BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam dunia pendidikan dan pengajaran yang menjadi fokus perhatian adalah peserta didiknya. Baik itu di Taman kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, maupun Peguruan Tinggi. Pemahaman pada diri peserta didik mempunyai makna bahwa guru mengenal betul kelebihan dan kelemahan peserta didik sehingga dapat memberikan layanan pendidikan yang tepat dan bermanfaat bagi masing-masing anak. Fisalfat sudah sebagai ilmu penegetahuan yang membinggungkan, dan banyak kalangan yang mempelajarin filsafat berakhir dengan rasa pusing dan ketidakmengertian. Filsafat, dalam arti analisis filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problomatika pendidikan dan menyususn teori-teori pendidikannya, di samping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Dengan kata lain, teori-teori dan pandangan-pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh seorang filosof tentu berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat yang dianutnya. Usia filsafat sudah memberikan bentuk-bentuk pemikiran yang bervariasi, juga telah melahirkan berbagai aliran dan paham yang mengideologikan. Dalam filsafat juga menguraikan pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai kepribadian bangsa yang digali dari keyakinan yang beragama, kebudayaan, dan kreatifan lokal, serta kesucian hati nurani manusia yang merupakan fitrah dari sang pencipta. 1.2 TUJUAN Critical Book Report ini bertujuan untuk: 1. Membandingkan dua buku Filsafat Pendidikan dengan Pengarang yang berbeda. 2. Mengetahui kelemahan dan kelebihan suatu buku. 1 1.3 MANFAAT 1. Membantu memahami karakteristik filsafat pendidikan. 2. Membantu memahami perkembangan filsafat pendidikan dalam negeri. 3. Membantu mahasiswa kritis dalam suatu hal termasuk buku dan perbandingan buku. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 IDENTITAS BUKU Buku Pertama (Buku Utama) 1.Judul buku : PENGANTAR FILSAFAT PENDIDIKAN 2. Pengarang :Drs. Uyoh Sadullaoh,M.Pd 3. Penerbit :Alfabeta CV 4. Tahun terbit : 2004 5. Kota Terbit :Bandung Buku Kedua (Buku Pendamping) 1. Judul buku : FILSAFAT PENDIDIKAN 2. Pengarang :Prof.Dr.H.Jalaluddin 3.Pengarang :Prof.Dr.H.Abdullah Idi,M.Ed 4. Penerbit : Raja Grafindo Persada 5. Tahun terbit : 2011 6. Kota Terbit :Jakarta 2.2 RINGKASAN ISI BUKU PENGANTAR FILSAFAT PENDIDIKAN(BUKU PERTAMA) BAB I PENDAHULUAN A. Praktik Pendidikan dan Teori Pendidikan 1. Praktik pendidikan Menurut Redja M.(Depdikbud: IKIP Bandung, 1991) praktik pendidikan adalah seperangkat kegiatan bersama yang bertujun membantu pihak lain agar mengalami perubahan tingkah laku yang diharapkan. Pendidikan dapat 3 dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek tujuan, aspek proses kegiatan dan aspek dorongan. 2. Pendidikan memerlukan teori pendidikan karena teori pendidikan akan memberikan manfaat sebagai berikut: a) Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah dan tujuan yang akan dicapai. b) Teori pendidikan berfungsi untuk mengurai kesalahan akan mengetahui mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. c) Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai tolak ukur sampai dimana kita telah berhasil melaksanakan tugas dalam pendidikan. B. Pendekatan dalam Teori Pendidikan 1. Pendekatan Sains: Suatu pengkajian dengan menggunakan sains untuk mempelajaran dan memecahkan masalah-masalah pendidikan. 2. Pendekatan Filosofi: Suatu pendekataan untuk memecahkaan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. 3. Pendekatan Religi: Suatu ajaran religi dijadikan sumber inspirasi untuk menyusun teori atau konsep-konsep pendidikan yang dapat dijadikan landasan untuk melaksanakan pendidikan. 4. Pendekatan Multidisiplin: Suatu konsep yang komperensif dan menyeluruh dalam mempelajarin pendidikan tidak bisa hanya dengan menggunakan salah satu pendekatan atau disiplin saja. 5. Pendekatan dalam penulisan buku ini mencoba untuk mengakaji salah satu pendekatan diatas, yaitu pendekatan secara filosofis. BAB II FILSAFAT A. Pengertian Filsafat Filsafat berasal dari bahasa yunani kuno yaitu dari kata “ philos” dan “ sophia”. Philos artinya cinta yang sangat mendalam, dan sophia artinya kearifan atau kebijakan. Filsafat secara harfiah adalah cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijakan. Berfilsafat berarti berfikir tetapi tidak semua berpikir dapat dikategorikan berfilsafat. 4 Berpikir yang dikategorikan berfilsafat adalah apabila berpikir tersebut mengandung tiga ciri yaitu radikal, sistematis dan universal. B. Model – model Filsafat 1. Filsafat spekulatif Filsafat spekulatif adalah cara berpikir sistematis tentang segala yang ada.plato sebagai pelopor filsafat idelisme klasik membahas semua persoalan yang berkaitan dengan manusia, masyarak, dan eksistensi manusia dalam alam ini. Filsafak spekulatif adalah upaya mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berpikir dan keseluruhan pengalaman. 