Uploaded by User68077

08. Diana Sulistyowati (1401190277) AKK Dampak Covid 19 terhadap Lapkeu

advertisement
Dampak Pandemi Covid-19
terhadap Laporan Keuangan
Tugas Mata Kuliah Akuntansi Keuangan
Kontemporer
Diana Sulistyowati (Prodi D4 8-04 Akuntansi), No. absen: 8
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA-STAN
TAHUN 2020
DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP LAPORAN KEUANGAN
Diana Sulistyowati (08)
NIM: 1401190277
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tanggal 31 Desember 2019, World Health Organization (WHO) mendapatkan
laporan dari negara China bahwa telah terjadi beberapa kasus penyakit pernapasan di Kota
Wuhan dari virus yang belum diketahui. WHO baru mengumumkan wabah ini menjadi
darurat global pada tanggal 30 Januari 2020. Kasus pertama pasien positif Coronavirus
Desease-19 (Covid-19) di Indonesia diumumkan oleh Presiden Republik Indonesia pada
tanggal 2 Maret 2020. Pandemi global Covid-19 tidak hanya mempengaruhi kesehatan
orang-orang di seluruh dunia tetapi juga menyebabkan gangguan pada perekonomian yang
berdampak pada laporan keuangan.
Dewan standar akuntansi di berbagai negara, akibat adanya Pandemi Covid-19,
menyadari adanya ketidakpastian yang secara signifikan dapat mempengaruhi judgement
entitas dalam penyusunan laporan keuangan. Di Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
telah menerbitkan publikasi sebagai petunjuk, khususnya bagi entitas bisnis dalam
mengimplementasikan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berbasis prinsip untuk
penyusunan laporan keuangannya. SAK yang berbasis prinsip tersebut memberikan ruang
bagi entitas dalam menggunakan pertimbangannya untuk menyelesaikan permasalahan
akuntansi yang timbul akibat pandemi Covid-19. (Press Release DSAK IAI, 2020). Kemudian
Australian Accounting Standards Board (AASB) telah menerbitkan guidance atas beberapa
isu terkait penyiapan laporan keuangan yang dituangkan dalam joint FAQ. Di India, terdapat
Indian Accounting Standards Board juga telah menerbitkan Accounting Advisory yang
khusus membahas dampak Coronavirus (Covid-19) terhadap laporan keuangan.
Pandemi Covid-19 menyebabkan ketidakpastian yang signifikan pada ekonomi global.
Efek awal paling dirasakan oleh sektor industri pendidikan, perbankan dan penyedia
perjalanan. Dampak Covid-19 sekarang jauh lebih luas, termasuk di bidang akuntansi.
Permasalahan akuntansi yang muncul akibat adanya pandemi ini dapat terjadi pada
berbagai macam aspek. Adapun aspek tersebut meliputi bagaimana cara pengakuan,
pengukuran, penyajian hingga pengungkapan dalam laporan keuangan atas aset, liabilitas,
pendapatan, beban, kewajiban, dll. Kemudian terdapat juga masalah yang muncul dari segi
assumptions, principles & constraints sebagaimana didasarkan pada conceptual framework
dalam penyusunan laporan keuangan.
Menindaklanjuti adanya beberapa masalah yang dikemukakan, semua penyusun
laporan keuangan (entitas/manajemen) harus mempertimbangkan dampak Pandemi Covid19 pada laporan keuangan interim dan laporan keuangan tahunan. Oleh karena itu, menilai
adanya urgensi dan dampak yang muncul terhadap laporan keuangan akibat adanya
pandemi ini dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Kontemporer,
penulis menyusun makalah yang berjudul “Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Laporan
Keuangan”.
B. Ruang Lingkup
Bahasan pada makalah ini berfokus untuk menganalisis bagaimana standar akuntansi
memberikan guideline terkait adanya dampak Pandemi Covid-19 pada laporan keuangan.
Pada bahasan berikutnya akan diuraikan apa saja permasalahan akuntansi yang muncul,
1
implementasi standar akuntansi terkait permasalahan tersebut, hingga bagaimana
pengaruhnya terhadap laporan keuangan. Adapun standar akuntansi yang digunakan
sebagai dasar penulisan pada makalah ini terdiri dari Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) Indonesia, Indian Accounting Standards, dan Australian Accounting
Standards.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, terdapat beberapa
permasalahan akuntansi yang muncul sejalan dengan berkembangnya pandemi Covid-19.
