BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laboratorium kimia merupakan sarana penting untuk pendidikan, penelitian, pelayanan, serta uji mutu atau quality control. Berbagai jenis laboratorium kimia telah banyak dimiliki oleh sekolah lanjutan atas (SMA dan SMK), perguruan tinggi, industri dan jasa serta lembaga penelitian dan pengembangan. Karena perbedaan fungsi dan kegunaannya, dengan sendirinya berbeda pula dalam desain, fasilitas, teknik, dan penggunaan bahan. Laboratorium kimia harus merupakan tempat yang aman bagi para penggunanya. Aman terhadap setiap kemungkinan kecelakaan fatal, dari sakit maupun gangguan kesehatan. Hanya dalam laboratorium yang aman seseorang dapat bekerja dengan aman, produktif, dan efisien, bebas dari rasa khawatir akan kecelakaan dan keracunan. Keadaan aman dalam laboratorium dapat diciptakan apabila ada kemauan dari setiap pengguna untuk menjaga dan melindungi diri. Tujuan keamanan laboratorium adalah menciptakan suasana laboratorium sebagai sarana belajar sains yang aman. Caranya adalah dengan meningkatkan pengetahuan praktisi sains tentang keselamatan kerja, mengenal bahaya yang mungkin terjadi serta upaya penanganannya.Tetapi pada kenyataannya masih banyak laboran atau praktikan yang kurang memahami bagaimana cara perawatan alat dan bahan laboratorium. Akibat dari kurang memahami tentang penataan, perawatan dan reparasi alat-alat laboratorium menyebabkan praktikan meletakan alat sembarangan dan tidak merawatan alat-alat dengan baik. Hal ini menyebabkan kurang efisiensinya penggunaan alat-alat laboratorium dengan baik. Maka dari itu kami mengangkat makalah tentang “Perawatan Alat Dan Bahan Laboratorium kimia” 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah: 1. Apakah yang dimaksud Perawatan Laboratorium? 2. Apa Tujuan dari Perawatan Laboratorium? 3. Bagaimana Sistem Perawatan Laboratorium? 4. Bagaiamana Perawatan Alat – alat dan Bahan Kimia? 1.3 Tujuan Masalah Dari rumusan masalah di atas maka tujuannya adalah: 1. Mengetahui pengertian perawatan laboratorium. 2. Mengetahui tujuan dari perawatan laboratorium. 1 3. Mengetahui sistem perawatan laboratorium. 4. Mengetahui perawatan alat-alat dan bahan kimia dilaboratorium. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Perawatan Laboratorium Perawatan/pemeliharaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan peralatan dalam kondisi yang baik dan siap pakai. Dalam kaitannya dengan perawatan peralatan laboratorium, perawatan dimaksudkan sebagai usaha preventif atau pencegahan agar peralatan tidak rusak atau tetap terjaga dalam kondisi baik, siap beroperasi. Disamping itu perawatan juga dimaksudkan sebagai upaya untuk menyetel atau memperbaiki kembali peralatan laboratorium yang sudah terlanjur rusak atau kurang layak sehingga siap digunakan untuk kegiatan praktikum para siswa. Didalam kaitannya dengan perawatan peralatan laboratorium, perawatan dimaksudkan sebagai usaha preventif atau pencegahan agar peralatan tidak rusak atau tetap terjaga dalam kondisi baik, siap beroperasi.Perawatan dapat dibedakan antara perawatan terencana dan perawatan tidak terencana. Secara jelas dapat dilihat di bawah ini: a. Perawatan Terencana Perawatan terencana adalah jenis perawatan yang diprogramkan, diorganisir, dijadwal, dianggarkan, dan dilaksanakan sesuai dengan rencana, serta dilakukan monitoring dan evaluasi. Perawatan terencana dibedakan menjadi dua, yakni: perawatan terencana yang bersifat pencegahan atau perawatan preventif, dan perawatan terencana yang bersifat korektif. 1. Perawatan Preventif Perawatan preventif adalah perawatan yang dilaku kan pada selang waktu tertentu dan pelaksanaannya dilakukan secara rutin dengan beberapa kriteria yang ditentukan sebelumnya. Tujuannya untuk mencegah dan mengurangi kemungkinan suatu komponen tidak memenuhi kondisi normal. Pekerjaan yang dilakukan dalam perawatan preventif adalah mengecek, melihat, menyetel, mengkalibrasi, melumasi (pengisian minyak atau air), atau pekerjaan lainnya yang bukan penggantian suku cadang berat. Perawatan preventif membantu agar alat dapat bekerja dengan baik sesuai dengan apa yang menjadi ketentuan pabrik pembuatannya. Perawatan preventif merupakan perawatan yang bersifat pencegahan, adalah sistem perawatan peralatan laboratorium yang secara sadar dilakukan melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta monitoring dengan tujuan untuk mencengah terjadinya gangguan kemacetan atau kerusakan peralatan laboratorium. 