Uploaded by anandamelissa6

filsafat pendidikan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran yang menjadi fokus perhatian adalah peserta
didiknya. Baik itu di Taman kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, maupun
Peguruan Tinggi. Pemahaman pada diri peserta didik mempunyai makna bahwa guru
mengenal betul kelebihan dan kelemahan peserta didik sehingga dapat memberikan layanan
pendidikan yang tepat dan bermanfaat bagi masing-masing anak.
Fisalfat sudah sebagai ilmu penegetahuan yang membinggungkan, dan banyak kalangan
yang mempelajarin filsafat berakhir dengan rasa pusing dan ketidakmengertian. Filsafat,
dalam arti analisis filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan
oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problomatika pendidikan dan menyususn
teori-teori pendidikannya, di samping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Dengan
kata lain, teori-teori dan pandangan-pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh
seorang filosof tentu berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan aliran
filsafat yang dianutnya.
Usia filsafat sudah memberikan bentuk-bentuk pemikiran yang bervariasi, juga telah
melahirkan berbagai aliran dan paham yang mengideologikan. Dalam filsafat juga
menguraikan pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai kepribadian bangsa yang digali dari
keyakinan yang beragama, kebudayaan, dan kreatifan lokal, serta kesucian hati nurani
manusia yang merupakan fitrah dari sang pencipta.
1.2 TUJUAN
Critical Book Report ini bertujuan untuk:
1. Membandingkan dua buku Filsafat Pendidikan dengan Pengarang yang berbeda.
2. Mengetahui kelemahan dan kelebihan suatu buku.
1
1.3 MANFAAT
1. Membantu memahami karakteristik filsafat pendidikan.
2. Membantu memahami perkembangan filsafat pendidikan dalam negeri.
3. Membantu mahasiswa kritis dalam suatu hal termasuk buku dan perbandingan buku.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 IDENTITAS BUKU
Buku Pertama (Buku Utama)
1.Judul buku
: PENGANTAR FILSAFAT PENDIDIKAN
2. Pengarang
:Drs. Uyoh Sadullaoh,M.Pd
3. Penerbit
:Alfabeta CV
4. Tahun terbit
: 2004
5. Kota Terbit
:Bandung
Buku Kedua (Buku Pendamping)
1. Judul buku
: FILSAFAT PENDIDIKAN
2. Pengarang
:Prof.Dr.H.Jalaluddin
3.Pengarang
:Prof.Dr.H.Abdullah Idi,M.Ed
4. Penerbit
: Raja Grafindo Persada
5. Tahun terbit
: 2011
6. Kota Terbit
:Jakarta
2.2 RINGKASAN ISI BUKU
PENGANTAR FILSAFAT PENDIDIKAN(BUKU PERTAMA)
BAB I PENDAHULUAN
A. Praktik Pendidikan dan Teori Pendidikan
1. Praktik pendidikan Menurut Redja M.(Depdikbud: IKIP Bandung, 1991) praktik
pendidikan adalah seperangkat kegiatan bersama yang bertujun membantu pihak
lain agar mengalami perubahan tingkah laku yang diharapkan. Pendidikan dapat
3
dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek tujuan, aspek proses kegiatan dan aspek
dorongan.
2. Pendidikan memerlukan teori pendidikan karena teori pendidikan akan
memberikan manfaat sebagai berikut:
a) Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui
arah dan tujuan yang akan dicapai.
b) Teori pendidikan berfungsi untuk mengurai kesalahan akan
mengetahui mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.
c) Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai tolak ukur sampai dimana
kita telah berhasil melaksanakan tugas dalam pendidikan.
B. Pendekatan dalam Teori Pendidikan
1. Pendekatan Sains: Suatu pengkajian dengan menggunakan sains untuk
mempelajaran dan memecahkan masalah-masalah pendidikan.
2. Pendekatan Filosofi: Suatu pendekataan untuk memecahkaan masalah-masalah
pendidikan dengan menggunakan metode filsafat.
3. Pendekatan Religi: Suatu ajaran religi dijadikan sumber inspirasi untuk
menyusun teori atau konsep-konsep pendidikan yang dapat dijadikan landasan
untuk melaksanakan pendidikan.
4. Pendekatan Multidisiplin: Suatu konsep yang komperensif dan menyeluruh dalam
mempelajarin pendidikan tidak bisa hanya dengan menggunakan salah satu
pendekatan atau disiplin saja.
5. Pendekatan dalam penulisan buku ini mencoba untuk mengakaji salah satu
pendekatan diatas, yaitu pendekatan secara filosofis.
BAB II FILSAFAT
A. Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa yunani kuno yaitu dari kata “ philos” dan “ sophia”. Philos
artinya cinta yang sangat mendalam, dan sophia artinya kearifan atau kebijakan. Filsafat
secara harfiah adalah cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijakan.
Berfilsafat berarti berfikir tetapi tidak semua berpikir dapat dikategorikan berfilsafat.