Pada makalah ini, penulis membatasi pokok permasalahan pada:
1. Materiality of the Event
2. Going Concern
3. Pengungkapan pada Laporan Keuangan
4. Peristiwa setelah Periode Pelaporan
5. Impairment of Non-Financial Assets
6. Instrumen Keuangan – Penghitungan Expected Credit Loss (ECL)
7. Instrumen Keuangan - Pengukuran Nilai Wajar
8. Pengukuran Inventory
9. Instrumen Keuangan - Hedge Accounting (lindung nilai)
10. Leases/Sewa
11. Pendapatan
12. Provision, Contingent Liabilities and Contingent Assets
13. Property, Plant and Equipments (PPE)
14. Borrowing Cost
D. TUJUAN ANALISIS
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis permasalahan akuntansi
apa saja yang muncul akibat adanya Pandemi Covid-19 dan bagaimana dampaknya terhadap
laporan keuangan, berdasarkan standar akuntansi yang berlaku. Melalui analisis ini, akan
dapat diperoleh informasi terkait bagaimana laporan keuangan tetap berkualitas dan dapat
dilaporkan secara reliabel berdasarkan accounting conceptual framework.
II. LANDASAN ANALISIS
A. Kebijakan Pemerintah dalam Bidang Keuangan terkait Penanganan Covid-19
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk
Penanganan Pandemi Covid-19 dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan yang
ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia merupakan respon pemerintah untuk
penanganan Covid-19. Di dalam Perpu tersebut, terdapat kebijakan stimulus yang ekstensif
untuk menangani Covid-19 sebagai berikut:
1. Stimulus Fiskal
 Peningkatan anggaran kesehatan, fasilitas medis, tenaga medis;
 Insentif pajak termasuk penundaan pembayaran pajak;
 Social safety net;
 Cash trasnfer;
 Penjaminan pinjaman
2
2. Stimulus Moneter dan Sektor Keuangan
 Penurunan suku bunga;
 Quantitative easing;
 Fasilitas pinjaman bagi dunia usaha;
 Pelonggaran syarat kredit;
 Liquidity swap arrangement;
 Penundaan pembayaran kredit.
B. Standar Akuntansi yang Relevan
Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK)



PSAK 8 – Peristiwa
setelah Periode
Pelaporan
PSAK 71 – Instrumen
Keuangan (Penerapan
awal pada 1 Januari
2020) adopsi dari IFRS
9 Financial
Instruments
PSAK 68 – Pengukuran
Nilai Wajar








Indian Accounting
Standards (Ind AS)
Ind AS 109 – Hedge
Accounting
Ind AS 115 – Revenue
Recognition
Ind AS 2 – Inventory
Measurement
Ind AS 36 – Non
Financial Asset
(Goodwill)
Ind AS 28 – Impairment
Test
Ind AS 16 – Property,
Plant, Equipment
Ind AS 116 – Leases
Ind AS 37 - Provision,








Australian Accounting
Standards Board (AASB)
AASB 136 – Impairment Test
AASB 13 – Perubahan Nilai
Wajar atas Aset
AASB 102 – Net Realisable
Value pada Inventory
AASB 137 – Provisi
AASB 15 – Pengembalian
Liabilitas
AASB 9 – Perubahan dalam
Expected Credit Loss
AASB 101 – Going Concern
AASB 110 – Peristiwa
setelah Periode Pelaporan
Contingent Liabilities,
and Contingent
Assets

Ind AS 23 – Borrowing
Cost
III. PEMBAHASAN
A. Permasalahan Akuntansi yang Muncul Akibat Pandemi Covid-19
1. Materiality of the Event
Dengan adanya Pandemi Covid-19, entitas perlu menilai apakah pandemi ini
merupakan peristiwa yang material. Kemudian permasalahan yang muncul adalah
bagaimana entitas menilai tingkat materialitas tersebut.
2. Going Concern
Entitas harus menggunakan pertimbangannya apakah pandemi Covid-19 dapat
memengaruhi kelangsungan usaha entitas dengan mempertimbangkan semua fakta
dan informasi yang relevan, termasuk program-program relaksasi yang diberikan
pemerintah.
