PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN JUDUL “PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PRIORITAS MAINTENANCE FASILITAS UPIYPTK PADANG MENGUNAKAN METODE WEIGHT PRODUCT DENGAN BAHASA PEMOGRAMAN VB.NET 2017 DAN DATABASE MYSQL” Oleh: UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK” PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER PADANG KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tentang Filosofi Randai. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi wa Salam yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dengan bahasa yang sangat indah. Laporan ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan tentang Filosofi Randai ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca. Padang, 28 Februari 2020 Penulis i DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii BAB I : PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2 1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 2 BAB II : PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3 2.1 Sejarah Randai ............................................................................................................ 3 2.2 Pelaksanaan Randai .................................................................................................... 3 2.3 Tujuan Randai ............................................................................................................ 5 2.4 Hikmah Randai ........................................................................................................... 6 BAB III : PENUTUP .............................................................................................................. 11 3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 11 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 12 ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Randai merupakan kesenian anak nagari yang sarat akan pesan-pesan moral dalam penyampaiannya. Randai dimainkan secara berkelompok dengan membentuk lingkaran. Randai sering dibawakan pada acara-acara adat Minangkabau (Sumatera Barat) seperti upacara pengangkatan penghulu, upacara perkawinan dan acara lainnya. Randai adalah suatu kesenian khas dari Minangkabau yang merupakan penggabungan dari kesenian khas lainnya, seperti seni musik, seni tari, pencak silat dan teater. Barandai berarti bakaba (bercerita). Biasanya dialog yang terdapat dalam permainan randai merupakan syair atau gurindam yang berisi nasehat-nasehat bagi yang menyaksikannya. Akan tetapi lama kelamaan, randai pun dipersembahkan dengan menampilkan tokoh cerita yang berlatar belakang kepada kehidupan sehari-hari di Minangkabau. Kesenian randai ini dalam ceritanya mencerminkan kehidupan masyarakat Minangkabau sendiri. Begitu juga dengan gerakan silat yang digunakan biasanya merupakan gerakan silat dari daerah setempat. Masing-masing pemain saling berbalas syair, pantun, petatahpetitih, ataupun gurindam. Biasanya pemain randai yang memerankan tokoh utama akan berada ditengah sambil dikelilingi oleh pemain lainnya. Randai adalah kesenian teater yang diselenggarakan tanpa panggung, tanpa dekorasinya, karena pada dasarnya memang dilakukan di alam terbuka, sehingga rakyat pun bisa menyaksikannya. 1 1.2 Rumusan Masalah Untuk memudahkan pembahasannya maka akan dibahas sub masalah sesuai dengan latar belakang diatas yakni sebagai berikut : 1. Bagaimana sejarah Randai? 2. Bagaimana pelaksanaan Randai? 3. Apa tujuan dari Randai? 4. Apa hikmah dari Randai? 1.3 Tujuan Laporan ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui bagaimana sejarah Randai. 2. Mengetahui pelaksaaan Randai. 3. Mengetahui tujuan dari Randai. 4. Mengetahui hikmah dari Randai. