1. Pengertian grafik barber johnson Pada tahun 1973, Barry Barber, M.A., PhD., Finst P., AFIMA dan David Johnson, M.Sc berusaha merumuskan dan memadukan empat parameter untuk memantau dan menilai tingkat efisiensi penggunaan TT untuk bangsal perawatan pasien. Keempat parameter yang dipadukan tersebut yaitu BOR, ALOS, TOI dan BTO. Perpaduan keempat parameter tersebut lalu diwujudkan dalam bentuk grafik yang akhirnya dikenal sebagai grafik Barber-Johnson (B). 2. Manfaat grafik Barber Johnson Grafik Barber Johnson bisa dimanfaatkan untuk : 1. Membandingkan tingkat efisiensi penggunaan TT dari suatu unit (RS atau bangsal) dari waktu ke waktu dalam periode tertentu, misalnya tingkat efisiensi penggunaan TT bangsal Mawar RS XYZ dari tribulan IV selama tahun 2008. 2. Memonitor perkembangan pencapaian target efisiensi penggunaan TT yang telah ditentukan dalam suatu periode tertentu. 3. Membandingkan tingkat efisiensi penggunaan TT antar unit (misalnya antar bangsal di suatu RS) dalam periode tertentu memantau dampak dari suatu penerapan kebijakan terhadap efisiensi penggunaan TT. 4. Mengecek kebenaran laporan hasil perhitungan empat parameter efiisiensi penggunaan TT (BOR, ALOS, TOI, dan BTO). Jika keempat garis bantunya berpotongan di satu titik berarti laporan hasil perhitungan tersebut benar. Makna Grafik Barber Johnson 1. Semakin dekat titik/garis percentage bed occupancy dengan sumbu Y, maka percentage bed occupancy semakin tinggi. 2. Semakin dekat garis throughput dengan perpotongan sumbu X dan Y, maka menunjukkan bahwa discharges dan deaths per available bed (throughput/ BTO ) semakin tinggi jumlahnya. 3. Jika rata-rata turn over interval tetap, tetapi length of stay berkurang, maka percentage bed occupancy-nya akan menurun (Benjamin dan Perkins, 1961). 4. Apabila turn over interval tinggi, kemungkinan disebabkan karena organisasi yang kurang baik, kurangnya permintaan (demand) akan tempat tidur atau kebutuhan tempat tidur darurat (the level and pattern of emergency bed requirements). Turn over interval yang tinggi dapat diturunkan dengan mengadakan perbaikan organisasi, tanpa mempengaruhi length of stay. 5. Bertambahnya length of stay disebabkan karena kelambanan administrasi (administrative delays) di rumah sakit, kurang baiknya perencanaan dalam memberikan pelayanan kepada pasien (patient scheduling) atau kebijaksanaan di bidang medis (medical policy). 6. Daerah efisien adalah daerah yang dibatasi oleh nilai : 7. Turn Over Interval antara 1 s/d 3 hari 8. Percentage Bed Occupancy minimal 75% 3. Indikator yang digunakan untuk membuat Grafik Barber Johnson Pembuatan grafik Barber Johnson yaitu menggunakan data pada sensus harian rawat inap. Pada sensus harian rawat inap selain dihitung jumlah pasien yang masih ada dihitung juga jumlah pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama dengan hari pelaksanaan sensus. Sensus umumnya dilaksanakan sekitar tengah malam (menjelang jam 24.00). sebenarnya sensus boleh dilaksanakan jam berapapun asalkan jam sensus yang dipilih tersebut harus tetap konsisten/tetap dan seragam pada semua unit pelaksanaan sensus. Kebiasaan penetapan jam pelaksanaan sensus harian menjelang tengah malam ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain : 1. Suasana umumnya lebih tenang, tidak banyak pengunjung/keluarga pasien dan petugas lainnya. 