3. Pengungkapan pada Laporan Keuangan
Jika pandemi Covid-19 dinilai sebagai suatu peristiwa yang material bagi entitas,
maka permasalahan selanjutnya adalah bagaimana pengungkapan yang harus dibuat
pada laporan keuangan dan bagaimana asumsi yang dibuat serta penilaian atau
3
analisis sensitivitas. Kemudian apakah diperkenankan adanya pengungkapan di luar
laporan keuangan.
4. Peristiwa setelah Periode Pelaporan
Pada poin ini perlu dianalisis apakah pandemi Covid – 19 merupakan peristiwa
penyesuai atau peristiwa non penyesuai sehingga dapat mempengaruhi penyajian
pada laporan keuangan.
5. Impairment of Non-Financial Assets
Impairment test hanya dapat dilakukan jika ada beberapa indikasi yang memenuhi.
Jika ada beberapa indikasi yang muncul, maka entitas dapat mengestimasi nilai
recoverable amount atas aset. Permasalahannya kemudian adalah, apakah dengan
adanya pandemi Covid-19, nilai recoverable amount perlu dipertimbangkan ulang
dan asumsi-asumsi apa saja dalam melakukan impairment testing yang
membutuhkan ada perubahan.
6. Instrumen Keuangan – Penghitungan Expected Credit Loss (ECL)
Pendekatan ECL diharapkan dapat mempertimbangkan informasi ke depan dan
diukur berdasarkan jumlah tertimbang yang ditentukan dengan mengevaluasi suatu
rentang dari possible outcomes (Ind AS 109). Perlu adanya suatu pertimbangan
apakah pandemi Covid-19 dapat memengaruhi penghitungan ECL sesuai penerapan
awal PSAK 71 pada 1 Januari 2020.
7. Instrumen Keuangan - Pengukuran Nilai Wajar
 Pandemi Covid-19 telah memengaruhi volatilitas dan volume transaksi di bursa
efek di seluruh dunia, tidak terkecuali dengan bursa efek di Indonesia.
 Tujuan pengukuran nilai wajar adalah untuk menentukan harga dimana orderly
transaction akan terjadi pada tanggal pengukuran dan dinilai berdasarkan harga
kuotasian di pasar aktif. Penyesuaian harga kuotasian dapat dilakukan jika suatu
transaksi dikategorikan sebagai not orderly transaction.
 Kendala yang muncul adalah penetuan nilai wajar tersebut, apakah penurunan
volume transaksi atau tingkat aktivitas perdagangan di bursa dikategorikan
sebagai orderly atau not orderly transaction.
8. Pengukuran Inventory
 Pandemi Covid-19 dapat berpengaruh pada berkurangnya inventory, penurunan
selling price atau inventory usang dikarenakan penjualan lebih rendah daripada
yang diharapkan. Masalah yang muncul adalah bagaimana cara mencatat
penurunan inventory tersebut pada laporan keuangan.
 Fixed overhead dialokasikan berdasarkan kondisi saat kapasitas normal. Akibat
pandemi ini, penurunan produksi atau idle plant dapat terjadi sehingga
memunculkan adanya unallocated overhead. Kemudian permasalahan yang
timbul adalah bagaimana pengakuan atas unallocated overhead tersebut.
9. Instrumen Keuangan - Hedge Accounting (lindung nilai)
Jika entitas mengadopsi cash-flow hedge accounting untuk transaksi tertentu di
masa depan dan muncul adanya ketidakpastian, permasalahan yang perlu dianalisis
adalah bagaimana untuk menilai efektivitas lindung nilai tersebut.
10. Leases
Dikarenakan adanya Covid-19, mungkin terdapat perubahan pada ketentuan dalam
perjanjian sewa ataupun konsesi. Hal yang perlu dianalisis terkait sewa adalah perlu
dilakukan revisi atau modifikasi atas sewa, bagaimana untuk menentukan present
4
11.
12.
13.
14.
value atas sewa, dan bagaimana perlakuan akuntansi atas kompensasi atau
kelonggaran yang diberikan oleh pemerintah.