2. Filsafat prespektif Suatu ukuran standart penilaian tentang nilai-nilai, perbuatan manusia dan penilaian tentang seni. 3. Filsafat analitik Terdapat 2 model analitik. Analitik linguistik mengandung arti bahwa filsafat sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah.dan analitik Positivistik logis mengacu pada ilmu matematika dan ilmua alam serta sosial. C. Misi Filsafat Para filsof berusaha memecahkan masalah masalah yang penting bagi manusia, baik langsung maupun tidsk langsung. Melalui pengujian yang kritis, filsof mencoba mengevaluasi informasi dan kepercayaan yang dimiliki mengenai alam semesta serta kesibukan manusia di dunia. 5 D. Lapangan Filsafat Filsafat membahas tiga persoalan pkok, yaitu masalah wujud, masalah pengetahuan, dan masalah nilai. 1. Metafisika Metafisika merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan tentang hakikat yang tersimpul di belakang dunia fenomena. Metafisika melampaui pengalaman objeknya di luar hal yang dapat ditangkap oleh pancaindra. 2. Epistimologi Epistimologi merupakan cabang filsafat yang membahas atau mengkaji tentang asal, struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan. Jenis- jenis pengetahuan: Pengetahuan wahyu, Pengetahuan intuitif, Pengetahuan rasional, Pengetahuan empiris, Pengetahuan otoritas Teori pengetahuan: Teori korespondensi, Teori koherensi. Teori pragmatisme. 3. Aksiologi Aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai atau dengan kata lain aksiologi adalah teori nilai. Karakteristik nilai a. Nilai objektif atau subjektif b. Nilai absolute atau berubah Jenis- jenis nilai: a. Etika Etika merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu keusilaan yang memuat dasar- dasar untuk berbuat susila. 6 b. Estetika Estetika merupakan nilai- nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dan pengalamanpengalaman kita yang berhubungan dengan seni. E. Filsafat dan Sains Sains dalam arti sempit diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif. Sains hanya membicarakan segala sesuatu yang nyata yang dapat disentuh dengan menggunakan pancaindera. Ciri umum sains diantaranya: 1. Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama. 2. Hasil sains kebenarannya tidak mutlak. 3. Sains bersifat objektif. Salah satu perbedaan filsafat dengan sains, yaitu bahwa sains bersifat analisis dan hanya menggarap salah satu pengetahuan sebagai objek formalnya, sedangkan filsafat bersifat pengetahuan synopsis, artinya melihat segala sesuatu dengan menekankan secara keseluruhan, karena memiliki sifat tersendiri yang tidak ada pada bagianbagiannya. F. Filsafat dan Agama Menurut Randall dan Buchler (1942), pertama agama didefinisikan dengan kepercayaan terhadap supranatural, atau secara popular diartikan sebagai kepercayaan terhadap Tuhan. Kedua agama didefinisikan dengan kepercayaan atau keyakinan. BAB III FILSAFAT PENDIDIKAN A. Pendidikan 1. Makna pendidikan menurut Langeveld adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. 2. Pendidikan sebagai proses transformasi nilai bahwa pendidikan menyangkut hati nurani, nilai- nilai, perasaan, pengetahuan dan keterampilan. Nilai- nilai yang 7 ditransformasikan dalam rangka mempertahankan, mengembangkan, bahkan kalau perlu mengubah kebudayaan yang dimiliki masyarakat. 3. Tujuan pendidikan untuk menghasilkan generasi yang lebih baik, manusiamanuasia yang berkebudayaan. 4. Alat pendidikan merupakan suatu situasi yang diciptakan secara khusus dengan maksud mempengaruhi anak didik secara pedagogis (edukatif). 5. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat maksudnya bahwa pendidikan bukan hanya berlagsung di sekolah. Pendidikan dimulai segera setelah anak lahir dan akan terus sampai manusia meninggal dunia. 6. Pendidikan hanya untuk manusia, karena hanya manusia yang dapat memperoleh pendidikan. B. Pengertian Filsafat Pendidikan. Filsafat pendidikan menurut Al- Syaibany (1979:30) adalah: “pelaksanaan pandangan falsafah dalam bidang pendidikan. Falsafah ini mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsipprinsip dan kepercayaan- kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah- masalah pendidikan secara praktis” C. Kebutuhan akan Filsafat Pendidikan. Cara keja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan kehidupan manusia, dimana pendidikan merupakan salah satu aspek dari kehidupan tersebut, karena manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan . Oleh karena itu, pendidikan memerlukan filssafat. D. Peranan Filsafat Pendidikan Peran Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. 