TUGAS : FARMASI KLINIK DOSEN : Dra. Hj. Nursiah Hasyim, CES, Apt SKRINING DALAM PROSES PERESEPAN DISUSUN OLEH : KELOMPOK KELOMPOK II (KELAS B) SUHARTINA N21116 083 HARDYANTI MUBARAK N21116 856 NURUL MAGFIRAH ISLAMIYAH N21116 860 ABDULRRACHMAN ACHMAD N21116 864 USWATUN HASANAH N21116 869 NUZUL FAJRIANI N21116 875 A. NUR ISTIQAMAH N21116 880 YULIYANTI NIODE N21116 887 ABDUL SULHADI HASILI N21116 901 DEWI MEGAWATY N21116 909 ARLIN FIRDAUS N21116 086 ALMY SARAH ZULFYANA N21116 089 FIRDHAFITRA N21116 932 RUSTINA N21116 943 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014, Bab 1, Pasal 1(4) menyebutkan bahwa “ Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku ”. Sandy 2010 menyatakan bahwa resep yang baik harus memuat cukup informasi yang memungkinkan ahli farmasi yang bersangkutan mengerti obat apa yang akan diberikan kepada pasien. Namun pada kenyataanya, masih banyak permasalahan yang ditemui dalam peresepan. Beberapa contoh permasalahan dalam peresepan adalah kurang lengkapnya informasi pada pasien, penulisan resep yang tidak jelas atau sulit untuk dibaca, kesalahan penulisan dosis, tidak dicantumkannya aturan pemakaian oba yang jelas, tidaka menuliskan rute pemberian obat, dan tidak mencantumkan tanda tangan atau paraf dokter (Cahyono, 2008). Banyak faktor yang mempengaruhi permasalahan dalam peresepan, sehingga diperlukan kepatuhan dokter dalam melaksanakan aturan-aturan dalam penulisan resep sesuai undang-undang yang berlaku (Gibson et al, 1996). Permasalahan dalam peresepan merupakan salah satu kejadian medication error. Menurut Surat Keputusn Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan bahwa medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. Bentuk medication error yang terjadi adalah pada fase prescribing (error terjadi pada penulisan resep) yaitu kesalahan yang terjadi selama proses peresepan peres epan obat atau penulisan resep. Dampak dari kesalahan tersebut sangat beragam, mulai yang tidak memberi resiko sama sekali hingga terjadinya kecacatan atau bahkan kematian (Dwiprahasti dan Kristin, 2008). Selain itu, Hartayu dan Aris, 2005 menyebutkan bahwa medication error yang terjadi dapat menyebabkan kegagalan terapi, bahkan dapat timbul efek obat yang idak diharapkan seperti terjadinya interaksi obat. Interaksi obat didefinisikan sebagai reaksi yang terjadi antara obat dengan senyawa kimia (obat lain, makanan) didalam tubuh maupun pada permukaan tubuh yang dapat mempengaruhi kerja obat sehingga dapat terjadi peningkatan/pengurangan kerja obat atau bahkan obat sama sekali tidak menimbulkan efek. Defenisi yang lebih relevan adalah ketika obat bersaing satu dengan yang lainnya la innya aau yang terjadi terj adi ketika suatu obat hadir bersama dengan obat yang lainnya (Stockley, 2008). Mekanisme interaksi obat dapat dapat dibagi menjadi interaksi yang melibatkan aspek farmakokinetik obat dan interaksi yang mempengaruhi respon farmakodinamik obat. Interaksi farmakokinetik dapat terjadi pada beberapa tahap, meliputi absorbsi, distribusi, metabolisme dan eksresi. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi dimana efek suatu obat diubah oleh obat lain pada tempat aksi (Fradgley, 2003). Hasil penelitian prawitosari 2009 menemukan bahwa dalam peresepan ditemukan ketidakjelasan penulisan signa sebanyak 50,8%, kesalahan penulisan dosis obat sebanyak 50,8% dan paraf dokter sebanyak 6,8%. Selain itu, penelitian oleh Octavia (2011) mendapatkan kesalahan penulisan bentuk sediaan sebanyak 60,2%, rute pemberian 84,2% dan frekuensi penggunaan obat 75,5%. Studi lain yang dilakukan oleh Mayasari (2015) yang melibatkan 240 lembar resep, 107 lembar resep mengalami interaksi obat dengan mekanisme interaksi farmakokinetik sebanyak 3,74%, farmakodinamik 59,81%, dan tidak diketahui 36,45%. 1.2. Rumusan Masalah Dari uraian diatas menunjukkan bahwa masih terdapat banyak masalah dalam penulisan resep. Resep yang rasional harus memenuhi beberapa persyaratan kelengkapan dalam penulisan resep diantaranya kelengkapan administratif dan kelengkapan farmasetik. Kegiatan untuk menilai kelengkapan persyaratan ini disebut skiring resep. Skrining resep merupakan suatu hal yang penting untuk menjamin obat yang digunakan oleh pasien sesuai kebutuhan dan permintaan oleh dokter yang merawatnya. Oleh karena itu makalah ini untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan Ketidak lengkapan lengkapan tersebut, meliputi bagian bagian administrasi, farmasetik, dan klinis 1.3. Tujuan Makalah 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengkaji dan menskrining beberapa contoh resep dari bebagai sumber. 