Uploaded by User65557

docdownloader.com-pdf-makalah-skrining-resep-dd aebaa6006e390fa5bb48eed2e2fe235e

advertisement
TUGAS : FARMASI KLINIK
DOSEN : Dra. Hj. Nursiah Hasyim, CES, Apt
SKRINING DALAM PROSES PERESEPAN
DISUSUN OLEH : KELOMPOK
KELOMPOK II (KELAS B)
SUHARTINA
N21116 083
HARDYANTI MUBARAK
N21116 856
NURUL MAGFIRAH ISLAMIYAH
N21116 860
ABDULRRACHMAN ACHMAD
N21116 864
USWATUN HASANAH
N21116 869
NUZUL FAJRIANI
N21116 875
A. NUR ISTIQAMAH
N21116 880
YULIYANTI NIODE
N21116 887
ABDUL SULHADI HASILI
N21116 901
DEWI MEGAWATY
N21116 909
ARLIN FIRDAUS
N21116 086
ALMY SARAH ZULFYANA
N21116 089
FIRDHAFITRA
N21116 932
RUSTINA
N21116 943
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014, Bab 1, Pasal 1(4)
menyebutkan bahwa “ Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau
dokter gigi kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
yang berlaku ”.
Sandy 2010 menyatakan bahwa resep yang baik harus memuat
cukup informasi yang memungkinkan ahli farmasi yang bersangkutan
mengerti obat apa yang akan diberikan kepada pasien. Namun pada
kenyataanya, masih banyak permasalahan yang ditemui dalam peresepan.
Beberapa contoh permasalahan dalam peresepan adalah kurang lengkapnya
informasi pada pasien, penulisan resep yang tidak jelas atau sulit untuk
dibaca, kesalahan penulisan dosis, tidak dicantumkannya aturan pemakaian
oba yang jelas, tidaka menuliskan rute pemberian obat, dan tidak
mencantumkan tanda tangan atau paraf dokter (Cahyono, 2008). Banyak
faktor yang mempengaruhi permasalahan dalam peresepan, sehingga
diperlukan kepatuhan dokter dalam melaksanakan aturan-aturan dalam
penulisan resep sesuai undang-undang yang berlaku (Gibson et al, 1996).
Permasalahan dalam peresepan merupakan salah satu kejadian
medication error. Menurut Surat Keputusn Menteri Kesehatan RI Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan bahwa medication error adalah
kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam
penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. Bentuk
medication error yang terjadi adalah pada fase prescribing (error terjadi
pada penulisan resep) yaitu kesalahan yang terjadi selama proses peresepan
peres epan
obat atau penulisan resep. Dampak dari kesalahan tersebut sangat beragam,
mulai yang tidak memberi resiko sama sekali hingga terjadinya kecacatan
atau bahkan kematian (Dwiprahasti dan Kristin, 2008). Selain itu, Hartayu
dan Aris, 2005 menyebutkan bahwa medication error yang terjadi dapat
menyebabkan kegagalan terapi, bahkan dapat timbul efek obat yang idak
diharapkan seperti terjadinya interaksi obat.
Interaksi obat didefinisikan sebagai reaksi yang terjadi antara obat
dengan senyawa kimia (obat lain, makanan) didalam tubuh maupun pada
permukaan tubuh yang dapat mempengaruhi kerja obat sehingga dapat
terjadi peningkatan/pengurangan kerja obat atau bahkan obat sama sekali
tidak menimbulkan efek. Defenisi yang lebih relevan adalah ketika obat
bersaing satu dengan yang lainnya
la innya aau yang terjadi
terj adi ketika suatu obat hadir
bersama dengan obat yang lainnya (Stockley, 2008). Mekanisme interaksi
obat dapat dapat dibagi menjadi interaksi yang melibatkan aspek
farmakokinetik
obat
dan
interaksi
yang
mempengaruhi
respon
farmakodinamik obat. Interaksi farmakokinetik dapat terjadi pada beberapa
tahap, meliputi absorbsi, distribusi, metabolisme dan eksresi. Interaksi
farmakodinamik adalah interaksi dimana efek suatu obat diubah oleh obat
lain pada tempat aksi (Fradgley, 2003).
Hasil penelitian prawitosari 2009 menemukan bahwa dalam
peresepan ditemukan ketidakjelasan penulisan signa sebanyak 50,8%,
kesalahan penulisan dosis obat sebanyak 50,8% dan paraf dokter sebanyak
6,8%. Selain itu, penelitian oleh Octavia (2011) mendapatkan kesalahan
penulisan bentuk sediaan sebanyak 60,2%, rute pemberian 84,2% dan
frekuensi penggunaan obat 75,5%. Studi lain yang dilakukan oleh Mayasari
(2015) yang melibatkan 240 lembar resep, 107 lembar resep mengalami
interaksi obat dengan mekanisme interaksi farmakokinetik sebanyak 3,74%,
farmakodinamik 59,81%, dan tidak diketahui 36,45%.
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa masih terdapat banyak
masalah dalam penulisan resep. Resep yang
rasional
harus memenuhi
beberapa persyaratan kelengkapan dalam penulisan resep diantaranya
kelengkapan administratif dan kelengkapan farmasetik. Kegiatan untuk
menilai kelengkapan persyaratan ini disebut skiring resep. Skrining resep
merupakan suatu hal yang penting untuk menjamin obat yang digunakan
oleh pasien sesuai kebutuhan dan permintaan oleh dokter yang merawatnya.
Oleh karena itu makalah ini untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan
Ketidak lengkapan
lengkapan tersebut, meliputi bagian
bagian administrasi, farmasetik, dan
klinis
1.3. Tujuan Makalah
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengkaji dan
menskrining beberapa contoh resep dari bebagai sumber.
1.3.2. Tujuan khusus
Secara khusus, makalah ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui kelengkapan contoh resep ditinjau dari persyaratan
administrasi, farmasetik dan klinis.
b. Mendapatkan gambaran interaksi obat yang terdapat pada contoh
resep yang diperoleh.
1.4. Manfaat Makalah
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
1.4.1. Manfaat teoritis
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
dalam bidang kefarmasian pada penulisan resep yang baik dan benar
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
1.4.2. Manfaat praktis
Hasil makalah ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam
proses peresepan sehingga dapat mendukung upaya pelaksanan
patient safety.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Resep
Menurut. Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014, Bab 1,
Pasal 1(4) tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek, resep adalah
permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi kepada apoteker, baik dalam
bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Menurut WHO peresepan yang
rasional adalah memberikan obat sesuai dengan keperluan klinik, dosis
sesuai dengan kebutuhan pasien, diberikan dalam jangka waktu yang sesuai
