Uploaded by User20673

Pembahasan Gas Nyata

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gas merupakan satu dari tiga wujud zat dan walaupun wujud ini merupakan bagian
tak terpisahkan dari studi kimia, bab ini terutama hanya akan membahasa hubungan
antara volume, temperatur dan tekanan baik dalam gas ideal maupun dalam gas nyata,
dan teori kinetik molekular gas, dan tidak secara langsung kimia. Bahasan utamanya
terutama tentang perubahan fisika, dan reaksi kimianya tidak didisuksikan. Namun, sifat
fisik gas bergantung pada struktur molekul gasnya dan sifat kimia gas juga bergantung
pada strukturnya. Perilaku gas yang ada sebagai molekul tunggal adalah contoh yang baik
kebergantungan sifat makroskopik pada struktur mikroskopik.
Maka dari itu semua jenis gas terbagi menjadi dua tipe, yaitu : gas ideal dan gas nyata.
Gas ideal merupakan sebuah gas yang mematuhi persamaan gas umum dari PV = nRT
yang disampaikan secara singkat, sedangkan gas nyata adalah gas yang tidak mematuhi
persamaan gas umum dan menggunakan hukum-hukum gas hanya pada saat tekanan
rendah. (Maron, Samuel Herbert : 5).
Gas nyata (real gas) bersifat menyimpang dari gas ideal, terutama pada tekanan tinggi
dan suhu rendah. Teori Kinetika gas menjelaskan Postulat 1: massa gas dapat diabaikan
jika dibandingkan dengan volume bejana. Pada tekanan tinggi, atau jika jumlah molekul
banyak, volume gas harus diperhitungkan à volume ideal sebetulnya lebih kecil dari
volume real. Gas nyata hanya mengikuti persamaan gas ideal hanya pada suhu dan
tekanan standar, sedangkan pada keadaan suhu dan tekanan tinggi, gas nyata tidak
mengikuti persamaan gas`ideal.
Kita dapat dengan mudah menentukan gas nyata harus dengan hipotesa gas, seperti
semua gas mengandung molekul yang pasti menempati sebuah volum dan menggunakan
saling tarik menarik satu sama lain. Bagaimanapun, faktor yang mempengaruhi menjadi
diabaikan, dan kemungkinan tersebut ditinjau menjadi gas ideal. Kekuatan tarik antara
molekul gas dianggap diabaikan. Asumsi ini hanya berlaku pada tekanan rendah dan suhu
tinggi karena dalam kondisi molekul berjauhan. Tetapi pada tekanan tinggi dan suhu
rendah volume gas kecil dan sehingga kekuatan menarik meskipun sangat kecil.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu gas nyata ?
1.2.2 Sifat-sifat gas nyata ?
1.2.3 Persamaan Van Der Walls ?
1.2.4 Apa itu Faktor Kompresibilitas ?
1.2.5 Apa itu Koefisien Virial ?
1.2.6 Apa itu Pengembunan ?
1.2.7 Apa itu Konstanta Kritis ?
1.2.8 Apa itu Asas Keadaan Yang Bersesuaian ?
1.2.9 Fugasitas Gas Nyata ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu gas nyata.
1.3.2 Untuk mengetahui sifat-sifat gas nyata.
1.3.3 Untuk mengetahui persamaan Van Der Walls.
1.3.4 Untuk mengetahui faktor kompresibilitas
1.3.5 Untuk mengetahui koefisien virial
1.3.6 Untuk mengetahui pengenmbunan
1.3.7 Untuk mengetahui konstanta kritis
1.3.8 Untuk mengetahui asas keadaan yang bersesuaian
1.3.9 Untuk mengetahui fugasitas gas nyata.
1.4 Manfaa Penulisan
1.4.1 Memeberikan informasi tentang gas nyata.
1.4.2 Memberikan informasi tentang sifat-sifat gas nyata.
1.4.3 Memberikan informasi tentang persamaan Van Der Walls.
1.4.4 Memberikan informasi tentang faktor kompresibilitas
1.4.5 Memberikan informasi tentang koefisien virial
1.4.6 Memberikan informasi tentang pengembunan
1.4.7 Memberikan informasi tentang konstanta kritis
1.4.8 Memberikan informasi tentang asas keadaan yang bersesuaian
