LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANATOMI DAN

advertisement
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
ANATOMI DAN FISIOLOGI PENCERNAAN
Tanggal Praktukum : 28 November 2013
Oleh
:
Hilmi Alarsi
200110120117
Andika Hendy P
200110120121
Bayu Sulistyo
200110120136
Eneng Dhian S A
200110120139
Tharfi Hanifah
200110120154
M. Hafidzul Huda
200110120163
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2013
I
ALAT, BAHAN DAN LANGKAH KERJA
2.1 Alat dan Bahan Praktikum
1. Alat-alat operasi
2. Kloroform, kapas, nampan operasi
3. Aluran pencernaan poligastrik (domba, sapi)
4. Monogastrik (ayam)
5. Monogastrik herbivore (kelinci)
2.2 Langkah Kerja (Pencernaan Ayam)
1. Ayam dibius dengan kapas berkloroform, hati-hati karena berbahaya
2. Setelah pingsan, terlentangkan, cabuti bulu daerah perut hingga dada dan
tulang punggung
3. Pisahkan kulit daerah perut dari otot bawahnya
4. Bukalah selaput perut didekat tulang costae (tulang rusuk) terakhir
mengikuti arah tulang tersebut hingga tulang punggung
5. Potonglah bagian dada dari persendian scapulanya, sehingga bagian
tersebut terpisah dari tubuh ayam
6. Preparasi secara utuh mulai dari kepala sampai ke anus. Perlu diperhatikan
bahwa organ pankreas dan hati harus tetap menempel pada alat pencernaan
tersebut.
7. Perhatikan dan pelajari alat-alat pencernaan tersebut.
8. Gambarlah alat pencernaan tersebut secara utuh mulai dari kepala hingga
anus.
9. Buatlah sayatan mulai dari ruang mulut hingga anus
10. Perhatikan bagian-bagian isi saluran pencernaan tersebut yang merupakan
gambaran proses fisiologik yang terjadi
11. Gambarkanlah bagian-bagian dalam tersebut
12. Di dalam laporan, tertulis secara kronologis mulai dari ransom yang
dimakan ayam, hingga sisa bahan makanan yang keluar anus
13. Tulislah fungsi dari setiap bagian yang saudara pelajari
2.3 Langkah Kerja (Pencernaan Hewan Ruminansia: Domba/Sapi)
1. Perhatikan dalam keadaan utuh, saluran pencernaan ruminansia yang
tersedia mulai dari mulut sampai anus beserta organ-organ pelengkapnya
2. Gambarlah saluran pencernaan tersebut secara lengkap dan utuh
3. Buatlah sayatan mulai dari mulut sampai anus
4. Perhatikanlah bahan-bahan makanan yang ada di dalam bagian-bagian
saluran pencernaan tersebut
5. Perhatikan anatomi permukaan bagian dalam dan luar dari saluran
pencernaan
6. Buatlah laporan mengenai pengamatan saudara serta penjelasan dan
pembahasannya. Bandingkanlah dengan alat pencernaan unggas
7. Gambarlah bagian-bagian dalam hewan tersebut
8. Di dalam laporan, tulislah secara kranologis mulai dari ransom yang di
makan hingga sisa bahan makanan yang keluar dari anus
9. Tulislah fungsi dari setiap bagian yang saudara pelajari
2.4 Langkah Kerja (Pencernaan Kelinci)
1. Kelinci dibius dengan kapas berkloroform, hati-hati karena berbahaya
2. Setelah pingsan, terlentangkan, cabuti bulu daerah perut hingga dada dan
tulang punggung
3. Pisahkan kulit daerah perut dari otot bawahnya
4. Bukalah selaput perut didekat tulang costae (tulang rusuk) berakhir
mengikuti arah tulang tersebut hingga tulang punggung
5. Preparasi secara utuh mulai dari kepala sampai ke anus. Perlu diperhatikan
bahwa organ pankreas dan hati harus tetap menempel pada alat pencernaan
tersebut.