dengan kebutuhan pasien, dan dengan biaya termurah menurut pasien
(WHO, 2002). Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap. Apabila resep
tidak dapat dibaca dengan jelas atau tidak lengkap, apoteker harus
menanyakan kepada dokter penulis resep (Anief, 1997).
Filosofi dasar peresepan menurut Bernhard Fantus menyatakan
bahwa resep adalah kunci dari seluruh upaya terapi seorang dokter kepada
pasiennya. Resep dibuat berdasarkan pada diagnosis (yang didasarkan pada
patofisiologi) dan prognosis kasus di satu sisi, serta pengetahuan
Farmakologi dan Terapi seorang dokter di sisi lainnya. Kelemahan pada
salah satu sisi tersebut akan tercermin pada resep yang ditulis.
Penulisan
resep
dapat
diartikan
sebagai
bentuk
aplikasi
pengetahuan dokter dalam memberikan obat kepada pasien melalui kertas
resep menurut kaidah dan peraturan yang berlaku, diajukan secara tertulis
kepada apoteker di apotek. Pihak Apoteker sebagai pihak penerima resep
berkewajiban
melayani
secra
cermat,
member
informasi
terutama
menyangkut dengan penggunaan obat dan mengoreksi jika terjadi kesalahan
dalam penulisan.Dengan demikian pemberian obat dapat lebih rasional (Jas,
2009).
Hasil cohort study oleh Kozer et al., (2005) melibatkan 1532
peresepan pasien anak-anak di ICU Rumah Sakit Amerika yang disampling
secara random, sekitar 14% di antaranya mengalami medication error yang
terinci menjadi prescribing error (10,1%) dan drug administration error
(3,9%) (Rahatnawati, 2010).
Penelitian dari Dewi (2009) tentang studi kelengkapan resep obat
pada pasien anak di apotek wilayah kecamatan Sukoharjo bulan OktoberDesember 2008 menunjukan bahwa adanya ketidak lengkapan resep yang
dapat memicu terjadinya medication error. Hasil penelitian menunjukkan
ketidaklengkapan resep terdapat pada unsur nama dokter (1,03%), nama
pasien (2,12%), umur (13,69%), berat badan (97,13%), alamat pasien
(91,70%), potensi (41,04%), jumlah obat (2,89%), aturan pakai (2,46%),
bentuk sediaan (30,01%). Akibat dari medication error dapat merugikan
pasien, terlebih pada anak-anak.
Berdasarkan
Surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia Nomor.: 1027/MENKES/SK/IX/2004 yang dimaksud medication
error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama
2. Tanggal penulisan resep
3. Tanda tangan / paraf dokter penulis resep
4. Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
5. Nama obat, potensi, dosis dan jumlah yang diminta
6. Cara pemakaian yang jelas
7. Informasi lainnya
2.4.
Jenis- jenis Resep
Dalam (Wibowo, 2010 dan Jas, 2009) disebutkan jenis-jenis resep terdiri
dari :
1. Resep standar (Resep Officinalis/Pre Compounded ) merupakan
resep
dengan komposisi yang telah dibakukan dan dituangkan ke dalam buku
farmakope atau buku standar lainnya. Resep standar menuliskan obat
jadi (campuran dari zat aktif) yang dibuat oleh pabrik farmasi dengan
merk dagang dalam sediaan standar atau nama generik..
2. Resep magistrales (R/ Polifarmasi), yaitu resep formula obatnya disusun
sendiri oleh dokter penulis resep dan menentukan dosis serta bentuk
sediaan obat sendiri sesuai penderita yang dihadapi.
3. Resep medicinal, yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten, merek
dagang
maupun
generik,
dalam
pelayanannya
tidak
mengalami
peracikan.
4. Resep obat generik, yaitu penulisan resep obat dengan nama generik
dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu. Dalam pelayanannya bisa atau
tidak mengalami peracikan.
2.5. Format Penulisan Resep
Penulisan resep adalah suatu wujud akhir kompetensi dokter dalam
pelayanan
kesehatan
yang
pengetahuan dan keahlian
secara
komprehensif
menerapkan
ilmu
di bidang farmakologi dan teraupetik secara
tepat, aman dan rasional kepada pasien khususnya dan seluruh masyarakat
pada umumnya. Sebagian obat tidak dapat diberikan langsung kepada
pasien atau masyarakat melainkan harus melalui peresepan oleh dokter.
Berdasarkan keamanan penggunaannya, obat dibagi dalam dua golongan
yaitu obat bebas (OTC = Other of the counter) dan Ethical (obat narkotika,
psikotropika
dan keras), dimana masyarakat harus menggunakan resep
dokter untuk memperoleh obat Ethical (Jas,2009).
Penyimpanan resep tidak boleh sembarangan. Kertas resep perlu
dijaga jangan sampai digunakan orang lain. Kertas resep dokter kadang
muda ditiru sehingga perlu pengamanan agar kita tidak terlibat dalam
pemberian resep palsu yang dilakukan orang lain.Selain itu, resep obat asli
harus disimpan di apotek dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain
kecuali oleh yang berhak. Pihak
–pihak yang berhak melihat resep antara
lain (Jas, 2009 ; Syamsuni, 2007) :
1. Dokter yang menulis resep atau merawat pasien.
2. Pasien atau keluarga pasien yang bersangkutan.
3. Paramedis yang merawat pasien.
4. Apoteker pengelola apotek yang bersangkutan.
5. Aparat pemerintah serta pegawai (kepolisian, kehakiman, kesehatan)
yang ditugaskan untuk memeriksa.
6. Petugas asuransi untuk kepentingan klaim pembayaran.
Menurut Jas (2009) dalam amira (2011), resep terdiri dari 6 bagian :
1. I nscri ptio : Nama Dokter, no.SIP, alamat/telepon/HP/Kota/tempat,
tanggal penulisan resep. Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu
kota provinsi. Sebagai identitas dokter penulis resep, format inscription
suatu resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada praktik
pribadi.
2. I nvocatio : permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ = resipe”
artinya ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi
dengan apoteker di apotek
3. Prescriptio atau ordonatio : nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan
yang diinginkan.
4. Si gnatura : yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan
interval waktu pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat
dan keberhasilan terapi
5. Subscri ptio : yaitu tanda tangan/paraf dokter penulis resep berguna
sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut.
contoh resep :
2. Tanda resep dapat diulang, Iteratie (Iter).
Apabila dokter menginginkan agar resepnya diulang, dapat
ditulis dalam resep disebelah kanan atas dengan tulisan iter (Iteratie) dan
berapa kali boleh diulang. Misalnya :