1.3.2. Tujuan khusus Secara khusus, makalah ini bertujuan untuk : a. Mengetahui kelengkapan contoh resep ditinjau dari persyaratan administrasi, farmasetik dan klinis. b. Mendapatkan gambaran interaksi obat yang terdapat pada contoh resep yang diperoleh. 1.4. Manfaat Makalah Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut : 1.4.1. Manfaat teoritis Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dalam bidang kefarmasian pada penulisan resep yang baik dan benar sesuai dengan peraturan yang berlaku. 1.4.2. Manfaat praktis Hasil makalah ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam proses peresepan sehingga dapat mendukung upaya pelaksanan patient safety. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Resep Menurut. Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014, Bab 1, Pasal 1(4) tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek, resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Menurut WHO peresepan yang rasional adalah memberikan obat sesuai dengan keperluan klinik, dosis sesuai dengan kebutuhan pasien, diberikan dalam jangka waktu yang sesuai dengan kebutuhan pasien, dan dengan biaya termurah menurut pasien (WHO, 2002). Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap. Apabila resep tidak dapat dibaca dengan jelas atau tidak lengkap, apoteker harus menanyakan kepada dokter penulis resep (Anief, 1997). Filosofi dasar peresepan menurut Bernhard Fantus menyatakan bahwa resep adalah kunci dari seluruh upaya terapi seorang dokter kepada pasiennya. Resep dibuat berdasarkan pada diagnosis (yang didasarkan pada patofisiologi) dan prognosis kasus di satu sisi, serta pengetahuan Farmakologi dan Terapi seorang dokter di sisi lainnya. Kelemahan pada salah satu sisi tersebut akan tercermin pada resep yang ditulis. Penulisan resep dapat diartikan sebagai bentuk aplikasi pengetahuan dokter dalam memberikan obat kepada pasien melalui kertas resep menurut kaidah dan peraturan yang berlaku, diajukan secara tertulis kepada apoteker di apotek. Pihak Apoteker sebagai pihak penerima resep berkewajiban melayani secra cermat, member informasi terutama menyangkut dengan penggunaan obat dan mengoreksi jika terjadi kesalahan dalam penulisan.Dengan demikian pemberian obat dapat lebih rasional (Jas, 2009). Hasil cohort study oleh Kozer et al., (2005) melibatkan 1532 peresepan pasien anak-anak di ICU Rumah Sakit Amerika yang disampling secara random, sekitar 14% di antaranya mengalami medication error yang terinci menjadi prescribing error (10,1%) dan drug administration error (3,9%) (Rahatnawati, 2010). Penelitian dari Dewi (2009) tentang studi kelengkapan resep obat pada pasien anak di apotek wilayah kecamatan Sukoharjo bulan OktoberDesember 2008 menunjukan bahwa adanya ketidak lengkapan resep yang dapat memicu terjadinya medication error. Hasil penelitian menunjukkan ketidaklengkapan resep terdapat pada unsur nama dokter (1,03%), nama pasien (2,12%), umur (13,69%), berat badan (97,13%), alamat pasien (91,70%), potensi (41,04%), jumlah obat (2,89%), aturan pakai (2,46%), bentuk sediaan (30,01%). Akibat dari medication error dapat merugikan pasien, terlebih pada anak-anak. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.: 1027/MENKES/SK/IX/2004 yang dimaksud medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama 2. Tanggal penulisan resep 3. Tanda tangan / paraf dokter penulis resep 4. Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien 5. Nama obat, potensi, dosis dan jumlah yang diminta 6. Cara pemakaian yang jelas 7. Informasi lainnya 2.4. Jenis- jenis Resep Dalam (Wibowo, 2010 dan Jas, 2009) disebutkan jenis-jenis resep terdiri dari : 1. Resep standar (Resep Officinalis/Pre Compounded ) merupakan resep dengan komposisi yang telah dibakukan dan dituangkan ke dalam buku farmakope atau buku standar lainnya. Resep standar menuliskan obat jadi (campuran dari zat aktif) yang dibuat oleh pabrik farmasi dengan merk dagang dalam sediaan standar atau nama generik.. 2. Resep magistrales (R/ Polifarmasi), yaitu resep formula obatnya disusun sendiri oleh dokter penulis resep dan menentukan dosis serta bentuk sediaan obat sendiri sesuai penderita yang dihadapi. 3. Resep medicinal, yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten, merek dagang maupun generik, dalam pelayanannya tidak mengalami peracikan. 4. Resep obat generik, yaitu penulisan resep obat dengan nama generik dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu. Dalam pelayanannya bisa atau tidak mengalami peracikan. 