1.4.9 Memberikan informasi tentang fugasitas gas nyata.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gas Nyata
Gas merupakan suatu keadaan atau suatu bahan yang dapat dimanfaatkan serta
mampu mengembang tanpa batas dan bebas bergerak sekehendaknya. Oleh karena itu tak
berbentuk dan tak bervolume. Sangat bergantumg pada bentuk wadah yang ditempatinya.
Gaya tarik menarik antara partikel-partikelnya kecil. Tumbukan dan hentakannya lemah.
Atom-atom dan molekul-molekulnya senantiasa berseliweran dan berbenturan satu sama
lain dengan dinding wadah yang didiaminya.
Gas yang mengikuti hukum Boyle dan hukum Charles, yakni hukum gas ideal,
disebut gas ideal. Namun, didapatkan, bahwa gas yang kita jumpai, yakni gas nyata,
tidak secara ketat mengikuti hukum gas ideal. Semakin rendah tekanan gas pada
temperatur tetap, semakin kecil deviasinya dari perilaku ideal. Semakin tinggi tekanan
gas, atau dengan dengan kata lain, semakin kecil jarak intermolekulnya, semakin besar
deviasinya.
Paling tidak ada dua alasan yang menjelaskan hal ini. Peratama, definisi
temperatur absolut didasarkan asumsi bahwa volume gas real sangat kecil sehingga bisa
diabaikan. Molekul gas pasti memiliki volume nyata walaupun mungkin sangat kecil.
Selain itu, ketika jarak antarmolekul semakin kecil, beberapa jenis interaksi antarmolekul
akan muncul.
Fisikawan Belanda Johannes Diderik van der Waals (1837-1923) mengusulkan
persamaan keadaan gas nyata, yang dinyatakan sebagai persamaan keadaan van der
Waals ataupersamaan van der Waals. Ia memodifikasi persamaan gas ideal (persamaaan
6.5) dengan cara sebagai berikut: dengan menambahkan koreksi pada P untuk
mengkompensasi interaksi antarmolekul; mengurango dari suku V yang menjelaskan
volume real molekul gas. Sehingga didapat:
(P + a ) (V – b ) = R T
V2
Atau
P=
RT
(V – b)
a
(a.4 a)
(a.4 b)
V2
3
a dan b adalah nilai yang ditentukan secara eksperimen untuk setiap gas dan
disebut dengan tetapan van der Waals (Tabel 6.1). Semakin kecil nilai a dan b
menunjukkan bahwa perilaku gas semakin mendekati perilaku gas ideal. Besarnya nilai
tetapan ini juga berhbungan denagn kemudahan gas tersebut dicairkan.
Tabel 6.1g Nilai tetapan gas yang umum kita jumpai sehari-hari.
gas
a
(atm dm6 mol-2)
b
(atm dm6 mol-2)
He
0,0341
0,0237
Ne
0,2107
0,0171
H2
0,244
0,0266
NH3
4,17
0,0371
N2
1,39
0,0391
C2 H
4,47
0,0571
CO2
3,59
0,0427
H2O
5,46
0,0305
CO
1,49
0,0399
Hg
8,09
0,0170
O2
1,36
0,0318
Gas nyata bersifat tidak sempurna, yaitu gas yang tidak mematuhi dengan tepat
hukum gas sempurnaa. Penyimpangan hukum terutama lebih terlihatpada tekanan tinggi
dan temperatur rendah, khususnya pada saat gas akan mengembun menjadi cair.
Kenyataan menunjukkan bahwa hukum gas ideal tidak dapat mendiskripsi sifat –
sifat gas real secara tepat. Sebagai contoh adalah sebagai berikut :
Jika kita mempunyai satu mol gas, berada pada ruang bertekanan 1 atm dan 0o C,
menurut persamaan gas ideal, gas tersebut bervolume 22,4 liter. Tetapi kenyataan
menunjukkan bahwa pada pengukuran sesungguhnya ternyata volume 1 mol gas pada 1
atm dan 0o C selalu lebih dari 22,4 liter. Di lain pihak, jika kita menpunyai 1 mol gas
dari 0o C yang ditempatkan pada bejana bervolume 22,4 liter, ternyata tekanannya
kurang dari 1 atm.
4
Dari kenyataan ini, maka tampak bahwa pada pengukuran gas sesungguhnya
(real), diperoleh hasil pengukuran yang menyimpang formulasi persamaan keadaan yang
lebih realistik dan menyelidiki implikasi persamaan keadaan tersebut.
Gas Nyata