Pendapatan
Akibat pandemi Covid-19, dapat muncul kemungkinan peningkatan sales return,
penurunan volume diskon, dll. Faktor-faktor ini perlu dipertimbangkan dalam
mengestimasi pengakuan pendapatan.
Provision, Contingent Liabilities and Contingent Assets
 Provisi : Covid-19 dapat menyebabkan beberapa kontrak dikategorikan menjadi
onerous (memberatkan) dikarenakan adanya peningkatan cost atas material,
gaji pegawai, dll. Permasalahan yang dihadapi manajemen adalah bagaimana
untuk mempertimbangkan kontrak yang memberatkan tersebut.
 Contingent Libilities/Assets : Perusahaan mungkin memiliki polis asuransi yang
dapat menutupi kerugian karena gangguan bisnis seperti peristiwa COVID-19,
lalu bagaimana pengakuan atas klaim asuransi tersebut.
Property, Plant and Equipments (PPE)
Karena Covid-19, muncul permasalahan apakah masa manfaat dan nilai residu dari
PPE perlu ditinjau ulang (akibat PPE dalam kondisi idle).
Borrowing Cost
Masalah uang muncul adalah bagaimana perlakuan kapitalisasi bunga ketika
pengembangan suatu aset ditangguhkan akibat terdampak peristiwa Covid-19.
B. Implementasi Standar Akuntansi terkait pada Laporan Keuangan
1. Dari sisi Constraints - conceptual framework level 3
a) Materiality of the Event
Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh Australian Accounting Standards
Board & Auditing and Assurance Standards Board (AASB-AUASB Bulletin), risiko
yang muncul akibat Covid-19 dapat dikategorikan material jika:
 muncul adanya suatu dampak finansial yang material;
 pengguna memprediksi secara wajar bahwa Covid-19 berdampak pada
entitas, tidak terlepas dari apakah terdapat dampak kuantitatif atau tidak.
b) Kemudian cara untuk menilai adanya dampak finansial langsung pada suatu
entitas dapat meliputi beberapa hal sebagai berikut:
 impairment aset atau perubahan asumsi untuk impairment testing (AASB
136);
 perubahan nilai wajar atas aset (AASB 13) atau Net Realisable Value pada
inventory (AASB 102);
 peningkatan cost dan/atau penurunan permintaan yang membutuhkan
provisi atas onerous contracts (AASB 137), penilaian ulang atas variable
consideration, meliputi pengembalian liabilitas (AASB 15);
 perubahan dalam Ecpected Credit Loss (ECL) pada pinjaman dan aset finansial
lainnya (AASB 9);
 ketidakpastian material yang menyebabkan keraguan signifikan atas
kemampuan keberlanjutan suatu entitas seperti tingkat dampak pada future
costs dan revenues (AASB 01 dan AASB 110) dan ketidaktahuan durasi atas
dampak tersebut.
c) Entitas juga perlu mempertimbangkan dampak tidak langsung. Sebagai contoh,
pelanggan, pemasok atau investor pada entitas lain yang mungkin terdampak
5
dan mengarah pada terjadinya impairments, peningkatan costs atau
pengurangan revenues.
2. Dari sisi Assumptions - conceptual framework level 3
Going Concern
a) Standar Akuntansi di Indonesia
PSAK 8 paragraf 14 meminta entitas mempertimbangkan asumsi kelangsungan
usaha dalam penyusunan laporan keuangan jika entitas meyakini bahwa terdapat
peristiwa setelah periode pelaporan yang sangat signifikan sehingga dapat
mengancam kelangsungan usaha di masa depan.
b) Standar Akuntansi di Australia
 Berdasarkan AASB 101 par 25-26 , entitas harus menilai basis going concern
bahkan ketika periode pelaporan telah berakhir.
 AASB 110 par. 14-16 mengarahkan manajemen untuk mempertimbangkan
informasi masa depan paling sedikit 12 bulan (tetapi tidak terbatas) sejak
tanggal pelaporan.
 Jika manajemen bermaksud untuk melikuidasi, menghentikan trading, atau
tidak ada alternatif realistis lainnya, baik sebelum atau setelah periode
pelaporan berakhir, maka laporan keuangan seharusnya tidak lagi disiapkan
pada kondisi going concern basis.
 Ketidakpastian material yang mengarah pada signifikansi keraguan atau
kemampuan untuk melankutkan kondisi going concern harus diungkapkan.
