Uploaded by User62299

Bahasa Indonesia Materi POKOK

advertisement
JANGKAUAN PERKULIAHAN
BAHASA INDONESIA
I. Pengantar
1.1 Pentingnya Pengajaran Bahasa
Indonesia di Perguruan Tinggi
(1) Mengapa bahasa Indonesia perlu diajarkan di
perguruan tinggi?
(2) Adakah landasan hukumnya?
(3) Kapan bahasa Indonesia lahir?
(4) Mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai
bahasa Indonesia?
(5) Peristiwa penting dalam pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia
1.2 Bagaimana kedudukan dan fungsi
bahasa Indonesia dalam kaitannya
dengan politik bahasa nasional?
II. Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah
2.1 Pemakaian Bahasa Indonesia yang
Baik dan Benar
(1) Ragam bahasa
a) Sarana pemakaiannya
b) Situasi pemakaiannya
c) Norma pemakaiannya
(2) Ragam bahasa Indonesia Baku
(3) Ragam bahasa Indonesia variasi ilmiah
(4) Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
III. Membaca Kritis Berbagai Ragam
Wacana untuk Menulis
IV. Menulis Akademik
4.1 Tulisan Akademik: makalah. artikel,
laporan penelitian
4.2 Pencermatan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan
(1) Pemakaian huruf
(2) Pemakaian huruf kapital dan huruf miring
(3) Penulisan kata
(4) Penulisan unsur serapan
(5) Pemakaian tanda baca
V. Pemakaian Kata dan Istilah
(1) Pembentukan kata
(2) Kriteria pemakaian kata
(3) Perbedaan kata dan istilah
(4) Pembentukan kata
VI. Pemakaian Kalimat Efektif
(1) Jenis-jenis kalimat
(2) Pola kalimat
(3) Ciri-ciri kalimat efektif
a) Ciri kesatuan
b) Ciri koherensi/kepaduan
c) kehematan
d) kesejajaran
e) Ciri penekanan
f) Ciri kelogisan
VII. Penulisan Paragraf
(1) Unsur paragraf
(2) Kriteria paragraf yang baik: kesatuan dan
koherensi
(3) Pengembangan paragraf
VIII. Menulis Proposal
(1) Jenis, Kelengkapan, dan Langkah-Langkahnya
(2) Penulisan Laporan Penelitian dan Penyuntingan
IX. Presentasi Ilmiah
7.1 (Pengertian)
7.2 Etika
7.3 Penyiapan Kinerja
7.4 Pelaksanaannya
X. Berpidato
9.1 Etika Penulisan;
9.2 Penyuntingan; dan
9.3 Penyampaiannya
I. Pengantar:
1.1 Pentingnya Pengajaran Bahasa
Indonesia di Perguruan Tinggi
1) Mengapa bahasa Indonesia diajarkan di
perguruan tinggi?
a) Amanat GBHN menyatakan bahwa
pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia perlu terus ditingkatkan serta
penggunaannya secara baik, benar, dan
penuh kebanggaan perlu dimasyarakatkan
sehingga bahasa Indonesia menjadi wahana
komunikasi yang mampu memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa serta
mendukung pembangunan bangsa.
b) Bahasa Indonesia di samping mampu
sebagai media komunikasi, juga harus
mampu sebagai alat ekspresi diri, alat
integrasi dan adaptasi sosial, dan alat kontrol
sosial.
c) Kenyataan di masyarakat, masih ditemukan
penyimpangan-penyimpangan dalam
pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Hal itu tampak dalam penulisan
laporan, pidato, karangan ilmiah, atau
penyampaian informasi dalam media, baik
elektronika maupun media cetak.
2) Adakah landasan hukumnya?
a) Landasan historis: Sumpah Pemuda 1928
terutama isi Sumpah Pemuda yang
menyatakan bahwa ”kami putra dan putri
Indonesia menjunjung tinggi bahasa
persatuan bahasa Indonesia.
b) Landasan yuridis: UUD 1945 khususnya Bab
XV, Pasal 36 yang menyatakan bahwa bahasa
negara adalah bahasa Indonesia
c) Landasan Operasional: Tap II/MPR RI/1983:
memberikan arahan bahwa pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia
dilaksanakan dengan mewajibkan
penggunaannya secara baik dan benar; Tap
II/MPR RI 1988: menyatakan bahwa
pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia perlu terus ditingkatkan serta
penggunaannya secara baik dan benar dan
penuh kebanggaan perlu dimasyarakatkan
sehingga bahasa Indonesia menjadi wahana
komunikasi yang mampu memperkokoh
persatuan dan kesatuan serta mendukung
pembangunan bangsa; dan Tap II/MPR RI
1993: menyatakan bahwa Pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia terus
ditingkatkan sehingga penggunaannya secara
baik dan benar serta dengan penuh rasa
bangga makin menjangkau seluruh
masyarakat dalam memperkokoh persatuan
dan kesatuan bangsa serta memantapkan
kepribadian bangsa.
3) Kapan bahasa Indonesia lahir?
a) Drs. I Gusti Ngurah Putrawan: bahasa
Indonesia lahir pada awal abad ke-20 karena
pada awal abad ke-20 pergerakan bangsa
Indonesia mulai bangkit menentang penjajahan
secara keseluruhan. Dalam perjuangan itu
bahasa Indonesia memiliki peranan yang
sangat penting.
b) Dr. Nugroho Notosusanto: bahasa Indonesia
dan kebangsaan bangsa Indonesia mulai
tumbuh dan berkembang hampir di seluruh
kawasan nusantara.
c) Drs. Umar Yunus: bahasa Indonesia lahir saat
Sumpah Pemuda 1928 mulai dikumandangkan.
Pengakuan bangsa Indonesia yang menyatakan
“kami putra-putri Indonesia menjunjung tinggi
bahasa persatuan bahasa Indonesia jelas
menunjukkan hal tersebut.
d) Prof. Dr. Slametmulyana: menyatakan bahwa
bahasa Indonesia lahir sejak dikumandangkan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus 1945 karena sejak itu negara
Indonesia lahir.
e) Drs. C.A. Mees, seorang sarjana Belanda yang
menyatakan bahwa bahasa Indonesia lahir pada
25 Juni 1918 karena pada tanggal, bulan, dan
tahun tersebut bahasa Melayu mendapat
pengakuan secara resmi dalam Dewan Rakyat
Pemerintahan Belanda.
4) Mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai
bahasa Indonesia?
a) bahasa Melayu merupakan bahasa lingua franca
di Indonesia: sebagai bahasa perhubungan dan
bahasa perdagangan.
b) bahasa Melayu memiliki sistem yang sangat
sederhana sehingga dengan mudah dan cepat
dapat dipahami.
c) adanya kesanggupan bahasa itu menjadi bahasa
kebudayaan dalam arti yang sangat luas.
d) secara psikologis hampir semua suku di
Indonesia rela menerima bahasa melayu menjadi
bahasa nasional.
e) potensi lain yang dimiliki oleh bahasa Melayu
bersifat fleksibel dan dinamis, strukturnya
sangat sederhana, daerah sebarannya sangat
luas, berfungsi sebagai pemersatu, pemisah,
prestise, dan kerangka acuan serta sikap
pemakai bahasa yang setia, bangga, dan sadar
akan norma bahasa.
