LIMBAH KULIT PISANG KEPOK SEBAGAI BIOSORBEN KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA SAMPEL AIR SUNGAI BADEK PROPOSAL PENELITIAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian yang diampu oleh Dr. Vivi Novianti, S.Si, M.Si dan Mardiana Lelitawati, S.Si, M.Si Oleh: Kelompok 5 - Offering H 2018 Amiiroh Nur Hidayati (180342618045) Dina Aulia Artamevia (180342618023) Qathrin Nada Assalimi (180342618085) UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI Oktober 2019 RINGKASAN Hidayati, A.N., Artamevia, D.A. & Assalimi, Q.N. 2019. LIMBAH KULIT PISANG KEPOK SEBAGAI BIOSORBEN KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA SAMPEL AIR SUNGAI BADEK. Proposal Metodologi Penelitian. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr. Vivi Novianti, S.Si, M.Si. (II) Mardiana Lelitawati, S.Si, M.Si. Kata Kunci: Air, Air Sungai, Timbal (Pb), Biosorben , Kulit Pisang Kepok (Musa acuminate) Air Sungai Badek merpakan sungai yang dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat pembuangan air limbah dari pabrik maupun aktivitas rumah tangga. Pemanfaatan tersebut dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas mutu air. Sehingga sungai tercemar timbal (Pb). Pengurangan kandungan timbal (Pb) dapat dilakukan dengan cara biosorben. Biosorben merupakan proses penyerapan bahan-bahan tertentu yang terlarut di dalam air. Bahan yang di gunakan untuk menyerap disebut absorben. Proses absorbasi dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan absorben sebagai media dalam filter. Absorben yang biasa digunakan dalam proses penjernihan air adalah karbon aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi pengaruh biosorben dalam mengurangi bahan – bahan berbahaya yang terlarut dalam air. Hal ini ditinjau dari lama perendaman karbon aktif dalam air yang tercemar. Dalam penelitian ini dengan kerja eksperimen dan hasil perhitungan kuantitatif (RAL). Rancangan dalam penelitian ini diawali dengan eksperimen. Dengan menyiapkan bahan biosorben mengunakan kulit pisang yang sudah dikeringkan. Dan direndam dalam air dengan perbedaan waktu rendaman 5 dan 15 menit. Selanjutnya hasil rendaman akan di uji dalam alat AAS untuk mengetahui ada tidaknya penurunan limbah dalam air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama perendaman kulit pisang yang sudah dikeringkan akan semakin mengoptimalkan dalam mengurangi kadar limbah air. Hasil ii KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya peneitian ilmiah yang berjudul “Limbah Kulit Pisang Kepok Sebagai Biosorben Kandungan Timbal (Pb) Pada Sampel Air Sungai Badek” dapat diselesaikan tepat pada waktunya Penelitian ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian. Dalam penyusunan penelitian ilmiah ini, penulis telah mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, serta dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini, penuis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada: 1. Dr. Vivi Novianti, S.Si., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan serta masukan dalam penyusunan penelitian ilmiah ini 2. Mardiana Lelitawati, S.Si., M.Si., selaku dosen pembimbing 3. Dr. Sri Rahayu Lestari, M.Si., selaku kepala jurusan 4. Prof. Dr. Hadi Suwono, M.Si., selaku dekan Segala upaya telah dilakukan untuk menyusun penelitian ilmiah ini, namun penulis menyadari dalam penelitian ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat dijadikan masukan demi kesempurnaan penelitian ilmiah ini. Penulis berharap semoga gagasan dalam penelitian ilmiah ini dapat bermanfaat bagi ilmu lingkungan serta pembaca dan masyarakat sekitar Malang, 3 Desember 2019 Penulis, Amiiroh Nur Hidayati NIM 180342618045 iii DAFTAR ISI RINGKASAN ............................................................................................................ ii KATA PENGANTAR ............................................................................................... DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii DAFTAR TABEL ..................................