3. Dari sisi Principles – conceptual framework level 3
a) Pengungkapan pada Laporan Keuangan
 Entitas mempertimbangkan standar yang relevan untuk menentukan
pengungkapan. Ketika terdapat dampak finansial, pengungkapan dapat
meliputi asumsi yang dibuat atas suatu penilaian atau analisis sensitivitas.
Entitas juga harus mengungkapkan informasi tentang masa depan dan
sumber utama atas ketidakpastian estimasi (AASB 101 par.125).
 Dimana tidak terdapat dampak finansial pada periode pelaporan terkini,
entitas harus mengungkapkan asumsi kunci yang menjelaskan hal tersebut
(jika Covid-19 dinilai sebagai peristiwa yang material).
Nb: entitas juga harus mempertimbangkan apakah diperlukan
pengungkapan yang lain di luar laporan keuangan untuk menyediakan
informasi yang lebih seperti outlook atas entitas.
b) Peristiwa setelah Periode Pelaporan – Full Disclosure
Standar Akuntansi di Indonesia
 Dalam PSAK 8 tentang Peristiwa setelah Periode Pelaporan paragraf 03
didefinisikan peristiwa penyesuai setelah periode pelaporan adalah
peristiwa yang memberikan bukti atas adanya kondisi pada akhir periode
pelaporan. Sedangkan peristiwa nonpenyesuai setelah periode pelaporan
mengindikasikan kondisi yang timbul setelah periode pelaporan.
 Berdasarkan press release dari DSAK IAI, dengan memperhatikan timeline
yang terjadi bahwa kasus pertama pasien positif Covid-19 di Indonesia
diumumkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020,
maka penyebaran Covid-19 di Indonesia bukanlah peristiwa penyesuai yang
memengaruhi penyajian jumlah yang diakui di laporan keuangan 2019.
6
Standar Akuntansi di Australia
 Australian Accounting Standard Board (AASB) 110 memberi guideline pada
entitas untuk mempertimbangkan apakah apakah peristiwa setelah periode
pelaporan sudah ada sebelum tanggal pelaporan. Tidak ada penyesuaian
yang harus dibuat pada laporan keuangan jika suatu peristiwa dikategorikan
sebagai non-adjusting event.
 Jika suatu peristiwa tidak termasuk sebagai adjusting event, entitas harus
mengungkapkan pada catatan entitas-informasi spesifik atas peristiwa
setelah periode pelaporan dan estimasi efek finansial ketika masterial (AASB
110 par.21).
 Jika setelah periode pelaporan, manajemen bermaksud untuk melikuidasi
entitas, menghentikan trading atau tidak ada alternatif selain melakukan hal
tersebut, maka kondisi ini memerlukan dasar persiapan perubahan dari
going concern basis.
 Bantuan dari pemerintah atau financial support lainnya yang didapat setelah
tanggal pelaporan harus segera diperhitungkan ketika menilai kemampuan
entitas dalam melanjutkan going concern.
c) Measurement (Pengukuran Nilai Wajar)
 PSAK 68 paragraf 77 mensyaratkan bahwa harga kuotasian (quoted price) di
pasar aktif adalah bukti yang paling andal dari nilai wajar dan digunakan
tanpa penyesuaian apapun untuk mengukur nilai wajar. Jika harga kuotasian
tersedia, maka tidaklah tepat untuk melakukan penyesuaian atas harga
kuotasian, kecuali jika transaksi tersebut ditentukan sebagai transaksi tidak
teratur (not orderly).
 Tidak tepat bagi entitas untuk menyimpulkan bahwa seluruh transaksi di
pasar yang mengalami penurunan volume atau tingkat aktivitas sebagai
transaksi tidak teratur. Transaksi semacam itu dianggap teratur hampir di
semua situasi (DSAK IAI, 2020).
 PSAK 68 telah mencakup suatu panduan dalam paragraf PP44(c) apabila
entitas tidak memiliki informasi yang memadai untuk menyimpulkan apakah
suatu transaksi adalah teratur. Paragraf PP44(c) menjelaskan bahwa entitas
tidak dapat mengabaikan informasi yang dapat diobservasi pada tanggal
pelaporan, namun entitas harus memberikan bobot pertimbangan yang
lebih rendah untuk harga pasar yang terjadi ketika suatu transaksi dianggap
tidak teratur.
