelayanan
Dan
Persepsi
Risiko
Menggunakan E-commerce (Shopee) Terhadap Keputusan Pembelian.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian yang
dilakukan maka disusunlah suatu sistematika penulisan yang berisi informasi
10
mengenai materi dan hal yang di bahas pada setiap bab. Adapun sistematika
penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah , rumusan
masalah , tujuan penelitian dan manfaat penelitian serta sistematika
penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisikan perihal landasan teori yang berhubungan dengan
penelitian ini, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini membahas tentang desain penelitian , tempat dan waktu
penelitian, oprasionalisasi variabel, jenis dan sumber data , Teknik
pengumpulan data, populasi dan sampel serta Teknik analisis data.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas perihal gambaran secara umum tentang perusahaan,
karakteristik responden, hasil tanggapan responden, hasil uji hipotesis
serta pembahasan hasil penelitian.
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini akan di uraikan kesimpulan yang di proleh dari penelitian
dan saran-saran yang perlu untuk disampaikan.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pemasaran
a. Defenisi Pemasaran
Pemasaran merupakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
tindakan menciptakan guna atau manfaat karena tempat, waktu dan
kepemilikan. Pemasaran menggerakkan barang dari satu tempat ke tempat
lainnya, menyimpan kemudian membuat perubahan dalam kepemilikan,
melalui tindakan membeli dan menjual barang-barang tersebut. Pemasaran
merupakan aktifitas komersial yang berhubungan dengan arus barang dan jasa
antara produsen dan konsumen.
Swastha & Irawan (2008) menyatakan dalam penelitian nya pemasaran
adalah salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh pengusaha yang
mana dalam usahanya itu untuk mempertahankan kehidupanya, untuk
berkembang dan juga mendapatkan untung yang besar.
William J. Stanton (2012), definisi pemasaran adalah sistem keseluruhan
dari berbagai kegiatan bisnis atau usaha yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan
harga
barang
atau
jasa,
mempromosikannya,
mendistribusikannya, dan bisa memuaskan konsumen.
Menurut Hasan (2013), pemasaran adalah proses mengidentifikasi,
menciptakan dan mengkomunikasikan nilai, serta memelihara hubungan yang
memuaskan pelanggan untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan.
Menurut Kotler dan Amstrong (2014) menjelaskan bahwa manajemen
pemasaran ialah suatu upaya manusia untuk mencapai hasil pertukaran yang
diinginkan dan membangun hubungan yang erat dengan konsumen dengan
cara yang menguntungkan bagi perusahaan.
Menurut Sudaryono (2016) pemasaran merupakan proses bisnis yang
berusaha menyelaraskan antara sumber daya manusia, finansial dan fisik
organisasi dengan kebutuhan dan keinginan para pelanggan dalam konteks
strategi kompetitif.
12
b. Bauran Pemasaran (marketing mix)
Dalam memasarkan suatu produk atau jasa, diperlukan suatu pendekatan
yang mudah dan fleksibel yang disebut sebagai bauran pemasaran (marketing
mix). Beberapa ahli bauran pemasaran mengemukakan marketing mix sebagai
berikut:
Kotler dan Amstrong (2012) Menyatakan bauran pemasaran merupakan
seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus
mencapai tujuan perusahaannya di pasar sasaran”. Kotler dan Amstrong
(2012) juga mengatakan bahwa bauran pemasaran terdiri dari 4P yaitu ;
Product, Price, Place, Promotion.
1) Product (Produk)
Teiseran (2005), mengatakan produk adalah komoditas yang
diperjual belikan, yang bisa berasal dari bebagai macam industri. Istijanto
(2007) juga mengatakan produk adalah barang atau layanan yang
ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen untuk memenuhi
kebutuhan atau masalahnya.
2) Price (Harga)
Swasta & Irawan (2001), mengatakan harga adalah jumlah uang
yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk
dan pelayanannya. Sedangkan Kotler dan Armstrong (2008), mengatakan
bahwa harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk
memperoleh produk.
3) Place (Tempat/ Distribusi)
Kotler & Armstrong (2008), berpendapat bahwa tempat/distribusi
meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi
pelanggan sasaran. Ma’ruf (2005), menjelaskan bahwa lokasi memiliki
pengaruh terhadap keputusan pembelian, dimana lokasi yang tepat,
sebuah gerai akan lebih sukses dibandingkan gerai lainnya yang berlokasi
kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk yang sama.
4) Promotion
Swasta dan Irawan (2001), mengatakan promosi adalah arus
informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan
seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran
dalam pemasaran. Kotler dan Armstrong (2008), berpendapat promosi
13
adalah aktifitas menyampaikan manfaat produk dan membujuk pelanggan
membelinya.
2.1.2 E-Commerce
a. Defenisi E-Commerce
Menurut Laudon & Laudon (1998), “e-commerce adalah suatu proses
membeli dan menjual produk-produk secara elektronik oleh konsumen dan
dari perusahaan ke perusahaan dengan komputer sebagai perantara transaksi
bisnis”. E-Commerce merupakan kegiatan bisnis antara konsumen,
manufaktur, layanan providers, dan penjual yang sama-sama menggunakan
internet sebagai prantaranya.
Menurut (Kozinets et al., 2010) mendefenisikan E-Commerce sebagai
proses pembelian, penjualan, mentransfer atau bertukar produk, jasa atau
informasi melalui jaringan komputer melalui Internet. Mengambil dari proses
bisnis tradisional dengan memanfaatkan jejaring sosial melalui internet,
strategi bisnis dapat berhasil jika dilakukan dengan benar, yang akhirnya
menghasilkan peningkatan pelanggan, kesadaran merek dan pendapatan.
Menurut Kalakota dan Whinston (1997) defenisi e-commerce dapat
dilihat dari empat perspektif, yaitu :
1) Perspektif komunikasi, e-commerce adalah pengiriman barang, layanan,
informasi, atau pembayaran melalui jaringan komputer atau melalui
peralatan elektronik lainnya.
2) Perspektif proses bisnis, e-commerce adalah aplikasi dari teknologi yang
menuju otomatisasi dari transaksi bisnis dan aliran kerja.
3) Perspektif layanan, e-commerce merupakan suatu alat yang memenuhi
keinginan perusahaan, konsumen, dan manajemen untuk memangkas
biaya layanan ketika meningkatkan kualitas barang dan meningkatkan
kecepatan layanan pengiriman.
4) Perspektif online, e-commerce menyediakan kemampuan untuk membeli
dan menjual barang ataupun informasi melalui internet dan sarana online
lainnya.
Dari definisi yang dijelaskan di atas pada dasarnya memiliki kesamaan
dalam hal komponen transaksi (pembeli, penjual, barang, jasa dan informasi),
serta media yang digunakan yaitu internet.
14
b. Manfaat E-Commerce
Menurut Suyanto (2003:50) manfaat E-Commerce di jabarkan menjadi tiga
bagian yaitu :
1) Manfaat Bagi Organisasi

