BAB 05 PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK BERBASIS VOLUME TUJUAN PEMBELAJARAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Menjelaskan pembebanan biaya produksi ke produk Menjelaskan perlunya alokasi biaya Menjelaskan pembebanan biaya overhead pabrik ke produk Menjelaskan konsep kapasitas pabrik Membagi pabrik menjadi departemen produksi dan deparrtemen jasa (departementalisasi) Menjelaskan langkah-langkah perhitungan harga pokok produk berbasis volume Menjelaskan langkah-langkah pada akhir periode sehubungan dengan biaya overhead sesungguhnya Menjelaskan akuntansi biaya overhead pabrik departemen Menjelaskan pengaruh otomasi pada perhitungan tarif overhead berbasis volume. Tujuan 1: Pembebanan Biaya Produksi ke Produk Perhitungan harga pokok produk tradisional (traditional costing) disebut juga degan Perhitungan Harga Pokok Produk Berbasis Volume (Volume-Based Costing/VBC) atau Perhitungan Harga Pokok Produk Berbasis Unit (Unit-Based Costing) atau Perhitungan Harga Pokok Produk Berbasis Fungsi (Functional-Based Costing/FBC) atau Perhitungan Harga pokok Produk Secara Kasar (Peanut-Butter Costing) Istilah “volume” atau “unit” adalah mengacu pada unit produksi. Ada lima driver berbasis unit (unit-based driver) yang dapat digunakan untuk membebankan biaya overhead pabrik ke produk, yaitu: 1. Jam kerja langsung (JKL) 2. Jam mesin (JM) 3. Unit produksi 4. Biaya bahan baku langsung (BBBL) 5. Biaya tenaga kerja langsung (BTKL). Gambar 5-1 Korelasi Biaya Produksi Dengan Unit Dihasilkan BBBL Memicu Memicu Jumlah Unit Dihasilkan BTKL Driver Berbasis Unit: Jam Mesin Memicu Jam Kerja Langsung BBBL BTKL Memicu BOP BBBL BTKL BOP Pool Biaya: Pabrik atau Departemen Produksi Produk Gambar 5.2 Pembebanan Biaya Produksi Ke Produk Tabel 5-1 Format Perhitungan Harga Pokok Produk Jika Pabrik Sebagai Pool Biaya BBBL BTKL BOP dibebankan*) Total B. Produksi Produk A xxx xxx xxx xxx Produk B xxx xxx xxx xxx Produk C xxx xxx xxx xxx *) BOP dibebankan = kapasitas sesungguhnya x tarif BOP Tabel 5.2 Format Perhitungan Harga Pokok Produk Jika Departemen Produksi Sebagai Pool Biaya BBBL BTKL BOP dibebankan* Dept. Produksi I Dept. Produksi II Dept. Produksi III Total B. Produksi Produk A xxx xxx Produk B xxx xxx Produk C xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx *) BOP dibebankan = kapasitas sesungguhnya setiap departemen produksi x tarif BOP setiap departemen produksi Tujuan 2: Alokasi Biaya • Alokasi biaya diperlukan untuk biaya tidak langsung. • Misalnya, alokasi biaya departemen jasa atau pendukung ke departemen produksi; alokasi biaya administrasi fakultas ke masingmasing program studi (DIII, S1, S2, dan S3). Tujuan 3: Pembebanan BOP ke Produk Biaya Overhead Pabrik Pool Biaya: Pabrik Produk Gambar 5-3 Proses Pembebanan Biaya Overhead Ke Produk Dengan Tarif Pabrik Biaya Overhead Pabrik Pool Biaya: Dept. Produksi I Dept. Produksi II Dept. Produksi III Produk Gambar 5.4 Proses Pembebanan Biaya Overhead Ke Produk Dengan Tarif Departemen Tujuan 4:Konsep Kapasitas Pabrik Terdapat 4 konsep kapasitas • Kapasitas Teoritis • Kapasitas