EFEKTIVITAS MEDIA PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN Imroatul Musarofah1), Edi Hidayat2), dan Hetty Patmawati3) 1 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Siliwangi 2 Dosen Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Siliwangi 3 Dosen Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Siliwangi e-mail: [email protected], [email protected], [email protected] 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan pada anak tunagrahita ringan, keefektifan media permainan ular tangga untuk meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan, serta seberapa besar peningkatan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan setelah menggunkan media permainan ular tangga. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen yang terdiri dari variabel bebas yakni media permainan ular tangga, dan variabel terikat yakni kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan. Populasi dalam penelitian ini peserta didik kelas III SLB Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2018/2019. Sampel yang diambil yaitu satu kelas menggunakan teknik purposive sampling yaitu 4 orang siswa kelas III C yang merupakan siswa dengan kategori tunagrahita. Instrumen yang digunakan yaitu instrumen tes berupa soal tes kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan, serta instrumen observasi sebagai penilaian lain untuk melihat peningkatan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan pada anak tunagrahita ringan. Untuk pengujian hipotesis digunakan uji nonparametrik yaitu uji Wilcoxon signed- rank test dengan taraf signifikan 5 %. Berdasarkan pengolahan data, analisis data dan pengolahan hipotesis diperoleh simpulan (1) Media permainan ular tangga efektif untuk meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan pada anak tunagrahita ringan (2) Besar peningkatan yang didapatkan adalah beragam dengan terbesar 300% dan terkecil 33%. Kata Kunci : Kemampuan Menghitung Penjumlahan Dan Pengurangan, Ular Tangga, Tunagrahita Abstract This study aims to determine the ability to calculate the addition and reduction of mild mentally retarded children, the effectiveness of snakes and ladders playing media to increase the ability to calculate addition and subtraction, and how much the ability to calculate addition and subtraction increases after using the snake ladder game media. This study uses an experimental research method consisting of independent variables namely snakes and ladders playing media, and the dependent variable is the ability to calculate addition and subtraction. The population in this study is Class III SLB Yayasan Bahagia City of Tasikmalaya students in the academic year 2018/2019. The sample taken is one class using purposive sampling technique, which is 4 students of class III C who are students with mental retardation. The instruments used were test instruments in the form of tests of the ability to calculate addition and subtraction, as well as observation instruments as other assessments to see an increase in the ability to calculate the addition and reduction of mild mentally retarded children. For the hypothesis testing a nonparametric test was used, namely the Wilcoxon signed-rank test with a significant level of 5%. Based on data processing, data analysis and processing of hypotheses obtained conclusions (1) Media snakes and ladders game effective to improve the ability to calculate the addition and reduction of mild mentally retarded children (2) The amount of increase obtained is varied with the largest 300% and the smallest 33%.. Keywords: The ability to calculate addition and subtraction, snakes and ladders, mental retardatio I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang berlangsung disekolah dan diluar sekolah sepanjang hayat agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa mendatang. Mudyahardjo ( dalam Ahmadi, 2014, p.37). Pendidikan sangat diperlukan oleh setiap manusia agar dapat mengalami perkembangan maupun perubahan kearah yang lebih baik. Tak terkecuali anak berkebutuhan khusus, sama hal nya seperti anak normal, anak berkebutuhan khusus memerlukan pendidikan agar dapat menjalani kehidupannya tanpa harus bergantung pada orangorang disekitarnya. Apabila anak normal