4
Berpikir yang dikategorikan berfilsafat adalah apabila berpikir tersebut mengandung
tiga ciri yaitu radikal, sistematis dan universal.
B. Model – model Filsafat
1. Filsafat spekulatif
Filsafat spekulatif adalah cara berpikir sistematis tentang segala yang ada.plato
sebagai pelopor filsafat idelisme klasik membahas semua persoalan yang berkaitan
dengan manusia, masyarak, dan eksistensi manusia dalam alam ini. Filsafak spekulatif
adalah upaya mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berpikir dan
keseluruhan pengalaman.
2. Filsafat prespektif
Suatu ukuran standart penilaian tentang nilai-nilai, perbuatan manusia dan penilaian
tentang seni.
3. Filsafat analitik
Terdapat 2 model analitik. Analitik linguistik mengandung arti bahwa filsafat sebagai
analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah.dan analitik Positivistik logis
mengacu pada ilmu matematika dan ilmua alam serta sosial.
C. Misi Filsafat
Para filsof berusaha memecahkan masalah masalah yang penting bagi manusia, baik
langsung maupun tidsk langsung. Melalui pengujian yang kritis, filsof mencoba
mengevaluasi informasi dan kepercayaan yang dimiliki mengenai alam semesta serta
kesibukan manusia di dunia.
5
D. Lapangan Filsafat
Filsafat membahas tiga persoalan pkok, yaitu masalah wujud, masalah pengetahuan,
dan masalah nilai.
1. Metafisika
Metafisika merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan tentang hakikat yang
tersimpul di belakang dunia fenomena. Metafisika melampaui pengalaman objeknya di
luar hal yang dapat ditangkap oleh pancaindra.
2. Epistimologi
Epistimologi merupakan cabang filsafat yang membahas atau mengkaji tentang asal,
struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan.
Jenis- jenis pengetahuan: Pengetahuan wahyu, Pengetahuan intuitif, Pengetahuan
rasional, Pengetahuan empiris, Pengetahuan otoritas
Teori pengetahuan: Teori korespondensi, Teori koherensi. Teori pragmatisme.
3. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai atau dengan kata lain
aksiologi adalah teori nilai. Karakteristik nilai
a.
Nilai objektif atau subjektif
b.
Nilai absolute atau berubah
Jenis- jenis nilai:
a.
Etika
Etika merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu
keusilaan yang memuat dasar- dasar untuk berbuat susila.
6
b.
Estetika
Estetika merupakan nilai- nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dan pengalamanpengalaman kita yang berhubungan dengan seni.
E. Filsafat dan Sains
Sains dalam arti sempit diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya
kuantitatif dan objektif. Sains hanya membicarakan segala sesuatu yang nyata yang
dapat disentuh dengan menggunakan pancaindera. Ciri umum sains diantaranya:
1.
Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
2.
Hasil sains kebenarannya tidak mutlak.
3.
Sains bersifat objektif.
Salah satu perbedaan filsafat dengan sains, yaitu bahwa sains bersifat analisis dan
hanya menggarap salah satu pengetahuan sebagai objek formalnya, sedangkan filsafat
bersifat pengetahuan synopsis, artinya melihat segala sesuatu dengan menekankan
secara keseluruhan, karena memiliki sifat tersendiri yang tidak ada pada bagianbagiannya.
F. Filsafat dan Agama
Menurut Randall dan Buchler (1942), pertama agama didefinisikan dengan
kepercayaan terhadap supranatural, atau secara popular diartikan sebagai kepercayaan
terhadap Tuhan. Kedua agama didefinisikan dengan kepercayaan atau keyakinan.
BAB III FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Pendidikan
1. Makna pendidikan menurut Langeveld adalah bimbingan yang diberikan oleh orang
dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.
2. Pendidikan sebagai proses transformasi nilai bahwa pendidikan menyangkut hati
nurani, nilai- nilai, perasaan, pengetahuan dan keterampilan. Nilai- nilai yang
7
ditransformasikan dalam rangka mempertahankan, mengembangkan, bahkan kalau
perlu mengubah kebudayaan yang dimiliki masyarakat.
3. Tujuan pendidikan untuk menghasilkan generasi yang lebih baik, manusiamanuasia yang berkebudayaan.
4. Alat pendidikan merupakan suatu situasi yang diciptakan secara khusus dengan
maksud mempengaruhi anak didik secara pedagogis (edukatif).
5. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat maksudnya bahwa pendidikan bukan
hanya berlagsung di sekolah. Pendidikan dimulai segera setelah anak lahir dan akan
terus sampai manusia meninggal dunia.
6. Pendidikan hanya untuk manusia, karena hanya manusia yang dapat memperoleh
pendidikan.