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Randai Randai adalah penyajian kaba Minangkabau dalam bentuk drama atau teater tradisional dengan pola lingkaran. Ia juga disebut sebagai teater rakyat populer bagi masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat yang merangkai lagu-lagu, tari, musik, seni bela diri, dan akting untuk menceritakan cerita-cerita rakyat Minangkabau. Secara historis kehadiran randai di tengah masyarakat Sumatera Barat sejalan dengan perjalanan sejarah masyarakatnya yang lebih dikenal dengan latar kebudayaan Minangkabau. Sampai saat ini belum ada catatan sejarah yang dapat dijadikan petunjuk, kapan kesenian randai itu muncul dalam kehidupan masyarakat Minangkabau, serta siapa pencipta kesenian itu pertama kali. Rusydi (2007:1) mengatakan, bahwa para budayawan, seniman Sumatera Barat serta para pemimpin adat penghulu, niniak mamak baik yang berada dikelembagaan LKAAM (Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau), sepakat mengatakan bahwa kesenian randai lahir bersamaan dengan kehadiran serta perjalanan budaya itu sendiri yang dapat kita lihat diantaranya dalam catatan “Tambo Alam Minangkabau” meskipun tambo ini tidak mempunyai catatan tanggal dan tahun kejadian yang pasti seperti catatan sejarah. 2.2 Pelaksanaan Randai Randai adalah satu persembahan yang berkonsepkan gerak tari silat yang diselingi nyanyian berunsur lagu rakyat serta diiringi musik caklempong, rebana, saluang dan gong. Berbagai pendapat menyatakan bahwa Randai adalah tarian yang dipersembahkan oleh beberapa orang yang menari, bernyanyi dan bertepuk tangan. Randai adalah kesenian teater yang 3 diselenggarakan tanpa panggung, tanpa dekorasinya, karena pada dasarnya memang dilakukan di alam terbuka, sehingga rakyat pun bisa menyaksikannya. Menurut Khairul Harun (1979:83), Randai dari segi makna bermaksud peristiwa yang dipandang sebagai perumpamaan atau ibarat, sedangkan tarian dalam Randai menjadi pelengkap atau daya tarik. Dalam Randai, disajikan ucapan yang bersifat perpisahan sehingga Randai juga digolongkan sebagai teater tradisional rakyat di Minangkabau. Persembahan Randai penuh dengan pembicaraan berandai-andai yang dihiasi dengan kiasan-kiasan, perumpamaan, dan lainlain termasuk seni bicara (pertuturan) yang lahir secara spontan dalam bentuk cerita atau disebut “kaba” dalam dialek Minangkabau. Kaba dalam perkataan Minangkabau ialah cerita. Bakaba ialah bercerita.Ada cerita yang disampaikan dalam semasa menari. Langkah dan gerakan seperti pencak silat. Ia dipersembahkan secara berkeliling atau dalam lingkaran, dan jumlah pelakonnya tidak ditetapkan (Darwis, 1964: 31). Kesenian Randai ini dalam ceritanya mencerminkan kehidupan masyarakat Minangkabau itu sendiri. Begitu juga dengan gerakan silat yang digunakan biasanya merupakan gerakan silat dari daerah setempat. Masing-masing pemain saling berbalas syair, pantun, petatahpetitih, ataupun gurindam. Biasanya pemain Randai yang memerankan tokoh utama akan berada ditengah sambil dikelilingi oleh pemain lainnya. Beberapa peristiwa dan tokoh dari sebuah cerita mulai divisualisasikan dan di dramatisasikan sehingga muncul lakonan dan dialog dalam kesenian tersebut. Dari proses perkembangan tersebut, muncul unsur-unsur dan ciri-ciri esensial yang baru dari bentuk kesenian Randai sebagai teater rakyat.Kewujudan kesenian ini bermula dari perkembangan beberapa bentuk kesenian sehingga menjadi suatu bentuk kesenian baru 4 Selain itu, menurut Encik Fendi, penggiat seni dari Jabatan Kesenian, Kebudayaan dan Warisan Negeri Sembilan (JKKWNS), Randai di Minangkabau hidup dan berkembang dari pola gerakan gelombangnya yang banyak bersumber dari gaya pencak dan silat. 2.3 Tujuan Randai Dahulu Randai ditampilkan pada malam hari hingga menjelang subuh, berbeda dengan Randai yang kita lihat pada hari ini. Durasi yang terbilang sangat singkat, bahkan nyaris tidak ada lagi anak-anak remaja dan orang tuo-tuo yang memainkan Randai di desa-desa seperti yang dilakukan nenek moyang kita dahulu. Melestarian kesenian tradisional khususnya Randai merupakan kewajiban bagi semua lapisan masyarakat dan lembaga,baik formal maupun non formal. Dalam hal ini yang menjadi pokok pembahasan adalah kesenian tradisional Randai, Navis (1984:276) menyatakan bahwa : “Randai berasal dari kata berandai-andai yang artinya berangkaian secara berturut atau suara yang bersahutan. Suara yang besahutan adalah suara yang bersenandung antara pemain yang satu dengan pemain yang lainnya. Tujuannya untuk menyampaikan dendang yang beisikan pantun-pantun sehingga dendang tersebut tidak terputus dan selalu bersambung”. Aktivitas kesenian