Uploaded by

Buku Saku Sukses Praktik Profesi Keperawatan Komunitas v.2.1 Unesco Mahathir

advertisement
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang
terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku
terhadap:
i. Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan
peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
ii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian
ilmu pengetahuan;
iii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran,
kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan
ajar; dan
iv. Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang
memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin
Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
BUKU SAKU
SUKSES PRAKTIK PROFESI
KEPERAWATAN KOMUNITAS
Ns. Mahathir, M.Kep., SP.Kep.Kom.
BUKU SAKU SUKSES PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN KOMUNITAS
Mahathir
Desain Cover :
Ali Hasan Zein
Sumber :
https://shutterstock.com
Tata Letak :
Titis Yuliyanti
Proofreader :
Avinda Yuda Wati
Ukuran :
viii, 144 hlm, Uk: 15.5x23 cm
ISBN :
No ISBN
Cetakan Pertama :
Bulan 2020
Hak Cipta 2020, Pada Penulis
Isi diluar tanggung jawab percetakan
Copyright © 2020 by Deepublish Publisher
All Right Reserved
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.
PENERBIT DEEPUBLISH
(Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)
Anggota IKAPI (076/DIY/2012)
Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman
Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581
Telp/Faks: (0274) 4533427
Website: www.deepublish.co.id
www.penerbitdeepublish.com
E-mail: [email protected]
Kata Pengantar
Keperawatan komunitas dijalankan oleh mahasiswa keperawatan
dan profesional keperawatan dengan persiapan dan pemahaman yang
minim. Keperawatan memiliki konteks yang spesifik dan pendekatan
khusus untuk memaksimalkan peran dan manfaat perawat yang bergerak
pada sektor ini. Buku ini diharapkan memberikan panduan dasar bagi
mahasiswa keperawatan dan perawat komunitas untuk secara singkat dan
ringan dapat memahami konteks-konteks dalam keperawatan komunitas.
Kesulitan mengakses literatur dengan bahasa asing yang sulit dipahami
semakin memperburuk keadaan untuk mudah memahami. Dengan
hadirnya buku saku ini diharapkan mahasiswa keperawatan dan perawat
komunitas bisa membaca cepat dan siap untuk turun ke komunitas dengan
persiapan dan pemahaman yang lebih matang yang tentunya nanti
diharapkan akan berdampak terhadap penyehatan status kesehatan
masyarakat.
Ns. Mahathir, M.Kep., Sp.Kep.Kom.
v
Daftar Isi
Kata Pengantar ...................................................................................... v
Daftar Isi ............................................................................................... vi
BAB I
PERSIAPAN KUNJUNGAN KOMUNITAS ............................ 1
1.1. Pengenalan Kesehatan Komunitas ................................... 1
1.2. Pengenalan Determinan Kesehatan .................................. 8
1.3. Promosi Kesehatan, Prevensi dan Fokus Layanan
Keperawatan Komunitas ................................................ 13
1.4. Peran Perawat Komunitas .............................................. 17
1.5. Pengenalan Fokus Program Kesehatan Komunitas ......... 20
1.6. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ..................... 30
1.7. Epidemiologi
Dasar
dalam
Keperawatan
Komunitas ..................................................................... 34
1.8. Mempersiapkan Kunjungan Komunitas ......................... 39
BAB II MENGKAJI KOMUNITAS .................................................... 43
2.1. Pengenalan Pengkajian Keperawatan Komunitas ........... 43
2.2. Komponen
Pengkajian
Komunitas
Model
Komunitas Sebagai Partner ............................................ 48
2.3. Permasalahan Kesehatan Komunitas pada Agregat
Tumbuh Kembang ......................................................... 54
2.4. Metode Pengkajian di Komunitas .................................. 57
2.5. Merencanakan Pengkajian Komunitas............................ 69
BAB III DIAGNOSIS KEPERAWATAN KOMUNITAS ..................... 72
3.1. Menganalisis Data ......................................................... 72
3.2. Pembuatan Diagnosis Keperawatan Komunitas .............. 74
vi
BAB IV PERENCANAAN KEPERAWATAN KOMUNITAS ............. 85
4.1. Konsep Perencanaan Komunitas.................................... 85
4.2. Prinsip
Pelaksanaan
Perencanaan
Asuhan
Keperawatan Komunitas ............................................... 88
4.3. Penentuan Tujuan dan Objektif ..................................... 89
4.4. Pemaparan Rencana Keperawatan Komunitas ............. 102
BAB V IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KOMUNITAS ........... 103
5.1. Menjadikan Rencana Jadi Tindakan ............................ 103
5.2. Strategi Pelaksanaan Implementasi Keperawatan ......... 104
BAB VI EVALUASI KEPERAWATAN KOMUNITAS .................... 130
6.1. Evaluasi Komunitas .................................................... 130
Referensi ............................................................................................ 140
vii
viii
PERSIAPAN KUNJUNGAN KOMUNITAS
Capaian Pembelajaran:
Menjelaskan pengertian kesehatan, komunitas, dan kesehatan komunitas.
Mampu menginterpretasikan faktor risiko atau determinan kesehatan pada
kesehatan komunitas.
Mampu menjelaskan prinsip promosi, pencegahan atau preventif di
komunitas, peran, dan fokus layanan komunitas.
Mampu mengidentifikasi program kesehatan komunitas.
Mampu merencanakan persiapan kunjungan komunitas.
1.1. Pengenalan Kesehatan Komunitas
Sebelum Anda mengenali kesehatan komunitas secara menyeluruh,
tentu Anda diharapkan mengenali dan mampu mengidentifikasi terlebih
dahulu apa itu arti dari “sehat”. Kesehatan memiliki pengertian yang terus
berkembang, awalnya berdasarkan pandangan secara biomedis sehat
hanyalah sebatas kemampuan untuk berfungsi secara normal, adanya
penyakit memberikan status ketidakberfungsian seseorang secara normal
dan menjadi “sakit” (AFMC, 2011). Pengertian tersebut terus berkembang
menjadi pengertian klasik yang sering kita kenal dalam melihat definisi
“sehat”, sehat adalah sebagai suatu kondisi ataupun status di mana manusia
berada pada kondisi fisik, mental dan sosial yang prima dan tidak hanya
terbebas dari suatu penyakit dan suatu kondisi kelemahan (WHO, 2006).
Dari pengertian klasik ini yang dapat dipahami bahwa kondisi sehat
tidak hanya semata bahwa manusia terhindar dari suatu penyakit misal
seperti nyeri dan keluhan fisik lain namun sehat harus dilihat dari suatu
dimensi yang lengkap dan komprehensif. Sehat juga dilihat dari suatu
dimensi lain berupa dimensi mental atau kondisi kejiwaan seseorang dan
1
juga dimensi sosial. Seseorang dapat dikatakan tidak sehat jika secara
mental atau kejiwaan merasa tidak sesuai dengan fungsi normal yang dapat
dicontohkan dengan ketakutan berlebihan terhadap suatu stresor di sekitar.
Seseorang juga dikatakan tidak sehat jika secara sosial tidak mampu
menunjukkan interaksi yang normal satu sama lainnya. Ketidaknormalan
dari dimensi yang telah disebutkan di atas akan menentukan status
“kesehatan” seseorang.
Definisi sehat semakin terus berkembang dengan pengertian dan
pemahaman yang lebih luas namun spesifik. Dalam konsep rentang sehat
(health continuum), konsep kesehatan semakin luas menuju status
sejahtera (well being). Sehat merupakan keadaan sejahtera seseorang yang
mana menunjukkan kemampuan untuk menentukan tujuan, menunjukkan
respons adaptif dan kemampuan untuk terus berproses secara fisik, mental,
emosional, spiritual dan sosial (Murray, Zentner, dan Yakimo 2009).
Kesehatan merupakan sebuah konsep positif yang merupakan pemahaman
bahwa sehat adalah sebagai sumber daya kehidupan bukan sebagai tujuan
kehidupan. Sehat merupakan representasi bentuk kemampuan seseorang
mempertahankan status homeostasis dari fungsi fisik tubuh, kemampuan
mengatasi tekanan atau stres dari lingkungan, kemampuan menemukan
keahlian dasar dalam mempertahankan kehidupan, kemampuan menjaga
hubungan sosial antar sesama manusia sehingga mampu untuk tangguh
dan mandiri dalam menjalani kehidupan (AFMC, 2011).
Ayo Cari Tahu!
Untuk mendalami pengetahuan Anda terkait dengan dimensi sehat, Anda dapat
menggunakan literatur di atas untuk menjawab pertanyaan berikut.
Pertanyaan yang harus Anda jawab.
1. Seperti apa Anda melihat dan menilai seseorang sehat secara mental?
Silakan berikan dengan contoh.
2. Seperti apa Anda melihat dan menilai seseorang sehat secara emosional?
Silakan berikan dengan contoh.
3. Seperti apa Anda melihat dan menilai seseorang sehat secara spiritual?
Silakan berikan dengan contoh.
4. Seperti apa Anda melihat dan menilai seseorang sehat secara sosial?
Silakan berikan dengan contoh
2
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………....………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Silakan Anda latihan untuk menganalisis dengan mencoba melihat situasi di
sekitar Anda.
Mari pertajam pemahaman Anda tentang konsep sehat melalui gambaran situasi di
bawah ini.
Bagaimana Anda menilai sekelompok orang yang menunjukkan perilaku ketika
menghadapi suatu masalah atau stresor di komunitas datang secara bergerombolan
melempari rumah ketua rukun tetangga (RT) dengan batu dan mengancam akan
melakukan sesuatu yang merugikan dikarenakan ketua RT melarang warga untuk
merokok di tempat umum. Apakah situasi tersebut merupakan suatu bentuk
permasalahan kesehatan? Dimensi manakah jika dilihat dari perspektif sehat yang
mungkin terganggu?
3
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Sementara itu dalam upaya menangani kesehatan komunitas itu
sendiri tentu Anda diharapkan juga memahami apa itu komunitas.
Komunitas memiliki definisi yang beragam seperti layaknya definisi dari
sehat seperti yang telah dibahas di atas. Komunitas dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia merupakan sekelompok organisme (orang dan
sebagainya) yang hidup dan saling berinteraksi di dalam daerah tertentu;
masyarakat; paguyuban (KBBI, 2016). Komunitas dikenali sebagai
sekumpulan orang yang saling berinteraksi yang memiliki ketertarikan,
karakteristik tertentu yang terbentuk dari keinginan saling memiliki dan
menunjukkan rasa kesatuan (Allender, Rector, & Warner, 2014).
4
Diperkuat dengan definisi lain bahwa komunitas merupakan sekelompok
orang yang berbagi hal-hal tertentu yang memiliki kesamaan antar satu
dengan yang lainnya, yang menunjukkan komitmen bersama dan terbentuk
dalam suatu lingkup geografis. Komunitas merupakan unit sosial dengan
persamaan tertentu seperti norma, agama, nilai, kebiasaan dan identitas.
Sebuah komunitas mungkin hidup di lokasi wilayah geografis tertentu
misal desa, kecamatan, negara dan regional tertentu maupun secara virtual
melalui wadah komunikasi tertentu semisal komunitas penggemar musik
dan penggemar film tertentu.
Dalam mengenali komunitas kita tidak akan terlepas dari ciri identik
dari komunitas (sense of community). Hal yang membuat suatu komunitas
identik terdiri dari 4 elemen yaitu kesertaan, pengaruh, upaya bersama dan
hubungan emosi (McMillan & Chavis, 1986). Kesertaan merupakan ciri
khas dari komunitas yang mana anggota dari komunitas akan merasakan
prinsip-prinsip rasa kebersamaan, saling memiliki dan rasa saling
keterhubungan antar sesama anggota masyarakat tersebut. Suatu
komunitas akan saling memberi pengaruh satu sama lain, suatu hal akan
membentuk keputusan yang akan saling mempengaruhi sistem di
komunitas maupun anggota komunitas itu sendiri. Komunitas akan
menunjukkan upaya bersama yakni integrasi semua elemen yang ada di
komunitas dan saling memenuhi kebutuhan satu sama lain dalam
komunitas tersebut. Komunitas akan saling merasakan hubungan emosi
tertentu yang dibagi sesama anggotanya. Jika suatu anggota komunitas
mengalami suatu hal yang memalukan maka anggota lain juga akan
merasa hal memalukan tersebut.
Dari definisi di atas dapat Anda maknai bahwa kata kunci dari apa
itu komunitas yakni sekelompok orang, berbagi rasa kesatuan dan
kesamaan serta berada dalam lingkup wilayah tertentu. Misal jika Anda
berpraktik di suatu wilayah lingkup geografis suatu rukun warga (RW),
RW tersebut akan dihuni oleh sekelompok orang yang saling berinteraksi
dan memiliki keinginan dan kesamaan tertentu. Komunitas juga akan
berbagi hal-hal tertentu yang memberikan ciri khas dari suatu komunitas
tersebut.
5
Ayo Cari Tahu!
Apakah yang membuat masyarakat RT/RW yang Anda kelola sebagai suatu
komunitas? Temukan karakteristik yang membuat wilayah kelolaan Anda sebagai
suatu komunitas?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………....………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Sekarang Anda sudah paham terkait dengan apa itu sehat dan apa itu
komunitas. Sekarang saatnya Anda untuk mencoba memahami perpaduan
antara dua hal tersebut yaitu kesehatan komunitas. Kesehatan komunitas
merupakan suatu istilah yang juga dikenal dengan kesehatan masyarakat.
Kesehatan masyarakat merupakan sebuah konsep pemahaman dari
penerapan keilmuan yang berfokus pada pencegahan penyakit,
memperpanjang usia harapan hidup dan promosi kesehatan melalui upaya
yang dikelola secara terstruktur di masyarakat, kelompok, organisasi dan
6
individu (Winslow, 1920). Sementara itu keperawatan komunitas
merupakan suatu sintesis keilmuan keperawatan dengan keilmuan
kesehatan masyarakat. Tujuan utama dari keperawatan komunitas adalah
untuk mempertahankan kesehatan komunitas yang berfokus pada
peningkatan (promosi) dan mempertahankan kesehatan dari individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat secara luas (Nies & McEwen, 2014).
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa keperawatan
komunitas merupakan penggabungan atau integrasi antara ilmu
keperawatan yang mana berfokus pada pemberian layanan perawatan pada
individu, keluarga dan masyarakat melalui pendekatan proses keperawatan
yakni pengkajian, diagnosis permasalahan keperawatan, perencanaan
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan
dengan keilmuan kesehatan masyarakat yang berfokus pada pencegahan
penyakit, memperpanjang usia harapan hidup dan promosi kesehatan.
Sehingga keperawatan komunitas akan melaksanakan perannya dalam
memberikan layanan keperawatan melalui proses keperawatan dengan
fokus pencegahan, mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan
komunitas.
Fokus tradisional dari sebuah layanan kesehatan adalah memberikan
layanan kesehatan terhadap orang yang sakit dan hanya berfokus pada
tingkat individu. Namun pandangan tersebut mulai bergerak ke arah yang
lebih menjanjikan yakni mengupayakan fokus layanan pada promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit yang menekankan kepada kebutuhan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara luas (Nies &
McEwen, 2014). Total pembiayaan yang dikeluarkan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) memiliki porsi yang
sangat besar terhadap upaya penyelesaian penyakit membuat BPJS defisit
hingga 32 Triliun Rupiah (Tempo, 2019). Hal ini mengisyaratkan bahwa
tren untuk meningkatkan kapasitas penyehatan masyarakat harus
ditingkatkan agar mampu menurunkan beban kerugian yang diakibatkan
oleh penyakit dan meningkatkan usia harapan hidup serta kualitas hidup
masyarakat. Sehingga keperawatan komunitas menjadi salah satu bidang
keperawatan yang harus digiatkan pertumbuhan dan perkembangan peran
keilmuannya agar memberikan kontribusi lebih besar terhadap perbaikan
kehidupan masyarakat secara luas.
7
Gambar 1. Perawat Komunitas Bermitra dengan Masyarakat Guna
Mewujudkan Kesehatan Komunitas
1.2. Pengenalan Determinan Kesehatan
Terkadang Anda bertanya mengapa terjadi penyakit pada seseorang,
apa yang mengakibatkan terjadinya penyakit tersebut dan apa yang telah
dilakukan sehingga muncul penyakit tersebut. Determinan (faktor)
kesehatan merupakan suatu bentuk identifikasi hubungan antar suatu
faktor kaitannya dengan status kesehatan seseorang. Diyakini bahwa dalam
pendekatan epidemiologi pasti terdapat suatu penyebab tertentu terjadinya
suatu penyakit. Sehingga suatu pengkajian ataupun penelitian dilakukan
untuk menggali penyebab tersebut dengan mengidentifikasi faktor yang
mencurigakan, dilakukan pengumpulan data, analisis statistik dan
kemudian menemukan penjelasan keterkaitan antar dua hal tersebut
(Galea, 2007). Status kesehatan komunitas sangat berkaitan dengan
beberapa faktor antara lain seperti akses layanan kesehatan, kondisi
ekonomi, lingkungan fisik, lingkungan sosial dan budaya (Nies &
McEwen, 2014).
WHO mengklasifikasikan determinan kesehatan yang dapat
berkombinasi dan memberikan dampak terhadap status kesehatan
8
seseorang. Determinan tersebut adalah lingkungan sosial dan ekonomi,
lingkungan fisik serta karakteristik dan perilaku individu (WHO, 2012).
Determinan yang menyebabkan suatu komunitas menjadi sakit bisa
berbeda-beda. Individu sering kali kesulitan dan gagal mengendalikan
determinan yang menentukan kesehatan mereka sendiri sehingga jatuh
menjadi sakit. Banyak faktor yang bisa mengakibatkan status kesehatan
seseorang menjadi sakit atau tidak seperti faktor-faktor berikut ini:
 Penghasilan dan status sosial, semakin tinggi pendapatan dan status
sosial seseorang maka akan membuat status kesehatan seseorang
akan lebih baik. Semakin besar kesenjangan antara orang kaya
dengan orang yang miskin dalam suatu komunitas maka akan
semakin besar dampak kesehatan yang dihadapi. Negara
berkembang dengan kesenjangan sosial yang tinggi akan
menghadapi permasalahan kesehatan yang lebih kompleks pada
masyarakatnya.
 Pendidikan, rendahnya pendidikan seseorang sangat berkaitan
dengan status kesehatan yang buruk, sumber stresor lebih banyak
dan rendahnya kepercayaan diri dalam berperilaku kesehatan yang
baik.
 Lingkungan fisik, lingkungan dengan kondisi air yang sehat dan
bersih, lingkungan kerja yang sehat, lingkungan rumah yang bersih
dan sehat serta keamanan jalan publik akan memberikan status
kesehatan yang lebih baik.
 Jejaring dukungan sosial, dukungan sosial yang baik dan besar
seperti dukungan keluarga, teman dan komunitas akan memberikan
status kesehatan yang lebih baik.
 Nilai, keyakinan dan budaya keluarga serta komunitas akan
memberikan pengaruh terhadap kesehatan seseorang.
 Genetik, garis keturunan memberikan porsi yang cukup menentukan
dalam perkembangan, kesehatan dan kemungkinan terjadinya
penyakit pada seseorang.
 Perilaku kesehatan dan kemampuan berkoping, keseimbangan
nutrisi, pola aktivitas harian, perilaku merokok, minuman beralkohol
dan bagaimana menentukan strategi koping akan memberikan
dampak terhadap kesehatan.
9