B. Pengertian Filsafat Pendidikan.
Filsafat pendidikan menurut Al- Syaibany (1979:30) adalah: “pelaksanaan
pandangan falsafah dalam bidang pendidikan. Falsafah ini mencerminkan satu segi dari
segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsipprinsip dan kepercayaan- kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam
menyelesaikan masalah- masalah pendidikan secara praktis”
C. Kebutuhan akan Filsafat Pendidikan.
Cara keja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup
dan kehidupan manusia, dimana pendidikan merupakan salah satu aspek dari
kehidupan tersebut, karena manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan . Oleh
karena itu, pendidikan memerlukan filssafat.
D. Peranan Filsafat Pendidikan
Peran Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para
perencana pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan.
8
E. Apakah yang menentukan Filsafat Pendidikan Seseorang.
Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seseorang mengenai pendidikan,
merupakan sekumpulan prinsip yang membimbing tindakan professional seseorang.
Jadi keyakinan, prinsip-prinsip yang menentukan filsafat pendidikan seseorang.
BAB IV MAZHAB- MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Filsafat Pendidikan Idealisme.
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan
fisik. Hakikat manusia adalah rohaninya, yakni apa yang disebut ‘mind’ Implikasi
Pendidikan Power (1982:89) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme
sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan
Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter dan
mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.
b. Kedudukan Siswa
Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/ bakatnya.
c. Peranan Guru
Bekerjasama dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama
bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa.
d. Kurikulum
Pendidikan liberal untuk mengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan
praktis untuk memperoleh pekerjaan.
e.
Metode
Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
9
B. Filsafat Pendidikan Realisme
Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara
dualitas. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan
dunia rohaniah. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat
pendidikan realisme sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan
Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial.
b. Kedudukan Siswa
Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya. Dalam
hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin mental dan
moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik.
c.
Peran Guru
Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras
menuntut prestasi dari siswa.
d. Kurikulum
Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna. Berisikan
pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.
e. Metode
Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode
penyampaian harus logis dan psikologis. Metode conditioning (SR) merupakan metode
utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.
C. Filsafat Pendidikan Materialisme
10
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi bukan rohani,
bukan spiritual, atau supernatural. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan
implikasi filsafat pendidikan materialisme sebagai berikut:
a. Tema
Manusia yang baik yang efisien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol
secara ilmiah dan seksama.
b. Tujuan Pendidikan
Perubahan perilaku, mempersiapkan manusia sesuai dengan kepastiannya, untuk
tanggung jawab hidup sosial dan pribadi yang kompleks.
c. Kurikulum
Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan
diorganisasi, selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
d. Metode
Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi (SR conditioning), operant
conditioning, reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetensi.
e. Kedudukan Siswa
Tidak ada kebebasan. Perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar. Pelajaran sudah
dirancang. Siswa dipersiapkan untuk hidup. Mereka dituntut untuk belajar.
f.
Peranan Guru
Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru
dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.
D. Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika Asli. Namun berpangkal pada
filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa
yang manusia alami. Maksudnya bahwa makna dari segala sesuatu tergantung dari
11
hubungannya dengan apa yang dilakukan. Implikasi Pendidikan Power (1982)
mengemukakan implikasi filsafat pendidikan pragmatisme sebagai berikut:
a. Tujuan pendidikan
Member pengalaman untuk penemuan hal- hal baru dalam hidup sosial dan pribadi.
b. Kedudukan Siswa
Suatu organism yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan kompleks untuk
tumbuh.
c. Kurikulum
Berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah. Minat dan kebutuhan siswa yang
dibawa ke sekolah dapat menentukan kurikulum. Menghilangkan perbedaan antara
pendidikan liberal dengan pendidikan praktis atau pendidikan jabatan.
d. Metode
Metode aktif, yaitu learning by doing (belajar sambil bekerja).
e. Peran Guru
Mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa mengganggu minat
dan kebutuhannya.
E. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Filsafat eksistensialisme itu unik, yakni memfokuskan pada pengalamanpengalaman individu. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi
filsafat pendidikan eksistensialisme sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan
Member bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk
kehidupan.
12
b. Status Siswa
Makhluk rasional dengan plihan bebas dan tanggung jawab atas pilihannya. Suatu
komitmen terhadap pemenuhan tujuan pribadi.
c. Kurikulum
Yang diutamakan adalah kurikulum liberal. Kurikulum lebaral merupakan landasan
bagi kebebasan manusia. Kebebasan memiliki aturan- aturan. Oleh karena itu, di
sekolah diajarkan pendidikan sosial, untuk mengajar “respek” (rasa hormat) terhadap
kebebasan untuk semua. Respek terhadap kebebasan bagi yang lain adalah esensial.
Kebebasan dapat menimbulkan konflik.
d. Peranan Guru
Melindungi dan memelihara kebebasan akademik, dimana mungkin guru pada hari
ini, besok lusa mungkin menjadi murid.
e. Metode
Tidak ada pemikiran yang mendalam tentang metode, tetapi metode apapun yang
dipakai harus merujuk pada cara untuk mencapai kebahagiaan dan karakter yang baik.