Gas nyata berbeda dari gas ideal karena terdapat interaksi di antara molekulmolekulnya.

Gaya tolakan cukup berpengaruh saat molekul-molekul akan saling bertumbuk
khususnya pada tekanan sangat tinggi.

Gas pada tekanan tinggi, gas yang kurang dapat terkompresi

Gaya tarik yang akan bekerja saat jarak antar
Interaksi Molekul
Gas nyata memperlihatkan penyimpangan dari hukum gas sempurna karena
molekul-molekulnya berinteraksi satu sama lain : gaya tolak antar molekul membantu
pemuaian dan gaya tarik membantu penempatan.
Gaya tolak antar molekul netral hanya bearti jika moleku-molekul tersebut
hampir bersentuhan : gaya ini adalah interaksi jarak pendek, sekalipun dengan skala yang
diukur dalam garis tengah (diameter) molekuler. Karena gaya itu adalah interaksi jarak
pendek, tolak-menolak tidak boleh diabaikan hanya jika molekul-molekul tersebut secara
rata-rata berdekatanaa. Ini adalah kasus pada tekanan tinggi, jika sejumlah besar molekul
menempati volum yang kecil. Sebaliknya, gaya terik antar molekul mempunyai jereak
relatif jauh dan gaya tarik itupun efektif diatas beberapa diameter molekuler. Gaya ini
penting jika molekul-molekul cukup berdekatan tetapi tidak perlu bersentuhan. Gaya
tarik menjadi tidak efektif jika molekul-molekul terpisah jauh.
Dengan demikian, pada tekanan rendah, jika molekul-molekul menempati volume
yang besar, pada sebagian besar waktu, molekul-molekul begitu jauh terpisah sehingga
gaya antar molekul tidak mempunyai peranan bearti, dan gas berperilaku sempurna. Pada
tekanan sedang, ketika molekul-molekul secara rata-rata hanya terpisah sejauh beberapa
diameter molekuler, gaya tarik menang terhadap gaya tolak. Dalam hal ini, gas dapat
diharapkan lebih mudah dimamfaatkan ketimbang gas sempurna.
Temperatur dan tekanan kritis
5
Karena uap air mudah mengembun menjadi air, telah lama diharapkan bahwa
semua gas dapat dicairkan bila didinginkan dan tekanan diberikan. Namun, ternyata
bahwa ada gas yang tidak dapat dicairkan berapa besar tekanan diberikan bila gas berada
di atas temperatur tertentu yang disebut temperatur kritis. Tekanan yang diperlukan
untuk mencairkan gas pada temperatur kritis disebut dengan tekanan kritis, dan wujud
materi pada temperatur dan tekanan kritis disebut dengan keadaan kritis.
Temperatur kritis ditentukan oleh atraksi intermolekul antar molekul-molekul
gas. Akibatnya temperatur kritis gas nonpolar biasanya rendah. Di atas nilai temperatur
kritis, energi kinetik molekul gas jauh lebih besar dari atraksi intermolekular dan dengan
demikian pencairan dapat terjadi.
Tabel 6.2 Temperatur dan tekanan kritis beberapa gas yang umum dijumpai.
Gas
Temperatur
kritis (K)
Tekanan
kritis (K)
Gas
Temperatur
kritis (K)
Tekanan kritis (atm)
H2O
647,2
217,7
N2
126,1
33,5
HCl
224,4
81,6
NH3
405,6
111,5
O2
153,4
49,7
H2
33,3
12,8
Cl2
417
76,1
He
5,3
2,26
Koefisien Virial
Pada volume besar dan temperatur tinggi, isoterm gas nyata dan isoterm gas
sempurna tidak jauh berbeda. Perbedaan kecil ini menunjukkan bahwa hukum gas
sempurna berlaku pada tekanan rendah dan pada kenyataannya merupakan suku pertama
dalam pernyataan yang berbentuk.
pVm = RT (1 + B’p + C’p . . .)
Dalam banyak penerapan, deret yang lebih cocok adalah
pVm = RT
1+B+C+...
Vm Vm
Pernyataan tersebut adalah dua versi dari persamaan keadaan virial (nama ini
berasal dari kata latin untuk gaya). B, C, . . . , yang bergantung pada temperatur, adalah
koefisien virial yng kedua, ketiga, . . . , koefisien virial yng ketiga C biasanya kurang
penting ketimbang yang kedua B dalam arti bahwa volume molar khas C/Vm2 << B/Vm.
Persamaan virial adalah contoh pertama dri prosedur umum dalam kimia fisika, dimana
satu hukum sederhana (dalam hal ini pV = nRT) dianggap sebagai suku pertama deret
pangkat satu variabel (dalam hal ini p atau Vm ).
6
Persamaan virial dapat digunakan untuk memeragakan suatu hal penting yaitu
walaupun persamaan keadaan gas nyata dapat sama dengan gas sempurna sewaktu p
0,
semua sifat-sifatnya tidak perlu sama dengan sifat-sifat gas sempurna. Perhatikanlah
misalnya, nilai dZ/dp, kemiringan grafik faktor penempatan terhadap tekanan. Untuk gas
sempurna berlaku dZ/dp = 0, tetapi untuk gas nyata berlaku
dZ = B’ + 2Pc’ + . . .
dp
B’
ketika p
0
Namun demikian, B’ tidak perlu nol. Oleh karena itu, walaupun untuk gas nyata
Z
1 ketika p
0 (dan lebih umum, persamaan keadaan gas nyata sama dengan hukum
gas sempurna ketika p
0), kemiringan kurva Z terhadap p tidak mendekati nol (nilai
gas sempurna. Karena sifat-sifat lain yang akan (yang akan kita lihat nanti) juga
begantung pada turunan-turunan, sifat-sifat gas nyata tidak selalu sama dengan nilai-nilai
gas sempurna pada tekanan rendah.