Dapat memperluas market place hingga ke pasar nasional dan
international.

Dapat menurunkan biaya pembuatan, pemrosesan, pendistribusian,
penyimpanan dan pencarian informasi yang menggunakan kertas.

Memungkinkan
pengurangan
inventory
dan
overhead
dengan
menyederhanakan supply chain dan management tipe “pull”.

Dapat mengurangi waktu antara outlay modal dan penerimaan produk
dan jasa.

Mendukung upaya-upaya business process reengineering.

Memperkecil biaya telekomunikasi

Akses informasi lebih cepat.
2) Manfaat Bagi Konsumen

Memungkinkan pelanggan untuk berbelanja selama kapan pun dan dimana pun.

Memberikan lebih banyak pilihan kepada pelanggan.

Pengiriman menjadi sangat cepat.

Pelanggan bisa menerima informasi yang relevan secara detail dalam hitungan
detik, bukan lagi hari atau minggu.

Memberi tempat bagi para pelanggan lain di electronic community dan bertukar
pikiran serta pengalaman.

Memudahkan persaingan yang ada pada akhirnya akan menghasilkan diskon
secara substansial.
3) Manfaat Bagi Masyarakat

Memungkinkan orang untuk bekerja di dalam rumah dan tidak harus keluar
rumah untuk berbelanja. Tentuya hal ini dapat berdampak baik terhadap
penurunan arus kepadatan lalu lintas dijalan serta mengurangi polusi udara.

Memungkinkan sejumlah barang dagangan dijual dengan harga lebih rendah.
c. Jenis E-Commerce
Menurut (Irmawati, 2011) penggolongan jenis E-Commerce berdasarkan
karakteristik yaitu :
1) Business to Business (B2B)
Business to Business eCommerce memiliki karakteristik:
15

Trading partners yang sudah diketahui dan umumnya memiliki hubungan
(relationship) yang cukup lama. Informasi hanya dipertukarkan dengan
partner tersebut. Dikarenakan sudah mengenal lawan komunikasi, maka
jenis informasi yang dikirimkan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan
dan kepercayaan (trust).

Pertukaran data (data exchange) berlangsung berulang-ulang dan secara
berkala, misalnya setiap hari, dengan format data yang sudah disepakati
bersama. Dengan kata lain, layanan yang digunakan sudah tertentu. Hal
ini memudahkan pertukaran data untuk dua entiti yang menggunakan
standar yang sama.