1.2. Bagaimanakah kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia?
a) Sebagai bahasa nasional/persatuan yang
berfungsi sebagai lambang kebanggaan
kebangsaan, lambang identitas nasional, alat
yang menghubungkan berbagai suku dengan
latar belakang sosial budaya yang berbedabeda, dan sebagai alat perhubungan antardaerah
dan antarbudaya.
b) Sebagai bahasa negara/resmi yang berfungsi
sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa
pengantar di dalam dunia pendidikan, alat
perhubungan di tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksaan
pembangunan nasional,sebagai bahasa resmi
dalam kebudayaan dan pemanfaatan iptek.
1.3 Peristiwa penting dalam pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia.
a) Peristiwa tahun 1901: ejaan resmi bahasa
Melayu yang dikenal dengan Ejaan Van
Ophuysen dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
b) Peristiwa 1908: pemerintah Belanda
mendirikan badan penerbit buku-buku bacaan
yang dikenal dengan nama Taman Bacaan
Rakyat yang kemudian pada tahun 1917
menjadi Balai Pustaka.
c)
Peristiwa 28 Oktober 1928: merupakan
tonggak sejarah yang sangat penting dengan
dikumandangkannya Sumpah Pemuda, bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan/nasional.
d) Peristiwa tahun 1933: berdirinya angkatan
sasatrawan muda yang bernama Pujangga
Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisyahbana dengan menerbitkan majalah
Pujangga Baru.
e) Peristiwa tahun 1938: Kongres Bahasa
Indonesia I di Solo
f) Peristiwa tahun 1942—1945: pemerintah
Jepang memilih bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi antara pemerintah Jepang dan
rakyat Indonesia.
g) Peristiwa tahun 1945 dengan terwujudnya
UUD 1945 bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara/resmi
h) Peristiwa 19 Maret 1947: diresmikannya
penggunaan Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi.
i) Peristiwa tahun 1954: Kongres Bahasa
Indonesia II di Medan
j) Peristiwa 16 Agustus 1972: ditetapkannya
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
k) Peristiwa 31 Agustus 1972: ditetapkan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah
l) Peristiwa tahun 1978: Kongres Bahasa
Indonesia III di Jakarta; Kongres Bahasa
Indonesia IV, V, VI masing-masing tahun
1983, 1998, 2003 di Jakarta.
II. Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah
2.1. Ragam Bahasa
Ragam: Variasi pemakaian bahasa yang
timbul
sebagai
akibat
adanya
perbedaan sarana, situasi, dan norma
pemakaiannya
Sarana: Sarana yang digunakan meliputi
sarana lisan dan tertulis sehingga
menimbulkan ragam lisan dan ragam
tulis.
2.2 Perbedaan Ragam Lisan dan Ragam
Tulis
a. Ragam lisan cenderung tidak lengkap,
artinya informasi yang disampaikan
tidak
gramatika
berbahasa.
Kelengkapannya
dijelaskan
oleh
intonasi,
isyarat,
dan
situasi
pembicaraan.
Contoh: “Bu berapa cabainya?”
“Seribu tujuh ratus lima puluh”.
“Bisa kurang?”
Seribu lima ratus saja Pak!”
”Kenapa dia, Anto?”
”Tahu Pak, Miring kali”
(sambil menaruh jari telunjuk
di dahi)
b. Ragam tulis: fungsi-fungsi gramatikal
dinyatakan secara jelas dan lengkap.
(fungsi subjek, predikat, objek, ejaan).
c. Ragam lisan sangat terikat dengan
situasi, ruang, dan waktu, misalnya,
ragam di pasar berbeda dengan ragam
di sekolah.
d. Ragam tulis tidak terikat, misalnya
bahasa Indonesia dalam sebuah buku
oleh orang Indonesia di Amerika
e. Ragam lisan dipengaruhi oleh intonasi,
tinggi rendahnya suara dan panjang
pendeknya suara.
Dalam pemakaiannya di masyarakat, Ada
ragam lisan yang dituliskan (dialog dalam
fiksi: drama, sinetron) ada ragam tulis yang
dilisankan, misalnya naskah pidato, naskah
siaran berita di media elektronik.
Situasi: meliputi ragam formal (resmi) dan
ragam nonformal (tak resmi).
Ciri ragam formal ditandai dengan
pemakaian unsur kebahasaan yang
memperlihatkan tingkat kebakuan yang
tinggi, sedangkan ragam nonformal
ditandai dengan pemakaian unsur
kebahasaan
yang
memperlihatkan
tingkat kebakuan yang rendah.
Bidang: ragam bahasa dapat dibedakan
ragam sastra, ragam hukum, ragam
kedokteran, ragam teknologi, ragam
jurnalistik, ragam militer, dan ragam
ekonomi
RagamLisan
RagamFormal: seminar
Ragam nonformal: warung kopi
Ragam
Bahasa
Ragam Formal: makalah, skripsi
Ragam Tulis
Ragam nonformal:catatan harian
Norma: meliputi ragam baku dan ragam
takbaku. Ragam baku adalah ragam
bahasa yang pemakaiannya sesuai
dengan kaidah bahasa (tatabahasa,
kamus, ejaan, pedoman pembentukan
kata dan istilah), sedangkan ragam
takbaku adalah ragam bahasa yang
menyimpang dari kaidah bahasa.
2.3 Ciri Karangan Ilmiah
a. pemakaian bahasa Indonesia yang baik
dan benar
b. mengetengahkan permasalahan dalam
bidang ilmu tertentu
c. mengetengahkan permasalahan secara
utuh dan lengkap: ada bagian
pendahuluan, bagian pembahasan, dan
bagian simpulan (saran)
d. permasalahan dibahas secara rasional
dan tidak emosional
e. pengutaraan pendapat yang didukung
oleh fakta
f. alur pemaparan atau analisis secara
sistematis dan runut
2.4 Ciri Ragam Ilmiah
a. pemakaian bahasa baku
b. tidak mengandung unsur yang bersifat
perasaan (subjektif) dan memberikan
uraian secara objektif
c. tidak bermakna ganda
d. tidak mengandung nilai rasa yang
berlebihan (bebas dari nilai rasa
(konotatif)
sebaliknya
bersiafat
denotatif.
e. Segar dan tidak membosankan (ingat
variasi
kalimat)
2.5 Ciri Ragam Baku
a. penggunaan awalan secara eksplisit dan
konsisten
b. penggunaan kata tugas secara jelas
c. penggunaan struktur logika yang tidak
rancu
d. penggunaan fungsi-fungsi gramatika
secara eksplisit dan konsisten
e. Penggunaan bentuk-bentuk gramatika
yang tidak redundan (berlebihan).
