SOP Bladder Training NITA SYAMSIAH Pengertian • Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kemih yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik (potter & perry, 2010) • Bladder training merupakan salah satu terapi yang efektif di antara terapi nonfarmakologi Tujuan • Terapi ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal dengan berbagai teknik distraksi atau teknik relaksasi sehingga frekuensi berkemih dapat berkurang, hanya 6-7 kali per hari atau 3-4 jam sekali. Melalui latihan, penderita diharapkan dapat menahan sensasi berkemih. Latihan ini dilakukan pada pasien pasca bedah yang di pasang kateter (Suharyanto,2008). Tujuan-2 • Karon (2005) menyatakan tujuan dilakukan bladder training yaitu Membantu anak mendapat pola berkemih yang rutin, Mengembangkan tonus otot kandung kemih, Memperpanjang interval waktu berkemih, Meningkatkan kapasitas kandung kemih. Indikasi • Menggunakan kateter yang lama • Pasien yang mengalami inkontinensia urin • Klien yang akan di lakukan pelepasan dower kateter • Pada klien post operasi (Suharyanto, 2008) • Orang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan • Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urin. Kontraindikasi • Tidak boleh dilakukan pada pasien gagal ginjal. karena akan terdapat batu ginjal, yang di observasi hanya kencingnya. Jadi tidak boleh di bladder training Metode Bladder Training • Terdapat tiga macam metode bladder training, yaitu 1. kegel exercises (latihan pengencangan atau penguatan otot-otot dasar panggul), 2. Delay urination (menunda berkemih), dan 3. Scheduled bathroom trips (jadwal berkemih) (Suhariyanto , 2008). • Merupakan aktifitas fisik yang tersusun dalam suatu program yang dilakukan secara berulang-ulang guna meningkatkan kebugaran tubuh. Kegel Exercise • Latihan kegel dapat meningkatkan mobilitas kandung kemih dan bermanfaat dalam menurunkan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin. • Latihan otot dasar panggul dapat membantu memperkuat otot dasar panggul untuk memperkuat penutupan uretra dan secara refleks menghambat kontraksi kandung kemih. (Kane, 1996 dalam Nursalam 2006). Delay Urination (Menunda Berkemih) • Pada pasien yang terpasang kateter, Bladder training dapat dilakukan dengan mengklem aliran urin ke urin bag (Hariyati, 2000). • Bladder training dilakukan sebelum kateterisasi diberhentikan. Tindakan ini dapat dilakukan dengan menjepit kateter urin dengan klem kemudian jepitannya dilepas setiap beberapa jam sekali. Kateter di klem selama 20 menit dan kemudian dilepas. • Tindakan menjepit kateter ini memungkinkan kandung kemih terisi urin dan otot destrusor berkontraksi • sedangkan pelepasan klem memungkinkan kandung kemih untuk mengosongkan isinya. (Smeltzer, 2001). a. Pola berkemih Pengkajian Info ini memungkinkan perawat merencanakan sebuah program yang sering memakan waktu 2 minggu atau lebih untuk dipelajari. b. Ada tidaknya ISK atau penyakit penyebab Bila terdapat ISK atau penyakit yang lainnya dalam waktu yang sama. maka harus diobati c. Kebutuhan klien akan bladder training Pastikan bahwa pasien benar-benar membutuhkan bladder trainning Prosedur A. Persiapan pasien • Sampaikan salam • Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan b. Persiapan alat • Jam • klem • Air minum dalam tempatnya • Obat deuritik jika diperlukan c. Pelaksanaan Scheduled bathroom trips • Beritahu klien untuk memulai jadwal berkemih pada bangun tidur, setiap 2-3 jam sepanjang siang dan sore hari, sebelum tidur dan 4 jam sekali pada malam hari. • Beritahu klien minum yang banyak sekitar 30 menit sebelum waktu jadwal untuk berkemih. • Beritahu klien untuk menahan berkemih dan memberitahu perawat jika rangsangan berkemihnya tidak dapat di tahan. • Klien di suruh menunggu atau menahan berkemih dalam rentang waktu yang telah ditentukan 2-3 jam sekali • 30 menit kemudian, tepat pada jadwal berkemih yang telah ditentukan, mintalah klien untuk memulai berkemih dengan teknik latihan dasar panggul. Kegel exercise • Minta kllien untuk mengembil posisi duduk atau berdiri • Instruksikan klien untuk mengencangkan otot-otot di sekitar anus • Minta klien mengencangkan