8 E. Apakah yang menentukan Filsafat Pendidikan Seseorang. Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seseorang mengenai pendidikan, merupakan sekumpulan prinsip yang membimbing tindakan professional seseorang. Jadi keyakinan, prinsip-prinsip yang menentukan filsafat pendidikan seseorang. BAB IV MAZHAB- MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN A. Filsafat Pendidikan Idealisme. Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Hakikat manusia adalah rohaninya, yakni apa yang disebut ‘mind’ Implikasi Pendidikan Power (1982:89) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut: a. Tujuan Pendidikan Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter dan mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial. b. Kedudukan Siswa Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/ bakatnya. c. Peranan Guru Bekerjasama dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa. d. Kurikulum Pendidikan liberal untuk mengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan. e. Metode Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan. 9 B. Filsafat Pendidikan Realisme Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitas. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohaniah. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan realisme sebagai berikut: a. Tujuan Pendidikan Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial. b. Kedudukan Siswa Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik. c. Peran Guru Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi dari siswa. d. Kurikulum Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna. Berisikan pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis. e. Metode Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode penyampaian harus logis dan psikologis. Metode conditioning (SR) merupakan metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme. C. Filsafat Pendidikan Materialisme 10 Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi bukan rohani, bukan spiritual, atau supernatural. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan materialisme sebagai berikut: a. Tema Manusia yang baik yang efisien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol secara ilmiah dan seksama. b. Tujuan Pendidikan Perubahan perilaku, mempersiapkan manusia sesuai dengan kepastiannya, untuk tanggung jawab hidup sosial dan pribadi yang kompleks. c. Kurikulum Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan diorganisasi, selalu berhubungan dengan sasaran perilaku. d. Metode Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi (SR conditioning), operant conditioning, reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetensi. e. Kedudukan Siswa Tidak ada kebebasan. Perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar. Pelajaran sudah dirancang. Siswa dipersiapkan untuk hidup. Mereka dituntut untuk belajar. f. Peranan Guru Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa. D. Filsafat Pendidikan Pragmatisme Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika Asli. Namun berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Maksudnya bahwa makna dari segala sesuatu tergantung dari 11 hubungannya dengan apa yang dilakukan. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan pragmatisme sebagai berikut: a. Tujuan pendidikan Member pengalaman untuk penemuan hal- hal baru dalam hidup sosial dan pribadi. b. Kedudukan Siswa Suatu organism yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan kompleks untuk tumbuh. c. Kurikulum Berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah. Minat dan kebutuhan siswa yang dibawa ke sekolah dapat menentukan kurikulum. Menghilangkan perbedaan antara pendidikan liberal dengan pendidikan praktis atau pendidikan jabatan. d. Metode Metode aktif, yaitu learning by doing (belajar sambil bekerja). e. Peran Guru Mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa mengganggu minat dan kebutuhannya. E. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme Filsafat eksistensialisme itu unik, yakni memfokuskan pada pengalamanpengalaman individu. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan eksistensialisme sebagai berikut: a. Tujuan Pendidikan Member bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk kehidupan. 