LAPORAN PRESENTASI JURNAL PENGARUH TERAPI MEDITASI TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG MENGALAMI HIPERTENSI DAN PENGARUH TERAPI MUSIK TRADISIONAL KECAPI SULING SUNDA TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI OLEH KELOMPOK 12 HENDY TRISAPUTRA 1604032 SEPTIAN RUBANI P. 1604063 PANDE MD YUNI P.D 1604050 NILA SARI CHANDRA 1604045 LUSIA MELI MEGASARI 1604040 PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan presentasi jurnal ini tepat pada waktunya. Proposal ini penulis sajikan secara sistematis serta dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami. Adapun laporan ini bersumber dari berbagai macam informasi. Dari sumber tersebut kami dapat mengembangkannya sehingga menjadi kumpulan informasi yang berguna.Dalam menulis laporan ini penulis membuat sesuai data dan fenomena yang ada, Semoga laporan ini dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita semua dan berguna bagi pembaca. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang sudah membantu dalam menyusun laporan dan memberikan bimbingan. Yogyakarta, 5 April 2017 Penulis. DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Yogyakarta adalah balai pelayanan Sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara baik dan terawat dalam kehidupan masyarakat baik yang berada di dalam balai maupun yang berada di luar balai PSTW sebagai lembaga pelayanan sosial yang dimiliki pemerintah dan memiliki berbagai sumberdaya perlu mengembangkan diri menjadi Institusi yang progresif dan terbuka untuk mengantisipasi dan merespon kebutuhan lanjut usia yang terus meningkat. Berdasarkan peraturan Daerah Istimewa DIY Nomor 3 Tahun 2015 tentang kelembagaan pemerintah daerah DIY balai pelayanan sosial tresna werdha (Balai PSTW) Yogyakarta merupakan salah satu unit pelaksana teknis daerah yang berada dibawah dinas sosial DIY. Selanjutnya tentang pembentukan, susunan organisasi, uraian tugas dan fungsi serta tata kerja unit pelaksana teknis pada dinas sosial, balai PSTW Yogyakarta mempunyai tugas dan fungsi yang tercantum dalam Peraturan Gubernur DIY Nomor 100 Tahun 2015. B. TUGAS Tugas balai PSTW Yogyakarta adalah sebagai pelaksana teknis dalam perlindungan, pelayanan dan jaminan sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial lanjut usia (lansia). C. FUNGSI Fungsi balai PSTW Yogyakarta adalah: 1. penyusunan program kerja balai 2. penyusunan pedoman pelaksana teknis dalam perlindungan, pelayanan dan jaminan sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial lanjut usia 3. penyebarluasan informasi dan sosialisasi perlindungan dan jaminan sosial lanjut usia 4. pelaksaan identifikasi dan pemetaan pelayanan perlindungan dan jaminan sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial lanjut usia 5. pelaksaan rujukan baik pada tahap pra perlindungan, pelayanan dan jaminan sosial, tahap proses perlindungan, pelayanan dan jaminan sosial, maupun paska perlindungan, pelayanan dan jaminan sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial lanjut usia. 6. Pelaksanaan pengembangan jaringan perlindungan dan jaminan sosial lanjut usia 7. Pelaksaan pemgembangan perlindungan dan jaminan sosial lanjut usia 8. Pelaksaan peningkatan peran serta masyarakat dalam penanganan lanjut usia 9. Fasilitasi penelitian dan pengembangan perguruan tinggi atau lembaga kemasyarakatan atau tenaga kesejahteraan sosial, untuk perlindungan pelayanan dan jaminan sosial bagi lanjut usia. 10. Pelaksana ketatausahaan 11. Pelaksana monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program panti 12. Pelaksaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan fungsinya D. PROFIL 1. Nama : Balai Pelayanan Sosial Tresna Wredha (BPSTW) unit “Budi Luhur” Yogyakarta 2. Alamat : Kasongan Bangunjiwo Kasihan Kabupaten Bantul Telp. (0274) 370531 3. Status : Balai Pelayanan Sosial 4. Dasar : Perda No. 6 th 2008 tentang organisasi dan tata kerja dinas daerah Provinsi DIY dan Pergub no 44 tahun 2008 tentang rincian tugas dan fungsi dinas dan UPT pada Dinasa Sosial 5. Pimpinan 6. Tahun Berdiri : Drs. Fatchan, M.Si. : 1985 E. TUGAS POKOK Tugas Pokok BPSTW Yogyakarta sebagai berikut : 1. Menyelenggarakan kegiatan penyantunan dan pelayanan sosial lanjut usia. 2. Menyelenggarakan kegiatan penerimaan dan bimbingan kepada lanjut usia. 3. Menyelenggarakan koordinasi penyelenggaraan kegiatan panti sosial. 