2. Suasana umumnya lebih nyaman, tidak panas seperti pada siang hari. 3. Suasana umumnya lebih santai, tidak sedang sibuk seperti pada jam kerja. 4. Sensus akan lebih identik dengan periode waktu 24 jam dalam pengertian hari, tidak memenggal hari. Dalam sensus harian rawat inap, yang dilaporkan bukan hanya pasien yang masih dirawat namun meliputi : 1. Jumlah pasien awal di unit tersebut pada periode sensus. 2. Jumlah pasien baru yang masuk. 3. Jumlah pasien transfer (jumlah pasien yang pindah dari unit/bangsal lain ke bangsal tersebut dan jumlah pasien yang dipindahkan dari bangsal tersebut ke bangsal lain). 4. Jumlah pasien yang keluar/pulang dari bangsal tersebut (hidup ataupun mati). 5. Jumlah pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama dengan hari pelaksanaan sensus di bangsal tersebut. 6. Jumlah akhir/sisa pasien yang masih dirawat di unit tersebut. 7. Bayi baru lahir dihitung tersendiri/ terpisah dalam laporan perinatologi. Dari sensus harian rawat inap kita dapat menghitung angka BOR, LOS, TOI dan BTO yang akan digunakan dalam Grafik Barber Johnson dengan perincian sebagai berikut: 1. BOR (Bed Occupancy Rate) BOR merupakan angka yang menunjukan prosentase penggunaan TT unit rawat inap. Dalam perhitungan BOR, umumnya hal-hal yang berkaitan dengan bayi baru lahir (perinatologi) akan dicatat. Dihitung dan dilaporkan secara terpisah jadi, jumlah T tidak termasuk TT bayi baru lahir (bassinet) dan jumlah HP juga tidak termasuk HP bayi baru lahir. BOR dihitung dengan cara membandingkan jumlah TT yang terpakai (O) dari jumlah TT yang tersedia (A). Perbandingan ini ditunjukan dalam bentuk prosentase. Dalam menghitung BOR tentunya diperlukan menghitung HP ( Hari Perawatan) yaitu jumlah hari perawatan dari setiap hari dalam periode tertentu. Angka ini bisa didapatkan dari formulir sensus dengan cara menyelisihkan antara tanggal keluar dengan tanggal masuk lalu dijumlah dalam satu periode. Rerata jumlah TT terpakai dalam suatu periode (O) sama dengan jumlah HP dalam periode tersebut dibagi dengan jumlah hari dalam periode yang bersangkutan (t), atau : jumlah HP = O/t Jadi rumus untuk menghitung BOR yaitu : BOR = O/A x 100 % Cara menghitung BOR kelompok bayi baru lahir (perinatologi) pada prinsipnya sama dengan rumus di atas, hanya saja yang digunakan adalah angka perinatologi. Jadi jumlah TT yang tersedia adalah jumlah TT perinatologi (bassinet) dan jumlah HP adalah HP dari kelompok perinatologi. Nilai BOR ideal secara statistik semakin tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi pula penggunaan TT yang ada untuk perawatan pasien. Namun perlu diperhatikan pula bahwa semakin banyak pasien yang dilayani berarti semakin sibuk dan semakin berat pula beban kerja petugas kesehatan di unit tersebut. Akibatnya, pasien bisa kurang perhatian yang dibutuhkan dan kemungkinan infeksi nosokomial juga meningkat. Pada akhrnya BOR yang terlalu tinggi ini justru bisa menurunkan kualitas kerja tim medis dan menurunkan kepuasan serta keselamatan pasien. Dan semakin rendah nilai BOR maka dengan kata lain jumlah pasien yang dirawat hanya sedikit dan menimbulkan kesulitan ekonomi bagi pihak rumah sakit. Dengan memperhatkan hal-hal diatas maka perlu adanya suatu nilai ideal yang menyeimbangkan kualitas medis, kepuasan pasien, keselamatan pasien dan aspek pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. Nilai ideal BOR yang disarankan adalah 75 % – 85 %. 