12 b. Status Siswa Makhluk rasional dengan plihan bebas dan tanggung jawab atas pilihannya. Suatu komitmen terhadap pemenuhan tujuan pribadi. c. Kurikulum Yang diutamakan adalah kurikulum liberal. Kurikulum lebaral merupakan landasan bagi kebebasan manusia. Kebebasan memiliki aturan- aturan. Oleh karena itu, di sekolah diajarkan pendidikan sosial, untuk mengajar “respek” (rasa hormat) terhadap kebebasan untuk semua. Respek terhadap kebebasan bagi yang lain adalah esensial. Kebebasan dapat menimbulkan konflik. d. Peranan Guru Melindungi dan memelihara kebebasan akademik, dimana mungkin guru pada hari ini, besok lusa mungkin menjadi murid. e. Metode Tidak ada pemikiran yang mendalam tentang metode, tetapi metode apapun yang dipakai harus merujuk pada cara untuk mencapai kebahagiaan dan karakter yang baik. F. Filsafat Pendidikan Progresivisme Progresivisme merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar cepat mencapai tujuan. 1. Strategi Pendidikan Filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa yang akan datang. Cara terbaik mempersiapkan siswa adalah memebekali mereka dengan strategi- strategi pemecahan masalah. 13 2. Pendidikan Progresif didasarkan pada keyakinan bahwa harus berpusat pada anak bukan memfokuskan pada guru atau bidang muatan. a. Kritik terhadap Proggresivisme b. Siswa tidak mempelajari warisan sosial c. Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan d. Megurangi bimbingan dan pengaruh guru e. Siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendidri G. Filsafat Pendidikan Perenilaisme Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural. Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang menggunakan kembali nilai- nilai pada zaman kuno dan abad pertengahan. Tujuan pendidikan menurut pemikiran perenialis adalah memastikan bahwa para siswa memperolehpengetahuan tentang prinsip- prinsip atau gagasangagasan besar yang tidak berubah.Latar belakang filsafat perenialisme adalah filsafatfilsafat dari Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquina. H. Filsafat Pendidikan Esensialisme Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa pelopornya seperti C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kendell. Dlam filsafat ini fungsi utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejara kepada generasi muda. Prinsip pendidikan esensialisme yaitu: 1. Pendidikan harus dilakukan melalui usaha keras. 2. Inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru 3. Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan. 14 4. Sekolah harus mempertahamkan metode- metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental. 5. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum merupakan tuntutan demokrasi yang nyata. I. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme. Sebagaiaman yang dikemukakan oleh Caroline Pratt (1984), “ Nilai terbesar suatu sekolah harus menghasilkan manusia- manusia yang dapat berfikir secara efektif dan bekerja secara konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya”. Singkatnya, sekolahsekolah tidak harus mentransmisikan pengetahuan mengenai tatanan sosial yang ada, melainkan juga harus berusaha merekonstruksinya.Implikasi PendidikanPower (1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan rekonstruksionisme sebagai berikut: 1. Tema Pendidikan merupakan usaha sosial. Misi sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi sosial. 2. Tujuan Pendidikan Pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal. Transmisi budaya adalah esensial dalam masyarakat yang majemuk. Transmisi budaya harus mengenal fakta budaya yang majemuk tersebut. 3. Kurikulum Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya yang ditentukan atau disukai. Semua budaya dan nilai- nilai yang berhubungan berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum. 15 4. Kedudukan Siswa Nilai- nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga. Keluhuran pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan, manakala rasa hormat diterima semua latar belakang budaya. 5. Metode Sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode aktivitas dibenarkan (learning by doing). 6. Peran Guru Guru harus menunjukan rasa hormat yang sejati (ikhlas) terhadap semua budaya, baik dalam member pelajaran maupun dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus mewakili budaya masyarakat. BAB V ORIENTASI PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI FILSAFAT PENDIDIKAN A. Psikologi Humanistik Psikologi humanistik menekankan kebebasan personal, pilihan, kepekaan, dan tanggung jawab personal. Tujuan pendidikan menurut orientasi ini adalah aktualisasi diri individu. B. Behavioristik Behaviorisme berdasarkan pada prinsip bahwa perilaku manusia yang diinginkan merupakan produk desain bukanya kebetulan. Perilaku kita benar- benar ditentukan oleh tekanan- tekanan lingkungan yang membentuk perilaku kita. John B. Watson (1978-1958) adalah perintis psikologi behavioristik tang utama dan B.F Skinner (19041990) adalah promotor terkenalnya. C. Konstruktivistik Konstruktivisme memfokuskan pada proses- proses dan strategi- stategi mental yang digunakan para siswa untuk belajar bukanya pada perilaku belajar. 