Uploaded by User63703

Pengertian Korupsi Menurut Islam dan buddha

1.
Pengertian Korupsi Menurut Islam 1
Ajaran hukum Islam yang sangat menjunjung tinggi pemeliharaan akan kesucian baik
lahir maupun bathin, menghendaki agar manusia (umat islam) dalam melakukan sesuatu harus
sesuai fitrahnya, yakni apa yang telah dtentukan dalam al-Quran dan As Sunnah yang merupakan
sumber hukum tertinggi. Pemeliharaan akan kesucian begitu ditekankan dalam hukum Islam,
agar manusia (umat Islam) tidak terjerumus dalam perbuatan kehinaan atau kedhaliman baik
terhadap dirinya maupun terhadap orang lain. Pelanggaran sesuatu hal dalam hukum (pidana)
Islam tidak terlepas dari tujuan pokok hukum Islam (al maqashid asy-syari’ah alkhams) yang
merupakan hal esensial bagi terwujudnya ketentraman hidup manusia. Adapun tujuan pokok
hukum Islam tersebut adalah memelihara keselamatan agama, jiwa, akal, harta dan keturunan.
Salah satu tujuan pokok hukum Islam ialah memelihara keselamatan (kesucian) harta. Harta
merupakan rezeki dalam arti material, karena dalam bahasa agama rezeki meliputi rezeki
material dan rezeki spiritual.
Islam adalah agama yang sangat menjujung tinggi akan arti kesucian, sehingga sangatlah
rasional jika memelihara keselamatan (kesucian) harta termasuk menjadi tujuan pokok hukum
(pidana) Islam, karena mengingat harta mempunyai dua dimensi, yakni dimensi halal dan
dimensi haram. Perilaku korupsi adalah harta berdimensi haram karena morupsi menghalalkan
sesuatu yang diharamkan, dan korupsi merupakan wujud manusia yang tidak memanfaatkan
keluasan dalam memproleh rezeki Allah. Secara teoritis kedudukan korupsi merupakan tindakan
kriminal (jinayah atau jarimah) dimana bagi pelakunya diancam dengan hukuman hudud (had)
dan juga hukuman ta’zir.
Islam membagi Istilah Korupsi kedalam beberapa Dimensi. Yaitu risywah (suap), saraqah
(pencurian) al gasysy (penipuan) dan khianat (penghianatan). Yang pertama, korupsi dalam
dimensi suap (risywah) dalam pandangan hukum Islam merupakan perbuatan yang tercela dan
juga merupakan dosa besar serta Allah sangat melaknatnya. Islam tidak menentukan apa
hukuman bagi pelaku suap, akan tetapi menurut fuquha bagi pelaku suap-menyuap ancaman
hukumanya berupa hukuman ta’zir (jarimah ta’zir) yang disesuaikan dengan peran masingmasing dalam kejahatan. Suap adalah memberikan sesuatu kepada orang penguasa atau pegawai
dengan tujuan supaya yang menyuap mendapat keuntungan dari itu atau dipermudahkan
urusanya.
Yang kedua, Korupsi dalam dimensi pencurian (saraqah). Saraqah (pencurian) menurut
etimologinya berarti melakukan sesuatu tindakan terhadap orang lain secara
tersembunyi.Sedangkan menurut Abdul Qadir ‘Awdah pencurian didefinisikan sebagai suatu
1
http://sarfaraazyusuf.blogspot.com/2016/03/korupsi-dalam-pandangan-islam.html di akses pada tanggal 6
september 2020
indakan yang mengambil harta orang lain dalam keadaan sembunyi-sembunyi, artinya
mengambil tanpa sepengetahuan pemiliknya. Jadi sariqah adalah mengambil barang milik orang
lain dengan cara melawan hokum atau melawan hak dan tanpa sepengetahuan pemiliknya.
2.
Ayat dan Hadits Tentang Korupsi
Korupsi dalam islam terdapat pengungkapan “Ghulul” dan mengistilahkan “Akhdul
Amwal Bil Bathil”, sebagaimana disebutkan oleh al-qur’an dalam surat al-baqarah : 188.
َ‫اْلثْ ِم وأ ْنت ْم ت ْعلمنو‬
ِ ‫وال تأْكلنوا أ ْمنوالك ْم بيْنك ْم بِا ْلب‬
ِ ْ ِ‫اس ب‬
ِ ‫اط ِل وتدْلنوا بِها إِلى ا ْلحك َِّام ِلتأْكلنوا ف ِريقا ِم ْن أ ْمنوا ِل ال َّن‬
‘’Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan
jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, padahal kamu mengetahui.’’
Dalam hadits Ubadah bin ash Shamit radhiyallâhu’ anhu, bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi wa
sallam bersabda : (… ‫)ف ِإََّ ا ْلغلنول عار على أ ْه ِل ِه ي ْنوم ا ْل ِقيام ِة وشنار ونار‬
“…(karena) sesungguhnya ghulul (korupsi) itu adalah kehinaan, aib dan api neraka bagi
pelakunya’’
Sedangkan dalam al-Hadits lebih konkret lagi, dinyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Allah melaknati penyuap dan penerima suap dalam proses hukum.” Dalam redaksi lain,
dinyatakan: “Rasulullah SAW melaknati penyuap, penerima suap, dan perantara dari
keduanya.” Kemudian dalam kesempatan yang berbeda, Rasulullah SAW bersabda: “penyuap
dan penerima suap itu masuk ke neraka.”