Randai juga memiliki tujuan dalam penyambutan tamu/ hiburan, Dalam acara yang dilaksanakan pemerintah kota Bukittinggi seni pertunjukan senantiasa di hadirkan dengan tujuan agar yang dilaksanakan dapat berlangsung secara meriah dan penyambutan tamu lebih semarak. Hal ini merupakan salah satu simbol atau pola hidup kebudayaan masyarakat Minangkabau dalam menyambut sekaligus mempromosikan budaya Minangkabau khususnya. Disamping itu, sebagai simbol ungkapan kebahagiaan dan rasa syukur atas karunia yang telah Allah SWT berikan. Kesenian tradisional Randai selain digunakan dalam acara yang diadakan, juga sering digunakan pada acara pernikahan dengan tujuan yang sama yaitu untuk menghibur para tamu undangan yang datang ke acara pesta/hajatan. Kesenian Randai 5 pada pesta pernikahan baik dilaksanakan oleh masyarakat golongan ekonomi keatas maupun ekonomi kebawah tujuan nya adalah untuk pengungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Juga ungkapan rasa kebahagiaan yang suatu keluarga ingin ditujukan kepada masyarakat di lingkungan tempat pesta tersebut. 2.4 Hikmah Randai Pakaian yang digunakan dalam kesenian Randai adalah pakaian adat Minangkabau yang menyerupai pakaian penghulu dan juga bundo kanduang. Dari pakaian yang digunakan, masingmasing bagian memiliki makna tertentu. Deta saluak dan deta bakaruik yang dipasang dikepala menggambarkan wawasan yang luas dan akal yang berlipat-lipat, mampu menyimpan rahasia, tidak mudah diartikan dan saluak yang dipasng lurus mengartikan sifat benar dan adil. Baju dengan lengan lapang dan tanpa saku memiliki makna sifat ringan tangan yang selalu membatu orang-orang dalam kesusahan.Dalam kesenian Randai Minangkabau, celana yang digunakan adalah celana longgar untuk para pemain musik dan pemeran tokoh dan celana galembong untuk para penari benta. Celana longgar tersebut memiliki makna kemampuan untuk membuat langkah kebijaksanaan dengan gerak yang ringan, santai dan tidak menyulitkan. Sedangkan celana galembong yang dipakai oleh para penari yang digunakan menghasilkan bunyi dari pukulan para penari bermakna sebagai seorang pendekar. Sesamping dari kain sarung yang digunakan oleh para pemain juga memiliki arti kewaspadaan dan kehati-hatian seseorang dalam menjaga diri. Kemudian cawek atau ikat pinggang memiliki makna kekukuhan ikatan atau pegangan dalam menyatukan anak kemenakan, warga dalam suku dimanapun berada. Item lain yang digunakan adalah keris yang disisipkan dipinggang memiliki makna kekuasaan yang digunakan dijalan yang benar dan tidak digunakan untuk menjajah. 6 . Pemeran perempuan dalam Randai juga menggunakan kostum atau pakaian adat Minangkabau berupa pakaian Bundo Kanduang. Jika pemain perempuan dalam kesenian Randai menggunakan suntiang, itu berarti pemain tersebut dalam cerita Randai merupakan wanita yang sudah menikah dan apabila pemeran wanitanya menggunakan tangkuluak ikek, hal tersebut berarti dalam cerita Randai, pemeran wanita tersebut belum menikah. Dalam hal warna, kostum yang digunakan dalam kesenian Randai Minangkabau juga memiliki makna tertentu. Berdasarkan daerah-daerah di Minangkabau, warna kuning melambangkan Luhak Tanah Datar (Padang Panjang), warna merah melambangkan Luhak Agam (Bukittinggi), dan warna hitam melambangkan Luhak Lima Puluh Kota (Payakumbuh), dan tiga daerah ini dinamakan Luhak Nan Tigo yang merupakan tempat lahirnya Minangkabau. Warna-warna sebagai variasi lain yang hadir dalam kesenian Randai dimaknai sebagai Luhak rantau atau Luhak diluar Luhak Nan Tigo.Dari segi sifat, warna-warna pada pakaian yang digunakan dalam kesenian Randai memiliki arti yang berbeda pula. Warna kuning mengartikan seorang bintang, tokoh yang hebat dan juga dimaknai sebagai sifat yang penyabar dan pendiam. Warna merah, sesuai dengan artinya secara umum melambangkan sifat yang gagah berani. Warna hitam sendiri memiliki makna sifat penyabar yang luar biasa ketika mendapatkan masalah. Warna pakaian biru memiliki arti sifat seseorang yang netral dan mampu menjadi penengah saat terjadi konflik antara dua pihak. Dalam kesenian Randai Minangkabau, salah satu objek sosialnya adalah gerakan dari para penari benta. Gerakan