16 FILSAFAT PENDIDIKAN( BUKU PEMBANDING) 1. Pancasila sebagai Filsafat Hidup Bangsa Pancasila adalah : 1. Jiwa seluruh rakyat Indonesia 2. Kepribadian bangsa Indonesia 3. Pandangan bangsa Indonesia 4. Dasar negara Indonesia 5. Tujuan hidup bangsa Indonesia 6. Kebudayaan yang mengajarkan banhwa hidup manusia akan mencapai puncak kebahagiaan jika dapat dikembangkan keselarasan dan keseimbangan, baik dalam hidup manusia secara pribadi, sebagai makhluk sosial dalam hubungan masyarakat, alam dan Tuhannya à mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah. Pancasila harus dipahami, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan à sehingga mempunyai nilai dan arti bagi kehidupan bangsa Pancasila yang dimaksud: Yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 terdiri dari 5 sila, penjabarannya sebanyak 36 butir yang saling berhubungan menjadi satu kesatuan. Sangatlah wajar kalu Pancasila dikatakan sebagai filsafat hiup bangsa karena menurut Muhammad Noor Syam (1983: 346), nilai-nilai dasar dalam sosio budaya Indonesia hidup dan berkembang sejak awal peradabannya, yang meliputi: 1. Kesadaran ketuhanan dan kesadaran keagamaan secara sederhana. 2. Kesadaran kekeluargaan, di mana cinta dan keluarga sebagai dasar dan kodrat terbentuknya masyarakat dan sinambungnya generasi. 3. Kesadaran musyaawarah mufakat dalam menetapkan kehendak bersama. 4. Kesadaran gotong royong, tolong-menolong. 17 5. Kesadaran tenggang rasa, atau tepo seliro, sebagai semangat kekeluargaan dan kebersamaan, hormat demi keutuhan, kerukunan dan kekeluargaan dalam kebersamaan. Itulah yang termaktub dalam Pancasila dengan 36 butir-butirnya. Dengan begitu, pada dasarnya masyarakat Indonesia telah melaksanakan Pancasila, walaupun sifatnya masih merupakan kebudayaan. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut sudah beradab lamanya mengakar pada kehidupan bangsa Indonesia, karena itu Pancasila dijadikan sebagai fIlsafah hidup bangsa. 1. Pancasila sebagai Filsafat Pendidikan Nasional Pendidikan di Indonesia berkembang secara dinamis dari zaman kemerdekaan 17 Agustus 1945 dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 2: pendidikan diusahakan dan diselenggarakan oleh pemerintah sebagai satu sistem pengajaran nasional à hal ini dimaksudkan agar pendidikan dapat menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa. Sejarah yang menyatakan bahwa Pancasila sebagai asas pendidikan nasional: Menurut Aris Toteles, tujuan pendidikan sama dengan tujuan didirikannya suatu negara (Rapar, 1988:40)à begitu juga Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 ingin menciptakan manusia pancasila Th 1959 pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan agar arah pendidikan tidak menuju pembentukan manusia liberal yang dianggap sangat bertentangan dengan jiwa dan semangat bangsa Indonesia (Depdikbud,1993. Atas instruksi menteri Pengajaran dan Budaya (PM) Prof.Dr. Priyono yang dikenal dengan nama “Sapta Usaha Tama dan Pancawardhana” yang isinya antara lain bahwa Pancasila merupakan asas pendidikan nasional (Supardo, 1960:431). Jika pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis mengikuti ideologi bangsa yang dianut, karenanya sistem pendidikan nasional Indonesia dijiwai, didasari dan mencerminkan identitas Pancasila. Sementara cita dan karsa bangsa kita, tujuan nasional dan hasrat luhur rakyat Indonesia, tersimpul dalam pembukaan UUD 1945 sebagai perwujudan jiwa dan nilai Pancasila. Cita dan karsa itu dilembagakan dalam sistem pendidikan nasional yang bertumpu dan dijiwai oleh suatu keyakinan, dan 18 pandangan hidup Pancasila. Inilah alasan mengapa filsafat pendidikan Pancasila merupakan tuntutan nasional, sedangkan filsafat pendidikan Pancasila adalah subsistem dari sistem negara Pancasila. Dengan kata lain, sistem negara Pancasila wajar tercermin dan dilaksanakan di dalam berbagai subsistem kehidupan bangsa dan masyarakat. Dengan demikian, jelaslah tidak mungkin Sistem Pendidikan Nasional dijiwai dan didasari oleh sistem filsafat pendidikan yang selain Pancasila. Hal ini tercermin dalam tujuan Pendidikan Nasional yang termuat dalam UU No. 2 Tahun 1989 dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni: pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan. 2. Hubungan Pancasila dengan Sistem pendidikan ditinjau dari Filsafat Pendidikan Pancasil: adalah dasar negara Indonesia di mana fungsi