dapat memperoleh pendidikan disekolah begitupun dengan anak- anak berkebutuhan khusus, karena mereka memeliki keterbatasan- keterbatasan tertentu sudah seharusnya diberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan Nurhayati (2012) bahwa sekolah yang ramah adalah sekolah yang berfokus pada bakat anaknya bukan pada kekurangannya, (p.15). Jadi, kekurangan- kekurangan yang terdapat pada anak berkebutuhan khusus tersebut tidak seharusnya menjadi penghambat mereka untuk mendapatkan pendidikan semaksimal mungkin. Dari banyaknya jenis kelainan yang dialami anak berkebutuhan khusus terdapat satu jenis kebutuhan khusus yaitu tunagrahita dimana anak tunagrahita merupakan anak yang mengalami retardasi mental atau keterbelakangan mental dimana anak tersebut memiliki IQ dibawah rata- rata anak normal. Tunagrahita sendiri terbagi menjadi 3 klasifikasi yaitu ringan, sedang dan berat. Hal ini diklasifikasikan sesuai dengan tingkat IQ dan kemampuan yang dapat dilakukan oleh anak tunagrahita tersebut. Anak- anak tunagrahita yang biasa mendapatkan pendidikan khusus disekolah luar biasa atau sekolah inklusi merupakan anak tunagrahita dengan kategori ringan dan sedang, karena dinilai mereka masih dapat mempelajari halhal baru walaupun memang lebih sulit dari anak normal pada umumnya. Untuk kategori tunagrahita berat sendiri tidak mendapatkan pendidikan disekolah luar biasa maupun inklusi karena dalam hidupnya mereka akan selalu membutuhkan bantuan orang lain disekitarnya bahkan untuk hal sederhanan seperti makan, berpakaian dan wc. Tunagrahita ringan sendiri mempunyai sebutan lain yaitu tunagrahita mampu didik, karena anak tunagrahita ringan merupakan tunagrahita yang mempunyai kesempatan paling besar untuk dapat mempelajari hal- hal baru dibandingkan dengan tunagrahita sedang. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya anak tunagrahita ringan yang dapat hidup dengan baik dimasyarakat setelah mendapatkan pembelajaran pada sekolah luar biasa maupun inklusi. Walaupun mereka mempunyai sebutan tunagrahita mampu didik mereka hanya mempunya IQ dikisaran 55-75 yang artinya dibawah anak- anak normal dengan IQ 90-120 dan anak- anak slow learner dengan IQ 75-90 . Jadi dalam pembelajarannya mereka mempunyai batasan- batasan tentang apa saja yang dapat mereka pelajari. Anak tunagrahita ringan sulit untuk mempelajari pelajaran yang abstrak seperti halnya matematika. Kemampuan matematika pada anak tunagrahita sendiri hanya sabatas pembelajaranpembelajaran matematika dasar seperti berhitung angka, penjumlahan, pengurangan, mata uang dan sebagainya. Diharapkan dengan pembelajaran matematika tersebut anak tunagrahita ringan dapat mengurus kebutuhannya sendiri dalam lingkungan masyarakat. Pembelajaran matematika dasar untuk anak tunagrahita tersebut banyak menemui kesulitan karena anak tunagrahita sulit memahami sesuatu yang bersifat abstrak. Maka dari itu dibutuhkan sesuatu yang konkret agar pembelajaran matematika tetap dapat berlangsung dengan baik. Pembelajaran konkret ini artinya pembelajaran matematika yang dikaitkan dengan kehidupan sehari- hari anak tunagrahita tersebut atau dapat menggunakan media pembelajaran yang dapat digunakan anak tunagrahita, yaitu dapat dilihat dan dapat dipegang. Hal tersebut tentu akan lebih mudah dipahami oleh anak- anka tunagrahita ringan. Sama seperti halnya sekolah pada umumnya, sekolah luar biasa atau sekolah inklusi tempat anak tunagrahita ringan belajarpun terdapat tingkatan kelas sesuai kemampuan yang sudah mereka kuasai. Apabila anak kelas 1 sekolah dasar luar biasa mulai mengenal bilangan maka pada kelas 2 sekolah dasar luar biasa mereka dituntut agar dapat menyebutkan angka- angka dan mulai mengenal operasi matematika kemudian pada kelas 3 SD anak dituntut agar dapat memahami konsep penjumlahan dan pengurangan. Namun Karena keterbasan kemampuan akademik mereka sulit sekali untuk mempelajari hal yang bersifat abstrak, maka dari itu dibutuhkan media yang konkret yang dapat membantu anak tunagrahita ringan untuk dapat memahami pembelajaran matematika. Tetapi pada kenyataannya kemampuan matematika anak tunagrahita ringan belum sesuai dengan tuntutan dari kurikulum pendidikan khusus. Anak- anak tunagrahita kelas tiga seharusnya sudah memahami konsep