f. menghindari bentuk-bentuk pemendekan
kata/kalimat.
g. Menghindari
pemakaian
unsur
gramatika, leksikal, dan lafal yang
berbau kedaerahan
h. Penggunaan kata sapaan secara formal
i. Penggunaan pola urutan aspek + pelaku
+ kata kerja, misalnya akan kuambil,
akan saya laksanakan, telah mereka
lakukan.
j. Penggunaan bentukan terpadu, misalnya
menyusahkan bukan membuat susah,
dinaikkan bukan dikasih naik
2.6 Bahasa Indonesia yang Baik dan
Benar
Pandangan para pakar
1. Nugroho Notosusanto: “baik dan
tidaknya suatu bahasa diukur dari
tercapaitidaknya tujuan yang dimaksud
dalam menggunakan alat tersebut”
2. Yos Daniel Parera: “Baik tidaknya suatu
bahasa dapat dilihat dari dua sisi, yaitu
tujuan dan pemakaian kaidah. Bahasa
yang baik ialah bahasa yang dapat
mengungkapkan pikiran secara tepat dan
benar, serta kalimat yang digunakan
dibentuk oleh kaidah bahasa”
3. Anton M. Moeliono:
Baik: pemanfaatan ragam yang tepat
dan serasi menurut golongan penutur
dan jenis pemakaian bahasa.
Benar: berbahasa bukan hanya sebagai
alat komunikasi (asal mengerti),
tetapi
perlu
menaati
norma
pemakaian bahasa (sesuai dengan
kaidah: lafal, ejaan, tatakata,
tatakalimat)
2.7 Ada empat Pemakaian berbahasa
Indonesia yang Baik dan Benar
a. pemakaian bahasa Indonesia yang baik
dan benar: penulisan laporan, skripsi
b. pemakaian bahasa yang baik, tetapi tidak
benar, misalnya dalam situasi formal:
Masalah yang saya ingin tanyakan adalah
sebagai berikut. Pemakaian bahasa
semacam itu masih dipandang baik, tetapi
susunan kalimatnya tidak benar.
c. pemakaian bahasa Indonesia yang tidak
baik dan benar, misalnya ragam nonformal
dipakai dalam situasi formal
d. pemakaian bahasa yang tidak baik dan
tidak benar, misalnya ragam nonformal
dipakai dalam karya tulis.
Jadi, berbahasa yang baik dan benar harus
memperhatikan situasi pemakaiannya dan
kaidah yang digunakan.
III. Membaca Kritis Berbagai wacana
untuk Menulis
3.1 Ciri Pembaca yang efisien
1. Mempunyai kebiasaan yang baik dalam membaca.
2. Mengerti betul isi buku yang dibaca.
3. Setelah membaca, dapat mengingat sebagian
besar pokok-pokok yang dibaca
4. Dapat membaca dengan cepat
3.2 Kebiasaan-Kebiasaan yang Baik dalam Membaca
1. Mengindahkan syarat kesehatan dalam
membaca, khususnya kesehatan mata
2. Menyususn dan mengatur penggunaan waktu
3. Menyiapkan alat tulis untuk membuat tandatanda dan catatan-catatan.
4. Sering mengunjungi perpustakaan untuk
membaca.
5. Membaca pustaka setiap mata pelajaran.
6. Memusatkan perhatian secara penuh ketika
membaca.
3.3 Ketentuan Lain yang Perlu Dicermati
1. Ketika membaca, sewaktu-waktu
memecamkan mata atau melihat ke tempat yg
jauh.
2. Sebaiknya cahaya penerang datang dari
belakang dan cahaya penerang cukup.
3. Pada halaman buku tidak terdapat bayangan .
4. Ketika membaca, buku dipegang dan tidak
diletakkan pada tempat datar.
5. Jarak mata dan buku kira-kira 25 s.d. 30 cm.
6. Sedapat-dapatnya membaca di ruang/meja
belajar dan tidak sambil tiduran.
7. Lama membaca sekitar 1 s.d. 2 jam setiap kali
membaca.
3.4 Metode Membaca Kritis: SQ-3R dan PQRST
3.4.1 Metode SQ-3R oleh Prof. Francis P. Robinson
1. Survai (menyelidiki)
2. Question (mengajukan pertanya)
3. Read (membaca)
4. Recite (mengucapkan kembali)
5. Review (Mengulang)
3.4.2 Metode PQRST oleh Dr. Thomas F. Staton
1. Preview (menyelidiki)
2. Question (mngajukan pertanyaan)
3. Read (membaca)
4. State (menyatakan)
5. Test (menguji)
3.5 Membaca Kritis untuk Menulis
1.Pengertian
2. Ragam Membaca Kritis
a. Membaca Cepat untuk mencari topik
b. Membaca Cepat untuk Informasi Khusus
c. Membaca Teliti untuk Informasi Rinci
d. Membaca kritis Artikel Ilmiah
e. Membaca Kritis Artikel Populer
f. Membaca Buku Ilmiah
4. Membaca Kritis Artikel Ilmiah
a. Mengenali tesis/pernyataan masalah
b. Meringkas butir-butir penting setiap artikel
c. Menyitir konsep-konsep penting
d. Menentukan bagian yang akan dikutip
e. Menentukan implikasi sumber yang dikutip
f. Menentukan posisi penulis sebagai pengutif
5. Membaca Kritis Artikel Populer
a. Mengenali persoalan utama/isu yang dibahas
b. Menentukan relevansi isu dg tulisan yg
dihasilkan
c. Memanfaatkan isu artikel populer untuk
inspirasi menulis
d. Membedakan isi artikel populer dg isi artikel
ilmiah dan buku ilmiah
6. Membaca Kritis Buku Ilmiah
a. Memanfaatkan indeks untuk menemukan
konsep penting
b. Menemukan konsep-konsep penting,
metode, dan teori (pandangan ahli, hasil
penelitian)
c. Menentukan dan menandai bagian-bagian
yang dikutip
d. Menentukan implikasi sumber yg dikutip
e. Menentukan posisi penulis sebagai pengutip
7. Membaca Kritis Bahan-Bahan dalam Internet
a. Mencari dan menemukan bahan-bahan
b. Memilih dan mengevaluasi bahan-bahan dalam
jaringan internet untuk bahan tulisan
c. Menemukan dan memahami gagasan penting
d. Memanfaatkan secara kritis bahan-bahan dalam
jaringan internet
IV. Menulis Akademik
4.1 Jenis Karya Tulis Ilmiah: makalah,
artikel, dan laporan penelitian
4.2 Mencermati Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan
1) Aktivitas Berbahasa
Berbahasa Lisan
Lafal Kosakata
Tata Bahasa
Berbahasa
Berbahasa
Lisan Baku
Berbahasa
Nonbaku
Berbahasa Tulis
Ejaan Kosakata
Tata Bahasa
Berbahasa
Tulis Baku
2) Ejaan dan Tataran Kebahasaan Lain
Wacana
Paragraf
Kalimat
Kata
Ejaan
3) Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan van Ophuysen (1901)
Sumpah Pemuda (1928)
Kongres BI I (1938)
Ejaan Soewandi (1947)
Kongres BI II (1954)
Konsep Ejaan Pembaharuan (1957)
Perjanjian Persahabatan
RI dan Malaysia (1959)
Konsep Ejaan Melindo (1959)
Konfrontasi
Kesepakatan Kerja Sama
RI dan Malaysia (1967)
Konsep Ejaan LBK
Diterima (1967)
Komunikasi Bersama Menteri P dan K
Dengan Menteri Pelajaran Malaysia (1972)
Ejaan
Malaysia
Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan
4) Ejaan yang Pernah Berlaku di Indonesia
(1)
(2)
(3)
Ejaan van Ophuysen (1901)
Ejaan Soewandi/Ejaan Republik (1947)
Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (16 Agustus 1972)
(a) Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan
(27 Agustus 1975)
(b) Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan
(9 September 1987)
(c) Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan
(1994)
5) Faktor-Faktor Perubahan Ejaan
(1) Pertimbangan teknis: setiap fonem
dilambangkan oleh satu huruf;
(2) Pertimbangan praktis: setiap
pelambangan itu disesuaikan dengan
keperluan;
(3) Pertimbangan ilmiah: pelambangan
mencerminkan studi yang mendalam
tentang kenyataan linguistik dan sosial
6) Norma-Norma Pokok EYD
(1) Pemakaian Huruf
(2) Penulisan Huruf Kapital dan Huruf
Miring
(3) Penulisan Kata
(4) Penulisan Unsur Serapan
(5) Pemakaian Tanda Baca
7) Beberapa Kesalahan Umum
A.