utamanya sebagi pandangan hidup dan kepribadian bangsa (Dardodiharjo, 1988: 17). Memegang fungsi dalam hidup dan kehidupan bangsa dan negara Indonesia, Pancasila tidak saja sebagai dasar negara RI, tapi juga alat pemersatu bangsa, kepribadian bangsa, pandangan hidup bangsa, sumber ilmu pengetahuan di Indonesia (Azis, 1984: 70). Sehingga dapat kita ketahui bahwa Pancasila merupakan dasar negara yang membedakannya dengan bangsa yang lain. Filsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran sesuatu. Sementara filsafat pendidikan adalah pemikiran yang mendalam tentang kependidikan. Bila kita hubungkan fungsi Pancasila dengan sistem pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan, maka dapat kita jabarkan bahwa Pancasila adalah pandangan hidup bangsa yang menjiwai sila-silanya dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk menerapkan sila-sila Pancasila, diperlukan pemikiran yang sungguh-sungguh mengenai bagaimana nilai-nilai Pancasila itu dapat dilaksanakan. Dalam hal ini, tentunya pendidikanlah yang berperan utama. 19 3. Filsafat Pendidikan Pancasila ditinjau dari Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi A. Ontologi Ontologi adalah bagian dari filsafat yang menyelidiki tentang hakikat yang ada. Menurut Muhammad Noor Syam (1984: 24), ontologi kadang-kadang disamakan dengan metafisika, sebelum manusia menyelidiki yang lain, manusia berusaha mengerti hakikat sesuatu. Manusia dalam interaksinya dengan semesta raya, melahirkan pertanyaanpertanyaan filosofis seperti apakah sesungguhnya realita yang ada itu. Jadi, ontologi adalah cabang dari filsafat yang persoalan pokoknya apakah kenyataan atau realita itu. Rumusan-rumusan tersebut identik dengan membicarakan tentang hakikat ada. Hakikat ada dapat berarti segala sesuatu yang ada, menunujuk kepada hal umum (abstrak umum universal). (Sutrisno, 1984: 82).Dalam kenyataanya, Pancasila dapat dilihat dari penghayatan dan pengamalan kehidupan sehari-hari. Dan bila dijabarkan menurut sila-sila dari Pancasila itu adalah sebagai berikut: a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Sila pertama ini menjiwai sila-sila yang lainnya. Di dalam sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dengan sila pertama ini, kita diharapkan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang juga merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional. b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Manusia yang ada di muka bumi ini mempunyai harkat dan martabat yang sama, yang diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan fitrahnya sebagai hamba Allah (Darmodiharjo, 1988: 40) Pendidikan tidak membedakan usia, agama dan tingkat sosial budaya dalam menuntut ilmu. Setiap manusia mempunyaai kebebasan dalam hal menuntut ilmu, mendapat perlakuan yang sama, kecuali tingkat ketakwaan seseorang. Dan oleh karena yang dibangun adalah masyarakat Pancasila, maka pendidikan harus dijiwai Pancasila sehingga akan melahirkan masyarakat yang susila, bertanggung jawab, adil dan makmur, baik spiritual maupun materiil dan berjiwa Pancasila. Dengan demikian, sekolah harus mencerminkan sila-sila dari Pancasila. 20 c. Sila Persatuan Indonesia Persatuan merupakan kunci kemenangan. Dengan persatuan yang kuat kita dapat menikmati alam kemerdekaan. Sila ketiga ini tidak membatasi golongan dalam belajar. ini berarti, bahwa semua golongan dapat menerima pendidikan, baik dari golongan rendah maupun golongan yang tinggi, tergantung kepada kemampuannya untuk berpikir, sesuai dengan UUD 1945 Pasal 31 ayat 1. d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam PermusyawaratanPerwakilan Sila keempat ini sering dikaitkan dengan kehidupan berdemokrasi. Dalam hal ini, demokrasi sering juga diartikan sebagai kekuasaan ada di tangan rakyat. sebagai contoh, dalam memilih seorang pemimpin di desa, lembaga untuk menyalurkan kehendak untuk kepentingan bersama melalui musyawarah (Djamal, 1986: 82). Bila dilihat dari dunia pendidikan, maka hal ini sangat relevan, karena menghargai pendapat orang lain demi kemajuan. Di samping itu, juga sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28 yang menyatakan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, baik secara lisan maupun tulisan. Jadi, dalam menyusun tujuan pendidikan, diperlukan ide-ide dari orang lain demi kemajuan pendidikan. e. Sila Keadilan Sosial bagi Rakyat Indonesia Setiap bangsa di dunia bertujuan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Keadilan ini meliputi kebutuhan di bidang materiil dan di bidang spiritual yang didasarkan pada asas kekeluargaan. B. Epistemologi Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan (adanya) benda-benda. Epistemologi yang diartikan sebagai filsafat yang menyelidiki sumber, syarat, proses terjadinya ilmu pengetahuan, batas validitas dan hakikat ilmu pengetahuan. Dengan filsafat, kita dapat menentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai demi peningkatan ketenangan dan kesejahteraan hidup, pergaulan dan berwarga negara. Untuk itu, bangsa Indonesia telah menemukan filsafat Pancasila. 