2. AVLOS (Average Length Of Stay) Yaitu rata-rata jumlah hari pasien rawat inap yang tinggal di ru—mah sakit, tidak termasuk bayi baru lahir. Standar efisiensi LOS yaitu 3-12 hari dan LOS dianjurkan serendah mungkin tanpa mempengaruhi kualitas pelayanan perawatan. Jumlah pasien keluar (hidup dan mati) disimbolkan dengan D. LOS = O x t D Dari aspek medis, semakin panjang LOS maka menunjukkan kinerja kualitas medis yang kurang baik karena pasien harus dirawat lebih lama(lama sembuhnya). Dari aspek ekonomis, semakin panjang LOS berarti semakin tinggi biaya yang nantinya harus dibayar oleh pasien jadi diperlukan keseimbangan antara sudut pandang medis dan ekonomi untuk menentukan LOS yang ideal. Nilai LOS yang disarankan yaitu antara 3-12 hari. 3. TOI ( Turn Over Interval) Digunakan untuk menentukan lamanya rata-rata tempat tidur kosong antara pasien keluar atau mati dengan pasien masuk. TOI = ( A-O) x t D Semakin besar angka TOI, berarti semakin lama saat kosongnya TT. Hal ini berarti TT tidak produktif. Kondisi ini tidak menguntungkan dari segi ekonomi rumah sakit. Dan semakin kecil angka TOI berati semakin singkat saat TT menunggu pasien berikutnya. Hal ini berarti TT sangat produktif, apalagi jika TOI = 0 berarti TT tidak sempat kosong satu hari pun ini menguntungkan dari segi ekonomi. Tapi sangat merugikan bagi pasien karena TT tidak sempat disiapkan secara baik. Akibatnya kejadian nosokomial mungkin bisa meningkat. Nilai TOI yang ideal disarankan yaitu antara 1-3 hari. 4. BTO ( Bed Turn Over) Adalah beberapa kali satu tempat tidur dipakai oleh pasien dalam periode tertentu. Standar efisiensi BTO adalah 30 kali satu tahun. BTO =D/A Semakin tinggi BTO maka TT tersebut semakin sering digunakan bergantian. Kondisi ini mudah menimbulkan ketidakpuasan pasien, bisa menurunkan kinerja kualitas medis, bisa meningkatkan kejadian nosokomial karena tempat tidur tidak sempat dibersihkan atau disterilkan. Nilai BTO yang ideal disarankan yaitu 30 pasien pertahun. Hal ini sejalan dengan nilai ideal LOS yang disarankan yaitu 3-12 hari. 4. Cara Membuat Grafik Barber Johnson Ketentuan-ketentuan yang harus diingat waktu membuat grafik Barber Johnson yaitu: 1. Skala pada sumbu horisontal tidak harus sama dengan skala sumbu vertikal. 2. Skala pada suatu sumbu harus konsisten. 3. Skala pada sumbu vertikal dan horizontal dimulai dari angka 0 dan berhimpit membentuk koordinat 0,0. 4. Judul grafik harus secara jelas menyebutkan nama Rumah Sakit, nama bangsal (bila perlu), dan periode tertentu. 5. Garis bantu BOR dibuat dengan cara : 6. Tentukan nilai BOR yang akan dibuat garis bantunya, misalnya BOR = 75 % 7. Tentukan koordinat titik bantu BORnya sesuai nilai BOR tersebut, misalnya untuk BOR 75 % maka koordinat titik bantunya adalah : 8. LOS = nilai BOR dibagi 10 = 75/10 – 7,5 9. TOI = 10 – nilai LOS = 10 – 7,5 = 2,5 (contoh lain, untuk membuat garis bantu BOR = 60% maka koordinat titik bantunya adalah LOS = 6 dan TOI = 4 ). 1. Tarik garis mulai dari koordinat 0,0 melewati titik bantu BOR tersebut. 2. Beri keterangan, misalnya bahwa garis tersebut adalah BOR = 75 %. 3. Garis bantu BTO dibuat dengan cara : 4. Tentukan nilai BTO yang akan dibuat garis bantunya, misalnya BTO = 10. 