Dari ‘Adiy bin ‘Amirah Al Kindi Radhiyallahu 'anhu berkata : Aku pernah mendengar
Nabi Shallallahu
'alaihi
wa
sallam bersabda
yang
artinya:
“Barangsiapa di antara kalian yang kami tugaskan untuk suatu pekerjaan (urusan), lalu dia
menyembunyikan dari kami sebatang jarum atau lebih dari itu, maka itu adalah ghulul
(belenggu, harta korupsi) yang akan dia bawa pada hari kiamat”. (‘Adiy) berkata : Maka ada
seorang lelaki hitam dari Anshar berdiri menghadap Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, seolaholah aku melihatnya, lalu dia berkata,"Wahai Rasulullah, copotlah jabatanku yang engkau
tugaskan." Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya,"Ada apa gerangan?” Dia
menjawab,"Aku mendengar engkau berkata demikian dan demikian (maksudnya perkataan di
atas, Pen.)." Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam pun berkata,"Aku katakan sekarang, (bahwa)
barangsiapa di antara kalian yang kami tugaskan untuk suatu pekerjaan (urusan), maka
hendaklah dia membawa (seluruh hasilnya), sedikit maupun banyak. Kemudian, apa yang
diberikan kepadanya, maka dia (boleh) mengambilnya. Sedangkan apa yang dilarang, maka
tidak boleh.”
2. Budha 2
Dalam agama Buddha dasar seseorang melakukan korupsi adala keserakahan (Lobha)
dan berakar pada kebodohan batin (Moha). Jika seseorang memiliki pandangan yang
benar, niscaya ia tidak akan bertindak bodoh. Ia akan menyadari bahwa segala sesuatu
itu, baik itu materi maupun no materi adalah tidak kekal. Atau selalu berubah-ubah
(anicca). Walaupun bersumber pada diri sendiri, lingkungan juga mempunyai andil yang
sangat besar dalam pembentukan karakteristik seorang manusia. Lingkungan yang buruk
banyaknya korupsi akan menarik jatuh seseorang kejurang kejahatan jikalau ia tidak
memiliki kebijaksanaan (Panna Atau Prajna). Lingkungan buruk yang dimaksudkan di
sini terutama ditekankan pada pergaulan dengan teman-teman yang kurang baik dalam
hal ini korupsi mungkin saja bisa mempengaruhi seseorang menjadi buruk juga,
walaupun pada akhirnya kembali kepada dirinya sendiri.
Salah satu aturang moralitas Buddhis (sila) dalam lima aturang moralitas Buddhis
(Pancasila) yang perlu dihindari oleh umat Buddha menahan diri dari mengambil barangbarang yang tidak diberikan pemiliknya. Mengambil barang-barang yang tidak diberikan
pemiliknya termasuk antara lain : mencuri, merampok, ataupu korupsi. Bisa dikatakan
melanggar aturan moralis Buddhis (Pancasila), dikarenakan memenuhi syarat-syarat
pelanggaran sila ke-2, adanya subjek (Pelaku), keinginan mencuri, objek (Negara
perusahaan, masyarakat, dsb) dan kejadian nyata perpindahan kepemilikan (hasil yang
diambil)
Korupsi termasuk melanggar aturang moralitas Buddis (sila) ke dua mengambil
barang yang tidak diberikan pemiliknya dan akan mengkondisikan seseorang melanggar
aturan-moralitas (sila) ke-4 Buddhis (menahan diri dari ucapan yang tidak benar atau
berbohong) dikarenakan ketika seseorang melakukan korupsi, ia telah ‘mencuri’ dan akan
mengkondisikannya berbohong untuk menyembunyikan perbuatannya. Jadi korupsi bisa
membuat seseorang melanggat aturan –moralitas Buddhis (sila) ke-2 dan aturan moralitas
Buddhis ( sila) sila ke-4 dari lima aturan-moralitas Buddhis (Pancasila). Sehingga
2
https://otoritas-semu.blogspot.com/2017/04/korupsi-dalam-perspektif-agama.html di akses pada tanggal 6
september 2020
menurut Buddhisme, korupsi merupakan sesuatu yang sebaiknya tidak dilakukan karena
telah melanggar aturan –moralitas Buddhis (sila).
Sang Buddha menjelaskan dalam Majjhima Nikaya 117, bahwa mata pencaharian akan
menjadi tidak benar ketika mata pencahariannya dimanfaatkan untuk:
1. Menipu (Kuhana)
2. Membual (lapana),
3. Memeras (nemittakata),
4. Menggelapkan ( nippesikata)
5. Merampok agar mendapat hasil yang banyak (Labha).
Di dalam sutta ( ucapan sang Buddha) tersebut sang Budda menjelaskan bahwasanya
cara-cara kita dalam mencari kekayaan tidak boleh seperti itu. Korupsi bisa dikatakan
telah memenuhi kelima hal tersebut di atas, sehingga perbuatan yang dilakukannya
tersebut bisa jadi akan mencemarkan profesi tersebut.