Salah satu pelaku dapat melakukan inisiatif untuk mengirimkan data,
tidak harus menunggu parternya.

Model yang umum digunakan adalah peer-to-peer, dimana processing
intelligence dapat didistribusikan di kedua pelaku bisnis.
2) Business to Consumer (B2C)
Business to Consumer eCommerce memiliki karakteristik sebagai berikut:

Terbuka untuk umum, dimana informasi disebarkan ke umum.

Pelayanan (service) yang diberikan bersifat umum (generic) dengan
mekanisme yang dapat digunakan oleh khalayak ramai. Sebagai contoh,
karena sistem Web sudah umum digunakan maka layanan diberikan
dengan menggunakan basis Web.

Layanan diberikan berdasarkan permohonan (on demand). Konsumer
melakukan inisiatif dan produser harus siap memberikan respon sesuai
dengan permohonan.

Pendekatan client/server sering digunakan dimana diambil asumsi client
(consumer) menggunakan sistem yang minimal (berbasis Web) dan
processing (business procedure) diletakkan di sisi server.
3) Consumen to consumen (C2C)
Dalam C2C seorang konsumen dapat menjual secara langsung barangnya
kepada konsumen lainnya, atau bisa disebut juga orang yang menjual
produk dan jasa ke satu sama lain.
16
4) Customer to Busines (B2C)
Customer to Busines adalah model bisnis dimana konsumen (individu)
menciptakan nilai, dan perusahaan mengkonsumsi nilai ini. Sebagai
contoh, ketika konsumen menulis review, atau ketika konsumen
memberikan ide yang berguna untuk pengembangan produk baru, maka
individu ini adalah yang menciptakan nilai bagi perusahaan, jika
perusahaan tersebut mengadopsi input nya. Sebagai contoh, Priceline.com
merupakan situs yang memungkinkan seseorang menjual barang kepada
perusahaan. Dalam hal ini, internet dapat digunakan sebagai sarana
negosiasi.
2.1.3 Kepercayaan
a. Defenisi Kepercayaan
Dalam melakukan kegiatan transaksi di sebuah E-Commerce hal yang
menjadi pertimbangan pembeli adalah apakah mereka percaya terhadap situs
yang penyedia layanan E-Commerce dan percaya kepada penjual online yang
ada di dalam situs tersebut . Menurut Rousseau et al (1998), “kepercayaan
ialah wilayah psikologis yang merupakan perhatian untuk menerima apa
adanya berdasarkan harapan terhadap perilaku yang baik dari orang lain”.
Lim et al (2010) menyatakan bahwa kepercayaan konsumen dalam
berbelanja di internet merupakan sebagai kesediaan konsumen untuk
mengekspos dirinya terhadap kemungkinan rugi yang dialami selama
transaksi berbelanja melalui internet, hal ini didasarkan dari harapan bahwa
penjual menjanjikan transaksi yang akan memuaskan konsumen dan mampu
untuk mengirim barang atau jasa yang telah dijanjikan.
b. Indikator Kepercayaan
Ada beberapa indikator yang bisa mengukur tingkat kepercayaan
konsumen.
Menurut McKnight et. al. (1998) ada tiga indikator kepercayaan yaitu:
1) Kejujuran dalam mengelola situs jual beli online.
2) Kompetensi, yaitu situs dapat bersaing dan dapat diandalkan.
3) Informasi yang diberikan dapat dipercaya.
Dan menurut Syahran (2008) yang menjadi indikator kepercayaan konsumen
adalah :
1) Dapat memenuhi janji-janjinya
17
2) transaksi dapat dipercaya
3) informasi yang ditawarkan jujur
c. Faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan
seseorang. McKnight et. al. (2002) menyatakan bahwa faktor yang dapat
mempengaruhi kepercayaan konsumen yaitu :
a) Trusting Belief
Trusting belief merupakan tingkatan seseorang percaya dan yakin
terhadap orang lain dalam suatu situasi tertentu. Trusting belief adalah
persepsi pihak yang percaya (konsumen) terhadap pihak yang dipercaya
(penjual di E-Commerce)yang mana penjual memiliki karakteristik yang
akan menguntungkan konsumen. McKnight et. al. (2002) mengatakan ada
tiga elemen yang membangun trusting belief, yaitu :
1) Benevolence
Benevolence (niat baik) yang merupakan seberapa besar pembeli
percaya kepada penjual untuk berperilaku baik kepada konsumen.
Benevolence merupakan wujud kesediaan penjual untuk melayani
kepentingan konsumen.
2) Integrity
Integrity (integritas) merupakan seberapa besar kepercayaan pembeli
terhadap kejujuran penjual untuk menjaga dan memenuhi kesepakatan