yang dilakukan adalah simbol non verbal yang memiliki makna-makna tertentu. Dalam kesenian Randai Minangkabau, gerakan yang digunakan adalah gerakan pencak dan silat. Gerakan pencak dilakukan oleh para penari benta sedangkan gerakan silat dilakukan oleh pemain ketika ada adegan perkelahian. Gerakan umum yang dilakukan dalam gerakan silat adalah gerakan langkah nan ampek yaitu gerakan ke kanan, ke kiri, ke depan dan juga gerakan ke 7 belakang. Untuk gerakan pertahanan dari pencak silat terdiri dari elak yang berarti menghindar. Elak dapat dilakukan dengan dua cara yakni gelek yang berarti menghindar dengan memiringkan tubuh tanpa menggeser langkah dan kepoh yang berarti menepis serangan dengan gerakan tangan atau kaki. Gerakan pertahanan berikutnya adalah tangkap yang berarti menangkis serangan musuh dengan menangkap menggunakan kedua tangan. Gerakan pertahanan yang terakhir adalah serang yang hanya boleh dilakukan jika sudah melakukan elak dan tangkap minimal tiga kali. Dalam pertunjukan kesenian Randai Minangkabau, gerakan dilakukan dengan bentuk lingkaran dan dimainkan secara berkeliling. Posisi melingkar tersebut bermakna persatuan dan juga musyawarah dalam mengambil keputusan dan sesuai juga dengan sila ke-tiga dan ke-empat dalam Pancasila.Sedangkan gerakan berkeliling dalam lingkaran yang dilakukan oleh para pemain mengartikan para da‘i yang berkeliling untuk menyebarkan agama islam dari satu tempat ke tempat lain sesuai dengan sejarah kesenian Randai Minangkabau. Kemudian dalam kesenian Randai juga terdapat gerakan bertepuk sambil memperkecil lingkaran yang merupakan penghantar untuk pemain kedalam lingkaran untuk melakukan dialog dan penghantar pemain keluar dari arena setelah melakukan dialog. Nyanyian dalam kesenian Randai dinamakan dendang yang sangat berfungsi dalam Randai. Dendang berguna untuk menyampaikan kisah dan dikumandangkan sambil melingkar. Awalnya seseorang mendendangkan sepotong kisah atau sebait pantun dan pada saat terakhir mereka mengulang liriknya bersama-sama. Dendang ditampilkan dalam berbagai irama lagu klasik Minangkabau. Ada irama cepat, ditampilkan dengan tempo yang amat cepat. Jika dendangnya cepat, maka gerakan pencaknya juga cepat. Tukang dendang dalam Randai haruslah memiliki suara yang merdu. Tukang dendang bisa laki-laki dan juga perempuan. Dendang dalam Randai ini juga menggunakan liris prosa yakni cerita yang dimainkan dalam tujuh kata dan inilah 8 yang nantinya dijadikan dendang dalam Randai.Dimana dalam setiap kesenian Randai selalu digunakan dendang Dayang Daini sebagai permulaan mereka menampilkan kesenian Randai. Dayang Daini ini bermakna permintaan maaf seluruh pemain kepada para penonton yang juga merupakan kerendahan hati yang ditunjukan oleh para pemain.Semua situasi simbolik yang ada dalam kesenian Randai baik dari segi musik, gerakan dan kostum merupakan hal yang direspons oleh manusia baik oleh pemain kesenian Randai selaku pelaku seni, hingga masyarakat umum sebagai penikmat kesenian Randai. Dengan melibatkan seluruh hasil respons dari situasi simbolik sebelumnya, maka akan menghasilkan sebuah produk yang disebut dengan produk interaksi sosial. Produk interaksi sosial pada dasarnya merupakan makna. Tidak hanya makna yang ada pada gerakan pemain dan benda di dalam kesenian Randai Minangkabau, namun juga pemahaman dan pemaknaan kesenian Randai secara keseluruhan dimana kesenian randai dimaknai sebagai nilai-nilai tertentu.Pemaknaan ini bersifat subjektif dimana pemaknaannya tergantung pada perspektif dari masing-masing individu dalam merespons simbol-simbol yang akan memengaruhi perilaku individu tersebut kedepannya. Kesenian Randai dimaknai sebagai kesenian yang memiliki nilai budaya yang harus diteruskan dari satu generasi ke generasi lain.Kesenian Randai ini merupakan kesenian khas budaya Minangkabau yang harus dilestarikan secara turun-temurun.Randai dipandang sebagai nilai budaya yang memiliki banyak sekali makna dan ajaran yang tidak boleh dilupakan sama sekali. Apalagi di zaman sekarang yang sudah canggih yang membuat budaya luar dapat dengan mudah masuk ke Minangkabau dan menggeser budaya asli Minangkabau termasuk