6. Perhatikan dan pelajari alat-alat pencernaan tersebut.
7. Gambarlah alat pencernaan terseut secara utuh mulai dari kepala hingga
anus.
8. Buatlah sayatan mulai dari ruang mulut hingga anus
9. Perhatikan bagian-bagian isi saluran pencernaan tersebut yang merupakan
gambaran proses fisiologik yang terjadi
10. Gambarkanlah bagian-bagian dalam tersebut
11. Di dalam laporan, tertulis secara kronologis mulai dari ransum yang
dimakan kelinci, hingga sisa bahan makanan yang keluar anus
12. Tulislah fungsi dari setiap bagian yang saudara pelajari
II
HASIL PENGAMATAN
2.1.
Sistem Pencernaan Monogastrik Unggas
2.2.
Sistem Pencernaan Monogastrik Kelinci
2.3.
Sistem Pencernaan Polygastric (Domba)
III
PEMBAHASAN
3.1.
Sistem Pencernaan Monogastrik Unggas
Sistem pencernaan unggas terdiri dari beak (paruh), esophagus, crop
(tembolok), proventriculucus, pars muscularis atau gizzard, usus halus
(duodenum, jejenum, ileum), usus besar, dan kloaka. Sekilas tampak bahwa alat
pencernaannya mempunyai lambung jamak, namun dilihat dari fungsinya ternyata
beberapa lambung tersebut hanya merupakan alat penyimpanan. Oleh karena itu
berdasarkan alat pencernaan, sering dikatakan bahwa unggas adalah hewan
pseudopolygastric. (Soeharsono, 2010).
Sistem pencernaan unggas berbeda dengan pencernaan hewan lainnya.
Unggas tidak memiliki gigi sehingga tidak terjadi pencernaan mekanik di dalam
beak. Makanan akan langsung melewati esophagus dan selanjutnya menuju
tembolok yang disertai dengan sekresi mukus oleh tembolok yang berfungsi
sebagai pelumas untuk menghaluskan makanan. Tembolok merupakan organ
penyimpanan makanan sementara, kapasitas tembolok mampu menampung bolus
hingga 250 g.
Organ ini banyak terdapat saraf yang berhubungan dengan pusat laparkenyang di hipotalamus sehingga banyak sedikitnya pakan di dalam tembolok
mempengaruhi tindakan makan atau menghentikan makan. Setelah melewati
pelumasan di dalam tembolok, selanjutnya makanan akan menuju pada lambung
kelenjar atau proventriculus serta disekresikan enzim pepsin dan amilase oleh
organ tersebut. Makanan berlanjut pada tahap pencernaan di gizzard yaitu
lambung yang tersusun oleh otot yang kuat berisi pasir atau bebatuan yang akan
menghancurkan makanan.
Proses absorpsi terjadi di dalam usus halus yang terdiri dari duodenum,
jejenum, dan ileum. Menurut Soeharsono (2010), hubungan relatif antara usus
halus dengan tubuh pada unggas lebih pendek daripada mamalia, tetapi terdapat
variasi panjang, yang dipengaruhi oleh kebiasaan makan (eating habits). Usus
halus akan lebih panjang pada unggas pemakan hijauan dan butiran sedangkan
pada unggas pemakan daging lebih pendek. Disimpulkan bahwa pencernaan untuk
pakan hijauan atau biji-bijian lebih lama dibandingkan dengan unggas pemakan
daging hal ini dilihat dari perbandingan panjangnya usus halus pada unggas.
Setelah melewati pencernaan di usus halus, makanan akan menuju ke usus
besar, dan kloaka. Unggas yang memakan biji-bijian dapat memiliki dua sekum
yang besar, sedangkan pada jenis unggas lainnya hanya terdapat kantung sekum
yang rudimter bahkan pada beberapa unggas tidak memiliki sekum sama sekali.