4. Melaksanakan informasi usaha kesejahteraan sosial lanjut usia. 5. Melaksanakan pengawasan, evaluasi dan pelaporan kegiatan panti. 6. Melaksanakan Pengembangan Ilmu Pengetahuan tentang lanjut usia F. VISI : Lanjut usia yang sejahtera dan berguna MISI : 1. Meningkatkan harkat dan mertabat serta kualitas hidup penyandang masalah kesejahteraan sosial lanjut usia 2. Meningkatkan profisionalisme dan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia 3. Meningkatkan jangkauan pelayanan melalui program pelayanan khusus, dan pelayanan harian lanjut usia (day care service) G. STRUKTUR ORGANISASI KEPALA BPSTW YOGYAKARTA Drs. Fatchan, M.Si Gatot Yulianto., S.H Drs. Ruswandi JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU Dra. Nurhayati Muslimawati Sumardi H. PROGRAM PELAYANAN 1. Program Rutin (Reguler) Lanjut usia terlantar baik secara sosial maupun ekonomi 2. Program Pelayanan Khusus Lanjut usia yang mengalami permasalahan sosial tetapi tidak secara ekonomi 3. Program Day Care Services Lanjut usia yang mendapatkan pelayanan di dalam panti tetapi tidak bertempat tinggal di dalam panti dan sosial I. KEGIATAN HARIAN 1. Senin : a. Senam lansia pukul 07.30-08.00 WIB b. Bimbingan agama (Islam) pukul 08.00-09.00 WIB c. Dendang ria pukul 09.00-11.30 WIB 2. Selasa a. Senam lansia pukul 07.30-08.00 WIB b. Kegiatan keterampilan pukul 09.00-10.00 WIB c. Kegiatan kesenian pukul 09.00-11.30 WIB 3. Rabu a. Senam lansia pukul 07.30-08.00 WIB b. Pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan tekanan darah) pukul 08.0009.00 WIB c. Bimbingan psikologi pukul 09.00-10.00 WIB d. Kegiatan pengobatan 4. Kamis a. Senam lansia pukul 07.30-08.00 WIB b. Bimbingan agama (Islam, Kristen, Khatolik) pukul 09.00-10.00 WIB c. Dendang ria pukul 10.00-11.30 WIB 5. Jum’at a. Kerja bakti pukul 09.00-10.00 WIB 6. Sabtu a. Senam lansia pukul 07.30-08.00 WIB b. Bimbingan psikologi pukul 08.00-09.00WIB c. Dendang ria pukul 09.00-11.30 WIB J. SASARAN KEGIATAN 1. Lanjut usia terlantar baik secara sosial maupun ekonomi (Klien Rutin) 2. Lanjut usia yang mengalami permasalahan sosial tetapi tidak secara ekonomi (Klien Subsidi Silang) 3. Lanjut usia yang mendapatkan pelayanan di dalam panti tetapi tidak bertempat tinggal di dalam panti (Klien Day Care Service) 4. Lanjut usia yang mengalami kekarasan baik secara fisik, psikis dan sosial (Klien Trauma Service Center) 5. Lanjut usia yang mendapatkan pelayanan diluar panti (Klien Home Care Service) K. SYARAT DAN KELENGKAPAN PENERIMAAN KLIEN 1. Program Reguler a. Syarat Pendaftaraan 1) Lanjut usia yang telah berumur 60 tahun keatas 2) Sehat jasmani dan rohani (masih dapat melakukan aktivitas sendiri seperti : mencuci pakain sendiri, mencuci piring, membersihkan tempat tidur) 3) Tidak punya sanak keluarga/terlantar 4) Ada yang bertanggung jawab 5) Lanjut usia yang bersedia tinggal di Balai PSTW b. KelengkapanAdministrasi 1) Mengisi form/blangko yang sudah disediakan dari Balai PSTW yang harus ditandantangani oleh RT/RW/Kadus, Kepala Desa/kelurahan dan kecamatan atau surat rujukan dari lembaga lain 2) Surat keterangan sehat dari dokter 3) Surat pernyataan dari penangung jawab 4) Menandatangani tata tertib dan peraturan yang berlaku di Balai PSTW Yogyakarta 2. Program Pelayanan Khusus a. Syarat pendaftaran 1. Lanjut usia 60 tahun keatas 2. Sehat jasmani dan rohani 3. Mandiri 4. Lansia yang mau bersedia tinggal di Balai PSTW 5. Bersedia membayar biaya selama tinggal di Balai PSTW, Yogyakarta sesuai dengan kelas atau tempat yang dipilih b. Kelengkapan Administrasi 1. Surat permohonan bermarterai Rp. 6.000,- ditujukan kepada kepala Balai PSTW Yogyakarta 2. Membayar biaya sesuai ketentuaan 3. Surat pernyataan keluarga yang bertanggung jawab 4. Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter 5. Melampirkan fotocopy kartu keluarga (KK) 6. Melampirkan fotocopy KTP 7. Melampirkan pas foto terbaru 8. Menandatangani tata tertib dan peraturan yang berlaku di Balai PSTW Yogyakarta 3. Program Day Care Services a. Syarat Pendaftaraan 1) Lanjut usia yang telah berumur 60 tahun ketas 2) Sehat jasmani dan rohani 3) Bersedia mengikuti semua kegiatan yang diberikan pada program tersebut didalam Balai PSTW maupun diluar Balai PSTW (Selama kurang lebih 8 jam) 4) Tidak bertempat tinggal didalam Balai PSTW b. KelengkapanAdminstrasi 1) Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter 2) Melampirkan fotocopy kartu keluarga (KK) 3) Melampirkan fotocopy KTP 4) Melampirkan pas foto terbaru 5) Menandatangani tata tertib dan peraturan yang berlaku di BPSTW Yogyakarta BAB II JURNAL TERKAIT Jurnal I Pengaruh Terapi Meditasi Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi Abstrak Hipertensi merupakan masalah yang dapat menyebabkan kematian termasuk dalam kategori penyakit non-infeksi. Selain itu, hipertensi juga merupakan faktor pencetus terjadinya jantung dan stroke. Salah satu penyebab hipertensi adalah peningkatan stimulasi respon stres neuron sismpatik yang berlebihan. Meditasi adalah cara untuk mengurangi respon stres dengan teknik relaksasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh meditasi untuk tekanan darah pada lansia menderita hipertensi. Penelitian menggunakan studi praeksperiment dengan one group pretest-posttest desain dengan 20 responden yang dipilih secara purposive sampling . Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik pada uji statistik menunjukkan bahwa p = 0,000 (p> 0,05) artinya bahwa Ha diterima atau tekanan darah sistolik antara sebelum dan sesudah terapi meditasi adanya pengaruh secara signifikan. Bahwa tekanan darah diastolik pada uji statistik menunjukkan bahwa p = 0,001 (p> 0,05) yang berarti bahwa Ha diterima atau tekanan darah sistolik antara sebelum dan sesudah terapi meditasi adanya pengaruh secara signifikan. Atas dasar penelitian itu disarankan untuk petugas kesehatan dapat melakukan mempertimbangkan hasil dari penelitian ini seperti puskesmas seharusnya perlu melakukan terapi meditasi ini khususnya untuk wilayah yang belum banyak mengetahui tentang terapi meditasi Jurnal II Pengaruh Terapi Musik Tradisional Kecapi Suling Sunda Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia dengan Hipertensi. Abstrak Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah serta dikategorikan sebagai the silent killers. Untuk menangani hipertensi tersebut terdapat dua cara yaitu penanganan farmakologi dan penanganan non farmakologi. Salah satu penanganan non farmakologi yaitu dengan teknik relaksasi melalui terapi musik tradisional kecapi suling Sunda. Tujuan: mengetahui pengaruh terapi musik tradisional kecapi suling Sunda terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di PSTW Budi Pertiwi Bandung. Metode: Desain penelitian menggunakan pre eksperimental dengan rancangan one group pre and post test design. Jumlah sampel adalah 13 responden. Teknik pengambilan sampel secara non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan dua tahap yaitu univariat dan bivariat (uji t-dependent). Hasil: penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan tekanan darah sistolik (p value 0.0001) dan diastolik (p value 0.001) sebelum dan setelah diberikan terapi musik tradisional kecapi suling Sunda. Diskusi: penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi PSTW Budi Pertiwi Bandung bagi perawat pelaksana untuk dapat diaplikasikan sebagai pilihan dari salah satu penanganan non farmakologi pada lansia dengan hipertensi. BAB III PEMBAHASAN NO KRITERIA JAWAB 1. P Ya PEMBENARAN DAN CRITICAL THINKING Jurnal 1 Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Triyanto (2014) menjelaskan bahwa kejadian hipertensi pada tahun 2012 diseluruh dunia, sekitar 972 juta (26,4%), 333 juta berada di Negara maju dan 639 juta berada di Negara berkembang. Diperkirakan meningkat menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia (Paat et al., 2014). Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menjelaskan pravelensi hipertensi di Indonesia yaitu 25,8% dengan angka prevalensi untuk Sumatera 20,8%, Jawa-Bali 24,3% dan kawasan Indonesia Timur 25,2%. Sedangkan angka prevalensi untuk Sumatera Barat sendiri adalah 22,6%.(Dinas Kesehatan Republik Indonesia, 2013) Hipertensi termasuk dalam urutan ketiga pada sepuluh penyakit terbanyak di kota Bukittinggi yaitu 6.189 jiwa (Dinkes Kota Bukittinggi, 2013). Tercatat sepanjang tahun 2014 kelompok lansia berusia diatas 60 tahun yang mengalami hipertensi berjumlah 7.575 jiwa (dinas kesehatan, 2014) Jurnal 2 Prevalensi hipertensi di dunia diperkirakan sebesar 1 milyar jiwa dan hampir 7,1 juta kematian setiap tahunnya akibat hipertensi, atau sekitar 13% dari total kematian (Gusmira, 2012). Prevalensi hipertensi di Indonesia untuk penduduk berumur diatas 25 tahun adalah 8,3%, dengan prevalensi laki-laki sebesar 12,2% dan perempuan 15,5%. Hipertensi seringkali ditemukan pada lansia. Dari hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia yang dilaksanakan Komnas Lansia di 10 Provinsi tahun 2006, diketahui bahwa penyakit terbanyak yang diderita lansia adalah penyakit sendi (52,3%) dan Hipertensi (38,8%), penyakit tersebut merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia (Komnas Lansia, 2010). 2. I Ya Jurnal 1 Lansia dengan riwayat hipertensi diberikan teknik meditasi yang dilakukan selama satu minggu dengan lama latihan 15 menit dengan frekuensi 3 kali/seminggu. Caranya adalah responden dianjurkan untuk mengambil posisi senyaman mungkin atau memposisikan tubuh dalam kondisi tenang, sehingga akan mengalami relaksasi dan pada akhirnya akan mengalami kondisi keseimbangan, dengan demikian relaksasi meditasi yang berintikan pada pernafasan akan meningkatkan sirkulasi oksigen ke otot-otot, sehingga otot-otot akan mengendur, tekanan darah akan menurun Critical thinking: Meditasi adalah latihan menyeimbangkan fisik, olah jiwa yang dapat emosi, mental, dan spiritual seseorang (Iskandar, 2008). Meditasi adalah pemfokusan pikiran menuju status kesadaran yang membawa status ketenangan, kejelasan, dan kebahagiaan (Sukmono, 2009). Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa meditasi adalah latihan olah jiwa yang dapat menyeimbangkan fisik, emosi, mental, dan mengarahkan pikiran spiritual seseorang yang dapat menuju status kesadaran membawa ketenangan, kejelasan, dan kebahagiaan. yang Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hayens dalam Martin (2016), tekanan sistolik dipengaruhi oleh psikologis sehingga dalam keadaan relaksasi akan mendapatkan ketenangan dan tekanan sistolik akan turun, selain itu tekanan darah sistolik juga dan sirkulasi meditasi dipengaruhi sirkulasi sistemik pulmonal sehingga dengan relaksasi yang berfokus pada pengaturan pernapasan akan terjadi penurunan nadi dan penurunan tekanan darah sistolik. Respon tubuh terhadap pengelolahan nafas dan manajemen pikiran yang berlandaskan spiritual dapat mengurangi respon stres tubuh, kerja kelenjar adrenal menurun sehingga terjadi pengurangan kortisol yang mengakibatkan konstruksi pembuluh darah berkurang. Konstruksi dan dilatasi pembuluh darah juga diatur saraf simpatis dan parasimpatis. Jurnal 2 Lansia diberikan musik sunda yaitu “Ayun ambing”. Musik Ayun Ambing yang diiringi oleh