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 2 1.4 Hipotesis ..................................................................................... 2 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kandungan Air Tercemar .......................................................... 3 2.2 Kandungan Air Sungai Badek ................................................... 4 2.3 Biosorben .................................................................................... 4 2.4 Tinjauan Karakteristik Timbal (Pb) .......................................... 5 2.5 Kandungan Kulit Pisang ............................................................ 7 2.6 Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) ...................... BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 9 3.2 Alat dan Bahan ............................................................................ 9 3.3 Prosedur Penelitian ...................................................................... 9 3.4 Rancangan Percobaan ................................................................ 10 3.5 Analisis Data ............................................................................... 10 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis ............................................................................ 4.2 Pembahasan ..................................................................................... BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ....................................................................................... 5.2 Saran ............................................................................................. DAFTAR RUJUKAN ................................................................................................ 11 iv LAMPIRAN .............................................................................................................. RIWAYAT HIDUP ................................................................................................... v DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Sifat-Sifat Fisika Timbal ........................................................................... vi 10 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1. Logam Timbal (Pb) ......................................................................... 2.2 Pisang Kepok (Musa acuminatebalbisiana C.) ............................... 10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan zat yang sangat melimpah di bumi, 71 % dari air menutupi bagian bumi. Air dikatakan tidak layak dijadikan bahan baku air apabila dalam air tersebut terkandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi seperti tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik terlarut, bakteri, plankton dan organisme lainnya sehingga memberikan warna atau rupa yang berlumpur, kotor dan keruh. Kekeruhan menggambarkan sifat fisik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air (Marganof, 2007). Air yang umumnya memiliki partikel seperti penjabaran sebelumnya, dapat kita temui pada air sungai. Suatu sungai dikatakan terjadi penurunan kualitas air, jika air tersebut memiliki kandungan partikel yang menyebabkan air tersebut tidak bisa digunakan sesuai dengan status mutu air secara normal (KLH, 2003). Salah satu sungai yang mengalami penurunan kualitas air yaitu Sungai Badek yang terletak di Kelurahan Ciptomulyo Kecamatan Sukun Kota Malang. Sungai Badek dimanfaatkan oleh masyarakat yang berada di sekitar sungai sebagai tempat pembuangan air limbah dari aktivitas rumah tangga seperti Mandi, mencuci, buang air besar, industri, limpasan dari aktivitas