Saluran terakhir dari pencernaan unggas adalah kloaka yang merupakan tempat
pembentukan feces. kloaka pada unggas betina adalah daerah pertemuan antara
saluran telur, urine, serta feces. Sedangkan pada unggas jantan sebagai pengganti
oviduct ialah vasa deferentiae.
3.2.
Sistem Pencernaan Monogastrik (Kelinci)
Pada dasarnya sistem pencernaan kelinci tidak berbeda jauh dengan sistem
monogastrik hewan lainnya, namun apabila dibanding kan dengan sistem
pencernaan unggas tentu saja terdapat perbedaan-perbedaan yang nyata. Kelinci
memiliki jaringan pelengkap dalam pencernaannya yaitu gigi, kemudian kelinci
tidak memiliki crop seperti halnya pada unggas. Pencernaan secara mekanik
dimulai ketika pakan yang dimakan kelinci mengalami pemotongan kecil oleh
dentes di cavum oris, kemudian makanan menuju ke esophagus, setelah
disekresikan saliva di cavum oris.
Setelah melewati esophagus makanan akan menuju lambung yang akan
mengalami degradasi makanan secara kimiawi oleh asam lambung (HCl).
Menurut Soeharsono (2010) secara eksterior lambung dibagi menjadi kardia,
fundus, badan dan phylorus. Kardia dan phylorus merupakan sphincter yang
mengendalikan laju makanan dalam lambung. Phylorus merupakan penebalan
bagian urat daging dari antrum yang bila berkontraksi terlihat seperti corong, yang
berfungsi mencegah makanan yang sudah sampai di duodenum kembali ke
lambung. Otot yang terdapat pada hubungan lambung dengan esophagus
membentuk cincin yang disebut sphincter cardii. Makanan yang sudah
didegradasi di lambung selanjutnya akan mengalami proses penguraian secara
enzimatis dan absorpsi di bagian usus halus (duodenum, jejenum, ileum).
Peranan pankreas cukup penting sebagai organ yang mensekresi cairan
pankreas yang mengandung enzim seperti kemotripsin, tripsin, karboksipeptidase,
amilase, lipase, fosfolipase, kolesterol ester
hidrolase. Setelah mengalami
pencernaan di usus halus, makanan akan menuju ke sekum di sini terjadi terdapat
bakteri pencerna serat kasar dan mensintesis thiamin atau vitamin B. Sistem
pencernaan kelinci mempunyai keunikan dari hewan monogastrik lainnya.
Keunikannya terletak pada kemampuan untuk menghasilkan feces malam (night
feces). Feces lunak ini mengandung nutrisi seperti protein dan vitamin yang larut
dalam air. Kelinci akan memakan kembali feces ini kemudian akan mengalami
pencernaan yang sama dengan pencernaan pakan normal sehingga sebagian pakan
yang dikonsumsi akan mengalami proses satu, dua, tiga bahkan empat kali
tergantung dari tipe makanan. Rektum yaitu sebagai saluran terkahir dari saluran
pencernaan sebagai tempat keluarnya feces.
3.3.
Sistem Pencernaan Polygastric (Domba)
Saluran pencernaan pada domba tersusun atas membrana mukosa yang
berhubungan dengan kulit luar, pada mulut dan anus. Menurut R.D. Frandson
(1996), empat lapisan yang menyusun dinding saluran pencernaan, dari luar ke
dalam, adalah epithel (Squamous terstrata ke bagian glandular dari perut serta
kolom sederhana), lamina propria (termasuk mukosa dan sub mukosa
muskularis), otot-otot (seran lintang esophagus; halus, pada bagian selainnya
esophagus, yang umumnya bagian dalam sirkuler juga bagian luar longitudinal),
dan arah kaudal terhadap diagfragma serta menutupi sebagian besar saluran
pencernaan, suatu penutup serosa bagian luar, yang disebut peritonium viseral.