Iter 1x, artinya resep dapat dilayani 2x.

Iter 2 x, artinya resep dapat dilayani 1+ 2 = 3 x.
Untuk resep yang mengandung narkotika, tidak dapat diulang (N.I) tetapi
harus dengan resep baru.
3. Tanda tidak dapat diulang, Neiteratie (N.I)
Apabila dokter tidak ingin resepnya diulang, maka tanda N.I
ditulis disebelah atas blanko resep. Resep yang tidak boleh diulang adalah
resep yang mengandung obat-obatan narkotik, psikotropik dan obat keras
yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau Menteri kesehatan Republik
Indonesia.
4. Tanda dosis sengaja dilampaui. Tanda seru dan paraf dokter diberi
dibelakang nama obatnya jika dokter sengaja memberi obat dosis
maksimum dilampaui.
5. Resep yang mengandung narkotik tidak boleh ada tulisan atau tanda iter
(iterasi) yang berarti dapat diulang, m.i (mihiipsi) yang berarti untuk
dipakai sendiri, atau u.c (ususcognitus) yang berarti pemakaiannya
diketahui. Obat narkotik didalam resep diberi garis bawah tinta merah.
Selain itu, resep yang mengandung narkotik harus disimpan terpisah
dengan resep obat lainnya.
2.7. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penulisan resep
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penulisan resep antara lain (Jas,
2009):
1. Resep ditulis jelas dengan tinta dan lengkap di kop format resep resmi,
tidak ada keraguan dalam pelayanannya dan pemberian obat kepada
pasien.
2. Penulisan resep sesuai dengan format dan kaidah yang berlaku, bersifat
pelayanan medik dan informatif
3. Satu lembar kop resep hanya untuk satu pasien
4. Penulisan resep selalu dimulai dengan tanda R/yang berarti ambillah
atau berikanlah
5. Nama obat, bentuk sediaan, dosis setiap kali pemberian dan jumlah
obat kemudian ditulis dalam angka Romawi dan harus ditulis dengan
jelas.
a. Penulisan resep standar tanpa komposisi, jumlah obat yang diminta
ditulis dalam satuan mg, g, IU atau ml, kalau perlu ada perintah
membuat bentuk sediaan (m.f. = misce fac, artinya campurlah,
buatlah)
b. Penulisan sediaan obat paten atau merek dagang, cukup dengan
nama dagang saja dan jumlah sesuai dengan kemasannya
6. Dalam penulisan nama obat karakter huruf nama obat tidak boleh
berubah, misalnya:

Codein, tidak boleh menjadi Kodein.

