Uploaded by lusyananikita6

tugas makalah DHS

advertisement
TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1
(KASUS DHF)
DOSEN PENGAJAR
Ns.RIRIN SRI HANDAYANI.,M.Kep.Sp.KMB
DISUSUN OLEH
NAMA
: LUSYANA NIKITA SIAHAAN
NIM
: 1914401023
KELAS
: TINGKAT 2 REGULER 1
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
BAB I
PEMBAHASAN
Seorang pasien wanita usia 18 tahun dirujuk ke RS karena Demam Berdarah Dengue (DBD).
Hasil pemeriksaan Rumple Leed di puskesmas dinyatakan positif DBD/DHF. Keluhan utama
pasien saat masuk RS adalah lemas, demam tinggi, tidak bisa makan, mimisan (keluar darah dari
hidung) dan gusi berdarah. Hasil pemeriksaan fisik tampak pasien lemah, kulit kemerahan,
hangat, bibir pecah-pecah, mukosa mulut kering, ujung kaki dan tangan dingin. Pemeriksaan
tanda vital TD 100/70 mmHg, Nadi 90 x/menit, suhu 39 derajat celcius, respirasi 18 x/menit.
1. Apakah yang dimaksud dengan Demam Berdarah Dengue ?Penyebab dan Cara Penularannya?
2. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan Rumple Leed ? Bagaimana SOP pemeriksaannya ?
Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaannya ?
3. Bagaimana mekanisme patofisiologi terjadinya perdarahan pada pasien DBD ? dan bahaya
apakah yang mengancam pasien jika terjadi perdarahan ? Dan bagaimana
penatalaksanaannya?
4. Sebutkan 1 masalah keperawatan UTAMA untuk pasien diatas, Gunakan SDKI
Jawaban :
1. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan
pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan
perdarahan-perdarahan. DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, dan
disebarkan oleh artropoda. Virus Dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk
dalam kelompok B Airthopod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal
sebagai genus Flavivirus, Famili Flaviviradae dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3, DEN-4. Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Demam
Berdarah Dengue, antara lain faktor host, lingkungan (environment) dan faktor virusnya
sendiri. Faktor host yaitu kerentanan (susceptibility) dan respon imun. Faktor
lingkungan (environment) yaitu kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah
hujan, angin, kelembaban, musim), Kondisi demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat
istiadat, sosial ekonomi penduduk). Untuk penularannya Virus dengue masuk ke dalam tubuh
nyamuk pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, kemudian virus
dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus yang infeksius.
Seseorang yang di dalam darahnya memiliki virus dengue (infektif) merupakan sumber
penular DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum
demam (masa inkubasi instrinsik). Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus
dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan
berkembangbiak dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk, dan juga dalam kelenjar
saliva. Kira-kira satu minggu setelah menghisap darah penderita (masa inkubasi ekstrinsik),
nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini akan tetap berada dalam
tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah
menghisap virus dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya.
Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum menghisap
darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (probosis), agar darah yang
dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke
orang lain.. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-pindah berkalikali dari satu individu ke individu lain (multiple biter). Hal ini disebabkan karena pada siang
hari manusia yang menjadi sumber makanan darah utamanya dalam keadaan aktif
bekerja/bergerak sehingga nyamuk tidak bisa menghisap darah dengan tenang sampai
kenyang pada satu individu. Keadaan inilah yang menyebabkan penularan penyakit DBD
menjadi lebih mudah terjadi.
2. Test rumple leed atau yang biasa dikenal dengan tes kerapuhan kapiler merupakan metode
diagnostik klinis untuk menentukan kecenderungan perdarahan pada pasien. Tes ini menilai
kerapuhan dinding kapiler dan digunakan untuk mengidentifikasi trombositopenia.
SOP PEMERIKSAAN RUMPLE LEED
a. Definisi
Rumple leed test adalah pemeriksaan bidang hematologi dengan melakukan
pembendungan pada bagian lengan atas selama 10 menit untuk uji diagnostik kerapuhan
vaskuler dan fungsi trombosit.
b. Tujuan