Proses pencernaan makanan pada hewan poligastrik meliputi proses
pengambilan pakan, pencernaan yang berlangsung di dalam mulut, lambung,
penyerapan dan pembuangan sisa-sisa yang tidak terpakai oleh tubuh. Pencernaan
di dalam mulut dilakukan dengan pengunyahan, pemberian air liur dan penelanan.
Proses pencernaan pada domba lebih bersifat kompleks dari pada pencernaan pada
pada unggas dan kelinci. Pencernaan makanan pada domba harus mengalami
proses memamah biak (ruminansia), yang meliputi serangkaian proses di dalam
mulut, penelanan, pencernaan di permukaan lambung setalah itu harus mengalami
proses regurgitasi ingesta yang berbentuk bolus (bola) ke dalam mulut.
Bolus tersebut selanjutnya akan mengalami pengunyahan ulang,
remastikasi, reinsalivasi. Setelah itu makanan/bolus ditelan lagi untuk dicerna
secara sempurna di dalam rumen sampai omasum. Pencernaan di dalam rumen
dan retikulum dilakukan secara mekanik seperti mencampur, maserasi, dan
fermentasi oleh mikroba khususnya di dalam rumen. Pencernaan oleh mikroba
secara fermentatif merupakan proses yang vital karena dapat membantu terhadap
pencernaan selanjutnya di lambung sejati, dan usus halus. Setelah mengalami
pencernaan di lambung, makanan akan memasuki usus halus pada bagian ini
makanan akan mengalami penyerapan oleh pembuluh darah.
Sisa-sisa penyerapan nutrisi akan masuk ke usus besar yang akan terjadi
penyerapan air dan selanjutnya akan dieksresikan ke luar tubuh melalui anus.
Susunan lambung domba terdiri atas rumen, retikulum, omasum, dan abomasum.
Rumen, retikulum, dan abomasum disebut sebagai perut depan ( forestomatch
atau proventrikulus). Rumen terbagi menjadi kantong-kantong oleh pilar-pilar
muskuler, yang dapat dikenali bila dipandang dari sebelah rumen. Otot halus dari
dinding rumen pada dasarnya terdiri dari dua lapis yaitu lapisan superfisial yang
bergerak pada arah kaudal kranio-kaudal serat menjembatani sebagian besar paritparit ruminal. Serabut-serabut dari lapisan otot bagian dalam bergerak lebih
transfersal dan juga merupakan penyusun utama dari pilar-pilar ruminal. Kedua
lapis otot ini tadi bersambungan dengan otot esophagus. Retikulum adalah bagian
perut (kompartemen) yang paling kranial.
Seperti yang tercermin dari namanya, kompartemen ini bagian dalamnya
diselaputi oleh membrana mukosa yang mengandung ‘intersekting ridge’ yang
membagi permukaan itu menjadi permukaan yang menyerupai sarang lebah.
Permukaan dari retikulum ini adalam squamous berstrata. Lokasi retikulum yang
terletak tepat di belakang diagfragma menempatkannya hampir dalam posisi yang
berlawan dengan jantung sehingga bila ada benda-benda asing yang tertelan
seperti kawat atau paku cenderung akan diam di situ dan dalam posisi baik untuk
dapat mengganggu atau menusuk jantung. Omasum merupakan organ yang terisi
oleh lamina muskuler yang turun dari bagian dorsum atau bagian atap. Membrana
mukosa yang melapisi lamina muskuler ditebari dengan papile yang pendek dan
tumpul yang akan menggiling hijauan atau serat-serat sebelum masuk ke
abomasum.
Omasum pada domba tentu saja lebih kecil dibandingkan dengan sapi.