(1) …ba
gian
(2) …masing-ma
sing
(3) …kependidi
kan
(4) … atau
(5) …me
ngadakan
B.
(1) Kebijakan Link and Match adalah …
(2) …perampingan program studi di
Perguruan Tinggi…
(3) …IPTEK…
(4) Dalam pandangan Hukum Adat
seseorang…
(5) …adanya beban kewajiban dalam
“ngayahang” bagi warga …
(6) … karena Hukum Adat maupun
Awig-Awig…
(7) …dibagi tiga, yaitu Darat, Pesisir, dan
Rantau.
(8) …dalam bukunya Function Grammar
of English.
(9) … atraksi budaya yang dipariwisatakan sebagai konsep …
(10) …Pertunjukan Tradisional adalah
produk seni …
C.
(1) ..(polemik antar bidang harus dipikirkan)…
(2) … Bagaimana tatacara pengenaan
sanksi …
(3)… Hanya ketidak tahuan ini …
Disini bahasa sangat berperan …
Disamping itu nada/cara …
… teknologi pasca panen …
Untuk itu didalam penyampaian …
… tempat atma suci yang telah
dilinggihkan.
(9) …seniman dengan dilatar belakangi…
(10) …setiap daerah memiliki ke khasan
tersendiri.
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
D.
(2) …aktifitasnya sendiri…
(3) …secara teoritis…
(4) …kehilangan makna relijius dan…
(5) Hasil dari adaptasi dari makhluk…
(6) Kebudayaan didifinisikan sebagai…
(7) Polytheisme mengungkapkan…
(8) Secara subyektif dapat dikatakan…
(9) Pada jaman globalisasi ini…
(10) …sebuah essei yang membahas…
(11) …secara hirarkis memperlihatkan…
E.
(1) …
Oleh: Syahrial
(2) Bahkan jauh sebelum Baker, …
(3) Dalam kebudayaan Eropah misalnya,
periode Abad pertengahan…
(4) Namun demikian selalu ada
keyakinan…
(5) Jadi perkembangan pariwisata …
(6) …khususnya Tanah Karangan Desa
dan Tanah Ayahan Desa.
(7) ...misalnya banyak dijadikan/didirikan
Home Stay, Café, Bar & Restourant,
Art Shop, Hotel, Butik, Tourist Deffice,
Tourist Information Centre dan lainlainnya.
(8) Berlangsung dari tanggal 9 s/d 14
Agustus 2002.
(9) Pembatasan demikian cukup
beralasan, karena kesusastraan
Indonesia pada masa ini, memasuki
satu lembaran baru.
(10) Kelompok non-sastra adalah
berbagai khasanah…
V. Pemakaian Kata
Kata adalah satuan bahasa yang dapat
berdiri sendiri dan terdiri atas morfem
tunggal atau gabungan morfem.
Istilah kata atau gabungan kata yang
dengan cermat mengungkapkan suatu
makna, konsep, proses, keadaan, atau sifat
yang khas dalam bidang tertentu.
1. Tata Kata
Secara umum tata kata meliputi kata
dasar dan kata jadian. Kata jadian terdiri atas
kata berimbuhan, kata ulang, dan kata
majemuk.