yang telah di buat kepada konsumen.
3) Competence
Competence (kompetensi) merupakan kepercayaan pembeli terhadap
kemampuan yang dimiliki penjual untuk membantu konsumen dalam
melakukan sesuatu sesuai dengan yang dibutuhkan konsumen
tersebut.
b) Trusting Intention
Trusting intention merupakan suatu hal yang disengaja dimana
seseorang siap bergantung pada orang lain dalam suatu situasi, ini terjadi
secara pribadi dan mengarah langsung kepada orang lain. Trusting
intention didasarkan pada kepercayaan kognitif seseorang kepada orang
lain. McKnight et. al. (2002) menyatakan bahwa ada dua elemen yang
membangun trusting intention yaitu :
18
1) Willingness to depend
Willingness to depend merupakan kesediaan konsumen untuk
bergantung kepada penjual dalam hal penerimaan risiko atau
konsekuensi negatif yang mungkin akan terjadi.
2) Subjective probability of depending
Subjective probability of depending merupakan kesediaan konsumen
secara subjektif berupa pemberian informasi pribadi kepada penjual,
melakukan transaksi, serta bersedia untuk mengikuti saran atau
permintaan dari penjual.
2.1.4 Keamanan
a. Defenisi Keamanan
Masalah keamanan merupakan salah satu aspek penting dari sebuah
sistem informasi. Keamanan dalam transaksi online merupakan hal
bagaimana dapat mencegah penipuan atau paling tidak mendeteksi adanya
penipuan di sebuah sistem yang berbasis informasi. Sebagaimana pentingnya
nilai informasi maka informasi yang diinginkan hanya boleh diakses dan di
olah oleh orang-orang tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
informasi jatuh ke pihak yang tidak bertanggung jawab dan dapat
menimbulkan kerugian bagi pemilik informasi. Oleh karena itu keamanan
dari sebuah sistem informasi harus terjamin aman.
(Chazar, 2015) Mengatakan bahwa keamanan sistem informasi bertujuan
untuk memastikan dan menyakinkan integritas, ketersediaan dan kerahasiaan
dari pengolahan informasi. Dengan pengelolaan keamanan sistem informasi
yang baik, diharapkan dapat memprediksi risiko-risiko yang muncul
sehingga dapat menghindari dan mengurangi risiko yang mungkin dapat
merugikan.
(Park&Kim,2006)
mengatakan
keamanan
merupakan
sebagai
kemampuan toko online dalam melakukan pengontrolan dan penjagaan
keamanan atas transaksi data. (Park & Kim, 2006) mengatakan lebih lanjut
bahwa ketika jaminan keamanan dapat diterima dengan harapan konsumen,
maka konsumen mungkin akan bersedia memberikan informasi pribadinya
dan akan melakukan pembelian dengan perasaan aman .
b. Dimensi Keamanan
19
Berikut adalah aspek-aspek dari sistem keamanan yang harus
diperhatikan oleh tiap unsur yang terlibat dalam transaksi e-Commerce
(Irawan, 2017) :
1) Authentication (keabsahan pengirim) :
Identitas
pengguna/pengirim
data teridentifikasi (tidak ada kemungkinan penipuan)
2) Confidentiality (kerahasiaan data/privacy) : data tidak dapat dibaca oleh
pihak yang tidak berhak. Privacy data atau informasi harus diberikan agar
tiap komponen yang terlibat tidak merasa dirugikan oleh unsur yang lain.
3) Integrity (keaslian data) : Data tidak dapat diubah secara tidak sah.
Integritas yang terbentuk harus saling memiliki komitmen sehingga datadata yang diberikan akan dapat terjaga tanpa adanya kebocoran data
kepada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
4) Non-Repudiation (anti-penyangkalan) : tidak ada penyangkalan
pengiriman data (dari pihak penerima terhadap pihak pengirim). Sehingga
pencatatan transaksi bisa diakui sebagai suatu bukti transaksi e-commerce
telah terjadi. Misal konsumen memesan sebuah buku, kemudian
menyangkal ke vendor bahwa pemesananan yang diterima vendor tidak
seperti yang telah dibuat sebelumnya
c. Indikator Keamanan
Keamanan merupakan kemampuan dalam melakukan pengontrolan dan
penjagaan atas keamanan dan transaksi data informasi. Menurut
(Sudjatmika, 2017) ada enam indikator dalam sebuah keamanan sistem
informasi yaitu :
1) Integritas atau Integrity
Kemampuan situs untuk melakukan pencegahan terhadap modifikasi
data yang tidak sah.
2) Pencegahan Penyangkalan atau Nonrepudiation
Kemampuan situs untuk memastikan bahwa salah satu pihak tidak