pertanian dan pembuangan limbah dari pasar. Pemanfaatan sungai tersebut dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas mutu air sungai. Pada kualitas air sungai badek untuk hasil analisis kandungan Pb air melampaui standart baku mutu air menurut PP Nomor 82 tahun 2001 berkisar antara 0,173–0,213 ppm dengan status mutu air tercemar berat (Widyastuti, 2017). Salah satu bahan yang bisa digunakan untuk mengurangi kadar Pb dalam air yaitu kulit pisang. Kulit pisang merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar timbal secara alamiah karena kulit pisang dapat dibuat menjadi biosorben. Hal ini dikarenakan zat pektin yang terkandung pada kulit pisang yang tua jauh lebih banyak. Pektin merupakan polimer yang mempunyai kemampuan untuk mengikat ion logam di dalam air 12 sehingga unsur pencemar dalam air dapat dihilangkan (Simangunsong, dkk., 2017). Pengurangan kandungan timbal (Pb) dapat dilakukan dengan cara Biosorben. Biosorben merupakan media yang sangat baik digunakan dalam penanganan limbah logam berat karena memiliki banyak keunggulan seperti harga yang relatif murah, mudah didapat, dan sifatnya ramah lingkungan. Biosorben yang dapat digunakan dalam pengolahan limbah logam berat adalah rumput laut, serbuk gergaji, hasil samping pertanian, limbah industri makanan, bakteri, dan mikroalga (Sudiarta & Sulihingtyas, 2012). Menurut Fatoni, dkk. (2010) limbah hasil pertanian atau perkebunan dapat digunakan sebagai biosorben. Berdasarkan permasalahan diatas maka pada penelitian ini akan menguji mengenai pengaruh limbah kulit pisang Kepok (Musa acuminate) sebagai biosorben dalam menurunkan kandungan timbal (Pb) dalam air sungai badek. Kami mengambil rujukan dari penelitian yang dilakukan Wulandari (2017), namun dalam penelitian tersebut hanya diteliti kandungan Fe dan Mn. 1.2 Rumusan masalah 1. Bagaimana pengaruh kulit pisang terhadap penurunan kandungan timbal (Pb) dalam sampel air sungai badek? 2. Bagaimana pengaruh perbedaan waktu terhadap hasil perendaman kulit pisang pada sampel air sungai badek? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh kulit pisang terhadap penurunan kandungan timbal (Pb) dalam sampel air sungai badek. 2. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan waktu terhadap hasil perendaman kulit pisang pada sampel air sungai badek. 1.4 Hipotesis 1. Kulit pisang berpengaruh terhadap penurunan kadar timbal (Pb) dalam sampel air sungai badek yang sebelumnya tergolong pada kondisi yang tidak mencukupi standar baku mutu air menjadi standar baku mutu air 2. Lama waktu perendaman mempengaruhi kadar timbal dalam sampel air sungai badek. 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kandungan Air Tercemar Air merupakan sumber utama dari kebutuhan manusia, akan tetapi air juga dapat menjadi sumber penyakit yang dapat membahayakan kesehatan, hal ini dikarenakan oleh polusi dan air yang telah tercemar. Definisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: KEP-02/MENKLH/I/1988 adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Achmad, 2004). Air dinyatakan tercemar bila terdapat gangguan pada mutu air sehingga air tidak dapat digunakan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Air tercemar karena masuknya makhluk hidup, zat, atau energi ke dalam air oleh karena kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan manfaatnya (Effendi, 2003). Menurut Srikandi (1992), ada beberapa indikator air lingkungan telah tercemar yaitu adanya perubahan atau tanda yang dapat teramati secara fisik, kimiawi dan biologis, digolongkan menjadi: 1. Pengamatan secara fisik, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna, bau dan rasa. 2. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia yeang terlarut, perubahan pH 3. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri patogen. Logam berat merupakan satu dari bahan pencemar yang paling seing ditemukan di perairan akibat industri dan limbah perkotaan (Fitriyah, 2007). Keberadaan logam berat sangat berbahaya bagi organisme. Oleh karena itu, keberadaan logam berat dalam lingkungan akan membahayakan dan menghawatirkan. 14 2.2 Kandungan Air Sungai Badek Sungai Badek di Kelurahan Ciptomulyo termasuk sungai kecil dan tidak dalam. Sungai Badek mengalami pencemaran ditandai dengan air sungai yang berwarna biru kehitaman serta bau menyengat. Air sungai badek mengalami penurunan kualitas akibat pencemaran dari aktivitas industri pewarnaan tekstil, pengecatan dan pengelasan besi, serta aktivitas manusia yang mengandung logam berat Pb dan Cd akan menimbulkan dampak bagi ekosistem perairan yang menimbulkan penurunan kualitas perairan bahkan mengancam keberadaan biota yang ada di dalamnya (Widyastuti, 2017). Sungai Badek digolongkan kedalam kelas III yang digunakan sebagai pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dan air untuk pertanaman menurut Peraturan Gubernur Jawa Timur tahun 2010. Sungai memiliki kemampuan untuk pulih kembali, sungai juga memiliki kemampuan untuk menerima masukan limbah tanpa menyebabkan air sungai tersebut tercemar yang disebut daya tampung (KLH, 2003). Tingkat pencemaran suatu sungai dapat mempengaruhi daya tampung sungai semakin tinggi tingkat pencemaran maka dapat mengurangi daya tampung sungai bahkan melebihi daya tampung sungai yang telah ditentukan. Mengacu pada Nilai Ambang Batas (NAB), berdasarkan yang ditetapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, dengan batas kandungan logam untuk timbal (Pb) dan cadmium (Cd) tidak boleh melebihi 0,03 mg/L dan 0,01 mg/L pada suatu perairan 2.3 Biosorben Biosorben adalah bahan yang memiliki pori – pori banyak, dimana proses adsorpsi dapat berlangsung pada dinding pori atau terjadi pada daerah tertentu di dalam partikel tersebut (Safitri, dkk., 2015). Metode ini berupa penyerapan bahan-bahan tertentu yang terlarut di dalam air. Bahan yang di gunakan untuk menyerap disebut absorben. Proses absorbasi dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan absorben sebagai media dalam filter. Absorben yang biasa digunakan dalam proses penjernihan air adalah karbon aktif. Karbon aktif memiliki pori-pori dengan ukuran tertentu yang digunakan untuk menyerap 15 partikel-partikel halus dan menjebaknya dalam pori-pori tersebut. Satu gram karbon aktif memiliki luas total permukaan pori-pori antara 500-1500 cm2. Penggunaan karbon aktif sebagai absorben dapat menghilangkan warna, bau, dan rasa pada air. Dalam proses absorbs, karbon aktif dapat menyerap fenol, racun, dan mikroorganisme (Alamsyah, 2006). Kinerja biosorben mengikuti mekanisme proses adsorpsi yang berlangsung yaitu, molekul-molekul adsorbat yang dijerap oleh patikel adsorben bergerak ke permukaan interface yaitu lapisan film yang melapisi permukaan biosorben. Molekul adsorbat terus bergerak sebagai aliran massa dari permukaan luar partikel ke dalam porositas partikel adsorben, akhirnya molekul adsorbat menempel pada permukaan pori adsorben (Nusa & Sipahutar, 2018). Keuntungan penggunaan proses biosorben adalah biaya yang relatif murah, ramah lingkungan, karena proses biosorben meminimalisasi pembentukan lumpur, dapat diaplikasikan pada konsentrasi limbah yang rendah serta kemudahan proses regenerasinya (Ashraf, dkk., 2010). Keuntungan pemanfaatan mikroorganisme sebagai biosorben adalah biaya operasional rendah, efisiensi dan kapasitas pengikatan logam tinggi, lumpur yang dihasilkan minimum, memiliki mekanisme desorpsi yang memungkinkan pemulihan logam, memiliki mekanisme regenerasi sehingga dapat digunakan kembali, bahan bakunya banyak tersedia dan mudah didapat, serta tidak memerlukan tambahan nutrisi jika menggunakan mikroba yang sudah mati. 2.4 Tinjauan Karakteristik Pb (Timbal) Timbal (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat yang sering juga disebut dengan istilah timah hitam. Timbal memiliki titik lebur yang rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif sehingga biasa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Timbal adalah logam yang lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat dan memiliki bilangan oksidasi +2 (Sunarya, 2007). 