Layanan kesehatan, akses keterjangkauan layanan kesehatan dan
pemanfaatan layanan kesehatan oleh komunitas akan mempengaruhi
pencegahan dan perawatan penyakit di komunitas yang akan
menentukan status kesehatan komunitas itu sendiri.
Jenis kelamin, laki-laki dan perempuan akan menghadapi berbagai
penyakit spesifik yang dapat berbeda.
Usia, semakin bertambah dan berbeda kelompok usia akan
memberikan kontribusi terhadap status permasalahan spesifik yang
akan mengancam.
Determinan kesehatan lain yang juga dikenal adalah determinan
kesehatan yang dikenalkan oleh Dahlgren & Whitehead. Terdapat
beberapa hal yang mempengaruhi kesehatan, struktur yang lebih general
yakni lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang mana manusia hidup
bergantung pada agrikutural dan ketersediaan pangan, pendidikan,
pekerjaan, air dan sanitasi, layanan kesehatan serta perumahan. Kemudian
ke struktur yang lebih spesifik dalam diri seseorang membutuhkan jejaring
dukungan social. Semakin spesifik lagi faktor tersebut dipengaruhi oleh
faktor gaya hidup individu dan kemudian faktor konstitusional yaitu usia
dan jenis kelamin (Dahlgren & Whitehead, 1991).
Gambar 2. Model Determinan Kesehatan Dahlgren & Whitehead, 1991
Ditranslasikan ke dalam Bahasa Indonesia
10
Model determinan ini dikenalkan oleh Dahlgren dan Whitehead
untuk memberikan saran strategi pengusulan kebijakan yang diasaskan
terhadap determinan yang ada dalam kehidupan komunitas. Tingkatan
disesuaikan dengan tingkatan yang berlapis dimulai dari individu, sosial
dan lingkungan secara umum. Dalam model determinan ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Usia, Jenis Kelamin dan Faktor Konstitusional
Faktor konstitusional merupakan faktor yang telah ada pada diri
individu. Faktor ini sudah melekat dan akan sulit untuk di modifikasi.
Faktor konstitusional juga menggambarkan porsi penyakit akan ditentukan
oleh faktor yang melekat tersebut. Termasuk di dalam faktor ini adalah
seperti umur, jenis kelamin dan genetik. Penyakit tertentu akan sangat
dicirikan oleh jenis kelamin tertentu misalnya saja pada penyakit kanker
rahim yang akan banyak prevalensinya pada perempuan (Sreedevi, Javed,
& Dinesh, 2015) sementara itu penyakit paru kronis akibat merokok akan
banyak dialami oleh pria dikarenakan perilaku merokok didominasi oleh
jenis kelamin pria tersebut (Kreuzer, et al., 2000); (Rahal, et al., 2017).
Penyakit seperti diabetes pada keluarga yang memiliki riwayat diabetes
mellitus di keluarganya maka akan memiliki kemungkinan lebih besar
(Ali, 2013).
Gaya Hidup
Gaya hidup individu akan menentukan status kesehatan seseorang.
Perilaku sehari-hari seseorang akan menentukan kesehatannya. Perilaku
kesehatan seperti pemenuhan asupan nutrisi (McFarlane, 2016),
latihan/olahraga (Granger, et al., 2017), dan istirahat yang cukup (Chattu,
et al., 2018) akan memberikan dampak terhadap status kesehatan yang
lebih baik sementara perilaku negatif seperti perilaku sedentari (Panahi &
Tremblay, 2018) dan perilaku merokok (Parker, et al., 2015) memberikan
konsekuensi negatif dengan status kesehatan.
Jejaring dan Dukungan Sosial
Jejaring/dukungan sosial dan komunitas juga akan memberikan
kontribusi terhadap status kesehatan. Dukungan sosial yang kuat akan
11
memberikan upaya promosi kesehatan yang lebih baik. Dukungan
keluarga, dukungan teman, dukungan petugas kesehatan dan dukungan
pengambil kebijakan akan memberikan manfaat kesehatan untuk status
kesehatan yang lebih baik bagi komunitas.
Situasi Sosial, Ekonomi, Kultur/Budaya dan Lingkungan
Kondisi situasi sosio-ekonomi, lingkungan, dan budaya merupakan
faktor yang akan memberikan dampak terhadap status kesehatan di
komunitas. Ketersediaan pangan (Popkin, 2011), pendidikan (Hahn &
Truman, 2015), lingkungan kerja (Stoewen, 2016), lingkungan kehidupan
sehari-hari (Baar, Romppel, Igel, Brähler, & Grande, 2016), sumber air
(Joshi & Amadi, 2013), sanitasi/kebersihan lingkungan (Mara, Lane, Scott,
& Trouba, 2010), layanan kesehatan (Riley, 2012) dan kondisi perumahan
(Baker, et al., 2017) akan menentukan kondisi situasi sosio-ekonomi,
lingkungan, dan budaya dari suatu komunitas.
Ayo Cari Tahu!
Setelah Anda membaca hal terkait faktor/determinan kesehatan sekarang saatnya
kita coba latih bagaimana Anda mengaitkan suatu faktor dengan suatu kejadian.
Silakan Anda coba jawab situasi di bawah ini, kita mulai dengan hal yang terdekat
dengan Anda terlebih dahulu.
Anda pasti pernah mengalami keterlambatan dalam suatu kegiatan silakan Anda
temukan hubungan berbagai penyebab yang menyebabkan Anda terlambat.
Silakan Anda buatkan dalam bentuk bagan Web of Causalties (WOC)/Bagan
Sebab-Akibat.
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
12
Setelah Anda mencoba menerapkan analisis sebab-akibat dengan kehidupan Anda
sehari-hari agar lebih mudah sekarang coba nada temukan faktor sebab akibat
pada permasalahan kesehatan. Bisa Anda ambil sebagai contoh penyakit
tuberkulosis (TB), diabetes mellitus (DM) ataupun hipertensi. Silakan Anda
gambarkan faktor sebab akibat melalui WOC terkait dengan terjadinya penyakit
tersebut.
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………....………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
1.3. Promosi Kesehatan, Prevensi
Keperawatan Komunitas
dan
Fokus
Layanan
Berbeda dengan pengobatan medis yang berfokus pada manajemen
penyakit dan penyembuhan. Upaya kesehatan komunitas berfokus pada
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Aktivitas promosi kesehatan
merupakan upaya peningkatan sumber daya yang berkaitan dengan
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan manusia. Sementara itu
prevensi/pencegahan penyakit merupakan aktivitas perlindungan kesehatan
dari penyakit itu sendiri dan dampak dari penyakit tersebut terhadap
manusia (Nies & Mc Ewen, 2015). 3 level prevensi yang biasa digunakan
dalam praktik keperawatan yaitu prevensi primer, prevensi sekunder dan
prevensi tersier (Rapoport, 1961).
13
Promosi kesehatan secara umum dikenal dengan suatu bentuk upaya
yang dilakukan guna meningkatkan status kesehatan seseorang dengan
mengendalikan faktor/determinan kesehatan. Segala upaya meningkatkan
status kesehatan berdasarkan rentang sehat-sakit sesorang misalnya dari
sakit menjadi sehat dan dari sehat menjadi sejahtera merupakan bentuk
upaya promosi kesehatan. Promosi kesehatan memungkinkan orang untuk
meningkatkan kontrol atas kesehatan mereka sendiri. Upaya promosi
kesehatan mencakup berbagai intervensi sosial dan lingkungan yang
dirancang untuk memberi manfaat dan melindungi kesehatan dan kualitas
hidup setiap orang dengan mengatasi dan mencegah akar penyebab
penyakit, tidak hanya berfokus pada perawatan dan penyembuhan (WHO,
2015).
Prevensi primer berkaitan dengan pencegahan permasalahan
sebelum terjadinya gangguan atau serangan serta paparan terhadap risiko
individu yang menimbulkan penyakit. Prevensi primer terdiri dari 2
elemen yaitu promosi kesehatan umum dan proteksi kesehatan khusus.
Upaya promosi kesehatan meningkatkan ketahanan dan faktor-faktor yang
memberikan perlindungan pada populasi sehat contohnya promosi
pemberian nutrisi yang sehat dan aktivitas fisik rutin. Proteksi spesifik
merupakan upaya menghilangkan faktor risiko yang memungkinkan
terjadinya penyakit contohnya seperti imunisasi dan pembersihan air.
Prevensi sekunder merupakan upaya deteksi dini dan pemberian
intervensi kesehatan sesegera mungkin sesuai dengan periode
perkembangan proses penyakit. Prevensi sekunder diimplementasikan
setelah masalah muncul. Namun tanda dan gejala penyakit yang belum
terlihat dan target populasi yang merupakan populasi yang memiliki faktor
risiko contohnya tes mamograf, screening skoliosis, dan pap smear tes.
Prevensi tersier merupakan pemberian upaya kesehatan terhadap
populasi kesehatan yang telah mengalami penyakit dan fokus terhadap
pembatasan disabilitas dan rehabilitasi. Tujuan dari prevensi tersier adalah
menjaga permasalahan kesehatan tidak memburuk, pengurangan dampak
penyakit dan mengembalikan fungsi optimal dari individu contohnya
pengajaran injeksi insulin pada diabetes dan manajemen diri penyakit
hipertensi.
14
Di tingkat nasional, Negara menghabiskan pembiayaan pada
berbagai jenis pengobatan penyakit dengan pembiayaan yang cukup besar,
Namun pembiayaan preferensi masih terbilang kecil (Nies & Mc Ewen,
2015). Terdapat kelemahan bukti yang meyakinkan bahwa pembiayaan
keuangan Negara dihabiskan untuk peningkatan status kesehatan
komunitas. Negara menghabiskan seperenam dari pembelanjaan negara
pada pengobatan individu.
Fokus keperawatan kesehatan komunitas merupakan sintesis dari
kesehatan masyarakat dan praktik keperawatan (American Nursing
Association, 2014). Keperawatan kesehatan komunitas merupakan praktik
promosi, proteksi dan prevensi kesehatan komunitas menggunakan
keilmuan keperawatan, sosial, dan ilmu kesehatan masyarakat (APHA,
1996). American Nursing Association tahun 2013, mengelaborasi bahwa
perawat komunitas berfokus pada populasi dengan tujuan promosi
kesehatan dan prevensi penyakit serta disabilitas untuk semua masyarakat
dengan penciptaan kondisi yang dapat menyehatkan masyarakat. Perawat
komunitas berpraktik terkait dengan pencegahan penyakit dan promosi
kesehatan. Penting ditekankan bahwa perawat komunitas berpraktik
melalui pelaksanaan berbasis riset dan teori yang diaplikasikan melalui
proses keperawatan individu, keluarga, agregat dan komunitas.
Perawat kesehatan komunitas harus menggunakan pendekatan
berfokus populasi dalam memberikan perawatan langsung pada individu
dan keluarga. Keperawatan berfokus populasi berkonsentrasi pada
kelompok spesifik dari masyarakat dan fokus pada promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit tanpa asas lokasi geografis. Tujuan bersama
keperawatan berfokus populasi adalah penyediaan perawatan berbasis
bukti pada kelompok tertentu di masyarakat dengan kebutuhan yang sama
untuk meningkatkan outcome kesehatan. Praktik berfokus populasi juga
memfokuskan pada keseluruhan populasi, bergantung pada pengkajian
status kesehatan kepada populasi memperhatikan pencerminan kesehatan
yang luas, penguatan semua tingkat prevensi dan intervensi pada
komunitas, sistem, keluarga dan individu.
Namun perawat komunitas juga bertanggung jawab terhadap
subpopulasi spesifik di dalam komunitas seperti sekolah, kelompok agama,
dan kelompok pekerja. Keperawatan berfokus populasi memiliki tujuan
15
menciptakan komunitas yang sehat sebagai tujuan besar dan utamanya.
Perawat komunitas berfokus populasi tidak memiliki ketertarikan khusus
secara eksklusif terhadap suatu subpopulasi yang mempengaruhi
keseluruhan komunitas tanpa pandang buluh. Perawat yang berfokus pada
populasi memperhatikan setiap orang, baik yang telah menerima maupun
yang belum menerima pelayanan kesehatan. Pelayanan berfokus populasi
juga melibatkan pendekatan saintifik keperawatan kesehatan komunitas.
Oleh karena itu pengkajian sistematis dari komunitas atau populasi sangat
dibutuhkan dan merupakan hal dasar untuk menentukan perencanaan,
intervensi dan evaluasi baik bagi individu, keluarga, agregat dan populasi.
Jika ditilik dari perspektif makroskopis dan mikroskopis, individu
adalah fokus mikroskopis sedangkan masyarakat atau faktor sosial
ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan adalah makroskopis. Ketika
individu adalah fokus, fokus mikro berisi masalah kesehatan yang hanya
berkaitan dengan individu, dan terkadang keluarga sebagai sistem tunggal.
Pendekatan mikroskopis sering menekankan respons terhadap penyakit
yang terjadi pada individu atau pola gaya hidup individu. Sementara itu
intervensi keperawatan pada pendekatan mikroskopis sering ditujukan
hanya memodifikasi perilaku individu melalui mengubah persepsi atau
keyakinannya.
Pendekatan makroskopis sebaliknya mengkaji dan memfokuskan
pada permasalahan kesehatan yang terjadi pada komunitas dan keterkaitan
antar satu sama lainnya baik keluarga maupun komunitas. Pendekatan
makroskopis menggambarkan faktor-faktor dalam populasi yang
membentuk pola perkembangan penyakit atau sebaliknya membantu
perkembangan penyehatan. Pendekatan makroskopis juga menekankan
pada prekursor penyakit dari faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Intervensi keperawatan pada pendekatan makroskopis dapat mencakup
modifikasi sosial atau modifikasi variabel lingkungan dan juga dapat
melibatkan aksi sosial atau politik. Perawat harus mampu
menginterpretasikan sistem kompleks yang membentuk komunitas agar
dapat memahami kesehatan populasi. Perawat komunitas menjadikan
konsep kesehatan dari perspektif makroskopis untuk di prioritaskan
daripada hanya sekadar perspektif mikroskopis.
16
1.4. Peran Perawat Komunitas
Keperawatan komunitas memberikan perawatan profesional kepada
masyarakat yang difokuskan pada komunitas melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit maupun pemeliharaan dan rehabilitasi
untuk mencapai kesehatan yang optimal (Allender, Rector, & Warner,
2014). Seorang perawat memainkan berbagai macam peran, perawat
mengidentifikasi individu rentan dengan menemukan kasus, memberi
dukungan kepada komunitas untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan,
membangun program di kelompok dan komunitas agar meningkatkan
kesehatan serta pencegahan penyakit. Perawat mengadakan konseling
kepada klien terhadap kekuatan yang dimiliki dalam mengatasi
permasalahan kesehatan dan pencegahan. Perawat menyediakan pelayanan
perawatan langsung terhadap klien di berbagai macam setting (Stanhope &
Lancaster, 2015). Beberapa peran perawat komunitas antara lain sebagai
clinician, educator, advocate, manager, collaborator, dan counselor
(Allender, Rector, & Warner, 2014).
Klinisi/Penyelia Layanan Kesehatan
Peran perawat komunitas yang sangat familier adalah clinician atau
provider. Perawat memberikan pelayanan kesehatan bukan hanya kepada
individu dan keluarga, tetapi juga kepada kelompok dan populasi.
Pelayanan keperawatan didesain sesuai dengan kebutuhan khusus dari
klien, perawat membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus untuk
memenuhi kebutuhan klien yang berbeda-beda. Terkait dengan komunitas
perawat memberikan pelayanan keperawatan dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan keluarga dan komunitas, meliputi
melakukan pengkajian untuk mengumpulkan data/informasi, menegakkan
diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan.
Perawat komunitas dapat memberikan perawatan secara langsung
kepada komunitas. Seorang perawat melakukan perencanaan individual,
keluarga dan komunitas, untuk pemenuhan segala kebutuhan perawatan
kesehatan komunitas. Pelayanan keperawatan ini termasuk dari screening,
pengkajian komprehensif, identifikasi masalah, perencanan keperawatan,
implementasi, monitoring, evaluasi hasil, dan pengkajian ulang.
17
Pendidik Kesehatan/Edukator
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, kelompok dan
masyarakat merupakan tanggung jawab perawat komunitas. Pendidikan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam
pemeliharaan kesehatannya. Peran perawat komunitas sebagai educator
dianggap sangat berguna dalam promosi kesehatan di masyarakat karena
pada umumnya klien di masyarakat belum menderita penyakit akut, dan
belum mampu mempraktikkan informasi kesehatan yang diberikan.
Peran perawat komunitas dalam mendidik masyarakat sangat
signifikan karena pendidikan kesehatan di komunitas dilakukan agar
menyentuh masyarakat luas. Perawat memberikan informasi kepada
individu, keluarga, dan masyarakat terkait tentang tindakan pencegahan
penyakit, sehingga mereka mampu mengambil keputusan yang tepat untuk
berperilaku hidup sehat dan terbebas dari penyakit. Perawat sebagai
educator memberikan pengajaran dan pendidikan kesehatan kepada
komunitas, memberikan pengetahuan kesehatan yang dibutuhkan klien
untuk pencegahan, mengurangi komplikasi dan dapat menjalani hidup
secara optimal.
Advokat
Perawat komunitas memfasilitasi klien dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas. Klien mungkin membutuhkan
beberapa penjelasan tentang pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.
Advokasi dilakukan pada klien yang tidak mampu bertindak untuk dirinya
sendiri. Penanganan kesehatan di komunitas membutuhkan pendekatan
yang komprehensif yang mengoordinasikan berbagai macam aspek dari
perawatan serta mengeliminasi jarak dan fragmentasi yang selalu menjadi
konflik antara pencegahan dengan perawatan.
Perawat mengadvokasi pelayanan komprehensif berupa pencegahan,
perawatan serta pengobatan sampai didapatkan secara utuh kepada
komunitas. Pelayanan terhadap komunitas merupakan proses yang saling
melengkapi dan bersifat koordinatif. Perawat komunitas sebagai advokat
memberikan keadilan sosial serta turut serta dalam mengambil tindakan
mengadvokasi hak-hak dari komunitas, turut terlibat dalam mengevaluasi
kebijakan dan turut memastikan keadilan pemanfaatan pelayanan pada
komunitas. Perawat komunitas dalam fungsi advokasi turut serta dalam
18
pelaksanaan pelayanan berdasarkan peraturan yang telah dibentuk.
Perawat komunitas ikut serta dalam pembentukan kebijakan terkait
kesehatan komunitas.
Perawat di komunitas berkolaborasi dengan pihak terkait untuk
pembuatan program-program dalam pelayanan kesehatan komunitas.
Perawat juga melakukan pengkajian terhadap pelaksanaan pelayanan
kesehatan serta mengevaluasi pelayanan yang dilakukan guna membangun
pelayanan yang komprehensif efektif bagi komunitas. Perawat memastikan
tidak adanya pembeda-bedaan perlakuan terhadap pemanfaatan pelayanan
kesehatan. Bersama pembentuk kebijakan perawat memberikan saran
untuk penyempurnaan kebijakan untuk pelayanan komunitas yang lebih
baik.
Manajer
Sebagai manajer, perawat komunitas harus mampu melakukan dan
bertindak sebagai perencana, pengelola, pemimpin, pengawas, pengontrol,
dan evaluasi perkembangan komunitas untuk mencapai tujuan kesehatan.
Perawat komunitas diharapkan mampu mengelola kebutuhan komunitas
secara efektif. Sebagai manajer kasus perawat memberikan kerangka yang
dapat digunakan dalam koordinasi pelayanan kesehatan komunitas.
Merupakan hal penting bagi petugas kesehatan profesional untuk memberi
pelayanan kesehatan secara luas, sehingga tersusun sebuah koordinasi
yang berkesinambungan antara petugas kesehatan dan klien komunitas.
Penanganan permasalahan kesehatan di komunitas memiliki
tantangan tersendiri di populasi karena kondisinya yang berbeda-beda.
Perkembangan perawatan dan pengobatan yang terus berubah dan maju
menjadi tantangan bagi petugas kesehatan. Kesuksesan pelayanan di
komunitas dapat dilihat dari populasi jangkauan serta luasnya layanan
kesehatan yang dapat disediakan. Perawat sebagai manajer kasus
memberikan pilihan-pilihan kesehatan kepada komunitas terutama ketika
komunitas tersebut tidak bisa memenuhi kebutuhan kesehatan yang
dibutuhkan dikarenakan terbatasnya sumber daya.
Kolaborator
Perawat komunitas tidak bisa bekerja sendiri, perawat komunitas
harus mampu bekerja sama dengan klien komunitas dan tim kesehatan
19
lainnya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
berkolaborasi, diharapkan dapat menunjukkan sikap saling menghargai
dan kooperatif dengan tim kesehatan lainnya. Kolaborasi biasanya
dilakukan dalam interaksi perawat dengan klien dalam melakukan asuhan
keperawatan. Terkait dengan perilaku perawat harus bekerja sama dengan
dokter, organisasi masyarakat, keluarga, tokoh agama, tokoh masyarakat,
maupun kader kesehatan untuk menyelesaikan masalah kesehatan
komunitas yang kompleks.
Proses pelayanan kesehatan pada komunitas membutuhkan
pengkajian dan identifikasi, keterhubungan pelayanan dengan komunitas,
serta evaluasi berjalan dan berkelanjutan. Pelayanan kesehatan harus
mampu mengakomodir berbagai macam kelompok di komunitas. Perawat
yang bekerja pada komunitas sering sekali butuh bekerja sama dengan
pelayanan dari berbagai tingkat. Penting bagi perawat komunitas memiliki
hubungan baik dengan lembaga sosial terkait. Memiliki hubungan yang
kuat akan mempermudah perawat komunitas untuk menerapkan pelayanan
keperawatan. Terlibat dalam kegiatan lembaga sosial merupakan cara
perawat komunitas membentuk koalisi dengan lembaga sosial.
Konselor
Konseling merupakan suatu proses dalam membantu klien memilih
solusi yang tepat dalam mengatasi masalahnya. Konseling bukan memberi
tahu apa yang harus klien lakukan, tetapi merupakan proses membantu
mereka untuk mengatasi masalah untuk menentukan tindakan yang tepat
bagi dirinya sendiri. Perawat terlibat dalam konseling akan mempengaruhi
penerimaan informasi yang signifikan pada klien komunitas. Konseling
yang baik akan memberikan peran terhadap keberlanjutan perawatan dan
pengobatan pada klien di komunitas.
1.5. Pengenalan Fokus Program Kesehatan Komunitas
Sustainable Development Goals Kesehatan 2030
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan agenda dunia
yang bertujuan untuk menciptakan dunia yang lebih sejahtera dan damai
untuk semua penduduk di muka bumi baik untuk saat ini maupun untuk
masa depan nanti. SDGs merupakan agenda yang dilaksanakan oleh
20
seluruh negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak tahun
2015 dengan fokus kepada 17 butir agenda. 17 butir agenda ini merupakan
bentuk agenda yang terintegrasi, saling mendukung dan saling menguatkan
satu sama lainnya. Agenda kesehatan merupakan butir ke-3 yang harus
dicapai oleh semua negara-negara perserikatan di dunia dengan tujuan
mewujudkan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan
untuk semua di segala usia (UN, 2015).
Target dan indikator yang harus dicapai pada SDGs butir ke-3
berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan manusia pada tahun 2030
kelak yaitu:
1) Penurunan kematian (mortalitas) maternal secara global dengan
rasio kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup
2) Mengakhiri kematian yang dapat dicegah pada bayi baru lahir dan
anak bawah lima tahun (balita) dengan menurunkan mortalitas
neonatus setidaknya 12 per 1.000 kelahiran hidup dan kematian
balita 25 per 1.000 kelahiran hidup.
3) Mengakhiri epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria, hepatitis, penyakit
tropis dan penyakit menular lainnya.
4) Mengurangi sepertiga kematian diakibatkan penyakit tidak menular
melalui prinsip pencegahan penyakit, perawatan dan promosi
kesehatan.
5) Penguatan pencegahan dan perawatan penggunaan zat terlarang
termasuk narkotik dan penggunaan alkohol berlebihan.
6) Mengurangi setengahnya kematian diakibatkan dari kecelakaan lalu
lintas
7) Memastikan akses layanan kesehatan universal untuk kesehatan
reproduksi dan seksual. Termasuk layanan keluarga berencana,
informasi dan pendidikan kesehatan.
8) Mencapai layanan kesehatan universal untuk semua termasuk
proteksi risiko finansial, kesamaan hak untuk mengakses layanan
kesehatan yang aman, efektif, berkualitas dan penyediaan obat dan
vaksin yang terjangkau.
21
Rencana Strategis Pembangunan Jangka Menengah Program Indonesia
Sehat
Dalam mengatur upaya kesehatan masyarakat Republik Indonesia
diatur dalam bentuk susunan rencana strategis pembangunan jangka
menengah. Kementerian Kesehatan telah merancang rencana tersebut
dalam bentuk rencana strategis yang dapat dilaksanakan hingga tatanan
unit terkecil dari masyarakat. Tercantum dalam Rencana Strategis
Pembangunan Jangka Menengah Kementerian Kesehatan Tahun 20152019 sebagai berikut.
Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan
pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar
upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang
telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa
setiap kementerian perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang
mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN). Dengan telah ditetapkannya RPJMN 2015-2019, maka
Kementerian Kesehatan menyusun Renstra Tahun 2015-2019. Renstra
Kementerian Kesehatan merupakan dokumen perencanaan yang bersifat
indikatif memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan
dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan dan menjadi acuan dalam
penyusunan perencanaan tahunan. Penyusunan Renstra Kementerian
Kesehatan dilaksanakan melalui pendekatan: teknokratik, politik,
partisipatif, atas-bawah (top-down), dan bawah-atas (bottom-up).
Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1) Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak.
2) Meningkatnya pengendalian penyakit.
3) Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan.
22
4)
5)
6)
Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu
Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan kesehatan.
Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin.
Meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu
paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan
nasional: 1) pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi
pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif
preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2) penguatan pelayanan
kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan
kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi
berbasis risiko kesehatan; 3) sementara itu jaminan kesehatan nasional
dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu
dan kendali biaya (Kemenkes RI, 2015).
Berdasarkan Rencana Strategis RPJMN yang telah dicanangkan
fokus pemerintahan dalam layanan kesehatan di bidang promotif dan
preventif serta pemberdayaan masyarakat yang merupakan prioritas dari
seorang perawat komunitas sehingga perawat komunitas merupakan tenaga
utama yang diharapkan mampu mencapai tujuan besar tersebut. RPJMN
2015-2019 merupakan rencana yang sudah terimplementasikan di tahuntahun terdahulu. Saat buku ini ditulis pemerintah Indonesia sedang menuju
proses transisi perencanaan kesehatan yang baru hingga tahu 2024
sehingga perlu disimak seperti apa arah kebijakan kesehatan Indonesia di
bawah pimpinan kementerian kesehatan yang baru hingga di tahun 2024.
Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga
Rencana Program Indonesia Sehat adalah mendayagunakan prevensi
dan promosi kesehatan. Upaya tersebut ditekadkan oleh pemerintah
dengan memulai dari unit terkecil dari komunitas yaitu keluarga. Program
Indonesia
Sehat
Pendekatan Keluarga
(PIS-PK)
merupakan
pendayagunaan semua elemen kesehatan dengan fokus pemberdayaan
masyarakat melalui keluarga seperti yang tercantum pada pedoman
pelaksanaan Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga sebagai
berikut.
23
Upaya pencapaian prioritas pembangunan kesehatan tahun 20152019 dalam Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan
mendayagunakan segenap potensi yang ada, baik dari pemerintah pusat,
provinsi, kabupaten/kota, maupun masyarakat. Pembangunan kesehatan
dimulai dari unit terkecil dari masyarakat, yaitu keluarga. Pembangunan
keluarga, sebagai-mana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 52
Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas
yang hidup dalam lingkungan yang sehat.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan
pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan
keluarga, untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsinya
secara optimal. Sebagai penjabaran dari amanat Undang-Undang tersebut,
Kementerian Kesehatan menetapkan strategi operasional pembangunan
kesehatan melalui Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.
Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam
gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di
wilayah kerjanya.
Pendekatan keluarga yang dimaksud merupakan pengembangan dari
kunjungan rumah oleh puskesmas dan perluasan dari upaya Perawatan
Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang meliputi kegiatan berikut:
1) Kunjungan keluarga untuk pendataan/ pengumpulan data Profil
Kesehatan keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya.
2) Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya
promotif dan preventif.
3) Kunjungan keluarga untuk menindaklanjuti pelayanan kesehatan
dalam gedung.
4) Pemanfaatan data dan informasi dari profil kesehatan keluarga untuk
pengorganisasian/ pemberdayaan masyarakat dan manajemen
puskesmas.
24
Kunjungan rumah (keluarga) dilakukan secara terjadwal dan rutin,
dengan memanfaatkan data dan informasi dari profil kesehatan keluarga
(family folder). Dengan demikian, pelaksanaan upaya Perawatan
Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) harus diintegrasikan ke dalam kegiatan
pendekatan keluarga. Dalam menjangkau keluarga, puskesmas tidak hanya
mengandalkan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang ada
sebagaimana selama ini dilaksanakan, melainkan juga langsung
berkunjung ke keluarga. Perlu diperhatikan, bahwa pendekatan keluarga
melalui kunjungan rumah tidak berarti mematikan UKBM-UKBM yang
ada, tetapi justru untuk memperkuat UKBM-UKBM yang selama ini
dirasakan masih kurang efektif.
Dengan mengunjungi keluarga di rumahnya, puskesmas akan dapat
mengenali masalah-masalah kesehatan (dan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat-PHBS) yang dihadapi keluarga secara lebih menyeluruh (holistik).
Individu anggota keluarga yang perlu mendapatkan pelayanan kesehatan
kemudian dapat dimotivasi untuk memanfaatkan UKBM yang ada
dan/atau pelayanan Puskesmas. Keluarga juga dapat dimotivasi untuk
memperbaiki kondisi kesehatan lingkungan dan berbagai faktor risiko lain
yang selama ini merugikan kesehatannya, dengan pendampingan dari
kader-kader kesehatan UKBM dan/atau petugas profesional Puskesmas.
Untuk itu, diperlukan pengaturan agar setiap keluarga di wilayah
puskesmas memiliki Tim Pembina Keluarga (Kemenkes RI, 2016).
Terdapat 12 Indikator yang diharapkan dicapai dalam Program
Indonesia Pendekatan Keluarga. Diharapkan dengan adanya program ini
indikator-indikator capaian kesehatan yang diharapkan berdasarkan
kondisi dan situasi kesehatan masyarakat Indonesia dapat dicapai.
Indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut:
1) Keluarga mengikuti Keluarga Berencana (KB).
2) Ibu hamil melakukan persalinan di fasilitas kesehatan.
3) Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
4) Bayi mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif.
5) Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan.
6) Penderita tuberkulosis (TB) paru mendapatkan pengobatan sesuai
standar.
7) Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur.
25
8)
Penderita gangguan jiwa mendapat pengobatan dan
ditelantarkan.
9) Anggota keluarga tidak merokok.
10) Keluarga mendapatkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
11) Keluarga menggunakan jamban sehat.
12) Keluarga memiliki akses air bersih.
tidak
Indikator tersebut bukan berarti bahwa masalah tersebut saja yang
menjadi perhatian Bangsa Indonesia namun indikator tersebut adalah
indikator yang harus dicapai utama agar bisa menjawab permasalahan
utama kesehatan di Indonesia dilihat dari prevalensi dan pencapaian di
masa lalu sehingga menurut hasil evaluasi indikator tersebut yang harus
diselesaikan terlebih dahulu. Namun indikator-indikator tersebut tidak
menutup kemungkinan bahwa permasalahan kesehatan lain juga harus
tetap diselesaikan jika terjadi dan didapatkan oleh perawat komunitas. Jika
ditilik indikator yang di harapkan dicapai dalam Program Indonesia Sehat
Pendekatan Keluarga (PIS-PK) juga berkaitan satu sama lainnya dengan
capaian Sustainable Development Goals SDGs yang harus dicapai bangsabangsa di dunia.
Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS)
Program yang juga menjadi andalan untuk digalakkan dalam upaya
promosi dan prevensi kesehatan di Indonesia adalah Gerakan Masyarakat
Sehat (GERMAS). GERMAS adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk
memasyarakatkan budaya hidup sehat serta meninggalkan kebiasaan dan
perilaku masyarakat yang kurang sehat. Aksi GERMAS ini juga diikuti
dengan memasyarakatkan perilaku hidup bersih sehat dan dukungan untuk
program infrastruktur dengan basis masyarakat (Ditjen Kesmas Kemenkes
RI, 2017).
Program ini memiliki beberapa fokus seperti membangun akses
untuk memenuhi kebutuhan air minum, instalasi kesehatan masyarakat
serta pembangunan pemukiman yang layak huni. Ketiganya merupakan
infrastruktur dasar yang menjadi fondasi dari gerakan masyarakat hidup
sehat. 7 Langkah Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang harus digalakkan
oleh masyarakat Indonesia untuk mengupayakan kehidupan yang lebih
sejahtera dan terhindar dari penyakit. Ketujuh langkah tersebut merupakan
26
bagian penting dari pembiasaan pola hidup sehat dalam masyarakat guna
mencegah berbagai masalah kesehatan yang berisiko dialami oleh
masyarakat Indonesia. Berikut ini 7 langkah GERMAS yang dapat
menjadi panduan menjalani pola hidup yang lebih sehat.
Melakukan Aktivitas Fisik
Perilaku kehidupan modern seringkali membuat banyak orang
minim melakukan aktivitas fisik, baik itu aktivitas fisik karena bekerja
maupun berolah raga. Kemudahan-kemudahan dalam kehidupan seharihari karena bantuan teknologi dan minimnya waktu karena banyaknya
kesibukan telah menjadikan banyak orang menjalani gaya hidup yang
kurang sehat. Bagian germas aktivitas fisik merupakan salah satu gerakan
yang diutamakan untuk meningkatkan kualitas kesehatan seseorang.
Masyarakat dihimbau untuk memaksimalkan pelaksanaan aktivitas fisik
baik berupa olahraga maupun aktivitas fisik lainnya yang bukan aktivitas
rutin. Berolah raga 30-45 menit sehari akan memberikan efek penyehatan
yang lebih baik dari pola sedentari yang diakibatkan perkembangan zaman
dan era.
Manfaat kesehatan dari aktivitas fisik tidak diragukan lagi.
Pengakuan akan pentingnya aktivitas fisik sebagai faktor risiko penyakit
kronis dan kematian dini telah menyebabkan dampak terhadap kesehatan
masyarakat. Keberadaan rekomendasi nasional dianggap sebagai tolok
ukur dalam strategi promosi aktivitas fisik nasional yang komprehensif.
Pengembangan pedoman nasional dapat memobilisasi dan menyatukan
seluruh kepentingan yang relevan di lapangan dan memberikan visibilitas
untuk memperkuat posisi aktivitas fisik terhadap agenda kesehatan
masyarakat (Füzéki & Banzer, 2018).
Mengkonsumsi Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran
Keinginan untuk makan makanan praktis dan enak seringkali
menjadikan berkurangnya waktu untuk makan buah dan sayur yang
sebenarnya jauh lebih sehat dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Beberapa jenis makanan dan minuman seperti makanan cepat saji (junk
food) dan minuman bersoda sebaiknya dikurangi atau dihentikan
konsumsinya. Menambah jumlah konsumsi makanan dari buah dan
sayur merupakan contoh GERMAS yang dapat dilakukan oleh siapa
27
pun. Hadir nya restoran-restoran yang tumbuh subur dan mudah diakses
oleh masyarakat membuat masyarakat dapat terjebak di pola konsumsi
makanan yang tidak sehat dan seimbang.
Kampanye makan buah dan sayur yang memberikan informasi
betapa besarnya manfaat dan kenapa harus makan buah dan sayur setiap
hari. Karena masyarakat harus memahami pentingnya kenapa harus makan
buah dan sayur setiap hari. Dampak buruk yang diakibatkan oleh pola
konsumsi makanan berikut adalah dampak akibat kurang makan buah dan
sayur untuk kesehatan tubuh, contohnya seperti permasalahan pencernaan,
peningkatan risiko penyakit tidak menular dan lainnya. Dengan memahami
pentingnya perilaku makan buah dan sayur, diharapkan masyarakat dapat
dengan lebih aktif untuk meningkatkan kampanye makan buah dan sayur
untuk tingkatkan kesehatan masyarakat di seluruh Indonesia. Asupan buah
dan sayuran yang memadai telah dipercaya memberikan penurunan risiko
penyakit kronis dan manajemen berat badan. Orang dewasa setidaknya
mengonsumsi setidaknya lima porsi buah dan sayuran per hari yang bukan
makanan berserat mengandung karbohidrat. Pentingnya buah-buahan dan
sayuran serta manfaat dan kemajuan pendidikan gizi dalam meningkatkan
asupan untuk kesehatan masyarakat yang lebih baik (Pem & Jeewon,
2015).
Tidak Merokok
Merokok merupakan pola kebiasaan yang banyak memberi dampak
buruk bagi kesehatan. Berhenti merokok menjadi bagian penting
dari gerakan hidup sehat dan akan berdampak tidak hanya pada diri
perokok, tetapi juga bagi orang-orang di sekitarnya. Meminta bantuan ahli
melalui hipnosis atau metode bantuan berhenti merokok yang lain dapat