mengingkari kesepakatan setelah transasksi.
3) Keaslian atau Authentication
Kemampuan situs untuk mengidentifikasi identitas seseorang.
4) Kerahasiaan atau Confidentiality
Kemampuan situs untuk menjamin kerahasiaan bahwa pesan-pesan dan
data yang tersedia.
20
5) Privasi atau Privacy
Kemampuan situs untuk memberikan kontrol informasi pribadi kepada
pengguna.
6) Ketersediaan atau Availability
Kemampuan untuk memastikan bahwa situs tersedia untuk berfungsi
sesuai fungsi-fungsi yang telah ada .
Menurut (Raman Arasu dan Viswanathan A,2011) indikator keamanan
meliputi:
1) Jaminan keamanan.
2) Kerahasian data.
2.1.5 Kualitas Pelayanan
a. Defenisi Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan sangat erat hubungannya dengan keputusan
pembelian. Kunci Kemajuan sebuah perusahaan salah satunya dipengaruhi
kemampuan perusahaan dalam melayani konsumennya. Pelayanan yang
berikan harus memperhatikan kualitas standar yang diberikan kepada
konsumen bahkan harus melebihi dari yang diharapkan sehingga kepuasan
pelanggan dapat diperoleh.
Memberi pelayanan yang terbaik merupakan keharusan yang harus
dilakukan perusahaan agar dapat bertahan dan tetap mendaptakan
kepercayaan pelanggan. Ada beberapa pendapat para ahli yang menjelaskan
tentang kualitas pelayanan diataranya adalah :
(Zeithaml dan Berry ,1991) menyatakan kualitas pelayanan merupakan
perbandingan antara pelayanan yang diharapkan konsumen dengan
pelayanan yang diterimanya. Maka dari itu apabila pelayanan yang diterima
atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen tentunya
kualitas pelayanan dapat dipersepsikan baik dan memuaskan.
Tjiptono (2002) mengatakan kualitas pelayanan memiliki hubungan erat
dengan keputusan pelanggan. Perusahaan yang dengan tingkat keputusan
pelanggannya tinggi maka tingkat layanan pelanggan yang diberikan juga
tinggi.
Tjiptono (2008) Mengatakan kualitas pelayanan merupakan suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Sedangkan dari sudut
21
pandang konsumen kualitas pelayanan merupakan nilai atau kecocokan
untuk digunakan.
b. Dimensi Kualitas Pelayanan
Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1985) menyatakan dalam
penelitian nya bahwa ada lima hal yang menjadi acuan dalam
mengukur kualitas pelayanan yaitu :
1. Reliability (kehandalan)
Reliability (keandalan) adalah kemampuan perusahaan untuk
melaksanakan jasa sesuai dengan yang telah dijanjikan secara tepat
waktu. Kepuasan konsumen akan menurun apabila jasa yang diberikan
tidak sesuai dengan yang dijanjikan.
2. Responsiveness (daya tanggap)
Responsiveness (daya tanggap) adalah kemampuan perusahaan
yang dilakukan dan oleh karyawan untuk memberikan pelayanan dengan
cepat dan tanggap kepada konsumen. Hal ini dapat menumbuhkan
persepsi yang positif terhadap kualitas jasa yang diberikan. Dimensi ini
berfokus pada perhatian dan kecepatan karyawan yang terlibat untuk
menanggapi permintaan, pertanyaan dan keluhan konsumen.
3. Assurance (jaminan)
Assurance (jaminan) adalah bentuk pengetahuan dan perilaku
karyawan dalam membangun kepercayaan dan keyakinan ke dalam diri
konsumen untuk mengkonsumsi jasa yang ditawarkan. Hal ini sangat
penting karena melibatkan persepsi konsumen terhadap risiko ketidak
pastian terhadap kemampuan penyedia jasa. Perusahaan membangun
kepercayaan dan kesetiaan konsumen melalui karyawan yang terlibat
langsung menangani konsumen.
4. Empathy
Empathy adalah bentuk kemampuan perusahaan yang dilakukan
karyawan dalam memberikan perhatian kepada konsumen secara
individu, termasuk juga kepekaan akan kebutuhan konsumen.
5. Tangibles (bukti langsung)
Tangibles adalah bentuk bukti nyata kepedulian dan perhatian yang
diberikan oleh penyedia jasa kepada konsumen. Tangibles ini akan
22
menumbuhkan image penyedia jasa terutama bagi konsumen baru dalam
mengevaluasi kualitas jasa. Perusahaan yang tidak memperhatikan
fasilitas fisiknya akan menumbuhkan kebingungan atau bahkan merusak
image perusahaan.
c. Karakteristik Pelayanan
Pada dasarnya cukup banyak karakteristik suatu pelayanan dimana
karakteristik pelayanan mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi tingkat