Chlorpheniramine maleate, tidak boleh menjadi Klorfeniramine
maleate

Pharmaton F tidak boleh menjadi Farmaton F
7. Untuk dua sediaan, besar dan kecil. Bila dibutuhkan yang besar, tulis
volume sediaan sesudah bentuk sedíaan.
8. Untuk sediaan bervariasi, bila ada obat dua atau tiga konsentrasi,
sebaiknya tulis dengan jelas, misalnya: pediatric, adult, dan forte.
9. Menulis jumlah wadah atau numero (No.) selalu genap, walaupun kita
butuh satu setengah botol, harus digenapkan menjadi Fls. II saja.
10. Jumlah obat yang dibutuhkan ditulis dalam angka romawi.
11. Signatura ditulis dalam singkatan latin dengan jelas, jumlah takaran
sendok dengan signa bila genap ditulis angka romawi, tetapi angka
pecahan ditulis arabik
12. Setelah
signatura harus diparaf atau ditandatangani oleh dokter
bersangkutan, menunjukkan keabsahan atau legalitas dari resep tersebut
terjamin
13. Nama pasien dan umur harus jelas., misalnya Tn. Narawi (49 tahun),
Ny.Raya (50 tahun), An.Nisa (4 tahun 2 bulan)
14. Khusus
untuk peresepan obat narkotika, harus ditandatangani oleh
dokter bersangkutan dan dicantumkan alamat pasien dan resep tidak
boleh diulangi tanpa resep dokter.
15. Tidak menyingkat nama obat dengan singkatan yang tidak umum
(singkatan sendiri), karena menghindari material oriented
kecil yang cukup melewati membran glomerular (air, garam dan beberapa
obat tertentu) disaring ke tubulus. Molekul-molekul yang besar seperti
protein plasma dan sel darah ditahan. Aliran darah kemudian melewati
bagian lain dari tubulus ginjal dimana transport aktif yang dapat
memindahkan obat dan metabolitnya dari darah ke filtrat tubulus. Sel
tubulus kemudian melakukan transport aktif maupun pasif (melalui difusi)
untuk mereabsorpsi obat. Interaksi bisa terjadi karena perubahan ekskresi
aktif tubuli ginjal, perubahan pH dan perubahan aliran darah ginjal.
BAB III
PEMBAHASAN RESEP
RESEP I
R/ Parasetamol
dexamethason
125 mg
12,5
mg
codein
3 mg
diazepam
2 mg
m.f.pulv.dtd. No.XX
da in cap.
S 3 dd. 1 cap. p.m.
Uraian Obat
1. Paracetamol (Kasim, 2012)

Gol. Obat
: bebas

Komposisi
: parasetamol 500mg

Indikasi
: meringankan rasa sakit pada kepala dan sakit gigi,
menurunkan demam.

Kontraindikasi : gangguan fungsi hati berat.

Perhatian

Efek samping : kerusakan hati pada penggunaan jangka panjang.

Dosis
: penyakit ginjal, konsumsi alcohol.
: dewasa sehari 3-4 kaplet, anak 6-12 tahun sehari 2-3 kali
½-1 kaplet.
2. Codein

Gol. Obat
: narkotika

Komposisi
: kodein

Farmakologi : kodein merupakan analgesic opioid. Efek kodein terjadi
bila kodein berikatan secara agonis dengan reseptor opioid diberbagai
tempat disusunan saraf pusat. Efek analgesic kodein tergantung afinitas
kodein terhadap reseptor opioid tersebut. Kodein juga berfungsi sebagai
antitussif yang bekerja pada susunan saraf pusat dengan menekan pusat
batuk.

Indikasi

Kontraindikasi : asma bronchial, emfisema paru-paru, trauma kepala,
: antitusif dan analgesic.
tekanan intracranial yang meninggi, alkoholisme akut, setelah operasi
saluran empedu.

