Uploaded by User67055

randai

advertisement
PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN
JUDUL
“PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM
MENENTUKAN PRIORITAS MAINTENANCE FASILITAS UPIYPTK
PADANG MENGUNAKAN METODE WEIGHT PRODUCT DENGAN
BAHASA PEMOGRAMAN VB.NET 2017 DAN DATABASE MYSQL”
Oleh:
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK”
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
PADANG
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang,kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tentang Filosofi Randai.
Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi wa Salam
yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna
dengan bahasa yang sangat indah.
Laporan ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu penulis menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan tentang Filosofi Randai ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Padang, 28 Februari 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 2
BAB II : PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3
2.1 Sejarah Randai ............................................................................................................ 3
2.2 Pelaksanaan Randai .................................................................................................... 3
2.3 Tujuan Randai ............................................................................................................ 5
2.4 Hikmah Randai ........................................................................................................... 6
BAB III : PENUTUP .............................................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Randai merupakan kesenian anak nagari yang sarat akan pesan-pesan moral dalam
penyampaiannya. Randai dimainkan secara berkelompok dengan membentuk lingkaran.
Randai sering dibawakan pada acara-acara adat Minangkabau (Sumatera Barat) seperti
upacara pengangkatan penghulu, upacara perkawinan dan acara lainnya. Randai adalah suatu
kesenian khas dari Minangkabau yang merupakan penggabungan dari kesenian khas lainnya,
seperti seni musik, seni tari, pencak silat dan teater. Barandai berarti bakaba (bercerita).
Biasanya dialog yang terdapat dalam permainan randai merupakan syair atau gurindam yang
berisi nasehat-nasehat bagi yang menyaksikannya. Akan tetapi lama kelamaan, randai pun
dipersembahkan dengan menampilkan tokoh cerita yang berlatar belakang kepada kehidupan
sehari-hari di Minangkabau. Kesenian randai ini dalam ceritanya mencerminkan kehidupan
masyarakat Minangkabau sendiri. Begitu juga dengan gerakan silat yang digunakan biasanya
merupakan gerakan silat dari daerah setempat. Masing-masing pemain saling berbalas syair,
pantun, petatahpetitih, ataupun gurindam. Biasanya pemain randai yang memerankan tokoh
utama akan berada ditengah sambil dikelilingi oleh pemain lainnya. Randai adalah kesenian
teater yang diselenggarakan tanpa panggung, tanpa dekorasinya, karena pada dasarnya
memang dilakukan di alam terbuka, sehingga rakyat pun bisa menyaksikannya.
1
1.2 Rumusan Masalah
Untuk memudahkan pembahasannya maka akan dibahas sub masalah sesuai dengan latar
belakang diatas yakni sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah Randai?
2. Bagaimana pelaksanaan Randai?
3. Apa tujuan dari Randai?
4. Apa hikmah dari Randai?
1.3 Tujuan
Laporan ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui bagaimana sejarah Randai.
2. Mengetahui pelaksaaan Randai.
3. Mengetahui tujuan dari Randai.
4. Mengetahui hikmah dari Randai.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Randai
Randai adalah penyajian kaba Minangkabau dalam bentuk drama atau teater tradisional
dengan pola lingkaran. Ia juga disebut sebagai teater rakyat populer bagi masyarakat
Minangkabau di Sumatera Barat yang merangkai lagu-lagu, tari, musik, seni bela diri, dan akting
untuk menceritakan cerita-cerita rakyat Minangkabau. Secara historis kehadiran randai di tengah
masyarakat Sumatera Barat sejalan dengan perjalanan sejarah masyarakatnya yang lebih dikenal
dengan latar kebudayaan Minangkabau. Sampai saat ini belum ada catatan sejarah yang dapat
dijadikan petunjuk, kapan kesenian randai itu muncul dalam kehidupan masyarakat
Minangkabau, serta siapa pencipta kesenian itu pertama kali.
