JANGKAUAN PERKULIAHAN BAHASA INDONESIA I. Pengantar 1.1 Pentingnya Pengajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi (1) Mengapa bahasa Indonesia perlu diajarkan di perguruan tinggi? (2) Adakah landasan hukumnya? (3) Kapan bahasa Indonesia lahir? (4) Mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia? (5) Peristiwa penting dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia 1.2 Bagaimana kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dalam kaitannya dengan politik bahasa nasional? II. Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah 2.1 Pemakaian Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar (1) Ragam bahasa a) Sarana pemakaiannya b) Situasi pemakaiannya c) Norma pemakaiannya (2) Ragam bahasa Indonesia Baku (3) Ragam bahasa Indonesia variasi ilmiah (4) Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar III. Membaca Kritis Berbagai Ragam Wacana untuk Menulis IV. Menulis Akademik 4.1 Tulisan Akademik: makalah. artikel, laporan penelitian 4.2 Pencermatan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (1) Pemakaian huruf (2) Pemakaian huruf kapital dan huruf miring (3) Penulisan kata (4) Penulisan unsur serapan (5) Pemakaian tanda baca V. Pemakaian Kata dan Istilah (1) Pembentukan kata (2) Kriteria pemakaian kata (3) Perbedaan kata dan istilah (4) Pembentukan kata VI. Pemakaian Kalimat Efektif (1) Jenis-jenis kalimat (2) Pola kalimat (3) Ciri-ciri kalimat efektif a) Ciri kesatuan b) Ciri koherensi/kepaduan c) kehematan d) kesejajaran e) Ciri penekanan f) Ciri kelogisan VII. Penulisan Paragraf (1) Unsur paragraf (2) Kriteria paragraf yang baik: kesatuan dan koherensi (3) Pengembangan paragraf VIII. Menulis Proposal (1) Jenis, Kelengkapan, dan Langkah-Langkahnya (2) Penulisan Laporan Penelitian dan Penyuntingan IX. Presentasi Ilmiah 7.1 (Pengertian) 7.2 Etika 7.3 Penyiapan Kinerja 7.4 Pelaksanaannya X. Berpidato 9.1 Etika Penulisan; 9.2 Penyuntingan; dan 9.3 Penyampaiannya I. Pengantar: 1.1 Pentingnya Pengajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi 1) Mengapa bahasa Indonesia diajarkan di perguruan tinggi? a) Amanat GBHN menyatakan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia perlu terus ditingkatkan serta penggunaannya secara baik, benar, dan penuh kebanggaan perlu dimasyarakatkan sehingga bahasa Indonesia menjadi wahana komunikasi yang mampu memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta mendukung pembangunan bangsa. b) Bahasa Indonesia di samping mampu sebagai media komunikasi, juga harus mampu sebagai alat ekspresi diri, alat integrasi dan adaptasi sosial, dan alat kontrol sosial. c) Kenyataan di masyarakat, masih ditemukan penyimpangan-penyimpangan dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal itu tampak dalam penulisan laporan, pidato, karangan ilmiah, atau penyampaian informasi dalam media, baik elektronika maupun media cetak. 2) Adakah landasan hukumnya? a) Landasan historis: Sumpah Pemuda 1928 terutama isi Sumpah Pemuda yang menyatakan bahwa ”kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia. b) Landasan yuridis: UUD 1945 khususnya Bab XV, Pasal 36 yang menyatakan bahwa bahasa negara adalah bahasa Indonesia c) Landasan Operasional: Tap II/MPR RI/1983: memberikan arahan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dilaksanakan dengan mewajibkan penggunaannya secara baik dan benar; Tap II/MPR RI 1988: menyatakan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia perlu terus ditingkatkan serta penggunaannya secara baik dan benar dan penuh kebanggaan perlu dimasyarakatkan sehingga bahasa Indonesia menjadi wahana komunikasi yang mampu memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mendukung pembangunan bangsa; dan Tap II/MPR RI 1993: menyatakan bahwa Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia terus ditingkatkan sehingga penggunaannya secara baik dan benar serta dengan penuh rasa bangga makin menjangkau seluruh masyarakat dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta memantapkan kepribadian bangsa. 3) Kapan bahasa Indonesia lahir? a) Drs. I Gusti Ngurah Putrawan: bahasa Indonesia lahir pada awal abad ke-20 karena pada awal abad ke-20 pergerakan bangsa Indonesia mulai bangkit menentang penjajahan secara keseluruhan. Dalam perjuangan itu bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat penting. b) Dr. Nugroho Notosusanto: bahasa Indonesia dan kebangsaan bangsa Indonesia mulai tumbuh dan berkembang hampir di seluruh kawasan nusantara. c) Drs. Umar Yunus: bahasa Indonesia lahir saat Sumpah Pemuda 1928 mulai dikumandangkan. Pengakuan bangsa Indonesia yang menyatakan “kami putra-putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia jelas menunjukkan hal tersebut. d) Prof. Dr. Slametmulyana: menyatakan bahwa bahasa Indonesia lahir sejak dikumandangkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 karena sejak itu negara Indonesia lahir. e) Drs. C.A. Mees, seorang sarjana Belanda yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia lahir pada 25 Juni 1918 karena pada tanggal, bulan, dan tahun tersebut bahasa Melayu mendapat pengakuan secara resmi dalam Dewan Rakyat Pemerintahan Belanda. 