Efek samping : dapat menimbulkan ketergantungan, mual, muntah
idiosinkrasi, pusing, sembelit, depresi pernapasan terutama pada penderita
asma, depresi jantung dan syok.
Bentuk sediaannya berupa tablet salut. Indikasinya yaitu untuk
gangguan system saraf perifer dan defisiensi vitamin Vitamin B 1
(MIMS.com)
b. Dosis
1) Mertigo SR
Dosisnya tidak sesuai yaitu 1 tablet 3 kali sehari. Seharusnya 1 tablet 2
kali sehari (Dexa Medica)
2) Gratizin
Dosisnya sesuai yaitu 5-10 mg/hari. Dewasa <65 tahun dosis awal 10
mg/hari, >65 tahun 5 mg/hari, berikan pada malam hari. Terapi
pemeliharaan : 5 hari/minggu. Lama terapi : 6 bulan (MIMS.com)
3) Domperidone
Dosisnya sesuai yaitu untuk dyspepsia fungsional : dewasa 10 mg 3
kali sehari. Untuk mual dan muntah : dewasa 10-20 mg 3-4 kali sehari.
4) Sanmol
Dosisnya sesuai yaitu dewasa 1-2 tablet sekali.
5) Neurosanbe
Dosisnya sesuai yaitu 1 tablet sehari.
c. Kestabilan penyimpanan
Semua obat yang digunakan pada resep sudah stabil yaitu stabil
pada penyimpanan suhu kamar (15-30°C).
3. Skrining Klinis
a. Peracikan obat Mertigo SR dan Gratizin
Seharusnya tidak boleh dilakukan peracikan obat untuk dibuat
menjadi kapsul karena Mertigo SR merupakan tablet sustained release atau
tablet lepas lambat. Jika digerus maka akan mengakibatkan perubahan
pada pelepasan obat, obat yang seharusnya dilepaskan secara perlahan
justru kemungkinan dilepaskan dalam sekali waktu sehingga kemungkinan
akan terjadi overdosis atau gejala toksisitas setelah meminumnya dan
kemungkinan setelah selang waktu tertentu justru underdose karena tidak
ada lagi pelepasan obat.
b. Efek samping obat (MIMS.com)
1) Mertigo SR
Mual, muntah atau ganggan gastrointestinal dan ruam kulit.
2) Gratizin
Lelah, mengantuk, peningkatan berat badan, peningkatan nafsu makan.
3) Domperidone
Wajah memerah dan reaksi alergi lain, reaksi distonik akut.
4) Sanmol
Reaksi hematologi, reaksi kulit dan jarang reaksi a lergi lainnya;
kerusakan hati (penggunaan jangka panjang)
5) Neurosanbe
Reaksi hipersensitivitas, agranulositosis.
c. Cara pemberian obat (MIMS.com)
1) Mertigo SR
Sebaiknya diberikan bersama makanan
2) Gratizin
Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan
3) Domperidone
Sebaiknya diberikan pada saat perut kosong : berikan 15-30 menit
sebelum makan.
4) Sanmol
Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan
5) Neurosanbe
Dapat diberikan bersama makanan atau setelah makan untuk
mengurangi rasa tidak nyaman pada saluran perncernaan.
d. Interaksi Obat
Nama Obat
Manifestasi klinik
Saran
Konsentrasi serum
Sebaiknya di atur jarak
Domperidone dengan
Domperidone dapat
pemberiannya atau
Sanmol
ditingkatkan ketika
dihentikan pemakaiannya
(Acetaminophen)
dikombinasikan dengan
jika sudah tidak demam dan
Acetaminophen.
mual muntah.
6) Gemfibrozil 300 mg
Dosis Gemfibrozil yang digunakan adalah 300 mg sekali sehari
tidak sesuai dengan dosis lazim gemfibrozil yang seharusnya 9001500 mg/hari dengan dosis
dosis terbagi.
c. Kestabilan dan penyimpanan
Semua obat yang digunakan pada resep tabil.Semua obat
disimpan di tempatyang
tempatyang sejuk dan terhindar dari sinar matahari.
3. SkriningKlinis
a. Efek samping obat
1) Adalatoros
Pusing; takikardia; edema perifer; perasaan hangat; sakit kepala;
keramotot; hipotensi; sindrom nefrotik; kemerahan pada kulit;
hyperplasia gingival.
2) Glimepiride
Hipoglikemia;
gangguang
visual
sementara;
gangguan
GI;
kerusakan hati; trombositopenia; anemia hemolitik; ruamkulit;
kemerahan.
3) Metformin
Gangguan
GI;
eritemaringan
rasa
logam
pada
lidah;
asidosis
laktat;
4) Varten
Sakit kepala; pusing; diare; sakit pinggang; mual; insomnia; infeksi
virus; nyeri perut; lesu; rhinitis; sinusitis; faringitis; infeksi saluran
napas atas.
5) Neurodex
Sindrom neuropati
6) Gemfibrozil
Sindrom myositik; gangguan GI; ruam; sakit kepala; diskrasia
darah; penglihatan kabur; pruritus; pusing; nyeri abdomen; diare;
mual; nyeriotot; anemia; leukopenia.
b. Interaksi obat
Nama Obat
Manifestasiklinik
Manifestasiklinik
Saran
Adalatoros
Dapat meningkatkan efek metformin yang
Perlu penyesuaian dosis
(nifedipine)
dapat menyebabkan kondisi asidosis laktat.
dan periksa gula darah
– Metformin
Asidosis
lebih sering
kelemahan,
nyeriotot,
laktat
dapat
denyut
sakit
menyebabkan
jantung
perut,
melambat,
pusing
hingga
pingsan.
Gemfibrozil
Dapat menyebabkan kadar gula darah
Perlu penyesuaian dosis
Glimepiride
menjadi terlalu rendah dengan gejala sakit dan
pemantauan
ulang
kepala, pusing, mengantuk, mual, lapar,
darah lebih sering jika
tremor, kelemahan, berkeringat dan denyut
menggunakan glimepiride
jantung cepat atau berdebar.
dan gemfibrozil..
c. Cara pemakaian obat serta makanan dan minuman yang harus
dihindari
1) Cara pemakaian
Semua obat yang tertera di dalam resep diberikan secara oral.
2) Makanan dan minuman yang harus dihindari

Adalatoros (Nifedipine)
Jus
jeruk
dapat
meningkatkan
secara
signifikan
kadar
nifedipine didalam darah. Memungkinkan mengalami sakit
kepala, tekanan darah rendah, denyut jantung tidak teratur,
pembengkakan dan retensi cairan.

Varten (valsartan)
Hindari penggunaan garam kalium atau suplemen yang
mengandung kalium tanpa sepengetahuan dokter. Hal ini dapat
menyebabkan kadar kalium dalam darah meningkat dan dapat
menyebabkan
kelemahan,
denyut
jantung
tidak
kebingungan, kesemutan dan perasaan berat pada kaki.
teratur,
RESEP V
R/ Tilidon Syrup I
3.dd ½ cth
R/ Nucef Syrup I
2.dd ½ cth
R/ ZincPro Syrup I
1.dd I cth
Pro : Fika
ASPEK FARMASETIK

SKRINING RESEP
1. Persyaratan Administratif (Kelengkapan resep) meliputi :
a. Inscriptio
-
:
Nama, alamat, nomor telepon, & No. Izin praktek dokter yang
bersangkutan : tidak lengkap
-
Tempat dan tanggal penulisan resep : tidak lengkap
-
Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep : lengkap
b. Prescriptio
-
:
Nama obat atau komposisi resep (bentuk sediaan, dosis, jumlah obat :
untuk nama obat atau komposisi resep (bentuk sediaan, dan dosis) :
sudah benar, untuk jumlah obat.
c. Signatura
-
:
Petunjuk pemakaiaan : lengkap
d. Subcriptio
:
-
Nama pasien : lengkap
-
Umur dan alamat pasien (jika perlu)

Untuk resep dari dokter hewan harus tercantum jenis hewan, nama
pemilik dan alamat.