Rusydi (2007:1) mengatakan, bahwa para budayawan, seniman Sumatera Barat serta para
pemimpin adat penghulu, niniak mamak baik yang berada dikelembagaan LKAAM (Lembaga
Kerapatan Adat Alam Minangkabau), sepakat mengatakan bahwa kesenian randai lahir
bersamaan dengan kehadiran serta perjalanan budaya itu sendiri yang dapat kita lihat diantaranya
dalam catatan “Tambo Alam Minangkabau” meskipun tambo ini tidak mempunyai catatan
tanggal dan tahun kejadian yang pasti seperti catatan sejarah.
2.2 Pelaksanaan Randai
Randai adalah satu persembahan yang berkonsepkan gerak tari silat yang diselingi
nyanyian berunsur lagu rakyat serta diiringi musik caklempong, rebana, saluang dan gong.
Berbagai pendapat menyatakan bahwa Randai adalah tarian yang dipersembahkan oleh beberapa
orang yang menari, bernyanyi dan bertepuk tangan. Randai adalah kesenian teater yang
3
diselenggarakan tanpa panggung, tanpa dekorasinya, karena pada dasarnya memang dilakukan di
alam terbuka, sehingga rakyat pun bisa menyaksikannya.
Menurut Khairul Harun (1979:83), Randai dari segi makna bermaksud peristiwa yang
dipandang sebagai perumpamaan atau ibarat, sedangkan tarian dalam Randai menjadi pelengkap
atau daya tarik. Dalam Randai, disajikan ucapan yang bersifat perpisahan sehingga Randai juga
digolongkan sebagai teater tradisional rakyat di Minangkabau. Persembahan Randai penuh
dengan pembicaraan berandai-andai yang dihiasi dengan kiasan-kiasan, perumpamaan, dan lainlain termasuk seni bicara (pertuturan) yang lahir secara spontan dalam bentuk cerita atau disebut
“kaba” dalam dialek Minangkabau. Kaba dalam perkataan Minangkabau ialah cerita. Bakaba
ialah bercerita.Ada cerita yang disampaikan dalam semasa menari. Langkah dan gerakan seperti
pencak silat. Ia dipersembahkan secara berkeliling atau dalam lingkaran, dan jumlah pelakonnya
tidak ditetapkan (Darwis, 1964: 31). Kesenian Randai ini dalam ceritanya mencerminkan
kehidupan masyarakat Minangkabau itu sendiri. Begitu juga dengan gerakan silat yang
digunakan biasanya merupakan gerakan silat dari daerah setempat. Masing-masing pemain
saling berbalas syair, pantun, petatahpetitih, ataupun gurindam. Biasanya pemain Randai yang
memerankan tokoh utama akan berada ditengah sambil dikelilingi oleh pemain lainnya.
Beberapa peristiwa dan tokoh dari sebuah cerita mulai divisualisasikan dan di
dramatisasikan sehingga muncul lakonan dan dialog dalam kesenian tersebut. Dari proses
perkembangan tersebut, muncul unsur-unsur dan ciri-ciri esensial yang baru dari bentuk kesenian
Randai sebagai teater rakyat.Kewujudan kesenian ini bermula dari perkembangan beberapa
bentuk kesenian sehingga menjadi suatu bentuk kesenian baru
4
Selain itu, menurut Encik Fendi, penggiat seni dari Jabatan Kesenian, Kebudayaan dan
Warisan Negeri Sembilan (JKKWNS), Randai di Minangkabau hidup dan berkembang dari pola
gerakan gelombangnya yang banyak bersumber dari gaya pencak dan silat.