menjadi alternatif untuk menghentikan kebiasaan buruk tersebut. Berbagai
metode kampanye kesehatan untuk tidak merokok digalakkan di Indonesia
namun angka perokok aktif di Indonesia masih saja cukup tinggi.
Kampanye untuk tidak merokok harus digalakkan. Meskipun ada
penurunan prevalensi dalam beberapa tahun terakhir, merokok tetap
menjadi salah satu penyebab utama kesehatan yang buruk dan kematian
dini di seluruh dunia. Manfaat dari berhenti berkontribusi terhadap
pengurangan bahaya yang disebabkan oleh penggunaan tembakau atau
nikotin dalam berbagai bentuk (West, 2017).
28
Tidak Konsumsi Minuman Beralkohol
Minuman beralkohol memiliki efek buruk yang serupa dengan
merokok, baik itu efek buruk bagi kesehatan hingga efek sosial pada
orang-orang di sekitarnya. Konsumsi alkohol merupakan faktor risiko
utama bagi berbagai masalah kesehatan dan merupakan kontributor utama
beban penyakit global. Alkohol adalah penyebab mendasar yang
menyebabkan lebih dari 30 kondisi penyakit dan faktor penyumbang untuk
masalah kesehatan lainnya. Kategori penyakit yang paling umum yang
seluruhnya atau sebagian disebabkan oleh konsumsi alkohol termasuk
penyakit menular, kanker, diabetes, penyakit neuropsikiatri (termasuk
gangguan penggunaan alkohol), penyakit kardiovaskular, penyakit hati,
penyakit pankreas, dan cedera yang tidak disengaja dan disengaja. Selain
risiko penyakit yang mempengaruhi peminum alkohol, konsumsi alkohol
juga dapat memengaruhi kesehatan orang lain dan menyebabkan kerugian
sosial bagi peminum alkohol dan orang lain, menambah biaya
penyelesaian permasalahan terkait dengan konsumsi alkohol di tingkat
keluarga hingga nasional (Rehm, 2011).
Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Salah satu bagian dari arti germas sebagai gerakan masyarakat hidup
sehat adalah dengan lebih baik dalam mengelola kesehatan. Di antaranya
adalah dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan tidak
hanya datang ke rumah sakit atau puskesmas ketika sakit saja. Langkah ini
memiliki manfaat untuk dapat memudahkan mendeteksi penyakit atau
masalah kesehatan lebih dini. Screening adalah konsep dasar yang
menghubungkan praktik klinis pada individu, dengan praktik kesehatan
masyarakat di masyarakat. Program screening bergantung pada partisipasi
tinggi untuk menjadi efektif dan dukungan serta kepercayaan masyarakat
sangat penting untuk keberhasilan berkelanjutan kesehatan yang lebih baik
(Speechley, et al., 2017).
Menjaga Kebersihan Lingkungan
Beban penyakit yang sangat besar terkait dengan kurangnya
kebersihan, sanitasi, dan persediaan air dan sebagian besar dan harus di
modifikasi dengan berbagai program intervensi yang efektif. Kebersihan
29
harus ditanamkan dalam serangkaian nilai sosial yang luas dan kompleks.
Apa yang kita sebut kebersihan dihubungkan dengan keprihatinan tentang
privasi dan keintiman, kerapian, prestise sosial, kenyamanan, rasa hormat,
dan menjadi beradab. Sebaliknya, tidak higienis akan mengacu pada
kemiskinan, rasa malu, jijik, dan invasi (Van Der Geest, 2015).
Menggunakan Jamban Sehat
Peningkatan investasi di bidang sanitasi termasuk di dalamnya
penyediaan jamban sehat akan berkontribusi pada produktivitas ekonomi
suatu negara. Para ekonom berpendapat bahwa investasi dalam air dan
sanitasi dapat memiliki hasil langsung dan jangka panjang. Kemajuan
dalam sanitasi juga dapat mengurangi beban ekonomi pada sistem
kesehatan di negara-negara berkembang. Orang yang terkena penyakit
diare menular sering memerlukan perawatan kesehatan dan/atau dukungan
rumah sakit, yang menimbulkan biaya bagi pasien dan pemerintah nasional
(Roma & Pugh, 2015).
1.6. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. No. 75 Tahun 2014 Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan ujung tombak layanan
kesehatan masyarakat untuk mempromosikan dan prevensi kesehatan di
komunitas. Di dalam Permenkes tersebut berdasarkan isi pasal esensi
puskesmas di jelaskan sebagai berikut.
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Pusat Kesehatan Masyarakat yang
selanjutnya disebut puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah satuan kerja pemerintahan
daerah kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam bidang kesehatan di kabupaten/kota. Upaya
30
Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah setiap
kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran
keluarga, kelompok, dan masyarakat. Upaya kesehatan perseorangan yang
selanjutnya disingkat UKP adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan. Tenaga Kesehatan
puskesmas merupakan setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang:
1) Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat,
2) Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu,
3) Hidup dalam lingkungan sehat,
4) Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dan
5) Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas
mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Berdasarkan prinsip paradigma sehat puskesmas mendorong seluruh
pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan
mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat. Berdasarkan prinsip pertanggungjawaban wilayah
puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya. Berdasarkan prinsip kemandirian
masyarakat puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Berdasarkan prinsip pemerataan puskesmas menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh
masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status
sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan. Berdasarkan prinsip
teknologi tepat guna puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan
31
dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi
lingkungan. Berdasarkan prinsip keterpaduan dan kesinambungan
puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan
UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan
Sistem Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas.
Dalam melaksanakan tugas puskesmas menyelenggarakan fungsi:
1) Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
2) Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam menyelenggarakan fungsi puskesmas berwenang untuk:
1) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
3) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan;
4) Menggerakkan
masyarakat
untuk
mengidentifikasi
dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan
masyarakat yang bekerja sama dengan sektor lain terkait;
5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat;
6) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas;
7) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
8) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan; dan
9) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respons
penanggulangan penyakit.
Dalam menyelenggarakan fungsi puskesmas juga berwenang untuk:
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu;
2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif;
3) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat;
32
4)
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
5) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif
dan kerja sama inter dan antar profesi;
6) Melaksanakan rekam medis;
7) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu
dan akses pelayanan kesehatan;
8) Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan;
9) mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
10) Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan
sistem rujukan.
Penanggung jawab UKM esensial dan keperawatan kesehatan
masyarakat akan membawahi:
1) Pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS
2) Pelayanan kesehatan lingkungan
3) Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM
4) Pelayanan gizi yang bersifat UKM
5) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
6) Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
Penanggung jawab UKM Pengembangan akan membawahi upaya
pengembangan yang dilakukan Puskesmas, antara lain:
1) Pelayanan kesehatan jiwa
2) Pelayanan kesehatan gigi masyarakat
3) Pelayanan kesehatan tradisional komplementer
4) Pelayanan kesehatan olahraga
5) Pelayanan kesehatan indera
6) Pelayanan kesehatan lansia
7) Pelayanan kesehatan kerja
8) Pelayanan kesehatan lainnya
Penanggung jawab UKP, kefarmasian, dan laboratorium akan
membawahi beberapa kegiatan sebagai berikut:
1) Pelayanan pemeriksaan umum
2) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
33
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP
Pelayanan gawat darurat
Pelayanan gizi yang bersifat UKP
Pelayanan persalinan
Pelayanan rawat inap untuk puskesmas yang menyediakan
pelayanan rawat inap
Pelayanan kefarmasian
Pelayanan laboratorium
1.7. Epidemiologi Dasar dalam Keperawatan Komunitas
Istilah epidemiologi berasal dari istilah Yunani logos (ilmu), demos
(orang), dan epi (pada). Secara harfiah epidemiologi berarti, “ilmu tentang
apa yang ada pada orang-orang/masyarkat”. Epidemiologi merupakan ilmu
yang berkaitan dengan distribusi dan faktor-faktor penentu kesehatan,
terjadinya penyakit, cedera, kecacatan, dan kematian dalam populasi.
Populasi dalam konteks ini mengacu pada orang dengan karakteristik
umum tertentu seperti jenis kelamin, usia, dan tempat tinggal. Meskipun
penyelidikan epidemiologis memeriksa kondisi dalam kelompok populasi,
namun penting untuk diingat bahwa suatu populasi terdiri dari individuindividu, yang masing-masingnya merupakan seseorang individu dengan
kondisi tertentu.
Epidemiologi adalah ilmu tentang distribusi dan faktor penentu
status kesehatan pada populasi tertentu dan penerapan ilmu ini sendiri
adalah bertujuan untuk mencapai peningkatan kesehatan populasi.
Epidemiologi merupakan ilmu dengan prinsip-prinsip statistik dan
metodologi penelitian. Ilmu epidemiologi telah memberikan kontribusi
yang signifikan untuk identifikasi faktor risiko contohnya pada perilaku
merokok dengan terjadinya kanker paru-paru. Selain itu, ilmu
epidemiologi juga telah berkontribusi banyak terhadap perubahan
kebijakan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, epidemiologi
merupakan ilmu yang terpercaya untuk menyelidiki peristiwa yang
berhubungan dengan kesehatan.
Banyak studi epidemiologi memiliki fokus pada morbiditas/
mortalitas penyakit saja namun, pada kenyataannya dimensi kesehatan dan
kesejahteraan melampaui komponen-komponen diatas. Epidemiologi
34
seperti yang dipraktikkan saat ini telah memperluas cakupannya untuk
memasukkan penyelidikan gaya hidup, strategi promosi kesehatan, cedera,
kondisi lingkungan, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kesehatan.
Praktisi yang bergerak di bidang kesehatan masyarakat menggunakan
pengetahuan yang diperoleh dari ilmu epidemiologi untuk memandu
pengambilan keputusan dan bantuan dalam mengembangkan dan
mengevaluasi intervensi untuk promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit. Proses yang ada pada ilmu epidemiologi yang kemudian
dianalogikan kedalam dianalogikan proses keperawatan penting dalam
membangun analisis kritis untuk mendapatkan pemahaman dalam
menentukan permasalahan kesehatan komunitas.
Epidemiologi Penilaian Deskriptif Status Kesehatan
Penilaian Demografis
Penilaian demografis berkaitan dengan karakteristik individu
tertentu, atau yang berkaitan dengan kesehatan atau penyakit. Usia, ras,
jenis kelamin, etnis, pendapatan, dan tingkat pendidikan adalah indikator
demografi yang penting yang dapat mempengaruhi status kesehatan.
Sebagai contoh, pria lebih mungkin daripada wanita untuk terjadinya
penyakit jantung tertentu, dan wanita kehamilan berisiko memiliki
kemungkinan lebih banyak melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah jika dibandingkan dengan kehamilan tidak berisiko. Dalam
merencanakan kesehatan suatu komunitas, perawat harus terbiasa dengan
karakteristik demografis masyarakat dan dengan masalah kesehatan yang
terkait dengan karakteristik tertentu.
Angka Morbiditas dan Mortalitas
Meskipun epidemiologi menggambarkan distribusi dan faktor
penentu dari kesehatan dan kondisi penyakit. Namun menentukan suatu
komunitas “sehat” sulit diukur. Oleh karena itu, untuk merepresentasikan
status “sehat dapat berkaca pada banyak langkah seperti dengan
menentukan morbiditas (penyakit) dan mortalias (kematian). Banyak
sumber data morbiditas dan mortalitas yang dapat diakses untuk
mendapatkan data ini sehingga merepresentasikan tingkat kesehatan
komunitas pada suatu wilayah.
35
Angka Insidensi/Angka kejadian
Angka insidensi merupakan kondisi kesehatan atau penyakit
mengacu pada jumlah orang di populasi yang mengalami kondisi penyakit
selama periode waktu tertentu. Insidensi mengukur tingkat di mana orang
tanpa penyakit mengembangkan penyakit selama periode waktu tertentu
(jumlah kasus baru suatu penyakit dalam suatu populasi selama periode
waktu tertentu). Secara matematis, tingkat kejadian selama periode waktu
tertentu dapat dihitung dengan:
Jumlah kasus baru
x 100.000
Jumlah populasi yang berisiko
Angka insidensi/kejadian menggunakan frekuensi kasus baru dalam
pembilang. Penyebut untuk tingkat kejadian adalah populasi yang berisiko.
Misalnya, untuk menghitung tingkat kejadian kanker payudara
pascamenopause, wanita yang masih premenopause tidak akan menjadi
bagian dari populasi yang berisiko. Insidensi khususnya penting untuk
penelitian epidemiologi analitik karena memungkinkan estimasi risiko
yang diperlukan untuk menilai hubungan sebab akibat (risiko relatif).
Perhitungan angka insiden umumnya mengharuskan populasi yang
ditentukan awalnya bebas dari penyakit di kemudian diikuti selama
periode waktu tertentu yang juga dikenal dengan studi prospektif.
Prevalensi Penyakit
Prevalensi suatu penyakit merupakan suatu kondisi mengacu pada
jumlah total orang dalam populasi yang memiliki kondisi penyakit tertentu
pada satuan waktu tertentu. Jadi, prevalensi akan dihitung dalam crosssectional "one-shot" (irisan waktu) atau retrospektif (mundur) belajar.
Secara matematis, prevalensi dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
Jumlah kasus penyakit yang terjadi
x 100.000
Jumlah total populasi
Prevalensi, oleh karena itu, juga menentukan tingkat morbiditas
dalam suatu komunitas dan dipengaruhi oleh tingkat kasus baru, jumlah
kasus yang ada, cara perawatan atau pengobatan baru yang efektif
modalitas, dan kematian. Dapat diklasifikasikan sebagai periode
36
prevalensi. Contohnya angka prevalensi anak menderita diare di Sekolah
Dasar 05 adalah 35% pada tanggal 20 Juni 2020)
Penilaian angka insidensi/kejadian dan prevalensi memberikan
informasi yang berbeda. Untuk mengerti hubungan antara insidensi dan
prevalensi, coba pahami contoh berikut pertimbangkan jumlah penumpang
di sebuah kereta. Jumlah penumpang mewakili prevalensi (penyakit yang
ada, kasus lama dan baru); jumlah penumpang yang naik mewakili
insidensi (kejadian baru) kasus penyakit; penumpang yang turun dari
kereta mewakili individu yang baik sembuh atau mati. Baik jumlah kasus
baru yang masuk maupun jumlah individu dengan penyakit yang keluar
baik melalui kematian atau melalui pemulihan dari penyakit
mempengaruhi prevalensi. Jumlah penumpang di dalam kereta akan
meningkat jika jumlahnya penumpang naik (kasus baru) tinggi, jika jumlah
penumpang yang keluar adalah rendah (lebih sedikit kematian atau
peningkatan angka bertahan hidup karena adanya perawatan dan
pengobatan efektif), atau keduanya terjadi. Sebaliknya, prevalensi akan
berkurang ketika jumlah kasus baru rendah atau orang meninggal /orang
sembuh dari penyakit lebih sedikit atau keduanya terjadi.
Pertimbangkan contoh lain. Anda membaca tentang peningkatan
prevalensi tertentu jenis kanker; peningkatan ini dapat berarti bahwa ada
jumlah orang yang lebih tinggi dengan jenis kanker dalam populasi.
Jumlah yang lebih tinggi ini mungkin disebabkan oleh lebih banyak kasus
baru (dengan kata lain, peningkatan kejadian) atau karena orang dengan
jenis ini kanker hidup lebih lama. Dalam kedua kasus tersebut, komunitas
mungkin perlu mengalokasikan tambahan sumber daya menuju identifikasi
dan perawatan kanker.
Rasio, Proporsi dan Rata-Rata
Dalam studi epidemiologi, data dan statistik memungkinkan
perbandingan di antara populasi. Oleh karena itu, perlu untuk mengubah
data mentah menjadi rasio, proporsi, dan rerata untuk memberikan
deskripsi masalah kesehatan yang lebih valid. Rasio hanya satu angka
dibagi dengan yang lain di mana tidak ada hubungan yang ditentukan
antara pembilang dan penyebut. Misalnya, dari 1.000 kematian sepeda
motor, 950 korban adalah laki-laki dan 50 adalah perempuan. Rasio jenis
37
kelamin adalah jumlah laki-laki dibandingkan dengan jumlah perempuan
(950/50 atau 19 laki-laki hingga 1 perempuan).
Sebaliknya, proporsi adalah satu angka dibagi dengan yang lain di
mana pembilangnya adalah subset dari penyebut (mis., itu termasuk dalam
penyebut) dan diekspresikan sebagai persentase. Dengan menggunakan
data yang sama, Anda dapat menghitung proporsi pria perempuan Dari
1.000 kematian sepeda motor, 950 adalah pria dan 50 adalah wanita.
Berapa persentase kematian pada laki-laki? Sebagian dinyatakan dengan
rumus X / (X Y); jadi, persentase pria untuk wanita adalah 950 / 1.000
dikalikan dengan 100, yang hasilnya sama dengan 95%. Baik rasio
maupun proporsi tidak memiliki basis populasi atau satuan waktu tertentu.
Karena epidemiologi adalah studi tentang kesehatan populasi,
langkah-langkah statistik harus dilakukan menghubungkan terjadinya
kondisi kesehatan dengan populasi yang berisiko. Untuk menilai
probabilitas bahwa satu kelompok berisiko lebih tinggi dari yang lain,
rerata dihitung. Rerata mengukur jumlah penyakit, cedera, kecacatan, atau
kematian dalam satu unit populasi dan dalam satuan waktu. Rerata
mengungkapkan hubungan matematis di mana pembilang berkaitan
dengan jumlah orang yang mengalami kondisi tersebut, dan angka
penyebut menyatakan populasi berisiko atau jumlah total orang yang
memilikinya berkemungkinan mengalami kondisi tersebut. Rerata
meningkatkan kemampuan untuk membuat perbandingan karena
mengurangi standar perbandingan dengan penyebut umum, ukuran satuan
populasi. Misalnya, angka kematian kasar untuk penyakit jantung di
Jakarta dan Bandung masing-masing 288 dan 190 per 100.000 orang. Itu
muncul bahwa tingkat kematian lebih tinggi di Jakarta dibandingkan
dengan Bandung. Perbedaan ini mungkin karena karakteristik populasi
(mis., perbedaan usia antara kota) yang dapat mempengaruhi pengalaman
kematian. Menghitung rerata spesifik dapat menggunakan rumus
matematis sebagai berikut:
Jumlah orang yang mengalami kondisi spesifik
xK
Jumlah populasi yang beresiko mengalami kondisi spesifik
K adalah konstanta (biasanya 1.000 atau 100.000)
38
1.8. Mempersiapkan Kunjungan Komunitas
Setelah memahami pengetahuan dasar sebelum turun ke komunitas
yang Anda kelola. Anda selanjutnya diharapkan untuk melanjutkan proses
untuk berpraktik di komunitas dengan mempersiapkan proses perizinan
dan proses persiapan alat yang dapat Anda penuhi. Berikut langkahlangkah persiapan yang harus Anda siapkan.
Pengurusan Dokumen Perizinan
Pengurusan surat perizinan praktik akan sangat bergantung kepada
sistem birokrasi yang berlaku di wilayah masing-masing. Proses
pengurusan perizinan dimulai dari persiapan surat dari institusi pendidikan
keperawatan tempat Anda bersekolah. Setelah mendapatkan surat izin
dengan format resmi dan ditandatangani oleh pimpinan institusi yang
berwenang Anda melanjutkan proses pemasukan surat ke dinas kesehatan
yang berwenang di tingkat kota dan kabupaten di wilayah Anda berpraktik.
Setelah Anda memasukan surat izin ke dinas kesehatan kota/kabupaten
yang berkaitan maka Anda akan mendapatkan surat rekomendasi dari
Dinas Kesehatan terkait untuk diteruskan ke puskesmas yang menaungi
wilayah kerja komunitas tempat Anda berpraktik.
Setelah memasukan surat izin ke puskesmas wilayah kerja yang
menaungi komunitas yang Anda kelola Anda akan mendapatkan surat
rekomendasi untuk pengurusan izin untuk wilayah kerja kelolaan di tingkat
kecamatan/kelurahan yang nanti kan diteruskan hingga ketua rukun warga
(RW) dan ketua rukun tetangga (RT) sebagai pimpinan wilayah unit
terkecil dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Setelah mengurus
perizinan Anda sudah dapat memasuki wilayah komunitas yang Anda
kelola yang dilanjutkan dengan proses pengenalan dan pengembangan
jejaring dengan elemen-elemen yang ada di komunitas.
Surat dari
Institusi
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/
Kota atau
Kesbangpol
Puskesmas
Surat
Rekomendasi
ke
Kecamatan/
Kelurahan
Surat
Rekomendasi
ke RW/RT
Diagram 1. Bagan Alur Pengurusan Surat Perizinan Memasuki Komunitas
39
Perkenalan dan Pengembangan Jejaring di Komunitas
Mendapatkan izin praktik di wilayah komunitas yang akan Anda
kelola memberikan Anda akses untuk mulai dapat berkenalan dengan
komunitas yang Anda bina. Mengenali komunitas akan menyita waktu dan
tenaga anda, sehingga strategi dan pembagian kerja tim akan sangat krusial
untuk Anda kelola dengan baik.
Softkills kompetensi yang harus Anda asah dalam mengenal
komunitas yang Anda kelola yakni sebagai berikut.
1) Kemampuan komunikasi
2) Kemampuan adaptasi
3) Kemampuan bekerja dalam tim (teamwork)
4) Kemampuan berempati
5) Kemampuan berfikir kritis
6) Kemampuan transkultural (peka budaya)
Waktu Anda dalam berpraktik di komunitas yang Anda kelola
mungkin akan sangat singkat sehingga membagi tugas dalam berkenalan
dengan komunitas harus strategis, logis dan menyamankan. Karakter
komunitas yang Anda hadapi akan berbeda sehingga penempatan dan
penugasan untuk mengenali komunitas harus menyesuaikan dengan
kemampuan dari anggota tim yang Anda punya. Kerja sama yang tinggi,
berbagi informasi dan semangat yang tinggi juga di tuntut untuk
keberhasilan dari proses pengenalan dengan komunitas yang Anda miliki.
Setelah Anda berkenalan, diharapkan Anda segera untuk mulai
membina dan membangun jejaring. Membangun jejaring adalah sebuah
proses kontinyu yang akan terjadi terus menerus hingga saat nati.
Membangun citra positif di mata masyarakat haruslah menjadi perhatian
bagi Anda perawat komunitas yang akan bekerja di wilayah tersebut.
Mempelajari struktur elemen atau komponen masyarakat yang ada di
wilayah tersebut perlu Anda pelajari dengan saksama. Struktur formal dan
informal suatu wilayah dan suatu karakteristik masyarakat akan berbedabeda. Penting bagi Anda untuk menggali informasi ini untuk memudahkan
Anda dalam pelibatan semua elemen komunitas dalam upaya kesehatan
yang akan Anda canangkan.
Jejaring komunitas dianggap sebagai informan kunci yang akan
memberikan Anda kemudahan dalam mengakses informasi guna
40
melengkapi data pengkajian Anda di komunitas, pelibatan masyarakat
dalam memutuskan perencanaan upaya penyelesaian permasalahan di
komunitas dan peliba1.tan dalam pelaksanaan upaya-upaya kesehatan yang
telah direncanakan bersama.
Struktur jejaring formal dan informal yang terdapat di komunitas di
Indonesia yang dapat Anda fokuskan untuk dikelola adalah sebagai
berikut.
1) Kepala kecamatan/kepala desa/kepala kelurahan; lurah/camat/kades
2) Kepala puskesmas dan petugas puskesmas
3) Kepala LPM
4) Ketua Pemuda
5) Ketua RW/RT
6) Dharma Wanita/PKK
7) Kader kesehatan
8) Penghulu
9) Ketua adat/kerapatan
10) Tetua yang dipercaya masyarakat
Persiapan Perlengkapan Praktik Komunitas
Mendapatkan izin dan mulai memiliki jejaring di komunitas
semakin mendekatkan Anda melangkah pada proses asuhan keperawatan
yang akan Anda lakukan pada komunitas yang Anda kelola. Selanjutnya
mempersiapkan kelengkapan alat yang harus Anda persiapkan dalam
melakukan praktik di keperawatan komunitas.
Daftar perlengkapan praktik keperawatan komunitas:
1) Nursing kit
2) Tensimeter jarum
3) Stetoskop
4) Penlight
5) Sarung tangan
6) Reflex hammer segitiga
7) Pinset anatomis
8) Pinset chirugis
9) Gunting tajam lurus
10) Gunting tajam bengkok
41
11)
12)
13)
14)
15)
16)
17)
18)
19)
20)
Metline
Termometer digital/air raksa
Tas
Perlengkapan kebutuhan dokumentasi pengkajian:
Pulpen
Buku/note book
Kamera
Cam recorder
Voice recorder
Buku-buku keperawatan
Gambar 3. Perlengkapan Nursing Kit (Sumber: bukalapak.com)
42
MENGKAJI KOMUNITAS
Capaian Pembelajaran:
Menjelaskan konsep pengkajian di komunitas.
Mengenali komponen pengkajian berdasarkan model komunitas sebagai
partner.
Mengidentifikasi fokus permasalahan kesehatan berdasarkan agregat/
kelompok.
Menginterpretasikan metode pengkajian yang digunakan di komunitas.
Merencanakan pengkajian di komunitas.
2.1. Pengenalan Pengkajian Keperawatan Komunitas
Pengkajian komunitas merupakan sebuah proses untuk mulai dapat
mengenali komunitas dan mengetahui kebutuhan komunitas. Pengkajian di
dalam keperawatan komunitas diharapkan mampu menjadikan komunitas
sebagai “rekan”/partner (Anderson & Mcfarlane, 2011). Perawat harus
mampu menjadikan masyarakat sebagai elemen yang turut serta dalam
setiap proses keperawatan yang dilaksanakan. Di dalam pengkajian
komunitas penting bagi perawat komunitas mengutamakan pengumpulan
data komunitas dibanding hanya berfokus pada pengkajian individu.
Sehingga dengan demikian dapat menyimpulkan kondisi kesehatan
komunitas. Perawat komunitas memberikan gambaran situasi dan kondisi
yang terjadi di komunitas melalui pengkajian yang telah dilakukan
terhadap komunitas baik secara individu, keluarga, agregat dan komunitas
secara menyeluruh (Stanhope & Lancaster, 2016).
Dalam pengkajian komunitas perawat harus menyadari bahwa
komunitas merupakan sebuah sistem yang dinamis atau dapat selalu
berubah sehingga lumrah bagi perawat komunitas memiliki data yang terus
43
berkembang pada periode-periode tertentu. Perawat juga harus memahami
bahwa kesehatan komunitas sangat bergantung dari sistem yang terbangun
di komunitas dan kesehatan individu yang ada di komunitas akan sangat
berkaitan dengan interaksi dengan elemen sosial dan lingkungan yang ada
di sekitar komunitas. Penting bagi perawat komunitas untuk melihat
faktor-faktor atau determinan yang ada di sekitar komunitas sehingga
dapat melihat hubungan yang kompleks antar variabel tersebut dan tepat
sasaran dalam upaya penyelesaian (Richard, Gauvin, & Raine, 2011).
Pengkajian komunitas merupakan kunci untuk dapat mengetahui
kebutuhan komunitas dan memberikan pilihan intervensi dan strategi yang
dapat digunakan sebagai upaya dalam penyelesaian masalah kesehatan
(Stanhope & Lancaster, 2016). Pengkajian membutuhkan kemampuan
keputusan klinis dan berfikir kritis yang tinggi sehingga penting bagi Anda
sebagai perawat komunitas untuk memiliki pengetahuan yang mumpuni
dan esensial terkait permasalahan yang akan dihadapi di komunitas.
Membaca literatur dan terus belajar melalui pengalaman merupakan hal
yang harus Anda latih. Pengkajian adalah proses awal yang krusial untuk
mengawali tahapan asuhan keperawatan berikutnya. Pengkajian yang
sensitif dan menyeluruh akan memberikan ketepatan proses berikutnya
dalam asuhan keperawatan, pemanfaatan sumber daya komunitas yang
optimal dan capaian akhir kesehatan komunitas yang lebih maksimal.
Dalam memudahkan pengkajian di komunitas, ilmuwan
keperawatan memiliki model pengkajian-pengkajian yang biasa dikenal
dan digunakan dalam mengkaji komunitas. Terdapat beberapa model
pengkajian dalam pengembangan kesehatan komunitas yang dikenal
seperti model pengkajian dampak kesehatan (health impact assesment),
Mobilizing for Action through Planning and Partnership (MAPP),
Community Health Assesment and Group Evaluation (CHANGE),
Community Health Need Assesment (CHNA) dan terdapat model lainnya
yang digunakan. Keperawatan komunitas di Indonesia menggunakan
Model Community as Partner (Komunitas sebagai Partner/Mitra). Model
pengkajian ini dikeluarkan oleh ilmuwan keperawatan Elizabeth T
Anderson dan Judith McFarlane. Model ini digunakan karena dianggap
cocok dengan karakteristik masyarakat Indonesia, variabel-variabel yang
digunakan dalam pengkajian ini juga berfokus pada populasi/komunitas,
44
pendekatan yang digunakan juga menggunakan prinsip promosi dan
prevensi kesehatan dan model ini mengakmodir proses keperawatan di
komunitas.
Model Komunitas sebagai Partner (Community as Partner)
(Anderson & Mcfarlane, 2011). Model ini merupakan pengembangan
model sistem Newman’s (1972) yaitu sebuah model yang melihat klien
secara menyeluruh. Anderson mengembangkan model ini dengan berfokus
pada komunitas sebagai klien. Model ini melihat kesehatan komunitas
sebagai suatu sistem. Anda tentu mengenali apa itu sistem. Sistem
merupakan sesuatu yang memiliki tujuan yang sama, bagian yang saling
berkaitan, bekerja sama dan memiliki batasan-batasan. Dapat kita
contohkan sistem yang Anda kenal sistem tubuh seperti endokrin,
muskuloskeletal, sistem sosial. Sistem harus dilihat secara menyeluruh dan
terpengaruh dari interaksi bagian kecil yang ada pada sistem tersebut.
Selayaknya Anda melihat komunitas merupakan sebuah sistem. Sistem
terbangun dari elemen-elemen yang lebih kecil sehingga dapat berjalan
dengan baik dan menyeluruh. Model komunitas sebagai partner mampu
memberikan gambaran elemen-elemen yang membentuk komunitas secara
menyeluruh sehingga model ini tepat untuk di terapkan dalam praktik
keperawatan komunitas (Anderson & Mcfarlane, 2011).
Ayo Cari Tahu!
Untuk membuat pemahaman Anda terkait dengan sistem lebih mendalam silakan
Anda analisis dan jawab situasi di bawah ini:
Silakan Anda wawancarai keluarga/teman/masyarakat sekitar Anda jika air rumah
tangga yang biasa digunakan mati atau tidak bisa digunakan sehingga air bersih
tidak tersedia. Apakah yang akan terjadi pada keluarga/teman/masyarakat yang
Anda wawancarai tersebut?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
45
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Setelah menjawab pertanyaan di atas Anda tentu dapat memahami
bahwa kebutuhan air merupakan hal yang krusial. Air dan penyediaannya
merupakan sebuah bagian atau elemen dari sebuah sistem dan saling
mendukung dengan bagian/elemen lain dari kehidupan sehari-hari. Ketika
air dan sistem pemenuhannya kolaps/mati sebagai salah satu bagian kecil
dari sistem maka bagian/lain akan terganggu sehingga sistem yang lebih
besar dari kehidupan akan terganggu. Penting bagi Anda untuk memahami
bahwa komunitas merupakan sebuah sistem yang berkoordinasiterintegrasi
dan saling bekerja sama untuk tujuan tertentu. Jika bagian atau elemen
komunitas terganggu maka komunitas tersebut juga akan terganggu secara
menyeluruh.
Menjalankan peran menjadi perawat kesehatan komunitas Anda
harus siap untuk menentukan kebutuhan kesehatan komunitas. Pengkajian
merupakan langkah awal dan langkah kunci dalam proses keperawatan
yang harus dilakukan seorang perawat komunitas. Pengkajian merupakan
proses mengumpulkan dan mengevaluasi informasi terkait status kesehatan
masyarakat untuk menemukan permasalahan kesehatan yang terjadi, risiko
atau potensial sebagai dasar untuk merencanakan tindakan yang akan
dilaksanakan dan menentukan sumber daya yang dapat diberdayakan
dalam pengelolaan permasalahan keperawatan dan kesehatan (Heinemann
& Zeiss, 2002).
Dalam pelaksanaan pengkajian Anda akan berfokus pada kegiatan
utama yang harus Anda lakukan yaitu pengumpulan data. Kegiatan ini
merupakan suatu hal yang bersifat kontinyu dan diulang terus-menerus
46
sepanjang fase proses keperawatan. Di saat melakukan pengkajian perawat
menilai kemampuan komunitas untuk meningkatkan kesehatannya,
perawat dapat secara bersamaan mengumpulkan data tentang perilaku gaya
hidup masyarakat dan menafsirkan data yang sebelumnya dikumpulkan
tentang morbiditas dan mortalitas.
Seperti yang telah disebutkan di atas dalam mengkaji komunitas
model pengkajian yang dapat Anda gunakan adalah model pengkajian
Community As Partner (Komunitas Sebagai Partner).
Gambar 4. Skema Model Komunitas sebagai Partner Diadopsi dari Skema
Anderson & Mc Farlane
47
2.2. Komponen Pengkajian Komunitas Model Komunitas
Sebagai Partner
Model Komunitas Sebagai Partner memberikan sebuah acuan
praktik pengkajian keperawatan komunitas. Pada model ini perawat
diberikan beberapa komponen esensial yang harus dikaji oleh perawat
kesehatan komunitas. Perawat melakukan pengkajian dengan mencari data
esensial yang nantinya akan memberikan gambaran kesenjangan
permasalahan dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan komunitas dalam
perencanaan komunitas. Model ini memiliki beberapa keunggulan yaitu
berorientasi terhadap kebutuhan populasi (Anderson & Mcfarlane, 2011).
Hal ini dapat dicontohkan dengan komunitas yang Anda kelola
memiliki permasalahan yaitu layanan kesehatan, tidak terdapatnya layanan
kesehatan yang mudah dijangkau bagi komunitas untuk menyelesaikan
permasalahan dikarenakan puskesmas/praktik layanan kesehatan swasta
terlalu jauh dan mahal untuk dijangkau. Maka, hal tersebut harus menjadi
perhatian perawat komunitas karena akan mempengaruhi perilaku
kesehatan komunitas. Dalam rangka menyelesaikan hal tersebut Anda
sebagai perawat komunitas juga akan berfikir untuk memanfaatkan
komponen lain sebagai sumber daya dalam penyelesaian masalah tersebut
misal dengan mengadvokasi kebijakan kesehatan, transportasi dan
komponen lain yang bisa diberdayakan.
Berikut komponen-komponen pengkajian keperawatan komunitas
berdasarkan model Komunitas Sebagai Partner (Anderson & Mcfarlane,
2011):
Data Inti Komunitas
Data inti komunitas merupakan data dasar dan esensial dari
komunitas. Data inti dari komunitas adalah orang/masyarakat yang ada di
komunitas itu sendiri. Data inti komunitas terdiri dari sejarah, karakteristik
berupa demografis, etnis dan data statistik vital kemudian data nilai dan
kepercayaan di komunitas. Data sejarah komunitas merupakan data-data
yang berkaitan dengan peristiwa sejarah atau kejadian di masa lampau
yang membentuk komunitas, mempengaruhi perilaku kesehatan dan
berdampak terhadap kesehatan komunitas. Dapat kita contohkan dengan
suatu komunitas dibuka pertama kalinya untuk wilayah industri. Wilayah
industri akan banyak mendatangkan berbagai latar belakang keluarga yang
48
tinggal di komunitas tersebut sehingga memunculkan berbagai variasi etnis
dan juga perilaku kesehatan. Permasalahan kesehatan di wilayah industri
juga akan memberikan warna permasalahan spesifik untuk komunitas yang
hidup di wilayah tersebut.
Data demografis yang dapat Anda cari yaitu data berupa distribusi
karakteristik komunitas seperti data sebaran penduduk dilihat dari jenis
kelamin, usia dan distribusi etnis. Data tersebut dapat dilihat dari data
sensus penduduk maupun laporan kelurahan tempat Anda berpraktik. Data
Vital statistik merupakan data distribusi penyakit tertentu atau data statistik
kesehatan seperti angka kelahiran, kematian, kesakitan, dan data faktor
risiko.
Data nilai dan keyakinan merupakan data keyakinan yang dianut
oleh komunitas dan nilai-nilai yang dimiliki oleh komunitas di dalamnya,
bisa termasuk nilai keyakinan beragama. Data ini dapat dikaitkan dengan
etnis dan budaya yang ada di komunitas tersebut yang juga akan
mempengaruhi kesehatan dan rencana pemenuhan kesehatan. Misalnya
suatu komunitas memiliki nilai bahwa dalam memiliki keturunan
pembatasan anak dianggap menyalahi kodrat maka nilai ini akan
memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan program keluarga berencana
di wilayah tersebut.
Data Subsistem Komunitas
Dalam mengkaji di komunitas Anda mengkaji subsistem-subsistem
yang dianggap vital bagi pengkajian komunitas. Data subsistem bisa
diibaratkan data vital yang akan membangun komunitas. Data subsistem
tersebut juga akan memberikan strategi pemberdayaan sumber daya dalam
asuhan keperawatan yang Anda berikan. Terdapat 8 subsistem yang harus
Anda kaji di dalam mengelola keperawatan komunitas. Berikut subsistem
yang harus Anda dapatkan di komunitas yang Anda kelola.
Data Lingkungan Fisik
Data lingkungan fisik dapat diibaratkan seperti pemeriksaan fisik
pada pemeriksaan fisik manusia. Data lingkungan fisik merupakan hasil
pemeriksaan fisik dari komunitas yang Anda kelola. Data lingkungan fisik
merupakan data krusial yang harus Anda dapatkan untuk mengenali
49
komunitas itu sendiri. Lingkungan fisik akan berkaitan dengan seperti apa
lingkungan komunitas tersebut terlihat. Pengkajian lingkungan fisik akan
sangat melibatkan panca indra yang Anda miliki.
Data lingkungan fisik yang dapat Anda kaji adalah sebagai berikut:

Kualitas udara

Keadaan alam, nuansa ekosistem vegetasi dan fauna

Ruang/space

Perumahan

Struktur bangunan

Cuaca

Luas wilayah

Batas wilayah

Peta wilayah
Data layanan kesehatan dan layanan sosial
Data ini merupakan data fasilitas kesehatan dan layanan sosial yang
dapat diakses oleh komunitas. Fasilitas di luar dari komunitas tersebut
dikenal dengan layanan “extracommunity” fasilitas layanan yang terdapat
di dalam komunitas tersebut dikenal dengan “intracommunity”. Data yang
dapat Anda gali adalah data berupa jenis layanan, waktu akses, biaya
layanan, tenaga profesional kesehatan, fasilitas layanan, lokasi,
aksesibilitas dan akseptabilitas. Data layanan sosial aktivitas sosial dan
layanan yang dapat memberikan manfaat sosial bagi komunitas seperti
layanan kebutuhan khusus, panti sosial dan layanan sosial lainnya.
Data layanan kesehatan dan sosial yang dapat Anda kaji adalah sebagai berikut:

Jenis layanan (rumah sakit, klinik, fasilitas homecare, layanan gawat
darurat dan puskesmas).

Layanan yang tersedia (biaya, jam layanan, layanan yang diberikan).

Sumber daya kesehatan (tenaga kesehatan yang tersedia dan sistem
kesehatan).

Karakteristik pengguna layanan misal lansia, balita dan lain-lain.

Jumlah pemanfaatan layanan.

Layanan sosial (baby day care, layanan konseling, panti sosial dan lainlain).
50
Ekonomi
Data ini merupakan data “kesejahteraan/kekayaan” komunitas yang
Anda kelola. Data ini bisa Anda lihat dari pendapatan per kapita, angka
kemiskinan, status pekerjaan dan jenis pekerjaan. Hal ini akan memberikan
pemahaman terhadap bagaimana kemampuan ekonomi komunitas dalam
memenuhi kebutuhan kesehatan dan kebutuhan esensial lain yang
mempengaruhi kesehatan.
Data ekonomi yang dapat Anda kaji adalah sebagai berikut:

Pendapatan per kapita/pendapatan rata-rata

Status pekerjaan

Jumlah masyarakat miskin

Jenis pekerjaan

Kepala keluarga perempuan

Usaha/bisnis yang ada di komunitas
Keamanan dan transportasi
Data ini merupakan data yang menjamin keamanan dan
transportasi/mobilisasi di komunitas. Data keamanan bisa Anda lihat dari
layanan kepolisian, pemadam kebakaran dan layanan pengelolaan limbah
di komunitas. Transportasi dapat Anda gunakan data bagaimana komunitas
melakukan mobilisasi misal dengan kendaraan milik sendiri atau
kendaraan umum.
Data keamanan dan transportasi yang dapat Anda kaji adalah sebagai berikut:
Keamanan

Kantor polisi

Pemadam kebakaran

Pengelolaan sanitasi

Penanggulangan bencana

Layanan keamanan di komunitas

Angka kejahatan dan risiko keamanan
Transportasi

Jenis alat transportasi pribadi

Jenis alat transportasi umum

Rute, biaya dan akses jalan
51
Politik Pemerintahan dan Kebijakan
Data ini berkaitan dengan kebijakan dan sistem pemerintahan dalam
suatu komunitas. Anda mencari data bagaimana sistem pemerintahan
berjalan di komunitas tersebut berupa hierarki, pengambilan keputusan,
proses kebijakan dan konsekuensi kebijakan. Data terkait aturan-aturan di
komunitas yang mempengaruhi kesehatan misal kebijakan merokok dan
lain-lain. Hal ini akan memberikan gambaran seperti apa kebijakan akan
membentuk perilaku kesehatan komunitas.
Data politik dan kebijakan yang dapat Anda kaji adalah sebagai berikut:

Sistem pemerintahan di komunitas

Sistem pelaksanaan kebijakan komunitas

Organisasi di komunitas

Pengambil keputusan di komunitas

Organisasi nonpermerintahan
Komunikasi
Data ini berkaitan seperti apa bentuk komunikasi berlangsung di
komunitas. Komunikasi komunitas bisa berbentuk formal maupun
informal. Data komunikasi formal bisa dilihat dari bagaimana komunitas
mendistribusikan informasi melalui media seperti koran, televisi, dan
telepon. Komunikasi formal juga bisa dilihat melalui arah komunikasi
masyarakat seperti komunikasi top-down atau bottom-up. Komunikasi
informal bisa berupa distribusi informasi melalui media informal.
Data komunikasi yang dapat Anda kaji adalah sebagai berikut:
Komunikasi formal

Bentuk komunikasi

Forum komunitas

Media (koran, radio dan hotline service)
Komunikasi informal

Bentuk komunikasi

Media (flyer, buletin dan poster)

Komunikasi dari mulut ke mulut
52
Pendidikan
Data pendidikan merupakan data pendidikan rata-rata di suatu
komunitas. Bagaimana komunitas memenuhi jenjang pendidikan formal
dan informal yang telah ditempuhnya. Data ini juga fasilitas pendidikan
yang terdapat di suatu komunitas.
Data pendidikan yang dapat Anda kaji adalah sebagai berikut:

Status pendidikan (pendidikan terakhir)