 Jika entitas menyimpulkan bahwa tepat untuk menggunakan teknik valuasi
untuk mengukur nilai wajar suatu aset atau liabilitas, maka entitas dapat
mempertimbangkan dampak dari pandemi Covid-19 untuk menyesuaikan
berbagai asumsi penilaian, termasuk suku bunga, credit spread, risiko kredit
penerbit instrumen, dan sebagainya.
 Dari segi pengungkapan, jika entitas tidak menggunakan harga kuotasian
untuk mengukur nilai wajar, maka entitas harus mengungkapkan alasan
mengapa perubahan tersebut dilakukan (PSAK 68, Paragraf 93[d]).
d) Measurement and Recognition – Hedge Accounting
Standar Akuntansi India
 Indian Accounting Standard (Ind AS) 109 merinci adanya qualifying criteria
untuk hedge accounting, bagaimana menilai efektifitas hedge dan
7
dampaknya pada laporan keuangan. Standar tersebut menyatakan bahwa
transaksi dengan kategori highly probable forecast termasuk dalam kriteria
qualifying hedge item.
 Entitas juga perlu menilai ketidakefektifan atas hedge dan mencatat dampak
keuntungan serta kerugiannya.
 Sehubungan dengan pengakuan dan pengukuran atas derivatives, entitas
juga perlu mempertimbangkan dampak atas input/asumsi utama seperti nilai
tukar mata uang asing, suku bunga, dll. yang digunakan dalam teknik
penilaian, termasuk dampak potensial pada hedge accounting.
e) Pengakuan Pendapatan
Standar Akuntansi India
 Indian AS 115 mensyaratkan pengungkapan informasi yang memungkinkan
pengguna untuk memahami sifat, jumlah, waktu dan ketidakpastian arus kas
yang timbul dari pendapatan. Oleh karena itu, entitas harus
mempertimbangkan pengungkapan tentang dampak COVID-19 terhadap
pendapatan entitas.
 Entitas mungkin juga telah menunda pengakuan pendapatan disebabkan
adanya ketidakpastian dalam pengumpulannya sebagai akibat dari Covid-19.
AS 9, pengakuan pendapatan mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan
keadaan dimana pengakuan pendapatan ditunda pada ketidakpastian yang
signifikan.
4. Dari segi elemen Laporan Keuangan
a) Implementasi Aset (Standar Akuntansi India)
1) Pengukuran Inventory
 Pada akhir periode pelaporan keungan, ketika terjadi pengurangan
inventory, penurunan harga jual, atau inventory usang, maka inventory
dapat dicatat pada Net Realisable Value (Indian Accounting Standards 2).
 Kemudian untuk perlakuan akuntansi atas unallocated overhead yang
disebabkan karena penurunan produksi atau idle plant, dapat diakui
sebagai expenses pada periode dimana kondisi tersebut terjadi.
2) Impairment atas Aset Non Finansial dan Goodwill
 Indian Accounting Standard (Ind AS) 36 menyatakan bahwa “economic
criterion” adalah kriteria terbaik yang dapat memberikan informasi
kepada pengguna dalam menilai future cash flow. Ketika mengestimasi
time value of money dan risiko spesifik suatu aset saat menentukan
apakah suatu aset dilakukan impairment, faktor lain seperti kemungkinan
atau kepastian adanya impairment loss akan digabung dalam pengukuran
ini.
 Akibat adanya pandemi Covid-19, mungkin terjadi berhentinya suatu
operasi, penurunan permintaan, atau harga yang dapat menyebabkan
rendahnya pendapatan dan keuntungan. Beberapa hal ini adalah faktor
yang dapat dipertimbangkan oleh manajemen sebagai indikator yang
dapat memunculkan adanya impairment testing (Ind AS 36 dan AS 28).
 Entitas perlu mengestimasi nilai recoverable amount suatu aset dalam
melakukan impairment testing. Asumsi pasar yang digunakan dalam
menentukan fair value atas nilai recoverable amount membutuhkan
pertimbangan ulang.
8

Asumsi yang digunakan dalam impairment testing dan penentuan nilai
recoverable amount sebelum terjadinya pandemi Covid-19 memerlukan
adanya perubahan.