2.3 Tujuan Randai
Dahulu Randai ditampilkan pada malam hari hingga menjelang subuh, berbeda dengan
Randai yang kita lihat pada hari ini. Durasi yang terbilang sangat singkat, bahkan nyaris tidak
ada lagi anak-anak remaja dan orang tuo-tuo yang memainkan Randai di desa-desa seperti yang
dilakukan nenek moyang kita dahulu. Melestarian kesenian tradisional khususnya Randai
merupakan kewajiban bagi semua lapisan masyarakat dan lembaga,baik formal maupun non
formal. Dalam hal ini yang menjadi pokok pembahasan adalah kesenian tradisional Randai,
Navis (1984:276) menyatakan bahwa : “Randai berasal dari kata berandai-andai yang artinya
berangkaian secara berturut atau suara yang bersahutan. Suara yang besahutan adalah suara yang
bersenandung antara pemain yang satu dengan pemain yang lainnya. Tujuannya untuk
menyampaikan dendang yang beisikan pantun-pantun sehingga dendang tersebut tidak terputus
dan selalu bersambung”. Aktivitas kesenian Randai juga memiliki tujuan dalam penyambutan
tamu/ hiburan, Dalam acara yang dilaksanakan pemerintah kota Bukittinggi seni pertunjukan
senantiasa di hadirkan dengan tujuan agar yang dilaksanakan dapat berlangsung secara meriah
dan penyambutan tamu lebih semarak. Hal ini merupakan salah satu simbol atau pola hidup
kebudayaan masyarakat Minangkabau dalam menyambut sekaligus mempromosikan budaya
Minangkabau khususnya. Disamping itu, sebagai simbol ungkapan kebahagiaan dan rasa syukur
atas karunia yang telah Allah SWT berikan. Kesenian tradisional Randai selain digunakan dalam
acara yang diadakan, juga sering digunakan pada acara pernikahan dengan tujuan yang sama
yaitu untuk menghibur para tamu undangan yang datang ke acara pesta/hajatan. Kesenian Randai
5
pada pesta pernikahan baik dilaksanakan oleh masyarakat golongan ekonomi keatas maupun
ekonomi kebawah tujuan nya adalah untuk pengungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Juga ungkapan rasa kebahagiaan yang suatu keluarga ingin ditujukan kepada
masyarakat di lingkungan tempat pesta tersebut.
2.4 Hikmah Randai
Pakaian yang digunakan dalam kesenian Randai adalah pakaian adat Minangkabau yang
menyerupai pakaian penghulu dan juga bundo kanduang. Dari pakaian yang digunakan, masingmasing bagian memiliki makna tertentu. Deta saluak dan deta bakaruik yang dipasang dikepala
menggambarkan wawasan yang luas dan akal yang berlipat-lipat, mampu menyimpan rahasia,
tidak mudah diartikan dan saluak yang dipasng lurus mengartikan sifat benar dan adil. Baju
dengan lengan lapang dan tanpa saku memiliki makna sifat ringan tangan yang selalu membatu
orang-orang dalam kesusahan.Dalam kesenian Randai Minangkabau, celana yang digunakan
adalah celana longgar untuk para pemain musik dan pemeran tokoh dan celana galembong untuk
para penari benta. Celana longgar tersebut memiliki makna kemampuan untuk membuat langkah
kebijaksanaan dengan gerak yang ringan, santai dan tidak menyulitkan. Sedangkan celana
galembong yang dipakai oleh para penari yang digunakan menghasilkan bunyi dari pukulan para
penari bermakna sebagai seorang pendekar. Sesamping dari kain sarung yang digunakan oleh
para pemain juga memiliki arti kewaspadaan dan kehati-hatian seseorang dalam menjaga diri.
Kemudian cawek atau ikat pinggang memiliki makna kekukuhan ikatan atau pegangan dalam
menyatukan anak kemenakan, warga dalam suku dimanapun berada. Item lain yang digunakan
adalah keris yang disisipkan dipinggang memiliki makna kekuasaan yang digunakan dijalan
yang benar dan tidak digunakan untuk menjajah.