Jenis-jenis sekolah

Fasilitas sekolah intra komunitas dan ekstra komunitas

Akses dan akseptabilitas pendidikan di komunitas
Rekreasi
Data ini merupakan data fasilitas rekreasi yang dapat dimanfaatkan
oleh komunitas. Rekreasi penting untuk komunitas untuk melepas stres
dan menurunkan ketegangan akibat stresor sekitar.
Gambar 5. Subsistem di Komunitas Diadaptasi dari Anderson Mc Farlane
dan Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia
53
Data Persepsi
Data persepsi merupakan data terkait bagaimana masyarakat
merasakan, berperilaku terhadap kesehatan. Persepsi perawat terhadap
komunitas juga merupakan hal yang diharapkan mampu menggambarkan
situasi kesehatan di komunitas yang Anda kelola. Data persepsi dapat
Anda kelola dengan mengkhususkan dengan situasi spesifik yang ingin
Anda ketahui lebih dalam dari komunitas. Data persepsi dapat
menggunakan metode survei agar lebih efisien dan efektif untuk
mendapatkan data dengan jumlah besar.
2.3. Permasalahan Kesehatan
Tumbuh Kembang
Komunitas
pada
Agregat
Mengkaji komunitas akan memberikan Anda perspektif
permasalahan kesehatan yang luas, kompleks dan banyak. Tidak
dipungkiri masalah kesehatan yang beragam bisa saja muncul di komunitas
yang Anda kelola. Namun permasalahan kesehatan akan sangat berkaitan
dengan faktor risiko yang ada di komunitas, karakteristik komunitas dan
tren kejadian berdasarkan situasi dan kondisi suatu komunitas tersebut.
Sehingga situasi permasalahan dapat disimpulkan atau difokuskan
berdasarkan tren penyakit dan ciri karakteristik suatu agregat yang
membantu Anda kemungkinan permasalahan kesehatan yang muncul pada
agregat atau kelompok tertentu. Fokus masalah kesehatan berikut bukan
berarti bahwa secara kaku masalah tersebut hanya akan terjadi pada
agregat dan menutup kemungkinan untuk terjadi permasalahan kesehatan
lainnya. Fokus permasalahan dicirikan berdasarkan epidemiologi
prevalensi kejadian dan tren. Tidak menutup kemungkinan masalah
kesehatan yang terjadi di komunitas Anda kelola berbeda, saling terjadi,
dan berubah berdasarkan situasi dan kondisi di komunitas Anda.
Fokus permasalahan agregat maternal (ibu hamil, melahirkan dan
menyusui) sebagai berikut:
1) Kehamilan berisiko
2) Pemenuhan nutrisi tidak adekuat
3) Kekerasan
4) Penyakit infeksi menular seksual
5) HIV/AIDS
54
6)
7)
8)
9)
10)
Penggunaan zat-zat terlarang (rokok, alkohol dan zat aditif)
Hipertensi kehamilan
Diabetes gestasional
Depresi postpartum
Kematian bayi
Fokus permasalahan agregat bayi baru lahir dan bawah lima tahun
(balita) adalah sebagai berikut:
1) Pemenuhan nutrisi tidak adekuat.
2) Kebersihan gigi.
3) Penyakit menular (ISPA, pneumonia, diare, dan konjungtivitis).
4) Penyakit tidak menular (karies gigi, asma, autisme, anemia, dan
alergi).
5) Kecelakaan atau jatuh pada anak.
6) Penelantaran dan kekerasan pada anak.
Fokus permasalahan agregat anak usia sekolah adalah sebagai berikut:
1) Masalah geligi dan kebersihan mulut
2) Asma
3) Autisme
4) Kejang
5) Diabetes
6) Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
7) Disabilitas anak
8) Obesitas pada anak
9) Kecelakaan dan jatuh pada anak
10) Kecanduan gadget
11) Penyakit menular (measless, ISPA, infeksi varicela, rubella dan
bronkitis)
12) Kutu rambut dan kebersihan diri
13) Perundungan
Fokus permasalahan agregat anak usia remaja adalah sebagai berikut:
1) Jerawat dan harga diri
2) Kekerasan dan perundungan
3) Penggunaan zat terlarang dan adiktif (rokok, alkohol dan narkoba)
55
4)
Kesehatan seksual (infeksi menular seksual, seksual berisiko dan
orientasi seksual)
5) HIV/AIDS
6) Kehamilan remaja
7) Nutrisi dan gangguan pola makan (obesitas, dan bulimia)
8) Penyakit tidak menular (diabetes, hipertensi dan
9) Kesehatan jiwa (risiko bunuh diri)
10) Kecelakaan dan jatuh
Fokus permasalahan agregat dewasa pria dan wanita adalah sebagai
berikut:
1) Penyakit kardiovaskuler
2) Maligna dan neoplasma (keganasan)
3) Kecelakaan dan jatuh
4) Penyakit serebrovaskular
5) Diabetes mellitus
6) Nefritis dan nefrosis
7) Obesitas
8) Penggunaan zat terlarang dan adiktif
Fokus permasalahan agregat lansia adalah sebagai berikut:
1) Penyakit artristis
2) Penyakit kardiovaskuler
3) Osteoporosis
4) Depresi
5) Kecelakaan dan jatuh
6) Alzheimer
7) Keganasan/kanker
Pengkajian yang komprehensif berusaha untuk menemukan semua
informasi kesehatan komunitas yang relevan. Anda sudah menguasai
komponen yang harus dikaji pada komunitas sebagai sistem dan fokus
masalah kesehatan yang dihadapi dalam konteks agregat perkembangan
kehidupan. Pengkajian dilanjutkan dengan pengumpulan data melalui
metode pengkajian yang sesuai. Hal ini dapat dimulai dengan tinjauan
studi dari laporan-laporan yang ada dan tersedia di komunitas. Sebagai
perawat komunitas Anda akan mulai melacak seperti apa pelaporan data56
data kesehatan yang dimiliki suatu komunitas seperti data demografis, data
morbiditas dan mortalitas. Kemudian pengkajian dapat Anda lakukan
dengan melakukan sebuah survei singkat “wiedshield survey”, yaitu berupa
pengkajian singkat untuk mengenali komunitas saat Anda masuk dalam
komunitas tersebut. Wawancara dengan informan kunci dapat dilakukan
setelahnya.
2.4. Metode Pengkajian di Komunitas
Pengkajian kebutuhan kesehatan dan permasalahan kesehatan
komunitas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode
pengkajian. Terlepas dari metode pengkajian yang digunakan, data harus
Anda kumpulkan dengan teknik komunikasi yang efektif dan keterampilan
investigasi khusus yang perlu Anda pelajari dan latih selama berinteraksi
dengan masyarakat. Metode pengkajian penting yang harus Anda cobakan
sebagai calon perawat komunitas adalah studi literatur, windshield survey,
wawancara, fokus grup diskusi, observasi partisipan dan survei.
Studi Literatur
Studi literatur epidemiologi deskriptif merupakan sebuah metode
pengkajian yang dapat Anda lakukan guna mendapatkan data jumlah dan
distribusi penyakit atau kondisi kesehatan dalam suatu populasi di
komunitas. Pertanyaan mendasar yang harus Anda jawab saat
melaksanakan pengkajian dengan menggunakan metode studi literatur
epidemiologi deskriptif yaitu “siapa” yaitu orang/kelompok yang
terpengaruh misalnya diare pada balita dan atau kanker rahim pada wanita
dewasa, “di mana” yaitu tempat kondisi itu terjadi dan “kapan” yaitu
waktu kasus terjadi. Metode pengkajian ini berguna untuk menggambarkan
ke mana arah risiko permasalahan kesehatan yang terjadi dan memberikan
arahan untuk pengkajian selanjutnya terkait pengkajian terfokus pada
komunitas.
Sumber data internasional dapat dikumpulkan melalui beberapa
lembaga yang terkenal di dunia, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) dan enam kantor regional dan organisasi kesehatannya. Selain itu,
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi khusus global yang berfokus
pada populasi atau masalah kesehatan tertentu, seperti organisasi
57
Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk anak UNICEF, adalah sumber utama
data terkait kesehatan internasional (WHO, 2008a). WHO menerbitkan
laporan tahunan kegiatan mereka, dan statistik internasional untuk
penyakit dan tren penyakit dari tahun ke tahun sangat mudah untuk diakses
melalui Internet (WHO, 2008b). Informasi dari sumber-sumber resmi ini
dapat memberi perawat komunitas informasi di komunitas di tingkat
internasional yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan nasional dan
lokal.
Sumber data nasional perawat kesehatan komunitas dapat
mengakses banyak sumber data nasional resmi dan tidak resmi. Sumber
resmi mengembangkan dokumen berdasarkan data yang dikumpulkan oleh
pemerintah. Berikut ini adalah sumber data resmi utama yang dapat
diakses untuk memperoleh informasi kesehatan. Bagi perawat sumber data
lokal merupakan data paling signifikan yang paling memungkinkan
memberikan gambaran terkait kondisi kesehatan komunitas yang Anda
kelola. Data-data dari Dinas Kesehatan hingga puskesmas memiliki
tanggungjawab dalam mengumpulkan data statistik vital di tingkat
wilayahnya tersebut. Informasi tersebut dapat Anda gunakan untuk
mengidentifikasi risiko dan menjadikan hal tersebut sebagai sumber daya
dalam upaya mencegah penyakit di berbagai level tindakan. Sebagai
sumber data lain di tingkat lokal yang dapat Anda akses terkait dengan
data kesehatan yang dimiliki oleh lembaga formal maupun informal
lainnya. Beberapa sumber utama lainnya adalah laporan kantor kelurahan,
rumah sakit dan organisasi kemasyarakatan. Namun perlu Anda perhatikan
beberapa dari sumber-sumber data tersebut memiliki mekanisme
penyusunan statistik berdasarkan pemahaman mereka sendiri sehingga
perlu Anda siasati cara untuk menerjemahkan dan menyimpulkan data
yang mereka kumpulkan.
Prosedur Pelaksanaan Studi Literatur
Prosedur Pelaksanaan Kegiatan:
1) Membuat daftar literatur dan laporan yang akan menjadi sumber data.
2) Mengakses sumber data berupa buku dan laporan baik cetak maupun
online.
3) Membaca data secara menyeluruh.
4) Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan data yang dicari dan dibutuhkan.
58
5)
6)
Mengintisarikan hasil representasi data yang dibaca.
Menyimpulkan tren data dari hasil studi literatur.
Daftar Sumber Laporan Kesehatan
Daftar Situs/Website data kesehatan di Komunitas
1. https://www.who.int
2. https://www.who.int/healthinfo/statistics/en/
3. https://www.cdc.gov
4. https://www.nih.gov
5. http://www.kemkes.go.id
6. http://www.depkes.go.id
7. http://www.pusdatin.kemkes.go.id
8. https://surveilans-dinkesdki.net
Daftar Sumber Data Kesehatan Komunitas
1. Laporan Puskesmas
2. Laporan Dinas Kesehatan Kota/Provinsi
3. Laporan Kelurahan
4. Catatan/Laporan Kader Kesehatan
5. Catatan/Laporan RT/RW
Format Dokumentasi Data Studi Literatur
No.
1.
Sumber Data
Laporan Puskesmas
2.
........................
Kesimpulan Data
7% Balita menderita diare pada
puskesmas X pada bulan November
tahun 2018
...................................
Windshield Survey
Pengkajian yang singkat dan penyimpulan menyeluruh berusaha
untuk menemukan semua informasi kesehatan komunitas yang relevan.
Anda terlebih dahulu telah memulai dengan tinjauan studi dari laporanlaporan yang ada dan tersedia di komunitas. Kemudian pengkajian dapat
Anda lakukan dengan melakukan sebuah survei singkat “windshield
survey” yaitu berupa pengkajian singkat untuk mengenali komunitas saat
Anda masuk dalam komunitas tersebut. Wawancara dengan informan
kunci dapat dilakukan setelahnya. Windshield survey merupakan metode
59
pengkajian yang unik dimiliki oleh komunitas. Windshield survey
merupakan metode pengkajian singkat dengan menggunakan panca indera
untuk mengetahui dan mengenali komunitas yang akan dikelola oleh
perawat. Pengkajian windshield survey dapat dicontohkan Anda
mengelilingi komunitas kemudian melihat kondisi lingkungan secara
singkat terkait kebersihan, kontur wilayah dan Anda merasakan
kelembaban udara atau atmosfer wilayah sekitar.
Prosedur Pelaksanaan Windshield survey
Prosedur Pelaksanaan Kegiatan
1) Menyiapkan format catatan lapangan dan panduan pencarian data
windshield survey.
2) Berkeliling di sekitar wilayah yang akan di windshield survey.
3) Melihat, “merasakan”, “mensidu” wilayah sekitar.
4) Mencatat hasil windshield survey yang telah dilaksanakan.
Format Dokumentasi Windshield survey
No.
…
…
…
Jenis Data
……………..
……………..
……………..
Hasil Windshield Survey
……………………..
……………………..
……………………..
Data Naratif Windshield survey
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Wawancara
Wawancara merupakan metode pengkajian dengan menanyakan
atau melakukan proses tanya jawab yang berhubungan dengan masalah
yang dihadapi oleh komunitas dan merupakan suatu komunikasi yang
direncanakan dengan menyusun pertanyaan wawancara. Dalam wawancara
perawat berinteraksi melalui komunikasi terapeutik dalam menggali data
tertentu. Klarifikasi diperlukan dalam metode penggalian data jenis ini
dengan menanyakan kembali setiap data yang didapatkan jika diperlukan.
60
Wawancara membutuhkan keterampilan secara verbal maupun non verbal,
empati dan rasa kepedulian yang tinggi. Menyusun pertanyaan wawancara
meliputi pertanyaan terbuka maupun tertutup, menggali jawaban dan
memvalidasi respons klien. Teknik non verbal meliputi mendengarkan
secara aktif, diam, sentuhan dan kontak mata. Mendengarkan secara aktif
merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan
wawancara.
Informan kunci adalah orang yang dianggap “ahli” pada suatu
wilayah yang diperkirakan akan mengenal komunitas secara keseluruhan.
Orang yang dikenal sebagai informan kunci adalah orang yang dikenal
memiliki data-data kesehatan yang ada di komunitas, sebagai contoh orang
yang disebut informan kunci adalah ketua RT, ketua RW, kader kesehatan,
tokoh agama, babinmas dan petugas kesehatan. Kemudian, survei yang
lebih rinci dan observasi intensif dapat dilakukan untuk menghasilkan
informasi yang lebih dalam terkait kondisi dan kebutuhan kesehatan
komunitas.
Prosedur Pelaksanaan Wawancara Komunitas
Prosedur Pelaksanaan Kegiatan:
1) Menyiapkan panduan wawancara sesuai dengan isu yang digali
2) Mengucapkan salam terapeutik
3) Meminta izin untuk perekaman data
4) Menjelaskan tujuan wawancara
5) Menanyakan pertanyaan berdasarkan panduan wawancara
6) Melakukan klarifikasi terhadap data yang didapatkan
7) Menanyakan pertanyaan tambahan untuk pendalaman data.
8) Merekam dan mencatat data hasil wawancara
9) Menyampaikan hasil/kesimpulan data wawancara
10) Menutup pertemuan
Format Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
Contoh:
1. Bagaimana kondisi perumahan masyarakat?
2. Apa saja yang dilakukan masyarakat terkait kebersihan lingkungan?
61
3.
4.
5.
6.
Jumlah fasilitas kesehatan yang ada dan akses kepada masyarakat?
Adakah fasilitas penyampaian informasi terkait penyakit TBC?
Apa saja pekerjaan masyarakat di wilayah tersebut?
Adakah sumber polusi dari daerah tersebut?
Gambar 6. Perawat Komunitas Sedang Melakukan Wawancara
Fokus Grup Diskusi
Fokus grup diskusi (FGD) merupakan sebuah metode pengkajian
untuk memperoleh data-data kualitatif mendasar langsung dari komunitas.
Fokus grup diskusi melibatkan sekelompok kecil peserta yang biasanya
berjumlah 5 hingga 15 orang (Polit & Beck, 2007). Fokus grup diskusi
yang dilaksanakan dengan anggota yang dipilih untuk dapat terlibat dalam
grup adalah bersifat homogen dengan variabel demografis tertentu yang
ditentukan oleh pengumpul data, misalnya Anda ingin mengumpulkan
data-data terkait persepsi terhadap imunisasi polio maka anggota yang
hadir dalam fokus grup diskusi Anda adalah ibu-ibu yang memiliki anak
dengan usia yang sesuai untuk imunisasi polio. Keterampilan
62
mengorganisasikan kegiatan diskusi penting Anda persiapkan dalam
pelaksanaan metode pengkajian ini. Anda harus mampu dalam mengelola
proses interaksi dalam kelompok kecil tersebut. Anda diharapkan juga
mampu membangun suasana yang menyamankan dan dipercaya sehingga
mendapatkan tujuan yang ditetapkan. Fasilitator yang akan mewawancarai
dan memandu diskusi memberikan serangkaian pertanyaan atau topik yang
telah ditentukan.
Prosedur Pelaksanaan Fokus Grup Diskusi
Prosedur Pelaksanaan Kegiatan
1) Menyiapkan panduan FGD sesuai dengan isu yang digali.
2) Mengucapkan salam terapeutik.
3) Meminta izin untuk perekaman data.
4) Menjelaskan tujuan FGD.
5) Menanyakan pertanyaan berdasarkan panduan FGD.
6) Melakukan klarifikasi terhadap data yang didapatkan.
7) Memberikan penguatan positif.
8) Memotivasi partisipan yang belum memberikan pernyataan.
9) Menanyakan pertanyaan tambahan untuk pendalaman data.
10) Merekam dan mencatat data hasil FGD.
11) Menyampaikan simpulan hasil FGD dan menutup pertemuan.
Format Pencatatan Respons FGD
No.
...
...
...
Partisipan
..........................
..........................
..........................
Respons Partisipan
..............................
..............................
..............................
Keterangan
......................
......................
......................
Format Tematik Kesimpulan FGD
No.
...
...
...
Pernyataan
..........................
..........................
..........................
Tematik/Subtematik
..............................
..............................
..............................
63
Partisipan
......................
......................
......................
Gambar 7. Proses Pelaksanaan FGD pada Agregat Remaja Sekolah
Observasi Partisipan
Pengamatan atau observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses
atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami
pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan
yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi
yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu kegiatan pengkajian. Cara
observasi yang paling efektif adalah melengkapinya dengan pedoman
observasi/pedoman pengamatan seperti format atau blangko pengamatan.
Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku
yang digambarkan akan terjadi. Setelah itu, peneliti sebagai seorang
pengamat tinggal memberikan tanda centang pada kolom yang
dikehendaki pada format tersebut.
Prosedur Pelaksanaan Observasi Partisipan
Prosedur Pelaksanaan Kegiatan
1) Menyiapkan panduan observasi sesuai dengan isu yang digali.
2) Mengucapkan salam terapeutik.
3) Meminta izin untuk pengambilan/pencatatan data.
4) Menjelaskan tujuan observasi.
64
5)
6)
7)
8)
Berkeliling/berada di sekitar di lokasi yang diobservasi.
Menandai dan mencatat data hasil observasi.
Menyampaikan hasil observasi.
Menutup pertemuan.
Format Observasi Partisipan
PEDOMAN OBSERVASI LINGKUNGAN RUMAH
Petunjuk: Berikan tanda centang (√) sesuai dengan kondisi rumah saat
kunjungan rumah
Komponen Lingkungan
Rumah
Kepadatan penghuni
rumah
Pencahayaan sinar
matahari
Ventilasi
Kebiasaan jendela di
buka
Komponen yang dinilai
Ya
Tidak
Keterangan
Kepadatan
penghuni
rumah 6 m2/ orang
Sinar matahari bisa
masuk ke dalam kamar
tidur
Sinar matahari masuk
ke ruang keluarga
≥ 10% luas lantai
rumah
Jendela kamar tidur di
buka setiap hari
Jendela ruang keluarga
di buka setiap hari
Survei
Survei adalah metode pengkajian di mana serangkaian pertanyaan
digunakan untuk mengumpulkan data untuk analisis kelompok atau
wilayah tertentu dengan menggunakan instrumen seperti kuesioner baik
berbasis kertas maupun digital. Survei biasanya digunakan untuk
menyediakan berbagai data yang sumber lain tidak mampu memberikan
informasi yang dibutuhkan. Dalam melakukan survei kesehatan komunitas
Anda haruslah mampu menentukan variabel komunitas mana yang harus
Anda kaji dan gali misal terkait persepsi kesehatan, kebutuhan kesehatan,
sosial ekonomi, dan kondisi atau kebutuhan perilaku tertentu yang
mempengaruhi kemampuan komunitas untuk mengendalikan penyakit dan
65
meningkatkan kesejahteraan. Sebagai perawat komunitas Anda dapat
memilih untuk melakukan survei dalam menentukan hal-hal seperti pola
dan kebutuhan penggunaan layanan kesehatan, tingkat imunisasi,
karakteristik demografis, atau kepercayaan dan praktik kesehatan yang
terdapat di komunitas tersebut. Variabel yang ingin Anda gali dapat Anda
tentukan sesuai dengan kebutuhan data yang Anda inginkan sebagai
bentuk upaya penyelesaian permasalahan kesehatan dan pengidentifikasian
sumber daya yang ada di komunitas.
Prosedur Pelaksanaan Survei
Prosedur Pelaksanaan Kegiatan:
1) Menyiapkan kuesioner sesuai dengan isu yang digali
2) Mengucapkan salam terapeutik
3) Meminta izin untuk pengambilan/pencatatan data
4) Menjelaskan tujuan survei
5) Menjelaskan petunjuk pengisian
6) Memberikan waktu responden mengisi kuesioner
7) Menjelaskan pertanyaan responden jika ada
8) Mengumpulkan kuesioner hasil isian.
9) Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan isian
10) Menutup pertemuan
66
Contoh Kuesioner Metode Pengkajian Survei
67
Sumber Data Primer dan Data Sekunder
Perawat kesehatan komunitas dapat mencari data di berbagai sumber
untuk meningkatkan dan melengkapi pengkajian di komunitas. Sumber
data dapat berupa sumber data primer dan sumber data sekunder Sumber
data primer merupakan sumber data yang didapatkan langsung dari sumber
data. Sumber data primer dapat berasal dari anggota masyarakat,
pemimpin formal, pemimpin informal, dan kader kesehatan. Sumber data
primer akan memberikan wawasan yang paling akurat dan informasi yang
komprehensif terhadap pengkajian yang Anda lakukan. Penggalian data
primer dapat memperoleh informasi dengan melakukan wawancara
langsung kepada orang-orang memiliki informasi terkait data yang Anda
cari.
Berbeda dengan sumber data sekunder merupakan penggalian
informasi data dan informasi secara tidak langsung melalui catatan dan
laporan yang tersedia di komunitas. Sumber data sekunder yang dapat
Anda akses adalah laporan data nasional dan lokal, laporan Puskesmas,
laporan kelurahan, laporan RT/RW dan laporan kader. Sumber data
sekunder mungkin tidak sepenuhnya menggambarkan masyarakat dalam
kondisi “real” dan tidak mencerminkan persepsi diri masyarakat sehingga
mungkin diperlukan validasi data lebih lanjut melalui kelompok fokus,
survei, dan metode pengumpulan data primer lainnya.
Sumber data internasional dapat dikumpulkan melalui beberapa
lembaga yang terkenal di dunia, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) dan enam kantor regional dan organisasi kesehatannya. Selain itu,
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi khusus global yang berfokus
pada populasi atau masalah kesehatan tertentu, seperti organisasi
Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk anak UNICEF, adalah sumber utama
data terkait kesehatan internasional (WHO, 2008a). WHO menerbitkan
laporan tahunan kegiatan mereka, dan statistik internasional untuk
penyakit dan tren penyakit dari tahun ke tahun sangat mudah untuk diakses
melalui Internet (WHO, 2008b). Informasi dari sumber-sumber resmi ini
dapat memberi perawat komunitas informasi di komunitas di tingkat
internasional yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan nasional dan
lokal.
68
Sumber data nasional, perawat kesehatan komunitas dapat
mengakses banyak sumber data nasional resmi dan tidak resmi. Sumber
resmi mengembangkan dokumen berdasarkan data yang dikumpulkan oleh
pemerintah. Berikut ini adalah sumber data resmi utama yang dapat
diakses untuk memperoleh informasi kesehatan.
Bagi perawat sumber data lokal merupakan data paling signifikan
yang paling memungkinkan memberikan gambaran terkait kondisi
kesehatan komunitas yang Anda kelola. Data-data dari Dinas Kesehatan
hingga puskesmas memiliki tanggungjawab dalam mengumpulkan data
statistik vital di tingkat wilayahnya tersebut. Informasi tersebut dapat Anda
gunakan untuk mengidentifikasi risiko dan menjadikan hal tersebut
sebagai sumber daya dalam upaya mencegah penyakit di berbagai level
tindakan. Sebagai sumber data lain di tingkat lokal yang dapat Anda akses
terkait dengan data kesehatan yang dimiliki oleh lembaga formal maupun
informal lainnya. Beberapa sumber utama lainnya adalah laporan kantor
kelurahan, rumah sakit dan organisasi kemasyarakatan. Namun perlu Anda
perhatikan beberapa dari sumber-sumber data tersebut memiliki
mekanisme penyusunan statistik berdasarkan pemahaman mereka sendiri
sehingga perlu Anda siasati cara untuk menerjemahkan dan menyimpulkan
data yang mereka kumpulkan.
2.5. Merencanakan Pengkajian Komunitas
Merencanakan pengkajian merupakan hal yang penting perlu Anda
perhatikan guna menghasilkan data yang sensitif menggambarkan
kebutuhan komunitas, menunjukkan kenormalan dan kesenjangan data
sehingga dapat memutuskan masalah kesehatan dan keperawatan yang
lebih tepat sasaran. Proses pengumpulan data tidak disarankan untuk
dilakukan tanpa perencanaan. Data yang serampangan diambil akan
memberikan konsekuensi keefektifan dan keefisienan selama proses
pengkajian. Pengumpul data bisa saja menjadi lelah, kekurangan sumber
daya, kerugian finansial, pengulangan data dan pemerolehan data yang
tidak diperlukan.
Penting bagi Anda sebagai perawat komunitas yang akan melakukan
pengkajian menguasai elemen/komponen dasar pengkajian dalam
komunitas, fokus arah masalah komunitas melalui metode pengkajian yang
69
sesuai. Untuk mulai merencanakan Anda pertama mengidentifikasi
komponen pengkajian komunitas apa saja yang akan Anda kaji. Kemudian
Anda di harapkan untuk menentukan metode pengkajian manakah yang
sesuai untuk masing-masing komponen tersebut. Komponen tertentu yang
akan dilakukan dengan suatu metode pengkajian disarankan untuk tidak
diulang kembali atau pun muncul kembali di metode pengkajian lainnya
kecuali Anda memang bermaksud untuk mengklarifikasi keabsahan data
yang ingin Anda peroleh. Setelah itu, Anda menentukan sumber data yang
akan Anda peroleh. Ketepatan informan data akan memberikan Anda
kemudahan dan data yang komprehensif serta dalam. Terakhir Anda
mengembangkan dan menyiapkan instrumen pengkajian berdasarkan
metode yang telah Anda tentukan. Mengadopsi ataupun merancang sendiri
instrumen yang akan Anda gunakan tergantung dari penguasaan dan
ketersediaan instrumen yang biasa dan dikenal berkaitan dengan sebuah
isu.
Tabel Perencanaan Pengkajian Komunitas
No.
...
...
...
...
Komponen
Pengkajian
...............................
...............................
...............................
...............................
Metode
Pengkajian
..................
..................
..................
..................
Sumber Data
.....................
.....................
.....................
.....................
Instrumen
Pengkajian
...................
...................
...................
...................
Ayo Cari Tahu!
Untuk mendalami pemahaman anda terkait dengan pengkajian silahkan anda
rumuskan perencanaan pengkajian yang akan anda lakukan untuk mendapatkan
data kesehatan remaja merokok di suatu wilayah RW/RT di sekitar anda.
Tentukan komponen pengkajian Komunitas Sebagai Partner yang akan anda kaji,
metode pengkajian yang cocok dan sumber data yang akan bisa memberikan
informasi bagi anda.
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
70
……………....………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
71
DIAGNOSIS KEPERAWATAN KOMUNITAS
Capaian Pembelajaran:
Menginterpretasikan proses analisis data.
Memformulasikan diagnosis keperawatan komunitas.
3.1. Menganalisis Data
Setelah mengumpulkan data, perawat melanjutkan proses
selanjutnya yaitu analisis data. Perawat membutuhkan analisis informasi
yang dikumpulkan, sehingga kesimpulan dapat dibuat tentang maknanya
dan berdampak terhadap strategi yang akan dilaksanakan. Kesimpulan
yang muncul terhadap data yang dikumpulkan itu harus divalidasi untuk
menentukan keakuratannya, setelah itu diagnosis keperawatan dapat
dibentuk.
Proses analisis data dapat Anda lakukan dengan cara sebagai
berikut: Pertama data harus Anda validasi terlebih dahulu. Anda harus
melihat bahwa apakah data yang Anda miliki tersebut akurat. Melihat
akurasi data dapat Anda lakukan dengan beberapa metode prosedur
validasi berupa pemeriksaan ulang oleh tim pengumpul data komunitas,
pemeriksaan data dapat oleh orang lain di luar tim seperti puskesmas,
tokoh masyarakat, membandingkan data subjektif dan objektif. Data yang
divalidasi kemudian dipisahkan ke dalam kategori seperti data fisik, sosial,
dan lingkungan atau kategori data lain. Dalam banyak kasus, spreadsheet
dan program komputer dirancang agar dapat digunakan untuk
menyediakan struktur terorganisir dalam pengorganisasian data.
Selanjutnya, setiap kategori diperiksa untuk menentukan signifikansinya.
Pada tahap ini, mungkin ada kebutuhan untuk mencari informasi dan data
72
tambahan untuk mengklarifikasi makna data. Setelah Anda mendapatkan
makna data dengan demikian kesimpulan dapat dibuat dan interpretasi data
dapat dibuat (Anderson & McFarlane, 2004; Gandelman, Desantis, &
Rietmeijer, 2006).
Interpretasi data merupakan fase kritis dari proses analisis data.
Dalam interpretasi data Anda harus berhati-hati, hal yang harus Anda
perhatikan dalam fase ini adalah membuat asumsi sehingga menghasilkan
diagnosis yang tidak akurat. Pentingnya validasi sebelum membuat
diagnosis adalah semua asumsi dapat divalidasi kebenarannya, anggota
masyarakat harus berpartisipasi aktif dalam upaya validasi dengan
mengklarifikasi persepsi dan menjelaskan keadaan di sekitar situasi.
Sumber daya lain, seperti anggota tim kesehatan dan tokoh masyarakat,
digunakan untuk mengeksplorasi dan mengonfirmasi kesimpulan.
Pengumpulan data, interpretasi data, dan diagnosis keperawatan adalah
kegiatan berurutan, dengan validasi berfungsi sebagai jembatan di antara
mereka. Ketika Anda melakukan proses ini dengan saksama, langkahlangkah ini mengarah pada diagnosis yang akurat.
Setelah data divalidasi dan disimpulkan memvisualisasikan dan
menginterpretasikan data merupakan hal yang dapat membantu Anda
untuk mengetahui tren data. Interpretasi data dapat memudahkan Anda
menentukan kesenjangan data sehingga masalah bisa disimpulkan.
Kesenjangan data dapat dilihat dari sense (rasa) dan justifikasi profesional
Anda mengenali ada hal yang tidak normal atau tidak biasa. Kesenjangan
ini dapat menjadi batasan karakteristik ataupun tanda gejala dalam
membentuk diagnosis keperawatan yang Anda munculkan. Contoh di
bawah ini merupakan simulasi untuk memudahkan Anda untuk mengenali
kesenjangan yang Anda rasakan menjadi sebuah batasan karakteristik
ataupun tanda gejala yang muncul. Pertama hal yang Anda lakukan adalah
mengumpulkan semua kesimpulan analisis dan tren data yang senjang
yang didapat melalui berbagai metode pengkajian.
NANDA
Data
.......................................................
.......................................................
.......................................................
Batasan Karakteristik
..........................................................
..........................................................
..........................................................
73
SDKI
Data
.......................................................
.......................................................
.......................................................
Tanda Mayor dan Minor
..........................................................
..........................................................
..........................................................
3.2. Pembuatan Diagnosis Keperawatan Komunitas
Data telah dikumpulkan dari berbagai sumber dan telah divalidasi
dengan beberapa cara. Data telah direkam, ditabulasi, dianalisis, dan
disintesis, sehingga pola dan tren dapat dilihat. Penggunaan bagan, grafik,
dan tabel membantu dalam memvisualisasikan data yang telah disintesis.
Perawat yang mengkaji kesehatan komunitas harus mempresentasikan
temuan mereka kepada komunitas dan sektor terkait melalui forum
komunitas. Pernyataan tentang permasalahan komunitas harus dikaitkan
dengan kekuatan/kemampuan masyarakat dan sumber-sumber daya yang
dapat dijadikan solusi penyelesaian permasalahan di masyarakat serta
tantangan dalam penyelesaian permasalahan di komunitas.
Diagnosis keperawatan tingkat komunitas harus menggambarkan
fokus masyarakat, termasuk respons masyarakat, dan mengidentifikasi
faktor-faktor terkait yang berpotensi untuk mengubah status kesehatan
komunitas. Diagnosis keperawatan akan memandu intervensi, memiliki
keterkaitan logis antara respons komunitas, sumber daya dan faktor yang
mempengaruhi kesehatan komunitas. Kriteria hasil adalah standar terukur
yang digunakan anggota masyarakat untuk mengukur keberhasilan ketika
mereka berupaya meningkatkan kesehatan komunitas. Praktik keperawatan
berbasis hasil atau berbasis bukti berlaku untuk kelompok agregasi di
masyarakat serta pasien di rangkaian perawatan akut.
Diagnosis keperawatan dapat berubah dari waktu ke waktu karena
mencerminkan perubahan dalam status kesehatan komunitas; oleh karena
itu, diagnosis perlu dievaluasi kembali secara berkala dan diperbaiki.
Diagnosis yang berubah dapat menjadi sarana yang berguna untuk
menggerakkan komunitas ke arah peningkatan kesehatan karena
memberikan anggota masyarakat standar yang jelas untuk mengukur
kemajuan kesehatan.
74
Langkah selanjutnya adalah pembuatan diagnosis komunitas,
diagnosis komunitas mengklarifikasi dan memberikan pernyataan dari
masalah yang dihadapi oleh komunitas. Perawat komunitas menyelesaikan
permasalahan di tingkat individu keluarga dan komunitas. Perawat
komunitas dengan peran mikroskopis menyelesaikan permasalahan
individu dan keluarga. Namun, perawat komunitas dituntut untuk memiliki
peran makroskopis yakni di tingkat kesehatan komunitas sebagai peran
prioritas dalam bekerja. Data yang telah dianalisis diinterpretasikan ke
dalam bentuk batasan karakteristik ataupun tanda gejala mayor dan minor
guna mengarahkan perawat kepada permasalahan keperawatan yang tepat.
Berbagai taksonomi dan sistem klasifikasi digunakan dalam
keperawatan untuk menggambarkan masalah keperawatan spesifik dan
masing-masing memiliki keterbatasan ketika berhadapan dengan diagnosis
tingkat komunitas. Asosiasi Diagnosis Keperawatan Amerika Utara
(NANDA) jauh lebih berorientasi pada diagnosis keperawatan individu
dan keluarga namun NANDA menyediakan diagnosis di tingkat
masyarakat namun sangat minim. Klasifikasi Hasil Keperawatan (NOC)
juga umumnya berorientasi individu. Sistem standar diagnosis Omaha
meskipun diagnosis keperawatan individu, keluarga dominan muncul
namun diagnosis untuk kelompok-kelompok kecil dan di tingkat
komunitas cukup berkembang. (Sistem Omaha, 2005; Mantas & Hasman,
2001). Di Indonesia sendiri juga telah dikembangkan standar bahasa
keperawatan yaitu Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia namun seperti standar diagnosis keperawatan
lainnya SDKI minim mengembangkan permasalahan keperawatan di
komunitas.
Setelah memilih standar bahasa keperawatan yang akan Anda
gunakan saatnya Anda mulai menyusun kumpulan batasan karakteristik
ataupun tanda dan gejala berdasarkan kriteria diagnosis dari masingmasing diagnosis keperawatan. Kumpulan batasan karakteristik ataupun
tanda gejala akan mengarahkan pada diagnosis yang tepat berdasarkan
permasalahan dan kebutuhan komunitas. Jika terdapat batasan karakteristik
ataupun tanda gejala yang tidak kuat untuk di justifikasi silakan Anda lihat
diagnosis lain yang dapat dibandingkan dan lebih sesuai dengan data
75
Anda. Ketepatan analisis dan interpretasi akan memudahkan dalam
menjustifikasi diagnosis keperawatan yang akan muncul. Terlalu bingung
dalam menentukan diagnosis keperawatan akan memperlambat proses
layanan yang akan diberikan. Sehingga perhatikan untuk mempertajam
kemampuan analisis, berfikir kritis, justifikasi dan pembuatan keputusan
Anda. Latihan dan berdiskusi sesama sejawat akan memberikan ketajaman
dan intuisi pengambilan keputusan untuk diagnosis yang tepat bagi Anda.
Ragu dan berfikir terlalu lama akan menjadi kekurangan dalam
menentukan diagnosis keperawatan di komunitas. Berikut contoh
pengelompokan batasan karakteristik ataupun tanda mayor dan minor guna
menentukan diagnosis keperawatan yang tepat.
NANDA
Batasan Karakteristik
.......................................................
.......................................................
.......................................................
Diagnosis Keperawatan
..........................................................
..........................................................
..........................................................
SDKI
Tanda Mayor/Minor
.......................................................
.......................................................
.......................................................
Diagnosis Keperawatan
..........................................................
..........................................................
..........................................................
Di dalam standar buku keperawatan NANDA dapat dikenal
beberapa diagnosis keperawatan komunitas. Capernito dalam bukunya
yang menggunakan standar bahasa NANDA menyebutkan bahwa di dalam
NANDA terdapat beberapa diagnosis komunitas dan beberapa diagnosis
perilaku promosi kesehatan yang dapat di gunakan untuk mendiagnosis
permasalahan keperawatan yang ada di komunitas. Diagnosis tersebut
biasanya terdapat di domain 1 yaitu domain promosi kesehatan.
Diagnosis Keperawatan Nanda-I 2018-2020 yang dapat digunakan
pada keperawatan komunitas pada domain 1 yaitu sebagai berikut:
1) Defisiensi kesehatan komunitas
2) Perilaku cenderung berisiko
3) Ketidakefektifan pemelihraan kesehatan
76
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Ketidak efektifan manajemen kesehatan Kesiapan Peningkatan
Literasi kesehatan
Perilaku sedentari
Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan
Ktidakefektifan koping komunitas
Ketidakpatuhan
Kurang pengetahuan
Begitu juga dengan SDKI Anda dapat menggunakan diagnosisdiagnosis komunitas beserta diagnosis perilaku yang berada di kategori 7
diagnosis perilaku. Diagnosis-diagnosis tersebut dapat disebutkan sebagai
berikut:
1) Defisit kesehatan komunitas
2) Defisit pengetahuan
3) Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan
4) Kesiapan peningkatan pengetahuan
5) Ketidakpatuhan
6) Manajemen kesehatan tidak efektif
7) Pemeliharaan kesehatan tidak efektif
8) Perilaku cenderung berisiko
9) Ketidakefektifan koping komunitas
Jika Anda menjalankan peran mikroskopis berupa pelayanan asuhan
keperawatan di tingkat individu dan keluarga diagnosis keperawatan lain
yang tersebar di semua domain ataupun kategori dapat Anda gunakan
sesuai dengan kebutuhan permasalahan yang Anda hadapi.
Berikut keterangan diagnosis keperawatan komunitas yang biasa
muncul dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas.
Defisit Kesehatan Komunitas
Definisi
Terdapat masalah kesehatan atau faktor risiko yang dapat mengganggu
kesejahteraan pada suatu kelompok.
Penyebab