3 2. Perawatan Korektif Perawatan korektif merupakan perawatan yang bersifat koreksi, yakni sistem perawatan peralatan laboratorium yang secara sadar dilakukan melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta monitoring dengan tujuan untuk mengembalikan peralatan laboratorium pada kondisi standar, sehingga dapat berfungsi normal. b. Perawatan Tidak Terencana Perawatan tidak terencana adalah jenis perawatan yang bersifat perbaikan terhadap kerusakan yang tidak diperkirakan sebelumnya. Pekerjaan perawatan ini tidak direncanakan, dan tidak dijadwalkan. Umumnya tingkat kerusakan yang terjadi adalah pada tingkat kerusakan berat. Karena tidak direncanakan sebelumnya, maka juga disebut perawatan darurat. 2.2 Tujuan Perawatan Laboratorium Perawatan peralatan laboratorium memiliki beberapa tujuan yang mencakup: a. Agar peralatan laboratorium selalu prima, siap dipakai secara optimal b. Memperpanjang umur pemakaian c. Menjamin kelancaran kegiatan pembelajaran d. Menjamin keamanan dan kenyamanan bagi para pemakai e. Mengetahui kerusakan secara dini atau gejala kerusakan f. Menghindari terjadinya kerusakan secara mendadak g. Menghindari terjadinya kerusakan fatal. 2.3. Sistem Perawatan Laboratorium Dalam perawatan Laboratorium,sebelum penyusunan jadwal dan rencana kebutuhan biaya perawatan perlu dilihat unsur-unsur berikut ini: 1) Obyek Perawatan Laboratorium Sebagai obyek laboratorium yang perlu dilakukan perawatan diantaranya adalah: a. Ruang laboratorium, termasuk kebersihan lantai, kelembaban, ventilasi, penerangan b. Perabot atau meubeler laboratorium, seperti almari, meja percobaan, meja kerja,rak, kursi. c. Peralatan administrasi dan dokumentasi laboratorium, seperti komputer, danfilenya, buku-buku manual. d. Sumber jaringan listrik, stop kontak, sekring, lampu. 4 e. Training obyek dan perlatan dan mesin-mesin pelatihan. f. Aparatur dan perlengkapan percobaan. g. Instrumen dan alat-alat ukur. h. Spesimen dan bahan-bahan untuk praktikum. 2) Sumber Daya Sistem Perawatan Laboratorium Tenaga laboran atau teknisi mempunyai tanggung jawab dalam merawat laboratorium yang dikelolanya. Salah satu tugas seorang laboran atau teknisi adalah melaksanakan perawatan laboratorium yang meliputi pekerjaan menjaga, menyimpan, membersihkan, memelihara, memeriksa, menyetel kembali, bahkan bila perlu dan dibutuhkan dapat melakukan penggantian dan perbaikan komponen peralatan laboratorium yang rusak. a. Tenaga Laboran/Teknis (man) Tenaga laboran/teknisi mempunyai tanggung jawab dalam merawat laboratorium yang dikelolanya. Salah satu tugas seorang laboran/teknisi adalah melaksanakan perawatan laboratorium yang meliputi pekerjaan; menjaga, menyimpan, memelihara, memeriksa, menyetel kembali, bahkan bila perlu dan dibutuhkan dapat melakukan penggantian dan perbaikan komponen peralatan laboratorium yang rusak. Untuk peralatan khusus dengan tingkat kerusakan yang sudah parah, dimana perbaikannya juga memerlukan kemampuan profesional yang khusus, maka dapat memanfatkan tenaga teknisi ahli dari luar. Misalnya untuk perbaikan peralatan ukur optik, peralatan ukur elektronik, yang konstruksinya sangat rumit. Untuk pekerjaan perawatan yang ringan dan rutin dapat melibatkan peserta didik. Misalnya dalam menjaga kebersihan ruang dan tempat praktik, menjaga kebersihan peralatan, dan membantu dalam penyimpanan peralatan. Untuk keperluan pencegahan terhadap kemungkinan kerusakan akibat kesalahan pemakaian sekaligus sebagai upaya pembinaan tanggungjawab peserta didik, diberlakukan peraturan dan tata tertib penggunaan peralatan di laboratorium. b. Biaya perawatan (money) Perawatan membutuhkan biaya, bahkan kadang-kadang biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan perawatan sangat mahal. Biaya perawatan dibutuhkan untuk berbagai hal, antara lain: 1. Biaya pembelian bahan-bahan untuk perawatan, seperti sabun, carbol, kain lap perekat, cat, bahan pengawet, pencegah jamur, dan sebagainya. 5 2. Biaya pembelian suku cadang, seperti: kran air, kabel, mur baut, lensa optik, mouse komputer, dan sebagainya. 3. Biaya pembelian peralatan perawatan, seperti: sapu, sikat, sulak, kuas, solder, tang obeng, gunting, dan sebagainya. 