6
. Pemeran perempuan dalam Randai juga menggunakan kostum atau pakaian adat
Minangkabau berupa pakaian Bundo Kanduang. Jika pemain perempuan dalam kesenian Randai
menggunakan suntiang, itu berarti pemain tersebut dalam cerita Randai merupakan wanita yang
sudah menikah dan apabila pemeran wanitanya menggunakan tangkuluak ikek, hal tersebut
berarti dalam cerita Randai, pemeran wanita tersebut belum menikah. Dalam hal warna, kostum
yang digunakan dalam kesenian Randai Minangkabau juga memiliki makna tertentu.
Berdasarkan daerah-daerah di Minangkabau, warna kuning melambangkan Luhak Tanah Datar
(Padang Panjang), warna merah melambangkan Luhak Agam (Bukittinggi), dan warna hitam
melambangkan Luhak Lima Puluh Kota (Payakumbuh), dan tiga daerah ini dinamakan Luhak
Nan Tigo yang merupakan tempat lahirnya Minangkabau. Warna-warna sebagai variasi lain yang
hadir dalam kesenian Randai dimaknai sebagai Luhak rantau atau Luhak diluar Luhak Nan
Tigo.Dari segi sifat, warna-warna pada pakaian yang digunakan dalam kesenian Randai memiliki
arti yang berbeda pula. Warna kuning mengartikan seorang bintang, tokoh yang hebat dan juga
dimaknai sebagai sifat yang penyabar dan pendiam. Warna merah, sesuai dengan artinya secara
umum melambangkan sifat yang gagah berani. Warna hitam sendiri memiliki makna sifat
penyabar yang luar biasa ketika mendapatkan masalah. Warna pakaian biru memiliki arti sifat
seseorang yang netral dan mampu menjadi penengah saat terjadi konflik antara dua pihak.
Dalam kesenian Randai Minangkabau, salah satu objek sosialnya adalah gerakan dari para
penari benta. Gerakan yang dilakukan adalah simbol non verbal yang memiliki makna-makna
tertentu. Dalam kesenian Randai Minangkabau, gerakan yang digunakan adalah gerakan pencak
dan silat. Gerakan pencak dilakukan oleh para penari benta sedangkan gerakan silat dilakukan
oleh pemain ketika ada adegan perkelahian. Gerakan umum yang dilakukan dalam gerakan silat
adalah gerakan langkah nan ampek yaitu gerakan ke kanan, ke kiri, ke depan dan juga gerakan ke
7
belakang. Untuk gerakan pertahanan dari pencak silat terdiri dari elak yang berarti menghindar.
Elak dapat dilakukan dengan dua cara yakni gelek yang berarti menghindar dengan memiringkan
tubuh tanpa menggeser langkah dan kepoh yang berarti menepis serangan dengan gerakan tangan
atau kaki. Gerakan pertahanan berikutnya adalah tangkap yang berarti menangkis serangan
musuh dengan menangkap menggunakan kedua tangan. Gerakan pertahanan yang terakhir
adalah serang yang hanya boleh dilakukan jika sudah melakukan elak dan tangkap minimal tiga
kali. Dalam pertunjukan kesenian Randai Minangkabau, gerakan dilakukan dengan bentuk
lingkaran dan dimainkan secara berkeliling. Posisi melingkar tersebut bermakna persatuan dan
juga musyawarah dalam mengambil keputusan dan sesuai juga dengan sila ke-tiga dan ke-empat
dalam Pancasila.Sedangkan gerakan berkeliling dalam lingkaran yang dilakukan oleh para
pemain mengartikan para da‘i yang berkeliling untuk menyebarkan agama islam dari satu tempat
ke tempat lain sesuai dengan sejarah kesenian Randai Minangkabau. Kemudian dalam kesenian
Randai juga terdapat gerakan bertepuk sambil memperkecil lingkaran yang merupakan
penghantar untuk pemain kedalam lingkaran untuk melakukan dialog dan penghantar pemain
keluar dari arena setelah melakukan dialog.