Bagi penderita yang segera memerlukan obatnya,biasanya pada
kanan atas dari resep ditulis.
2. Kesesuaian Farmasetik meliputi :
a. Cara pemberian
b. Bentuk sediaan obat
3. Pertimbangan Klinis meliputi :
a. Efek samping obat
b. Interaksi obat
ASPEK FARMAKOLOGI
1. Tilidon Syrup (http://www.medisend.co.id)
Komposisi
: Domperidone
Indikasi
: Mual dan muntah karena berbagai sebab. Keluhan dispepsia
dengan pengosongan saluran cerna yang lambat, refluks
esofafeal. Rasa penuh di epigastrum atau abdomen.
Mekanisme Farmaskologi Efek antiemetic didapatkan dengan blockade
terhadap reseptor dompamin pada pusat CTZ dan pada
lambung, dimana memiliki affinitas yang kuat pada reseptor
dompain D2 dan D3 (http://www.drugbank)
Enzim CYP : CYP450 3A4 (http://www.drugbank)
2. Nucef Syrup (http://www.dexa-medica.com)
Komposisi
: Tiap sendok teh (5 ml) mengandung: Cefixime 100 mg
(potensi)
Indikasi
:
Cefixime diindikasikan untuk pengobatan infeksi-infeksi yang disebabkan
oleh mikroorganisme yang rentan antara lain:
1. Infeksi
saluran
kemih
tanpa
komplikasi
yang
disebabkan
oleh Escherichia coli dan Proteus mirabilis.
2. Otitis media yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae (strain βlaktamase
positif
dan
catarrhalis(sebagian besar
negatif), Moraxella
adalah
beta-laktamase
(Branhamella)
positif)
dan
Streptococcus pyogenes.
3. Faringitis dan tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes.
4. Bronkitis akut dan bronkitis kronis dengan eksaserbasi akut yang
disebabkan
oleh Streptococcus
pneumoniae dan Haemophilus
influenzae (strain β-laktamase positif dan negatif).\
Mekanime Farmaskologi : sama seperti golongan B-laktam, cefixim
spesifik terhadap Pensilin Binding Protein (PBP) yang ada pada dinding
sel bakteri.menyebabkan penghambatan pada sintesis dinding sel pada tah
pertama dan terakhir.
3. Zincpro (http://www.apotikantar.com)
Komposisi : Zn sulfate monohydrate 54.89 mg (setara Zn 20 mg)
Indikasi
: Terapi pelengkap diare pada anak-anak digunakan bersama
dengan oral rehydration salts
Interaksi Obat :
1. Zn dengann Cefixime