(1) Pembentukan Kata Berimbuhan
a. Kaidah Pembentukan Kata Berimbuhan
(a) Imbuhan meN- dan peN- menjadi medan pen
Contoh: merawat, perawat
melamar, pelamar
meminum, peminum
menamai, penamaan
mewarisi, pewaris
meyakinkan, peyakinan
menganga
menyanyi, penyanyi
(b) Imbuhan meN- dan peN- menjadi memdan pemContoh: membawa, pembawa
memandu, pemandu
memfitnah, pemfitnah
memvonis, pemvonis
(c) Imbuhan meN- dan peN- menjadi mendan penContoh: menuduh, penuduh
mendakwa, pendakwa
mencuri, pencuri
menjual, penjual
menziarahi, penziarah
mensyukuri, pensyukuran
(d) Imbuhan meN- dan peN- menjadi mengdan pengContoh: mengarang, pengarang
mengganggu, pengganggu
menghasut, penghasut
mengkhianati, pengkhianat
mengatur, pengatur
mengekor, pengekor
menginap, penginap
mengobati, pengobatan
mengukur, pengukur
(e) Imbuhan meN- dan peN- menjadi menydan menyContoh: menyayangi, penyayang
menyapa, penyapa
menyulap, penyulap
menyikat, penyikat
(f) Imbuhan meN- dan peN- menjadi mengedan pengeContoh: mengecat, pengecat
mengebom, pengebom
mengelas, pengelas
mengepel, pengepel
mengecek, pengecek
mengetes, pengetes
b. Kecenderungan Kesalahan Pembentukan
Kata
(a) Penanggalan awalan meN- dan berContoh: lantik
melantik
luncurkan
meluncurkan
akui
larikan
gunakan
jumpa
beda
hasil
renang
mengakui
melarikan
menggunakan
berjumpa
berbeda
berhasil
berenang
(b) Pembentukan kata karena anggapan yang
keliru
Contoh: merubah
mengubah
berjoang
berjuang
ilmiawan
ilmuwan
rohaniawan
rohaniman
gerejani
gerejawi
(c) Peluluhan bunyi [c]
Contoh: menyuci
menyaci
menyicipi
menyontoh
menyongkel
mencuci
mencaci
mencicipi
mencontoh
mencongkel
(d) Bunyi yang tidak diluluhkan
Contoh: mengkikis
mengikis
mentaati
menaati
mensukseskan
menyukseskan
menterjemahkan menerjemahkan
(e) Penyengauan kata dasar
Contoh: ngantuk
mengantuk
nabrak
menabrak
nangis
menangis
nyuap
menyuap
(f) Bentuk meN- dengan kata yang bersuku
Satu
Contoh: mempel
mengepel
mensahkan
mengesahkan
mencap
mengecap
menlap
mengelap
mentes
mengetes
(g) Pemakaian awalan ke- yang keliru
Contoh: ketabrak
tertabrak
kebawa
terbawa
ketawa
tertawa
keburu
terburu
kebakar
terbakar
(h) Pemakaian akhiran {-ir}
Contoh: mengkoordinir mengoordinasi
dilokalisir
dilokalisasi
dilegalisir
dilegalisasi
memproklamirkan memproklamasikan
dikonfrontirkan
dikonfrontasikan
turinisasi
usaha penanaman turi
lelenisasi
usaha penernakan lele
neonisasi
usaha pemasangan neon
pompanisasi gerakan pemasangan pompa
koranisasi usaha pemasyarakatan koran
abatesasi usaha pemasyarakatan abate
(i) Penghilangan sebagian bentuk kata
Contoh: gitu
begitu
gimana
bagaimana
slama
selama
nggak
tidak
(2) Kata Baku dan Tidak baku
Kata Baku Kata
Tidak Baku
advis
adfis
aerobik
erobik
akuntan
akountan
antre
antri
arkais
arkhais
asas
azas
atlet
atlit
ekstrem
ekstrim
faksimil
Februari
film
frekuensi
formal
geladi bersih
hierarki
insaf
jadwal
jumat
kabar
kanker
karier
kelola
khawatir
khotbah
kompleks
korps
kongres
konkret
kualitas
kuantitas
kuesioner
kuitansi
kurva
lazim
feksimil
Pebruari
filem
frekwensi
formil
gladi bersih
hirarki
insyaf
jadual
jum`at
khabar
kangker
karir
klola, lola
kuatir
khutbah, kotbah
komplek, komplex
korp
konggres
konkrit, kongkrit
kwalitas
kwantitas
kwesioner
kwitansi
kurve
lasim
lembap
manajemen
mengelola
metode
misi
material
nakoda
November
paruh
peraga
persen
persentase
prangko
sah
stasiun
sistem
struktural
sutera
syahdu
teknik
tenteram
terampil
trotoar
ubah
wakaf
wasalam
lembab
managemen
melola
metoda
missi
materiil
nakhoda
Nopember
paro
praga
prosen
prosentase
perangko
syah
setasiun
sistim
strukturil
sutra
sahdu
tehnik
tentram
trampil
trotoir
rubah
wakap
wassalam
wujud
zaman
ziarah
ujud
jaman
jiarah
(3) Pemilihan Kata
a. Kriteria Pemilihan Kata
(a) Ketepatan
Ketepatan pemilihan kata berkaitan
dengan kemampuan memilih kata yang
dapat mengungkapkan gagasan secara tepat
dan gagasan itu dapat diterima secara tepat
oleh pembaca.
Ketepatan pilihan kata dapat dicapai jika
pemakai bahasa
mampu
memahami
perbedaan:
(i) kata-kata yang bermakna denotatif
dan konotatif.
Contoh: istri, bini; kambing hitam,
kambing hitam
(ii) kata-kata yang bersinonim.
Contoh: kelompok, rombongan,
kawanan, gerombolan
(b) Kecermatan
Kecermatan pemilihan kata berkaitan
dengan kemampuan memilih kata yang
memang benar-benar diperlukan untuk
mengungkapkan gagasan tertentu.
Sehubungan dengan hal itu, perlu
dicermati hal-hal berikut.
(i) penggunaan makna jamak ganda
Contoh: sejumlah desa-desa
para guru-guru
(ii)penggunaankata yang mempunyai
kemiripan makna atau fungsi secara
berganda.
Contoh: agar supaya
adalah merupakan
demi untuk
seperti misalnya
contohnya seperti
hanya...saja
sangat ...sekali
(iii)penggunaan makna kesalingan secara
berganda.
Contoh: saling pengaruh-memengaruhi
saling pinjam-meminjam
saling tuduh-menuduh
saling pukul-memukul
Selain itu,
membahas tentang
maksud daripada
terbuat daripada
di mana
yang mana
(c) Keserasian
Keserasian pemilihan kata berkaitan
dengan kemampuan menggunakan kata-kata
yang sesuai dengan konteks pemakaiannya.
Contoh:
jalan
agung
jaksa
besar
guru
raya
akbar
Beberapa Pilihan Kata yang Tidak Tepat
(a) saya, kita, dan kami
(b) kebijakan dan kebijakan
(c) mantan dan bekas
(d) jam dan pukul
(e) dari dan daripada
(f) nyaris dan hampir
(g) melempari dan melemparkan
VII. Tata Istilah
Istilah adalah kata atau gabungan kata
yang dengan cermat mengungkapkan makna
konsep, proses, keadaan, atau sifat khas
dalam bidang tertentu.
(1) Sumber Istilah
Sumber istilah meliputi (a) kosakata
bahasa, baik yang lazim maupun yang tidak
lazim dipakai, (b) kosakata bahasa
serumpun, (c) kosakata bahasa asing dengan
mengutamakan istilah bahasa Inggris yang
pemakaiannya sudah internasional.
(2) Prosedur Pembentukan Istilah
Prosedur pembentukan istilah bahasa
Indonesia haruslah sesuai dengan langkahlangkah dan ketentuan pada pedoman umum
pembentukan istilah, seperti berikut.
a. menetapkan konsep
b. memprioritaskan kosakata
bahasa
Indonesia yang lazim dipakai
c. jika ketentuan (b) tidak terpenuhi
gunakan bahasa Indonesia yang tidak
lazim
d. gunakan kosakata dalam bahasa
serumpun yang lazim dipakai
e. gunakan kosakata dalam bahasa
serumpun yang tidak lazim dipakai
f. dapat menggunakan kosakata dalam
bahasa asing terutama bahasa Inggris
g. dapat menggunakan kosakata dalam
bahasa asing lainnya
Calon istilah yang diperoleh berdasarkan
langkah b, c, d, dan e haruslah memenuhi
kriteria berikut.
a. ungkapan yang paling tepat
b. ungkapan yang paling singkat
c. ungkapan yang berkonotasi baik
d. ungkapan yang sedap didengar
e.kata umum yang diberi makna khusus
Calon istilah yang diperoleh berdasarkan
langkah f dan g haruslah memenuhi kriteria
berikut.
a. ungkapan asing yang paling cocok
b. ungkapan asing yang paling singkat
c. ungkapan asing yang memudahkan
pengalihan antarbahasa
d. ungkapan asing yang memudahkan
kesepakatan.