F. Filsafat Pendidikan Progresivisme
Progresivisme merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada
tahun 1918. Kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar cepat
mencapai tujuan.
1. Strategi Pendidikan
Filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini
mungkin tidak benar di masa yang akan datang. Cara terbaik mempersiapkan siswa
adalah memebekali mereka dengan strategi- strategi pemecahan masalah.
13
2. Pendidikan
Progresif didasarkan pada keyakinan bahwa harus berpusat pada anak bukan
memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
a.
Kritik terhadap Proggresivisme
b.
Siswa tidak mempelajari warisan sosial
c.
Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan
d.
Megurangi bimbingan dan pengaruh guru
e.
Siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendidri
G. Filsafat Pendidikan Perenilaisme
Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan,
ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual,
dan sosio-kultural. Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah dengan jalan
mundur ke belakang menggunakan kembali nilai- nilai pada zaman kuno dan abad
pertengahan. Tujuan pendidikan menurut pemikiran perenialis adalah memastikan
bahwa para siswa memperolehpengetahuan tentang prinsip- prinsip atau gagasangagasan besar yang tidak berubah.Latar belakang filsafat perenialisme adalah filsafatfilsafat dari Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquina.
H. Filsafat Pendidikan Esensialisme
Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa pelopornya
seperti C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kendell. Dlam filsafat ini
fungsi utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejara kepada
generasi muda. Prinsip pendidikan esensialisme yaitu:
1. Pendidikan harus dilakukan melalui usaha keras.
2. Inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru
3. Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan.
14
4. Sekolah harus mempertahamkan metode- metode tradisional yang bertautan
dengan disiplin mental.
5. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum
merupakan tuntutan demokrasi yang nyata.
I.
Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme.
Sebagaiaman yang dikemukakan oleh Caroline Pratt (1984), “ Nilai terbesar suatu
sekolah harus menghasilkan manusia- manusia yang dapat berfikir secara efektif dan
bekerja secara konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih
baik dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya”. Singkatnya, sekolahsekolah tidak harus mentransmisikan pengetahuan mengenai tatanan sosial yang ada,
melainkan juga harus berusaha merekonstruksinya.Implikasi PendidikanPower (1982)
mengemukakan implikasi filsafat pendidikan rekonstruksionisme sebagai berikut:
1. Tema
Pendidikan merupakan usaha sosial. Misi sekolah adalah untuk meningkatkan
rekonstruksi sosial.
2. Tujuan Pendidikan
Pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal. Transmisi
budaya adalah esensial dalam masyarakat yang majemuk. Transmisi budaya harus
mengenal fakta budaya yang majemuk tersebut.
3. Kurikulum
Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya
yang ditentukan atau disukai. Semua budaya dan nilai- nilai yang berhubungan berhak
untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.
15
4. Kedudukan Siswa
Nilai- nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga.
Keluhuran pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan, manakala rasa hormat
diterima semua latar belakang budaya.
5. Metode
Sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode aktivitas dibenarkan (learning
by doing).
6. Peran Guru
Guru harus menunjukan rasa hormat yang sejati (ikhlas) terhadap semua budaya,
baik dalam member pelajaran maupun dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus
mewakili budaya masyarakat.
BAB V
ORIENTASI PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Psikologi Humanistik
Psikologi humanistik menekankan kebebasan personal, pilihan, kepekaan, dan
tanggung jawab personal. Tujuan pendidikan menurut orientasi ini adalah aktualisasi
diri individu.
B. Behavioristik
Behaviorisme berdasarkan pada prinsip bahwa perilaku manusia yang diinginkan
merupakan produk desain bukanya kebetulan. Perilaku kita benar- benar ditentukan
oleh tekanan- tekanan lingkungan yang membentuk perilaku kita. John B. Watson
(1978-1958) adalah perintis psikologi behavioristik tang utama dan B.F Skinner (19041990) adalah promotor terkenalnya.
C. Konstruktivistik
Konstruktivisme memfokuskan pada proses- proses dan strategi- stategi mental
yang digunakan para siswa untuk belajar bukanya pada perilaku belajar.
16
FILSAFAT PENDIDIKAN( BUKU PEMBANDING)
1. Pancasila sebagai Filsafat Hidup Bangsa
Pancasila adalah :
1.
Jiwa seluruh rakyat Indonesia
2.
Kepribadian bangsa Indonesia
3.
Pandangan bangsa Indonesia
4.
Dasar negara Indonesia
5.
Tujuan hidup bangsa Indonesia
6.
Kebudayaan yang mengajarkan banhwa hidup manusia akan mencapai puncak
kebahagiaan jika dapat dikembangkan keselarasan dan keseimbangan, baik dalam
hidup manusia secara pribadi, sebagai makhluk sosial dalam hubungan masyarakat,
alam dan Tuhannya à mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah. Pancasila
harus dipahami, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan à sehingga mempunyai nilai
dan arti bagi kehidupan bangsa Pancasila yang dimaksud: Yang dirumuskan dalam
Pembukaan UUD 1945 terdiri dari 5 sila, penjabarannya sebanyak 36 butir yang saling
berhubungan menjadi satu kesatuan.