musik tradisional kecapi suling Sunda merupakan musik dengan tempo lambat. Setiap responden diberikan terapi musik selama 5 hari berturut-turut dan data pengukuran tekanan darah yang diambil yaitu saat pre intervensi hari pertama dan post intervensi hari ke 5. Responden diberikan terapi musik tradisional kecapi suling Sunda sebanyak satu kali dalam satu hari selama 15 menit pada siang hari pukul 12.00 WIB. Critical thinking: Menurut Harsono dalam Supriadi (2015) Terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu “terapi” dan “musik”. Kata “terapi” berkaitan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu orang. Biasanya kata tersebut digunakan dalam konteks masalah fisik dan mental. Kata “musik” dalam “terapi musik” digunakan untuk menjelaskan media yng digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi. Saat mendengarkan musik tradisional kecapi suling Sunda yang bertempo lambat. Suara masuk ke telinga melewati telinga bagian luar, tengah dan dalam. Dimana gelombang suara diterjemahkan menjadi sinyal diterima oleh otak sebagai sensasi tersebut dipersepsikan menimbulkan dalam dan saraf yang dapat suara. didengarkan Saat suara maka akan penurunan pelepasan katekolamin ke pembuluh darah sehingga konsentrasi katekolamin dalam plasma menjadi rendah Sehingga menjadikan tubuh mengalami relaksasi, denyut jantung berkurang dan tekanan darah menjadi turun (Sherwood, 2011). 3. C Ya Jurnal 1 Penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk menurunkan tekanan darah pada lansia dengan riwayat hipertensi menggunakan teknik meditasi yang dilakukan selama satu minggu dengan lama latihan 15 menit dengan frekuensi 3 kali/seminggu. Jenis penelitian ini adalah Pre Eksperiment Design tanpa kelompok kontrol dengan menggunakan pendekatan One Group Pretest-Posttest (Hidayat, 2012). Awalnya kelompok subjek akan diukur tekanan darah (pretest), kemudian langsung diberikan terapi meditasi selama 15 menit, setelah itu diukur kembali tekanan darah (posttest), untuk mengetahui pengaruh terapi meditasi terhadap tekanan darah pada 20 orang lansia. . Jurnal 2 Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre eksperimental dengan rancangan one group pre and post test design. Responden diukur tekanan darahnya sebelum dilakukan intervensi terapi musik tradisional kecapi suling Sunda, kemudian diukur kembali tekanan darahnya setelah diberikan intervensi terapi musik tradisional kecapi suling Sunda. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di PTSW Budi Pertiwi kota Bandung. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 27 orang lansia. Setelah mengukur tekanan darah, peneliti menjelaskan teknik terapi musik, lalu responden mengikuti instruksi yang diberikan peneliti. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Sphygmomanometer digital yang telah dikalibrasi dan telah diperiksa baterainya sebelum digunakan, headphone dengan frekuensi 20-20.000 Hz berbahan kulit agar mudah untuk dibersihkan, MP3 player dengan menggunakan memori internal, garpu tala dengan ukuran 512 Hz. 4. O Ya Jurnal 1 Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebelum dilakukan terapi meditasi rata-rata sistole tekanan darah lansia 148,25 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik 92,25 mmHg. Setelah diberikan terapi meditasi terjadi penurunan tekanan darah lansia menjadi rata-rata systole 140,75 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolic 86,75 mmHg. Setelah dilakukan uji statistic di dapatkan nilai p = 0,000 (p> 0,05) artinya bahwa Ha diterima atau tekanan darah sistolik antara sebelum dan sesudah terapi meditasi adanya pengaruh secara signifikan. Bahwa tekanan darah diastolik pada uji statistik menunjukkan bahwa p = 0,001 (p> 0,05) yang berarti bahwa Ha diterima atau tekanan darah sistolik antara sebelum dan sesudah terapi meditasi adanya pengaruh secara signifikan. Jurnal 2 Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum diberikan terapi musik tradisional kecapi suling Sunda yaitu 152.69 mmHg sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik setelah diberikan terapi musik tradisional kecapi suling Sunda yaitu 129.54 mmHg dan didapatkan nilai p value 0.0001. Rata-rata tekanan darah diastolik sebelum dilakukan terapi musik tradisional kecapi suling Sunda yaitu 82.92 mmHg sedangkan rata-rata diastolik setelah dilakukan terapi musik tradisional yaitu 72.69 mmHg dan didapatkan nilai p value 0.001. dari kedua p value dapat di simpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia dengan hipertensi sebelum dan setelah diberikan terapi musik tradisional kecapi suling Sunda. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Dari hasil penelitian jurnal yang pertama dapat disimpulkan sebelum dilakukan terapi meditasi rata-rata sistole tekanan darah lansia 148,25 dan Rata-rata tekanan darah diastolik 92,25. Setelah diberikan terapi meditasi terjadi penurunan tekanan darah lansia menjadi rata-rata systole 140,75 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolic 86,75 mmHg. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terapi meditasi terhadap perubahan tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi. 2. Dari hasil penelitian jurnal yang ke-2 didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum diberikan terapi musik tradisional kecapi suling Sunda yaitu 152.69 mmHg sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik setelah diberikan terapi musik tradisional kecapi suling Sunda yaitu 129.54 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum dilakukan terapi musik tradisional kecapi suling Sunda yaitu 82.92 mmHg sedangkan rata-rata diastolik setelah dilakukan terapi musik tradisional yaitu 72.69 mmHg. Dari hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia dengan hipertensi sebelum dan setelah diberikan terapi musik tradisional kecapi suling Sunda. 3. Studi ini memberikan bukti bahwa Terapi Musik Tradisional Kecapi Suling Sunda lebih banyak menurunkan tekanan darah dibandingkan dengan terapi Meditasi. B. Saran Dalam mengontrol peningkatan tekanan darah khususnya pada lansia maka dapat menggunakan terapi komplementer dengan menggunakan terapi suara salah satunya Terapi Musik Kecapi Suling Sunda atau terapi musik yang disesuaikan dengan kultur budaya klien seperti budaya jawa. DAFTAR PUSTAKA Dinas kesehatan. (2014). Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi. Dinas Kesehatan Republik Indonesia.(2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Diakses pada 3 april 2017 dari http://doi.org/1 Desember 2013. Iskandar, Alex. (2008). Mediated And Growrich, Sehat, Kaya, Dan Bahan Duniawi Spiritual. Jakarta : PT.Elex Media Komputindo Martin, Weddy. (2016). Pengaruh Terapi Meditasi Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi. Diakses pada 3 April 2017 dari http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/jit/article/view/468127 Paat, I. G. O., Ratag, B. T., Kepel, B. J. (2014). Hubungan Antara Konsumsi Alkohol Dan Status Merokok Dengan Kejadian Hipertensi. Diakses pada 3 April 2017 dari http://fkm.unsrat.ac.id/wpcontent/uploads/2014/10/ARTIKEL-JURNAL-IVANA-PAAT-1.pdf Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC. Sudiarto. (2007). Pengaruh Terapi Relaksasi Meditasi terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia dengan Hipertensi di Wilayah Binaan Rumah Sakit Emanuel Klampok Banjarnegara. Diakses pada 3 April 2017 dari http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/127 Sukmono, Joko. (2009). Training Meditasi “NSR‟ Natural Stress Reduction .ed.1 Jakarta: Muri Kencana Supriadi, Dedi. (2015). Pengaruh Terapi Musik Tradisional Kecapi Suling Sunda Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi. Diakses pada 3 April 2017 dari http://jurnal.unai.edu/index.php/jsk/article/view/80