1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh melalui akal atau panca indra dan dari ide atau Tuhan. Berbeda dengan Pancasila, ia lahir tidak 21 secara mendadak, tetapi melalui proses panjang yang dimatangkan dengan perjuangan. Pancasila digali dari bumi Indonesia yang merupakan dasar negara, pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, tujuan atau arah untuk mencapai cita-cita dan perjanjian luhur rakyat Indonesia (Widjaya, 1985:176-177). Dalam rangka pikiran seperti ini, maka cita-cita telah merupakan ideologi (lihat Deliar Noer, 1983: 25). 2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Kepribadian manusia adalah subjek yang secara potensial dan aktif berkesadaran tahu atas eksistensi diri, dunia, bahkan juga sadar dan tahu bila di suatu ruang dan waktu “tidak ada” apa-apa (kecuali ruang dan waktu itu sendiri). Pancasila adalah ilmu yang diperoleh melalui perjuangan yang sesuai dengan logika. Dengan mempunyai ilmu moral, diharapkan tidak ada lagi kekerasan dan kesewenang-wenangan manusia terhadap yang lainnya. 3) Sila Persatuan Indonesia Proses terbangunnya pengetahuan manusia merupakan hasil dari kerja sama atau produk hubungan dengan lingkungannya. Potensi dasar denga faktor kondisi lingkungan yang memadai akan membentuk pengetahuan. 4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan Manusia diciptakan Allah SWT sebagai pemimpin di muka bumi ini untuk memakmurkan umat manusia. Seorang pemimpin mempunyai syarat untuk memimpin dengan bijaksana. Dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan memang mempunyai peranan yang besar, tetapi itu tidak menutup kemungkinan peran keluarga dan masyarakat dalam membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Jadi, dalam hal ini diperlukan suatu ilmu keguruan untuk mencapai guru yang ideal, guru yang kompeten. Setiap manusia bebas mengeluarkan pendapat dengan melalui lembaga penidikan. Setiap ada permasalahan diselesaikan dengan jalan musyawarah, agar mendapat kata mufakat. 5) Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Ilmu pengetahuan sebagai perbendaharaan dan prestasi individu serta sebagai karya budaya umat manusia merupakan martabat kepribadian manusia (IKIP Malang, 1983: 63). Dalam arti luas, adil di atas dimaksudkan seimbang antara ilmu umum dan ilmu 22 agama. Hal ini didapatkan melalui pendidikan, baik itu informal, formal dan non formal. Dalam sistem pendidikan nasional yang intinya mempunyai tujuan yang mengejar Iptek dan Imtaq. Di bidang sosial, dapat dilihat pada suatu badan yang mengkoordidir dalam hal mengentaskan kemiskinan, di mana hal ini sesuai dengan butir-butir Pancasila. Kita harus menghormati dan menghargai hasil karya orang lain, hemat yang berarti pengeluaran sesuai dengan kebutuhan. C. Aksiologi Aksiologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki aspek nilai (value). Nilai tidak akan timbul karena manusia mempunyai bahasa yang digunakan dalam pergaulan seharihari. Jadi, masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai. Dikatakan mempunyai nilai, apabila berguna, benar (logis), bermoral dan etis. Dengan demikian, dapat pula dibedakan nilai materiil dan spiritual. Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara memiliki nilai-nilai: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Nilai ideal, materiil, spiritual dan nilai positif dan juga nilai logis, estetika, etis, sosial dan religius. Dengan demikian Pancasila syarat akan nilai. 1) Sila Ketuhanan yang Maha Esa Percaya kepada Allah merupakan hal yang paling utama dalam ajaran Islam. Di setiap kita mengucapkan kalimah Allah, baik itu dalam shalat, menikahkan orang, dikumandangkan adzan, para dai mula-mula menyiarkan Islam dengan menanamkan keimanan. Pendidikan, sejak tingkat kanak-kanak sampai perguruan tinggi, diberikan pelajaran agama dan hal ini merupakan sub-sistem pendidikan nasional. 2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Dalam kehidupan umat Islam, setiap Muslim yang datang ke masjid untuk shalat berjamaah berhak berdiri di depan dengan tidak membedakan keturunan, ras dan kedudukan. Di mata Allah sama, kecuali ketakwaan seseorang. Inilah sebagian kecil contoh dari nilai-nilai Pancasila yang ada dalam kehidupan umat Islam. 