2.5. Format Penulisan Resep Penulisan resep adalah suatu wujud akhir kompetensi dokter dalam pelayanan kesehatan yang pengetahuan dan keahlian secara komprehensif menerapkan ilmu di bidang farmakologi dan teraupetik secara tepat, aman dan rasional kepada pasien khususnya dan seluruh masyarakat pada umumnya. Sebagian obat tidak dapat diberikan langsung kepada pasien atau masyarakat melainkan harus melalui peresepan oleh dokter. Berdasarkan keamanan penggunaannya, obat dibagi dalam dua golongan yaitu obat bebas (OTC = Other of the counter) dan Ethical (obat narkotika, psikotropika dan keras), dimana masyarakat harus menggunakan resep dokter untuk memperoleh obat Ethical (Jas,2009). Penyimpanan resep tidak boleh sembarangan. Kertas resep perlu dijaga jangan sampai digunakan orang lain. Kertas resep dokter kadang muda ditiru sehingga perlu pengamanan agar kita tidak terlibat dalam pemberian resep palsu yang dilakukan orang lain.Selain itu, resep obat asli harus disimpan di apotek dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain kecuali oleh yang berhak. Pihak –pihak yang berhak melihat resep antara lain (Jas, 2009 ; Syamsuni, 2007) : 1. Dokter yang menulis resep atau merawat pasien. 2. Pasien atau keluarga pasien yang bersangkutan. 3. Paramedis yang merawat pasien. 4. Apoteker pengelola apotek yang bersangkutan. 5. Aparat pemerintah serta pegawai (kepolisian, kehakiman, kesehatan) yang ditugaskan untuk memeriksa. 6. Petugas asuransi untuk kepentingan klaim pembayaran. Menurut Jas (2009) dalam amira (2011), resep terdiri dari 6 bagian : 1. I nscri ptio : Nama Dokter, no.SIP, alamat/telepon/HP/Kota/tempat, tanggal penulisan resep. Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota provinsi. Sebagai identitas dokter penulis resep, format inscription suatu resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada praktik pribadi. 2. I nvocatio : permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ = resipe” artinya ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi dengan apoteker di apotek 3. Prescriptio atau ordonatio : nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan yang diinginkan. 4. Si gnatura : yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval waktu pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan keberhasilan terapi 5. Subscri ptio : yaitu tanda tangan/paraf dokter penulis resep berguna sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut. contoh resep : 2. Tanda resep dapat diulang, Iteratie (Iter). Apabila dokter menginginkan agar resepnya diulang, dapat ditulis dalam resep disebelah kanan atas dengan tulisan iter (Iteratie) dan berapa kali boleh diulang. Misalnya : Iter 1x, artinya resep dapat dilayani 2x. Iter 2 x, artinya resep dapat dilayani 1+ 2 = 3 x. Untuk resep yang mengandung narkotika, tidak dapat diulang (N.I) tetapi harus dengan resep baru. 3. Tanda tidak dapat diulang, Neiteratie (N.I) Apabila dokter tidak ingin resepnya diulang, maka tanda N.I ditulis disebelah atas blanko resep. Resep yang tidak boleh diulang adalah resep yang mengandung obat-obatan narkotik, psikotropik dan obat keras yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau Menteri kesehatan Republik Indonesia. 4. Tanda dosis sengaja dilampaui. Tanda seru dan paraf dokter diberi dibelakang nama obatnya jika dokter sengaja memberi obat dosis maksimum dilampaui. 5. Resep yang mengandung narkotik tidak boleh ada tulisan atau tanda iter (iterasi) yang berarti dapat diulang, m.i (mihiipsi) yang berarti untuk dipakai sendiri, atau u.c (ususcognitus) yang berarti pemakaiannya diketahui. Obat narkotik didalam resep diberi garis bawah tinta merah. Selain itu, resep yang mengandung narkotik harus disimpan terpisah dengan resep obat lainnya. 2.7. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penulisan resep Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penulisan resep antara lain (Jas, 2009): 1. Resep ditulis jelas dengan tinta dan lengkap di kop format resep resmi, tidak ada keraguan dalam pelayanannya dan pemberian obat kepada pasien. 