4) Mengapa bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa Indonesia? a) bahasa Melayu merupakan bahasa lingua franca di Indonesia: sebagai bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan. b) bahasa Melayu memiliki sistem yang sangat sederhana sehingga dengan mudah dan cepat dapat dipahami. c) adanya kesanggupan bahasa itu menjadi bahasa kebudayaan dalam arti yang sangat luas. d) secara psikologis hampir semua suku di Indonesia rela menerima bahasa melayu menjadi bahasa nasional. e) potensi lain yang dimiliki oleh bahasa Melayu bersifat fleksibel dan dinamis, strukturnya sangat sederhana, daerah sebarannya sangat luas, berfungsi sebagai pemersatu, pemisah, prestise, dan kerangka acuan serta sikap pemakai bahasa yang setia, bangga, dan sadar akan norma bahasa. 1.2. Bagaimanakah kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia? a) Sebagai bahasa nasional/persatuan yang berfungsi sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, lambang identitas nasional, alat yang menghubungkan berbagai suku dengan latar belakang sosial budaya yang berbedabeda, dan sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya. b) Sebagai bahasa negara/resmi yang berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, alat perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksaan pembangunan nasional,sebagai bahasa resmi dalam kebudayaan dan pemanfaatan iptek. 1.3 Peristiwa penting dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. a) Peristiwa tahun 1901: ejaan resmi bahasa Melayu yang dikenal dengan Ejaan Van Ophuysen dimuat dalam Kitab Logat Melayu. b) Peristiwa 1908: pemerintah Belanda mendirikan badan penerbit buku-buku bacaan yang dikenal dengan nama Taman Bacaan Rakyat yang kemudian pada tahun 1917 menjadi Balai Pustaka. c) Peristiwa 28 Oktober 1928: merupakan tonggak sejarah yang sangat penting dengan dikumandangkannya Sumpah Pemuda, bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan/nasional. d) Peristiwa tahun 1933: berdirinya angkatan sasatrawan muda yang bernama Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana dengan menerbitkan majalah Pujangga Baru. e) Peristiwa tahun 1938: Kongres Bahasa Indonesia I di Solo f) Peristiwa tahun 1942—1945: pemerintah Jepang memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi antara pemerintah Jepang dan rakyat Indonesia. g) Peristiwa tahun 1945 dengan terwujudnya UUD 1945 bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi h) Peristiwa 19 Maret 1947: diresmikannya penggunaan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. i) Peristiwa tahun 1954: Kongres Bahasa Indonesia II di Medan j) Peristiwa 16 Agustus 1972: ditetapkannya Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. k) Peristiwa 31 Agustus 1972: ditetapkan Pedoman Umum Pembentukan Istilah l) Peristiwa tahun 1978: Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta; Kongres Bahasa Indonesia IV, V, VI masing-masing tahun 1983, 1998, 2003 di Jakarta. II. Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah 2.1. Ragam Bahasa Ragam: Variasi pemakaian bahasa yang timbul sebagai akibat adanya perbedaan sarana, situasi, dan norma pemakaiannya Sarana: Sarana yang digunakan meliputi sarana lisan dan tertulis sehingga menimbulkan ragam lisan dan ragam tulis. 2.2 Perbedaan Ragam Lisan dan Ragam Tulis a. Ragam lisan cenderung tidak lengkap, artinya informasi yang disampaikan tidak gramatika berbahasa. Kelengkapannya dijelaskan oleh intonasi, isyarat, dan situasi pembicaraan. Contoh: “Bu berapa cabainya?” “Seribu tujuh ratus lima puluh”. “Bisa kurang?” Seribu lima ratus saja Pak!” ”Kenapa dia, Anto?” ”Tahu Pak, Miring kali” (sambil menaruh jari telunjuk di dahi) b. Ragam tulis: fungsi-fungsi gramatikal dinyatakan secara jelas dan lengkap. (fungsi subjek, predikat, objek, ejaan). c. Ragam lisan sangat terikat dengan situasi, ruang, dan waktu, misalnya, ragam di pasar berbeda dengan ragam di sekolah. d. Ragam tulis tidak terikat, misalnya bahasa Indonesia dalam sebuah buku oleh orang Indonesia di Amerika e. Ragam lisan dipengaruhi oleh intonasi, tinggi rendahnya suara dan panjang pendeknya suara. Dalam pemakaiannya di masyarakat, Ada ragam lisan yang dituliskan (dialog dalam fiksi: drama, sinetron) ada ragam tulis yang dilisankan, misalnya naskah pidato, naskah siaran berita di media elektronik. Situasi: meliputi ragam formal (resmi) dan ragam nonformal (tak resmi). Ciri ragam formal ditandai dengan pemakaian unsur kebahasaan yang memperlihatkan tingkat kebakuan yang tinggi, sedangkan ragam nonformal ditandai dengan pemakaian unsur kebahasaan yang memperlihatkan tingkat kebakuan yang rendah. Bidang: ragam bahasa dapat dibedakan ragam sastra, ragam hukum, ragam kedokteran, ragam teknologi, ragam jurnalistik, ragam militer, dan ragam ekonomi RagamLisan RagamFormal: seminar Ragam nonformal: warung kopi Ragam Bahasa Ragam Formal: makalah, skripsi Ragam Tulis Ragam nonformal:catatan harian Norma: meliputi ragam baku dan ragam takbaku. Ragam baku adalah ragam bahasa yang pemakaiannya sesuai dengan kaidah bahasa (tatabahasa, kamus, ejaan, pedoman pembentukan kata dan istilah), sedangkan ragam takbaku adalah ragam bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa. 2.3 Ciri Karangan Ilmiah a. pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar b. mengetengahkan permasalahan dalam bidang ilmu tertentu c. mengetengahkan permasalahan secara utuh dan lengkap: ada bagian pendahuluan, bagian pembahasan, dan bagian simpulan (saran) d. permasalahan dibahas secara rasional dan tidak emosional