Sangatlah wajar kalu Pancasila dikatakan sebagai filsafat hiup bangsa karena menurut
Muhammad Noor Syam (1983: 346), nilai-nilai dasar dalam sosio budaya Indonesia
hidup dan berkembang sejak awal peradabannya, yang meliputi:
1. Kesadaran ketuhanan dan kesadaran keagamaan secara sederhana.
2. Kesadaran kekeluargaan, di mana cinta dan keluarga sebagai dasar dan
kodrat terbentuknya masyarakat dan sinambungnya generasi.
3. Kesadaran musyaawarah mufakat dalam menetapkan kehendak bersama.
4. Kesadaran gotong royong, tolong-menolong.
17
5. Kesadaran tenggang rasa, atau tepo seliro, sebagai semangat kekeluargaan dan
kebersamaan, hormat demi keutuhan, kerukunan dan kekeluargaan dalam
kebersamaan.
Itulah yang termaktub dalam Pancasila dengan 36 butir-butirnya. Dengan begitu, pada
dasarnya masyarakat Indonesia telah melaksanakan Pancasila, walaupun sifatnya
masih merupakan kebudayaan. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut
sudah beradab lamanya mengakar pada kehidupan bangsa Indonesia, karena itu
Pancasila dijadikan sebagai fIlsafah hidup bangsa.
1. Pancasila sebagai Filsafat Pendidikan Nasional
Pendidikan di Indonesia berkembang secara dinamis dari zaman kemerdekaan 17
Agustus 1945 dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan politik, sosial, ekonomi dan
kebudayaan. Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 2: pendidikan diusahakan dan
diselenggarakan oleh pemerintah sebagai satu sistem pengajaran nasional à hal ini
dimaksudkan agar pendidikan dapat menjamin perkembangan dan kelangsungan
kehidupan bangsa. Sejarah yang menyatakan bahwa Pancasila sebagai asas pendidikan
nasional:
Menurut Aris Toteles, tujuan pendidikan sama dengan tujuan didirikannya suatu negara
(Rapar, 1988:40)à begitu juga Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
ingin menciptakan manusia pancasila Th 1959 pemerintah mengeluarkan
kebijaksanaan agar arah pendidikan tidak menuju pembentukan manusia liberal yang
dianggap sangat bertentangan dengan jiwa dan semangat bangsa Indonesia
(Depdikbud,1993. Atas instruksi menteri Pengajaran dan Budaya (PM) Prof.Dr. Priyono
yang dikenal dengan nama “Sapta Usaha Tama dan Pancawardhana” yang isinya antara
lain bahwa Pancasila merupakan asas pendidikan nasional (Supardo, 1960:431).
Jika pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis mengikuti ideologi bangsa yang
dianut, karenanya sistem pendidikan nasional Indonesia dijiwai, didasari dan
mencerminkan identitas Pancasila. Sementara cita dan karsa bangsa kita, tujuan
nasional dan hasrat luhur rakyat Indonesia, tersimpul dalam pembukaan UUD 1945
sebagai perwujudan jiwa dan nilai Pancasila. Cita dan karsa itu dilembagakan dalam
sistem pendidikan nasional yang bertumpu dan dijiwai oleh suatu keyakinan, dan
18
pandangan hidup Pancasila. Inilah alasan mengapa filsafat pendidikan Pancasila
merupakan tuntutan nasional, sedangkan filsafat pendidikan Pancasila adalah
subsistem dari sistem negara Pancasila. Dengan kata lain, sistem negara Pancasila wajar
tercermin dan dilaksanakan di dalam berbagai subsistem kehidupan bangsa dan
masyarakat.
Dengan demikian, jelaslah tidak mungkin Sistem Pendidikan Nasional dijiwai dan
didasari oleh sistem filsafat pendidikan yang selain Pancasila. Hal ini tercermin dalam
tujuan Pendidikan Nasional yang termuat dalam UU No. 2 Tahun 1989 dan UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni: pendidikan nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan.
2. Hubungan Pancasila dengan Sistem pendidikan ditinjau dari Filsafat
Pendidikan Pancasil: adalah dasar negara Indonesia di mana fungsi utamanya sebagi
pandangan hidup dan kepribadian bangsa (Dardodiharjo, 1988: 17). Memegang fungsi
dalam hidup dan kehidupan bangsa dan negara Indonesia, Pancasila tidak saja sebagai
dasar negara RI, tapi juga alat pemersatu bangsa, kepribadian bangsa, pandangan hidup
bangsa, sumber ilmu pengetahuan di Indonesia (Azis, 1984: 70). Sehingga dapat kita
ketahui bahwa Pancasila merupakan dasar negara yang membedakannya dengan
bangsa yang lain.
Filsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh untuk mencari
kebenaran sesuatu. Sementara filsafat pendidikan adalah pemikiran yang mendalam
tentang kependidikan. Bila kita hubungkan fungsi Pancasila dengan sistem pendidikan
ditinjau dari filsafat pendidikan, maka dapat kita jabarkan bahwa Pancasila adalah
pandangan hidup bangsa yang menjiwai sila-silanya dalam kehidupan sehari-hari. Dan
untuk menerapkan sila-sila Pancasila, diperlukan pemikiran yang sungguh-sungguh
mengenai bagaimana nilai-nilai Pancasila itu dapat dilaksanakan. Dalam hal ini,
tentunya pendidikanlah yang berperan utama.
19
3. Filsafat Pendidikan Pancasila ditinjau dari Ontologi, Epistimologi, dan
Aksiologi
A. Ontologi
Ontologi adalah bagian dari filsafat yang menyelidiki tentang hakikat yang ada. Menurut
Muhammad Noor Syam (1984: 24), ontologi kadang-kadang disamakan dengan
metafisika, sebelum manusia menyelidiki yang lain, manusia berusaha mengerti hakikat
sesuatu. Manusia dalam interaksinya dengan semesta raya, melahirkan pertanyaanpertanyaan filosofis seperti apakah sesungguhnya realita yang ada itu. Jadi, ontologi
adalah cabang dari filsafat yang persoalan pokoknya apakah kenyataan atau realita itu.
Rumusan-rumusan tersebut identik dengan membicarakan tentang hakikat ada.
Hakikat ada dapat berarti segala sesuatu yang ada, menunujuk kepada hal umum
(abstrak umum universal). (Sutrisno, 1984: 82).Dalam kenyataanya, Pancasila dapat
dilihat dari penghayatan dan pengamalan kehidupan sehari-hari. Dan bila dijabarkan
menurut sila-sila dari Pancasila itu adalah sebagai berikut:
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila pertama ini menjiwai sila-sila yang lainnya. Di dalam sistem Pendidikan Nasional
dijelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada
kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dengan sila
pertama ini, kita diharapkan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang juga
merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional.
b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Manusia yang ada di muka bumi ini mempunyai harkat dan martabat yang sama, yang
diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan fitrahnya sebagai hamba Allah
(Darmodiharjo, 1988: 40)
Pendidikan tidak membedakan usia, agama dan tingkat sosial budaya dalam menuntut
ilmu. Setiap manusia mempunyaai kebebasan dalam hal menuntut ilmu, mendapat
perlakuan yang sama, kecuali tingkat ketakwaan seseorang. Dan oleh karena yang
dibangun adalah masyarakat Pancasila, maka pendidikan harus dijiwai Pancasila
sehingga akan melahirkan masyarakat yang susila, bertanggung jawab, adil dan
makmur, baik spiritual maupun materiil dan berjiwa Pancasila. Dengan demikian,
sekolah harus mencerminkan sila-sila dari Pancasila.
20
c. Sila Persatuan Indonesia
Persatuan merupakan kunci kemenangan. Dengan persatuan yang kuat kita dapat
menikmati alam kemerdekaan. Sila ketiga ini tidak membatasi golongan dalam belajar.
ini berarti, bahwa semua golongan dapat menerima pendidikan, baik dari golongan
rendah maupun golongan yang tinggi, tergantung kepada kemampuannya untuk
berpikir, sesuai dengan UUD 1945 Pasal 31 ayat 1.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
PermusyawaratanPerwakilan
Sila keempat ini sering dikaitkan dengan kehidupan berdemokrasi. Dalam hal ini,
demokrasi sering juga diartikan sebagai kekuasaan ada di tangan rakyat. sebagai
contoh, dalam memilih seorang pemimpin di desa, lembaga untuk menyalurkan
kehendak untuk kepentingan bersama melalui musyawarah (Djamal, 1986: 82). Bila
dilihat dari dunia pendidikan, maka hal ini sangat relevan, karena menghargai pendapat
orang lain demi kemajuan. Di samping itu, juga sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28 yang
menyatakan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, baik secara lisan maupun
tulisan. Jadi, dalam menyusun tujuan pendidikan, diperlukan ide-ide dari orang lain
demi kemajuan pendidikan.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Rakyat Indonesia
Setiap bangsa di dunia bertujuan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.
Keadilan ini meliputi kebutuhan di bidang materiil dan di bidang spiritual yang
didasarkan pada asas kekeluargaan.
B. Epistemologi
Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan (adanya) benda-benda. Epistemologi
yang diartikan sebagai filsafat yang menyelidiki sumber, syarat, proses terjadinya ilmu
pengetahuan, batas validitas dan hakikat ilmu pengetahuan. Dengan filsafat, kita dapat
menentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai demi peningkatan ketenangan dan
kesejahteraan hidup, pergaulan dan berwarga negara. Untuk itu, bangsa Indonesia telah
menemukan filsafat Pancasila.