16 Gambar 2.1 Logam Timbal (Pb) Sumber: Temple (2007) Timbal mempunyai nomor atom 82 dengan berat atom 207,20. Titik didih timbal adalah 1749 0C dan memiliki massa jenis 11,34 g/cm3 (Widowati, 2008). Terdapat beberapa sifat fisika timbal dapat di lihat pada Tabel 2.1 SifatSifat Fisika Timbal. Palar (1994) mengungkapkan bahwa logam Pb pada suhu 500-600 0C dapat menguap dan membentuk oksigen di udara dalam bentuk timbal oksida (PbO). Tabel 2.1 Sifat-Sifat Fisika Timbal No. Sifat Fisika Timbal Keterangan 1. Nomor atom 82 2. Densitas (g/cm3) 11,34 3. Titik lebur (0C) 327,46 4. Titik didih (0C) 1.749 5. Kalor peleburan (kJ/mol) 4.77 6. Kalor penguapan (kJ/mol) 179,5 7. Kapasitas pada 250C (J/mol K) 26,65 8. Konduktivitas termal pada 300K (W/m) 35,5 9. Ekspansi termal 250C (μm/ m K) 28,9 Sumber: Palar (1994) 17 Timbal merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup karena bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan mutasi, terurai dalam jangka waktu lama dan toksisistasnya tidak berubah. Pb dapat mencemari udara, air, tanah, tumbuhan, hewan, bahkan manusia. Masuknya Pb ke tubuh manusia dapat melalui makanan dari tumbuhan yang biasa dikonsumsi manusia seperti padi, teh dan sayursayuran. Logam Pb terdapat di perairan baik secara alamiah maupun sebagai dampak dari aktivitas manusia. Logam ini masuk ke perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Selain itu, proses korofikasi dari batuan mineral juga merupakan salah satu jalur masuknya sumber Pb ke perairan (Palar, 1994). 2.5 Kandungan Kulit Pisang Pisang termasuk tanaman yang memiliki banyak manfaat, mulai dari buah, batang, daun, kulit hingga bonggolnya.Tanaman pisang yang merupakan suku Musaceae termasuk kedalam tanaman yang besar memanjang.Tanaman pisang sangat menyukai sekali daerah yang beriklim tropis panas dan el mbab terlebih didataran rendah.Ditemui pula di kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia, Indonesia serta termasuk pula Papua, Australia Topika, Afrika Tropi.Pisang dapat berbuah sepanjang tahun pada daerah dengan hujan merata sepanjang tahun. Umumnya, kebanyakan orang memakan buah pisang kulitnya akan dibuang begitu saja. Seringkali kulit pisang dianggap sebagai barang tak berharga alias sampah. Ternyata dibalik anggapan tersebut, kulit pisang memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium, protein dan juga lemak yang cukup baik (Wulandari, 2013). Menurut Suhartono (2011) pisang kepok (Musa acuminatebalbisiana C.) merupakan produk yang cukup perspektif dalam pengembangan sumber pangan lokal karena pisang dapat tumbuh di sembarang tempat sehingga produksi buahnya selalu tersedia, Kulit buah kuning kemerahan dengan bintikbintik coklat. 18 Gambar 2.2 Pisang Kepok (Musa acuminatebalbisiana C.) Sumber: Suhartono (2011) Berikut adalah klasifikasi dari buah pisang kepok (Musa acuminatebalbisiana C.): Kingdom : Plantae Filum : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberraceae Genus : Musa Spesies : Musa acuminatebalbisiana C. Penyebaran tanaman ini selanjutnya hampir merata ke seluruh dunia, yakni meliputi daerah tropik dan subtropik, dimulai dari Asia Tenggara ke Timur melalui Lautan Teduh sampai ke Hawai.Selain itu, tanaman pisang menyebar ke barat melalui Samudera Atlantik, Kepulauan Kanari, sampai Benua Amerika. Pisang yang dikenal sampai saat ini merupakan keturunan dari spesies pisang liar yaitu Musa acuminata dan Musa