 Asumsi yang digunakan dalam penentuan discount rate memerlukan
adanya penyesuaian.
 Anggaran atas future cash flow yang telah disiapkan oleh manajemen
harus diperbarui.
 Kemudian untuk goodwill impairment, akibat adanya pandemi Covid-19,
kemungkinan ada perubahan yang signifikan dalam operasional ketika
menghitung cash generating unit dimana goodwill dialokasikan. Oleh
karena itu dibutuhkan fokus tambahan ketika dilakukan impairment atas
goodwill pada tanggal pelaporan 31 Maret 2020.
3) Property, Plant, Equipment (PPE)
 Indian Accounting Standard (Ind AS) 16 dan AS 10 mensyaratkan bahwa
masa manfaat dan sisa masa pakai PPE perlu direvisi secara tahunan.
Karena COVID-19, PPE dapat kurang dimanfaatkan atau tidak
dimanfaatkan untuk beberapa waktu. Standar telah memuat ketentuan
bahwa depresiasi tetap harus dibebankan meskipun PPE dalam kondisi
idle. Lebih lanjut, dampak COVID-19 mungkin telah mempengaruhi
estimasi masa manfaat dan sisa umur PPE.
 Manajemen dapat meninjau nilai residu dan masa manfaat dari suatu
aset sebagai akibat terjadinya COVID-19. Jika ekspektasi berbeda dari
perkiraan sebelumnya, maka perlu untuk menghitung perubahan sebagai
estimasi akuntansi.
4) Leases
 Akibat adanya Covid-19, mungkin ada perubahan pada ketentuan dalam
perjanjian sewa atau lessor dapat memberikan kelonggaran pada lessee
sehubungan dengan pembayaran sewa, rent free holidays, dll. Ketentuan
atau konsesi yang direvisi harus dipertimbangkan dalam modifikasi atas
sewa. Tetapi, revisi yang diantisipasi tidak masuk dalam perhitungan.
 Discount rate yang digunakan untuk menentukan present value atas
kewajiban sewa baru perlu digabungkan dengan beberapa risiko yang
berkaitan dengan Covid-19. Entitas juga perlu menentukan apakah akibat
Covid-19, beberapa perjanjian sewa menjadi memberatkan.
 Jika ada kompensasi yang diberikan oleh pemerintah kepada lessor dalam
menyediakan kelonggaran bagi lessee, maka hal tersebut harus
dipertimbangkan apakah diperhitungkan sebagai modifikasi sewa sesuai
Ind AS 116 atau apakah bantuan yang diterima dari pemerintah
diperhitungkan sebagai hibah pemerintah sesuai dengan Ind AS 20.
b) Implementasi Libailitas
Provision, Contingent Liabilities, and Contingent Assets
 Provisi : Pada Indian Accounting Standard (Ind AS) 37 disebutkan bahwa
provisi dapat diakui jika entitas mempunyai present obligation, besar
kemungkinan terdapat aliran sumber daya untuk menyelesaikan kewajiban,
dan estimasi reliabel dapat dibuat. Karena COVID-19, ada kebutuhan untuk
melakukan penilaian dalam membuat provisi dari sisi mengakui kerugian dan
9
klaim. Entitas juga harus mengungkapkan kondisi kewajiban dan waktu yang
diharapkan tas arus manfaat ekonomi.
 Contingent Libilities/Assets : Klaim entitas pada perusahaan asuransi dapat
diakui sesuai dengan AS 37 hanya jika pemulihan hampir pasti yaitu asuransi
telah menerima klaim dan entitas asuransi akan memenuhi kewajibannya.
c) Expenses & Loss
1) Pengukuran Expected Credit Loss (ECL)
 Pengukuran ECL dalam PSAK 71 paragraf 5.5.17(c) mensyaratkan entitas
mengukur ECL dengan cara yang mencerminkan informasi yang wajar dan
terdukung yang tersedia tanpa biaya atau upaya berlebihan pada tanggal
pelaporan mengenai peristiwa masa lalu, kondisi kini dan perkiraan
kondisi ekonomi masa depan.