5. Tentukan titik bantu disumbu LOS dan TOI (nilainya sama) dengan cara : Titik bantu = (jumlah hari pada periode laporan) dibagi (nilai BTO) = 30/10 = 3, Jadi lokasi titik bantunya adalah LOS = 3 dan TOI = 3. (Contoh lain, untuk membuat garis bantu BTO = 20 untuk periode tribulan I maka titik bantunya adalah LOS = 4,5 dan TOI = 4,5. Angka 4,5 ini didapat dari 90/20, dimana 90 adalah jumlah hari dalam periode tribulan I dan 20 adalah nilai BTO yang akan dibuat garis bantunya). 1. Tarik garis yang menghubungkan kedua titik bantu tersebut. 2. Beri keterangan, misalnya bahwa garis tersebut adalah BTO = 10. 3. Daerah efisiensi dibuat dan merupakan daerah yang dibatasi oleh perpotongan garis : 4. TOI = 1 5. TOI = 3 6. BOR = 75% – 85% 7. LOS = 3-12 8. Tentukan titik BOR,LOS,TOI dan BTO kemudian tentukan titik Barber Johnson 5. Cara membaca grafik Barber Johnson Untuk membaca grafik Barber Johnson, lihatlah posisi titik Barber Johnson terhadap daerah efisien. Apabila titik Barber Johnson terletak di dalam daerah efisien berarti penggunaan TT pada periode yang bersangkutan sudah efisien. Sebaliknya, apabila titik Barber Johnson masih berada diluar daerah efisien berarti penggunaan TT pada periode tersebut masih belum efisien. 1. Perbandingan Indikator efisiensi tempat tidur menurut Depkes dan Barber Johnson 6. Contoh Cara Membuat dan Menggunakan Grafik Barber Johnson 1. Skala sumbu horisontal (sumbu x) tak harus sama dengan skala sumbu dengan vertikal (y). Disini kita gunakan kertas strimin kotak kecil dengan x 2 kotak, y 1 kotak. 2. Buatlah judul grafik dengan menyebutkan nama RS, nama bangsal dan periode waktu. 3. Buat garis bantu BOR. Tentukan koordinat titik bantu membuat BOR dihitung dengan cara berikut: a. Untuk BOR 90 % LOS : 90/10 = 9 TOI : 10-9 = 1 b. Koordinat 80% LOS: 80/10 = 8 TOI: 10-8 = 2 c. Koordinat 70% LOS: 70/10 = 7 TOI: 10-7 = 3 d. Koordinat 50% LOS: 50/10 = 5 TOI: 10-5 = 5 4. Buat garis bantu BTO (LOS, dan TOI nilainya sama) Titik bantu = jumlah hari periode laporan : nilai BTO a. Untuk BTO 30 pasien : 365/30 = 12,16 (LOS, TOI) b. Untuk BTO 20 pasien : 365/20 = 18,25 (LOS, TOI) c. Untuk BTO 15 pasien : 365/15 = 24,3 (LOS, TOI) d.Untuk BTO 12,5 pasien : 365/12,5 = 29,2 (LOS, TOI) e. Buatlah daerah EFISIEN, dengan perpotongan garis berikut : TOI = 1 TOI = 3 BOR = 75% (Sudra, 2010). ada juga versi lain yang menyebutkan jika untuk daerah efisien menggunakan nilai ideal dari indikator BOR, ALOS, TOI dan BTO menurut barber johnson. untuk perbedaan penggunaan daerah efisien tergantung rumah sakit prosedurnya bagaimana. karena ada teori yang menggunakan teori Pak Rano ada juga rumah sakit yang menggunakan teori nilai efisien dari BOR, LOS, ToI dan BTO berdasarkan hasil pengamatan penulis. berikut jika menggunakan teori daerah efisien dari barber johnson Jika perhitungan nilai keempat parameter tersebut benar (datanya benar, rumusnya benar, cara menghitungnya benar, dan pembulatannya benar) maka seharusnya keempat garis bantu itu akan berpotongan di satu titik. Titik itulah yang tadi disebutkan sebagai titik Barber Johnson. Apabila titik Barber Johnson yang telah dihubungkan berada diluar garis segitiga arsiran titik efisien Barber Johnson maka penggunaan tempat tidur di suatu rumah sakit belum efisien.