4. Upah tenaga perawatan jika perlu, khususnya apabila pekerjaan perawatan terpaksa harus mengundang pihak luar, misalnya ahli computer 5. Biaya perawatan di atas perlu dihitung dan dimasukkan dalam usulan anggaran, sehingga tersedia dana untuk perawatan laboratorium secara rutin. c. Bahan Perawatan (Materials) Bahan perawatan adalah seluruh jenis bahan yang dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan perawatan peralatan laboratorium. Bahkan untuk pekerjaan perawatan ini harus tersedia dengan jumlah yang memadai, karena bahan ini merupakan salah satu sumber daya yang sangat urgen untuk merawat semua peralatan laboratorium. Bahan yang dibutuhkan untuk pekerjaan perawatan peralatan laboratorium, antara lain : 1) Bahan untuk pekerjaan kebersihan, seperti:sabun, carbol, kain lap, thinner, bahan pembersih alat-alat laboratorium, tempat sampah, kantong plastik, dan bahan pembersih lainnya. 2) Bahan untuk pemelihara, seperti: bahan pengawet, minyak pelumas, bahan pelapis, bahan pelindung, pembungkus, pupuk tanaman dan makanan hewan pada laboratorium Biologi, pembasmi serangga, dan sebagainya 3) Suku cadang, seperti: seperti: kran air, kabel, mur baut, lensa optik, mouse komputer, dan sebagainya. d. Peralatan Perawatan ( Machines ) Tersedianya alat-alat perawatan merupakan sumber daya yang sangat dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan perawatan laboratorium. Apabila laboratorium memiliki peralatan perawatan lengkap akan sangat mendukung terlaksananya program perawatan peralatan laboratorium. Peralatan untuk pekerjaan perawatan, tergantung dari jenis sarana atau fasilitas yang dirawat serta jenis kegiatan perawatannya. Peralatan perawatan laboratorium antara lain meliputi peralatan untuk: 1). Peralatan penyimpanan, misalnya almari, rak, 2). Peralatan pemeliharaan, misalnya alat pelumas, alat pelapis, 3). Peralatan pemeriksaan, misalnya instrumen pengukuran, 4). Peralatan penyetelan kembali, 5). Peralatan perbaikan. 6 Peralatan perawatan yang sifatnya umum, sederhana, dan secara rutin sering dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan perawatan peralatan sebaiknya dimiliki oleh setiap laboratorium. Cara atau metode untuk melakukan pekerjaan perawatan peralatan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain dengan cara: 1) Melakukan pencegahan, misalnya dengan memberi peringatan melalui gambar atau tulisan, peraturan, tata tertib bagi pengguna laboratorium/bengkel, memberi bahan pengawet. 2) Menyimpan, misalnya menyimpan peralatan laboratorium agar terhindar dari kerusakan. 3) Membersihkan, agar peralatan laboratorium selalu bersih dari kotoran yang dapat merusak, misalnya debu dan uap air yang dapat menyebabkan terjadinya korosi. 4) Memelihara, misalnya dengan meminyaki peralatan mekanis, memberi makan hewan percobaan. 5) Memeriksa atau mengecek kondisi peralatan laboratorium untuk mengetahui adanya gejala kerusakan. 6) Menyetel kembali atau tune-up, kalibrasi alat agar fasilitas atau peralatan dalam kondisi normal atau standar. 7) Memperbaiki kerusakan ringan yang terjadi pada peralatan peralatan laboratorium pada batas tingakat kerusakan tertentu yang masih mungkin dapat diperbaiki sendiri, sehingga siap dipakai untuk praktikum mahasiswa. 8) Mengganti komponen-komponen peralatan peralatan laboratorium yang sudah rusak. e. Waktu Perawatan ( Minutes ) Waktu untuk perawatan peralatan laboratorium dapat dilihat dari tersedianya kesempatan atau waktu bagi pihak yang dilibatkan dalam kegiatan perawatan dan pemanfaatan kesempatan tersebut secara efektif dan efisien untuk melaksanakan kegiatan perawatan. Dari sisi obyek yang dirawat, jadwal pelaksanakan pekerjaan perawatan laboratorium dapat ditetapkan. 1. Berdasarkan pengalaman lalu dalam suatu jenis pekerjaan perawatan alat yang sama peroleh pengalaman mengenai selang waktu atau frekuensi untuk melakukan perawatan seminimal mungkin dan seekonomis mungkin tanpa menimbulkan resiko kerusakan alat tersebut. Bagi laboran/teknisi yang telah berpengalaman dalam melakulan tugas perawatan peralatan laboratorium akan banyak memiliki informasi untuk membantu dalam menyusun jadwal perawatan. 