Untuk mendeteksi adanya perdarahan di bawah kulit (petekie) sebagai tanda demam
berdarah.
Untuk mengetahui ketahan/kerapuhan dinding pembuluh darah derta jumlah dan fungsi
trombosit.
c. Persiapan
1. Persiapan Alat
 Tensimeter lengkap dengan manset
2. Persiapan Klien
 Ucapkan salam.
 Bina hubungan saling percaya perawat dengan klien.
 Klien diberitahu maksud, tujuan dan langkah-langkah pemeriksaan status kaki.
 Buat kontrak waktu pemeriksaan dengan klien.
 Atur posisi kaki klien dengan cara meluruskan kaki klien di tempat tidur.
3. Persiapan Lingkungan
 Jaga privacy
klien dengan cara memasang sampiran atau menutup horden pembatas kamar.
 Atur pencahayaan ruangan.
 Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
d. Prosedur
1.
Mendekatkan alat-alat ke sekitar klien.
2.
Lakukan cuci tangan.
3.
Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
4.
Atur posisi dalam keadaan berbaring
5.
Lakukan pengukuran tekanan darah
6.
Hitung batas tekanan sistolik dan tekanan diastolik kemudian jumlahkan batas
kedua tekanan tersebut dan bagi dua dengan rumus
MAP:
7.
Lakukan pengukuran MAP dengan mempertahankan tekanan hasil pengukuran
MAP sampai kurang lebih 5 menit.
8.
Setelah itu turunkan tekanan secara perlahan-lahan
9.
Baca hasil positiif :
+
: Tidak ditemukan petekie (<20)
: adanya petekie (> 20)
10. Catat hasil pengukuran
11. Bereskan alat-alat yang telah dipergunakan
12. Rapihkan kembali klien.
13. Ucapkan salam.
14. Buka sarung tangan, lalu buang ke dalam bengkok.
15. Lakukan cuci tangan.
16. Dokumentasikan seluruh hasil pengumpulan data pada format yang telah disiapkan.
Hasil dan pembahasan :
Pada hasil pemeriksaan seorang wanita dengan tekanan sistol 100 mmHg dan tekanan dastol 70
mmHg sehingga pada pemeriksaan rumple leed ini digunakan tekanan 85 mmHg. Pada rumple
leed test tekanan 85 mmHg dipertahankan selama 10 menit, kemudian setelah 10 menit tekanan
diturunkan secara perlahan dan didapatkan peteki yang berjumlah lebih dari 20 peteki. Maka
dapat disimpulkan bahwa klien positif mengalami perdarhan atau kerapuhan kapiler darah yang
disebabkan oleh trombositopenia.
3. Patofisiologi utama DBD adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah,
menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik.
Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari permulaan masa demam dan
mencapai puncaknya pada masa renjatan. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan
menghilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Meningginya nilai
hematokrit menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke
daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang rusak. Trombositopenia merupakan kelainan
hematologis yang sering ditemukan. Trombositopenia diduga akibat meningkatnya destruksi
trombosit dan depresi fungsi megakariosit. Trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit
dianggap sebagai penyebab utama terjadinya pendarahan pada DBD. Selain trombositopenia,
kelainan sistem koagulasi juga berperan dalam perdarahan penderita DBD. Perdarahan kulit
pada penderita DBD umumnya disebabkan oleh faktor kapiler, gangguan fungsi trombosit dan
trombositopenia, sedangkan perdarahan masif terjadi akibat kelainan mekanisme yang lebih
kompleks lagi, yaitu trombositopenia, gangguan faktor pembekuan dan kemungkinan besar
oleh faktor Disseminated Intravascular Coagulation. Bahaya yang dapat mengancam pasien
DBD bisa terjadi seperti Gusi berdarah, hidung berdarah, sampai perdarahan vagina. Apabila
perdarahan tidak segera dilakukan maka akan berakibat terjadinya syok dan kematian.
Tata Laksana DBD Pada Dewasa :
Protokol 1 Penanganan Tersangka ( Probable ) DD/DBD dewasa tanpa syok
Protokol 2 Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat
Protokol 3 Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht > 20 %
Protokol 4 Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD dewasa
Protokol 5 Tatalaksana sindroma syok Dengue pada dewasa
4. Hipertermia b.d proses penyakit (mis.infeksi,kanker)
DAFTAR PUSTAKA
CDC. 2003. Dengue Fever. Division of Vector-Borne Infectious Diseases
Dahlan, M.S.,2009, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran
dan kesehatan, Edisi 2, Jakarta, Salemba Medika
Aziz Alimul Hidayat, A. 2008. Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak hlm. 46. Jakarta: EGC
Guyton dan Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku EGC:
Jakarta.
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
Download