2. Penulisan resep sesuai dengan format dan kaidah yang berlaku, bersifat pelayanan medik dan informatif 3. Satu lembar kop resep hanya untuk satu pasien 4. Penulisan resep selalu dimulai dengan tanda R/yang berarti ambillah atau berikanlah 5. Nama obat, bentuk sediaan, dosis setiap kali pemberian dan jumlah obat kemudian ditulis dalam angka Romawi dan harus ditulis dengan jelas. a. Penulisan resep standar tanpa komposisi, jumlah obat yang diminta ditulis dalam satuan mg, g, IU atau ml, kalau perlu ada perintah membuat bentuk sediaan (m.f. = misce fac, artinya campurlah, buatlah) b. Penulisan sediaan obat paten atau merek dagang, cukup dengan nama dagang saja dan jumlah sesuai dengan kemasannya 6. Dalam penulisan nama obat karakter huruf nama obat tidak boleh berubah, misalnya: Codein, tidak boleh menjadi Kodein. Chlorpheniramine maleate, tidak boleh menjadi Klorfeniramine maleate Pharmaton F tidak boleh menjadi Farmaton F 7. Untuk dua sediaan, besar dan kecil. Bila dibutuhkan yang besar, tulis volume sediaan sesudah bentuk sedíaan. 8. Untuk sediaan bervariasi, bila ada obat dua atau tiga konsentrasi, sebaiknya tulis dengan jelas, misalnya: pediatric, adult, dan forte. 9. Menulis jumlah wadah atau numero (No.) selalu genap, walaupun kita butuh satu setengah botol, harus digenapkan menjadi Fls. II saja. 10. Jumlah obat yang dibutuhkan ditulis dalam angka romawi. 11. Signatura ditulis dalam singkatan latin dengan jelas, jumlah takaran sendok dengan signa bila genap ditulis angka romawi, tetapi angka pecahan ditulis arabik 12. Setelah signatura harus diparaf atau ditandatangani oleh dokter bersangkutan, menunjukkan keabsahan atau legalitas dari resep tersebut terjamin 13. Nama pasien dan umur harus jelas., misalnya Tn. Narawi (49 tahun), Ny.Raya (50 tahun), An.Nisa (4 tahun 2 bulan) 14. Khusus untuk peresepan obat narkotika, harus ditandatangani oleh dokter bersangkutan dan dicantumkan alamat pasien dan resep tidak boleh diulangi tanpa resep dokter. 15. Tidak menyingkat nama obat dengan singkatan yang tidak umum (singkatan sendiri), karena menghindari material oriented kecil yang cukup melewati membran glomerular (air, garam dan beberapa obat tertentu) disaring ke tubulus. Molekul-molekul yang besar seperti protein plasma dan sel darah ditahan. Aliran darah kemudian melewati bagian lain dari tubulus ginjal dimana transport aktif yang dapat memindahkan obat dan metabolitnya dari darah ke filtrat tubulus. Sel tubulus kemudian melakukan transport aktif maupun pasif (melalui difusi) untuk mereabsorpsi obat. Interaksi bisa terjadi karena perubahan ekskresi aktif tubuli ginjal, perubahan pH dan perubahan aliran darah ginjal. BAB III PEMBAHASAN RESEP RESEP I R/ Parasetamol dexamethason 125 mg 12,5 mg codein 3 mg diazepam 2 mg m.f.pulv.dtd. No.XX da in cap. S 3 dd. 1 cap. p.m. Uraian Obat 1. Paracetamol (Kasim, 2012) Gol. Obat : bebas Komposisi : parasetamol 500mg Indikasi : meringankan rasa sakit pada kepala dan sakit gigi, menurunkan demam. Kontraindikasi : gangguan fungsi hati berat. Perhatian Efek samping : kerusakan hati pada penggunaan jangka panjang. Dosis : penyakit ginjal, konsumsi alcohol. : dewasa sehari 3-4 kaplet, anak 6-12 tahun sehari 2-3 kali ½-1 kaplet. 2. Codein Gol. Obat : narkotika Komposisi : kodein Farmakologi : kodein merupakan analgesic opioid. Efek kodein terjadi bila kodein berikatan secara agonis dengan reseptor opioid diberbagai tempat disusunan saraf pusat. Efek analgesic kodein tergantung afinitas kodein terhadap reseptor opioid tersebut. Kodein juga berfungsi sebagai antitussif yang bekerja pada susunan saraf pusat dengan menekan pusat batuk. Indikasi Kontraindikasi : asma bronchial, emfisema paru-paru, trauma kepala, : antitusif dan analgesic. tekanan intracranial yang meninggi, alkoholisme akut, setelah operasi saluran empedu. Efek samping : dapat menimbulkan ketergantungan, mual, muntah idiosinkrasi, pusing, sembelit, depresi pernapasan terutama pada penderita asma, depresi jantung dan syok. Bentuk sediaannya berupa tablet salut. Indikasinya yaitu untuk gangguan system saraf perifer dan defisiensi vitamin Vitamin B 1 (MIMS.com) b. Dosis 1) Mertigo SR Dosisnya tidak sesuai yaitu 1 tablet 3 kali sehari. Seharusnya 1 tablet 2 kali sehari (Dexa Medica) 2) Gratizin Dosisnya sesuai yaitu 5-10 mg/hari. Dewasa <65 tahun dosis awal 10 mg/hari, >65 tahun 5 mg/hari, berikan pada malam hari. Terapi pemeliharaan : 5 hari/minggu. Lama terapi : 6 bulan (MIMS.com) 3) Domperidone Dosisnya sesuai yaitu untuk dyspepsia fungsional : dewasa 10 mg 3 kali sehari. Untuk mual dan muntah : dewasa 10-20 mg 3-4 kali sehari. 4) Sanmol Dosisnya sesuai yaitu dewasa 1-2 tablet sekali. 5) Neurosanbe Dosisnya sesuai yaitu 1 tablet sehari. c. Kestabilan penyimpanan Semua obat yang digunakan pada resep sudah stabil yaitu stabil pada penyimpanan suhu kamar (15-30°C). 