e. pengutaraan pendapat yang didukung oleh fakta f. alur pemaparan atau analisis secara sistematis dan runut 2.4 Ciri Ragam Ilmiah a. pemakaian bahasa baku b. tidak mengandung unsur yang bersifat perasaan (subjektif) dan memberikan uraian secara objektif c. tidak bermakna ganda d. tidak mengandung nilai rasa yang berlebihan (bebas dari nilai rasa (konotatif) sebaliknya bersiafat denotatif. e. Segar dan tidak membosankan (ingat variasi kalimat) 2.5 Ciri Ragam Baku a. penggunaan awalan secara eksplisit dan konsisten b. penggunaan kata tugas secara jelas c. penggunaan struktur logika yang tidak rancu d. penggunaan fungsi-fungsi gramatika secara eksplisit dan konsisten e. Penggunaan bentuk-bentuk gramatika yang tidak redundan (berlebihan). f. menghindari bentuk-bentuk pemendekan kata/kalimat. g. Menghindari pemakaian unsur gramatika, leksikal, dan lafal yang berbau kedaerahan h. Penggunaan kata sapaan secara formal i. Penggunaan pola urutan aspek + pelaku + kata kerja, misalnya akan kuambil, akan saya laksanakan, telah mereka lakukan. j. Penggunaan bentukan terpadu, misalnya menyusahkan bukan membuat susah, dinaikkan bukan dikasih naik 2.6 Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Pandangan para pakar 1. Nugroho Notosusanto: “baik dan tidaknya suatu bahasa diukur dari tercapaitidaknya tujuan yang dimaksud dalam menggunakan alat tersebut” 2. Yos Daniel Parera: “Baik tidaknya suatu bahasa dapat dilihat dari dua sisi, yaitu tujuan dan pemakaian kaidah. Bahasa yang baik ialah bahasa yang dapat mengungkapkan pikiran secara tepat dan benar, serta kalimat yang digunakan dibentuk oleh kaidah bahasa” 3. Anton M. Moeliono: Baik: pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa. Benar: berbahasa bukan hanya sebagai alat komunikasi (asal mengerti), tetapi perlu menaati norma pemakaian bahasa (sesuai dengan kaidah: lafal, ejaan, tatakata, tatakalimat) 2.7 Ada empat Pemakaian berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar a. pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar: penulisan laporan, skripsi b. pemakaian bahasa yang baik, tetapi tidak benar, misalnya dalam situasi formal: Masalah yang saya ingin tanyakan adalah sebagai berikut. Pemakaian bahasa semacam itu masih dipandang baik, tetapi susunan kalimatnya tidak benar. c. pemakaian bahasa Indonesia yang tidak baik dan benar, misalnya ragam nonformal dipakai dalam situasi formal d. pemakaian bahasa yang tidak baik dan tidak benar, misalnya ragam nonformal dipakai dalam karya tulis. Jadi, berbahasa yang baik dan benar harus memperhatikan situasi pemakaiannya dan kaidah yang digunakan. III. Membaca Kritis Berbagai wacana untuk Menulis 3.1 Ciri Pembaca yang efisien 1. Mempunyai kebiasaan yang baik dalam membaca. 2. Mengerti betul isi buku yang dibaca. 3. Setelah membaca, dapat mengingat sebagian besar pokok-pokok yang dibaca 4. Dapat membaca dengan cepat 3.2 Kebiasaan-Kebiasaan yang Baik dalam Membaca 1. Mengindahkan syarat kesehatan dalam membaca, khususnya kesehatan mata 2. Menyususn dan mengatur penggunaan waktu 3. Menyiapkan alat tulis untuk membuat tandatanda dan catatan-catatan. 4. Sering mengunjungi perpustakaan untuk membaca. 5. Membaca pustaka setiap mata pelajaran. 6. Memusatkan perhatian secara penuh ketika membaca. 3.3 Ketentuan Lain yang Perlu Dicermati 1. Ketika membaca, sewaktu-waktu memecamkan mata atau melihat ke tempat yg jauh. 2. Sebaiknya cahaya penerang datang dari belakang dan cahaya penerang cukup. 3. Pada halaman buku tidak terdapat bayangan . 4. Ketika membaca, buku dipegang dan tidak diletakkan pada tempat datar. 5. Jarak mata dan buku kira-kira 25 s.d. 30 cm. 6. Sedapat-dapatnya membaca di ruang/meja belajar dan tidak sambil tiduran. 7. Lama membaca sekitar 1 s.d. 2 jam setiap kali membaca. 3.4 Metode Membaca Kritis: SQ-3R dan PQRST 3.4.1 Metode SQ-3R oleh Prof. Francis P. Robinson 1. Survai (menyelidiki) 2. Question (mengajukan pertanya) 3. Read (membaca) 4. Recite (mengucapkan kembali) 5. Review (Mengulang) 3.4.2 Metode PQRST oleh Dr. Thomas F. Staton 1. Preview (menyelidiki) 2. Question (mngajukan pertanyaan) 3. Read (membaca) 4. State (menyatakan) 5. Test (menguji) 3.5 Membaca Kritis untuk Menulis 1.Pengertian 2. Ragam Membaca Kritis a. Membaca Cepat untuk mencari topik b. Membaca Cepat untuk Informasi Khusus c. Membaca Teliti untuk Informasi Rinci d. Membaca kritis Artikel Ilmiah e. Membaca Kritis Artikel Populer f. Membaca Buku Ilmiah 4. Membaca Kritis Artikel Ilmiah a. Mengenali tesis/pernyataan masalah b. Meringkas butir-butir penting setiap artikel c. Menyitir konsep-konsep penting d. Menentukan bagian yang akan dikutip e. Menentukan implikasi sumber yang dikutip f. Menentukan posisi penulis sebagai pengutif 5. Membaca Kritis Artikel Populer a. Mengenali persoalan utama/isu yang dibahas b. Menentukan relevansi isu dg tulisan yg dihasilkan c. Memanfaatkan isu artikel populer untuk inspirasi menulis d. Membedakan isi artikel populer dg isi artikel ilmiah dan buku ilmiah 6. Membaca Kritis Buku Ilmiah a. Memanfaatkan indeks untuk menemukan konsep penting b. Menemukan konsep-konsep penting, metode, dan teori (pandangan ahli, hasil penelitian) c. Menentukan dan menandai bagian-bagian yang dikutip d. Menentukan implikasi sumber yg dikutip e. Menentukan posisi penulis sebagai pengutip 7. Membaca Kritis Bahan-Bahan dalam Internet