Praktis • Kapasitas Normal • Kapasitas Sesungguhnya Diharapkan Kapasitas Teoritis • • Merupakan kapasitas ideal atau kapasitas maksimum, yaitu kapasitas untuk operasi 100% tanpa ada hambatan Dalam prakteknya, kapasitas ini tidak pernah dipakai sebagai dasar perhitungan tarif BOP karena sulit dicapai. Kapasitas Praktis • • Adalah kapasitas setelah mempertimbangkan hambatan-hambatan internal perusahaan, seperti pekerja sakit, mesin rusak, pekerja unjuk rasa, karyawan cuti, dan lain sebagainya. Kapasitas ini jarang digunakan sebagai dasar perhitungan tarif BOP karena juga masih sulit untuk dicapai. Kapasitas Normal • • Adalah kapasitas setelah mempertimbangkan hambatan internal dan hambatan ekternal, seperti hari libur nasional, masyarakat unjuk rasa, turunnya permintaan produk karena krisis ekonomi, dan lain sebagainya. Kapasitas ini umumnya digunakan sebagai dasar perhitungan tarif BOP Kapasitas Sesungguhnya Diharapkan • • Adalah kapasitas sesungguhnya diharapkan untuk periode mendatang, misalnya tahun depan Kapasitas ini juga tidak digunakan sebagai dasar perhitungan tarif BOP karena bersifat jangka pendek sehingga tarif BOP akan berfluktuasi setiap periodenya. Tujuan 5: Departemen Produksi dan Departemen Jasa Departemen produksi adalah departemen yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Contohnya departemen pemotongan bahan, departemen perakitan komponen, dan departemen pengecatan. Departemen jasa adalah departemen yang tidak mengolah bahan baku menjadi barang jadi, tetapi memberikan jasa ke departemen produksi. Contohnya pembangkit tenaga listrik, bengkel, dan kafetaria Departemen Penanganan BB Departemen Kafe Gambar 5–5 Hubungan Departemen Jasa dengan Departemen Produksi Departemen Penyelesaian Departemen Perakitan Departemen Pemotongan Tujuan 6: Langkah-Langkah Perhitungan Harga Pokok Produk Berbasis Volume 1. Mengidentifikasi departemen produksi dan departemen jasa serta cost driver 2. Mengidentifikasi sumber daya dan biaya sumber daya yang digunakan oleh setiap departemen serta cost driver untuk biaya tidak langsung departemen 3. Mengumpulkan data kapasitas cost driver pada awal tahun 4. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik untuk setiap departemen 5. Mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi 6. Menghitung tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi 7. menghitung harga pokok produk Langkah 1: Mengidentifikasi departemen, sumber daya, dan Cost Driver Cost Driver Departemen Produksi: • Pemotongan • Perakitan • Penyelesaian Departemen Jasa: • Penanganan Bahan Baku • Kafetaria JM JKL JM Taksiran BBB Jumlah Karyawan Langkah 2: Mengidentifikasi Sumber Daya, Biaya Sumber Daya Serta Cost Driver Untuk Biaya Tidak Langsung Departemen Biaya Tidak Langsung Dept. • B. penyusutan gedung pabrik • Biaya listrik • Gaji mandor Cost Driver Luas Lantai KWH Jumlah Pekerja Langkah 3: Mengumpulkan Data Kapasitas Cost Driver Tabel 5.3 PT Perabot Jepara Cabang Pekan Baru Data Kapasitas Cost Driver Pada Awal tahun 2016 KWH Dept. Prod: - Pemotongan - Perakitan - Penyelesaian Dept. Jasa: - Penanganan BB - Kafé Jmlh Karyw 10,000 5.000 15.000 20 10 30 4.000 6.000 40.000 BBB Diminta (000) Luas Lantai JKL 180.000 200.000 120.000 5,000 100.000 4.000 150.000 6.000 120.000 25 15 70.000 3.000 100.000 2.000 100 570.000 20.000 JM 300.000 500.000 200.000 470.000 1.000.000 Langkah 4: Penyusunan Anggaran BOP 1. Mengklasifikasikan BOP menjadi menjadi biaya langsung departemen dan biaya tidak langsung departemn 2. Mengklasifikasikan BOP menjadi biaya variabel dan biaya tetap TABEL 5-4 PERABOT JEPARA CABANG PEKAN BARU ANGGARAN BOP TAHUN 2016 (in Rp 000) V Dept. Produksi / Pemoton Perakit Penyele T ganl an saian Biaya langsung dept. BTKTL…………………… Biaya penyusutan mesin…… Total biaya langsung dept.……. B. Tdk langsg dept.: B. Listrik (Rp 250 / KWH).. B. Peny. Gedung Pabrik.(Rp 750/m2) B. supervisor (Rp 80.000/karyawan) Total b. tidak langsung dept.…. Total BOP Dept. Jasa Penangan an BB Kafetaria Total V T 5.000 12.000 17.000 8.000 15.000 23.000 7.000 13.000 20.000 6.000 3.000 9.000 4.000 7.000 11.000 30.000 50.000 80.000 V T T 2.500 3.750 1.600 7.850 24.850 1.250 3.000 800 5.050 28.050 3.750 4.500 2.400 10.650 30.650 1.000 2.250 2.000 5.250 14.250 1.500 1.500 1.200 4.200 15.200 10.000 15.000 8.000 33.000 113.000 Total BV departemen V 7.500 9.250 10.750 7.000 5.500 40.000 Total BT departemen T 17.350 18.800 19.900 7.250 9.700 73.000 Langkah 5: Mengalokasikan Biaya Departemen Jasa Ke Departemen Produksi Tiga metode alokasi: • Metode alokasi langsung • Metode alokasi bertahap • Metode aljabar Metode Alokasi Langsung (Direct Allocation Method) Dalam metode ini, biaya departemen jasa dialokasikan langsung ke departemen produksi. Metode ini mengasumsikan bahwa departemen jasa tertentu tidak memberikan jasa ke departemen jasa lainnya, tetapi sematamata hanya memberikan jasa ke departemen produksi. Biaya Dept. Penanganan Bahan Baku Rp 14.250.000 Departemen Pemotongan Rp 24.850.000 Biaya Dept. Kafe Rp 15.200.000 Departemen Perakitan Rp 28.050.000 Gambar 5-6 Alokasi Biaya Departemen Jasa Dengan Metode Alokasi Langsung Departemen Penyelesaian Rp 30.650.000 Gambar 5-5: Alokasi biaya departemen jasa dengan metode langsung (dalam Rp 000) Dept. Produksi Dept. Jasa. Pemotongan Perakita n Penyelesaian Penanga nan BB 24.850 28.050 30.650 14.250 5.130 5.700 3.420 (14.250) 5.067 2.533 7.600 B. Tot. Alokasi B. dept. jasa 10.197 8.233 11.020 (14.250) Total BOP setelah alokasi dept. jasa: A + B 35.047 36.283 41.670 0 BOP Tetap (dari anggaran) 17.350 18.800 19.900 BOP Variabel (Total BOP stlh alokasi – total BT) 17.607 17.483 21.770 A. Total BOP sebelum alokasi biaya dept. jasa Alokasi biaya dept. jasa: -Penangan BB (2,85% dari BBB) -Kafe (Rp 253.333 / karyawan) Total Kafe 15.200 113.000 (15.200) (15.200) 0 113.000 Metode Alokasi Bertahap (step allocation method) Metode alokasi bertahap disebut juga dengan metode alokasi tidak timbal balik (nonreciprocal allocation method) atau metode alokasi berurutan (sequential allocation method). Metode ini mengasumsikan bahwa departemen jasa tidak hanya memberikan jasa ke departemen produksi, tetapi juga ke departemen jasa lainnya secara tidak