1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh melalui
akal atau panca indra dan dari ide atau Tuhan. Berbeda dengan Pancasila, ia lahir tidak
21
secara mendadak, tetapi melalui proses panjang yang dimatangkan dengan perjuangan.
Pancasila digali dari bumi Indonesia yang merupakan dasar negara, pandangan hidup
bangsa, kepribadian bangsa, tujuan atau arah untuk mencapai cita-cita dan perjanjian
luhur rakyat Indonesia (Widjaya, 1985:176-177). Dalam rangka pikiran seperti ini,
maka cita-cita telah merupakan ideologi (lihat Deliar Noer, 1983: 25).
2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Kepribadian manusia adalah subjek yang secara potensial dan aktif berkesadaran tahu
atas eksistensi diri, dunia, bahkan juga sadar dan tahu bila di suatu ruang dan waktu
“tidak ada” apa-apa (kecuali ruang dan waktu itu sendiri). Pancasila adalah ilmu yang
diperoleh melalui perjuangan yang sesuai dengan logika. Dengan mempunyai ilmu
moral, diharapkan tidak ada lagi kekerasan dan kesewenang-wenangan manusia
terhadap yang lainnya.
3) Sila Persatuan Indonesia
Proses terbangunnya pengetahuan manusia merupakan hasil dari kerja sama atau
produk hubungan dengan lingkungannya. Potensi dasar denga faktor kondisi
lingkungan yang memadai akan membentuk pengetahuan.
4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Manusia diciptakan Allah SWT sebagai pemimpin di muka bumi ini untuk
memakmurkan umat manusia. Seorang pemimpin mempunyai syarat untuk memimpin
dengan bijaksana. Dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan memang mempunyai
peranan yang besar, tetapi itu tidak menutup kemungkinan peran keluarga dan
masyarakat dalam membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Jadi, dalam hal ini
diperlukan suatu ilmu keguruan untuk mencapai guru yang ideal, guru yang kompeten.
Setiap manusia bebas mengeluarkan pendapat dengan melalui lembaga penidikan.
Setiap ada permasalahan diselesaikan dengan jalan musyawarah, agar mendapat kata
mufakat.
5) Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Ilmu pengetahuan sebagai perbendaharaan dan prestasi individu serta sebagai karya
budaya umat manusia merupakan martabat kepribadian manusia (IKIP Malang, 1983:
63). Dalam arti luas, adil di atas dimaksudkan seimbang antara ilmu umum dan ilmu
22
agama. Hal ini didapatkan melalui pendidikan, baik itu informal, formal dan non formal.
Dalam sistem pendidikan nasional yang intinya mempunyai tujuan yang mengejar Iptek
dan Imtaq. Di bidang sosial, dapat dilihat pada suatu badan yang mengkoordidir dalam
hal mengentaskan kemiskinan, di mana hal ini sesuai dengan butir-butir Pancasila. Kita
harus menghormati dan menghargai hasil karya orang lain, hemat yang berarti
pengeluaran sesuai dengan kebutuhan.
C. Aksiologi
Aksiologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki aspek nilai (value). Nilai tidak akan
timbul karena manusia mempunyai bahasa yang digunakan dalam pergaulan seharihari. Jadi, masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai. Dikatakan mempunyai nilai,
apabila berguna, benar (logis), bermoral dan etis. Dengan demikian, dapat pula
dibedakan nilai materiil dan spiritual. Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar
negara memiliki nilai-nilai: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan
Keadilan. Nilai ideal, materiil, spiritual dan nilai positif dan juga nilai logis, estetika, etis,
sosial dan religius. Dengan demikian Pancasila syarat akan nilai.
1) Sila Ketuhanan yang Maha Esa
Percaya kepada Allah merupakan hal yang paling utama dalam ajaran Islam. Di setiap
kita mengucapkan kalimah Allah, baik itu dalam shalat, menikahkan orang,
dikumandangkan adzan, para dai mula-mula menyiarkan Islam dengan menanamkan
keimanan. Pendidikan, sejak tingkat kanak-kanak sampai perguruan tinggi, diberikan
pelajaran agama dan hal ini merupakan sub-sistem pendidikan nasional.
2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Dalam kehidupan umat Islam, setiap Muslim yang datang ke masjid untuk shalat
berjamaah berhak berdiri di depan dengan tidak membedakan keturunan, ras dan
kedudukan. Di mata Allah sama, kecuali ketakwaan seseorang. Inilah sebagian kecil
contoh dari nilai-nilai Pancasila yang ada dalam kehidupan umat Islam.
3) Sila Persatuan Indonesia
Islam mengajarkan supaya bersatu dalam mencapai tujuan yang dicitacitakan,mengajarkan untuk taat kepada pemimpin. Memang Indonesia adalah negara
Pancasila, bukan negara yang berdasarkan satu agama. Meskipun demikian demikian,
23
warga negara kita tidak lepas dari pembinaan dan bimbingan kehidupan beragama
untuk terwujudnya kehidupan beragama yang rukun dan damai.