kepuasan dan penampilan kerja karyawan. Hal ini dapat dilihat pada berbagai
perumusan karakteristik yang dibuat oleh para ahli. Menurut Simamora
(2001) karakteristik pelayanan terdiri atas empat, yaitu:
1) Intangibility (tidak berwujud)
Layanan yang bersifat intangibility artinya tidak dapat dilihat,
dirasa, diraba, dicium, dan didengar sebelum dibeli. Seseorang tidak
dapat menilai hasil dari layanan sebelum ia menikmatinya sendiri.
Untuk mengurangi ketidakpastian, pembeli akan mencari tanda atau
bukti dari kualitas jasa tersebut.
2) Inseparability (tidak terpisahkan)
Layanan biasanya dijual terlebih dahulu baru kemudian
diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Jika seseorang
melakukan layanan maka penyedianya adalah bagian dari layanan.
Karena klien juga hadir pada saat layanan itu dilakukan, interaksi antara
penyedia layanan dan pelanggan merupakan ciri khusus dalam
pemasaran layanan.
3) Variability (bervariasi)
Layanan
sangat
bersifat
variabel
karena
merupakan
nonstandardized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan
jenis, tergantung pada siapa, kapan dan dimana layanan tersebut
dihasilkan.
4) Perishability (mudah lenyap)
Layanan merupakan komoditas yang tidak dapat tahan lama dan
tidak dapat disimpan. Sehingga dapat dikatakan bahwa jasa dihasilkan
pada saat ada permintaan akan jasa tersebut dan permintaan ini tidak
dapat ditunda.
23
2.1.6 Presepsi Risiko
a. Pengertian Persepsi Risiko
Risiko merupakan faktor pendahulu yang memperoleh kepercayaan
(Gefen,2003). Dalam perdagangan di internet, risiko dianggap lebih tinggi
daripada perdagangan fisik karena terbatasnya kontak fisik konsumen
terhadap produk, sehingga konsumen tidak dapat melakukan pengawasan
kinerja produk sebelum melakukan pembelian (Harris dan Goode, 2004).
menurut Suryani (2008) persepsi risiko ialah dimana ketika hendak
membeli konsumen akan mempertimbangkan risiko yang akan terjadi. Risiko
yang dipersepsikan ini akan didasarkan pada banyak pertimbangan yang
bersumber dari informasi dan pengalaman terkait. Risiko yang dipersepsikan
(perceived risk) di definisikan sebagai ketidakpastian yang dihadapi konsumen
ketika mereka tidak mampu melihat kemungkinan yang akan terjadi dari
keputusan pembelian yang dilakukan.
(Shomad, 2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Risiko
merupakan suatu keadaan ketidak pastian yang dipertimbangkan seseorang
untuk memutuskan iya atau tidak melakukan transaksi secara online. Risiko
didefinisikan sebagai perkiraan subjektif individu untuk menderita kerugian
dalam menerima hasil yang diinginkan. Dalam konteks transaksi online,
individu cenderung untuk melihat risiko ketika muncul ketidak yakinan atas
hasil yang mungkin terjadi dari transaksi yang dilakukan.
b. Indikator Persepsi Risiko
Menurut Liau Xia (2004) menyatakan bahwa ada enam indikator dalam
persepsi risiko yaitu :
1) Financial Risk
Merupakan kerugian yang berhubungan secara finansial yang mungkin
dialami sebagai konsekuensi dari pembelian suatu produk.
2) Social Risk
Merupakan risiko sosial berhubungan dengan kekhawatiran konsumen
akan seperti apa pendapat orang atas pembelian suatu produk yang telah
dilakukan.
3) Performance Risk
24
Merupakan risiko kinerja yang berhubungan dengan kekhawatiran
konsumen tentang apakah suatu produk tersebut akan berfungsi sesuai
dengan yang diharapkan.
4) Time and Convenience Risk
Merupakan risiko yang berhubungan dengan ketakutan atas kerugian dari
kehilangan atau tersia-sianya waktu akibat pembelian suatu produk.
5) Physical Risk
Merupakan risiko yang berhubungan dengan kekhawatiran mengenai
keamanan produk dan potensi membahayakan diri atau orang lain akibat
dari pemakaian suatu produk.
6) Psychological Risk
Merupakan risiko yang berhubungan dengan kekhawatiran kemungkinan
hilangnya citra diri (self Image) akibat pembelian atau pemakaian suatu
produk akibat tidak sesuainya produk dengan kepribadian konsumen atau
dengan bagaimana konsumen mempeersepsikan dirinya.
c. Faktor-faktor Persepsi dan Sikap Risiko