penggunaan operasi penjumlahan dan pengurangan serta mengenal konsep perkalian, tetapi pada kenyataannya masih banyak dari mereka yang belum dapat memahami konsep penggunaan operasi penjumlahan dan pengurangan. Inilah mengapa pembelajaran dengan metode atau media pembelajaran baru diperlukan untuk mendongkrak kemampuan matematika mereka. Media pembelajaran sendiri memang sering digunakan dalam proses pembelajaran anak berkebutuhan khusus, namun agar lebih menarik anak tunagrahita ringan diperlukan penggunaan media seperti permainan- permiannan yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan Thobroni dan Fairuzul (2011) bahwa bermain adalah bersenang- senang, melakukan sesuatu dengan senang dan menyenangkan diri. (p.41). Hal tersebut bertujuan agar dalam pembelajarannya tidak terdapat paksaan dan anak akan menikmati media permainan dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan pembelajaran. Dari sekian banyak terdapat permainan yang dapat meningkatkan kemampuan matematika penjumlahan dan pengurangan anak tunagrahita yaitu media permainan ular tangga. Permianan ular tangga bukan hanya menarik untuk dilihat karena berwarna warni tetapi juga dapat mengembangkan kemampuan gerak anak tunagrahita ringan. Diharapkan pengguanan media permainan ular tangga ini dapat meningkatkan kemampuan berhitung penjumlahan dan pengurangan pada anak kelas III tunagrahita ringan di SLB Yayasan Bahagia. I. BAHAN DAN METODE/METODOLOGI Penelitian ini dilaksanakan di SLB Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya. Jangka waktu penelitian ini dilaksakan dari januari tahun 2019 sampai dengan juli tahun 2019. Instrument tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes dan observasi. Tes sendiri berupa pre test dan post test kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan, sedangkan oservasi berupa lembar penilaian observasi yang dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Selain instrument tes digunakan juga perangkat pembelajaran sebagai sekumpulan sumber belajar yang digunakan selama proses belajar mengajar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Teknik penga,bilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling atau pengambilan sampel dengan pertimbanganpertimbangan tertentu. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas III SLB yayasan bahagia. Sedangkan yang menjadi sampel adalah 4 orang siswa kelas III tunagrahita terdiri dari 3 orang siswa laki- laki dan 1 orang siswa perempuan. Pengambilan sampel tersebut dengan pertimbangan guru dan penyesuaian dengan materi pembelajaran serta kemampuan peserta didik itu sendiri. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini desain eksperimen. hal ini dilakukan untuk memperoleh atau mengumpulkan informasi yang sebanyak- banyaknya yang diperlukan dan berguna dalam melakukan persolan yang akan dibahas. Desain eksperimen yang digunakan yaitu Pre eksperimental one group pretest- post test. Pada desain penelitian ini dilakukan pre test sebelum diberi perlakuan dan post test setelah dilakuan perlakuan ( Sugiyono. 2017. p.74) II. HASIL DAN PEMBAHASAN Data N- Gain diperoleh dari soal pretest dan post test kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan N- Gain terkecil peserta didik yaitu 0,5 dan N-Gain terbesar yaitu 1. Sedangkan rata- ratanya yaitu sebesar 0,75 termasuk kategori tinggi yang diperoleh peserta didik dari total N- Gain seluruh peserta didik dibagi dnegan banyaknya peserta didik. Rentang pada data N-Gain yaitu 0,5 diperoleh dari selisih antara data terbesar dan data terkecil N-Gain. Untuk mengkategorikan N-Gain, maka hasil perhitungan indeks Gain di interpestasikan menggunakan indeks interpretasi gain ternormaliasi yang dimodifikasi. Tabel 1. Kategori Interpretasi Gain Ternormalisasi Yang Dimodifikasi Nilai Gain Ternormaliasi −1,00 ≤ 𝑔 , 0,00 𝑔 = 0,00 Interprestasi Terjadi penurunan Tetap 0,00 < 𝑔 < 0,30 Rendah 0,30 ≤ 𝑔 < 0,70 Sedang 0,70 ≤ 𝑔 ≤ 1,00 Tinggi Sumber Hake (1999) dalam Sundayana (2016),p. 151 Hasil observasi yang dilakukan peneliti selama penelitian relatif bervariasi. Partisipasi peserta didik paling meningkat pada kategori kategori mudah seperti mengenal media permainan ular tangga dan menirukan peneliti menggunakan media permainan ualr tangga. Pada