Proses pemanasan pada pembuatan sosis berada pada tahap penggilingan dan perebusan. Pada proses penggilingan biasa ditambahkan serpihan es untuk mengurangi panas yang dapat merusak protein (denaturasi). Perebusan menyebabkan jaringan ikat menjadi lebih empuk, tetapi protein myofibril akan menjendal dan cenderung menjadi alot (Lawrie, 1995). Sebagaian besar serabut otot mengandung lebih dari 50% protein myofibril. Myofibril mengandung 55 – 60% myosin dan kira-kira 20% aktin (Forrest, et al, 1975 ; Swatland, 1984). Perlakuan panas melalui perebusan juga akan menyebabkan denaturasi protein daging yang akan berpengaruh terhadap fraksi protein di daamnya seperti aktin, myosin, titin, nebulin, tropomiosin dan lainnya. Tingkat pemanasan yang berpengaruh terhadap protein myofibril berbeda-beda. Filamen tebal dan tipis serta jalur Z bereaksi pada kisaran 40oC - 80oC, α-aktinin bersifat labil dan insoluble pada kisaran 50oC, myosin pada kisaran 55oC, aktin pada kisaran 70oC – 80oC, tropomosin dan troponin lebih dari 80oC (Cheng and Parrish, 1972 ; Susilo, 2003)