a. Mencari dan menemukan bahan-bahan b. Memilih dan mengevaluasi bahan-bahan dalam jaringan internet untuk bahan tulisan c. Menemukan dan memahami gagasan penting d. Memanfaatkan secara kritis bahan-bahan dalam jaringan internet IV. Menulis Akademik 4.1 Jenis Karya Tulis Ilmiah: makalah, artikel, dan laporan penelitian 4.2 Mencermati Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan 1) Aktivitas Berbahasa Berbahasa Lisan Lafal Kosakata Tata Bahasa Berbahasa Berbahasa Lisan Baku Berbahasa Nonbaku Berbahasa Tulis Ejaan Kosakata Tata Bahasa Berbahasa Tulis Baku 2) Ejaan dan Tataran Kebahasaan Lain Wacana Paragraf Kalimat Kata Ejaan 3) Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia Ejaan van Ophuysen (1901) Sumpah Pemuda (1928) Kongres BI I (1938) Ejaan Soewandi (1947) Kongres BI II (1954) Konsep Ejaan Pembaharuan (1957) Perjanjian Persahabatan RI dan Malaysia (1959) Konsep Ejaan Melindo (1959) Konfrontasi Kesepakatan Kerja Sama RI dan Malaysia (1967) Konsep Ejaan LBK Diterima (1967) Komunikasi Bersama Menteri P dan K Dengan Menteri Pelajaran Malaysia (1972) Ejaan Malaysia Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan 4) Ejaan yang Pernah Berlaku di Indonesia (1) (2) (3) Ejaan van Ophuysen (1901) Ejaan Soewandi/Ejaan Republik (1947) Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (16 Agustus 1972) (a) Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (27 Agustus 1975) (b) Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (9 September 1987) (c) Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (1994) 5) Faktor-Faktor Perubahan Ejaan (1) Pertimbangan teknis: setiap fonem dilambangkan oleh satu huruf; (2) Pertimbangan praktis: setiap pelambangan itu disesuaikan dengan keperluan; (3) Pertimbangan ilmiah: pelambangan mencerminkan studi yang mendalam tentang kenyataan linguistik dan sosial 6) Norma-Norma Pokok EYD (1) Pemakaian Huruf (2) Penulisan Huruf Kapital dan Huruf Miring (3) Penulisan Kata (4) Penulisan Unsur Serapan (5) Pemakaian Tanda Baca 7) Beberapa Kesalahan Umum A. (1) …ba gian (2) …masing-ma sing (3) …kependidi kan (4) … atau (5) …me ngadakan B. (1) Kebijakan Link and Match adalah … (2) …perampingan program studi di Perguruan Tinggi… (3) …IPTEK… (4) Dalam pandangan Hukum Adat seseorang… (5) …adanya beban kewajiban dalam “ngayahang” bagi warga … (6) … karena Hukum Adat maupun Awig-Awig… (7) …dibagi tiga, yaitu Darat, Pesisir, dan Rantau. (8) …dalam bukunya Function Grammar of English. (9) … atraksi budaya yang dipariwisatakan sebagai konsep … (10) …Pertunjukan Tradisional adalah produk seni … C. (1) ..(polemik antar bidang harus dipikirkan)… (2) … Bagaimana tatacara pengenaan sanksi … (3)… Hanya ketidak tahuan ini … Disini bahasa sangat berperan … Disamping itu nada/cara … … teknologi pasca panen … Untuk itu didalam penyampaian … … tempat atma suci yang telah dilinggihkan. (9) …seniman dengan dilatar belakangi… (10) …setiap daerah memiliki ke khasan tersendiri. (4) (5) (6) (7) (8) D. (2) …aktifitasnya sendiri… (3) …secara teoritis… (4) …kehilangan makna relijius dan… (5) Hasil dari adaptasi dari makhluk… (6) Kebudayaan didifinisikan sebagai… (7) Polytheisme mengungkapkan… (8) Secara subyektif dapat dikatakan… (9) Pada jaman globalisasi ini… (10) …sebuah essei yang membahas… (11) …secara hirarkis memperlihatkan… E. (1) … Oleh: Syahrial (2) Bahkan jauh sebelum Baker, … (3) Dalam kebudayaan Eropah misalnya, periode Abad pertengahan… (4) Namun demikian selalu ada keyakinan… (5) Jadi perkembangan pariwisata … (6) …khususnya Tanah Karangan Desa dan Tanah Ayahan Desa. (7) ...misalnya banyak dijadikan/didirikan Home Stay, Café, Bar & Restourant, Art Shop, Hotel, Butik, Tourist Deffice, Tourist Information Centre dan lainlainnya. (8) Berlangsung dari tanggal 9 s/d 14 Agustus 2002. (9) Pembatasan demikian cukup beralasan, karena kesusastraan Indonesia pada masa ini, memasuki satu lembaran baru. (10) Kelompok non-sastra adalah berbagai khasanah… V. Pemakaian Kata Kata adalah satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri atas morfem tunggal atau gabungan morfem. Istilah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu makna, konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. 1. Tata Kata Secara umum tata kata meliputi kata dasar dan kata jadian. Kata jadian terdiri atas kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk. (1) Pembentukan Kata Berimbuhan a. Kaidah Pembentukan Kata Berimbuhan (a) Imbuhan meN- dan peN- menjadi medan pen Contoh: merawat, perawat melamar, pelamar meminum, peminum menamai, penamaan mewarisi, pewaris meyakinkan, peyakinan menganga menyanyi, penyanyi (b) Imbuhan meN- dan peN- menjadi memdan pemContoh: membawa, pembawa memandu, pemandu memfitnah, pemfitnah memvonis, pemvonis (c) Imbuhan meN- dan peN- menjadi mendan penContoh: menuduh, penuduh mendakwa, pendakwa mencuri, pencuri menjual, penjual menziarahi, penziarah mensyukuri, pensyukuran (d) Imbuhan meN- dan peN- menjadi mengdan pengContoh: mengarang, pengarang mengganggu, pengganggu menghasut, penghasut mengkhianati, pengkhianat mengatur, pengatur mengekor, pengekor menginap, penginap mengobati, pengobatan mengukur, pengukur (e) Imbuhan meN- dan peN- menjadi menydan menyContoh: menyayangi, penyayang menyapa, penyapa menyulap, penyulap menyikat, penyikat (f) Imbuhan meN- dan peN- menjadi mengedan pengeContoh: mengecat, pengecat mengebom, pengebom mengelas, pengelas mengepel, pengepel mengecek, pengecek mengetes, pengetes b. Kecenderungan Kesalahan Pembentukan Kata (a) Penanggalan awalan meN- dan berContoh: lantik melantik luncurkan meluncurkan akui larikan gunakan jumpa beda hasil renang mengakui melarikan menggunakan berjumpa berbeda berhasil berenang (b) Pembentukan kata karena anggapan yang keliru Contoh: merubah mengubah berjoang berjuang ilmiawan ilmuwan rohaniawan rohaniman gerejani gerejawi (c) Peluluhan bunyi [c] Contoh: menyuci menyaci menyicipi menyontoh menyongkel mencuci mencaci mencicipi mencontoh mencongkel (d) Bunyi yang tidak diluluhkan Contoh: mengkikis mengikis mentaati menaati mensukseskan menyukseskan menterjemahkan menerjemahkan (e) Penyengauan kata dasar Contoh: ngantuk mengantuk nabrak menabrak nangis menangis nyuap menyuap (f) Bentuk meN- dengan kata yang bersuku Satu Contoh: mempel mengepel mensahkan mengesahkan mencap mengecap menlap mengelap mentes mengetes (g) Pemakaian awalan ke- yang keliru Contoh: ketabrak tertabrak kebawa terbawa ketawa tertawa keburu terburu kebakar terbakar (h) Pemakaian akhiran {-ir} Contoh: mengkoordinir mengoordinasi dilokalisir dilokalisasi dilegalisir dilegalisasi memproklamirkan memproklamasikan dikonfrontirkan dikonfrontasikan turinisasi usaha penanaman turi lelenisasi usaha penernakan lele neonisasi usaha pemasangan neon pompanisasi gerakan pemasangan pompa koranisasi usaha pemasyarakatan koran abatesasi usaha pemasyarakatan abate (i) Penghilangan sebagian bentuk kata Contoh: gitu begitu gimana bagaimana slama selama nggak tidak (2) Kata Baku dan Tidak baku Kata Baku Kata Tidak Baku advis adfis aerobik erobik akuntan akountan antre antri arkais arkhais asas azas atlet atlit ekstrem ekstrim faksimil Februari film frekuensi formal geladi bersih hierarki insaf jadwal jumat kabar kanker karier kelola khawatir khotbah kompleks korps kongres konkret kualitas kuantitas kuesioner kuitansi kurva lazim feksimil Pebruari filem frekwensi formil gladi bersih hirarki insyaf jadual jum`at khabar kangker karir klola, lola kuatir khutbah, kotbah komplek, komplex korp konggres konkrit, kongkrit kwalitas kwantitas kwesioner kwitansi kurve lasim lembap manajemen mengelola metode misi material nakoda November paruh peraga persen persentase prangko sah stasiun sistem struktural sutera syahdu teknik tenteram terampil trotoar ubah wakaf wasalam lembab managemen melola metoda missi materiil nakhoda Nopember paro praga prosen prosentase perangko syah setasiun sistim strukturil sutra sahdu tehnik tentram trampil trotoir rubah wakap wassalam wujud zaman ziarah ujud jaman jiarah (3) Pemilihan Kata a. Kriteria Pemilihan Kata (a) Ketepatan Ketepatan pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan gagasan itu dapat diterima secara tepat oleh pembaca. Ketepatan pilihan kata dapat dicapai jika pemakai bahasa mampu memahami perbedaan: (i) kata-kata yang bermakna denotatif dan konotatif. Contoh: istri, bini; kambing hitam, kambing hitam (ii) kata-kata yang bersinonim. Contoh: kelompok, rombongan, kawanan, gerombolan (b) Kecermatan Kecermatan pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang memang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu. Sehubungan dengan hal itu, perlu dicermati hal-hal berikut. (i) penggunaan makna jamak ganda Contoh: sejumlah desa-desa para guru-guru (ii)penggunaankata yang mempunyai kemiripan makna atau fungsi secara berganda. Contoh: agar supaya adalah merupakan demi untuk seperti misalnya contohnya seperti hanya...saja sangat ...sekali (iii)penggunaan makna kesalingan secara berganda. Contoh: saling pengaruh-memengaruhi saling pinjam-meminjam saling tuduh-menuduh saling pukul-memukul Selain itu, membahas tentang maksud daripada terbuat daripada di mana yang mana (c) Keserasian Keserasian pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan menggunakan kata-kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya. Contoh: jalan agung jaksa besar guru raya akbar Beberapa Pilihan Kata yang Tidak Tepat (a) saya, kita, dan kami (b) kebijakan dan kebijakan (c) mantan dan bekas (d) jam dan pukul (e) dari dan daripada (f) nyaris dan hampir (g) melempari dan melemparkan VII. Tata Istilah Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat khas dalam bidang tertentu. (1) Sumber Istilah Sumber istilah meliputi (a) kosakata bahasa, baik yang lazim maupun yang tidak lazim dipakai, (b) kosakata bahasa serumpun, (c) kosakata bahasa asing dengan mengutamakan istilah bahasa Inggris yang pemakaiannya sudah internasional. (2) Prosedur Pembentukan Istilah Prosedur pembentukan istilah bahasa Indonesia haruslah sesuai dengan langkahlangkah dan ketentuan pada pedoman umum pembentukan istilah, seperti berikut. a. menetapkan konsep b. memprioritaskan kosakata bahasa Indonesia yang lazim dipakai c. jika ketentuan (b) tidak terpenuhi gunakan bahasa Indonesia yang tidak lazim d. gunakan kosakata dalam bahasa serumpun yang lazim dipakai e. gunakan kosakata dalam bahasa serumpun yang tidak lazim dipakai f. dapat menggunakan kosakata dalam bahasa asing terutama bahasa Inggris g. dapat menggunakan kosakata dalam bahasa asing lainnya Calon istilah yang diperoleh berdasarkan langkah b, c, d, dan e haruslah memenuhi kriteria berikut. a. ungkapan yang paling tepat b. ungkapan yang paling singkat