Heteroergis Antagonist
Adanya Zink yang membentuk kompleks dengan cefixime
menurunkan aktivitas penghambatan cefixime. Kompleks Zink
dengan cefixime dapat menghambat E.coli, Staphylococcus aureus,
f.
Interaksi Obat (Drugs.com) (Medscape.com)
Interaksi yang terjadi pada resep tersebut adalah interaksi antara
obat carbamazepine denganamitriptiline, carbamazepine dengan
kafein, carbamazepine dengan amlodipine, carbamazepine dengan
diklofenak, codein dengan amitriptiline, codein dengan amlodipine,
amitriptiline + carbamazepine dengan Kafein, amlodipine dengan
diklofenak.
-
Carbamazepine dengan amitriptiline akan menurunkan efek dari
amitriptiline dengan mempengaruhi metabolisme usus enzim
CYP3A4 dihati.
-
Carbamazepine dengan kafein akan menurunkan tingkat atau efek
dari kafein dengan mempengaruhi metabolisme enzim CYP1A2
dihati
-
Carbamazepine dengan amlodipine yaitu carbamazepine dapat
menurunkan konsentrasi plasma dan efek farmakologis dari
calcium channel blockers (CCBs)
-
Carbamezipine dan diklofenak akan menurunkan tingkat atau efek
diklofenak dengan mempengaruhi enzim CYP2C9 dihati / 10
metabolisme
-
Codein dengan amitriptiline dapat meningkatkan sedasi dan dapat
meningkatkan
efek
samping
seperti
pusing,
mengantuk,
kebingungan dan kesulitan berkonsentrasi. Dan beberapa orang
terutama orang tua juga mungkin mengalami penurunan daya
pikir, penilaian dan koordinasi motorik.
-
Codein
dengan
amlodipine
memilifiki
efek
aditif
dalam
menurunkan tekanan darah. Anda mungkin mengalami sakit
kepala, pusing, ringan, pingsan dan atau perubahan denyut nadi
atau detak jantung.
-
Amitriptiline + carbamazepine dengan kafein yaitu amitriptiline
dan carbamazepine meningkat dan kefein dapat menurunkan
sedasi
-
Amlodipine dengan diklofenak dapat menyebabkan tekanan darah
meningkat. Resiko hipotensi meningkat ketika NSAID dihentikan
atau tidak diminum bersamaan.
Etiket
Racikankapsul
Rebal Plus
APOTEK KIMIA FARMA ADDARAEN
Jl. SULTAN ALAUDDIN NO. 305 A Makassar
Telp. (0411) 845 064
Apoteker :FIRDHAFITRA, S.Farm,Apt
SIPA : 440/95-12/APT/DKK/XI/2011
No.
Nama :
Tgl.
xsehariTablet/Kapsul/Bungkus
(pagi-siang-malam )
Sebelum/Sesudahmakan
II.1.3.3 SalinanResep
NamaObat :
Jauhkandarijangkauananak-anak
Amlodipine
APOTEK KIMIA FARMA ADDARAEN
Jl. SULTAN ALAUDDIN NO. 305 A Makassar
Telp. (0411) 845 064
Apoteker :FIRDHAFITRA, S.Farm,Apt
SIPA : 440/95-12/APT/DKK/XI/2011
No.
Nama :
Tgl.
xsehariTablet/Kapsul/Bungkus
(pagi-siang-malam )
Sebelum/Sesudahmakan
NamaObat :
Jauhkandarijangkauananak-anak
APOTEK KIMIA FARMA ADDARAEN
Jl. SULTAN ALAUDDIN NO. 305 A Makassar
Telp. (0411) 845 064
Apoteker :FIRDHAFITRA, S.Farm,Apt
SIPA : 440/95-12/APT/DKK/XI/2011
No.
Nama :
Tgl.
xsehariTablet/Kapsul/Bungkus
(pagi-siang-malam )
Sebelum/Sesudahmakan
NamaObat :
Jauhkandarijangkauananak-anak
Gambar 3.2.EtiketResepAnalgetikadanNarkotika
Copy Resep
APOTEK KIMIA FARMA ADDARAEN
JL.SULTAN ALAUDDIN 305 AMakassar
Telp. (0411) 845 064
Apoteker: FIRDHAFITRA, S.Farm.,Apt.
SIPA
: 440/95-12/APT/DKK/XI/2011
SALINAN RESEP
No. Resep
:
Untuk
:
Dokter
:
Tgl:
STEMPEL
APOTEK
PCC
(FIRDHAFITRA, S.Farm.,Apt.)
ObattsbtidakbolehdigantitanpasepengetahuanDokter
Copy ResepNarkotikadanAntibiotika
NAMA OBAT : INOLIN
Komposisi:
Trimetoquinol HCL 3 mg / tablet
Indikasi:
Merelaksasi konstraksi bronkus yang berhubungan dengan asma
bronkial, bronkitis menahun, pneumokoniosis
Dosis:
Dewasa 1-4 tablet sehari dibagi dalam 2-3 kali pemberian; anak
dibawah 6 tahun : 3-4 x sehari 0,1 mg/kg BB
Kontra Indikasi:
Penderita hipersensitid terhadap komponen obat
Efek Samping:
Palpitasi, sakit kepala, mual, muntah, mulut kering
NAMA OBAT : CODEINE
Komposisi:
Codeine
Indikasi:
Batuk kering atau batuk dengan nyeri.
Dewasa: 10-20 mg tiap 4-6 jam maksimal 120 mg/hari;
jarang diberikan sebagai obat batuk pada anak-anak.
Dosis
: Anak: 6-12 tahun 5-10 mg atau 0,5-1,5 mg/kg bb tiap 4-6
jam maksimal 60 mg/hari; 2-6 tahun 0,5-1 mg/kg bb/hari
dalam dosis terbagi tiap 4-6 jam maksimal 30 mg/hari.
Kontra Indikasi:
Penderita hipersensitid terhadap komponen obat
Efek Samping:
Palpitasi, sakit kepala, mual, muntah, mulut kering
NAMA OBAT : TREMENZA
Komposisi:
Pseudoephedrine dan triprolidine
Mengurangi
Indikasi:
gejala
flu
disebabkan
reaksi
alergi
yang
membutuhkan dekongestan nasal dan antihistamin pada saat
bersamaan.
Dewasa:1 atau 2 tablet
Dosis:
Anak: 6-12 tahun ½ tablet atau 1 tablet, 2-5 tahun ½ tablet.
Gunakan 3-4 kali sehari
Penderita penderita lower resp tract seperti asma, HTN,
Kontra Indikasi:
glaukoma, diabetes, CAD, MAOI therapy.
Halusinasi, insomnia, pusing, tremor, tinitus, sedasi, mulut
Efek Samping:
kering
NAMA OBAT : CORTIDEX
Komposisi:
Dexamethasone 0.5 mg / tablet
Berbagai kondisi inflamasi seperti radang reumatik, radang
Indikasi:
usus, radang pada ginjal, radang pada mata, radang karena
asma,
pengobatan
autoimun,
shock
anafilaktik,
dan
pengobatan terhadap pasien kanker.
Dewasa:0.5 – 9 mg dalam dosis terbagi.
Anak: 6-12 tahun 0.25
Dosis:
tahun 0.1
– 2 mg; 1 – 5 tahun 0,25-1 mg; < 1
– 0.25 mg. Diberikan 2 kali sehari. Terapi intensif
atau darurat 2
– 4 mg 6 – 8 kali / hari, maksimal 50 mg/hari.
Syok 1 – 6 mg/kg bb dosis tunggal
Penderita hipersensitid terhadap komponen obat, penderita
tukak lambung, osteoporosis, diabetes mellitus, infeksi jamur
Kontra Indikasi:
sistemik, glaukoma, psikosis, penderita TB aktif, penderita
herpes zoster, sindrome cushing dan penderita dengan
gangguan fungsi ginjal
Efek Samping:
Palpitasi, sakit kepala, mual, muntah, mulut kering
NAMA OBAT : BISOLVON
Per 5 mL: Bromhexine HCl 4 mg, paracetamol 150 mg,