Nyanyian dalam kesenian Randai dinamakan dendang yang sangat berfungsi dalam
Randai. Dendang berguna untuk menyampaikan kisah dan dikumandangkan sambil melingkar.
Awalnya seseorang mendendangkan sepotong kisah atau sebait pantun dan pada saat terakhir
mereka mengulang liriknya bersama-sama. Dendang ditampilkan dalam berbagai irama lagu
klasik Minangkabau. Ada irama cepat, ditampilkan dengan tempo yang amat cepat. Jika
dendangnya cepat, maka gerakan pencaknya juga cepat. Tukang dendang dalam Randai haruslah
memiliki suara yang merdu. Tukang dendang bisa laki-laki dan juga perempuan. Dendang dalam
Randai ini juga menggunakan liris prosa yakni cerita yang dimainkan dalam tujuh kata dan inilah
8
yang nantinya dijadikan dendang dalam Randai.Dimana dalam setiap kesenian Randai selalu
digunakan dendang Dayang Daini sebagai permulaan mereka menampilkan kesenian Randai.
Dayang Daini ini bermakna permintaan maaf seluruh pemain kepada para penonton yang juga
merupakan kerendahan hati yang ditunjukan oleh para pemain.Semua situasi simbolik yang ada
dalam kesenian Randai baik dari segi musik, gerakan dan kostum merupakan hal yang direspons
oleh manusia baik oleh pemain kesenian Randai selaku pelaku seni, hingga masyarakat umum
sebagai penikmat kesenian Randai. Dengan melibatkan seluruh hasil respons dari situasi
simbolik sebelumnya, maka akan menghasilkan sebuah produk yang disebut dengan produk
interaksi sosial. Produk interaksi sosial pada dasarnya merupakan makna. Tidak hanya makna
yang ada pada gerakan pemain dan benda di dalam kesenian Randai Minangkabau, namun juga
pemahaman dan pemaknaan kesenian Randai secara keseluruhan dimana kesenian randai
dimaknai sebagai nilai-nilai tertentu.Pemaknaan ini bersifat subjektif dimana pemaknaannya
tergantung pada perspektif dari masing-masing individu dalam merespons simbol-simbol yang
akan memengaruhi perilaku individu tersebut kedepannya.
Kesenian Randai dimaknai sebagai kesenian yang memiliki nilai budaya yang harus
diteruskan dari satu generasi ke generasi lain.Kesenian Randai ini merupakan kesenian khas
budaya Minangkabau yang harus dilestarikan secara turun-temurun.Randai dipandang sebagai
nilai budaya yang memiliki banyak sekali makna dan ajaran yang tidak boleh dilupakan sama
sekali. Apalagi di zaman sekarang yang sudah canggih yang membuat budaya luar dapat dengan
mudah masuk ke Minangkabau dan menggeser budaya asli Minangkabau termasuk kesenian
Randai.Kesenian Randai juga dinilai memiliki nilai adat-istiadat Minangkabau. Kesenian Randai
menjelaskan bagaimana sebenarnya falsafah adat Minangkabau, baik itu adat-istiadat yang masih
digunakan saat ini maupun adat yang sudah mulai ditinggalkan bahkan yang tidak dipakai lagi.
9
Kesenian Randai merupakan sebagai sesuatu yang memiliki nilai historis yang tinggi. Kesenian
Randai menceritakan bagaimana sejarah Minangkabau dari zaman dahulu yang diangkat dari
kaba.Kesenian Randai dapat dimaknai sebagai alat pemersatu karena siapaun dan bagaimanapun
latar belakangnya, menjadi satu dalam kesenian Randai tanpa dibeda-bedakan.