2.2 Sifat-sifat Gas Nyata
Sifat gas nyata:
 Volume molekul gas nyata tidak dapat diabaikan
 Terdapat gaya tarik menarik antara molekul-molekul gas terutama jika tekanan
diperbesar atau volum diperkecil
 Adanya interaksi atau gaya tarik menarik antar molekul gas nyata yang sangat kuat,
menyebabkan gerakan molekulnya tidak lurus, dan tekanan ke dinding menjadi
kecil, lebih kecil daripada gas ideal.
 Memenuhi persamaan
(P + a ) (V – b ) = R T
(a.4 a)
V2
Atau
P= RT
(V – b)
a
(a.4 b)
2
V
Dimana :
P = Tekanan absolut gas (atm)
V = Volume spesifik gas (liter)
R = Konstanta gas (0,082 L.atm/mol atau 8,314J/Kmol)
T = Suhu /temperatur absolut gas (K)
n = Jumlah mol gas
a,b = Konstanta Van der Waals
7
2.3 Persamaan Van Der Walls
Persamaan Van der Walls, merupakan salah satu bentuk persamaan yang lebih
mendekati realitas. Meskipun demikian, persamaan inipun belum sepenuhnya benar.
Untuk mendapatkan persamaan ini, kita berangkat dari persamaan serta sifat gas ideal.
Masalah yang akan dibahas, berangkat dari fakta, bahwa pengukuran terhadap gas real,
menyimpang dari keidealan. Diduga, bahwa penyimpangan gas real terhadap keidealan
disebabkan karena terdapat dua syarat keidealan yang tidak pernah dapat dipenuhi oleh
gas real, yaitu :
1. Molekul – molekul gas ideal dipandang sebagai titik massa yang tak bervolume atau
tidak memakan tempat. Dengan demikian jika ke dalam ruangan dimasukkan gas,
maka seolah- olah partikel gas tidak membutuhkan tempat. Padahal sebenarnya, tidak
ada materi yang tidak makan tempat. Itulah sebabnya maka volume gas real lebih
besar dari pada gas ideal. Jika penyimpangan volume ini disebut b, maka hubungan
antara V gas real dan V gas ideal adalah :
V = Vid + b
(a.1)
Atau
Vid = V – b
dengan V adalah volume molar gas real sedangkan Vid adalah volume molar gas ideal.
2. Pada gas ideal diasumsikan bahwa setiap partikal molekul bekerja gaya atraksi
sedemikian rupa sehingga resultantenya = 0, atau dengan perkataan lain, pada
molekul gas ideal tidak terdapat gaya atraksi sama sekali. Padahal kenyataannya,
untuk molekul – molekul yang berada didekat dinding, masih bekerja gaya straksi.
Pengabaian gaya atraksi yang besarnya berbanding terbalik kuadrat volume atau a/V2
inilah yang mengakibatkan pengecilan tekanan gas real dibandingkan gas ideal dalam
relasi :
Pid = p + a
V2
dengan p adalah tekanan gas real.
(a.2)
Untuk mendapatkan persamaan Van der Walls, kita bertolak dari persamaan
gas ideal. Karena sesungguhnya persamaan Van der Walls adalah persamaan gas ideal
8
yang dimodifikasi dengan memperhitungkan volume partikel serta atraksi antar
molekul. Telah kita ketahui bahwa untuk gas ideal berlaku :
pid Vid = R T
Jika persamaan 1, dimasukkan ke dalam persamaan ini di atas, maka di peroleh :
pid ( V b ) R T
(a.3)
Selanjutnya, substitusi persamaan (2) ke dalam persamaan (3), menghasilkan :
(P + a ) (V – b ) = R T
(a.4 a)
2
V
Atau
P= RT
(V – b)
a
V2
(a.4 b)
Persamaan (4 a) atau (4 b) itulah yang disebut persamaan Van der Walls.
Tabel 1.1 Koefisien van der walls pada temperatur 298 K.
a/
b/
2
-2
-2
(atm L mol )
(10 L mol-2)
Ar
1,325
3,22
CO2
3,592
4,267
He
0,034
2,37
N2
1,390
3,913
Penyusunan persamaan
Interaksi tolak-menolak antara molekul –molekul diperhitungkan dengan asumsi
bahwa interaksi itu menyebabkan molekul-molekul beroerilaku seperti bola kecil tetapi
tidak dapat ditembus. Volume bukan nol molekul menyiratkan bahwa partikel itu tidak
bergerak didalam volume V, melainkan terkekeng didalam volume yang lebih kecil V –
nb, dengan menyatakan perkiraan volume total yang ditempati molekul-molekul sendiri.
Dengan alasan ini kita terdorong untuk mengubah hukum gas sempurna p=nRT/V
menjadi :
p = nRT
V – nb
Tekanan bergantung baik pada frekuensi tabrakan dengan dinding maupun dengan
gaya setiap tabrakan. Baik frekuensi maupun gaya tabrakan berkurang akibat gaya tarik.
Yang terjadi akibat kekuatan yang secara kasar sabanding dengan konsentrasi molar n/V
molekul-molekul di dalam sampel. Oleh karena itu, tekanan berkurang sebanding dengan
9
kuadrat konsentrasi ini. Jika pengurangan tekanan ditulis sebagai –a(n/V)2, dengan a
menyatakan konstanta yang khas untuk setiap gas, maka efek gabungan dari gaya tolak
dan gaya tarik adalah persamaan Van Der Walls :
p = nRT
a n 2
(1 a)
V – nb
V
Persamaan ini sering ditulis dalam istilah volume molar Vm 2 = V/m sebagai :
p = nRT
Vm – nb
a
Vm2
(1 b)
Istilah a/Vm disebut tekanan internal gas. Terkadang lebih baik untuk menata ulang
persamaan tersebut menjadi bentuk yang menyerupai pV = nRT :
p + an2 (V – nb) = nRT
V2
(1 c)
(P.W.ATKINS : 1996 : 19)
Ciri-ciri utama persamaan Van Der Walls :
a) Isoterm gas sempurna diperoleh pada temperatur tinggi dan volume molar besar.