Komposisi:
chlorpheniramine maleate 2 mg, phenylephrine HCl 5 mg
Meredakan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung
Indikasi:
tersumbat, dan bersin-bersin yang disertai batuk
DAFTAR PUSTAKA
Akoria OA, Ambrose OI. Prescription Writing in Public and Private Hospitals in
Benin City. Nigeria : The Effect of an Educational Intervension. Can J
Clin Pharmacol. 2008; 15(2): e295-e305
Amira, A. 2011, Skripsi; Penulisan Resep askes di Apotek RSUP Haji Adam
Malik Periode Mei 2011, Medan.
Anonim. http://www.medisend.co.id/tilidon_sirup_60_ml. diakses : 18 Maret
2017
Anonim. http://www.dexa-medica.com/our-product/searchs/Nucef. diakses : 18
Maret 2017
Anonim. http://www.apotikantar.com/zincpro_sirup_60_ml. diakses : 18 Maret
2017
Anonim. http://www.drugbank.ca/drugs/DB01184. diakses : 18 Maret 2017
Anonim.http://www.medicinenet.com/cefixime_tabletsoral/page2.htm#SideEffect
s. diakses : 18 Maret 2017
Anonim, http://kkyazid.blogspot.co.id/2011/10/kodein-metilmorfin-yangmemiliki-banyak.html, diakses pada tanggal 19 maret 2017
Arayne, M.S et all. 2002. Antibacterial Studies Of Cefixime Copper, Zinc And
Cadmium Complexes. Faculty of Pharmacy, Department of Chemystry,
University of Karachi
Aslam, Mohammed, dkk, 2003 , Farmasi Klinis. Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo
Baxter, K., “Stockley’s drug interaction ninth edition ”,
London, 2010. Hal. 179.
pharmaceutical press,
BNF, 2007, British National Formulary 54th Edition, BMJ Publishing Group,
London.
Cahyono, J. B. S. B, 2008, Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam
Praktek Kedokteran. Yogyakarta : Kanisius
Cohen, M.R., 1999, Medication Errors, 16,1-16,8, American Pharmaceutical
Association, Washington, DC
Dean B, Barber N, Schachter M. What is a prescribing error?. Quality in Health
Care. 2009; 9: 232 –37.
Dipiro, J.T., Wells, B.G., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Posey, L.M.,
2005, Pharmacotherapy, 6th Edition, Appleton ang Lange, New York
Dito,A.http://www.kabarindonesia.com/beritaprint.php?id=20080414210453,
diakses pada tanggal 19 maret 2017
Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi III , Departemen Kesehatan RI,
Jakarta
Dwiprahasto Iwan, Erna Kristin, 2008. Intervensi Pelatihan untuk Meminimalkan
Risiko Medication Error di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer . Jurnal
Berkala Ilmu Kedokteran
Fradgley, S, 2003. Interaksi Obat, Dalam Farmasi klinis (Clinical Pharmacy)
Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien . Jakarta :
PT. Elex Media Kkomputindo Gramedia
Glowinski J. Placebo-controlledstudy of the anlgesic efficacy of a paracetamol
500mg/codeine 30mg combination together with low –dose vs high dose
diclofenac in rheumatoid arthritis. Clin Drug Invest 1999; 18(3): 189197.
Gautman, C.S., Saha, Lekha, 2008 , Fixed Dose Drugs Combination (FDCs);
Rational or Irrational : a View point. British Jurnal Clinic Pharmacology.
65(5) ; 795-796.
Harkness Richard, diterjemahkan oleh Goeswin Agoes dan Mathilda B.Widianto.
Interaksi obat. Bandung: Penerbit ITB, 1989.
Hartayu, T.S, dan Widyati, A. Kajian Kelengkapan Resep Pediatri yang
Berpotensi Menimbulkan Medication Error di Rumah Sakit dan 10
Apotek di Yogyakarta. Yogyakarta
http://pionas.pom.go.id/monografi/kodein-fosfat-0
http://reference.medscape.com/drug-interactionchecker
http://www.mims.com/indonesia
Jas A. 2007. Perihal Resep dan Dosis serta Latihan Menulis resep Edisi 1,
Medan: Universitas Sumatra Utara Press
Jas A. 2009. Perihal Resep dan Dosis serta Latihan Menulis resep Edisi 2,
Medan: Universitas Sumatra Utara Press
Kasim, F., Trisna, Y., sebagai redaksi, “ ISO-Informasi Spesialite Obat Indonesia,
Vol. 47 tahun 2012-2013 ”, penerbit PT. ISFI penerbitan, Jakarta, 2012,
hal 37,261,268,403
Lofholm PW, Katzung BG. Chapter 65: Rational Prescribing & Prescription
Writing. Dalam: Katzung BG, Masters BS, Trevor AJ, editor. Basic and
Clinical Pharmacology. Edisi ke-11. United State:
McGraw Hill
Medical; 2009. hlm.1139-48.
Malone, P.M., Mosdell, K.W., Kier, K.L., and Stanovich, J.E., 2001, Drug
Information A Guide for Pharmacists, 2 nd edition, McGraw-Hill, New
York.
MIMS. Referensi Obat. Informasi Ringkas Produk Obat. PT. Medidata Indonesia.
2016
Octavia, Hanna, 2011, Skripsi : Analisis Kelengkapan Peresepan di Apotek KPRI
RSUD DR. SOETOMO, Bulan Desember 2010, Surabaya.
Prawitasari, Diah, 2009. Skripsi: Tinjauan Aspek Legalitas dan Kelengkapan
Resep di 5 Apotek Kabupaten Klaten Tahun 2007 . Surakarta
Rahmawati, F. 2002. Kajian Penulisan Resep : Tinjauan Aspek Legalitas
Kelengkapan Resep di Apotek-apotek Kotamadya Yogyakarta.
Yogyakarta: Majalah Farmasi Indonesia.
Sandy, 2010, Skripsi : Studi Kelengkapan Resep Obat Untuk Pasien Anak di
Apotek Wilayah Kecamatan Kartasura Bulan Oktober-Desember 2008.
Surakarta
Stockley, L.H. 2008. Stockley’s Drug Interaction Edisi Kedelapan. Great Britain:
Phrmaceutical Press.
Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.P., Kusnandar.,
“ISO Farmakoterapi”, penerbit PT. ISFI Penerbitan, Jakarta, 2008, Hal.
264, 303
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 25/MENKES/SK/IX/2014.
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek . Jakarta:
Departemen
Kesehatan RI; 2014.
Syamsuni, H.A. 2007. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokeran EGC
Wibowo, A. 2010. Skripsi: Analisis Kelengkapan Resep di Apotek Wilayah
Lamongan Bulan Februari 2010. Surabaya.
World Health Organization, 1994. The Contribution of the Family Doctor , WHOWONCA Conference 1994
Download