c. ungkapan yang berkonotasi baik d. ungkapan yang sedap didengar e.kata umum yang diberi makna khusus Calon istilah yang diperoleh berdasarkan langkah f dan g haruslah memenuhi kriteria berikut. a. ungkapan asing yang paling cocok b. ungkapan asing yang paling singkat c. ungkapan asing yang memudahkan pengalihan antarbahasa d. ungkapan asing yang memudahkan kesepakatan. Di samping itu, dalam pembentukan istilah melalui penyerapan dan penerjemahan hendaknya memenuhi kriteria berikut. e. ungkapan asing dengan arti umum diterjemahkan dengan arti umum f. ungkapan yang berhubungan diterjemahkan dengan bersistem Secara skematis prosedur pembentukan istilah dapat digambarkan berikut ini. Konsep Kata dalam bahasa Indonesia Kata dalam bahasa serumpun Kata dalam bahasa Inggris Kata dalam bahasa asing lainnya Kriteria a. b. c. d. e. Melalui Kriteria a. Penyerapan a. b. penerjemahan b. c. penyerapan c. dan penerjemahan d. e. f. (3) Pengindonesiaan Istilah Asing Pengindonesiaan istilah asing dilakukan melalui tiga jalur, yaitu (1) jalur penyerapan, (2) jalur penerjemahan, dan (3) jalur penyerapan dan penerjemahan a. Jalur Penyerapan Penyerapan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia adalah pengindonesiaan istilah asing dengan menyerap istilah asing dengan (a) penyesuaian lafal dan (b) ejaan bahasa Indonesia. Contoh: chromosome kromosom volume volume formal formal study studi accountancy akuntansi accountant akuntan accumulation akumulasi active investor investor aktif administration administrasi asset aset audit audit fluctuation fluktuasi internal transaction transaksi internal inventory inventaris voucher vaucer b. Jalur Penerjemahan expert edit pakar sunting event establish baby sister ambiguous appearance accessory absurd announcer expose list masterpiece monitor monitoring pavilion pub snack supervisor transliteration translation transcription tissue after-salesservice arrearage basic rate basic price peristiwa mapan pramusiwi taksa, mendua ambigu penampilan pelengkap aneh, ganjil pewara singkap senarai adikarya pantau pemantauan anjungan kedai kudapan penyelia alih aksara alih bahasa alih tulis selampai layanan pascajual tunggakan tarif dasar harga dasar branch office capital market closing balance credit risk customer service financial institution foreign exchange go public service cost service fee working capital wholesale kantor cabang pasar modal saldo akhir risiko kredit layanan pelanggan lembaga keuangan valuta asing masuk bursa biaya layanan uang jasa modal kerja grosir c. Jalur Gabungan Penyerapan dan Penerjemahan active stock saham aktif financial transaction transaksi keuangan foreign investmen investasi asing health insurance asuransi kesehatan life insurance asuransi jiwa subdivision subbagian note book buku catatan sales promotion promosi penjualan sales distribution distribusi penjualan stock exchange bursa efek subsidiary anak perusahaan Beberapa istilah yang enak didengar dan yang tidak enak didengar Yang enak didengar pramuria tunasusila tunarungu tunakarya pramuwisma pramuniaga pramusiwi pramunikmat Yang tidak hostes pelacur tuli penganggur PRT pelayan toko pengasuh anak/bayi tukang pijat Beberapa istilah yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan Yang dianjurkan Yang tidak anus lubang pantat feces tinja urin air kencing amputasi pemotongan bagian tubuh oksigen zat asam energi tenaga, kekuatan VIII. UTS IX. Menulis Akademik (Lanjutan) 9.1 Pemakaian Kalimat 1. Pengertian Kalimat adalah rangkaian kata yang dapat dapat mengungkapkan gagasan, perasaan, atau pikiran yang relatif lengkap. Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran. Dalam bahasa lisan ditandai dengan kesenyapan dan diakhiri oleh kesenyapan final, sedangkan dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca, seperti titik, tanda tanya, atau tanda seru. Contoh (1) Rumah itu bagus. (2) Rumah itu bagus? (3) Rumah itu bagus! (4) Rumah bagus itu dipugar oleh pemiliknya. Bandingkan dengan: (1) Rumah bagus itu (2) Rumah yang bagus itu (3) Rumah bagus yang terletak di sudut jalan yang pintu pagarnya sering terkunci itu. (4) Rumah bagus yang sedang dipugar oleh pemiliknya. 9.2 Ciri Kalimat Bentuk sekurang-kurangnya sebuah kalimat harus mengandung unsur subjek dan unsur predikat Unsur-unsur yang berupa subjek dan predikat itu dapat dipertukarkan posisinya. Subjek atau predikat dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa dan mengapa atau bagaimana Makna sebuah kalimat harus mengandung informasi yang relatif lengkap. Berterima sebuah kalimat harus berterima dari norma sosial Cermati kalimat berikut. (1) Pembangunan di Bali untuk menyejahterakan masyarakat Bali. (2) Dalam pertemuan itu dihadiri oleh para guru se-Bali (3) Pada kesempatan itu Gubernur Bali, Made Mangku Pastika mengatakan, kerja sama antarinstansi pemerintah perlu terus ditingkatkan. (4) Dia bilang...; Dia mengatakan...; Dia mengatakan bahwa... 