MAKALAH KEPERAWATAN SISTEM PERNAFASAN ASUHAN KEPERAWATAN ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) Disusun oleh: Kelompok 3 Deta Nurmalitasari : 18012 Dewi Noviana Rustanti : 18013 Dilla Elsandari : 18014 Dimas Ariyo Wicaksono : 18015 Dimas Nur Ma’ruf A : 18016 PROGRAM STUDY D3 KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN INSAN HUSADA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pengetahuan sebagai sarana pendidikan ini, karena dengan ijinNyalah ringkasan makalah ini dapat terselesaikan. Walaupun makalah ini jauh dari kesempurnaan, namun sedikit dapat menambah wawasan dan pengetahuan untuk terus berjuang mencapai kesempurnaan yang mungkin membutuhkan perjuangan yang tiada henti-hentinya. Maka dari itu besar harapan kami untuk masukan saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan ringkasan makalah ini, sehingga dapat menghantarkan para mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan sesuai dengan tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Dan semoga kegiatan ini dapat mendorong minat belajar dan rasa ingin tahu mahasiswa-mahasiswa lainnya untuk terus maju. Dan terimakasih pula kami ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................................i KATA PENGANTAR ..........................................................................................ii DAFTAR ISI ........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...............................................................................1 B. Rumusan Masalah ..........................................................................2 C. Tujuan Makalah .............................................................................3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi ISPA…………………………………………….. B. Klasifikasi ISPA……………………... C. Etiologi ISPA………………………………..…… D. Patofisiologi…………………………………….……. E. Tanda dan Gejala ………………………………….. F. Pemeriksaan Penunjang ……………………………………… G. Komplikasi ……………………………………………………. H. Pencegahan …………………………………………………. I. Manifestasi Klinis ………………………………………….. BAB III TEORI ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian B. Diagnosa Keperawatan C. Rencana Keperawatan............................................................................ BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran……………. DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang. ISPA menyebabkan empat dari 15 juta kematian pada anak berusia di bawah lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut adalah bayi. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98% nya disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan bawah. Tingkat m ortalitas akibat ISPA pada bayi, anak dan orang lanjut usia tergolong tinggi terutama di negara - negara dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah. ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di sarana pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2007) ISPA hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak di negara berkembang. Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan terjadi tiga sampai enam kali per tahun. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan klien di sarana pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 40 -60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15 -30% kunjungan berobat di rawat jalan dan rawat inap rumah sakit (Depkes RI,2009). Di Indonesia angka kematian ISPA diperkirakan mencapai 20 %. Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA. (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.Setiap anak diperkirakan mengalami 3 - 6 episode ISPA setiap tahunnya.40 % 60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim, 2009). 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa itu ISPA? 2. Bagaimana klasifikasi ISPA? 3. Bagaimana etiologi ISPA? 4. Bagaimana patofisiologi ISPA? 5. Apa tanda dan gejala nya? 6. 1.3 Tujuan Makalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi ISPA. Infeksi saluran pernafasan akut adalah proses peradangan yang disebabkan oleh virus, infeksi bakteri, atipikal (Mycoplasma) atau aspirasi zat asing, yang melibatkan salah satu atau seluruh bagian saluran pernafasan (Wilson & Hockenberry, 2008) ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang terutama mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring,tetapi kebanyakan,penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan (Nelson,edisi 15). Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafasdan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel& Ian Roberts; 2009). Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafasdalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 2009). ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari. Yang termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah Pneumonia (WHO). 2.2 Klasifikasi ISPA Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik (Rasmaliah, 2009) Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut: (Rasmalaiah 2009) 1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing). 2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat. 3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu : (Rasmaliah 2009) 1. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih. 2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat. Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu (Rasmaliah 2009) 1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta). 2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih. 3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat(Rasmaliah, 2009). 2.3 Etiologi ISPA Terdiri lebih dari 300 jenis penyakit bakteri,virus, dan riketsia. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenvirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (DepKes RI 2008 : 5). Penyebab ISPA meliputi virus, bakteri dan jamur. Kebanyakan ISPA desebabkan oleh virus. Diagnosis yang termasuk dalam keadaan ini adalah rhinitis, sinusitis, faringitis, tosilitis dan laryngitis. Terapi yang diberikan penyakit ini biasanya pemberian antibiotic, walaupun kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian obatobatan terapeutik. Pemberian antibiotic dapat mempercepat penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya pemberian obat-obatan symptomatic, selain itu dengan pemberian antibiotic dapat mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari bacterial. 2.4 Patofisiologi Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 2007 dalam DepKes RI, 2012). Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu : Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa karena nya tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia. 2.5 Tanda dan Gejala (Whaley and Wong; 2011). 1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC. 2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski. 3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum. 4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami sakit. 5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus. 6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric. 7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret. 8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. 9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan 2.6 Pemeriksaan Penunjang (Benny 2010) a) Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman. b) Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia. c) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan 2.7 Komplikasi ISPA ( saluran pernafasan akut sebenarnya merupakan self limited disease yangsembuh sendiri dalam 5 ± 6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain, tetapi penyakit ISPAyang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan penyakitseperti : semusitis paranosal, penutuban tuba eustachii, lanyingitis, tracheitis, bronchtis, dan brhonco pneumonia dan berlanjut pada kematian karena danya sepsis yang meluas (Whaley and Wong, 2008 ). 2.8 Pencegahan Menurut Depkes RI, (2012) pencegahan ISPA antara lain: 1. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik. Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus /bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita. 2. Imunisasi. Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri. 3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia. 4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit). 2.9 Manifestasi Klinis 1. Batuk, pilek dengan nafas cepat atau sesak nafas. Pada umur kurang dari 2 bulan, nafas cepat lebih dari 60 x / mnt. Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 2010). 2. Demam. Pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC. 3. Meningismus Adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski. 4. Anorexia. Biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum. 5. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami sakit. 6. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus. 7. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric. 8. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret. 9. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. 10. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan. BAB III TEORI ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian 1. Identitas Sering terjadi pada bayi & anak karena belum membentuk ketahanan terhadap berbagai jenis virus. 2. Keluhan Utama Demam, gelisah, batuk kadang-kadang, hidung dan tenggorokan kering, muntah 3. Riwayat Penyakit Sekarang. Demam, nyeri telan, sakit kepala, anoreksia, disfagia, nyeri abdomen, muntah, nyeri otot, batuk kadang-kadang 4. Riwayat Penyakit Dahulu Keluarga mempunyai penyakit/riwayat ISPA dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lain 5. Lingkungan Lokasi rumah sekitar pabrik, atau pinggir jalan raya, lingkungan sekitar banyak yang merokok. 6. Pola Pemenuhan nutrisi dan cairan Pemenuhan nutrisi terganggu karena adanya penururnan nafsu makan yang disebabkan adanya penumpukan sekret pada saluran nafas. 7. Aktivitas, istirahat Aktivitas, istirahat menurun/terganggu karena adanya sesak nafas, batuk dan demam, 8. Eliminasi miksi dan defekasi Tidak ada permasalahan namun bila sampai terjadi dehidrasi maka produksi urine akan menurun. 9. Pemeriksaan Fisik : TTV: nadi teraba cepat, RR meningkat, suhu meningkat 39C-40C, tensi meningkat. Kepala dan leher: konjungtiva merah muda atau anemis, sclera putih atau ikterus mukosa bibir kering dan sianosis disekitar mulut, hiperemi faring, pernafasan cuping hidung, bila sampai terjadi dehidrasi maka dapat muncul ubun ubun cekung, mata cowong, penggunaan otot bantu nafas ( sternum cledomastoideus). Dada: Dispneu, pernafasan cepat dan dangkal, auskultasi paru terdengar ronki retraksi dada sedang, batuk dengan atau tanpa sputum. Abdomen: distensi abdomen, peningkatan bising usus Genetalia: tidak ada masalah, bila sampai dehidrasi terjadi penurunan produksi urine. Ektremitas/Integumen: fisik lemah karena tonus otot menurun, kulit lembab karena sesak, turgor kulit mungkin menurun, akral dingin, CRT dapat > 2 detik. DiagnosaKeperawatan 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan difusi oksigen yang ditandai dengan dispnea, pernafasan cuping hidung, wheezing, PCO2 meningkat, PO2 menurun, sianosis dan batuk kering. 3. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan sekresi yang kental atau berlebihan sekunder akibat ispa yang di tandai dengan takipneu, pernafasan cupping hidung , nadi meningkat. 4. Hipertermi berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi. 5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder akibat demam. 6. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan akibat adanya penumpukan secret Rencana Keperawatan No DX I Intervensi Jelaskan pada ketidakefektifan pasien Rasional penyebab Peradangan jalan jalan nafas. pada parenkim paru nafas menyebabkan produksi sekret meningkat ditunjang dengan batuk tidak efektif sehingga terjadi penumpukan sekret dan mengalami obstruksi jalan nafas yang mengakibatkan ketidakefektifan Humidifikasi dengan nebulizer Kelembapan akan menurunkan kekentalan secret, sehingga mempermudah pengeluaran dan membantu mencegah pembentukkan mucus tebal pada bronkus. Perkusi dan fibrasi dada Perkusi dan fibasi dada membantu merontokkan mucus sehingga masuk ke saluran nafas yang lebih besar. Anjarkan pasien untuk nafas dalam Nafas dalam akan meningkatkan inspirasi dan batuk efektif maksimal.inspirasi dalam meningkatkan volume paru dan membuka jalan nafas untuk memungkinkan udara mencapai bagian belakang mukus dan mendorongnya ke depan. Batuk efektif: membersihkan secret dari jalan nafas dengan menggunakan dorongan udara dan kontraksi otot. Berikan cairan sesuai kebutuhan cairan membantu untuk mencegah terjadi setelah fisioterapi nafas. kekurangan cairan dan mencegah sekret yang kental sehingga sekret menjadi encer dan mudah dikeluarkan Kolaborasi dengan pemberian, dokter seperti dalam Obat mukolitik membantu mengencerkan mukolitik, dahak sehingga secret dapat dengan mudah bronkhodilator. dikeluarkan, Bronchodilator untuk melebarkan jalan napas sehingga secret mudah di keluarkan Observasi keluhan pasien, Observasi secret untuk melihat adanya karakteristik secret, frekuensi RR, manifestasi tubuh mengatasi kesulitan suara nafas tambahan, bernafas akibat penyempitan saluran nafas. ketidakefektifan batuk. DX II Jelaskan kepada pasien penyebab Sianosis sianosis. disebabkan karena ketidak efektifan suplai oksigen ke jaringan perifer dan dengan penjelasan yang diberikan diharapkan pasien lebih kooperatif. Berikan posisi (memodifikasi semi tempat tidur fowler Posisi semi fowler akan