timbal balik. Biaya Dept. Penanganan Bahan Baku Rp 14.250.000 Departemen Pemotongan Rp 24.850.000 Biaya Dept. Kafe Rp 15.200.000 Departemen Perakitan Rp 28.050.000 Gambar 5.7 Alokasi Biaya Departemen Jasa Dengan Metode Alokasi Bertahap Departemen Penyelesaian Rp 30.650.000 Gambar 5.6: Alokasi biaya dept. jasa dengan metode bertahap (Dalam Rp 000) Dept. Produksi Dept. Jasa Pemotongan Perakita n Penyelesaian Penanga nan BB 24.850 28.050 30.650 14.250 3.576 1.788 5.365 4.471 6.739 7.488 4.493 (18.721) Tot. Alokasi b. dept. jasa 10.315 9.276 9.858 (14.251) Total BOP setelah alokasi biaya dept. jasa 35.165 37.326 40.508 0 BOP tetap 17.350 18.800 19.900 BOP Variabel 17.815 18.526 20.608 Total BOP sebelum alokasi biaya dept. jasa. Alokasi b. dept. jasa: -Cafe (Rp 178.824 / karyawan) -Penanganan BB (3,74% dari BBB) Total Kafe 15.200 113.000 (15.200) (15.200) 0 113.000 Metode Aljabar (algabraic method) Metode ini disebut juga dengan metode alokasi timbal balik (reciprocal allocation method). Metode ini mengasumsikan bahwa selain memberikan jasa ke departemen produksi, departemen jasa juga memberikan jasa ke departemen jasa lainnya secara timbal balik. Biaya Dept. Penanganan Bahan Baku Rp 14.250.000 Departemen Pemotongan Rp 24.850.000 Biaya Dept. Kafe Rp 15.200.000 Departemen Perakitan Rp 28.050.000 Departemen Penyelesaian Rp 30.650.000 Gambar 5.8 Alokasi Biaya Departemen Jasa Dengan Metode Aljabar Tabel 5.7 Perhitungan Persentase Jasa Yang Diberikan Oleh Departemen Jasa Jasa yang diberikan oleh: Dept. Penanganan BB %- Kafetaria tase Pemotongan Perakitan Penyelesaian Penang. BB Kafé 180.000.000 200.000.000 120.000.000 32 20 orang 35 10 orang 21 30 orang 25 orang 12 24 12 35 29 Total 570.000.000 100 85 orang 100 70.000.000 %tase Persamaan Aljabar K = 15.200.000 + 0.12P P = 14.250.000 + 0.29K Cat: P = penanganan BB, K = Kafe K = 15.200.000 + 0.12 (14.250.000 + 0.29K) K = 15.200.000 + 1.710.000 + 0,0348K K – 0,0348C = 16.910.000 0,9652K = 16.910.000 K = 17.519.685 P = 14.250.000 + 0.29 (17.519.685) P = 14.250.000 + 5.080.709 P = 19.330.709 Alokasi biaya Departemen Kafetaria sbb.: • Departemen Pemotongan: 24% x Rp17.519.685 Rp 4.204.724 • Departemen Perakitan: 12% x Rp17.519.685 2.102.362 • Departemen Penyelesaian: 35% x Rp17.519.685 6.131.890 • Departemen Penanganan BB: 29% x Rp17.519.685 5.080.709 Total Rp 17.519.685 • Alokasi biaya Departemen Penanganan BB sbb.: Departemen Pemotongan: 32% x Rp19.330.709 Rp6.185.827 • Departemen Perakitan: 35% x Rp19.330.709 6.765.748 • Departemen Penyelesaian: 21% x Rp19.330.709 4.059.449 • Departemen Kafetaria 12% x Rp19.330.709 2.319.685 Total Rp19.330.709 Tabel 5.8 Alokasi biaya dept. jasa – metode aljabar (dalam Rp 000) Dept. produksi Pemotongan Dept. jasa Perakita n Penyelesaian 24.850 28.050 30.650 14.250 6.186 4.205 6.766 2.102 4.059 6.132 (19.331) 5.081 2.320 (17.520) 10.391 8.868 10.191 (14.250) (15.200) Total BOP setelah alokasi b. dept. jasa: A +B 35.241 36.918 40.841 0 BOP Tetap 17.350 18.800 19.900 BOP Variabel 17.891 18.118 20.941 A. Total BOP sebelum alokasi biaya dept. jasa Alokasi b. dept. jasa: -Penanganan BB -Kafe B. Tot. alokasi b. dept. jasa Penangana n BB Kafetaria Total 15.200 113.000 0 113.000 Langkah 6: Penghitungan Tarif Overhead Departemen Biaya departemen jasa setelah dialokasikan ke departemen produksi akan bersaldo nol. Setelah semua biaya departemen jasa dialokasikan ke departemen produksi, maka langkah selanjutnya adalah membebankan biaya departemen produksi ke produk dengan menggunakan tarif biaya overhead berbasis unit. Biaya Dept. Penanganan Bahan Baku Rp 0 Departemen Pemotongan Rp Rp 35.240.551 Biaya Dept. Kafé Rp 0 Departemen Perakitan Rp 36.918.110 Departemen Penyelesaian Rp 40.841.339 Gambar 5-9 Pembebanan Biaya Departemen Produksi Ke Produk Dengan Metode Aljabar Anggaran BOP dept. produksi Setelah alokasi biaya dept. jasa Tarif Overhead Pabrik = -----------------------Kapasitas Normal Unit Driver Tabel 5.9 PT Perabot Jepara Cabang Pekanbaru Perhitungan Tarif Biaya Overhead Pabrik (Diasumsikan Metode Alokasi Aljabar Yang Digunakan) Dept. Produksi Pemotongan BOP setelah alokasi BOP tetap BOP variabel Perakitan Penyelesaian 35.240.551 17.350.000 17.890.551 36.918.110 18.800.000 18.118.110 40.841.339 19.900.000 20.941.339 - Kap. Normal 300.000 JM 150.000 JKL 200.000 JM Tarif BOP Total Tarif BOP Tetap Tarif BOP Variabel 117,47/JM 57,83/JM 59,64/JM 246,12/JKL 125,33/JKL 120,79/JKL 204,21/JM 99,50/JM 104,71/JM Langkah 7: Perhitungan Harga Pokok Produk Produk A BBBL Rp20.000.000 BTKL Rp18.000.000 Dept. Pemotongan 200.000 JM Dept. Perakitan 70.000 JKL Dept. penyelesaian 150.000 JM Produksi 10.000 unit Produk B Rp15.000.000 Rp17.000.000 120.000 JM 50.000 JKL 100.000 JM 10.000 unit Hitung biaya produksi per unit untuk produk A dan produk B dengan menggunakan tarif BOP - Metode Aljabar. Jawab: Biaya BBBL BTKL BOP: Departemen Pemotongan: 200.000 JM x Rp 117,47 120.000 JM x Rp 117,47 Departemen Perakitan: 70.000 JKL x Rp 246,12 50.000 JKLx Rp 246,12 Departemen Penyelesaian: 150.000 JM x Rp 204,21 100.000 JM x Rp 204,21 Total Produksi Biaya produksi per unit Produk A Rp20.000.000 18.000.000 Produk B Rp15.000.000 17.000.000 23.494.000 14.096.400 17.228.400 12.306.000 30.631.500 ------------------Rp109.353.900 10.000 unit Rp10.935 20.421.000 -----------------Rp78.823.400 10.000 unit Rp7.882 Tujuan 7: Langkah-Langkah Perhitungan BOP pada Akhir Periode • Mengidentifikasi biaya langsung dan biaya tidak langsung sesungguhnya untuk setiaap departemen • Mengumpulkan data konsumsi cost driver sesungguhnya • Mengalokasikan biaya tidak langsung sesungguhnya ke masing-masing departemen • Mengalokasikan biaya departemen jasa sesungguhnya ke departemen produksi dengan menggunakan metode yang sama dengan perhitungan tarif BOP pada awal periode Tujuan 8: Akuntansi BOP Departemen • Misalkan informasi yang diperoleh dari PT Perabot Jepara Cabang Pekanbaru sbb.: BOP sesungguhnya Dept. Pemotongan sebesar Rp 45 juta untuk 320.000 JM, Dept. Perakitan sebesar Rp 30 juta untuk 120.000 JKL, dan Dept. Penyelesaian sebesar Rp 50 juta untuk 250.000 JM. (Tarif BOP dengan metode aljabar) • Buat jurnal yang berkaitan dengan BOP 1. Mencatat BOP dibebankan