3. Skrining Klinis a. Peracikan obat Mertigo SR dan Gratizin Seharusnya tidak boleh dilakukan peracikan obat untuk dibuat menjadi kapsul karena Mertigo SR merupakan tablet sustained release atau tablet lepas lambat. Jika digerus maka akan mengakibatkan perubahan pada pelepasan obat, obat yang seharusnya dilepaskan secara perlahan justru kemungkinan dilepaskan dalam sekali waktu sehingga kemungkinan akan terjadi overdosis atau gejala toksisitas setelah meminumnya dan kemungkinan setelah selang waktu tertentu justru underdose karena tidak ada lagi pelepasan obat. b. Efek samping obat (MIMS.com) 1) Mertigo SR Mual, muntah atau ganggan gastrointestinal dan ruam kulit. 2) Gratizin Lelah, mengantuk, peningkatan berat badan, peningkatan nafsu makan. 3) Domperidone Wajah memerah dan reaksi alergi lain, reaksi distonik akut. 4) Sanmol Reaksi hematologi, reaksi kulit dan jarang reaksi a lergi lainnya; kerusakan hati (penggunaan jangka panjang) 5) Neurosanbe Reaksi hipersensitivitas, agranulositosis. c. Cara pemberian obat (MIMS.com) 1) Mertigo SR Sebaiknya diberikan bersama makanan 2) Gratizin Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan 3) Domperidone Sebaiknya diberikan pada saat perut kosong : berikan 15-30 menit sebelum makan. 4) Sanmol Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan 5) Neurosanbe Dapat diberikan bersama makanan atau setelah makan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada saluran perncernaan. d. Interaksi Obat Nama Obat Manifestasi klinik Saran Konsentrasi serum Sebaiknya di atur jarak Domperidone dengan Domperidone dapat pemberiannya atau Sanmol ditingkatkan ketika dihentikan pemakaiannya (Acetaminophen) dikombinasikan dengan jika sudah tidak demam dan Acetaminophen. mual muntah. 6) Gemfibrozil 300 mg Dosis Gemfibrozil yang digunakan adalah 300 mg sekali sehari tidak sesuai dengan dosis lazim gemfibrozil yang seharusnya 9001500 mg/hari dengan dosis dosis terbagi. c. Kestabilan dan penyimpanan Semua obat yang digunakan pada resep tabil.Semua obat disimpan di tempatyang tempatyang sejuk dan terhindar dari sinar matahari. 3. SkriningKlinis a. Efek samping obat 1) Adalatoros Pusing; takikardia; edema perifer; perasaan hangat; sakit kepala; keramotot; hipotensi; sindrom nefrotik; kemerahan pada kulit; hyperplasia gingival. 2) Glimepiride Hipoglikemia; gangguang visual sementara; gangguan GI; kerusakan hati; trombositopenia; anemia hemolitik; ruamkulit; kemerahan. 3) Metformin Gangguan GI; eritemaringan rasa logam pada lidah; asidosis laktat; 4) Varten Sakit kepala; pusing; diare; sakit pinggang; mual; insomnia; infeksi virus; nyeri perut; lesu; rhinitis; sinusitis; faringitis; infeksi saluran napas atas. 5) Neurodex Sindrom neuropati 6) Gemfibrozil Sindrom myositik; gangguan GI; ruam; sakit kepala; diskrasia darah; penglihatan kabur; pruritus; pusing; nyeri abdomen; diare; mual; nyeriotot; anemia; leukopenia. b. Interaksi obat Nama Obat Manifestasiklinik Manifestasiklinik Saran Adalatoros Dapat meningkatkan efek metformin yang Perlu penyesuaian dosis (nifedipine) dapat menyebabkan kondisi asidosis laktat. dan periksa gula darah – Metformin Asidosis lebih sering kelemahan, nyeriotot, laktat dapat denyut sakit menyebabkan jantung perut, melambat, pusing hingga pingsan. Gemfibrozil Dapat menyebabkan kadar gula darah Perlu penyesuaian dosis Glimepiride menjadi terlalu rendah dengan gejala sakit dan pemantauan ulang kepala, pusing, mengantuk, mual, lapar, darah lebih sering jika tremor, kelemahan, berkeringat dan denyut menggunakan glimepiride jantung cepat atau berdebar. dan gemfibrozil.. c. Cara pemakaian obat serta makanan dan minuman yang harus dihindari 1) Cara pemakaian Semua obat yang tertera di dalam resep diberikan secara oral. 2) Makanan dan minuman yang harus dihindari Adalatoros (Nifedipine) Jus jeruk dapat meningkatkan secara signifikan kadar nifedipine didalam darah. Memungkinkan mengalami sakit kepala, tekanan darah rendah, denyut jantung tidak teratur, pembengkakan dan retensi cairan. Varten (valsartan) Hindari penggunaan garam kalium atau suplemen yang mengandung kalium tanpa sepengetahuan dokter. Hal ini dapat menyebabkan kadar kalium dalam darah meningkat dan dapat menyebabkan kelemahan, denyut jantung tidak kebingungan, kesemutan dan perasaan berat pada kaki. teratur, RESEP V R/ Tilidon Syrup I 3.dd ½ cth R/ Nucef Syrup I 2.dd ½ cth R/ ZincPro Syrup I 1.dd I cth Pro : Fika ASPEK FARMASETIK SKRINING RESEP 1. Persyaratan Administratif (Kelengkapan resep) meliputi : a. Inscriptio - : Nama, alamat, nomor telepon, & No. Izin praktek dokter yang bersangkutan : tidak lengkap - Tempat dan tanggal penulisan resep : tidak lengkap - Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep : lengkap b. Prescriptio - : Nama obat atau komposisi resep (bentuk sediaan, dosis, jumlah obat : untuk nama obat atau komposisi resep (bentuk sediaan, dan dosis) : sudah benar, untuk jumlah obat. c. Signatura - : Petunjuk pemakaiaan : lengkap d. Subcriptio : - Nama pasien : lengkap - Umur dan alamat pasien (jika perlu) Untuk resep dari dokter hewan harus tercantum jenis hewan, nama pemilik dan alamat. Bagi penderita yang segera memerlukan obatnya,biasanya pada kanan atas dari resep ditulis. 