Jika temperatur tinggi, RT dapat menjadi begtu besar sehingga suku pertama dan
dalam persamaan 1b jauh lebih melebihi suku keduanya. Lagi pula, jika volume
molar besar (dalam arti Vm >> b), kita dapat menggantikan penyebutnya Vm –
dengan Vm. Dengan demikian, persamaan menjadi lebih sederhana p=RT/Vm ,
persamaan gas sempurna.
b) Cairan dan gas berada bersama-sama jika efek kohesi dan dispersiberada
dalamkeseimbangan. Lengkungan can der walls terjadi jika kedua suku dalam
persamaan 1b sama besar. Suku pertama berasal dari energi kinetik molekul dan
interaksi tolak menolaknya; suku kedua menggambarkan efek interaksi tarik
menarik.
c) Konstanta kritis berhubungan dengan koefisien-koefisien van der walls. Untuk T
> Tc isoterm hasil hitungan berosilasi dan masing-masing mencapai nilai
minimum, kemudian diikuti dengan nilai maksimu. Nilai–nilai ekstrem ini saling
mendekat sewaktu T
Tc dan akan sama nilainya pada T = Tc, dan pada titik
kritis, kurva mempunyai perubahan datar. Dari sifat-sifat kurva, kita tahu bahwa
perubahan semacam ini terjadi jika baik turunan pertama maupun kedua bernilai
nol. Dengan demikian, kita dapat menemukan konstanta kritis dengan
menghitung turunan-turunan tersebut dan membuatnya sama dengan nol.
10
2.4 Faktor Kompresibilitas (Z) Gas Van Der Walls
Telah diuraikan bahwa pengukuran terhadap tekanan, volume molar serta temperatur
suatu gas tidak memenuhi persaman p V = RT, dan itu terjadi pada sembarang gas.
Karena menyimpang dari sifat keidealan maka gas real juga disebut gas non ideal.
Pernyataan kuantitatif atas besarnya penyimpangan terhadap keidealan, disebut faktor
kompresibilitas Z (berbeda dengan koefisien kompresibilitas K) dengan Z adalah resiko
antar volume molar suatu gas yang diamati atau gas real (V), dengan volume molar gas
ideal (V id). Jadi :
Z=V
Vid
(b.1)
Karena Vid = RT/p maka :
Z=pV
atau
Z=p V
RT
(b.2)
RT
Untuk gas ideal, harga Z = 1, dan tidak bergantung pada temperatur dan tekanan,
sedangkan untuk gas real Z merupakan fungsi temperatur dan tekanan atau ditulis Z = f
(T.p). Untuk mendapatkan harga Z dan hubungannya dengan T dan p, kita ikuti langkah
– langkah berikut :
Jika harga p pada persamaan (a.4 b) dimasukka ke dalam persamaan (b.2), akan
diperoleh :
Z=
R T
(V – b)
a
V
V
2
RT
Atau
(b.3)
Z=
V
( V – b)
a
VRT
Suku pertama ruas kanan persamaan (b.3) di atas dibagi dengan V baik pembilang
maupun penyebutannya, sehingga persamaan (b.3) menjadi :
Z=
1
a
V R TV
b
1-V
Tujuan mengubah suku pertama menjadi berbentuk
(b.4)
1
, karena dalam matematika,
b
1-V
mengenai deret terdapat hubungan bahwa :
1
= 1 + x + x2 + x3 + x4 ...................
1–x
(b.5)
Asal x mendekati nol. Padahal b/V jelas mendekati nol, sehingga dengan
menggunakan sifat persamaan (b.4 ) dapat ditulis :
11
1
= 1 + b/V + (b/V)2 + (b/V)3...........
(b.6)
b
1- V
Jika persamaan (b.6) dimasukkan ke dalam persamaan (b.4), dihasilkan :
Z = 1 + b/V + (b/V)2 + (b/V)3..........
a
VRT
Atau
Z = 1 + b/V
a
+ (b/V)2 + (b/V)3........
VRT
Z=1(b –
a ) / V+ (b/V)2 + (b/V)3.............
R T
Atau
(b.7)
Persamaan (b.7) adalah Z sebagai fungsi volume, sedang lazimnya Z dinyatakan
sebagai fungsi volume. Untuk itu V harus dinyatakan dalam p. Sudah barang tentu,
seharusnya relasi yang digunakan harus relasi Van der Walls, tetapi mencari harga V
dalam p untuk relasi Van der Walls, tentu tidak sederhana, karena persamaan Van der
Walls merupakan persamaan order 3 dalam V. oleh karena itu kita menggunakan relasi
gas ideal untuk mengubah V dalam p, yaitu :
V=p/RT
Sehingga persamaan (b.7) menjadi :
Z = 1 + 1 ( b - a ) p + ( b )2 P2 + ( b )3 P3 + ........
R T
R T
R T
R T
(b.8)
Persamaan (b.8) itulah Z sebagai fungsi T dan p yang dicari.
2.5 Koefisien Virial
12
Untuk gas karbondioksida
o Pada temperatur tinggi (>50°C) dan volume molar tinggi (Vm > 0.3 L/mol), garis
isotherm terlihat mendekati gas ideal
o Kammerlingh-Onnes (1911) telah mengkaji pola gas nyata dengan pendekatan
menggunakan ekspansi virial (persamaan deret) CO2
pVm = RT (1 + B’p + C’p . . .)
Lebih umum dengan berbasis n/V (1/Vm) yang lebih
pVm = RT
1+B+C+...
Vm Vm
o B, C… tergantung pada temperatur
o B, C… disebut koefisien virial kedua, ketiga….
Persamaan Virial
pVm = RT (1 + B’p + C’p . . .)
o Koefisien harus ditentukan berdasarkan eksperimen
o Nilai koefisien ketiga dan seterusnya sangat kecil dibandingkan koefisien kedua :
B/Vm >> C/Vm2
o Gambaran koefisien virial kedua untuk berbagai gas pada variasi temperatur
13
Persamaan Virial
pVm = RT (1 + B’p + C’p . . .)
Untuk campuran, koefisien tergantung pada fraksi mol
B = x12B11 + 2 x1 x2 B12 + x22B22
x1x2 B12 menunjukan interaksi diantara kedua gas
pVm = RT (1 + B’p + C’p . . .)