balbisiana. Musa acuminatabalbisiana C. atau Pisang Kepok memiliki tinggi 370 cm dengan umur berbunga 13 bulan. Batangnya berdiameter 31 cm dengan panjang daun 258 cm dan lebar daun 90 cm, sedangkan warna daun serta tulang daun hijau tua. Bentuk jantung spherical atau lanset. Bentuk buah lurus dengan panjang buah 14 cm dan diameter buah 3.46 cm. Warna kulit dan daging buah 19 matang kuning tua. Produksi Pisang Kepok dapat mencapai 40 ton/ha (Firmansyah, 2012). Menurut Firmansyah (2012) menyebutkan bahwa kulit pisang kepok (Musa acuminatebalbisiana C.) didalamnya mengandung beberapa komponen biokimia, antara lain selulosa, hemiselulosa, pigmen klorofil dan zat pektin yang mengandung asam galacturonic, arabinosa, galaktosa dan rhamnosa. Asam galacturonic menyebabkannya kuat untuk mengikat ion logam yang merupakan gugus fungsi gula karboksil. Didasarkan hasil penelitian, selulosa juga memungkinkan pengikatan logam berat. Limbah kulit daun pisang yang dicincang dan dikeringkan dapat dipertimbangkan untuk penurunan kadar kekeruhan dan ion logam berat pada air yang terkontaminasi. 2.6 Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) Teknik analisa dari Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) pertama kali diperkenalkan oleh Welsh (Australia) pada tahun 1955 merupakan tehnik analisis kuantitatif dari unsurunsur logam yang pemakaiannya sangat luas, diberbagai bidang karena prosedurnya selektif, spesifik, biaya analisa relatif murah, sensitif tinggi dalam kadar ppm-ppb, dapat dengan mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar. Waktu analisis AAS sangat cepat dan mudah dilakukan. Analisis AAS pada umumnya digunakan untuk analisis logam. Teknik AAS menjadi alat canggih dalam analisis, ini disebabkan karena sebelum pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsur logam dengan kehadiran unsur logam lain dapat dilakukan, asalkan katoda yang diperlukan tersedia. Keunggulan dari Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) adalah selektivitas dan kepekaannya yang tinggi karena dapat menentukan unsur dengan kadar ppm hingga ppb, cepat dan pengerjaannya relatif sederhana dan tidak diperlukan pemisahan unsur logam (Hakim dkk, 2016). Tabung gas pada AAS yang digunakan berisi gas asetilen. Gas asetilen memiliki kisaran suhu ±20000K ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen dengan kisaran suhu ±30000 K. Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan 20 dikeluarkan dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung. Gas ini merupakan bahan bakar dalam Spektrofotometer serapan atom (AAS). 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai November 2019. Berlokasi di Gedung O2 (Laboratorium Kimia untuk pengujian kandungan Pb). 1.2 Alat Dan Bahan Peralatan yang digunakan pada eksperimen ini adalah Spektopfotometri Serapan Atom (SSA), gelas ukur 100 ml, pisau, talenan, dan gelas plastik. Bahan yang akan digunakan untuk eksperimen adalah sampel air Sungai Badek, kulit pisang, dan kasa. 1.3 Prosedur Penelitian 1.3.1 Proses Pengeringan Kulit Pisang Pertama dilakukan pengeringan kulit pisang dengan cara penjemuran kulit pisang selama ± 4 hari berdasarkan penelitian Jubilate, dkk (2016). Melakukan pengambilan sampel air Sungai Badek dengan takaran 1,5 liter. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan yaitu gelas ukur 100 ml, gelas plastik, sampel air Sungai Badek, kulit pisang yang sebelumnya sudah dikeringkan, dan kasa. 1.3.2 Pengumpulan Bahan dan Alat Biosorben Tahap pertama sampel air Sungai Badek yang sudah disiapkan dihitung kandungan timbal (Pb) dengan alat Spektopfotometri Serapan Atom (SSA) untuk variabel kontrol. Selanjutnya disiapkan 3 gelas plastik, pada masing- masing gelasn diisi dengan 100 ml sampel air sungai badek. Disiapkan kulit pisang yang sudah dikeringkan sebanyak 20 gram dan dibungkus dengan kasa, dibuat sebanyak 3 bahan. 