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap risiko menurut Hillson
& Murray Webster (20
05) adalah:
1) Kesadaran (conscious), merupakan faktor yang didasarkan pada
karakteristik yang terlihat dan terukur dari situasi dimana keputusan dibuat.
Faktor ini meliputi penilaian situasional dan rasional.
2) Bawah sadar (subconscious), meliputi mental jalan pintas yang dibuat
untuk memfasilitasi pengambilan keputusan (heuristics) dan bias kognitif
lainnya. Heuristic menyusun suatu mekanisme yang akan membuat situasi
yang kompleks dan tidak pasti menjadi masuk akal dan dapat diterima.
3) Afektif (affective) adalah respon yang didasarkan pada emosional naluriah
atau lebih mendasarkan pada perasaan dibandingkan penilaian rasional.
Ke tiga faktor di atas disebut dengan the triple strand. Ketiga faktor ini
memiliki peranan penting dalam mempengaruhi persepsi, dimana persepsi
mendorong sikap terhadap risiko yang menentukan kualitas pengambilan
keputusan yang dibuat dibawah situasi yang tidak pasti.
2.1.7 Keputusan Pembelian
a. Defenisi Keputusan Pembelian
25
Kotler dan Armstrong, (2001) Keputusan pembelian merupakan tahap
dalam proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen benarbenar membeli. Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang
secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk mendapatkan
dan mempergunakan produk yang diinginkan ataupun yang ditawarkan.
Maulina Hardiyanti (2012) mengatakan keputusan pembelian adalah
suatu tindakan yang dilakukan konsumen untuk membeli suatu barang atau
jasa yang diawali untuk pemenuhan kebutuhan dan diakhiri dengan
melakukan seleksi atas alternatif- alternatif tentang barang atau jasa yang
tersedia.
b. Indikator Keputusan Pembelian
Maulina Hardiyanti (2012) mengatakan ada 5 indikator dalam keputusan
pembelian ,yaitu:
1) Keyakinan dalam membeli
2) Sesuai dengan keinginan
3) Memiliki keinginan untuk membeli ulang
4) Mempertimbangkan kualitas produk
5) Merekomendasikan kepada orang lain
Kotler (2011) menyatakan ada 4 indikator dalam keputusan pembelian,
yaitu :
1) Kemantapan pada sebuah produk.
Konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian harus dapat
menentukan pilihannya terhadap produk yang diinginkan.
2) Kebiasaan dalam membeli dan menggunakan produk.
Kebiasaan konsumen dalam membeli suatu produk tertentu, biasanya
didasari dengan penggunaan dari produk tersebut sebelumnya.
3) Memberikan rekomendasi kepada orang lain
Pelanggan yang sering melakukan pembelian pada suatu produk, maka
pelanggan tersebut secara tidak langsung merasakan kepuasan dari
produk itu dan akan mampu merekomendasikan produk tersebut kepada
orang disekitarnya.
4) Pengevaluasian terhadap produk
Setelah pemakaian dari suatu produk, konsumen biasanya melakukan
evaluasi terhadap produk yang telah digunakannya.
26
5) Melakukan pembelian ulang
Konsumen yang merasa puas akan suatu produk tertentu pastinya akan
melakukan Pembelian Ulang terhadap produk tersebut.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelian Konsumen
Menurut Kotler (2002), perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh:
1) Faktor budaya, yang terdiri dari:
a) Budaya, merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling
mendasar.
b) Sub-budaya, masing-masing budaya memiliki sub-budaya yang
lebih kecil yang memberikan lebih banyak ciri-ciri sosialisasi khusus
bagi anggotanya.
c) Kelas sosial, adalah pembagian masyarakat yang relative homogen
dan permanent, yang tersusun secara hierarkis dan anggotanya
menganut nilai-nilai, minat dan perilaku yang sama.
2) Faktor Sosial
a) Kelompok acuan, yaitu kelompok yang memiliki pengaruh langsung
(tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku
seseorang.
b) Keluarga
c) Peran dan status, dimana peran adalah kegiatan yang diharapkan
akan dilakukan oleh seseorang dan masing- masing peran tersebut
menghasilkan status.
3) Faktor Pribadi
Terdiri dari usia dan tahap siklus hidup; pekerjaan dan lingkungan
ekonomi; gaya hidup dan kepribadian dan konsep diri.
4) Faktor Psikologis
Terdiri dari motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap.