Faktor kompresi, Z, adalah fungsi dari p dan T
14
Untuk gas ideal dZ/dp (slope grafik) = 0
Untuk gas nyata, dZ/dp dapat ditentukan dengan persamaan virial :

Substitusikan Vm (V = Z V °); dan V °=RT/p
Slope = dZ/dP = B’ + 2pC’+ ….

Pada saat p → 0, dZ/dP → B’,

Namun demikian nilai B’ sendiri tidak perlu 0. karena itu meskipun gas nyata Z → 1
ketika p 0, maka kemiringan kurva Z terhadap p tidak mendekati nol (nilai gas
sempurna)
Persamaan Koefisien Virial
Pada volume besar dan temperatur tinggi, isoterm gas nyata dan isoterm gas
sempurna tidak jauh berbeda. Perbedaan kecil ini menunjukkan bahwa hukum gas
sempurna berlaku pada tekanan rendah dan pada kenyataannya merupakan suku pertama
dalam pernyataan yang berbentuk.
pVm = RT (1 + B’p + C’p . . .)
Dalam banyak penerapan, deret yang lebih cocok adalah
pVm = RT
1+B+C+...
Vm Vm
Pernyataan tersebut adalah dua versi dari persamaan keadaan virial (nama ini
berasal dari kata latin untuk gaya). B, C, . . . , yang bergantung pada temperatur, adalah
koefisien virial yng kedua, ketiga, . . . , koefisien virial yng ketiga C biasanya kurang
penting ketimbang yang kedua B dalam arti bahwa volume molar khas C/V m2 << B/Vm.
Persamaan virial adalah contoh pertama dri prosedur umum dalam kimia fisika, dimana
satu hukum sederhana (dalam hal ini pV = nRT) dianggap sebagai suku pertama deret
pangkat satu variabel (dalam hal ini p atau Vm ).
Persamaan virial dapat digunakan untuk memeragakan suatu hal penting yaitu
walaupun persamaan keadaan gas nyata dapat sama dengan gas sempurna sewaktu p
0,
semua sifat-sifatnya tidak perlu sama dengan sifat-sifat gas sempurna. Perhatikanlah
misalnya, nilai dZ/dp, kemiringan grafik faktor penempatan terhadap tekanan. Untuk gas
sempurna berlaku dZ/dp = 0, tetapi untuk gas nyata berlaku
dZ = B’ + 2Pc’ + . . .
dp
B’
ketika p
0
Namun demikian, B’ tidak perlu nol. Oleh karena itu, walaupun untuk gas nyata
Z
1 ketika p
0 (dan lebih umum, persamaan keadaan gas nyata sama dengan hukum
15
gas sempurna ketika p
0), kemiringan kurva Z terhadap p tidak mendekati nol (nilai
gas sempurna. Karena sifat-sifat lain yang akan (yang akan kita lihat nanti) juga
begantung pada turunan-turunan, sifat-sifat gas nyata tidak selalu sama dengan nilai-nilai
gas sempurna pada tekanan rendah.
2.6 Pengembunan
Sekarang, bayangkanlah apa yang terjadi jika volume suatu sampel gas yang
mula-mula berada pada keadaan tertanda A dalam gambar diatas dikurangi pada
temperatur tetap (dengan cara memanpatkannya di dalam sebuah piston). Didekat A,
tekanan gas naik kurang lebih sesuai dengan hukum Boyle. Penyimpangan serius dari
hukum itu mulai tampak ketika volume sudah berkurang sampai B.
Pada C (yang sama dengan kira-kira 60 atm dalam hal karbondioksida), semua
kemiringan dengan perilaku sempurna hilang, karena mendadak piston bergerser masuk
tanpa ada kenaikan tekanan : ditandai dengan garis mendatar CDE. Pemeriksaan isi
silinder memperlihatkan bahwa tepat disebelah kiri C muncul cairan, dan terdapat dua
fase yang dipisahkanoleh permukaan yang jelas. Sewaktu volume terus dikecilkan dari C
melalui D ke E, jumlah cairan bertambah. Pada tahap ini tidak ada tambahan tahanan
pada piston karena gas dapat menggapinya dengan mengembun. Tekanan yang
berpadanan dengan garis CDE, pada saat baik cairan maupun uap ada dalam
kesetimbangan, disebut tekanan uap cairan ini pada temperatur eksperimen.
16
Pada E, semua sampel berwujud cairan dan piston berhenti pada permukaan
cairan. Pengurangan volume lebih jauh memerlukan pengerahan tekanan yang besae. Hal
itu diperlihatkan dengan garis yang menanjak tajam disebelah kiri E. Bahkan sedikit
pengurangan volume dari E ke F memerlukan penambahan tekanan yang besar.
Pengembunan
Pada suatu temperatur T konstan, jika suatu gas nyataditekan dengan mengikuti isoterm
berawal dari A, terlihat :
o
Di dekat A, p meningkat mengikuti hukum Boyle(kelakuan sebagai gas nyata)
o
Mulai dari B sampai ke C mulai terjadi penyimpangan hukum Boyle, tetapi p
tetap
o
bertambah
o
Pada titik C, p berhenti tidak bertambah (untuk CO2,~ 60 atm)
o
Sifat gas ideal hilang
o
Cairan mulai muncul dan terdapat dua fasa sepanjang garis CE
o
Gas tetap ada pada setiap titik karena kompresi diimbangi dengan pengembunan.
Tekanan pada kondisi garis CDE ini yakni saat cairan dan uap berada pada
keadaankesetimbangan disebut tekanan uap dari cairanpada temperatur
eksperimen.
o
Pada titik E, seluruh gas mengembun menjadi cairan
o
Pengurangan volume lebih jauh akan memerlukan pengerahan tekanan yang
sangat besar.
2.7 Konstanta Kritis
Konstanta Kritis
17