7 2. Berdasarkan sifat operasi atau beban pemakaian atau penggunaan peralatan laboratorium. Untuk obyek atau alat yang sering digunakan untuk kegiatan praktikum dan pemakainya banyak orang, maka obyek atau alat tersebut akan cepat kotor atau rusak. Untuk menjaga agar tetap bersih dan menghindari kerusakan, mestinya jadwal perawatannya harus dibuat tinggi frekuensinya. Artinya obyek atau alat tersebut harus sering dilakukan perawatan 3. Berdasarkan rekomendasi dari pabrik pembuat peralatan yang dimiliki laboratorium. Biasanya peralatan laboratorium yang baru dibeli dari pabrik dilengkapi dengan buku manual yang memuat petunjuk operasi dan cara serta jadwal perawatan alat tersebut. Informasi tersebut dapat dipakai sebagai rujukan dalam menyusun jadwal perawatan 2.4. Perawatan Alat Dan Bahan Kimia 1. Sumber – sumber Kerusakan Alat dan Bahan Kimia Tidak dapat dielakkan semua alat-alat lambat laun akan mengalami kerusakan karena dimakan usia, karena lamanya alat-alat tersebut, baik lama pemakaian maupun lama disimpan, atau disebabkan oleh keadaan lingkungan. Sumber-sumber kerusakan yang disebabkan keberadaan alat –alat dan bahan-bahan kimia di dalam lingkungannya dapat digolongkan menjadi tujuh golongan, yaitu sebagai berikut: a. Udara Udara mengandung oksigen dan uap air. Kelembaban udara yang tinggi dapat membuat alat-alat besi menjadi berkarat. Alat-alat yang terbuat dari logam lain, seperti seng, tembaga, kuningan menjadi kusam. Maka dianjurkan menghindarkan alat-alat tersebut bersentuhan dengan udara. Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan, misalnya dengan jalan mengecat alat-alat tersebut, memoles dengan vaselin atau gemuk/lemak, maupun divernis. Sedangkan yang paling baik dan terlihat indah ialah dengan jalan melapisi dengan logam yang tahan pengaruh udara, misalnya dengan krom atau nikel. Kelembaban udara juga menyebabkan terjadinya jamur pada lensa-lensa. Bahan-bahan kimia yang sifatnya higroskopis harus disimpan di dalam botol yang dapat ditutup rapat. Bahan-bahan kimia semacam ini jika menyimpannya tidak benar, maka akan berair, bahkan dapat berubah menjadi larutan. Bahan-bahan yang mudah dioksidasi, dengan adanya oksigen di udara akan mengalami oksidasi. Misalnya bahan kimia kristal besi(II) sulfat yang berwarna hijau muda, akan segera berubah 8 menjadi besi(III) sulfat kristal berwarna coklat muda. Hal itu terjadi bila botol tempat penyimpanan tidak segera ditutup atau tidak rapat menutupnya. b. Cairan : Air, asam, basa, cairan lainnya Usahakan semua alat maupun bahan kimia dalam keadaan kering. Tempatkan alat maupun bahan dalam tempat yang kering. Alat ataupun bahan mudah rusak bila dibiarkan dalam keadaan basah. Bahan-bahan kimia harus disimpan dalam tempat yang kering. Apalagi bahan kimia yang reaktif terhadap air. Logam-logam seperti Na, K, dan Ca bereaksi dengan air menghasilkan gas 𝐻2 yang langsung terbakar oleh panas reaksi yang terbentuk. Zat-zat lain yang bereaksi dengan air secara hebat, seperti asam sulfat pekat, logam halide anhidrat, oksida non logam halide harus dijauhkan dari air atau disimpan dalam ruangan yang kering dan bebas kebocoran di waktu hujan. Kebakaran akibat zat-zat di atas tak dapat dipadamkan dengan penyiraman air. Cairan yang bersifat asam mempunyai daya merusak lebih hebat dari air. Asam yang sifatnya gas gas, misalnya asam klorida lebih ganas lagi. Sebab bersama udara akan mudah berpindah dari tempat asalnya. Cara yang paling baik adalah dengan mengisolir asam itu sendiri, misalnya menempatkan botol asam yang tertutup rapat dan ditempatkan dalam lemari khusus, atau di lemari asam. c. Panas/temperatur Panas yang tinggi menyebabkan alat-alat memuai, tetapi kadang-kadang pemuaian tidak teratur sehingga bentuk alat-alat akan berubah sehingga fungsi alat-alat akan berubah. Pengaruh temperatur akan menyebabkan reaksi atau perubahan kimia terjadi, dan juga mempercepat reaksi. Panas yang cukup tinggi dapat memacu terjadinya reaksi oksidasi. Keadaan temperatur yang terlalu rendah juga mempunyai akibat yang serupa. Untungnya Indonesia beriklim tropis, sehingga penyebab kerusakan akibat panas tinggi dan terlalu rendah jarang terjadi di laboratorium kita . d. Mekanik Benturan, tarikan, maupun tekanan yang besar harus dihindari, khususnya pada alat-alat yang terbuat dari bahan-bahan yang mudah pecah (gelas), lentur (berubah bentuk) seperti alat-alat yang terbuat dari plastik, ataupun alat-alat yang bahannya bersifat sangat rapuh. Bahan-bahan kimia yang harus dahindarkan dari benturan maupun tekanan yang besar adalah bahan kimia yang mudah meledak, seperti ammonium nitrat, nitrogliserin, trinitrotoluene (TNT). e. Sinar 9 Sinar, terutama sinar ultra violet (UV) sangat