2. Kesesuaian Farmasetik meliputi : a. Cara pemberian b. Bentuk sediaan obat 3. Pertimbangan Klinis meliputi : a. Efek samping obat b. Interaksi obat ASPEK FARMAKOLOGI 1. Tilidon Syrup (http://www.medisend.co.id) Komposisi : Domperidone Indikasi : Mual dan muntah karena berbagai sebab. Keluhan dispepsia dengan pengosongan saluran cerna yang lambat, refluks esofafeal. Rasa penuh di epigastrum atau abdomen. Mekanisme Farmaskologi Efek antiemetic didapatkan dengan blockade terhadap reseptor dompamin pada pusat CTZ dan pada lambung, dimana memiliki affinitas yang kuat pada reseptor dompain D2 dan D3 (http://www.drugbank) Enzim CYP : CYP450 3A4 (http://www.drugbank) 2. Nucef Syrup (http://www.dexa-medica.com) Komposisi : Tiap sendok teh (5 ml) mengandung: Cefixime 100 mg (potensi) Indikasi : Cefixime diindikasikan untuk pengobatan infeksi-infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang rentan antara lain: 1. Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi yang disebabkan oleh Escherichia coli dan Proteus mirabilis. 2. Otitis media yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae (strain βlaktamase positif dan catarrhalis(sebagian besar negatif), Moraxella adalah beta-laktamase (Branhamella) positif) dan Streptococcus pyogenes. 3. Faringitis dan tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes. 4. Bronkitis akut dan bronkitis kronis dengan eksaserbasi akut yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae (strain β-laktamase positif dan negatif).\ Mekanime Farmaskologi : sama seperti golongan B-laktam, cefixim spesifik terhadap Pensilin Binding Protein (PBP) yang ada pada dinding sel bakteri.menyebabkan penghambatan pada sintesis dinding sel pada tah pertama dan terakhir. 3. Zincpro (http://www.apotikantar.com) Komposisi : Zn sulfate monohydrate 54.89 mg (setara Zn 20 mg) Indikasi : Terapi pelengkap diare pada anak-anak digunakan bersama dengan oral rehydration salts Interaksi Obat : 1. Zn dengann Cefixime Heteroergis Antagonist Adanya Zink yang membentuk kompleks dengan cefixime menurunkan aktivitas penghambatan cefixime. Kompleks Zink dengan cefixime dapat menghambat E.coli, Staphylococcus aureus, f. Interaksi Obat (Drugs.com) (Medscape.com) Interaksi yang terjadi pada resep tersebut adalah interaksi antara obat carbamazepine denganamitriptiline, carbamazepine dengan kafein, carbamazepine dengan amlodipine, carbamazepine dengan diklofenak, codein dengan amitriptiline, codein dengan amlodipine, amitriptiline + carbamazepine dengan Kafein, amlodipine dengan diklofenak. - Carbamazepine dengan amitriptiline akan menurunkan efek dari amitriptiline dengan mempengaruhi metabolisme usus enzim CYP3A4 dihati. - Carbamazepine dengan kafein akan menurunkan tingkat atau efek dari kafein dengan mempengaruhi metabolisme enzim CYP1A2 dihati - Carbamazepine dengan amlodipine yaitu carbamazepine dapat menurunkan konsentrasi plasma dan efek farmakologis dari calcium channel blockers (CCBs) - Carbamezipine dan diklofenak akan menurunkan tingkat atau efek diklofenak dengan mempengaruhi enzim CYP2C9 dihati / 10 metabolisme - Codein dengan amitriptiline dapat meningkatkan sedasi dan dapat meningkatkan efek samping seperti pusing, mengantuk, kebingungan dan kesulitan berkonsentrasi. Dan beberapa orang terutama orang tua juga mungkin mengalami penurunan daya pikir, penilaian dan koordinasi motorik. - Codein dengan amlodipine memilifiki efek aditif dalam menurunkan tekanan darah. Anda mungkin mengalami sakit kepala, pusing, ringan, pingsan dan atau perubahan denyut nadi atau detak jantung. - Amitriptiline + carbamazepine dengan kafein yaitu amitriptiline dan carbamazepine meningkat dan kefein dapat menurunkan sedasi - Amlodipine dengan diklofenak dapat menyebabkan tekanan darah meningkat. Resiko hipotensi meningkat ketika NSAID dihentikan atau tidak diminum bersamaan. Etiket Racikankapsul Rebal Plus APOTEK KIMIA FARMA ADDARAEN Jl. SULTAN ALAUDDIN NO. 305 A Makassar Telp. (0411) 845 064 Apoteker :FIRDHAFITRA, S.Farm,Apt