Hambatan akses ke pemberi layanan kesehatan.

Keterbatasan sumber daya.
77






Program tidak memiliki anggaran yang cukup.
Program tidak atau kurang didukung komunitas.
Komunitas kurang puas dengan program yang dijalankan.
Program tidak memiliki rencana evaluasi yang optimal.
Program tidak memiliki data hasil yang memadai.
Program tidak mengatasi seluruh masalah kesehatan komunitas.
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif

Terjadi masalah kesehatan yang dialami komunitas.

Terdapat faktor risiko fisiologis dan atau psikologis yang menyebabkan
anggota komunitas menjalani perawatan.
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif

Tidak tersedia program untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas.

Tidak tersedia program untuk mencegah masalah komunitas.

Tidak tersedia program untuk mengurangi masalah kesehatan komunitas.

Tidak tersedia program untuk mengatasi masalah kesehatan komunitas.
Kondisi Klinis Terkait

HIV/AIDS

Penyalahgunaan zat

Penyakit menular seksual

Kehamilan di luar nikah

Gizi buruk

Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)

Severe Acute Respitory Syndrome (SARS)
Defisit Pengetahuan (Spesifikkan)
Definisi ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu.
Penyebab

Keterbatasan kognitif.

Gangguan fungsi kognitif.
78





Kekeliruan mengikuti anjuran.
Kurang terpapar informasi.
Kurang minat dalam belajar.
Kurang mampu mengingat.
Ketidaktahuan menemukan sumber informasi.
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif

Menanyakan masalah yang dihadapi.
Objektif

Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran.

Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah.
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif

Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat.

Menunjukkan perilaku apatis.
Kondisi Klinis Terkait

Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien.

Penyakit akut.

Penyakit kronis.
Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan
Definisi
Pola pengaturan dan pengintegrasian program kesehatan ke dalam kehidupan
sehari-hari yang cukup untuk memenuhi tujuan kesehatan dan dapat ditingkatkan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif

Mengekspresikan keinginan untuk mengelola masalah kesehatan dan
pencegahan nya
Objektif

Pilihan hidup sehari-hari tepat untuk memenuhi tujuan program kesehatan
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif

Mengekspresikan tidak adanya hambatan yang berarti dalam
mengintegrasikan program yang ditetapkan untuk mengatasi masalah
79
kesehatan

Menggambarkan berkurangnya faktor risiko terjadinya masalah kesehatan
Objektif

Tidak ditemukan adanya gejala masalah kesehatan atau penyakit yang tidak
terduga
Kondisi Klinis Terkait

Diabetes mellitus

Penyakit jantung kongestif

Penyakit paru obstruktif kronis

Asma

Sklerosis multipel

Lupus sistemik

HIV

AIDS

Prematuritas
Kesiapan Peningkatan Pengetahuan
Definisi
Perkembangan informasi kognitif yang berhubungan dengan topik spesifik cukup
untuk memenuhi tujuan kesehatan dan dapat ditingkatkan.
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif

Mengungkapkan minat dalam belajar.

Menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik.

Menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan topik.
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
(tidak tersedia)
Ketidakpatuhan
Definisi
Perilaku individu dan atau pemberi asuhan tidak mengikuti rencana
perawatan/pengobatan yang disepakati dengan tenaga kesehatan sehingga
menyebabkan hasil perawatan pengobatan tidak efektif.
80
Penyebab

Disabilitas

Efek samping program perawatan/pengobatan.

Lingkungan tidak terapeutik.

Program terapi kompleks dan atau lama.

Hambatan mengakses pelayanan kesehatan.

Program terapi tidak ditanggung asuransi.

Ketidakadekuatan pemahaman.
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif

Menolak menjalani perawatan pengobatan.

Menolak mengikuti anjuran.
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif

Tampak tanda gejala penyakit masalah kesehatan masih ada/meningkat.

Tampaknya komplikasi penyakit/masalah kesehatan menetap atau
meningkat.
Kondisi Klinis terkait

Kondisi baru terdiagnosis penyakit.

Kondisi penyakit kronis.

Masalah kesehatan yang membutuhkan perubahan pola hidup.
Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
Definisi
Pola pengaturan dan pengintegrasian penanganan masalah kesehatan ke dalam
kebiasaan hidup sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai status kesehatan
yang diharapkan
Penyebab

Kompleksitas sistem pelayanan kesehatan.

Kompleksitas program perawatan pengobatan.

Konflik pengambilan keputusan kurang terpapar informasi.

Kesulitan ekonomi.

Tuntutan berlebih.

Konflik keluarga.
81



Ketidakefektifan pola perawatan kesehatan keluarga.
Ketidak cukupan petunjuk untuk bertindak.
Kekurangan dukungan sosial.
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif

Mengungkapkan kesulitan dalam menjalani program perawatan pengobatan
Objektif

Gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko.

Gagal menerapkan program perawatan/pengobatan dalam kehidupan
sehari-hari.

Tidak efektif untuk memenuhi tujuan kesehatan.
Gejala tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
(tidak tersedia)
Kondisi Klinis Terkait

Kondisi kronis.

Diagnosis baru yang membutuhkan perubahan.
Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif
Definisi
Ketidakmampuan mengidentifikasi mengelola dan atau menemukan bantuan
untuk mempertahankan kesehatan
Penyebab

Hambatan kognitif.

Ketidakpatuhan proses berduka.

Ketidaktahuan keterampilan berkomunikasi.

Kurangnya keterampilan motorik halus/kasar.

Ketidak mampuan membuat penilaian yang tidak tepat.

Ketidakmampuan mengatasi masalah.

Ketidak cukupan sumber daya.

Gangguan persepsi.

Tidak terpenuhinya tugas perkembangan.
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
82
Objektif

Kurang menunjukkan perilaku adaptif terhadap perubahan lingkungan.

Kurang menunjukkan pemahaman tentang perilaku sehat.

Tidak mampu menjalankan perilaku sehat.
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif

Memiliki riwayat perilaku mencari bantuan kesehatan.

Kurang menunjukkan minat untuk meningkatkan perilaku sehat

Tidak memiliki sistem pendukung.
Kondisi Klinis Terkait

Kondisi kronis

Cedera otak

Stroke

Cedera medula spinalis

Laringektomi

Demensia

Penyakit Alzheimer

Keterlambatan perkembangan
Ayo Cari Tahu!
Untuk mendalami pemahaman anda silahkan anda temukan diagnosis keperawatan
pada kasus berikut:
Agregat Ibu Hamil/BBL:
Sebanyak 5 orang Ibu hamil anemia yang menjalani pengobatan tablet Fe tidak
lagi melakukan kunjungan yang telah direncanakan. Ibu hamil tersebut dikunjungi
perawat dan didapatkan bahwa pengobatan yang mereka jalani tersebut terlalu
panjang dan takut terhadap dampaknya.
Balita/Anak
Perawat yang baru bertugas di suatu puskesmas kelurahan mendapati 7 dari 125
balita yang berada di wilayah kerja puskesmas yang ditanganinya mengalami gizi
buruk. Perawat mewawancarai petugas lain yang menyatakan program
penanganan gizi buruk tidak berjalan karena petugas belum mendapatkan
pelatihan terkait permasalahan gizi buruk.
Remaja
Perawat mendapatkan bahwa remaja jarang bermain di lapangan sekolah saat
istirahat sekolah dan remaja cenderung ke labor komputer untuk melakukan
83
komunikasi melalui media sosial. Saat diwawancarai 10 orang remaja mengatakan
saat berada di rumah pun mereka lebih memilih bermain games di rumah
dibanding bermain sepeda atau berolahraga
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………....………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
84
PERENCANAAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Capaian Pembelajaran:
Menjelaskan konsep perencanaan di komunitas.
Mengidentifikasi prinsip perencanaan di komunitas.
Menentukan tujuan dan objektif.
Merencanakan pemaparan perencanaan di komunitas.
4.1. Konsep Perencanaan Komunitas
Perencanaan merupakan desain pembuatan keputusan logis sebagai
bentuk rinci dari upaya yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
spesifik. Perencanaan keperawatan komunitas sangat bergantung kepada
proses pengkajian komunitas yang dilakukan, penentuan diagnosis
keperawatan komunitas yang dimunculkan. Perencanaan akan
mengambarkan secara jelas dan rinci apa yang akan dilakukan. Jika
perawat hanya mengkaji dan menemukan masalah, perawat tidak akan
tahu apa yang akan dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut
dan perawat tidak akan dapat menunjukkan peran nya dalam perbaikan
status kesehatan masyarakat. Perawat harus secara sistematis dan penuh
pemikiran dalam menentukan rencana yang akan dilakukan terhadap klien
di komunitas.
Hal ini dapat dicontohkan ketika perawat menemukan sekelompok
pria dewasa yang merokok, maka perawat komunitas akan mengkaji
kenapa dan bagaimana kelompok pria dewasa tersebut merokok. Perawat
akan mengkaji apa saja faktor-faktor yang menyebabkan merokok dan
kemudian menentukan diagnosis perilaku cenderung berisiko. Ketika
perawat hanya berhenti sampai menemukan masalah maka masalah
85
perilaku merokok tidak akan selesai. Namun ketika perawat mampu
merencanakan suatu atau beberapa tindakan dan menentukan butir-butir
tujuan yang ingin dicapai dalam menentukan masalah tersebut maka
penyelesaian permasalahan yang muncul tersebut dapat diupayakan untuk
diselesaikan. Sehingga perawat dapat lebih memperkuat perannya dalam
penyelesaian dan pencapaian kesehatan dan kesejahteraan bagi
masyarakat.
Perencanaan merupakan suatu bentuk kegiatan yang matang dan
berfikir ke depan. Perawat harus mampu mengimajinasikan apa harapan
yang akan dicapai dan bagaimana menyelesaikannya. Perawat mulai
membayangkan apa yang akan dilakukan langkah demi langkah kegiatan
atau intervensi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang di citacitakan untuk dicapai dalam menghadapi suatu permasalahan keperawatan
atau kesehatan. Setelah perawat mampu memperkirakan apa yang akan
direncanakan perawat harus mampu selanjutnya memutuskan apa saja
yang akan dilakukan berdasarkan prioritas yang dapat dilakukan. Membuat
keputusan rencana apa saja yang akan Anda lakukan dalam proses asuhan
keperawatan yang Anda lakukan adalah sangat krusial untuk keberhasilan
penyelesaian masalah sehingga dalam merencanakan kemampuan analisis
berpikir kritis dan kemampuan memutuskan sangat dituntut dalam proses
asuhan keperawatan di tahap ini.
Dalam perencanaan komunitas sangat penting untuk melibatkan
klien di komunitas. Komunitas sebagai klien harus dilibatkan secara
optimal baik dalam stasi perencanaan asuhan keperawatan maupun yang
akan melaksanakan tindakan tersebut bersama perawat. Jika tidak
melibatkan masyarakat maka implementasi dari tindakan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat nanti tidak akan sukses mencapai tujuan yang
diharapkan. Pelibatan perawat lain dalam tim akan membuat perencanaan
akan lebih matang dengan bertukarnya ide pemikiran, diskusi sumber daya
yang dapat dimanfaatkan dalam perencanaan Pelaksanaan perencanaan
keperawatan komunitas akan lebih baik jika dilakukannya pembentukan
tim kerja, rapat tim kerja dan konsultasi perawat yang lebih ahli. Juga,
tidak tertutupnya kemungkinan untuk berkolaborasi dengan tenaga
profesional kesehatan maupun non kesehatan lainnya dalam menentukan
perencanaan asuhan keperawatan komunitas. Kerja sama antar disiplin
86
akan membuat perspektif perencanaan perawat akan lebih baik dengan
adanya dukungan jejaring yang lebih luas.
Perencanaan adalah proses pengambilan keputusan logis yang
digunakan untuk merancang serangkaian tindakan yang tertata dan
terperinci untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Perencanaan untuk
kesehatan komunitas didasarkan pada pengkajian komunitas yang telah
dilakukan dan diagnosis keperawatan yang Anda rumuskan. Perawat harus
secara sistematis mengembangkan rencana yang sesuai dan menyesuaikan
nya dengan level prevensi dalam kesehatan komunitas.
Menetapkan sangat penting untuk perencanaan dan harus sesuai dan
spesifik (Anderson, Guthrie, & Schirle, 2002). Diagnosis yang
mengidentifikasi kebutuhan harus diterjemahkan ke dalam tujuan untuk
memberikan fokus dan makna pada rencana keperawatan. Tujuan adalah
pernyataan spesifik dari hasil yang diinginkan, diutarakan dalam istilah
perilaku yang dapat diukur. Tanggal target untuk penyelesaian yang
diharapkan dari setiap tujuan juga dinyatakan. Tujuan adalah batu loncatan
untuk membantu seseorang mencapai hasil akhir dari tujuan yang lebih
besar.
Pengembangan tujuan harus dianalisis secara cermat, setiap tujuan
harus menyatakan satu gagasan dan harus menggambarkan satu perilaku
spesifik yang dapat diukur. Perawat menjadikan tujuan sebagai bentuk
upaya melihat ke depan menuju luaran akhir yang diinginkan dan
kemudian memutuskan tindakan apa yang diperlukan untuk mencapai
tujuan tersebut.
Dalam perencanaan hal penting yang harus Anda pikirkan adalah
penentuan prioritas masalah. Perawat komunitas akan dihadapkan dengan
berbagai masalah dan upaya promosi kesehatan yang beragam mengingat
dinamisnya kondisi komunitas yang dihadapi. Perawat terkadang
dihadapkan dengan waktu pengelolaan dan sumber daya yang minim
dalam upaya penyelesaian masalah kesehatan. Sehingga penentuan
prioritas masalah keperawatan atau diagnosis keperawatan mana yang
akan terlebih dahulu Anda selesaikan dapat ditentukan.
Penentuan prioritas penyelesaian masalah di komunitas dapat
dianalisis dan dipertimbangkan berdasarkan kriteria berikut:
87
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Signifikansi dari masalah keperawatan yang dihadapi yang dilihat
dari jumlah orang yang terdampak akibat masalah atau ancaman
tersebut
Tingkat kesadaran komunitas terhadap masalah yang ada dan
dihadapi oleh komunitas tersebut.
Motivasi dari komunitas untuk menyelesaikan masalah tersebut
Kesiapan dan kemampuan perawat dan tim antar sesama profesi,
interprofesi dan jejaring
Biaya yang mungkin dikeluarkan dalam pelaksanaan upaya atau
tindakan penyelesaian masalah.
Target spesifik dari populasi dapat ditentukan dengan mudah.
Ketersediaan ahli dan jejaring dalam penyelesaian masalah
Konsekuensi yang dihadapi jika permasalahan tidak diselesaikan
Kemungkinan waktu yang digunakan dalam penyelesaian masalah.
Setelah Anda menentukan prioritas masalah Anda diharapkan untuk
melanjutkan proses perencanaan asuhan keperawatan komunitas dengan
menentukan tujuan dan rencana tindakan.
4.2. Prinsip Pelaksanaan Perencanaan Asuhan Keperawatan
Komunitas
Perawat komunitas dalam melaksanakan praktik asuhan
keperawatannya diharapkan memiliki prinsip untuk memandu apapun yang
dilaksanakan agar memperoleh hasil akhir yang lebih optimum. Prinsip ini
lah yang akan memandu dan memfokuskan perawat komunitas untuk
bekerja.
Prinsip Fokus terhadap Komunitas
Tanggung jawab utama dan prioritas perawat komunitas adalah
memastikan memberikan layanan kesehatan kepada komunitas secara
keseluruhan. Perawat komunitas harus mempromosikan dan melindungi
kesehatan bagi komunitasnya. Pendekatan makroskopis dari layanan
asuhan keperawatan komunitas dan kelompok agregat merupakan hal yang
prioritas harus didahulukan. Sementara pendekatan mikroskopis
memberikan layanan kesehatan bagi individu dan keluarga merupakan
layanan yang tidak boleh untuk dielakkan.
88
Berfokus pada Kebutuhan Komunitas
Fokus pelayanan asuhan keperawatan harus berorientasi apa yang
dibutuhkan oleh komunitas. Preferensi komunitas untuk kesehatan nya
harus diperhatikan secara saksama oleh perawat komunitas. Kepekaan
pengkajian perawat komunitas sangat dituntut untuk dapat mengenali
kebutuhan dari komunitas yang ditanganinya. Kebutuhan yang dipenuhi
perawat komunitas tentu hal yang bertujuan untuk kesehatan yang lebih
baik bagi seluruh anggota komunitas tanpa terkecuali dan tidak hanya
untuk orang atau kelompok tertentu saja.
Bekerja dan Bermitra Bersama Masyarakat
Perawat komunitas diharapkan dapat bekerja bersama komunitas.
Perawat komunitas dan komunitas yang dikelolanya akan memiliki nilai,
keyakinan dan keahlian masing-masing dalam partnership. Pengembangan
dan pembuatan kebijakan akan lebih mudah dapat diterima dan di terapkan
jika hubungan mutual dan saling menghargai dalam hubungan ini.
Pengembangan kebijakan harus dikomunikasikan dengan masyarakat
sesuai dengan kondisi adan situasi social komunitas dengan pemahaman
yang tinggi dari komunitas itu sendiri. Partnership dengan komunitas akan
memberikan kesempatan untuk dapat mengenali anggota dari komunitas
secara lebih dalam.
Berfokus pada Prevensi Primer
Hal yang perlu digaris bawahi dalam memberikan asuhan
keperawatan komunitas adalah mempromosikan kesehatan dan mencegah
terjadinya penyakit di masyarakat.
4.3. Penentuan Tujuan dan Objektif
Tujuan dan objektif merupakan hal yang krusial dalam menentukan
komponen perencanaan Tujuan harus jelas serta spesifik menggambarkan
apa yang diinginkan oleh perawat terhadap suatu permasalahan kesehatan.
Tujuan merupakan pernyataan secara umum terkait hal yang ingin dicapai
sementara objektif merupakan pernyataan spesifik dari hal yang ingin
dicapai dapat dituliskan dengan terminologi pencapaian spesifik dan detail.
Tujuan merupakan hal yang bersifat umum dan sedikit abstrak sehingga ini
89
merupakan tujuan besar Anda terhadap cita-cita penyelesaian suatu
permasalahan kesehatan. Dalam kata lain tujuan adalah cita-cita besar
Anda. Sementara objektif merupakan hal yang dapat di capai dengan detail
yang lebih kecil, tidak umum, dalam suatu rangkaian waktu yang
ditentukan dan merupakan langkah demi langkah untuk tercapainya tujuan.
Luaran Keperawatan
Luaran Komunitas:
Defisit Kesehatan Komunitas
Luaran Utama:

Status kesehatan komunitas
Luaran Tambahan

Ketahanan komunitas

Status koping komunitas
Defisit Pengetahuan
Luaran Utama

Tingkat pengetahuan
Luaran Tambahan

Memori

Motivasi

Proses informasi

Tingkat agitasi

Tingkat kepatuhan
Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan
Luaran Utama

Manajemen kesehatan
Luaran Tambahan

Pemeliharaan kesehatan

Perilaku kesehatan

Tingkat pengetahuan
Kesiapan Peningkatan Pengetahuan
Luaran Utama

Tingkat pengetahuan
90
Luaran Tambahan

Memori

Motivasi

Proses informasi

Tingkat kepatuhan

Status kognitif
Ketidakpatuhan
Luaran Utama

Tingkat kepatuhan
Luaran Tambahan

Dukungan keluarga

Kontrol gejala

Tingkat pengetahuan
Koping Komunitas Tidak Efektif
Luaran Utama

Status Koping
Luaran Tambahan

Dukungan sosial

Interaksi sosial

Kesadaran diri

Proses informasi

Penerimaan
Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
Luaran Utama

Manajemen kesehatan

Pemeliharaan kesehatan
Luaran Tambahan

Proses informasi

Tingkat kepatuhan

Tingkat pengetahuan
Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif
Luaran Utama

Pemeliharaan kesehatan
91


Manajemen kesehatan
Perilaku kesehatan
Luaran Tambahan

Tingkat kepatuhan

Tingkat pengetahuan
Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko
Luaran Utama

Perilaku kesehatan
Luaran Tambahan

Manajemen kesehatan

Pemeliharaan kesehatan
Indikator SLKI
Status Kesehatan Komunitas
Definisi kondisi kesejahteraan fisik mental dan sosial komunitas
Indikator

Ketersediaan program promosi kesehatan.