1.3.3 Proses Biosorben Pada perlakuan pertama, kulit pisang yang sudah dibungkus kasa dimasukkan kedalam gelas 1 dan dilakukan perendaman selama 5 menit. Pada perlakuan kedua kulit pisang yang sudah dibungkus kasa dimasukkan kedalam gelas 2 dan dilakukan perendaman selama 15 22 menit. Perlakuan pertama dan kedua dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Setelah perendaman selesai, dilakukan pengecekan kandungan timbal (Pb) sebagai kandungan akhir dengan alat Spektopfotometri Serapan Atom (SSA). Tahapan terakhir dilakukan perbandingan hasil kandungan timbal (Pb) sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan dengan variasi waktu 5 menit dan 15 menit berdasarkan penelitian Budiman, dkk (2018). 1.4 Rancangan Percobaan Percobaan ini menggunakan perhitungan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan yaitu perbedaan waktu 5 menit dan 15 menit. Dilakukan 3 kali pengulangan. 1.5 Analisis Data Hasil data penelitian yang diperoleh kemudian akan dianalisis menggunakan analisis varian tunggal untuk mengetahui beda antar perlakuan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Jika tiap perlakuan menunjukan adanya pengaruh yang berbeda maka untuk membandingkan perlakuan yang menunjukkan hasil terbaik dilanjutkan dengan analisis varian tunggal. 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berdasarkan data Table 4.1 Rata – rata hasil biosorben limbah kulit pisang terhadap kandungan timbal (pb) Waktu Rata – rata Pengulangan 15 menit 0,0090 ± 3,0367a 5 Menit 0.0095 ± 3,8133b Control 0,0091 ± 4,8700c 4.2 Pembahasan Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian maka diketahui kandungan Fe pada air sumur sebelum dilakukan perlakuan adalah sebesar 0,05 mg/L, jika dibandingkan setelah perlakuan menggunakan limbah kulit pisang Kepok maka hasil rata-rata yang diperoleh menunjukkan penurunan kandungan zat besi. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa penurunan kandungan zat besi pada waktu kontak 10 menit lebih banyak dibandingkan penuruanan dengan kontak selama 15 menit. Hal ini menunjukkan bahwa waktu efektif yang digunakan untuk menurunkan kandungan zat besi pada air sumur gali dengan menggunakan biofilter limbah kulit pisang Kepok adalah 10 menit. 24 estimasi sarana marjinal dari jumlah Pb (Timbal ) 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 control 5 menit 15 menit Perlakuan 25 Column2 Column1 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Lajbjscf 5.2 Saran Disarankan penelitian lebih lanjut mengenai kemampuan kulit pisang kepok sebagai media penjernih air terhadap parameter-parameter lain selain timbal. Disarankan penelitian lebih lanjut mengenai jangka waktu penggunaan kulit pisang kepok sebagai media penjernih air sebelum mengalami pembusukan. Disarankan penelitian lebih lanjut agar media kulit pisang kepok dapat diaplikasikan dalam teknologi filtrasi air skala besar. Disarankan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan limbah kulit pisang bekas penjernihan air. Disarankan penelitian lebih lanjut mengenai perlakuan terhadap kulit pisang kepok sebagai media penjernih air seperti membuat arang aktif dari kulit pisang kepok. 26 DAFTAR RUJUKAN Achmad. 2004. Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Alamsyah, S. 2006. Merakit Sendiri Alat Penjernih Air Untuk Rumah Tangga. Jakarta: Kawan Pustaka. Ashraf, M., Ozturk, M., & Ahmad, M.S.A. 2010. Plant Adaption and Phytoremediation. New York: Springer Science. Budiman, Hamidah, & Hasria. 2018. Skin Waste Of Kepok Banana ( Musa Acuminate ) As A Biofilter Of Iron ( Fe ) And Calcium ( CaCO 3 ). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(2), 152–158. Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius. Fatoni, A., Hindryawati, N., & Sari, N. 2010. Pengaruh pH Terhadap Adsorpsi Ion Logam Kadmium(II) oleh Adsorben Jerami Padi. Jurnal Kimia Mulawarman, 7(5):59-61. Firmansyah, A. (2012). Critical Appraisal on Journal of Clinical Trial. The Indonesian Journal Medicine 4(44): 337-343. Fitriyah, K. H. 2007. Studi Pencemaran Logam Berat Kadmium (Cd), Merkuri (Hg) dan Timbal (Pb) pada Air Laut, Sedimen dan Kerang Bulu (Anadara Antiquata) di Perairan Pantai Lekok Pasuruan. Malang: Universitas Islam Negeri. Malang Hakim, A., Subekti, S., & Sugijanto, N.E.N. 2016. STUDI PENURUNAN LOGAM BERAT Cu2+ dan dan Cd 2+ DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH KULIT PISANG KEPOK ( Musa acuminate ). Journal Biosains, 18(1), 1–11. Jubilate, F., Zaharah, T. A., & Syahbanu, I. 2016. Pengaruh Aktivasi Arang Dari Limbah Kulit Pisang Kepok Sebagai Adsorben Besi (Ii) Pada Air Tanah. J. Kim. Khatulistiwa, 5(4), 14–21. 27 Kementerian Lingkungan Hidup. 2003. Karakteristik dan Cara Pengelolaan Air Limbah serta Dampaknya Terhadap Lingkungan. Jakarta: Penerbit KLH. Marganof. 2007. Model Pengendalian Pencemaran Perairan di Danau Maninjau. Bogor: IPB. Nusa, M.I., & Sipahutar, Y.B. 2018. The Using Of Bi osorbent Pepaya Seed To Recondition Of Fried Oil Quality. Jurnal Rekayasa Pangan Dan Pertanian, 1(2). DOI: 10.30596/agrintech.v1i2.2009 Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14 Tahun 2010 tentang Standart Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Online),(http://web.ipb.ac.id/~tml_atsp/test/PerMenKes%20416_90.pdf) , diakses 13 Oktober 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. (Online), (http://web.ipb.ac.id/~tml_atsp/test/PerMenKes%20416_90.pdf), diakses 13 Oktober 2019. Safitri, D., Siswani, M.Z., & Ranita L.I. 2015. Pembuatan Biosorben Dari Biji Pepaya (Carica Papaya L) Untuk Penyerapan zat Warna. Medan: Universitas Sumatera Utara Srikandi, F. 1992. POLUSI AIR & UDARA. Yogyakarta: Kanisius. Sudiarta, I. W., & Sulihingtyas, W. D. S. 2012. Biosorpsi Cr (III) Pada Biosorben Serat Sabut Kelapa Hijau Teramobilisasi Edta. Bukit Jimbaran: Universitas Udayana. Suhartono. 2011. Studi Pembuatan Roti Dengan Subtitusi Tepung Pisang Kepok. Skripsi. Makassar: Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Sunarya, Y. 2007. Kimia Umum. Bandung: Grafisindo. Simangunsong, D.P., Rohanah, A., & Rindang, A. 2017. Pembuatan Arang Aktif Dari Limbah Kulit Pisang Raja (Musa Textilia) Untuk Meningkatkan Kualitas Fisik Air (Preparation of Activated Carbon From Plantain Skin Waste to Improve The Physical). Jurnal Rekayasa Pangan Dan Pertanian, 5(3), 639–644. 28 Temple, 2007. Heavy Metal Toxicity Spirit Newsletter. (Online), (http://www.yourtemple.org/spirit/october2007/article.co.id), diakses 12 Oktober 2019. Widowati, W. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta: Andi. Widyastuti, Hesti. 2017. Analisis Kandungan Timbal (Pb) Dan Cadmium (Cd) Pada Air Dan Sedimen di Sungai Badek Kelurahan Ciptomulyo Kecamatan Sukun Kota Malang. Malang: Universitas Brawijaya. Wulandari. 2013. Pemanfaatan Kulit Pisang Kepok (Musa acuminate balbisiana C.) sebagai Media Penjernihan Air. Samarinda: Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 29 LAMPIRAN 30 RIWAYAT HIDUP Amiiroh Nur Hidayati dilahirkan di kota Sidoarjo pada tanggal 30 Maret 2000. Anak pertama dari dua bersaudara, pasangan Bapak Mohammad Imron Chumaidi dan Ibu Siti Mu’alifah. Pendidikan menengah ditempuh di MAN Sidoarjo dan selesai tahun 2018. Sekarang penulis menempuh Pendidikan sarjana di Universitas Negeri Malang, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Jurusan Biologi. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kepanitiaan jurusan dan menjadi volunteer dalam beberapa kegiatan di Universitas. Penulis juga aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiwa Marching Band Gita Wahana Bhakti dan menjadi Pengurus dalam Organisasi Daerah Sidoarjo. 31