9.3 Pola dasar Kalimat Bahasa Indonesia Sebuah kalimat (ragam formal) harus mengandung kelengkapan unsur, tuntas atau utuh dari segi makna, dan berterima dari segi sosial budaya masyarakat pemakainya. Bahasa Indonesia mempunyai. Ditinjau dari segi fungsinya, kalimat bahasa Indonesia terdiri atas unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Ciri Subjek *jawaban atas pertanyaan apa atau siapa *umumnya, berupa nomina *disertai pewatas keterangan yang *disertai kata ini atau itu *tidak didahului kata depan Ciri Predikat *jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana *dapat didahului dengan keterangan aspek: sudah, belum, sedang *dapat diingkarkan dengan tidak/bukan *tidak disertai pewatas keterangan yang Ciri Objek * kehadirannya tidak wajib * berupa kata nomina *berada di belakang predikat *tidak didahului kata depan *dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif *terdapat dal;am kalimat yang predikatnya berupa kata kerja transitif Ciri Pelengkap *kehadirannya bersifat wajib *pelengkap tidak dapat menduduki subjek karena kalimatnya tidak dapat dipasifkan Ciri Keterangan *kehadirannya tidak wajib *posisinya dapat dipindah-pindahkan: di awal, ditengah, dan di akhir kalimat Singkatnya, pola dasar kalimat bahasa Indonesia terdiri atas empat pola dasar, yaitu: (1) Subjek-Predikat Contoh: Ayah pergi (2) Subjek-Predikat-Objek Contoh: Ibu membeli lauk-pauk (3) Subjek Predikat-Pelengkap Contoh: Indonesia berdasarkan Pancasila (4) Subjek-Predikat-Objek-Pelengkap Contoh: Ibu membuatkan ayah secangkir kopi Unsur keterangan dapat ditambahkan pada setiap pola dasar tersebut. Ciri Pola Dasar Kalimat *berupa kalimat tunggal *terdiri atas subjek dan predikat *selalu diawali dengan subjek *dapat dikembangkan menjadi kalimat luas 9.4 Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk Berdasarkan pola pembentukannya, kalimat bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi dua jenis kalimat, yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk 1) Kalimat Tunggal Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu pola dasar, yakni kalimat yang berpola SP, SPO, SPOPel, atau SPOPel. Betapapun panjangnya sebuah kalimat—jika hanya mempunyai sebuah pola dasar—tetap disebut sebagai kalimat tunggal. 2) Kalimat Majemuk Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua pola dasar atau lebih. Kalimat majemuk dapat dipilah menjadi dua, yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. a) Kalimat Majemuk Setara Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang unsur-unsurnya memiliki kedudukan setara atau sederajat. Kalimat majemuk setara dapat ditandai dengan ungkapan penghubung kesetaraan yang digunakan, yaitu: dan, atau, lalu, kemudian, tetapi, melainkan, dan sedangkan. b) Kalimat Majemuk Bertingkat Kalimat majemuk bertingkat yang sering disebut kalimat majemuk tidak setara merupakan kalimat yang unsur-unsurnya pembentuknya mempunyai kedudukan yang tidak sederajat, bagian yang satu berkedudukan sebagai bagian inti (induk nkalimat) dan bagian lain yang berupa bagian noninti (anak kalimat). Kalimat majemuk bertingkat ditandai dengan ungkapan penghubung yang digunakannya, seperti: jika, kalau, apabila, andaikata, sebab, karena, ketika, bahwa, agar, supaya, meskipun,dan walaupun. X. Kalimat Efektif 10.1 Pengertian Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan atau tenaga untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis. Jadi, ada dua hal yang perlu dicermati berdasarkan rumusan tersebut, yakni (1) kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan atau pikiran pembicara atau penulis dan (2) kalimat-kalimat itu sanggup menimbulkan gagasan yang hampir sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis. 10.2 SyaratKalimat Efektif a. Kesatuan b. Kepaduan (koherensi) c. kehematan d. Kesejajaran e. Ketegasan (penekanan) f. Kevariasian g. Kelogisan a) Kesatuan Sebuah kalimat dikatakan efektif apabila terpenuhinya syarat kesatuan gagasan. Ciri kesatuan gagasan tercermin pada adanya fungsi subjek dan predikat sebagai syarat minimal kalimat. Secara praktis, kesatuan gagasan diwakili oleh fungsi subjek dan fungsi predikat. Kesatuan gagasan meliputi kesatuan tunggal, gabungan, pilihan, dan kesatuan yang mengandung pertentangan. Contoh: (1) Penduduk desa itu mendapat penjelasan tentang kesehatan. (2) Ayah membaca koran dan Ibu memasak di dapur. (3) Anda boleh menyusul saya ke ruangan dosen atau tunggu saya di luar sebentar saja. (4) Kakak bekerja di perusahan garmen, tetapi ia tidak senang dengan lingkungan kerja di perusahaan itu. Kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat kesatuan (1) Fungsi Subjek tidak jelas (2) Fungsi subjek ganda (3) Predikat tidak jelas (tidak berpredikat) (4) Fungsi subjek dan predikat tidak ada (kalimat buntung) (5) Penanda fungsi keterangan dihilangkan b) Kepaduan (Koherensi) Syarat kepaduan ditandai oleh keselarasan hubungan antar fungsi yang satu dengan fungsi yang lain. Artinya, adanya keselarasan antar fungsi akibat kepaduan hubungan timbal balik yang baik dan jelas antarfungsi kalimat, misalnya, keselarasan hubungan antara subjek dan predikat, keselarasan antara predikat dan objek, serta keselarasan antara predikat dan pelengkap. c) Kehematan Syarat kehematan ditandai dengan penggunaan unsur-unsur kalimat yang hemat dan tidak berlebihan (mubazir). Kehematan meliputi pemakaian kata yang hemat dan tepat, baik dari pembentukannya maupun pilihan kata yang digunakannya. d) Kesejajaran Syarat kesejajaran dalam kalimat meliputi kesejajaran antara gagasan yang diungkapkan (makna) dan bentuk bahasa sebagai sarana pengungkap gagasan itu. Adanya kesejajaran makna (gagasan yang diungkapkan) dan kesejajaran bentuk menyebabkan informasi yang diungkapkan menjadi mudah