mempengaruhi bahan-bahan kimia. Sebagai contoh larutan kalium permanganat, apabila terkena sinar UV akan mengalami reduksi, sehingga akan merubah sifat larutan itu. Oleh karena itu untuk menyimpan larutan kalium permanganat dianjurkan menggunakan botol yang berwarna coklat. Kristal perak nitrat juga akan rusak jika terkena sinar UV, oleh sebab itu dalam penyimpanan harus dihindarkan dari pengaruh sinar UV. Alat-alat sebaiknya juga dihindarkan terkena sinar matahari secara langsung, sehingga dianjurkan untuk memasang tirai-tirai pada jendela laboratorium. f. Api Api/kebakaran dapat terjadi bila tiga komponen berada bersama-sama pada suatu saat, dikenal dengan “segitiga api”. Terdapat tiga komponen ialah: 1. Adanya bahan bakar (bahan yang dapat dibakar) 2. Adanya panas yang cukup tinggi, yang dapat mengubah bahan baker menjadi uap yang dapat terbakar (mencapai titik bakarnya) 3. Adanya oksigen (di udara, di sekitar kita) Maka pada saat yang demikian itulah, oksigen yang mudah bereaksi dengan bahan baker yang berupa uap yang sudah mencapai titik bakarnya akan menghasilkan api. Api inilah yang selanjutnya dapat mengakibatkan kebakaran. Maka untuk menghindari terjadinya kebakaran haruslah salah satu dari komponen segitiga api tersebut harus ditiadakan. Cara termudah ialah menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar di tempat yang dingin, sehingga tidak mudah naik temperaturnya dan tidak mudah berubah menjadi uap yang mencapai titik bakarnya. Gambar : Segitiga Api g. Sifat bahan kimia itu sendiri Bahan-bahan kimia mempunyai sifat khasnya masing-masing. Misalnya asam sangat mudah bereaksi dengan basa. Reaksi-reaksi kimia dapat berjalan dari yang sangat lambat hingga ke yang spontan. Reaksi yang spontan biasanya menimbulkan panas yang tinggi dan api. Ledakan dapat terjadi bila reaksi terjadi pada ruang yang tertutup. Contoh reaksi spontan: asam sulfat pekat yang diteteskan pada campuran kalium klorat 10 padat dan gula pasir seketika akan terjadi api. Demikian juga kalau kristal kalium permanganate ditetesi dengan gliserin. 2. Pemeliharaan Dan Penyimpanan Alat Laboratorium Pemeliharaan di sini bukan berarti alat disimpan dengan baik sehingga alatnya selalu utuh, akan tetapi alat tetap dipergunakan dan agar tahan lama, tentunya perlu dilakukan perawatan sehingga alat-alat tersebut tahan lama atau awet. Jadi yang dimaksud dengan pemeliharaan atau perawatan alat-alat atau menjaga keselamatan alat adalah: menyimpan pada tempat yang aman perawatan termasuk menjaga kebersihan penyusunan, penyimpanan alat-alat yang berbentuk set menghindari pengaruh luar/lingkungan terhadap alat. Dalam pemeliharaan alat perlu diketahui sifat-sifat dasar alat, antara lain: 1. Zat atau bahan dasar pembuatan. Bahan dasar alat harus diketahui agar penyimpanan dan penggunaannya dapat dikontrol. Misalnya alat gelas yang akan dipakai untuk pemanasan harus dipilih dari bahan yang tahan panas. Bila suatu alat terbuat dari besi, atau sebagian pelengkap alat terbuat dari besi, maka tidak boleh disimpan berdekatan dengan zat-zat kimia, terutama yang bersifat korosif. Bahan besi dengan asam akan cepat berkarat. 2. Berat alat. Di laboratorium terdapat alat yang ringan, ada yang berat. Untuk alat-alat berat jangan disimpan di tempat yang tinggi, sehingga sewaktu mau menyimpan atau mengambil tidak sulit diangkat atau dipindahkan. 3. Kepekaan alat terhadap pengaruh lingkungan. Berbagai alat yang peka terhadap lingkungan, misalnya terhadap kelembaban, di daerah yang dingin atau di daerah yang lembab penyimpanan alat harus hati-hati, karena pada daerah lembab bila alat disimpan dalam lemari kemungkinan besar akan ditumbuhi jamur. Lensa harus dijaga jangan sampai berjamur. Lensa obyektif dan okuler cepat berjamur di daerah lembab. Salah satu cara mencegah pengaruh kelembaban di lemari penyimpanan dipasang lampu listrik, sehingga udara dalam lemari menjadi lebih kering. Mikroskop harus disimpan dalam kotaknya dan diberi zat absorpsi (silika). 4. Pengaruh bahan kimia. 11 Dalam laboratorium terdapat zat-zat kimia. Beberapa zat kimia terutama yang korosif dapat mempengaruhi atau merusak alat. Oleh karena itu zat-zat kimia harus disimpan berjauhan dari alat-alat, terutama alat-alat yang terbuat dari logam. 