Untuk kasus CO2 pada isoterm T 404,19K atau 31,04 oC, terdapat keadaan
istimewa pada teori keadaan materi, yang disebut temperatur kritis (Tc).

Pada kondisi ini dua fasa cair dan gas tidak berlangsung dan berimpit pada satu
titik tunggal, tanda * di kurva, yang disebut sebagai titik kritis.

Kondisi pada titik kritis ini dinamakan konstanta kritis meliputi :
a) Temperatur kritis (Tc)
b) Tekanan kritis (Pc)

Volume molar kritis (Vc)

Di atas Tc hanya ada fase gas, jadi fasecairan suatu zat tidak mungkin terbentuk.
Konstanta Kritis Untuk Variasi Gas
2.8 Asas Keadaan Yang Bersesuaian
 Sebagai skala relatif untuk membandingkan sifat beberapa obyek

Menggunakan konstanta kritis sebagai sifat fisik suatu gas maka akan diperoleh skala
baru.
a) Tekanan Tereduksi :
pr = p
pc
b) Volume Tereduksi :
Vr = Vm
Vc
c) Temperatur Tereduksi :
Tr = T
Tc
18

Pengamatan yang mewujudkan gas nyata pada volume dan temperatur yang sama
melakukan tekanan tereduksi yang sama disebut asas keadaan yang bersesuaian.
Persamaan keadaan lain
o Persamaan virial adalah bersifat fenomenologikal dimana konstantanya tertentu
untuk suatu gas dan harus ditentukan secara eksperimen.
o
Beberapa persamaan keadaan untuk gas nyata antara lain adalah:
a) Berthelot (1898)
Lebih baik dari pada persamaan Van Der Walls pada tekanan yang tidak lebih
dari 1 atm
P + n2a (V – nB) = nRT
TV2
A, B merupakan suatu konstanta
b) Dieterichi (1899)
p = Rte –a/RTVm
Vm
c) Beattie-Bridgeman
p = (1 -RT (Vm + 
Vm2
a0 1 + a
Vm

b0 1 + b
Vm

C0
VmT3
d) Virial (Kammrlingh Onnes)
pVm =
RT
1+B+C+...
Vm Vm
2.9 Fugasitas Gas Nyata
Fugasitas
Potensial kimia gas ideal adalah fungsi dari tekanan gas, sedangkan untuk gas nyata,
diberikan dengan hubungan :
19
R T ln f
(c.1)
Lim
(c.2)
p
0
f =1
p
yaitu apabila tekanan mendekati nol, fugasitas mendekati tekanan. Dengan kata lain
untuk gas ideal, tekanan dan fugasitas adalah sama, dan secara fisika fugasitas adalah ukuran
dari tekanan gas nyata.
adalah potensial kimia standar, yaitu potensial kimia bila fugasitas adalah satu.
Ketergantungan Fugasitas pada Tekanan
Perubahan fugasitas dengan berubahnya tekanan diberikan oleh :
Ln f2 – f1 =
p2 V d p
p1
(c.3)
Dengan mengetahui harga fugasitas pada satu tekanan, harga pada tekanan lain dapat
diperoleh baik dengan mengevaluasi integral secara grafik atau secara analitis.
Ketergantungan Fugasitas pada Temperatur
Perubahan fugasitas dengan berubahnya temperatur diberikan oleh :
𝜕 ln f
𝜕𝑇
= H* - H
RT2
2
Dimana H* adalah entalpi molar parsial dari zat dalam keadaan A* yaitu pada
tekanan nol. Maka perbedaan (H* - H) adalah perubahan entalpi molar bila zat dibawa
dari keadaan A menuju keadaan dengan tekanan nol. Kadang-kadang disebut juga “panas
penguapan molar idea” untuk keadaan yang diketahui. Jika keadaan yang diketahui
adalah gasa juga, maka disebut Panas Joule Thompson.
Perhitungan Fugasitas dari Gas Nyata
Fugasitas gas nyata dapat dievaluasi baik secara grafik maupun secara analitis :
1. Dengan Metode Grafik
i. Menggunakan fungsi  : Fugasitsa setiap gas nyata pada tekanan p diberikan
sebagai :