SIPA : 440/95-12/APT/DKK/XI/2011 No. Nama : Tgl. xsehariTablet/Kapsul/Bungkus (pagi-siang-malam ) Sebelum/Sesudahmakan II.1.3.3 SalinanResep NamaObat : Jauhkandarijangkauananak-anak Amlodipine APOTEK KIMIA FARMA ADDARAEN Jl. SULTAN ALAUDDIN NO. 305 A Makassar Telp. (0411) 845 064 Apoteker :FIRDHAFITRA, S.Farm,Apt SIPA : 440/95-12/APT/DKK/XI/2011 No. Nama : Tgl. xsehariTablet/Kapsul/Bungkus (pagi-siang-malam ) Sebelum/Sesudahmakan NamaObat : Jauhkandarijangkauananak-anak APOTEK KIMIA FARMA ADDARAEN Jl. SULTAN ALAUDDIN NO. 305 A Makassar Telp. (0411) 845 064 Apoteker :FIRDHAFITRA, S.Farm,Apt SIPA : 440/95-12/APT/DKK/XI/2011 No. Nama : Tgl. xsehariTablet/Kapsul/Bungkus (pagi-siang-malam ) Sebelum/Sesudahmakan NamaObat : Jauhkandarijangkauananak-anak Gambar 3.2.EtiketResepAnalgetikadanNarkotika Copy Resep APOTEK KIMIA FARMA ADDARAEN JL.SULTAN ALAUDDIN 305 AMakassar Telp. (0411) 845 064 Apoteker: FIRDHAFITRA, S.Farm.,Apt. SIPA : 440/95-12/APT/DKK/XI/2011 SALINAN RESEP No. Resep : Untuk : Dokter : Tgl: STEMPEL APOTEK PCC (FIRDHAFITRA, S.Farm.,Apt.) ObattsbtidakbolehdigantitanpasepengetahuanDokter Copy ResepNarkotikadanAntibiotika NAMA OBAT : INOLIN Komposisi: Trimetoquinol HCL 3 mg / tablet Indikasi: Merelaksasi konstraksi bronkus yang berhubungan dengan asma bronkial, bronkitis menahun, pneumokoniosis Dosis: Dewasa 1-4 tablet sehari dibagi dalam 2-3 kali pemberian; anak dibawah 6 tahun : 3-4 x sehari 0,1 mg/kg BB Kontra Indikasi: Penderita hipersensitid terhadap komponen obat Efek Samping: Palpitasi, sakit kepala, mual, muntah, mulut kering NAMA OBAT : CODEINE Komposisi: Codeine Indikasi: Batuk kering atau batuk dengan nyeri. Dewasa: 10-20 mg tiap 4-6 jam maksimal 120 mg/hari; jarang diberikan sebagai obat batuk pada anak-anak. Dosis : Anak: 6-12 tahun 5-10 mg atau 0,5-1,5 mg/kg bb tiap 4-6 jam maksimal 60 mg/hari; 2-6 tahun 0,5-1 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi tiap 4-6 jam maksimal 30 mg/hari. Kontra Indikasi: Penderita hipersensitid terhadap komponen obat Efek Samping: Palpitasi, sakit kepala, mual, muntah, mulut kering NAMA OBAT : TREMENZA Komposisi: Pseudoephedrine dan triprolidine Mengurangi Indikasi: gejala flu disebabkan reaksi alergi yang membutuhkan dekongestan nasal dan antihistamin pada saat bersamaan. Dewasa:1 atau 2 tablet Dosis: Anak: 6-12 tahun ½ tablet atau 1 tablet, 2-5 tahun ½ tablet. Gunakan 3-4 kali sehari Penderita penderita lower resp tract seperti asma, HTN, Kontra Indikasi: glaukoma, diabetes, CAD, MAOI therapy. Halusinasi, insomnia, pusing, tremor, tinitus, sedasi, mulut Efek Samping: kering NAMA OBAT : CORTIDEX Komposisi: Dexamethasone 0.5 mg / tablet Berbagai kondisi inflamasi seperti radang reumatik, radang Indikasi: usus, radang pada ginjal, radang pada mata, radang karena asma, pengobatan autoimun, shock anafilaktik, dan pengobatan terhadap pasien kanker. Dewasa:0.5 – 9 mg dalam dosis terbagi. Anak: 6-12 tahun 0.25 Dosis: tahun 0.1 – 2 mg; 1 – 5 tahun 0,25-1 mg; < 1 – 0.25 mg. Diberikan 2 kali sehari. Terapi intensif atau darurat 2 – 4 mg 6 – 8 kali / hari, maksimal 50 mg/hari. Syok 1 – 6 mg/kg bb dosis tunggal Penderita hipersensitid terhadap komponen obat, penderita tukak lambung, osteoporosis, diabetes mellitus, infeksi jamur Kontra Indikasi: sistemik, glaukoma, psikosis, penderita TB aktif, penderita herpes zoster, sindrome cushing dan penderita dengan gangguan fungsi ginjal Efek Samping: Palpitasi, sakit kepala, mual, muntah, mulut kering NAMA OBAT : BISOLVON Per 5 mL: Bromhexine HCl 4 mg, paracetamol 150 mg, Komposisi: chlorpheniramine maleate 2 mg, phenylephrine HCl 5 mg Meredakan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung Indikasi: tersumbat, dan bersin-bersin yang disertai batuk DAFTAR PUSTAKA Akoria OA, Ambrose OI. Prescription Writing in Public and Private Hospitals in Benin City. Nigeria : The Effect of an Educational Intervension. Can J Clin Pharmacol. 2008; 15(2): e295-e305 Amira, A. 2011, Skripsi; Penulisan Resep askes di Apotek RSUP Haji Adam Malik Periode Mei 2011, Medan. Anonim. http://www.medisend.co.id/tilidon_sirup_60_ml. diakses : 18 Maret 2017 Anonim. http://www.dexa-medica.com/our-product/searchs/Nucef. diakses : 18 Maret 2017 Anonim. http://www.apotikantar.com/zincpro_sirup_60_ml. diakses : 18 Maret 2017 Anonim. http://www.drugbank.ca/drugs/DB01184. diakses : 18 Maret 2017 Anonim.http://www.medicinenet.com/cefixime_tabletsoral/page2.htm#SideEffect s. diakses : 18 Maret 2017 Anonim, http://kkyazid.blogspot.co.id/2011/10/kodein-metilmorfin-yangmemiliki-banyak.html, diakses pada tanggal 19 maret 2017 Arayne, M.S et all. 2002. Antibacterial Studies Of Cefixime Copper, Zinc And Cadmium Complexes. Faculty of Pharmacy, Department of Chemystry, University of Karachi Aslam, Mohammed, dkk, 2003 , Farmasi Klinis. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Baxter, K., “Stockley’s drug interaction ninth edition ”, London, 2010. Hal. 179. pharmaceutical press, BNF, 2007, British National Formulary 54th Edition, BMJ Publishing Group, London. Cahyono, J. B. S. B, 2008, Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktek Kedokteran. Yogyakarta : Kanisius Cohen, M.R., 1999, Medication Errors, 16,1-16,8, American Pharmaceutical Association, Washington, DC Dean B, Barber N, Schachter M. What is a prescribing error?. Quality in Health Care. 2009; 9: 232 –37. Dipiro, J.T., Wells, B.G., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Posey, L.M., 2005, Pharmacotherapy, 6th Edition, Appleton ang Lange, New York Dito,A.http://www.kabarindonesia.com/beritaprint.php?id=20080414210453, diakses pada tanggal 19 maret 2017 Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi III , Departemen Kesehatan RI, Jakarta Dwiprahasto Iwan, Erna Kristin, 2008. Intervensi Pelatihan untuk Meminimalkan Risiko Medication Error di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer . Jurnal Berkala Ilmu Kedokteran Fradgley, S, 2003. Interaksi Obat, Dalam Farmasi klinis (Clinical Pharmacy) Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien . Jakarta : PT. Elex Media Kkomputindo Gramedia Glowinski J. Placebo-controlledstudy of the anlgesic efficacy of a paracetamol 500mg/codeine 30mg combination together with low –dose vs high dose diclofenac in rheumatoid arthritis. Clin Drug Invest 1999; 18(3): 189197. Gautman, C.S., Saha, Lekha, 2008 , Fixed Dose Drugs Combination (FDCs); Rational or Irrational : a View point. British Jurnal Clinic Pharmacology. 65(5) ; 795-796. Harkness Richard, diterjemahkan oleh Goeswin Agoes dan Mathilda B.Widianto. Interaksi obat. Bandung: Penerbit ITB, 1989. Hartayu, T.S, dan Widyati, A. Kajian Kelengkapan Resep Pediatri yang Berpotensi Menimbulkan Medication Error di Rumah Sakit dan 10 Apotek di Yogyakarta. Yogyakarta http://pionas.pom.go.id/monografi/kodein-fosfat-0 http://reference.medscape.com/drug-interactionchecker http://www.mims.com/indonesia Jas A. 2007. Perihal Resep dan Dosis serta Latihan Menulis resep Edisi 1, Medan: Universitas Sumatra Utara Press Jas A. 2009. Perihal Resep dan Dosis serta Latihan Menulis resep Edisi 2, Medan: Universitas Sumatra Utara Press Kasim, F., Trisna, Y., sebagai redaksi, “ ISO-Informasi Spesialite Obat Indonesia, Vol. 47 tahun 2012-2013 ”, penerbit PT. ISFI penerbitan, Jakarta, 2012, hal 37,261,268,403 Lofholm PW, Katzung BG. Chapter 65: Rational Prescribing & Prescription Writing. Dalam: Katzung BG, Masters BS, Trevor AJ, editor. Basic and Clinical Pharmacology. Edisi ke-11. United State: McGraw Hill Medical; 2009. hlm.1139-48. Malone, P.M., Mosdell, K.W., Kier, K.L., and Stanovich, J.E., 2001, Drug Information A Guide for Pharmacists, 2 nd edition, McGraw-Hill, New York. MIMS. Referensi Obat. Informasi Ringkas Produk Obat. PT. Medidata Indonesia. 2016 Octavia, Hanna, 2011, Skripsi : Analisis Kelengkapan Peresepan di Apotek KPRI RSUD DR. SOETOMO, Bulan Desember 2010, Surabaya. Prawitasari, Diah, 2009. Skripsi: Tinjauan Aspek Legalitas dan Kelengkapan Resep di 5 Apotek Kabupaten Klaten Tahun 2007 . Surakarta Rahmawati, F. 2002. Kajian Penulisan Resep : Tinjauan Aspek Legalitas Kelengkapan Resep di Apotek-apotek Kotamadya Yogyakarta. Yogyakarta: Majalah Farmasi Indonesia. Sandy, 2010, Skripsi : Studi Kelengkapan Resep Obat Untuk Pasien Anak di Apotek Wilayah Kecamatan Kartasura Bulan Oktober-Desember 2008. Surakarta Stockley, L.H. 2008. Stockley’s Drug Interaction Edisi Kedelapan. Great Britain: Phrmaceutical Press. Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.P., Kusnandar., “ISO Farmakoterapi”, penerbit PT. ISFI Penerbitan, Jakarta, 2008, Hal. 264, 303 Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 25/MENKES/SK/IX/2014. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek . Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2014. Syamsuni, H.A. 2007. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Jakarta: Penerbit Buku Kedokeran EGC Wibowo, A. 2010. Skripsi: Analisis Kelengkapan Resep di Apotek Wilayah Lamongan Bulan Februari 2010. Surabaya. World Health Organization, 1994. The Contribution of the Family Doctor , WHOWONCA Conference 1994