5. Pengaruh alat yang satu dengan yang lain. Dalam penyimpanan alat perlu diperhatikan bahwaalat yang terbuat dari logam harus dipisahkan dari alat yang terbuat dari gelas. Beberapa alat yang diset dan terdiri dari alat logam dan kaca, misalnya Respirator Ganong, Kalorimeter. Selain alat itu sendiri, dibutuhkan standarnya. Setiap alat yang terkombinasi dari logam-kaca, sedapat mungkin dalam penyimpanannya dipisahkan, pada waktu hendak dipakai barulah dipasang atau diset. Magnet jangan disimpan dekat alat-alat yang sensitif pada magnet. Stopwatch dapat kehilangan kestabilan bila disimpan berdekatan dengan magnet. 6. Nilai/harga dari alat Nilai atau harga alat harus diketahui oleh petugas laboratorium, atau setidaknya petugas laboratorium harus dapat menilai mana barang yang mahal, dan mana barang yang murah. Ditinjau dari segi harganya alat-alat berharga harus disimpan pada tempat yang aman atau lemari yang pakai kunci. Barang yang nilainya tidak begitu mahal dapat disimpan pada rak atau tempat terbuka lainnya. Akan tetapi bila ada tempat/lemari tertutup sebaiknya semua alat disimpan dalam lemari tersebut. 7. Bentuk dalam set Jenis alat dalam bentuk set misalnya set electromagnet, semimicroapparatus. Untuk menjaga keawetan alat, bila telah selesai digunakan hendaknya disusun kembali pada tempat semula dengan susunan aturan yang telah ditentukan. Penyusunan magnet dalam set electromagnet harus diperhatikan, tidak boleh disimpan sembarangan tanpa aturan karena dapat kehilangan sifat kemagnetannya. Alat-alat banyak menggunakan baterai kering atau basah. Alat-alat yang menggunakan baterai basah, ataupun alat yang menggunakan arus listrik, bila sudah selesai dipergunakan hendaknya segera diputuskan arusnya atau disimpan dalam keadaan sleep. Alat-alat yang menggunakan baterai kering bila selesai digunakan baterai harus dikeluarkan, dan waktu menyimpan baterai harus dikeluarkan dari alat dan alat harus disimpan dalam keadaan sleep. Misalnya: pH-meter, comparator lingkungan, osiloscope. Di laboratorium bentuk alat juga beraneka ragam. Banyak alat yang bentuknya bundar, alat ini harus disimpan sebaik mungkin, jangan sampai terguling. 12 Ada alat yang harus disimpan dalam keadaan berdiri, misalnya hygrometer. Cara menyimpan alat ini sebaiknya dalam keadaan tergantung. Beberapa jenis thermometer mempunyai tempat khusus (tabung). Setelah selesai dipergunakan dibiasakan menyimpan atau segera dimasukkan dalam tabungnya. Perawatan alat secara rutin dapat dilakukan. Sebelum alat digunakan hendaknya diperiksa dulu kelengkapannya dan harus dibersihkan terlebih dahulu. Setelah selesai dipergunakan semua alat harus dibersihkan kembali dan jangan disimpan dalam keadaan kotor. Demikian juga kelengkapan alat tersebut harus dicek terlebih dahulusebelum disimpan. Lemari untuk menyimpan alat seringkali terkena rayap, untuk mencegah rayap yang dapat merusak berbagai jenis alat, maka secara periodik perlu disemprot dengan antihama atau sejenisnya atau dengan memasukkan kapur barus pada lemari penyimpanan. Setiap alat yang agak rumit selalu mempunyai buku petunjuk atau keterangan penggunaan. Maka sebelum alat digunakan hendaknya kita membaca terlebih dahulu petunjuk penggunaan alat dan petunjuk pemeliharaan atau perawatannya. Kita ketahui bahwa nama alat sama dan fungsi sama kemungkinan bisa berbeda cara penggunaannya, karena pabrik yang mengeluarkan berbeda dan tahun pembuatannya juga berbeda. Untuk itu dianjurkan agar setiap ada alat baru harus terlebih dahulu diperiksa atau dibaca buku petunjuk sebelum digunakan. 3. PENYIMPANAN BAHAN-BAHAN KIMIA Mengingat bahwa sering terjadi kebakaran, ledakan, atau bocornya bahanbahan kimia beracun dalam gudang, maka dalam penyimpanan bahan-bahan kimia selain memperhatikan ketujuh sumber-sumber kerusakan di atas juga perlu diperhatikan faktor lain, yaitu: Interaksi bahan kimia dengan wadahnya., bahan kimia dapat berinteraksi dengan wadahnya dan dapat mengakibatkan kebocoran. Kemungkinan interaksi antar bahan dapat menimbulkan ledakan, kebakaran, atau timbulnya gas beracun Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas , beberapa syarat penyimpanan bahan secara singkat adalah sebagai berikut: 1. Bahan beracun Banyak bahan-bahan kimia yang beracun. Yang paling keras dan sering dijumpai di laboratorium sekolah antara lain: sublimate (HgCl2), persenyawaan sianida, 13 arsen, gas karbon monoksida (CO) dari aliran gas. Syarat penyimpanan: Ruangan dingin dan berventilasi Jauh dari bahaya kebakaran Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak sedang dipergunakan Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan 2. Bahan korosif Bahan kimia korosif adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain. Zat korosif dapat bereaksi dengan jaringan seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan. Kerusakan dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal) dan sinsitisasi (jaringan menjadi amat peka terhadap bahan kimia). Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi dahsyat dengan uap air. Uap dari asam dapat menyerang/merusak bahan struktur dan peralatan selain itu beracun untuk tenaga manusia. Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada peredaran hawa yang cukup untuk mencegah terjadinya pengumpulan uap. Wadah/kemasan dari bahan ini harus ditangani dengan hati-hati, dalam keadaan tertutup dan dipasang label. Semua logam disekeliling tempat penyimpanan harus dicat dan diperiksaakan adanya kerusakan yang disebabkan oleh korosi. Contoh bahan korosif, misalnya asam-asam, anhidrida asam, dan alkali. Bahan ini dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat-zat beracun. Syarat penyimpanan: Ruangan dingin dan berventilasi Wadah tertutup dan beretiket Dipisahkan dari zat-zat beracun. 3. Bahan mudah terbakar Bahan kimia mudah terbakar adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat dapat juga menimbulkan ledakan. Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam bentuk uapnya atau beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus. Api dari bahan padat berkembang secara pelan, sedangkan api dari cairan menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti meledak. Dalam penyimpanannya harus diperhatikan sebagai berikut : 14 1. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja pada waktu dan uap dari bahan bakar dan udara. 2. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran uap akan diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan api. 3. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannya. 4. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadi panas. 5. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai. 6. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan. 7. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok. 8. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa secara periodik. Banyak bahan-bahan kimia yang dapat terbakar sendiri, terbakar jika kena udara, kena benda panas, kena api, atau jika bercampur dengan bahan kimia lain. Fosfor (P) putih, fosfin (PH3), alkil logam, boran (BH3) misalnya akan terbakar sendiri jika kena udara. Pipa air, tabung gelas yang panas akan menyalakan karbon disulfide (CS2). Bunga api dapat menyalakan bermacam-macam gas. Dari segi mudahnya terbakar, cairan organic dapat dibagi menjadi 3 golongan: a) Cairan yang terbakar di bawah temperatur -4oC, misalnya karbon disulfida (CS2), eter (C2H5OC2H5), benzena (C5H6, aseton (CH3COCH3). b) Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara -4oC - 21oC, misalnya etanol(C2H5OH), methanol (CH3OH). c) Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 21oC – 93,5oC, misalnya kerosin (minyak lampu), terpentin, naftalena, minyak baker Syarat penyimpanan: temperatur dingin dan berventilasi jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok tersedia alat pemadam kebakaran 4. Bahan mudah meledak Contoh bahan kimia mudah meledak antara lain: ammonium nitrat, nitrogliserin, TNT. Syarat penyimpanan: Ruangan dingin dan berventilasi 15 Jauhkan dari panas dan api Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis Banyak reaksi eksoterm antara gas-gas dan serbuk zat-zat padat yang dapat meledak dengan dahsyat. Kecepatan reaksi zat-zat seperti ini sangat tergantung pada komposisi dan bentuk dari campurannya. Kombinasi zat-zat yang sering meledak di laboratorium pada waktu melakukan percobaan misalnya: natrium (Na) atau kalium (K) dengan air ammonium nitrat (NH4NO3), serbuk seng (Zn) dengan air kalium nitrat (KNO3) dengan natrium asetat (CH3COONa) nitrat dengan eter peroksida dengan magnesium (Mg), seng (Zn) atau aluminium (Al) klorat dengan asam sulfat asam nitrat (HNO3) dengan seng (Zn), magnesium atau logam lain halogen dengan amoniak merkuri oksida (HgO) dengan sulfur (S) Fosfor (P) dengan asam nitrat (HNO3), suatu nitrat atau klorat 5. Bahan Oksidator Contoh: perklorat, permanganat, peroksida