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Nama dan Tahun
Penelitian
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
27
1
Dede Solihin pada
Pengaruh Kepercayaan
Di dapat hasil bahwa
tahun 2020
Pelanggan dan Promosi
Kepercayaan
Terhadap
Keputusan
memiliki pengaruh positif
Pembelian
Konsumen
dan signifikan terhadap
Pada
Online
Shop
Mikaylaku
Dengan
Minat
Sebagai
Beli
pelanggan
keputusan pembelian
Variabel Intervening
2
Resa Nurlaela Anwar
Pengaruh Kepercayaan
keamanan
dan Aulia Afifah
dan
signifikan
pada tahun 2018
Konsumen
terhadap
Minat
di
Keamanan
Beli
Online
(Studi
berpengaruh
terhadap minat beli
situs
Kasus
pengunjung situs Lazada
di Jakarta Timur)
3
Dani Iskandar dan
Analisis
Muhammad Irfan
Kepercayaan,
memiliki pengaruh yang
Bahari Nasution pada
Keamanan dan Kualitas
signifikan
tahun 2019
Pelayanan
Terhadap
keputusan pembelian
Keputusan
Pembelian
pada
Pengaruh
Online
Shop
(Studi
Kasus
Lazada
Kualitas
pelayanan
terhadap
Pada Mahasiswa/i FEB
UMSU)
4
Estu Mahanani pada
Pengaruh Citra Merek,
Kualitas produk
tahun (2018)
Kualitas Produk, Harga
berpengaruh positif
dan
terhadap keputusan
Gaya
Terhadap
Hidup
Keputusan
membeli.
Pembelian Produk
Mataharimall.com
5
Dwi Septi Haryani
Pengaruh
pada tahun 2019
Risiko
Persepsi
Terhadap
Keputusan Pembelian
Persepsi
risiko
berpengaruh
positif
28
Online
Di
Tanjungpinang
terhadap
keputusan
pembelian secara online
Sumber : Data Olahan 2018
2.3 Kerangka Pemikiran
Kepercayaan
Keamanan
Keputusan
Pembelian
Kualitas
Pelayanan
Persepsi
Risiko
Sumber : Data Olahan 2018
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka berikut ini adalah uji hipotesis yang akan
diajukan :
H1 : Pengaruh kepercayaan menggunakan e-commerce terhadap keputusan pembelian
online di Shopee.
H2 : Pengaruh keamanan menggunakan e-commerce terhadap keputusan pembelian
online di Shopee.
H3 : Pengaruh kualitas pelayanan menggunakan e-commerce terhadap keputusan
pembelian online di Shopee.
H4 : Pengaruh persepsi risiko menggunakan e-commerce terhadap keputusan pembelian
online di Shopee.
H5 : Pengaruh kepercayaan, keamanan, kualitas pelayanan dan persepsi risiko
menggunakan e-commerce terhadap keputusan pembelian online di Shopee.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2020 sampai dengan selesainya
penelitian ini pada responden yang tinggal di Pekanbaru dan pernah melakukan pembelian
produk secara online di E-commerce Shopee.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Arikunto (2002) Populasi adalah seluruh subyek penelitian. Sedang menurut
Sugiyono (2008) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah
konsumen yang pernah berbelanja menggunakan E-commerce Shopee di Pekanbaru.
3.2.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu setiap elemen
dalam populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
Metode purposive sampling digunakan karena elemen-elemen yang dipilih menjadi unit
sampel dianggap dapat memberikan informasi yang dibutukan oleh peneliti. Purposive
sampling secara spesifik disebut judgement sampling yaitu metode yang sengaja
digunakan karena informasi yang diambil berasal dari sumber yang dipilih berdasarkan
kriteria tertentu, yaitu individu yang mengerti situs-situs yang menawarkan fasilitas
penjualan secara online, serta yang pernah melakukan pembelian produk di E-commerce
Shopee.
Hair et al (2010) merekomendasikan jumlah sampel minimal 100 sampai 200
sampel dengan 5 hingga 20 kali jumlah indikator yang diestimasi. Dalam penelitian ini
terdapat 40 item pertanyaan, agar rekomendasi dari teori di atas terpenuhi, maka jumlah
sampel adalah 5 kali jumlah pertanyaan atau sebanyak 5 x 40 = 200 responden.
3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu Kepercayaan (X1),
Keamanan (X2), Kualitas Pelayanan (X3), Persepsi Risiko (X4), dan variabel terikat
adalah Keputusan Pembelian (Y).
30
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel
Kepercayaan
Definisi
Indikator
Skala
Interval
(X1)
Keamanan (X2)
Interval
Kualitas
Interval
Pelayanan (X3)
Persepsi Risiko
Interval
(X4)
Keputusan
Pembelian (X5)
Interval
Download