3) Sila Persatuan Indonesia Islam mengajarkan supaya bersatu dalam mencapai tujuan yang dicitacitakan,mengajarkan untuk taat kepada pemimpin. Memang Indonesia adalah negara Pancasila, bukan negara yang berdasarkan satu agama. Meskipun demikian demikian, 23 warga negara kita tidak lepas dari pembinaan dan bimbingan kehidupan beragama untuk terwujudnya kehidupan beragama yang rukun dan damai. 4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan Jauh sebelum Islam datang, di Indonesia sudah ada sikap gotong-royong di musyawarah. Dengan datangnya Islam, sikap ini lebih diperkuat lagi dengan datangnya al-Qur’an. 5) Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Adil berarti seimbang antara hak dan kewajiban. Dalam segi pendidikan, adil itu seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama di mana ilmu agama adalah sub-sistem dari sistem pendidikan nasional. 2.3 Penilaian Terhadap Buku. Perbandingan antara kedua buku 1. Kelemahan Buku. Buku Filsafat Pendidikan dari Uyoh Sadullah memiliki cover buku yang berwarna cerah tetapi sederhana,yang membuat rasa ingin tahu pembaca buku tertarik untuk melihat dan membacanya,Sedangkan Buku dari Prof.Dr.H.Jalaluddin memiliki cover buku yang berwarna kusam yang membuat daya tarik pembaca yang baru pertama melihatnya Buku dari Prof.Dr.H.Jalaluddin mengurangi minat orang yang pertama melihat bukunya. Buku ini sedikit member latihan di akhir pembahasan sehingga sedikit sulit untuk memahami isi nya jika tidak ada Dosen Pembimbing,Buku dari Jalaluddin memberi banyak latihan sehingga membuat pembacanya lebih mengerti dari tiap-tiap materi yang diberikan. 2. Kelebihan Buku. Buku Edward Purba sangat detail dan banyak memberikan contoh-contoh dari materi yang di bahas ,misalnya di awal materi Buku Edward Purba member Standar Kompetensi,Kompetensi dasar ,dan indikator,agar mahasiswa tau inti dari materi yang di jelaskan. Buku Edward Purba tidak terlalu menonjolkan ilmu Filsafat dalam materi yang terlalu keagamaan,Sedangkan buku dari Jalaluddin terlalu menonjolkan keagamaan 24 dari agama tertentu dari sebagian besar materi yang ia berikan,hal ini akan menimbulkan rasa dari pembaca yang berbeda agama malas untuk lanjut membacanya,Karena Terkadang sebagian orang tidak suka untuk mempelajari apa yang diajarkan agama lain. 3. Perbedaan kedua Buku. Buku filsafat dari Edward Purba mempunyai tampilan yang lebih menarik,yang membuat rasa penasaran dari calon pembaca. Kedua buku memberi materi yang mudah untuk dipahami pembacanya,akan tetapi buku Jalaluddin lebih banyak memberikan latihan –latihan daripada buku Edward Purba,akan tetapi Buku dari Edward Purba memberi materi dengan sangat detail dan banyak contoh-contoh materi yang membuat pembaca lebih mudah untuk memahaminya. 25 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan. Filsafat adalah ilmu dari segala ilmu, ilmu yang mencari suatu kebenaran dengan cara berpikir dan karena adanya suatu keragu raguaan. Maka dari itu dibutuhkan suatu buku sebagai pegangan bagi mahasiswa untuk lebih memahami secra mendalam tentang mata kuliah filsafat pendidikan. Dan untuk mendalami apa yang ada pada materi tersebut diberikan tugas Critical Book Report sebagai salah satu cara dalam membantu mahasiswa dalam memhami isi buku tersebut. Dari kedua buku yang sudah dikritik dapat disimpulkan: 1. Walaupun memiliki judul buku yang samaakan tetapi kedua buku memiliki perbedaan dalam pembahasan materinya serta bagian bagian tambahan ( pada buku pembanding terdapat ; Indikator pembelajaran dan evaluasi dalam setiap babnya, sedangkan buku utama tidak memiliki didalamnyan). 2. Buku Pembanding lebih lengkap pembahasannya dibandingkan dengan buku utama, namun dilain Bab buku utama memiliki pembahasan yang lebih lengkap dibanding dengan buku pembanding ( Bab yang membahasa pengantar Filsafat dan filsafat pendidikan ) 3. Kelemahan dari kedua buku adalah tidak menampilkan biografi pengarang dan tidak dilengkapi dengan gambar pendukung. 26 3.2 Saran. Menurut kelompok kami , kelompok (4) cover buku sangatlah penting untuk menarik minat calon pembaca,ketika calon pembaca kurang suka membaca buku , hal utama yang dilihat pembaca yang malas adalah tampilan buku.Karna akan percuma jika isi buku itu sangat lengkap tapi daya tarik untuk menimbulkan minat pembaca untuk membaca buku tersebut kurang ,pembaca yang malas tidak akan membaca buku yang tampilannya kurang bagus , dan lebih memilih membaca buku dengan tampilan bagus walaupun isi dari buku tersebut kurang lengkap. 27 DAFTAR PUSTAKA -Sadulloh, uyoh. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta CV. -Jalaluddin dan Abdullah Idi. 2014. Filsafat Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 28