 Pengetahuan dan informasi mengenai pandemi Covid-19 di Indonesia
tidak tersedia pada tanggal 31 Desember 2019, maka entitas tidak dapat
menggunakan informasi ini dalam mengukur ECL, termasuk memasukkan
informasi tersebut ke dalam skenario pemodelan sesuai estimasi
probabilitas tertimbang pada tanggal penerapan awal PSAK 71 (yaitu 1
Januari 2020).
 PSAK 71 mensyaratkan bahwa ECL sepanjang umur diakui jika terdapat
peningkatan signifikan dalam risiko kredit (PSRK) atau Significant Increase
in Credit Risk (SICR) pada suatu instrumen keuangan. Penilaian atas PSRK
mensyaratkan entitas untuk menilai perubahan risiko gagal bayar (risk of
default) yang timbul selama umur ekspektasian dari suatu instrumen
keuangan [PSAK 71 paragraf 5.5.9].
 Entitas perlu mempertimbangkan informasi wajar dan terdukung yang
tersedia pada tanggal pelaporan dalam mengukur ECL. Sebagai contoh,
kebijakan pemberian jeda pembayaran baik atas pokok maupun bunga
kepada suatu cluster debitur, misalnya karena pertimbangan tertentu
atau mengikuti arahan kebijakan otoritas, tidak secara otomatis
menghasilkan anggapan bahwa seluruh instrumen keuangan tersebut
mengalami peningkatan risiko kredit yang signifikan.
 Dalam kondisi normal, restrukturisasi piutang dapat mengindikasikan
adanya peningkatan signifikan risiko kredit. Namun adanya kondisi
pademi Covid-19 di mana otoritas mengeluarkan kebijakan untuk
mendorong dilakukannya penundaan atau restrukturisasi piutang, maka
tidak tepat jika entitas langsung beranggapan bahwa restrukturisasi
tersebut menandakan piutang mengalami peningkatan risiko kredit.
2) Borrowing Cost
Indian Accounting Standard (Ind AS) 23 menyatakan bahwa kapitalisasi bunga
harus ditangguhkan saat pengembangan suatu aset ditangguhkan.
Manajemen dapat mempertimbangkan hal ini saat mengevaluasi dampak
COVID-19.
10
REFERENSI
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020
tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk
Penanganan Pandemi Covid-19 dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan.
Press Release - Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Penerapan PSAK 8 Peristiwa setelah
Periode Pelaporan dan PSAK 71 Instrumen Keuangan.2020.Jakarta:Dewan Standar
Akuntansi
Keuangan,
Ikatan
Akuntan
Indonesia.
http://www.iaiglobal.or.id/v03/berita-kegiatan/detailberita-1231-press-release%E2%80%93-dampak-pandemi-covid19-terhadap-penerapan-psak-8-peristiwasetelah-periode-pelaporan-dan-psak-71-instrumen-keuangan
Press Release - Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Penerapan PSAK 68 Pengukuran Nilai
Wajar.2020.Jakarta:Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Ikatan Akuntan Indonesia.
http://www.iaiglobal.or.id/v03/berita-kegiatan/detailberita-1235-press-release%E2%80%93-dampak-pandemi-covid19-terhadap-penerapan-psak-68-pengukurannilai-wajar#.Xok3W5zT0so
Impact of Coronavirus on Financial Reporting and the Auditors Consideration.2020.India: The
Institute of Chartered Accountants of India.Joint Initiative of Accounting Standars
Board & Auditing and Assurance Standards Board.
The
Impact of Coronavirus on Financial Reporting and the Auditor’s
Considerations.2020.Australia: Australian Accounting Standards Board – Auditing
and Assurance Standards Board Joint FAQ.
IFRS 9 and Covid-19, Accounting for expected credit losses applying IFRS 9 Financial
Instruments in the light of current uncertainty resulting from the Covid-19
pandemic.2020.London. International Accounting Standards Board (IASB).
Highlighting Areas of Focus in an Evolving Audit Environment Due to the Impact of Covid19.2020. New York. The International Auditing and Assurance Standards Board
(IAASB).
IFRS Bulletin from PwC.Accounting Implications of the Effect of Coronavirus. 2020. London.
PricewaterhouseCoopers.
Vanelli, M. & Cucinotta, D..2020.WHO Declares COVID-19 a Pandemic: Acta Biomed 2020;
Vol. 91, N. 1: 157-160 DOI: 10.23750/abm.v91i1.9397
11
Download