10
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Dari pembahasan diatas bisa disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Dilihat dari sisi sejarah, secara historis kehadiran randai di tengah masyarakat
Sumatera Barat sejalan dengan perjalanan sejarah masyarakatnya yang lebih
dikenal dengan latar kebudayaan Minangkabau. Sampai saat ini belum ada catatan
pasti sejarah yang dapat dijadikan petunjuk, kapan kesenian randai itu muncul
dalam kehidupan masyarakat Minangkabau, serta siapa pencipta kesenian itu
pertama kalinya.
2. Randai sebagai teater rakyat tergolong dalam seni persembahan tradisional yang di
dalamnya terkandung unsur-unsur seni seperti tarian (gelombang), nyanyian
(dendang/ gurindam), dan seni peran (lakonan-dialog), sehingga dalam penyajian
cerita/kaba terdapat pelakon/pemeran utama. Persembahan Randai dilakukan
dalam posisi melingkar (lingkaran) dan penonton bertepuk tangan sembari
melantunkan sebuah pantun yang didendangkan/digurindamkan. Dengan demikian
Randai sebagai teater rakyat disubstansikan sebagai menyampaikan ‘pesan’
melalui Kaba yang disajikan.
3. Kesenian Randai dipandang sebagai budaya yang memiliki nilai historis yang
tinggi menjelaskan bagaimana sebenarnya falsafah adat Minangkabau secara
simbolik, nilai sejarah, alat pemersatu, nilai agama islam, adat-istiadat,
pendidikan, dan seni yang harus dijaga dan dilestarikan oleh generasi penerus di
Minangkabau sehingga tidak tergerus oleh arus zaman dan dilupakan begitu saja.
11
DAFTAR PUSTAKA
Dahrizal, Musra. 2007. Tigo Carito Randai Kaba Umbuik Mudo. Padang: Dewan Kesenian Sumatera
Barat.
Koentjaraningrat. 1998. Pengantar Antropologi II. Jakarta: Pt Rineka Cipta.
Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya Offser.
Navis, A.A. 1984. Alam Terkembang jadi Guru. Jakarta: Grafitipers.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada.
Rusydi. 2007. Randai “ Teater Rakyat Sumatera Barat”. Padang: Kantor Dinas
Pendidikan Kecamatan Pauh.
Sudjiman, Panuti. 1992. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Udin, Syamsuddin. 1987. Struktur Kaba Minangkabau. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Kebudayaan.
Yusriwal, Msi. 2004. Teori Kebudayaan. Padang: FSUA.
Abdul Hamid Adnan. 2004. Muzik Caklempong. Kuala Lumpur. Dewan Bahasa dan Pustaka.
Abdul Razak Hasan. 1984. Negeri Sembilan Dahulu dan Sekarang. Kuala Lumpur. Persatuan Muzium.
Basrowi dan Suwandi.2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta:Rineka Cipta.
Indrayuda. 2013. Randai Suatu Aktifitas ksesenian dan Media Pendidikan Tradisional. Padang: Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Barat UPTD Taman Budaya.
Kayam, Umar. 1981. Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan. Murgiyanto, sal.1983.
Koreografi. Departemen pendidikan dan kebudayaan: Jakarta.
Navis, A.A 1984. Alam Takambang Jadi Guru. Jakarta: PT. Grafiti Perpustakaan. Ranjabar,
Jacobus.2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia (suatu pengantar). Bandung:Ghalia.
Zulkifli. 1993. Randai Sebagai Teater Rakyat Minangkabau di Sumatera Barat Dalam Dimensi Sosial
Budaya. Tesis. Yogyakarta.
Putri, Jelly Dwi. 2014. Makna Simbol Tradisi Marosok dalam Transaksi Jual Beli Ternak di Desa
Cubadak, Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Pekanbaru. Universitas Riau.
Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta : LKiS.
Maran, Rafael Raga. 2007. Manusia dan Kebudayaan: Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Zulkarnaini. 2003. Budaya Alam Minangkabau. Bukittinggi: Usaha Ikhlas.
12
Download