penerapan media permainan ular tangga sendiri partisipasi subjek termasuk bervariasi tetapi meningkat secara relevan dari pertemuan pertama kedua serta ketiga. Besarnya persentase peningkatan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan yang didapatkan peserta didik juga bervariasi. Peningkatan terbesar yaitu 300 % dan peningkatan terkecil yaitu 33 %. Subjek yang mendapat nilai maksimum mendapatkan peningkatan sebesar 66%. Tabel 2. Persentase Peningkatan Kemampaun Menghitung Penjumlahan dan Pengurangan Subjek Nilai Nilai Post Peningkatan Pretest test (%) S1 60 100 66 % S2 60 80 33 % S3 40 80 100 % S4 20 80 300 % Pengujian hipotesis untuk mengetahui peningkatan kemampaun menghitung penjumlahan dan pengurangan apakah meningkat atau tidak. Dikatakan meningkat yaitu apabila peningkatan berada pada interpretasi sedang yiatu N- Gain ≥ 30. Berdasarkan perhitungan pada uji statistika nonparametrik yaitu uji Wilcoxon signed- rank test diperoleh 𝑧 = −1,885618083 dan titik kritis yaitu −1,645. sehingga z jatuh pada daerah penolakan 𝐻0 . Serta Nilai 𝑧 1,88 = 0,4699 pada 𝑧𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , sehingga 𝜌 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 adalah 0,5 − 0,4699 = 0,0301. Karena nilai 𝜌 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 = 0.0301 < 0,05 maka menolak 𝐻0 lebih baik dilakukan daripada menerima 𝐻0 . Hal ini juga terlihat dari pencapaian peserta didik dari setiap indicator kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan. Pencapaian tersebut dilihat dari partisipasi siwa selama proses pembelajaran, lembar kerja peserta didik serta tuga individu yang diberikan setiap pertemuan. Dalam pelaksanaan penelitian ditemukan bahwa terjadi perubahan yang lebih baik pada kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan pada anak tunagrahita, sehingga dapat dikatakan bahwa media permainan ular tangga efektif untuk meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan pada anak tunagrahita ringan. Dijelaskan oleh Thobroni dan Fairuzul (2011: 41) bahwa bermain adalah bersenang-senang, melakukan sesuatu dengan senang dan menyenangkan diri. Dalam bermain tidak ada unsur keterpaksaan, personel melakukannya dengan sukarela. Bermain menurut Rusli Lutan, 2001: 31 (dalam Hartati, 2012: 3) sebagai aktivitas yang dilakukan secara bebas dan sukarela. III. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data, analisis data dan pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan: (1) Media permainan ular tangga efektif untuk meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan pada anak tunagrahita ringan. Pembelajaran matematika lebih efektif setelah menggunakan media permainan ular tanga. (2) Peningkatan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan pada anak tunagrahita ringan kelas III SLB Yayasan bahagia relative beragam. Dengan peningkatan tertinggi sebesar 300 % dan peningkatan terendah sebesar 33%. Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian, maka penulis dapat memberikan saran: (1) Bagi kepala sekolah, hendaknya lebih memberikan arahan kepada guru untuk menggunakan media pembelajaran yang menarik seperti media permainan ular tangga. (2) Bagi guru, dalam melaksanakan pembelajaran hendaknya menggunakan media pembelajaran yang lebih menarik dan inovatif agar lebih pembelajaran menjadi lebih mudah bagi anak tunagrahita ringan (3) Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat engungkap lebih dalam lagi mengenai efektivitas pembelajaran menggunakan media permainan ular tangga dengan bahasan yang lebih luas. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, R. (2016). Pengantar Pendidikan Asas dan Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: ArRuzz Media. Hartati, Sasmita Christina Yuli. (2012). Permainan Kecil (Cara Efektif Mengembangkan Fisik, Motorik, Keterampilan Sosial dan Emosional). Malang: Wineka Media Nurhayati, T. (2012). Lukisan Para Pembelajar Kumpulan Tulisan Pendidik Inklusi. Surabaya: Garuda Mas Sejahtera. Sundayana, R (2016). Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. ( 2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Thobroni, M. Fairuzul M. (2011). Mendongkrak Kecerdasan anak Melalui Bermain dan Permainan. Jogjakarta: Katahati.