Dasar dari omasum ini teridiri dari lipatan-lipatan yang dilapisi oleh squamousa
berstrata. Pertautan antara omasum dan abomasum terdapat susunan lipatan
membran mukosa ‘vela terminalia’ yang merupakan katup yang mencegah bahan
yang masuk ke abomasum kembali lagi ke omasum. Pada domba lapisan tersebut
merupakan bagian dari abomasum. Abomasum merupakan organ lambung yang
mempunyai fungsi yang sama dengan lambung monogastrik. Abomasum
merupakan perut sejati yang terletak secara ventral dari omasum dan terentang
kaudal dari sisi kanan dari rumen. Epithel dari abomasum berubah dari ephitel
squamousa
berstrata
menjadi
ephitel
kolumnar
sederhana,
yang dapat
menghasilkan mukosa.
Mukosa yang menutupi epitel perut membantu mencegah cairan-cairan
pencernaan agar tidak mencerna sel-sel dari perut itu sendiri. Usus halus
merupakan organ pencernaan yang terbagi atas tiga bagian yaitu duodenum,
jejenum, dan ileum pembagian ini berdasarkan susuna histologis yang
menyusunnya, usus halus banyak mengandung pembuluh darah (arteri dan vena)
karena berkaitan dalam penyerapan zat makanan. Duodenum merupakan bagian
yang pertama dari usus halus yang terletak paling dekat dengan dinding tubuh dan
terikat pada mesentri yang pendek, yaitu mesoduodenum.
Jejenum dapat dengan jelas dipisahkan dengan duodenum, jejenum
bermula dari kira-kira pada posisi dimana mesenteri mulai kelihatan memanjang
(pada duodenum mesenterinya pendek). Jejejnum dan ileum bersambung dengan
tidak ada batas yang jelas diantara keduanya. Bagian terakhir dari usus halus
adalah ileum persambungan dengan usus besar adalah pada ostenum iliale.
Makanan yang telah mengalami penyerapan di usus halus selanjunya akan menuju
ke usus besar. Usus besar yang teridiri atas sekum dan kolon. Sekum merupakan
suatu kantung yang buntu sedangkan kolon adalah saluran yang mempunyai jalur
yang naik, mendatar, dan menurun. Bagian yang menurun ini akan berakhir di
rektum atau anus yang merupakan saluran terakhir dalam sistem saluran
pencernaan. Melalui saluran ini sisa-sisa pencernaan yang tidak dibutuhkan
dikeluarkan oleh tubuh.
IV
KESIMPULAN
Sistem pencernaan unggas (ayam) adalah beak , esophagus, crop
(tembolok), proventriculus, gizzard, usus halus, usus besar, kloaka. Sistem
pencernaan kelinci adalah cavum oris, esophagus, lambung, usus halus, usus
besar, anus. Sistem pencernaan domba terdiri dari cavum oris, esophagus, rumen,
retikulum, omasum, abomasum, usus halus (duodenum, jejenum, ileum), usus
besar (sekum, kolon), anus.
DAFTAR PUSTAKA
Subronto. 2003. Ilmu Penyakit Ternak (Mammalia) 1. Yogyakarta : UGM Press.
Hal : 24
Soeharsono. 2010. Fisiologi Ternak. Bandung : Widya Padjadjaran.
Hal : 163-190
R.D. Frandson. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi Keempat.
Diterjemahkan Oleh : B. Srigandono dan Koen Praseno. Yogyakarta : UGM
Press. Hal : 528, 542-552
Djamuara Aritonang, N.A. Tul Roefiah. Tiurma Pasaribu, Yono C. Raharjo. 2003.
Laju Pertumbuhan Kelinci Rex, Satin, dan Persilangannya yang Diberi
Lactosym@ dalam Sistem Pemeliharaan Intensif. JIIV hal. 165 vol. 8. No. 3. 29
Agustus 2003. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Patricia Noreva. 2012. Kepekaan Candida albicans Yang Diisolasi Dari Beberapa
Tempat
Pemotongan
Unggas
Dan
Pasar
Tradisional
Terhadap
Obat
Anticendawan Ketokonazol, Itrakonazol Dan Griseofulvin. Fakultas Kedokteran
Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal : 5
Download