organik Syarat penyimpana: temperatur ruangan dingin dan berventilasi jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik dan bara rokok jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau reduktor 6. Bahan reaktif terhadap air Contoh: natrium, hidrida, karbit, nitrida. Syarat penyimpanan: temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi jauh dari sumber nyala api atau panas bangunan kedap air disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry powder) 7. Bahan reaktif terhadap asam Zat-zat tersebut kebanyakan dengan asam menghasilkan gas yang mudah terbakar atau beracun, contoh: natrium, hidrida, sianida Syarat penyimpanan: 16 ruangan dingin dan berventilasi jauhkan dari sumber api, panas, dan asam ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk kantong-kantong hidrogen disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, pakaian kerja 8. Gas bertekanan Contoh: gas N2, asetilen, H2, dan Cl2 dalam tabung silinder. Syarat penyimpanan: disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari jauh dari api dan panas jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyimpanan a dalah lamanya waktu pentimpanan untuk zat-zat tertentu. Eter, paraffin cair, dan olefin akan membentuk peroksida jika kontak dengan udara dan cahaya. Semakin lama disimpan akan semakin besar jumlah peroksida. Isopropil eter, etil eter, dioksan, dan tetrahidrofuran adalah zat yang sering menimbulkan bahaya akibat terbentuknya peroksida dalam penyimpanan. Zat sejenis eter tidak boleh disimpan melebihi satu tahun, kecuali ditambah inhibitor. Eter yang telah dibuka harus dihabiskan selama enam bulan. 17 BAB III PENUTUP Kesimpulan Perawatan/pemeliharaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan peralatan dalam kondisi yang baik dan siap pakai. Perawatan dapat dibedakan antara perawatan terencana dan perawatan tidak terencana Penyimpanan alat/bahan kimia dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu : 1. alat/ bahan yang sering dipakai 2. alat/ bahan dimana peserta didik diizinkan untuk mengambil sendiri, seperti beaker glass, gelas ukur, pipet, larutan encer garam, asam, basa, 3. alat/ bahan yang jarang dipakai 4. alat/ bahan yang berbahaya, seperti alat yang peka, mahal, dan mudah rusak, dan bahan yang beracun, radioaktif, mudah terbakar/ meledak. Maka dalam penyimpanan bahan-bahan kimia selain memperhatikan ketujuh sumber-sumber kerusakan di atas juga perlu diperhatikan faktor lain, yaitu: Interaksi bahan kimia dengan wadahnya., bahan kimia dapat berinteraksi dengan wadahnya dan dapat mengakibatkan kebocoran. Kemungkinan interaksi antar bahan dapat menimbulkan ledakan, kebakaran, atau timbulnya gas beracun Berikut cara-cara yang di lakukan untuk pemeliharaan peralatan laboratorium: 1.Sebelum meninggalkan laboratorium biasakan dalam keadaan bersih terlebih dahulu. 2.Kembalikan alat-alat laboratorium pada tempatnya 3.Bersihkan meja dan lantai laboratorium 4.Cepat laporkan pada guru atau pengawas laboratorium jika ada alat yang memerlukan perbaikan. 5.Jangan sekali-kali menggunakan alat laboratorium jika alat tersebut dalam kondisi buruk. 6.Gunakan alat-alat laboratorium tersebut sesuai dengan keperluan agar menjaga kestabilan alat tersebut. 7.Matikan semua alat laboratorium yang terhubung dengan arus listrik jika alat tersebut tidak di gunakan kembali. 18 DAFTAR PUSTAKA Harjanto, N.T., Suliyanto., Endang, S., (2011), Manajemen Bahan Kimia Berbahaya Dan Beracun Sebagai Upaya Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Serta Perlindungan Lingkungan, Jurnal Teknologi Bahan Bakar, No 8; ISSN 19792409. Moran, L & Mangciaingoli, T., 2010. Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia (Panduan Pengelolaan Bahan Kimia dengan Bijak). Washington : The National Academies Press. Kurniawan, Tata cara penyimpanan bahan kimia di Laboratorium15 september 2019,http://awan-chemist.blogspot.co.id/2013/05/tata-carapenyimpanan-bahan-kimia-di.html. Redhana, W., (2013), Identifikasi Bahan Kimia Berbahaya Yang Digunakan Dalam Praktikum Kimia SMA, Universitas Pendidikan Ganesha. Sherliana, Hanifah, Laporan Bahan Kimia Berbahaya dan Keselamatan Kerja, 15 september 2019, http://hanifahsherlianasharing.blogspot.co.id/2013/11/laporanbahan-kimia-berbahaya-dan.html Sitorus, M & Sutiani, A., (2013), Laboratorium Kimia Pengelolaan dan Manajemen, Graha Ilmu, Yogyakarta. 19