ke produk Persediaan BDP – Pemotongan (320.000 x Rp 117,47) 37.590.400 Persediaan BDP – Perakitan (120.000 x Rp 246,12) 29.534.400 Persediaan BDP – Penyelesaian (250.000 x Rp 204,21) 51.052.500 BOP – Pemotongan 37.590.400 BOP – Perakitan 29.534.400 BOP – Penyelesaian 51.052.500 BOP Dibebankan = kapasitas sesungguhnya x Tarif BOP 2. Mencatat BOP sesungguhnya: BOP – Dept. Pemotongan 45.000.000 BOP – Dept. Perakitan 30.000.000 BOP – Dept. Penyelesaian 50.000.000 Berbagai rek. dikredit 125.000.000 3. Menutup rek. BOP dan mencatat selisih: Selisih BOP – Dept. Pemotongan 7.409.600 Selisih BOP – Dept. Perakitan 465.600 BOP – Dept. Penyelesaian 1.052.500 BOP – Dept. Pemotongan 7.409.600 BOP – Dept. Perakitan 465.600 Selisih BOP – Dept. Penyelesaian 1.052.500 Perhitungan: BOP sesungguhnya BOP dibebankan: Selisih BOP Dept. Dept. Dept. Pemotongan Perakitan Penyelesaian 45.000.000 30.000.000 50.000.000 37.590.400 29.534.400 51.052.500 7.409.600R 465.600R 1.052.500L 4. Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik BOP Sesungguhnya BOP Tetap Dianggarkan: 300.000 x Rp 57.83 150.000 x Rp 125,33 200.000 x Rp 99,50 BOP Variabel Sesungguhnya BOP Variabel Dianggarkan: 320.000 x Rp 59,64 120.000 x Rp 120,79 250.000 x Rp 104,71 Selisih Pengeluaran Selisih Kapasitas: ( 300.000 – 320.000) x Rp 57,83 (150.000 – 120.000) x Rp 125,33 (200.000 – 250.000) x Rp 99,50 Total Selisih BOP Pemotongan 45.000.000 Perakitan 30.000.000 Penyelesaian 50.000.000 (17.349.000) (18.799.500) ---------------27.651.000 (19.900.000) ------------------------------11.200.500 30.100.000 (19.084.800) (14.494.800) (26.177.500) ----------------- ------------------ ----------------8.566.200 R (3.294.300) L 3.922.500 R ------------------ ----------------- ----------------(1.156.600) L 3.759.900 R (4.975.000) L ----------------- --------------- -----------------7.409.600 R 465.600 R 1.052.500 L ----------------- --------------- ------------------- 5. Mencatat selisih overhead pabrik: Selisih Pengeluaran – Dept. Pemotongan 8.566.200 Selisih Pengeluaran – Dept. Penyelesaian 3.922.500 Selisih Kapasitas – Dept. Perakitan. 3.759.900 Selisih BOP – Dept. Penyelesaian 1.052.500 Selisih Pengeluaran – Dept. Perakitan 3.294.300 Selisih Kapasitas – Dept. Pemotongan 1.156.600 Selisih Kapasitas – Dept. Penyelesaian 4.975.000 Selisih BOP – Dept. Pemotongan 7.409.600 Selisih BOP – Dept. Perakitan 465.600 • 6. Menutup Selisih Biaya Overhead Pabrik: Harga Pokok Penjualan Selisih Pengeluaran – Dept. Perakitan Selisih Kapasitas – Dept. Pemotongan Selisih Kapasitas – Dept. Penyelesaian Selisih Pengeluaran – Dept. Pemotongan Selisih Pengeluaran – Dept. Penyelesaian Selisih Kapasitas – Dept. Perakitan 6.822.700 3.294.300 1.156.600 4.975.000 8.566.200 3.922.500 3.759.900 Tujuan 9: Pengaruh Otomasi Pada Tarif BOP Berbasis Volume Pada lingkungan operasi otomasi, pembebanan BOP berdasarkan jam kerja langsung (JKL) dapat memberikan keputusan yang salah. Misalnya, untuk mengurangi BOP, manajemen mengurangi BTKL. Tapi kenyataannya BOP malah bertambah karena manajemen mengganti tenaga kerja dengan mesin atau komputer.