Ketersediaan program proteksi kesehatan.

Partisipasi dalam program kesehatan komunitas.

Keikutsertaan asuransi jaminan kesehatan.

Kepatuhan terhadap standar kesehatan lingkungan.

Sistem surveilans kesehatan.

Pemantauan standar komunitas.

Angka mortalitas

Angka morbiditas

Angka gangguan kesehatan mental

Prevalensi penyakit

Angka penyalahgunaan zat

Angka penyalahgunaan alkohol

Angka penyakit menular seksual

Angka kelahiran preterm

Angka berat badan lahir rendah

Angka kejadian cedera

Angka kriminalitas
92
Tingkat Kepatuhan
Indikator

Perilaku individu dan atau pemberi asuhan dalam mengikuti rencana
perawatan/pengobatan yang disepakati dengan tenaga kesehatan sehingga
hasil pengobatan efektif.

Verbalisasi kemauan mematuhi program perawatan atau pengobatan.

Verbalisasi mengikuti anjuran.

Risiko komplikasi penyakit masalah kesehatan.

Perilaku mengikuti program pengobatan/perawatan.

Perilaku menjalankan aturan.

Tanda gejala penyakit.
Tingkat Pengetahuan
Indikator

Kecukupan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.

Perilaku sesuai anjuran.

Verbalisasi minat dalam belajar.

Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik.

Perilaku sesuai dengan pengetahuan.

Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi.

Persepsi yang keliru terhadap masalah.

Menjalani pemeriksaan tidak tepat.

Perilaku
Perilaku Kesehatan
Indikator

Kemampuan dalam mengubah gaya hidup perilaku untuk memperbaiki
status kesehatan.

Penerimaan terhadap perubahan status kesehatan.

Kemampuan melakukan tindakan pencegahan.

Kemampuan peningkatan kesehatan.

Pencapaian pengendalian kesehatan.
Manajemen Kesehatan
Indikator

Kemampuan mengatur dan mengintegrasikan penanganan masalah
kesehatan dalam kehidupan sehari hari untuk mencapai kesehatan optimal.

Melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko.
93



Menerapkan program perawatan.
Aktivitas hidup sehari hari efektif memenuhi tujuan kesehatan.
Verbalisasi kesulitan dalam menjalani program perawatan.
Pemeliharaan Kesehatan

Kemampuan mengidentifikasi mengelola dan atau menemukan bantuan
untuk mempertahankan kesehatan.

Menunjukkan perilaku adaptif.

Menunjukkan pemahaman perilaku sehat.

Kemampuan menjalankan perilaku sehat.

Perilaku mencari bantuan.

Menunjukkan minta perilaku sehat.

Memiliki sistem pendukung.
Status Koping
Indikator

Kemampuan menilai dan merespons stresor dan atau kemampuan
menggunakan sumber yang ada untuk mengatasi masalah.

Kemampuan memenuhi peran sesuai usia.

Perilaku koping adaptif.

Verbalisasi kemampuan mengatasi masalah.

Verbalisasi kelemahan diri.

Perilaku asertif.

Partisipasi sosial.

Tanggung jawab diri.

Orientasi realitas.

Minat mengikuti perawatan.

Kemampuan membina hubungan.

Verbalisasi menyalahkan orang lain.

Verbalisasi rasionalisasi kegagalan.

Hipersensitivitas terhadap kritik.

Perilaku permusuhan.

Perilaku superior
94
Jika anda menggunakan NOC maka dapat menggunakan luaran
keperawatan sebagai berikut:
Defisiensi kesehatan komunitas
Luaran Utama

Status kesehatan komunitas
Luaran Tambahan

Status iminitas komunitas

Kontrol resiko komunitas

Kompetensi komunitas

Kefektifan program komunitas
Ketidak Efektifan Koping Komunitas
Luaran Utama

Kompetensi komunitas

Respon bencana komunitas

Kefektifan program komunitas
Luaran Tambahan:

Kontrol komunitas

Kesiapan menghadapi bencana komunitas

Ketangguhan komunitas
Perilaku Cenderung Beresiko
Luaran Utama

Keyakinan kesehatan

Keseimbangan gaya hidup

Ketangguhan personal
Luaran Tambahan

Adaptasi disabilitias

Penerimaan status kesehatan

Perilaku patuh

Perilaku mencari bantuan kesehatan

Motivasi

Manajemen diri
Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan
Luaran Utama

Perilaku promosi kesehatan

Pengetahuan promosi kesehatan
Luaran Tambahan

Perilaku kepatuhan

Perilaku mencari bantuan kesehatan
95



Deteksi resiko
Pengetahuan
Keseimbangan gaya hidup
Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Luaran Utama

Perilaku kepatuhan

Perilaku mencari bantuan kesehatan

Deteksi resiko
Luaran Tambahan

Perilaku promosi kesehatan

Pengetahuan promosi kesehatan
Ketidakpatuhan
Luaran Utama

Perilaku kepatuhan
Tambahan

Managemen perawatan diri

Keyakinan kesehatan

Penerimaan kesehatan
Kurang Pengetahuan
Luaran Utama

Tingkat pengetahuan
Luaran Tambahan

Perilaku kepatuhan

Motivasi

Kognitif
Perilaku Sedentari
Luaran Utama

Partisipasi latihan
Luaran Tambahan

Toleransi aktivitas

Perilaku patuh aktivitas yang direkomendasikan

Ketahanan fisik

Kebugaran
Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun intervensi keperawatan komunitas pendekatan dan
pelaksanaannya memiliki ciri khusus sehingga dalam melaksanakannya
96
memerlukan teknik dan keahlian berbeda jika dibandingkan dengan
keahlian klinis lain. Perawat komunitas dalam menyusun intervensi dan
strategi dengan pendekatan khusus. Beberapa model intervensi
keperawatan komunitas yang dikenal yaitu Model Roda Intervensi
Keperawatan yang dikeluarkan oleh departemen keperawatan komunitas
Minesota. Terdapat 17 jenis intervensi keperawatan yang biasa digunakan
dalam pemberian layanan keperawatan komunitas dengan beberapa level
pendekatan yakni intervensi berfokus populasi, intervensi berbasis sistem
dan intervensi berbasis individu di komunitas. Model ini dikenalkan
semenjak tahun 1998 oleh Keller, Strocchein, Lia-Hoagberg & Schaffer)
sebagai rujukan untuk menentukan intervensi pelayanan keperawatan
komunitas.
Model ini sudah digunakan di banyak institusi layanan kesehatan
masyarakat, pendidikan keperawatan dan manajemen. Model ini dianggap
memberikan perspektif penguatan peran dan meningkatkan dampak
perawat dalam memberikan strategi yang lebih optimal dalam melayani
populasi. Model ini juga memberikan cakupan khusus intervensi yang
khusus dimiliki oleh perawat komunitas. Model intervensi keperawatan ini
dapat membantu perawat menentukan intervensi keperawatan yang tepat
untuk klien komunitas yang ditangani.
Gambar 9. Roda Intervensi Komunitas Ditranslasi ke dalam Bahasa
Indonesia
97
Perkembangan pemberian asuhan keperawatan juga telah
berkembang dalam standar bahasa asuhan keperawatan yang
direkomendasikan. Berbagai macam jenis intervensi yang dapat dipilih
untuk dapat dilaksanakan di komunitas. Standar bahasa keperawatan yang
dikenal di Indonesia yakni NANDA-I dan Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. SDKI. Berikut merupakan intervensi keperawatan yang dapat
digunakan berdasarkan Rekomendasi SIKI.
Defisit Kesehatan Komunitas

Pengembangan kesehatan masyarakat.

Promosi perilaku upaya kesehatan.

Edukasi keselamatan lingkungan.

Edukasi perilaku mencari kesehatan.

Manajemen lingkungan.

Surveilans komunitas.

Manajemen lingkungan komunitas.

Pencegahan risiko lingkungan.

Promosi kebersihan.

Screening kesehatan.
Defisit Pengetahuan

Edukasi kesehatan.

Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan.

Bimbingan antisipatif.

Edukasi kesehatan.

Identifikasi risiko.

Manajemen perilaku.

Penentuan tujuan bersama.
Ketidakpatuhan

Dukungan kepatuhan program pengobatan.

Dukungan tanggungjawab diri sendiri.

Promosi kesadaran diri.

Promosi koping.

Dukungan pengambilan keputusan.

Koping komunitas tidak efektif.

Edukasi kesehatan.

Manajemen lingkungan komunitas.

Pengembangan kesehatan masyarakat.

Dukungan keyakinan.
98

Dukungan memaafkan.
Manajemen Kesehatan Tidak Efektif

Dukungan pengambilan keputusan.

Dukungan tanggung jawab pada diri sendiri.

Edukasi kesehatan pelibatan keluarga.

Perilaku kesehatan cenderung berisiko.

Modifikasi perilaku.

Promosi perilaku upaya kesehatan.

Dukungan berhenti merokok.

Bimbingan sistem kesehatan.
Kesiapan Peningkatan Pengetahuan

Edukasi kesehatan.

Promosi kesiapan penerimaan informasi.
Jika menggunakan standar bahasa keperawatan Nanda-I berikut
rekomendasi intervensi yang disarankan:
Ketidakefektifan Koping Komunitas