Di samping itu, dalam pembentukan istilah
melalui penyerapan dan penerjemahan
hendaknya memenuhi kriteria berikut.
e. ungkapan asing dengan arti umum
diterjemahkan dengan arti umum
f. ungkapan
yang
berhubungan
diterjemahkan dengan bersistem
Secara skematis prosedur pembentukan
istilah dapat digambarkan berikut ini.
Konsep
Kata dalam bahasa Indonesia
Kata dalam bahasa serumpun
Kata dalam bahasa Inggris
Kata dalam bahasa asing lainnya
Kriteria
a.
b.
c.
d.
e.
Melalui
Kriteria
a. Penyerapan
a.
b. penerjemahan
b.
c. penyerapan
c.
dan penerjemahan
d.
e.
f.
(3) Pengindonesiaan Istilah Asing
Pengindonesiaan
istilah
asing
dilakukan melalui tiga jalur, yaitu (1) jalur
penyerapan, (2) jalur penerjemahan, dan (3)
jalur penyerapan dan penerjemahan
a. Jalur Penyerapan
Penyerapan istilah asing ke dalam
bahasa Indonesia adalah pengindonesiaan
istilah asing dengan menyerap istilah asing
dengan (a) penyesuaian lafal dan (b) ejaan
bahasa Indonesia.
Contoh:
chromosome
kromosom
volume
volume
formal
formal
study
studi
accountancy
akuntansi
accountant
akuntan
accumulation
akumulasi
active investor
investor aktif
administration
administrasi
asset
aset
audit
audit
fluctuation
fluktuasi
internal transaction
transaksi internal
inventory
inventaris
voucher
vaucer
b. Jalur Penerjemahan
expert
edit
pakar
sunting
event
establish
baby sister
ambiguous
appearance
accessory
absurd
announcer
expose
list
masterpiece
monitor
monitoring
pavilion
pub
snack
supervisor
transliteration
translation
transcription
tissue
after-salesservice
arrearage
basic rate
basic price
peristiwa
mapan
pramusiwi
taksa, mendua
ambigu
penampilan
pelengkap
aneh, ganjil
pewara
singkap
senarai
adikarya
pantau
pemantauan
anjungan
kedai
kudapan
penyelia
alih aksara
alih bahasa
alih tulis
selampai
layanan pascajual
tunggakan
tarif dasar
harga dasar
branch office
capital market
closing balance
credit risk
customer service
financial institution
foreign exchange
go public
service cost
service fee
working capital
wholesale
kantor cabang
pasar modal
saldo akhir
risiko kredit
layanan pelanggan
lembaga keuangan
valuta asing
masuk bursa
biaya layanan
uang jasa
modal kerja
grosir
c. Jalur Gabungan Penyerapan dan
Penerjemahan
active stock
saham aktif
financial transaction transaksi keuangan
foreign investmen
investasi asing
health insurance
asuransi kesehatan
life insurance
asuransi jiwa
subdivision
subbagian
note book
buku catatan
sales promotion
promosi penjualan
sales distribution
distribusi penjualan
stock exchange
bursa efek
subsidiary
anak perusahaan
Beberapa istilah yang enak didengar dan
yang tidak enak didengar
Yang enak didengar
pramuria
tunasusila
tunarungu
tunakarya
pramuwisma
pramuniaga
pramusiwi
pramunikmat
Yang tidak
hostes
pelacur
tuli
penganggur
PRT
pelayan toko
pengasuh anak/bayi
tukang pijat
Beberapa istilah yang dianjurkan dan yang
tidak dianjurkan
Yang dianjurkan
Yang tidak
anus
lubang pantat
feces
tinja
urin
air kencing
amputasi
pemotongan bagian tubuh
oksigen
zat asam
energi
tenaga, kekuatan
VIII. UTS
IX. Menulis Akademik (Lanjutan)
9.1 Pemakaian Kalimat
1. Pengertian
Kalimat adalah rangkaian kata yang
dapat dapat mengungkapkan gagasan, perasaan,
atau pikiran yang relatif lengkap. Kalimat
merupakan satuan bahasa terkecil yang
merupakan kesatuan pikiran. Dalam bahasa
lisan ditandai dengan kesenyapan dan diakhiri
oleh kesenyapan final, sedangkan dalam bahasa
tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda baca, seperti titik, tanda tanya,
atau tanda seru.
Contoh
(1) Rumah itu bagus.
(2) Rumah itu bagus?
(3) Rumah itu bagus!
(4) Rumah bagus itu dipugar oleh
pemiliknya.
Bandingkan dengan:
(1) Rumah bagus itu
(2) Rumah yang bagus itu
(3) Rumah bagus yang terletak di sudut jalan
yang pintu pagarnya sering terkunci itu.
(4) Rumah bagus yang sedang dipugar oleh
pemiliknya.
9.2 Ciri Kalimat
Bentuk
sekurang-kurangnya sebuah
kalimat harus mengandung
unsur subjek dan unsur
predikat
Unsur-unsur yang berupa subjek dan
predikat itu dapat dipertukarkan posisinya.
Subjek atau predikat dapat diketahui dari
jawaban atas pertanyaan apa atau siapa dan
mengapa atau bagaimana
Makna
sebuah kalimat harus
mengandung informasi yang
relatif lengkap.
Berterima
sebuah kalimat harus
berterima dari norma sosial
Cermati kalimat berikut.
(1) Pembangunan di Bali untuk
menyejahterakan masyarakat Bali.
(2) Dalam pertemuan itu dihadiri oleh para
guru se-Bali
(3) Pada kesempatan itu Gubernur Bali, Made
Mangku Pastika mengatakan, kerja sama
antarinstansi pemerintah perlu terus
ditingkatkan.
(4) Dia bilang...; Dia mengatakan...; Dia
mengatakan bahwa...
9.3 Pola dasar Kalimat Bahasa Indonesia
Sebuah kalimat (ragam formal) harus
mengandung kelengkapan unsur, tuntas atau
utuh dari segi makna, dan berterima dari segi
sosial budaya masyarakat pemakainya. Bahasa
Indonesia mempunyai. Ditinjau dari segi
fungsinya, kalimat bahasa Indonesia terdiri atas
unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan.