4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Jauh sebelum Islam datang, di Indonesia sudah ada sikap gotong-royong di
musyawarah. Dengan datangnya Islam, sikap ini lebih diperkuat lagi dengan datangnya
al-Qur’an.
5) Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Adil berarti seimbang antara hak dan kewajiban. Dalam segi pendidikan, adil itu
seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama di mana ilmu agama adalah sub-sistem
dari sistem pendidikan nasional.
2.3 Penilaian Terhadap Buku. Perbandingan antara kedua buku
1. Kelemahan Buku.
Buku Filsafat Pendidikan dari Uyoh Sadullah memiliki cover buku yang berwarna
cerah tetapi sederhana,yang membuat rasa ingin tahu pembaca buku tertarik untuk
melihat dan membacanya,Sedangkan Buku dari Prof.Dr.H.Jalaluddin memiliki cover
buku yang berwarna kusam yang membuat daya tarik pembaca yang baru pertama
melihatnya Buku dari Prof.Dr.H.Jalaluddin mengurangi minat orang yang pertama
melihat bukunya.
Buku ini sedikit member latihan di akhir pembahasan sehingga sedikit sulit untuk
memahami isi nya jika tidak ada Dosen Pembimbing,Buku dari Jalaluddin memberi
banyak latihan sehingga membuat pembacanya lebih mengerti dari tiap-tiap materi
yang diberikan.
2. Kelebihan Buku.
Buku Edward Purba sangat detail dan banyak memberikan contoh-contoh dari
materi yang di bahas ,misalnya di awal materi Buku Edward Purba member Standar
Kompetensi,Kompetensi dasar ,dan indikator,agar mahasiswa tau inti dari materi yang
di jelaskan.
Buku Edward Purba tidak terlalu menonjolkan ilmu Filsafat dalam materi yang
terlalu keagamaan,Sedangkan buku dari Jalaluddin terlalu menonjolkan keagamaan
24
dari agama tertentu dari sebagian besar materi yang ia berikan,hal ini akan
menimbulkan rasa dari pembaca yang berbeda agama malas untuk lanjut
membacanya,Karena Terkadang sebagian orang tidak suka untuk mempelajari apa yang
diajarkan agama lain.
3. Perbedaan kedua Buku.
Buku filsafat dari Edward Purba mempunyai tampilan yang lebih menarik,yang
membuat rasa penasaran dari calon pembaca.
Kedua buku memberi materi yang mudah untuk dipahami pembacanya,akan tetapi
buku Jalaluddin lebih banyak memberikan latihan –latihan daripada buku Edward
Purba,akan tetapi Buku dari Edward Purba memberi materi dengan sangat detail dan
banyak contoh-contoh materi yang membuat pembaca lebih mudah untuk
memahaminya.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Filsafat adalah ilmu dari segala ilmu, ilmu yang mencari suatu kebenaran dengan
cara berpikir dan karena adanya suatu keragu raguaan. Maka dari itu dibutuhkan suatu
buku sebagai pegangan bagi mahasiswa untuk lebih memahami secra mendalam
tentang mata kuliah filsafat pendidikan. Dan untuk mendalami apa yang ada pada
materi tersebut diberikan tugas Critical Book Report sebagai salah satu cara dalam
membantu mahasiswa dalam memhami isi buku tersebut.
Dari kedua buku yang sudah dikritik dapat disimpulkan:
1. Walaupun memiliki judul buku yang samaakan tetapi kedua buku memiliki
perbedaan dalam pembahasan materinya serta bagian bagian tambahan ( pada buku
pembanding terdapat ; Indikator pembelajaran dan evaluasi dalam setiap babnya,
sedangkan buku utama tidak memiliki didalamnyan).
2. Buku Pembanding lebih lengkap pembahasannya dibandingkan dengan buku
utama, namun dilain Bab buku utama memiliki pembahasan yang lebih lengkap
dibanding dengan buku pembanding ( Bab yang membahasa pengantar Filsafat dan
filsafat pendidikan )
3. Kelemahan dari kedua buku adalah tidak menampilkan biografi pengarang dan
tidak dilengkapi dengan gambar pendukung.
26
3.2 Saran.
Menurut kelompok kami , kelompok (4) cover buku sangatlah penting untuk
menarik minat calon pembaca,ketika calon pembaca kurang suka membaca buku , hal
utama yang dilihat pembaca yang malas adalah tampilan buku.Karna akan percuma jika
isi buku itu sangat lengkap tapi daya tarik untuk menimbulkan minat pembaca untuk
membaca buku tersebut kurang ,pembaca yang malas tidak akan membaca buku yang
tampilannya kurang bagus , dan lebih memilih membaca buku dengan tampilan bagus
walaupun isi dari buku tersebut kurang lengkap.
27
DAFTAR PUSTAKA
-Sadulloh, uyoh. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta CV.
-Jalaluddin dan Abdullah Idi. 2014. Filsafat Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
28
Download