otot bagian posterior dan kemudian kontraksikan otot anterior secara perlahan sampai hitungan ke empat • Kemudian minta klien untuk merelaksasikan otot secara keseluruhan • Ulangi latihan 4 jam sekali, saat bangun tidur sealam 3 bulan • Apabila memungkinkan, anjurkan Sit-Up yang dimodifikasi (lutut di tekuk) kepada klien Delay urination • Instruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul • Minta klien berupaya menghentikan aliran urine selama berkemih kemudian memulainya kembali. • Praktikan setiap kali berkemih Pasien dengan Kateter Prosedur 1 jam: • Cuci tangan. • Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d. jam 19.00. Setiap kali habis diberi minum, catheter di klem. • Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 08.00 s.d. jam 20.00 dengan cara klem catheter dibuka. • Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidak diklem) dan klien boleh minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari. • Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai program tersebut berjalan lancar dan berhasil. Pasien dengan kateter Prosedur 2 jam: • Cuci tangan. • Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d. jam 19.00. Setiap kali habis diberi minum, catheter di klem. • Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 09.00 s.d jam 21.00 dengan cara klem catheter dibuka. • Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidak diklem) dan klien boleh minum tanpa ketentuan seperti padasiang hari. • Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai program tersebut berjalan lancar dan berhasil. Bebas Kateter Prosedur ini dilakukan setelah prosedur masih dengan kateter sudah dilakukan • Cuci tangan. • Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d. jam 19.00, lalu kandung kemih dikosongkan. • Kemudian catheter dilepas. • Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untuk konsentrasi BAK, kemudian lakukan penekanan pada area kandung kemih dan lakukan pengosongan kandung kemih setiap 2 jam dengan menggunakan urinal. • Berikan minum terakhir jam 19.00, selanjutnya klien tidak boleh diberi minum sampai jam 07.00 pagi untuk menghindari klien dari basahnya urine pada malam hari. • Beritahu klien bahwa pengosongan kandung kemih selanjutnya dijadwalkan setiap 2 jam sekali, apabila ada rangsangan BAK sebelum 2 jam klien diharuskan menahannya • Buatlah sebuah jadwal bagi pasien untuk mencoba mengosongkan kandung kemih dengan menggunakan urinal. Evaluasi a. Klien dapat menahan berkemih dalam 6-7 kali perhari atau 3-4 jam sekali b. Bila tindakan dirasakan belum optimal atau terdapat gangguan : • Maka metode diatas dapat di tunjang dengan metode rangsangan dari eksternal misalnya dengan suara aliran air dan menepuk paha bagian dalam • Menggunakan metode untuk relaksasi guna membantu pengosongan kandung kemih secara total, misalnya dengan membaca dan menarik napas dalam. • Menghindari minuman yang mengandung kafein. • Minum obat diuretic yang telah diprogramkan atau cairan untuk meningkatkan diuretic. c. Sikap • Jaga privasi klien • Lakukan prosedur dengan teliti Penatalaksanaan • Pengaturan diet dan menghidari makanan / minuman yang mempengaruhi pola berkemih (seperti kafein, alkohol) • Program latihan berkemih yaitu latihan penguatan otot dasar panggul (pelvic floor exercise) latihan fungsi kandung kemih (bladder training) dan program kateterisasi intermitten. • Latihan otot dasar panggul menggunakan bio feed back • Latihan otot dasar panggul menggunakan vaginal weight cone therapy. Selain behavioral therapies, dikenal pula intervensi lain, yaitu perawatan dan pemanfaatan berbagai alat bantu terapi REFERENSI • Anne Griffin Perry, A. Potter. 2005. Fundamental Keperawatan edisi 4. Jakarta : EGC • Smeltzer, C. Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Volume 2. Jakarta: EGC • Brunner and Suddarth, 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed.8 Vol.2. Jakarta : EEC • Nanda. 2009. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika • Sinaga, FA. 2011. Bab II Tinjauan Pustaka. Available at repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25132/4/Chapter%20II.pdf), diakses 31 Mei 2014