Ln f = ln p + 1

R T
P
dp
(c.4 a)
0
20
Dimana  = ( - R T + V ), p adalah tekanan gas nyata, V adalah volume 1 mol gas
P
gas nyata dan  adalah perbedaan volume molar gas ideal dan gas nyata.
Integral dapat dievaluasi secara grafik, yaitu daerah dibawah kurva yang
merupakan plot  terhadap p.
ii. Berdasarkan Faktor Kompresibilitas : persamaan (c.4) dapat ditulis sebagai :
Ln f = ln p -
p
0
1 – Z dp
p
(c.4 b)
Integral dapat dievaluasi secara grafik dengan memplot (1 – Z) / p terhadap p dan
dengan mengukur daerah bawah kurva. Untuk gas-gas di bawah temperatur, (1 – Z)
adalah positif pada temperatur sedang, sehingga fugasitas akan lebih kecil dari
tekanan. Untuk gas-gas diatas temperatu, fugasitas akanlebih besar dari tekanan.
2. Metode Analitis
Perilaku gas nyata dapat dinyatakan oleh persamaan keadaan yang berbeda.
Dengan menggunakan persamaan keadaan utama, integral diatas dapat dievaluasi,
sehingga fugasitas dapat dihitung.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gas yang mengikuti hukum Boyle dan hukum Charles, yakni hukum gas ideal,
disebut gas ideal. Namun, didapatkan, bahwa gas yang kita jumpai, yakni gas nyata,
tidak secara ketat mengikuti hukum gas ideal. Semakin rendah tekanan gas pada
temperatur tetap, semakin kecil deviasinya dari perilaku ideal. Semakin tinggi tekanan
gas, atau dengan dengan kata lain, semakin kecil jarak intermolekulnya, semakin besar
deviasinya.
Gas nyata memiliki sifat :
 Volume molekul gas nyata tidak dapat diabaikan
 Terdapat gaya tarik menarik antara molekul-molekul gas terutama jika tekanan
diperbesar atau volum diperkecil
 Adanya interaksi atau gaya tarik menarik antar molekul gas nyata yang sangat kuat,
menyebabkan gerakan molekulnya tidak lurus, dan tekanan ke dinding menjadi
kecil, lebih kecil daripada gas ideal.
 Memenuhi persamaan
(P + a ) (V – b ) = R T
(a.4 a)
2
V
Atau
P= RT
(V – b)
a
(a.4 b)
V2
Dimana :
P = Tekanan absolut gas (atm)
V = Volume spesifik gas (liter)
R = Konstanta gas (0,082 L.atm/mol atau 8,314J/Kmol)
T = Suhu /temperatur absolut gas (K)
n = Jumlah mol gas
a,b = Konstanta Van der Waals
Fisikawan Belanda Johannes Diderik van der Waals (1837-1923) mengusulkan
persamaan keadaan gas nyata, yang dinyatakan sebagai persamaan keadaan van der
Waals ataupersamaan van der Waals. Ia memodifikasi persamaan gas ideal (persamaaan
6.5) dengan cara sebagai berikut: dengan menambahkan koreksi pada P untuk
22
mengkompensasi interaksi antarmolekul; mengurangi dari suku V yang menjelaskan
volume real molekul gas. Sehingga didapat:
(P + a ) (V – b ) = R T
V2
Atau
P=
RT
(V – b)
(a.4 a)
a
(a.4 b)
V2
Pernyataan kuantitatif atas besarnya penyimpangan terhadap keidealan, disebut
faktor kompresibilitas Z (berbeda dengan koefisien kompresibilitas K) dengan Z adalah
resiko antar volume molar suatu gas yang diamati atau gas real (V), dengan volume
molar gas ideal (V id). Jadi :
Z=V
Vid
(b.1)
Karena Vid = RT/p maka :
Z=pV
atau
Z=p V
RT
(b.2)
RT
Persamaan virial adalah bersifat fenomenologikal dimana konstantanya tertentu
untuk suatu gas dan harus ditentukan secara eksperimen. Pada volume besar dan
temperatur tinggi, isoterm gas nyata dan isoterm gas sempurna tidak jauh berbeda.
Perbedaan kecil ini menunjukkan bahwa hukum gas sempurna berlaku pada tekanan
rendah dan pada kenyataannya merupakan suku pertama dalam pernyataan yang
berbentuk.
pVm = RT (1 + B’p + C’p . . .)
Dalam banyak penerapan, deret yang lebih cocok adalah
pVm = RT
1+B+C+...
Vm Vm
Asas Keadaan yang bersesuaian merupakan Sebagai skala relatif untuk
membandingkan sifat beberapa obyek
Tekanan Tereduksi :
pr = p
pc
Volume Tereduksi :
Vr = Vm
Vc
23
Temperatur Tereduksi :
Tr = T
Tc
Fugasitas gas nyata dapat dievaluasi baik secara grafik maupun secara analitis:
Dengan Metode Grafik
iii. Menggunakan fungsi  : Fugasitsa setiap gas nyata pada tekanan p diberikan
sebagai :


Ln f = ln p + 1

R T
P
dp
(c.4 a)
0
Dimana  = ( - R T + V ), p adalah tekanan gas nyata, V adalah volume 1 mol gas
P
gas nyata dan  adalah perbedaan volume molar gas ideal dan gas nyata.
Integral dapat dievaluasi secara grafik, yaitu daerah dibawah kurva yang
merupakan plot  terhadap p.
iv. Berdasarkan Faktor Kompresibilitas : persamaan (c.4) dapat ditulis sebagai :
Ln f = ln p -
p
0
1 – Z dp
p
(c.4 b)
24
Download