BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diare adalah salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara-negara berkembang (Raini, 2016). Diare masih menjadi suatu problematika dan masalah bagi kesehatan masyarakat di negara berkembang terutama di Indonesia. Angka mortalitas, morbiditas dan insidennya cenderung meningkat (Kemenkes, 2014). Diare disebabkan beberapa faktor, antara lain Karena kesehatan lingkungan yang belum memadai, keadaan gizi yang belum memuaskan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi terjadinya diare. Selain itu, diare juga bisa disebabkan karena makanan yang tidak sehat atau makanan yang diproses dengan cara yang tidak bersih sehingga terkontaminasi bakteri penyebab diare seperti Salmonella, Shigella dan Campylobacter Jejuni (Purwaningdyah, 2015). WHO (2018) menyatakan, hampir 1,7 miliar terjdi kasus diare dan umumnya terjadi pada anak. Data Kementrian Kesehatan Indonesia (2016) menyatakan, umlah kasus diare yang ditangani instansi kesehatan di Indonesia menaik tiap tahunnya. Pada tahun 2018 penderita diare di Indonesia yang ditangani sebanyak 46,4% dari jumlah penderita diare tercatat berjumlah adalah 8.490.976 orang. Jawa Barat yang mencapai angka 1.048.885 penderita, dan disusul oleh Jawa Tengah 1 2 dengan angka kejadian 911.901 penderita. Di Garut tercatat sebanyak 10.9211, l kasus. Diare merupakan masalah yang sebenarnya dapat dicegah dan ditangani. Peran ibu sangat berkaitan dengan pencegahan penyakit diare. Dimana ibu sebagai pengasuh yang terdekat dengan balita memiliki peran besar dalam melakukan pencegahan penyakit diare. Persepsi ibu yang salah dalam memandang penyakit yang diderita anak bisa mempengaruhi tindakan ibu dalam melakukan pencegahan terhadap penyakit tersebut (Muswita, 2010). Salah satu cara sederhana pencegahan diare pada aanak yang dapat dilakukan ibu adalah dengan cuci tangan pakai sabun dan memasak makn serta minuman dengan matang (Perry & Potter, 2010). Dampak penyakit diare juga dapat menyebabkan kematian jika dehidrasi tidak diatasi dengan tepat. Dehidrasi dapat terjadi karena usus bekerja tidak optimal sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya keluar bersama feses sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan atau dehidrasi (Kurniawati, 2016). Penyakit diare sering menyerang pada semua orang, terutama anak-anak dikarenakan daya tahan tubuhnya yang masih lemah. Namun masih banyak ibu yang belum cukup mampu memberikan penanganan yang baik, hal ini dikarenakan pengetahuan tentang penanganan pencegahan diare pada anak masih rendah sehingga akan mempengaruhi sikap ibu dalam penanganan diare pada anaknya. Peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare diperlukan suatu pengetahuan karena pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor predisposisi yang penting. Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan 3 terjadinya perubahan sikap, tetapi mempunyai hubungan yang positif, yaitu dengan peningkatan pengetahuan maka dapat terjadi perubahan sikap (Farida, 2016). Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan mendorong seseorang untuk bersikap, pengetahuan yang baik umumnya akan berdampak kepada tindakan positif. Penanganan yang tepat pada diare, akan menurunkan derajat keparahan penyakit. Diare dapat diatasi dengan menjaga kebersihan dan mengolah makanan yang sehat dan bersih dan anjuran pada ibu untuk mencegah dan menangani diare secara cepat dan tepat agar angka morbiditas dan mortalitas diare menurun (Soebagyo & Santoso, 2010). Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang erhadap objek melalui indera yang dimilikinya Notoatmodjo, 2012). Lawrence Green membagi faktor perilaku menjadi tiga faktor yaitu predisposing factor, enabling factor serta reinforcing factor. Predisposing factor merupakan faktor yang terdapat dalam diri masing-masing individu yang dapat memotivasi individu tersebut untuk melakukan sebuah tindakan misalnya usia, jenis kelamin, pendidikan,status sosial dan tingkat ekonomi, sikap dan pengetahuan. Enabling factor adalah kondisi yang memungkinkan tersedianya sarana dan prasarana yang dapat memicu seseorang untuk melakukan sebuah perubahan tindakan contohnya adalah pelayanan kesehatan dan media informasi. Pengertian reinforcing factor yaitu faktor yang dapat menguatkan individu tersebut untuk untuk bisa mencegah terjadinya diare (Notoatmodjo, 2012) 4 Pengetahuan tentang diare pada invidu merupakan salah satu komponen faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku dalam melaksanakan penanganan diare pada anak (Notoatmodjo, 2010). Ibu yang berperilaku baik dapat mengurangi kejadian diare pada balitanya, karena ibu yang berperilaku baik tentunya akan bertindak mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah dan penyebab masalah kesehatan, dan perilaku dalam mengupayakan meningkatkan kesehatan, sehingga dapat mengaplikasikan perilaku hidup bersih dan sehat dalam mengasuh balitanya. Perilaku ibu yang baik dalam penelitian ini disebabkan karena pengetahuan ibu yang tinggi (Andreas, dkk 2013). Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulfitri (2014) di kelurahan Umban Sari Wilayah kerja Puskesmas Rumbai memperlihatkan bahwa 51% keluarga mampu melaksanakan fungsi perawatan kesehatan keluarga, sedangkan 49% keluarga tidak mampu untuk merawat kesehatan keluarga. Penelitan Azkiya (2014) menyatakan sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat memiliki resiko 1,8 kali menyebabkan diare balita. Penelitian oleh Sri Murni (2011), tentang hubungan antara kejadian diare pada balita dengan pengetahuan ibu tentang PHBS di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak, dengan sampel ibu-ibu yang membawa balitanya ke Puskesmas Siantan, menunjukan jumlah balita yang menderita diare adalah sebanyak 40 balita (29,41 %) dan terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian diare pada balita dengan pengetahuan ibu (p < 0,005). Hail pengamatan di Garut Selatan terdapat 3 Puskesamas dengan kasus diare di UPT Puskesmas Cibalong (452 kasus) Puskeamas Pameungpeuk (511 kasus) dan 5 Puskesamas Sukarame (597 kasus), tertinggi di Puskesmas Sukarame sehingga peneliti memilih tempat peneleitian di Puskesmas Sukarame. Berdasarkan hasil pengumpulan data Puskesmas Sukarame, terdapat 10 besar penyakit yang ditangani yaitu Myalgia (957 kasus), Tukak Lambung (748 kasus), Nasofaringiti Akut (728 kasus), Diare (597 kasus), Anemia (522 kasus), Demam (471 kasus), Hipertensi (427 kasus), Conjungtivis (390 kasus), Dermatitis (367 kasus) dan tipoid (335 kasus). Sedangkan yang diteliti adalah diare karena angka kejadian hepertensi mengalami kenaikan dibanding tahun 2018 (488 kasus), sedangkan penyakit lain relatif sama walaupun ada kenaikan namun tidak terlalu besar. Kemudian peneliti mengadakan wawancara terhadap 10 ibu, dari hasil wawancara terhadap 6 ibu mengatakan anak sering jajan di luar, sebelum dan sesudah makan jarang mencuci tangan, air yang digunakan dari aliran sawah, belum punya jamban sendiri, makan yang dimakan sesuai keinginan anak, sedangkan 4 orang lainnya mengatakan anak diusahakan makan, di rumah, makanan di masak dulu dan tertutup, anak sebelum dan sesudah makan mencuci tangan. Umur responden berkisar antara 25-42 tahun, dngan pendidikan 8 SMP dan 2 SMA Melihat latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Gambaran Pengetahuan Pencegahan Diare di Puskesamas Sukarame Garut. 6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas bahwa rumusan masalah dari penelitian ini adalah ; “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Pencegahan Diare Di Puskesamas Sukarame Garut”. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan pencegahan diare di Puskesamas Sukarame Garut. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran pengertian diare di Puskesmas Sukarame Garut 2. Mengetahui gambaran tanda dan gejala diare di Puskesmas Sukarame Garut 3, Mengetahui gambaran pencegahan diare di Puskesmas Sukarame Garut. 4. Mengetahui gambaran penanganan diare di Puskesamas Sukarame Garut. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Secara Teoritis 1. Bagi Institusi Pendidikan Menambah pengetahuan dan memberi pengalaman langsung dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki dan sebagai data dasar bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang kejadian diare . 7 2. Bagi Penulis Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan manfaat mengenai pengetahuan pencegahan diare. 3. Bagi Peneliti Selanjunya Sebagai dasar pengembangan penelitian sejenis mengenai diare agar apat diperoleh hasil yang lebih mendalam untuk menguirangi penyakit diare 1.4.2 Secara Praktis 1. Bagi Institusi Rumah Sakit Sebagai konstribusi untuk pertimbangan pihak rumah sakit dalam pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) instansi yang bersangkuatn untuk pengaturan dan penanganan penyakit diare bagi masyarakat. 2. Bagi Perawat Sebagai acuan dalam meningkatkan asuhan keperawatan perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien khususnya dalam penatalaksanaan penyakit diare.