Ciri Subjek
*jawaban atas pertanyaan apa atau siapa
*umumnya, berupa nomina
*disertai pewatas keterangan yang
*disertai kata ini atau itu
*tidak didahului kata depan
Ciri Predikat
*jawaban atas pertanyaan mengapa atau
bagaimana
*dapat didahului dengan keterangan
aspek: sudah, belum, sedang
*dapat diingkarkan dengan tidak/bukan
*tidak disertai pewatas keterangan yang
Ciri Objek
* kehadirannya tidak wajib
* berupa kata nomina
*berada di belakang predikat
*tidak didahului kata depan
*dapat menjadi subjek dalam kalimat
pasif
*terdapat dal;am kalimat yang
predikatnya berupa kata kerja transitif
Ciri Pelengkap
*kehadirannya bersifat wajib
*pelengkap tidak dapat menduduki subjek
karena kalimatnya tidak dapat dipasifkan
Ciri Keterangan
*kehadirannya tidak wajib
*posisinya dapat dipindah-pindahkan: di
awal, ditengah, dan di akhir kalimat
Singkatnya, pola dasar kalimat bahasa
Indonesia terdiri atas empat pola dasar,
yaitu:
(1) Subjek-Predikat
Contoh: Ayah pergi
(2) Subjek-Predikat-Objek
Contoh: Ibu membeli lauk-pauk
(3) Subjek Predikat-Pelengkap
Contoh: Indonesia berdasarkan
Pancasila
(4) Subjek-Predikat-Objek-Pelengkap
Contoh: Ibu membuatkan ayah
secangkir kopi
Unsur keterangan dapat ditambahkan pada
setiap pola dasar tersebut.
Ciri Pola Dasar Kalimat
*berupa kalimat tunggal
*terdiri atas subjek dan predikat
*selalu diawali dengan subjek
*dapat dikembangkan menjadi kalimat
luas
9.4 Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Berdasarkan pola pembentukannya,
kalimat bahasa Indonesia dapat dibedakan
menjadi dua jenis kalimat, yaitu kalimat
tunggal dan kalimat majemuk
1) Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang
hanya terdiri atas satu pola dasar, yakni
kalimat yang berpola SP, SPO, SPOPel, atau
SPOPel. Betapapun panjangnya sebuah
kalimat—jika hanya mempunyai sebuah
pola dasar—tetap disebut sebagai kalimat
tunggal.
2) Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang
terdiri atas dua pola dasar atau lebih.
Kalimat majemuk dapat dipilah menjadi
dua, yaitu kalimat majemuk setara dan
kalimat majemuk bertingkat.
a) Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat
majemuk yang unsur-unsurnya memiliki
kedudukan setara atau sederajat. Kalimat
majemuk setara dapat ditandai dengan
ungkapan penghubung kesetaraan yang
digunakan, yaitu: dan, atau, lalu, kemudian,
tetapi, melainkan, dan sedangkan.
b) Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat yang sering
disebut kalimat majemuk tidak setara
merupakan kalimat yang unsur-unsurnya
pembentuknya mempunyai kedudukan yang
tidak
sederajat,
bagian
yang
satu
berkedudukan sebagai bagian inti (induk
nkalimat) dan bagian lain yang berupa
bagian noninti (anak kalimat). Kalimat
majemuk bertingkat ditandai dengan
ungkapan penghubung yang digunakannya,
seperti: jika, kalau, apabila, andaikata,
sebab, karena, ketika, bahwa, agar, supaya,
meskipun,dan walaupun.
X. Kalimat Efektif
10.1 Pengertian
Kalimat efektif adalah kalimat yang
memiliki kemampuan atau tenaga untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan
pada pikiran pendengar atau pembaca
seperti yang dipikirkan oleh pembicara
atau penulis. Jadi, ada dua hal yang perlu
dicermati berdasarkan rumusan tersebut,
yakni (1) kalimat yang secara tepat dapat
mewakili gagasan atau pikiran pembicara
atau penulis dan (2) kalimat-kalimat itu
sanggup menimbulkan gagasan yang
hampir sama tepatnya dalam pikiran
pendengar atau pembaca seperti yang
dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
10.2 SyaratKalimat Efektif
a. Kesatuan
b. Kepaduan (koherensi)
c. kehematan
d. Kesejajaran
e. Ketegasan (penekanan)
f. Kevariasian
g. Kelogisan
a) Kesatuan
Sebuah kalimat dikatakan efektif apabila
terpenuhinya syarat kesatuan gagasan. Ciri
kesatuan gagasan tercermin pada adanya
fungsi subjek dan predikat sebagai syarat
minimal kalimat. Secara praktis, kesatuan
gagasan diwakili oleh fungsi subjek dan
fungsi predikat.
Kesatuan gagasan meliputi kesatuan
tunggal, gabungan, pilihan, dan kesatuan
yang mengandung pertentangan.
Contoh:
(1) Penduduk
desa
itu
mendapat
penjelasan tentang kesehatan.
(2) Ayah membaca koran dan Ibu
memasak di dapur.
(3) Anda boleh menyusul saya ke ruangan
dosen atau tunggu saya di luar
sebentar saja.
(4) Kakak bekerja di perusahan garmen,
tetapi ia tidak senang dengan
lingkungan kerja di perusahaan itu.
Kalimat-kalimat yang tidak
memenuhi syarat kesatuan
(1) Fungsi Subjek tidak jelas
(2) Fungsi subjek ganda
(3) Predikat tidak jelas (tidak berpredikat)
(4) Fungsi subjek dan predikat tidak ada
(kalimat buntung)
(5) Penanda fungsi keterangan dihilangkan
b) Kepaduan (Koherensi)
Syarat
kepaduan
ditandai
oleh
keselarasan hubungan antar fungsi yang satu
dengan fungsi yang lain. Artinya, adanya
keselarasan antar fungsi akibat kepaduan
hubungan timbal balik yang baik dan jelas
antarfungsi kalimat, misalnya, keselarasan
hubungan antara subjek dan predikat,
keselarasan antara predikat dan objek, serta
keselarasan antara predikat dan pelengkap.
c) Kehematan
Syarat kehematan ditandai dengan
penggunaan unsur-unsur kalimat yang hemat
dan tidak berlebihan (mubazir). Kehematan
meliputi pemakaian kata yang hemat dan
tepat, baik dari pembentukannya maupun
pilihan kata yang digunakannya.
d) Kesejajaran
Syarat kesejajaran dalam kalimat
meliputi kesejajaran antara gagasan yang
diungkapkan (makna) dan bentuk bahasa
sebagai sarana pengungkap gagasan itu.
Adanya kesejajaran makna (gagasan yang
diungkapkan) dan kesejajaran bentuk
menyebabkan informasi yang diungkapkan
menjadi mudah dipahami.
e) Ketegasan (penekanan)
Syarat penekanan ditandai dengan
pemakaian partikel penekan, seperti lah, tah,
kah, pun dalam pemakaian kalimat.
f) Kevariasian
Syarat kevariasian ditandai dengan
pemakaian
kalimat
yang
bervariasi,
misalnya, pemakaian kalimat aktif-pasif,
kalimat panjang dan kalimat
pemakaian kata yang bersinonim
pendek,
1. Kelogisan
Syarat kelogisan ditandai dengan
penalaran (nalar, logika) yang mendasari
kalimat. Jika kalimat tidak didasari atas
penalaran yang baik, kalimat yang dibentuk
akan sulit dipahami.
