Uploaded by ansdi.16

Ideologi Pancasila

advertisement
Ideologi Pancasila
Secara etimologis, istilah Ideologi berasal dari kata “idea” yang berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita, pemikiran, dan kata “logos” yang berarti ilmu. Kata “idea” berasal
dari bahasa Yunani, yaitu “edos” yang berarti bentuk. Pengertian ideologi secara umum dapat
dikatakan sebagai kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaankepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut dan mengatur tingkah laku
sekelompok manusia tertentu dalam berbagai bidang kehidupan.
Pada dasarnya ideologi terbagi dua bagian, yaitu Ideologi Tertutup dan Ideologi Terbuka.
Ideologi Tertutup merupakan suatu pemikiran tertutup. Sedangkan Ideologi Terbuka merupakan
suatu sistem pemikiran terbuka. Ideologi tertutup dapat dikenali dari beberapa ciri khasnya.
Ideologi itu bukan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat melainkan merupakan cita-cita
suatu kelompok orang yang mendasari suatu program untuk mengubah dan memperbarui
masyarakat. Sedangkan Ideologi Terbuka memiliki ciri khas yaitu nilai-nilai dan cita-citanya
tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari harta kekayaan rohani, moral dan
budaya masyarakat sendiri. Ideologi terbuka diciptakan oleh Negara melainkan digali dan
ditemukan dalam masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, Ideologi terbuka merupakan milik
semua masyarakat dalam menemukan ‘dirinya’ dan ‘kepribadiannya’ dalam Ideologi tersebut.
Pancasila sebagai suatu Ideologi tidak bersifat tertutup dan kaku, tetapi bersifat reformatif,
dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa Ideologi pancasila besifat aktual, dinamis,
antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek), serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat. Sebagai
suatu ideologi yang bersifat terbuka maka secara structural Pancasila memiliki tiga dimensi
sebagai berikut:
1. Dimensi idealis. Merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bersifat
sistematis dan rasional yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila Pancasila
: Ketuanan, kemanusiaa, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
2. Dimensi normatif. Merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu
dijabarkan dalam suatu sistem normatif, sebagaimana terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945 yang memilki kedudukan tinggi yang di dalamnya memuat Pancasila dalam
alinea IV.
3. Dimensi realitas. Merupakan suatu Ideologi harus mampu mencerminkan realitas yang
hidup dan berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu, selain memiliki dimensi nilainilai ideal dan normative, pancasila juga harus mampu dijabarkan dalam kehidupan
bermasyarakat secara nyata, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
penyelenggaraan Negara.
Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh pancasila sebagai Ideologi terbuka, maka sifat Ideologi
pancasila tidak bersifat “utopis”, yaitu hanya merupakan sistem ide-ide belaka yang jauh dari
kehidupan sehari-hari secara nyata. Pancasila juga bukan merupakan Ideologi “pragmatis” yang
hanya menekankan segi praktisi belaka tanpa adanya aspek idealisme. Ideologi Pancasila yang
bersifat terbuka hakikatnya nilai-nilai dasar yang bersifat unviversal dan tetap. Adapun
penjabaran dan realisasinya senantiasa dieksplisitkan secara dinamis-reformatif yang senantiasa
mampu melakukan perubahan sesuai dengan dinamika aspirasi masyarakat.
Hakikat Ideologi Pancasila
Sebagai Ideologi, pancasila mencangkup pengertian tentang ide, gagasan, konsep dan pengertian
dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia. Kelima sila Pancasila
merupakan kesatuan yang bulat dan utuh sehingga pemahaman dan pengamalannya harus
mencangkup semua nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap
Pancasila adalah sebagai berikut:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa; Menngandung nilai spiritual, memberikan kesempatan
yan seluas-luasnya kepada semua pemeluk agama dan penganut kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa untuk berkembang di Indonesia.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab; Mengandung nilai kesamaan derajat maupun
hak dan kewajiban, cinta-mencintai, hormat-menghormati, keberanian membela
kebenaran dan keadilan, toleransi, dan gotong royong.
3. Sila Persatuan Indonesia; Dalam masyarakat Indonesia yang pluralistik mengandung nilai
persatuan bangsa dan persatuan wilayah yang merupakan faktor pengikat yang menjamin
keutuhan nasional atas dasar Bhineka Tunggal Ika. Nilai ini menempatkan kepentingan
dan keselamatan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
atau Perwakilan; Menunjukan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat yang
diwujudkan oleh persatuan nasional yang nyata (real) dan wajar. Nilai ini mengutamakan
kepentingan Negara dan bangsa dengan mempertahankan penghargaan atas kepentingan
pribadi dan golongan, musyawarah untuk mufakat, kebenaran, dan keadilan.
5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia; Mengandung nilai keadilan,
keseimbangan antara hak dan kewajiban, penghargaan terhadap hak orang lain, gotong
royong dalam suasana kekeluargaan, ringan tangan dan kerja keras untuk bersama-sama
mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Yang dimaksud
dengan sistem adalah satu-kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama
untuk satu tujuan tertentu, lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri




Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem)
Saling berhubungan, saling ketergantungan
Satu kesatuan bagian-bagian
Terjadi dalam suatu lingkaran yang komplek.
Nilai Pancasila
Keterbukaan Ideologi pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung di
dalamnya, tetapi mengeksplisitkan wawasan secara lebih konkret sehingga memiliki kemampuan
yang reformatif untuk memecahkan berbagai masalah aktual yang senantiasa berkembang seiring
dengan aspirasi rakyat, perkembangan iptek, serta zaman. Eksplisitasi dilakukan dengan
menghadapkannya pada berbagai masalah yang selalu silih berganti melalui refleksi yang
nasional sehingga terungkap makna operasionalnya. Dengan demikian, penjabaran Ideologi
dilaksanakan dengan interpretasi yang kritis dan rasional.
Nilai Dasar Pancasila
Nilai dasar meliputi hakikat kelima sila Pancasila, nilai-nilai dasar tersebut merupakan esensi
dari sila-sila Pancasila yang bersifat universal sehingga dalam nilai dasar tersebut mengandung
cita-cita, tujuan dan nilai-nilai yang baik dan benar. Sebagai Ideologi terbuka, nilai dasar ini lah
yang bersifat tetap dan melekat pada kelangsungan hidup Negara. Nilai ini meliputi arahan,
kebijakan, strategi, sasaran, serta lembaga pelaksanaannya. Dan merupakan eksplisitasi, yaitu
penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar Ideologi pancasila.
Nilai Praktis
Merupakan nila-nilai instrumental dalam suatu realisasi pengamalan yang bersifat nyata dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Suatu Ideologi, selain memiliki aspek-aspek
yang bersifat ideal yang berupa cita-cita, pemikiran-pemikiran, dan nilai-nilai yang dianggap
baik, juga harus memiliki norma yang jelas karena Ideologi harus mampu direalisasikan dalam
kehidupan praktis yang merupakan suatu akulturasi secara konkret.
Download