dipahami. e) Ketegasan (penekanan) Syarat penekanan ditandai dengan pemakaian partikel penekan, seperti lah, tah, kah, pun dalam pemakaian kalimat. f) Kevariasian Syarat kevariasian ditandai dengan pemakaian kalimat yang bervariasi, misalnya, pemakaian kalimat aktif-pasif, kalimat panjang dan kalimat pemakaian kata yang bersinonim pendek, 1. Kelogisan Syarat kelogisan ditandai dengan penalaran (nalar, logika) yang mendasari kalimat. Jika kalimat tidak didasari atas penalaran yang baik, kalimat yang dibentuk akan sulit dipahami. XI.Paragraf 1. Pengertian Paragraf merupakan satuan informasi yang dibangun oleh seperangkat kalimat yang mendukung sebuah ide pokok. Artinya, paragraf bukanlah merupakan himpunan kalimat belaka, melainkan berupa seperangkat kalimat yang berkaitan erat satu kalimat dengan kalimat lainnya yang mendukung ide pokok dalam membentuk informasi. 2. Unsur Paragraf a. Kalimat Topik b. Kalimat Penjelas-+ c. Kalimat Penegas d. Kata/Frase Transisi 3. Contoh Paragraf 1 Perbedaan kehidupan mahasiswa pada zaman dahulu dan zaman sekarang. Pada zaman dahulu kehidupan mahasiswa dikekang oleh penjajahan. Pada masa sekarang mereka dapat merasakan kebebasan dan dapat hidup dalam iklim pembangunan. Selain itu, syarat-syarat untuk mengembangkan diri mereka cukup terbuka pada masa sekarang ini, hanya bergantung kepeda mereka masingmasing. Contoh Paragraf 2 Menahan bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan dengan sempurna. Tembakan kaki kanan dan kaki kirinya terarah dan sangat keras. Sundulan kepalanya sering memperdayakan kiper lawan. Pemain lawan sukar mengambil bola dari kakinya. Larinya cepat bagai kijang. Operan bolanya tepat dan terarah. Bambang Pamungkas, pemain penyerang Persija benar-benar pemain bola yang jempolan. Contoh Paragraf 3 Bagi manusia, bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting. Dengan bahasa, manusia dapat menyampaikan isi hatinya kepada sesamanya. Dengan bahasa itu pula manusia dapat mewarisi dan mewariskan segala pengalamannya kepada sesamanya. Jelaslah, bahasa merupakan sarana yang paling penting dalam kehidupan manusia. Contoh Paragra 4 Tingkah lakunya menawan. Ia tidak pernah berbohong. Dia Suka menolong sesama teman. Dia tidak pernah mempercakapkan orang lain. Pantas Atiek gadis pujaan. Tambahan lagi, wajahnya cantik. Ia cepat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ramah terhadap siapa pun. Padai pula membawa diri. Contoh Paragraf 5 Setiap hari Ahmad bangun pagi. Sesudah bersembahyang, dia melakukan kegiatan olahraga. Pukul 07.00 pagi setelah keringatnya kering, ia mandi dengan air hangat. Setelah makan pagi, pada pukul 08.00 ia berangkat ke kantor hingga pukul 17.00 petang baru tiba kembali di rumah. Sisa waktunya digunakannya untuk bermain-main dengan si kecil, anak tunggalnya yang baru berusia 2 tahun. 4. Syarat Paragraf yang baik a. Kesatuan b. Koherensi/Kepaduan c. Pengembangan 5. Penempatan Kalimat Topik a. Pada awal paragraf b. Pada tengah paragraf c. Pada akhir paragraf d. Pada awal dan akhir paragraf e. Pada keseluruhan paragraf 6. Jenis Paragraf a. Paragraf Deduktif b. Paragraf Induktif c. Paragraf Deduktif--Induktif d. Paragraf Induktif--Deduktif e. Paragraf Deskriptif f. Paragraf Ekspositoris g. Paragraf Argumentatif h. Paragraf Naratif i. Paragraf Persuasif 7. Pertalian Makna dalam Paragraf a. Pertalian Makna Penjumlahan b. Pertalian Makna Perturutan c. Pertalian Makna Perlawanan d. Pertalian Makna Lebih e. Pertalian Makna Sebab Akibat f. Pertalian Makna Waktu g. Pertalian Makna Syarat h. Pertalian Makna Cara i. Pertalian Makna Kegunaan j. Pertalian Makna Penjelasan Contoh Paragraf 6 Lain halnya dengan yang dialami oleh Ana. Ia mempunyai pribadi yang menyenangkan. Dia bisa dijadikan teman di kala senang dan susah. Ia selalu gembira, lucu, dan bisa menyemarakkan suasana. Sudah tiga tahun dia bekerja sebagai staf personalia dan dinilai cukup dinamis serta pergaulan Ana memang tampak menonjol. Akan tetapi, ketika atasannya memutuskan untuk mengangkat seorang supervisor, beliau lebih senang memilih Atiek. Ana dan Atiek teman satu sekolah. Setelah lulus, mereka sama-sama merintis karier sebagainstaf personalia di perusahaan yang sama. 8. Metode Pengembangan Paragraf a. Klimak dan Antiklimak b. Sudut Pandangan: urutan ruang, suasana tertentu, orang pertama, orang kedua, orang ketiga c. Perbandingan d. Pertentangan e. Analogi f. Contoh g. Proses h. Sebab Akibat i. Umum Khusus j. Klasifikasi k. Definisi XII. Menulis Proposal XIII. Menulis Proposal XIV. Presentasi Ilmiah XV. Berpidato XVI. UAS VII. Perencanaan dan Penyusunan Penulisan Karya Ilmiah 1. Perencanaan Penulisan Karya Ilmiah a. Penulisan sebagai Proses b. Jenis Penulisan (a) Deskripsi (b) Eksposisi (c) Argumentasi (d) Persuasi (e) Narasi c. Jenis Karya Ilmiah (a) Makalah (b) Artikel Jurnal (c) Laporan Penelitian (d) Skripsi (e) Tesis (f) Disertasi 2. Penyusunan Penulisan Karya Ilmiah a. Sistematika Penulisan Karya Ilmiah b. Penentuan Topik dan Judul Karya Ilmiah c. Unsur-Unsur Penulisan Karya Ilmiah d. Bahasa Penulisan Karya Ilmiah VIII. Topik, Judul, dan Kerangka Karangan 1.Topik dan Judul Karangan 2. Kerangka Karangan 3. Penggolongan Karangan (1) Menurut Bobot Isi a. Karangan Ilmiah, b. Semiilmiah c. Nonilmiah (2) Menurut Cara Penyajian a. Deskripsi d. Persuasi b. Eksposisi e. Narasi c. Argumentasi