kesenian Randai.Kesenian Randai juga dinilai memiliki nilai adat-istiadat Minangkabau. Kesenian Randai menjelaskan bagaimana sebenarnya falsafah adat Minangkabau, baik itu adat-istiadat yang masih digunakan saat ini maupun adat yang sudah mulai ditinggalkan bahkan yang tidak dipakai lagi. 9 Kesenian Randai merupakan sebagai sesuatu yang memiliki nilai historis yang tinggi. Kesenian Randai menceritakan bagaimana sejarah Minangkabau dari zaman dahulu yang diangkat dari kaba.Kesenian Randai dapat dimaknai sebagai alat pemersatu karena siapaun dan bagaimanapun latar belakangnya, menjadi satu dalam kesenian Randai tanpa dibeda-bedakan. 10 BAB III PENUTUP 3.1Kesimpulan Dari pembahasan diatas bisa disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Dilihat dari sisi sejarah, secara historis kehadiran randai di tengah masyarakat Sumatera Barat sejalan dengan perjalanan sejarah masyarakatnya yang lebih dikenal dengan latar kebudayaan Minangkabau. Sampai saat ini belum ada catatan pasti sejarah yang dapat dijadikan petunjuk, kapan kesenian randai itu muncul dalam kehidupan masyarakat Minangkabau, serta siapa pencipta kesenian itu pertama kalinya. 2. Randai sebagai teater rakyat tergolong dalam seni persembahan tradisional yang di dalamnya terkandung unsur-unsur seni seperti tarian (gelombang), nyanyian (dendang/ gurindam), dan seni peran (lakonan-dialog), sehingga dalam penyajian cerita/kaba terdapat pelakon/pemeran utama. Persembahan Randai dilakukan dalam posisi melingkar (lingkaran) dan penonton bertepuk tangan sembari melantunkan sebuah pantun yang didendangkan/digurindamkan. Dengan demikian Randai sebagai teater rakyat disubstansikan sebagai menyampaikan ‘pesan’ melalui Kaba yang disajikan. 3. Kesenian Randai dipandang sebagai budaya yang memiliki nilai historis yang tinggi menjelaskan bagaimana sebenarnya falsafah adat Minangkabau secara simbolik, nilai sejarah, alat pemersatu, nilai agama islam, adat-istiadat, pendidikan, dan seni yang harus dijaga dan dilestarikan oleh generasi penerus di Minangkabau sehingga tidak tergerus oleh arus zaman dan dilupakan begitu saja. 11 DAFTAR PUSTAKA Dahrizal, Musra. 2007. Tigo Carito Randai Kaba Umbuik Mudo. Padang: Dewan Kesenian Sumatera Barat. Koentjaraningrat. 1998. Pengantar Antropologi II. Jakarta: Pt Rineka Cipta. Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya Offser. Navis, A.A. 1984. Alam Terkembang jadi Guru. Jakarta: Grafitipers. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada. Rusydi. 2007. Randai “ Teater Rakyat Sumatera Barat”. Padang: Kantor Dinas Pendidikan Kecamatan Pauh. Sudjiman, Panuti. 1992. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Udin, Syamsuddin. 1987. Struktur Kaba Minangkabau. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Kebudayaan. Yusriwal, Msi. 2004. Teori Kebudayaan. Padang: FSUA. Abdul Hamid Adnan. 2004. Muzik Caklempong. Kuala Lumpur. Dewan Bahasa dan Pustaka. Abdul Razak Hasan. 1984. Negeri Sembilan Dahulu dan Sekarang. Kuala Lumpur. Persatuan Muzium. Basrowi dan Suwandi.2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta:Rineka Cipta. Indrayuda. 2013. Randai Suatu Aktifitas ksesenian dan Media Pendidikan Tradisional. Padang: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Barat UPTD Taman Budaya. Kayam, Umar. 1981. Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan. Murgiyanto, sal.1983. Koreografi. Departemen pendidikan dan kebudayaan: Jakarta. Navis, A.A 1984. Alam Takambang Jadi Guru. Jakarta: PT. Grafiti Perpustakaan. Ranjabar, Jacobus.2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia (suatu pengantar). Bandung:Ghalia. Zulkifli. 1993. Randai Sebagai Teater Rakyat Minangkabau di Sumatera Barat Dalam Dimensi Sosial Budaya. Tesis. Yogyakarta. Putri, Jelly Dwi. 2014. Makna Simbol Tradisi Marosok dalam Transaksi Jual Beli Ternak di Desa Cubadak, Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Pekanbaru. Universitas Riau. Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta : LKiS. Maran, Rafael Raga. 2007. Manusia dan Kebudayaan: Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. Zulkarnaini. 2003. Budaya Alam Minangkabau. Bukittinggi: Usaha Ikhlas. 12