XI.Paragraf
1. Pengertian
Paragraf merupakan satuan informasi
yang dibangun oleh seperangkat kalimat
yang mendukung sebuah ide pokok. Artinya,
paragraf bukanlah merupakan himpunan
kalimat belaka, melainkan berupa
seperangkat kalimat yang berkaitan erat satu
kalimat dengan kalimat lainnya yang
mendukung ide pokok dalam membentuk
informasi.
2. Unsur Paragraf
a. Kalimat Topik
b. Kalimat Penjelas-+
c. Kalimat Penegas
d. Kata/Frase Transisi
3. Contoh Paragraf 1
Perbedaan kehidupan mahasiswa pada zaman
dahulu dan zaman sekarang. Pada zaman dahulu kehidupan
mahasiswa dikekang oleh penjajahan. Pada masa sekarang
mereka dapat merasakan kebebasan dan dapat hidup dalam
iklim pembangunan. Selain itu, syarat-syarat untuk
mengembangkan diri mereka cukup terbuka pada masa
sekarang ini, hanya bergantung kepeda mereka masingmasing.
Contoh Paragraf 2
Menahan bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan
dengan sempurna. Tembakan kaki kanan dan kaki kirinya
terarah dan sangat keras. Sundulan kepalanya sering
memperdayakan kiper lawan. Pemain lawan sukar
mengambil bola dari kakinya. Larinya cepat bagai kijang.
Operan bolanya tepat dan terarah. Bambang Pamungkas,
pemain penyerang Persija benar-benar pemain bola yang
jempolan.
Contoh Paragraf 3
Bagi manusia, bahasa merupakan alat komunikasi
yang sangat penting. Dengan bahasa, manusia dapat
menyampaikan isi hatinya kepada sesamanya. Dengan bahasa
itu pula manusia dapat mewarisi dan mewariskan segala
pengalamannya kepada sesamanya. Jelaslah, bahasa
merupakan sarana yang paling penting dalam kehidupan
manusia.
Contoh Paragra 4
Tingkah lakunya menawan. Ia tidak pernah berbohong.
Dia Suka menolong sesama teman. Dia tidak pernah
mempercakapkan orang lain. Pantas Atiek gadis pujaan.
Tambahan lagi, wajahnya cantik. Ia cepat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Ramah terhadap siapa pun. Padai
pula membawa diri.
Contoh Paragraf 5
Setiap hari Ahmad bangun pagi. Sesudah bersembahyang,
dia melakukan kegiatan olahraga. Pukul 07.00 pagi setelah
keringatnya kering, ia mandi dengan air hangat. Setelah
makan pagi, pada pukul 08.00 ia berangkat ke kantor hingga
pukul 17.00 petang baru tiba kembali di rumah. Sisa
waktunya digunakannya untuk bermain-main dengan si kecil,
anak tunggalnya yang baru berusia 2 tahun.
4. Syarat Paragraf yang baik
a. Kesatuan
b. Koherensi/Kepaduan
c. Pengembangan
5. Penempatan Kalimat Topik
a. Pada awal paragraf
b. Pada tengah paragraf
c. Pada akhir paragraf
d. Pada awal dan akhir paragraf
e. Pada keseluruhan paragraf
6. Jenis Paragraf
a. Paragraf Deduktif
b. Paragraf Induktif
c. Paragraf Deduktif--Induktif
d. Paragraf Induktif--Deduktif
e. Paragraf Deskriptif
f. Paragraf Ekspositoris
g. Paragraf Argumentatif
h. Paragraf Naratif
i. Paragraf Persuasif
7. Pertalian Makna dalam Paragraf
a. Pertalian Makna Penjumlahan
b. Pertalian Makna Perturutan
c. Pertalian Makna Perlawanan
d. Pertalian Makna Lebih
e. Pertalian Makna Sebab Akibat
f. Pertalian Makna Waktu
g. Pertalian Makna Syarat
h. Pertalian Makna Cara
i. Pertalian Makna Kegunaan
j. Pertalian Makna Penjelasan
Contoh Paragraf 6
Lain halnya dengan yang dialami oleh Ana. Ia
mempunyai pribadi yang menyenangkan. Dia bisa dijadikan
teman di kala senang dan susah. Ia selalu gembira, lucu, dan
bisa menyemarakkan suasana. Sudah tiga tahun dia bekerja
sebagai staf personalia dan dinilai cukup dinamis serta
pergaulan Ana memang tampak menonjol. Akan tetapi,
ketika atasannya memutuskan untuk mengangkat seorang
supervisor, beliau lebih senang memilih Atiek. Ana dan Atiek
teman satu sekolah. Setelah lulus, mereka sama-sama
merintis karier sebagainstaf personalia di perusahaan yang
sama.
8. Metode Pengembangan Paragraf
a. Klimak dan Antiklimak
b. Sudut Pandangan: urutan ruang,
suasana tertentu, orang pertama, orang
kedua, orang ketiga
c. Perbandingan
d. Pertentangan
e. Analogi
f. Contoh
g. Proses
h. Sebab Akibat
i. Umum Khusus
j. Klasifikasi
k. Definisi
XII. Menulis Proposal
XIII. Menulis Proposal
XIV. Presentasi Ilmiah
XV. Berpidato
XVI. UAS
VII. Perencanaan dan Penyusunan
Penulisan Karya Ilmiah
1. Perencanaan Penulisan Karya Ilmiah
a. Penulisan sebagai Proses
b. Jenis Penulisan
(a) Deskripsi
(b) Eksposisi
(c) Argumentasi
(d) Persuasi
(e) Narasi
c. Jenis Karya Ilmiah
(a) Makalah
(b) Artikel Jurnal
(c) Laporan Penelitian
(d) Skripsi
(e) Tesis
(f) Disertasi
2. Penyusunan Penulisan Karya Ilmiah
a. Sistematika Penulisan Karya Ilmiah
b. Penentuan Topik dan Judul Karya Ilmiah
c. Unsur-Unsur Penulisan Karya Ilmiah
d. Bahasa Penulisan Karya Ilmiah
VIII. Topik, Judul, dan Kerangka Karangan
1.Topik dan Judul Karangan
2. Kerangka Karangan
3. Penggolongan Karangan
(1) Menurut Bobot Isi
a. Karangan Ilmiah,
b. Semiilmiah
c. Nonilmiah
(2) Menurut Cara Penyajian
a. Deskripsi
d. Persuasi
b. Eksposisi
e. Narasi
c. Argumentasi
Download