meningkatkan atau ekspansi paru. menyangga kepala dengan bantal). Rasional :Mempertahankan PO2 lebih dari Kolaborasi dengan dokter dalam 80 mmHg Pemberian oksigen. Pemberian obat Obat bronco dilator akan melebarkan jalan bronkodilator napas dan mengurangi bronco spasme. (teofilin). Rasional :Obat antihistamin bekerja untuk Pemberian antihistamin menghambat efek histamine yang dibebaskan pada reaksi alergi Untuk mengetahui kadar PCO2, PO2 dan Pemeriksaan BGA DX III pH Jelaskan kepada keluarga penyebab sesak terjadi karena adanya penumpukan dari sesak. sekret sehingga terjadi penyempitan jalan nafas, hal ini menyebabkan oksigen yang masuk menjadi berkurang Tinggikan kepala dan dorong sering Meningkatkan inspirasi maksimal, dan mengubah posisi. meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi. Berikan oksigen dengan metoda yg Oksigen diharuskan. memperbaiki hypoksia, diperlukan observasi yg cermat,terhadap aliran dan prosentase pemberian dan efeknya pada pasien. Pertahankan istrirahat (tidur) Mencegah pasien terlalu lelah dan memudahkan perbaikan infeksi Berikan bronchodilator ditentukan sesuai yg Bronkhodilator mendilatasi jalan nafas dan membantu melawan oedema mukosa bronchial dan spasmemuskuler Observasi sesak pasien, nadi, tanda SesakUntuk menilai adanya menifestasi hypoksia: gelisah, SpO2,suara nafas tubuh mengatasi kesulitan bernapas akibat tambahan. penyempitan saluran napas dan penumpukan secret, hipoksiauntuk mengetahui sirkulasi oksigen di jaringan tubuh, SpO2untuk mengetahui oksigen dalam darah, (ronkhi) suara napas tambahan untukmengetahui adanya penumpukan secret di jalan mengiuntuk mengetahui napas, penyempitan salutan napas akibat secret DX IV Jelaskan kepada pasien penyebab penyebab demam adalah proses infeksi demam. yang terjadi di dalam tubuh sehingga memicu terjadinya peningkatan suhu. Berikan kompres air hangat Kompres air hangat berguna untuk melebarkan pembuluh darah sehingga panas Anjurkan orangtua dalam tubuh dapat keluar. memberikan Pakaian tipis mempercepat penurunan pakaian tipis dan menyerap keringat. suhu dengan cara radiasi. Kolaborasi dengan dokter untuk Antipiretik mangandung parasetamol yang pemberian antibiotik dan antipiretik dapat membantu untuk menurunkan panas, (10-15mg/kgBB). antibiotic berfungsi untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan kuman yang ada di dalam tubuh Observasi suhu ,Kulit tidak tampak peningkatan suhu tubuh menandakan kemerahan, Akral hangat, nadisuhu, adanya infeksi dalam tubuh dan di sertai nadi. dengan peningkatan nadi, kemerahan pada kulit tanda dari panas menyebabkan pembuluh darah vasodilatasi sehingga kulit kemerahan BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Didapat beberapa faktor resiko ISPA padapenderita yaitu 1) faktor agen; 2) faktor manusia, yangterdiri dari faktor umur, jenis kelamin, dan status gizi; 3)lingkungan, yang terdiri dari faktor kelembaban udara,suhu ruangan, ventilasi, penggunaan anti nyamuk, bahanbakar untuk memasak, dan keberadaan perokok. Gejala yang dirasakan penderita yaitu nafsu makan menurun,pasien merasa lesu, demam, disertai batuk dan pilek selama 5hari, sakit tenggorokan dan terdapat tonsilitis dan faringitis akutsetelah di periksa dokter 4.2 Saran Bagi orang tua hindarilah faktor resiko yang dapat meningkatkankejadian ISPA pada anak, kecuali faktor resiko yang tidak dapatdiubah seperti umur dan jenis kelamin. Membiasakan hidup sehat dan menjaga kebersihan perseorangandan lingkungan DAFTAR PUSTAKA Price A, Sylvia, dkk, 2012. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit, Edisi 6. EGC: Jakarta. Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan, Arif Muttaqin,2009. Jakarta : penerbit Salemba Medika. Fitri Yuli, 2012. Asuhan keperawatan Ispa pada Anak. http://yulifitri34.wordpress.com/ 2012/10/21/askep-ispa-pada-anak/ _______, 2012. Askep Ispa pada Anak. http://www.sumbarsehat.com/2012/07/asuhan- keperawatan-anak-ispa.html Nuzulul,2013. Asuhan Keperawatan Ispa .http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail35511-Kep%20Respirasi-Askep%20ISPA.html _______, 2014. Saluran Napas Atas. http://id.wikipedia.org/wiki/Infeksi_saluran_napas atas2014 Hadi Nur. 2013. Penyakit Ispa. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdlnurhadig2a-6164-2-babii.pdf ______, 2014. Cara Menghindari Penyakit Ispa.http://nasional.republika.co.id/ berita/nasional/daerah/14/10/08/nd3tat-cara-menghindari-penyakit-ispa _______,2014. Sistem Pernafasan. http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pernapasan_atas