Manajemen penyakit menular

Kesiapsiagaan bencana komunitas

Pengembangan kesehatan komunitas

Manajemen lingkungan

Pendidikan kesehatan

Skrining kesehatan

Pengembangan program

Surveilans

Deteksi resiko
Defisiensi Kesehatan Komunitas

Manajemen penyakit menular

Kesiapsiagaan bencana komunitas

Pengembangan kesehatan komunitas

Manajemen lingkungan

Pendidikan kesehatan

Skrining kesehatan

Pengembangan program

Surveilans

Deteksi risiko

Pemasaran sosial

Penyediaan sumber fiskal

Pendidikan literasi kesehatan
99
Perilaku Cenderung Berisiko

Modifikasi perilaku

Peningkatan koping

Kelompok dukungan

Terapi kelompok

Pendidikan kesehatan

Konseling
Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan

Promosi latihan

Pendidikan kesehatan

Skrining kesehatan

Identifikasi risiko

Fasilitasi pembelajaran

Pendidikan literasi kesehatan
Kurang Pengetahuan

Pendidikan kesehatan

Pendidikan literasi kesehatan

Konseling
Ketidakpatuhan

Konseling

Dukungan

Pendidikan kesehatan

Penguatan koping
Ayo Cari Tahu!
Untuk mendalami pemahaman anda silahkan rancang rencana asuhan keperawatan
pada kasus berikut:
Agregat Dewasa:
Perawat puskesmas menemukan data bahwa belum terdapat keterlibatan sosial
dalam pemberantasan tuberkulosis. Masyarakat mengatakan bahwa tidak pernah
mendapatkan program kesehatan di komunitas. Masyarakat mengatakan menahan
terlebih dahulu jika sakit jika sudah parah baru datang ke rumah sakit. Terdapat 13
orang penderita TB di wilayah tersebut.
Lansia:
Sebanyak 25 orang penderita hipertensi lansia yang menjalani pengobatan ACE
Inhibitor (Captopril) tidak lagi melakukan kunjungan yang telah direncanakan.
Lansia tersebut dikunjungi perawat dan didapatkan bahwa pengobatan yang
mereka jalani tersebut terlalu berat dan merasa sudah baik-baik saja. Ketika di
lihat riwayat aktivitas fisik dan nutrisi lansia tidak mengikuti senam dan mengaku
tidak membatasi apa yang dimakan oleh lansia.
100
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………....………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
101
4.4. Pemaparan Rencana Keperawatan Komunitas
Forum komunitas merupakan pertemuan terpusat komunitas yang
dirancang untuk memperoleh pendapat masyarakat terkait pembahasan
hal-hal tertentu. Forum komunitas biasanya dilaksanakan di tempat-tempat
komunitas biasa berkumpul seperti di aula, kelurahan, gedung, sekolah,
masjid dan tempat pusat kegiatan masyarakat. Dalam melaksanakan forum
komunitas Anda akan memilih peserta yaitu anggota masyarakat,
orang/informan kunci untuk berpartisipasi dengan memberikan undangan
khusus. Anggota yang terlibat dalam forum komunitas berasal dari dalam
komunitas itu sendiri dan mewakili semua segmen komunitas yang terlibat
dengan masalah ini. Sebagai contoh, jika suatu komunitas berencana
membentuk posyandu lansia, orang-orang yang diundang ke forum
komunitas mungkin termasuk pengguna potensial posyandu tersebut
seperti lansia, tetua-tetua, kepala struktur di komunitas, kader, personel
kesehatan dan orang-orang kunci lainnya yang dirasa perlu. Forum
komunitas dapat dilaksanakan pada saat perencanaan kegiatan di
komunitas, mereka diminta untuk memberikan pandangan mereka tentang
perencanaan seperti di mana seharusnya kegiatan dilaksanakan, siapa yang
akan bertanggung jawab, bagaimana rencana pembiayaan kegiatan,
membahas terkait masalah dan kendala yang akan muncul saat
pelaksanaan kegiatan.
102
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KOMUNITAS
Capaian Pembelajaran:
Menginterpretasikan rencana menjadi tindakan.
Menginterpretasikan strategi dalam pelaksanaan tindakan.
5.1. Menjadikan Rencana Jadi Tindakan
Implementasi merupakan upaya mewujudkan rencana menjadi
sebuah aksi/tindakan. Kegiatan yang digambarkan dalam perencanaan
dilakukan oleh perawat, profesional lain, atau klien. Implementasi sering
disebut sebagai fase tindakan dari proses keperawatan. Ketika membawa
perubahan dalam sebuah organisasi komunitas, “implementasi melibatkan
persiapan jadwal untuk penyelesaian setiap tujuan program, memperoleh
pendanaan yang diperlukan, berkolaborasi dengan lembaga di luar
komunitas sesuai kebutuhan, merekrut sukarelawan komunitas tambahan
yang dibutuhkan untuk implementasi program, dan menjalankan intervensi
yang dirancang selama fase perencanaan” (Anderson, Guthrie, & Schirle,
2002, hal. 44). Tentu saja, keahlian profesional dan penilaian perawat
menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk kelompok klien. Perawat
juga merupakan katalisator dan fasilitator dalam merencanakan dan
mengaktifkan rencana tindakan. Perawat harus terus-menerus melibatkan
klien dalam proses musyawarah dan mendorong rasa tanggung jawab dan
otonomi mereka. Anggota tim kesehatan lain juga dapat berpartisipasi
dalam melaksanakan rencana tersebut. Semua adalah mitra dalam
implementasi.
Persiapan implementasi dijabarkan dalam rencana, harus cukup
mudah dipahami dan dieksekusi. Perawat harus memiliki instruksi yang
103
jelas tentang siapa, apa, mengapa, kapan, di mana, dan bagaimana. Siapa
yang akan terlibat dalam melaksanakan rencana? Apa tanggung jawab
setiap orang? Apakah semua mengerti mengapa dan bagaimana tanggung
jawab kerja mereka? Apakah mereka tahu kapan dan di mana kegiatan
akan dilaksanakan? Ketika implementasi dimulai, Anda harus mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas
Kegiatan atau Tindakan Proses implementasi membutuhkan
serangkaian tindakan atau kegiatan keperawatan: 1) perawat menerapkan
teori yang sesuai, seperti teori sistem atau teori perubahan, untuk tindakan
yang dilakukan. 2) Perawat membantu memfasilitasi lingkungan yang
kondusif untuk melaksanakan rencana tersebut (mis., ruangan yang sunyi
untuk mengadakan sesi pengajaran kelompok atau meminta dukungan dari
pejabat setempat untuk proyek pembersihan lingkungan). 3) Perawat dan
anggota tim kesehatan lainnya mempersiapkan klien untuk menerima
layanan dengan menilai pengetahuan, pemahaman, dan sikap mereka dan
dengan secara hati-hati menafsirkan rencana itu kepada klien. Interaksi ini
memupuk komunikasi dan kepercayaan terbuka antara perawat dan klien.
Profesional dan klien (atau perwakilan jika agregat besar) membentuk
perjanjian kontraktual tentang isi rencana dan bagaimana pelaksanaannya.
4) Rencana dilakukan, atau dimodifikasi dan kemudian dilakukan, oleh
para profesional dan klien. Modifikasi membutuhkan pengamatan dan
pertukaran yang konstan selama implementasi, karena tindakan ini
menentukan keberhasilan rencana dan sifat dari perubahan yang
diperlukan. 5) Perawat dan tim memantau dan mendokumentasikan
kemajuan fase implementasi dengan proses evaluasi, yang mengukur
pencapaian tindakan yang direncanakan.
5.2. Strategi Pelaksanaan Implementasi Keperawatan
Survailans Komunitas
Surveilans merupakan
sistem pengumpulan data,
kesehatan masyarakat yang
perencanaan, implementasi
masyarakat.
suatu proses kontinyu dan sistematis dari
analisis, dan interpretasi dari data-data
ada untuk membuat sistematika proses
dan evaluasi dari praktik kesehatan
104
Surveilans merupakan hal esensial yang harus mampu dilaksanakan
oleh perawat komunitas sebagai salah satu tenaga kesehatan yang bergerak
di kesehatan masyarakat. Surveilans sudah dilaksanakan di beberapa abad
ke belakang guna menginformasikan perkembangan dan memantau
perubahan penyakit yang ada di komunitas (Lombardo & Buckeridge,
2007). Dalam sejarah penggunaan surveilans Florence Nightingale sebagai
statistikawan dan penemu keperawatan modern telah mengenalkan suatu
bentuk laporan surveilans saat peristiwa perang Crimea dengan
membentuk diagram polar-are untuk menggambarkan kematian yang
tinggi diakibatkan sanitasi lingkungan perang yang buruk. Florence
Nightingale dikenal sebagai inovator pengumpul, tabulasi, interpretasi dan
display grafis data secara statistik deskriptif.
Screening Kesehatan Komunitas
Screening kesehatan merupakan suatu bentuk strategi yang
digunakan dalam populasi untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya
penyakit yang belum terdiagnosis pada individu baik tanpa munculnya
gejala maupun telah munculnya gejala. Screening dapat menjangkau
individu dengan penyakit simtomatik yang masih dalam pra-gejala atau
tidak menunjukkan tanda-tanda spesifik pada kondisi klinis penyakit
tertentu. Screening juga dilakukan pada orang yang tampaknya dalam
status kesehatan yang baik.
Intervensi screening dirancang untuk dapat mengidentifikasi
penyakit di komunitas lebih awal, sehingga memungkinkan intervensi dan
manajemen sebelumnya dengan harapan untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas nantinya. Meskipun screening dapat mengarah pada penentuan
diagnosis lebih awal, tidak semua tes screening telah terbukti bermanfaat
bagi orang yang sedang screening terkadang overdiagnosis, misdiagnosis
menjadi beberapa efek buruk yang dapat muncul. Selain itu, beberapa tes
screening kadang dilakukan dengan cara yang tidak tepat dan kompeten.
Oleh karena itu screening tes yang digunakan dalam program screening,
terutama untuk penyakit dengan insiden rendah, harus memiliki
sensitivitas yang baik selain spesifisitas pengukuran yang dapat diterima.
Ada beberapa jenis screening yang dapat dilakukan: screening
universal melibatkan semua individu dalam kategori tertentu (misalnya,
105
semua anak dari usia tertentu). Screening kelompok kecil merupakan
screening yang dilakukan berdasarkan faktor risiko yang muncul
(misalnya, karena anggota keluarga telah didiagnosis dengan penyakit
keturunan). Intervensi screening tidak dirancang untuk menjadi diagnostik
pasti namun membutuhkan pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik, dan
sering memiliki tingkat yang signifikan yang tinggi.
Prosedur Pelaksanaan Screening Kesehatan
Prosedur Pelaksanaan Kegiatan:
1) Menentukan populasi target untuk dilakukannya screening.
2) Mengiklankan layanan screening kesehatan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat melakukan screening.
3) Menyediakan akses yang mudah bagi layanan screening.
4) Menginstruksikan individu terhadap rasionalisasi dan tujuan pemeriksaan.
5) Memberikan privasi dan kerahasiaan.
6) Memberikan kenyamanan dalam prosedur screening.
7) Menanyakan riwayat kesehatan.
8) Melakukan screening sesuai yang di rencanakan.
9) Memberitahukan hasil screening kepada.
10) Berikan saran kepada pasien dengan temuan abnormal mengenai pilihan
perawatan yang tersedia dan kebutuhan untuk dilakukannya pemeriksaan
lebih lanjut.
11) Rujuk ke fasilitas kesehatan yang menyediakan perawatan penyakit terkait.
12) Memberikan nomor kontak penting.
Identifikasi Risiko
Risiko adalah probabilitas/kemungkinan ancaman kerusakan,
cedera, perubahan kesehatan yang disebabkan oleh kerentanan oleh faktorfaktor tertentu yang dapat dihindari melalui tindakan pencegahan. Interaksi
manusia dengan sistem kehidupan menimbulkan ancaman terjadinya
permasalahan kesehatan. Identifikasi risiko merupakan analisis faktor
risiko
potensial,
pertimbangan
risiko-risiko
kesehatan
dan
memprioritaskan strategi pengurangan risiko bagi individu maupun
kelompok.
106
Prosedur Pelaksanaan Identifikasi Risiko
Prosedur Pelaksanaan Kegiatan:
1) Mengkaji ulang riwayat kesehatan masa lalu penyakit medis dan masalah
keperawatan.
2) Mengidentifikasi ketersediaan dan kualitas sumber-sumber daya yang ada
(biologis, lingkungan, dan perilaku).
3) Mengidentifikasi risiko biologis, lingkungan, dan perilaku serta hubungan
timbal balik.
4) Mengomunikasikan faktor risiko yang mengancam.
5) Mendiskusikan rencana pengurangan faktor risiko.
6) Memprioritaskan area-area untuk mengurangi faktor risiko.
7) Melakukan monitoring terhadap faktor risiko.
8) Rencanakan tindak lanjut terhadap hasil akhir analisis risiko.
Pengembangan Program Kesehatan Masyarakat
Pengembangan program bertujuan untuk memberikan jalur inisiatif
yang jelas, dipikirkan dengan baik, dan dapat disampaikan dalam jangka
waktu tertentu dengan mempertimbangkan berbagai kendala. Sebuah
program didefinisikan di sini sebagai rangkaian inisiatif yang akan
disampaikan dalam jangka waktu, urutan, dan anggaran tertentu. Program
dikenal dalam berbagai bentuk, program yang lebih kecil mungkin
merupakan program “rutin” yang terdiri dari kumpulan inisiatif yang
memiliki ide serupa. Program besar dalam bentuk project merupakan
program dengan pelaksanaan dan perencanaan yang lebih rumit.
Pengembangan program merupakan serangkaian perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi kegiatan terkoordinir yang dirancang untuk
meningkatkan kesehatan, atau untuk mencegah, mengurangi atau
menghilangkan satu atau lebih masalah kesehatan pada kelompok atau
masyarakat
Prosedur Pelaksanaan Pengembangan Program
Prosedur Kegiatan
1) Mengidentifikasi kebutuhan atau masalah kesehatan yang signifikan.
2) Membentuk kesatuan tim (organisasi) termasuk anggota masyarakat yang
tepat untuk dilibatkan.
3) Mengidentifikasi alternatif pendekatan untuk mengatasi kebutuhan atau
107
4)
5)
6)
7)
8)
9)
masalah dan memilih pendekatan yang tepat.
Menetapkan tujuan dan sasaran.
Merancang identitas kegiatan, bentuk kegiatan, metode kegiatan dan
prosedur kegiatan.
Merancang kerangka waktu kegiatan.
Mempersiapkan perlengkapan dan biaya.
Memantau pelaksanaan program.
Mengevaluasi program.
Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah usaha yang diberikan berupa
bimbingan atau tuntunan kepada seseorang atau anak didik tentang
kesehatan yang meliputi seluruh aspek pribadi (fisik, mental, sosial) agar
dapat tumbuh dan berkembang secara harmonis. Pendidikan kesehatan
pada dasarnya berkaitan dengan pendidikan jasmani, sehingga menjadi
pendidikan jasmani dan kesehatan yang juga merupakan bagian integral
dari pendidikan keseluruhan. Pendidikan kesehatan di lingkungan sekolah
terutama sekolah dasar sebaiknya diselenggarakan melaui pengalaman
nyata dan langsung sebanyak mungkin.
Prosedur Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Prosedur Kegiatan
1) Mengidentifikasi kebutuhan atau masalah kesehatan yang signifikan.
2) Mengidentifikasi faktor internal atau eksternal yang dapat meningkatkan
atau mengurangi motivasi untuk berperilaku sehat.
3) Mengidentifikasi target dan sasaran dan karakteristik populasi.
4) Menetapkan tujuan dan sasaran.
5) Merancang materi pendidikan kesehatan.
6) Merancang metode pendidikan kesehatan.
7) Memperhatikan penyampaian sederhana, fokus, dan singkat.
8) Memantau perkembangan interaksi dalam pendidikan kesehatan.
9) Memberikan reinforcement positif.
10) Mengevaluasi hasil akhir pembelajaran pendidikan kesehatan.
108
Metode Pendidikan Kesehatan
Berbagai macam bentuk metode dapat digunakan dalam pendidikan
kesehatan di komunitas. Penting diperhatikan pemilihan metode dikaitkan
dengan tujuan sehingga dapat sesuai.
Metode yang dapat digunakan adalah sebagai berikut.
Metode Audio
Metode audio seperti rekaman, compact disc (CD) dan mp3 dapat
digunakan sebagai cara kreatif dalam program pendidikan kesehatan dan
terkadang dikombinasikan dengan metode lain dan penggunaan suara yang
realistis. Keuntungan dari metode ini: minim biaya yang digunakan;
menyediakan pengalaman pembelajaran yang terstruktur dan terkontrol,
dan dapat memfasilitasi pembelajaran karena mendengarkan secara
saksama; mudah dilakukan; dapat memberikan umpan balik yang lebih
baik. Adapun kelemahan metode ini: hanya melibatkan satu indra yaitu
indra pendengaran; membutuhkan alat tertentu seperti speaker dan
pemutar audio; metode ini terkadang membosankan; memiliki risiko tinggi
alat tidak berfungsi.
Untuk efektifnya implementasi metode ini hindari transisi yang
tidak menyenangkan pada saat hendak menggunakan teknik audio.
Pemateri harus menyediakan material yang lengkap sebelumnya dan
memastikan volume audio sesuai dengan luas ruangan.
Metode Audiovisual
Merupakan metode menggunakan materi seperti klip atau cuplikan
video dan film.
Keuntungan metode ini:
1) Memberikan variasi sehingga lebih menarik.
2) Memberikan perhatian peserta yang lebih baik.
3) Mampu memberikan pengenalan dan penguatan dan penekanan dari
topik.
4) Memberikan kenyamanan dalam pengenalan itu.
5) Mampu memberikan pendekatan dalam diskusi.
6) Mudah digunakan.
7) Dapat disajikan untuk individu dan kelompok.
109
Kelemahan metode ini adalah:
1) Hasil akhir yang tidak bisa diprediksi.
2) Membutuhkan peralatan yang mahal.
3) Memberikan situasi di mana beberapa orang tidak ingin terlibat.
4) Menciptakan terlalu banyak isu untuk didiskusikan.
Untuk efektifnya implementasi dari metode ini pemateri harus
memperkenalkan konten yang disediakan dan meminta peserta untuk
menemukan informasi dasar sehingga memancing keaktifan peserta.
Justifikasi kredibilitas dari peserta terkait dengan waktu presentasi dari
pemateri. Sediakan peralatan secara lengkap sebelum pelaksanaan.
Sediakan waktu untuk berdiskusi menyimpulkan terkait dengan konsep
dasar yang terdapat dalam materi.
Brain Storming
Merupakan metode dapat memancing ide dan mengumpulkan
informasi yang dipahami kelompok yang dapat digunakan kapan pun pada
saat pendidikan kesehatan. Brain storming dapat digunakan untuk
menemukan masalah ataupun menemukan solusi yang dapat diterapkan
terhadap satu masalah. Brain storming merupakan metode efektif dalam
membangun suasana positif dalam kelompok karena mewakili kepentingan
setiap peserta kelompok. Brain storming dapat menciptakan pemberdayaan
setiap anggota kelompok. Pada dasarnya brain storming memberikan
kesempatan peserta berfikir bebas dan juga berpendapat dengan pemateri
sebagai fasilitator untuk mengembangkan ide permasalahan dan solusi
yang disampaikan. Brain storming memberikan penguatan pemahaman
terhadap ide dan isu yang dibahas.
Aturan dalam pelaksanaan brain storming:
1) Tidak memberikan tanggapan negatif dan pemateri harus berprinsip
tidak ada ide yang tak bagus karena hal ini dapat mematikan
kreativitas.
2) Semua ide dikumpulkan dan diperhitungkan.
3) Pemateri diharapkan dapat mampu melibatkan peserta dari segala
arah.
4) Pemateri disarankan mencatat semua ide jika perlu.
110
5)
6)
7)
8)
9)
Individu diperbolehkan tidak menjawab jika merasa tidak ada ide
baru untuk dikontribusikan.
Teruskan proses sampai ide tidak ada lagi yang disampaikan
Proses dapat diakhiri atau dilanjutkan pada saat selanjutnya
Langkah selanjutnya konsolidasikan ide dan tema.
Prioritaskan ide.
Keuntungan dari Brain Storming
1) Memberikan kesempatan bagi semua peserta menjadi kontributor
penting.
2) Tidak membutuhkan banyak alat.
3) Membangun lingkungan yang korporatif.
4) Memunculkan variasi ide yang dibahas.
5) Menciptakan semangat.
6) Memberikan gambaran dan pengalaman peserta.
Kelemahan metode brain storming adalah: hasil akhir tidak bisa
diprediksi, dapat membuat beberapa individu tidak nyaman dan perasaan
terpaksa untuk berkontribusi, dapat menghabiskan banyak waktu, dapat
gagal jika peserta menolak untuk berpartisipasi, dapat menjadi tidak fokus
jika peserta mengalami kesulitan mengidentifikasi ide.
Keefektifan implementasi dari metode ini dapat dicapai dengan
pemateri harus menekankan pentingnya membangun dan mengembangkan
ide, sehingga memberi penguatan pada peserta untuk menyumbangkan ide
tersebut. Sepakati dengan peserta sejak awal pertemuan terkait waktu yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan brain storming. Jika tidak disepakati waktu
ini terkadang perilaku peserta tidak sesuai dengan batasan waktu yang
diberikan. Pemateri harus mempersiapkan pemicu dan saran untuk
menstimulasi peserta yang stagnan. Motivasi peserta untuk mengikuti ide
berdasarkan topik untuk menghindari distraksi interaksi. Sediakan jika
mungkin kesimpulan secara oral dan format cetak dari daftar ide-ide.
Pembelajaran Kooperatif
Merupakan kategori pengalaman pembelajaran yang berpusat
terhadap peserta. Pada metode ini peserta bekerja mandiri dalam
pencapaian tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dimaksudkan
111
untuk memberikan kesempatan pada peserta agar dapat menyelesaikan
tugas. Metode ini performa individu akan menentukan performa dari
kelompok. Hal yang membuat pelajaran kooperatif yang merupakan hal
unik adalah gagal dan maju bersama.
Keuntungan dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.
1) Dapat menciptakan lingkungan yang lebih menyenangkan,
berpotensi menciptakan atmosfer kerja sama yang kuat.
2) Memberdayakan banyak ide sehingga mampu menciptakan kualitas
inovasi yang lebih baik.
3) Memberikan peserta kesempatan untuk lebih terlibat dan aktif.
4) Meningkatkan kolaborasi.
5) Menstimulasi ide-ide inovasi.
6) Memberikan kesempatan peserta untuk dengan yang lain meski
dalam situasi yang baru.
7) Memaparkan peserta terhadap variasi pandangan dan ide.
8) Memberikan kemampuan dan sikap penerimaan terhadap perbedaan.
9) Dapat menciptakan tanggung jawab mutual dalam pembelajaran.
10) Menciptakan umpan balik segera antarpeserta.
Kelemahan metode ini:
1) Outcome tidak bisa diprediksi.
2) Memiliki potensi untuk suasana lingkungan yang rebut.
3) Dapat didominasi oleh individu tertentu terutama individu yang over
asertif.
4) Memiliki potensi untuk keluar dari ruang lingkup.
5) Bisa membuat suasana tidak nyaman bagi individu yang lebih suka
bekerja mandiri.
Keefektifan implementasi metode ini dapat diciptakan dengan
mengembangkan tujuan dan pertanyaan yang mampu menstimulasi peserta
pada tingkat pemikiran yang lebih tinggi. Hindari pertanyaan dengan
jawaban yang tunggal. Tantang peserta untuk berfikir kritis dengan
menjelaskan dan justifikasi. Terapkan fasilitasi kelompok untuk mengelola
interaksi dan waktu.
112
Debat
Merupakan metode diskusi terorganisir dari pandangan dan
pemahaman yang berbeda dengan memberikan kesempatan argumentasi
yang sesuai aturan. Metode ini memberikan perencanaan terstruktur untuk
dapat mencapai pemahaman pandangan yang berbeda dan pengenalan
tentang kebijaksanaan. Debat juga dapat mengembangkan kemampuan
persuasif oral. Untuk pelaksanaan debat yang efektif peserta harus
memiliki pengetahuan dasar yang substansial terkait topik yang dibahas.
Keuntungan dari metode debat adalah: mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan berbagai keahlian,
penyediaan variasi ide dan pikiran, dapat memaparkan peserta terhadap
berbagai pendapat, dapat memperkuat opini terkait subjek.
Kelemahan dari metode ini adalah: membutuhkan kontrol yang hatihati, menciptakan lingkungan yang kontroversi, dapat memperkuat posisi
salah satu pihak, dapat membuat beberapa orang tidak nyaman, bisa gagal
jika peserta tidak mampu berpartisipasi, dapat memperkuat kegigihan salah
satu komponen sehingga dapat menciptakan lingkungan yang efektif.
Untuk keefektifan implementasi ini membatasi topik terhadap dua
sisi yang kontroversi dengan pandangan yang bertolak belakang. Topik
debat yang mengarahkan pada kekuatan emosi akan lebih baik. Pilih topik
yang sesuai dan hangat terkait perkembangan isu. Sediakan kemungkinan
kedua sisi memiliki kecukupan sumber informasi agar debat tetap fokus.
Tentukan peserta yang pro dan kontra sehingga mampu menyiapkan
informasi yang dibutuhkan. Buat kerangka waktu yang terstruktur di awal.
Sediakan argumen acak yang tidak memihak salah satu sisi.
Display dan Buletin Boards
Merupakan metode grafis dan kombinasi teks dengan format
tertentu untuk menarik perhatian lebih banyak orang. Metode ini dapat
menciptakan lingkungan pembelajaran positif dan meningkatkan poin
tertentu. Metode ini juga mampu meraih kelompok untuk tidak ingin
mengikuti metode presentasi formal.
Keuntungan dari metode ini adalah:
1) Dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif.
2) Dapat dijadikan sebagai alat pembelajaran ongoing.
3) Dapat meraih populasi tertentu menyediakan variasi.
113
Kelemahan metode ini:
1) Mahal dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
2) Membutuhkan material khusus.
3) Membutuhkan banyak waktu dalam persiapan.
4) Dapat menciptakan vandalisme.
Untuk keefektifan implementasi metode ini papan buletin diawali
dengan perencanaan menganalisis berbagai macam elemen seperti material
yang akan digunakan, susunan, penulisan dan pemilihan warna. Pemilihan
topik harus berfokus terhadap subjek atau tema sumber. Isi pesan harus to
the point. Pilih caption yang singkat dan memikat untuk menarik perhatian
dalam sekali pandang menggunakan kata-kata imajinatif, pertanyaan,
jargon atau humor. Material akan bervariasi sesuai tema dan subjek.
Usahakan pemilihan material sesuai dengan media yang tersedia. Display
material menggunakan objek aktual dan objek 3 dimensi jika
memungkinkan. Penyusunan kalimat yang informal dan tidak seimbang
dianggap lebih menarik dan memanjakan mata. Elemen kunci isi pesan
harus mendominasi menggunakan frame jika perlu. Huruf diusahakan tebal
dengan ukuran seperenam dari ukuran media tidak membayang,
menggunakan huruf kapital dan font bervariasi juga dapat digunakan.
Pewarnaan difokuskan terhadap pemilihan warna yang mengundang
perhatian, diusahakan tidak tercampur dengan warna latar belakang,
menggunakan warna kontras juga dapat digunakan.
Permainan edukasi
Merupakan kegiatan pendidikan kesehatan yang meningkatkan
elemen yang menyenangkan dan kompetisi. Perbedaan permainan edukasi
dan lain adalah permainan edukasi memiliki objektif yang lebih jelas dan
menjadi fokus dalam aktivitas kegiatan. Metode permainan ini pada
umumnya bersifat kompetitif sehingga perlu diperhatikan dampak bagi
peserta yang mengikutinya.
Keuntungan dari metode ini:
1) Menyediakan lingkungan menyenangkan yang secara aktif
melibatkan peserta.
2) Bersifat kompetisi sehingga memotivasi peserta.
3) Menciptakan variasi.
114
4)
5)
6)
7)
Menciptakan kesempatan untuk pengulangan informasi penting.
Dapat menjadi aktivitas yang tepat untuk pengenalan itu.
Dapat meningkatkan kerja sama tim.
Penyediaan umpan balik.
Kelemahan metode ini:
1) Dapat mempermalukan individu yang menguasai sedikit informasi
terhadap topik.
2) Terlalu fokus terhadap informasi kognitif.
3) Terlalu menekankan kompetisi.
4) Dapat menyebabkan kegaduhan jika antusiasme di luar kontrol.
5) Bisa gagal jika menang merupakan tujuan peserta dibandingkan
pembelajaran.
6) Dapat mengurangi percakapan sosial.
7) Dapat mengurangi penjelasan terhadap poin dan aturan penting.
Untuk keefektifan implementasi metode ini pilihlah permainan yang
sesuai dengan pencapaian pembelajaran. Perkenalkan permainan yang
akan dilakukan dan jelaskan objektif pembelajaran. Jangan berasumsi
peserta sudah paham dengan aturan permainan. Berikan penjelasan yang
jelas terkait aturan agar aturan permainan dapat diikuti peserta. Hindari
mengubah aturan permainan ketika permainan sudah berjalan karena dapat
menciptakan emosi negatif antar grup.
Pemateri harus bersikap netral atau tidak memihak. Dalam
penyediaan hadiah perhatikan semua hadiah didapatkan peserta namun
berikan sedikit penilaian lebih pada pemenang. Dalam menjaga antusiasme
peserta batasi waktu paling lama 30 menit.
Demonstrasi
Merupakan metode penting bagi pendidik kesehatan yang mampu
menyediakan informasi faktual terkait bagaimana sesuatu bekerja atau
berproses dalam rangka menerjemahkan teori dalam aplikasi praktik.
Keuntungan dari demonstrasi adalah bersifat visual, dapat mengajarkan
proses saintifik, dapat meningkatkan minat, pemahaman aspek teoretis,
meningkatkan kepercayaan diri, memfasilitasi individu dengan partisipasi
aktif.
115
Kelemahan metode ini adalah memerlukan biaya besar,
membutuhkan banyak waktu dalam persiapan, membutuhkan alat-alat
khusus, outcome tidak bisa diprediksi, dapat berbahaya jika tidak
dikontrol, dan membutuhkan keahlian dari pemateri. Untuk keefektifan
implementasi metode ini pemateri harus paham terkait apa yang
didemonstrasikan. Rencanakan dengan hati-hati demonstrasi yang akan
dipresentasikan. Miliki semua kebutuhan material sehingga demonstrasi
bisa berjalan lancar.
Ceramah
Merupakan metode utama yang digunakan oleh pendidik kesehatan.
Penggunaan metode ceramah menggunakan taktik pengalaman
pengorganisasian yang baik. Pemateri dengan metode ini diharapkan
memiliki kemampuan berbicara yang baik dengan membaca literatur.
Metode ini menggunakan waktu lebih kurang 20 menit untuk memastikan
peserta benar-benar memperhatikan. Waktu ini disarankan karena pada
umumnya perhatian peserta memiliki batas waktu tertentu. Kecuali peserta
merupakan kelompok dengan motivasi yang tinggi ataupun pemateri
memiliki karisma yang cukup menyita perhatian.
Keuntungan dari metode ini adalah:
1) Dapat mencakupi jumlah peserta yang banyak dan jumlah waktu
yang singkat.
2) Dapat memberikan informasi lebih banyak.
3) Membutuhkan sedikit perlengkapan.
4) Dapat memberikan informasi faktual dalam kerangka logika.
5) Dapat menstimulasi ide untuk diskusi terbuka.
6) Dapat direkam.
Kelemahan dari metode ini adalah:
1) Sulit mempertahankan perhatian dari peserta.
2) Membutuhkan keahlian yang tinggi terhadap topik yang diberikan.
3) Bukan cara yang baik untuk menarik minat peserta.
4) Hanya efektif untuk waktu yang singkat.
5) Pembelajaran pasif dan membebankan materi kepada pemateri.
116
Peer Education
Merupakan pendekatan metode pendidikan kesehatan dengan
melibatkan individu atau kelompok. Melaksanakan workshop untuk rekanrekan merupakan cara yang efektif dan produksi dalam mendiseminasi
informasi pengajaran oleh peer telah dilaporkan sebagai strategi dengan
hasil signifikan dalam menciptakan pembelajaran aktif. Peer education
sangat tepat digunakan untuk personal yang terbatas dan memberikan
kenyamanan bagi peserta karena mengenal pemateri.
Keuntungan metode ini:
1) Memberikan pengalaman, percontohan dari rekan. Pengalaman
percontohan akan meningkatkan motivasi perubahan oleh peserta.
2) Memberikan dampak yang lebih besar dibanding pemateri biasa.
3) Memiliki potensi penyediaan edukasi informal yang berkelanjutan.
4) Dapat memberi pengaruh pada kelompok yang tidak dapat diraih
oleh pemateri profesional.
5) Memberikan kesempatan untuk pengembangan diri oleh peer
pendidik.
Kelemahan metode ini:
1) Kurangnya kredibilitas pemateri, karena dianggap sebagai bukan
ahli.
2) Dapat memberikan informasi tidak akurat dan performa yang
rendah.
3) Kurang tepat digunakan dalam penyampaian informasi yang bersifat
teknis.
Untuk keefektifan implementasi metode ini perekrutan peer
pendidik harus memiliki kriteria keahlian dan kualitas serta panduan
seleksi yang jelas. Melibatkan peer pendidik dalam proses perencanaan
untuk memastikan bahwa mereka paham terhadap tujuan program. Berikan
pelatihan dan kesempatan untuk pelatih bagi peer pendidik.
Boneka
Metode pendidikan kesehatan dengan menggunakan boneka
merupakan metode yang cukup berdampak terhadap pendidikan kesehatan.
Khususnya pada kelompok anak-anak. Metode ini juga merupakan metode
117
dengan biaya rendah dengan menggunakan boneka jari yang dapat dibuat
sendiri. Keuntungan dari metode ini: cukup menghibur, dapat
memudahkan topik sulit, dapat menekankan domain afektif, dapat
mempengaruhi perasaan peserta, dan meningkatkan pemikiran kreatif dan
komunikasi verbal.
Kelemahan dari metode ini:
1) Tidak efektif jika peserta menolak berpartisipasi.
2) Dapat menciptakan emosi yang tidak diharapkan.
3) Pemateri harus bersiap dengan baik.
4) Dapat mengancam beberapa individu.
5) Hanya efektif untuk usia hingga 8 tahun.
6) Memiliki tantangan memanipulasi situasi.
Untuk keefektifan implementasi metode ini pilih boneka yang
menarik berikan nama dan ciptakan suara buatan yang sesuai jenis boneka.
Gunakan gerakan tangan dan keragaman informasi. Alur cerita sesuai
dengan permasalahan, situasi dan pesan yang disampaikan. Latihan
dibutuhkan untuk menyesuaikan gerakan dan suara. Buatlah panggung
khusus jika diperlukan. Pengulangan merupakan aspek kritis dalam
pembelajaran anak.
Roleplay (bermain peran)
Merupakan metode pembelajaran dengan berakting sesuai dengan
peran yang telah ditentukan. Peserta tidak menggunakan teks dalam
melaksanakan kegiatan namun juga peserta tidak dibenarkan melakukan
hal yang diinginkan yang tidak sesuai konteks. Metode ini mengutamakan
fleksibilitas.
Keuntungan dari metode ini:
1) Tidak membutuhkan perlengkapan yang banyak.
2) Dapat mempermudah.
3) Dapat berfokus pada domain afektif.
4) Dapat memberikan kesempatan pada peserta untuk mengekspresikan
perasaan.
5) Menarik dan menghibur.
118
Kelemahan metode ini:
1) Akan gagal jika peserta menolak berpartisipasi.
2) Dapat menciptakan emosi yang tidak diinginkan.
3) Pemateri harus benar siap.
4) Terkadang sulit untuk dikontrol.
5) Berkemungkinan mendapatkan ketidakseriusan peserta.
6) Dapat memberikan konten yang tidak akurat dan tidak sesuai.
Simulasi
Merupakan kegiatan dalam metode pendidikan kesehatan yang
berusaha menampilkan kondisi realita dari satu fenomena. Hal ini
memberikan kesempatan untuk peserta bisa mengobservasi dan
berpartisipasi dalam kejadian yang hampir nyata dengan kontrol tetap.
Simulasi merupakan pemberian pengalaman nyata untuk memaparkan
seseorang terhadap suatu sirkumtansi dengan bentuk pemodelan. Metode
ini memberikan rangsangan berfikir kritis peserta dalam merespons situasi
tertentu. Kondisi yang dibuat memberikan pengalaman berdasarkan realita
dan respons emosi yang mungkin terjadi pada situasi nyata.
Keuntungan dari simulasi adalah
1) Menciptakan elemen yang bersifat nyata.
2) Memberikan kesempatan untuk topik sulit.
3) Menyediakan variasi terdapat kesempatan pengulangan terhadap
keahlian tertentu.
Kelemahan metode ini adalah banyak menghabiskan waktu;
memerlukan biaya yang mahal; dan tidak dapat dilakukan pada kelompok
yang besar. Untuk mendapatkan keefektifan implementasi metode ini
pemateri harus meminimalisir ketidakjelasan pada adegan simulasi dan
menyediakan penjelasan yang detail. Upayakan agar simulasi seolah
seperti asli. Pastikan tujuan yang dicapai dan dipahami peserta.
Story Telling
Merupakan metode yang cukup dikenal dalam mengomunikasikan
ide dan informasi. Cerita memberikan daya hibur dan imajinasi peserta
dalam upaya penyampaian informasi. Legenda mitos dan cerita nyata bisa
dimanfaatkan dalam metode story telling. Pendidik kesehatan dapat
119
menggunakan metode bercerita untuk menanamkan konsep terkait
permasalahan kesehatan. Metode dengan bercerita memberikan metode
pembelajaran yang mudah dan mengingat terkait informasi yang diberikan.
Dapat memanfaatkan teknologi dalam penerapannya.
Keuntungan dari metode ini: metode ini cuku menarik dan
menghibur, tidak membutuhkan alat, dapat mempermudah topik yang sulit,
dapat berfokus pada domain afektif, dapat dibagikan dengan orang lain,
dapat meningkatkan kemampuan berbicara.
Kelemahan metode ini adalah:
1) Pemateri memiliki kemampuan berbicara yang baik.
2) Outcome tidak bisa diprediksi.
3) Membutuhkan banyak waktu.
Keefektifan implementasi dari metode ini pilih cerita dengan
pengulangan dan kalimat yang menyenangkan bagi anak. Kembangkan
cerita yang jelas sesuai dengan tujuan. Berbicara yang jelas sesuai intonasi
dan penekanan dari mood cerita. Gunakan gerakan yang sesuai.
Ice Breaker
Ice breaker dapat digunakan untuk mengembalikan suasana yang
lebih baik dilingkungan pelaksanaan pendidikan kesehatan. Aktivitas ini
harus mudah dilaksanakan dan menyenangkan. Pemberian kalimat positif
penting dilakukan terhadap aktivitas ini agar mampu mengembalikan
penyajian yang baik dan maksimal. Pelaksanaan aktivitas ini disarankan
untuk tepat waktu karena akan memberi pengaruh terhadap konsumsi
waktu keseluruhan dari pelaksanaan pendidikan kesehatan. Diharapkan
pada kegiatan ini pemateri bersikap antusias dan menghormati serta
menunjukkan ketertarikan terhadap partisipan yang ada. Untuk
memaksimalkan hasil pendidik kesehatan harus mengenali nama peserta
yang mengikuti kegiatan. Pelibatan semua peserta dan pendidik kesehatan
akan lebih meningkatkan pencapaian semangat peserta kembali.
Keuntungan dari ice breaker adalah:
1) Dapat membuat dan menciptakan atmosfer pendidikan kesehatan
yang lebih positif dan penuh penghormatan.
2) Dapat membantu pemateri dalam mengenali nama dan
meningkatkan ketertarikan partisipan.
3) Dapat meningkatkan peran aktif peserta dalam berinteraksi.
120
4)
5)
6)
Dapat menanamkan aturan yang berlaku di lingkungan pendidikan
kesehatan.
Dapat memperbaharui energi.
Dapat menenangkan peserta.
Kelemahan dari aktivitas ini adalah banyak memakan waktu yang
terkadang mengurangi waktu utama dan untuk kebutuhan lebih penting
dan dapat membuat peserta tidak nyaman. Untuk efektifnya implementasi
kegiatan ini pemateri harus memilih secara bijak ice breaker mana yang
tepat dan sesuai dengan karakteristik peserta, sehingga mampu membuat
peserta lebih nyaman. Kemudian jelaskan secara jelas aturan dan
ekspektasi terhadap peserta pada saat kegiatan dimulai. Peserta akan lebih
aktif untuk terlibat dalam kegiatan jika merasa percaya diri dan mengerti
instruksi kegiatan.
Konsultasi
Konsultasi merupakan pertemuan antara pasien dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan saran atau perawatan kesehatan untuk gejala
atau kondisi tertentu yang dialami. Penggunaan pengetahuan ahli untuk
menangani mereka yang mencari pertolongan dalam menyelesaikan
masalah yang memungkinkan individu, keluarga, kelompok, atau agensi
untuk mencapai tujuan yang telah diidentifikasi.
Prosedur Pelaksanaan Konsultasi
Prosedur Pelaksanaan Kegiatan:
1) Mengidentifikasi tujuan berkonsultasi.
2) Mengumpulkan data dan identifikasi masalah yang menjadi fokus dalam
konsultasi.
3) Mengidentifikasi dan klarifikasi harapan dari semua pihak yang terlibat.
4) Menyediakan pengetahuan seorang ahli bagi yang meminta konsultasi.
5) Melibatkan orang yang meminta konsultasi.
6) Mendukung kemampuan bagi orang yang berkonsultasi untuk menentukan
langkah lebih baik selanjutnya.
7) Menunjukkan respons secara profesional untuk menerima atau menolak
ide-ide yang ada.
8) Mencatat hasil konsultasi.
121
Manajemen Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila nanti terpajan
pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. Imunisasi merupakan
usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan
vaksin ke dalam tubuh. Agar tubuh membuat zat anti untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan
(misalnya vaksin BCG, DPT dan campak) dan melalui mulut (misalnya
vaksin polio). Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, resistan. Imunisasi
berarti anak di berikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak
kebal terhadap suatu penyakit tapi belum kebal terhadap penyakit yang
lain. Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit.
Memonitor status imunisasi, memfasilitasi akses untuk imunisasi, dan
menyediakan imunisasi untuk mencegah penyakit menular.
Prosedur Pelaksanaan Imunisasi
Prosedur Pelaksanaan Kegiatan
1) Mengajarkan pada orang tua imunisasi yang direkomendasikan bagi anak,
cara imunisasinya, alasan dan kegunaan dari imunisasi, efek samping dan
reaksi yang mungkin terjadi.
2) Mengidentifikasi teknik pemberian imunisasi yang tepat.
3) Menggunakan prinsip 5 benar dalam pemberian imunisasi.
4) Memberikan imunisasi sesuai teknik yang ditetapkan.
5) Mendokumentasikan hasil imunisasi.
6) Memberitahukan pada orang tua untuk memperhatikan tingkat kenyamanan
anak setelah divaksin.
7) Mengobservasi anak selama beberapa waktu tertentu setelah pemberian
vaksin.
8) Mengajarkan perawatan terhadap respons vaksin.
Bantuan Pemeliharaan Rumah
Membantu pasien/keluarga untuk memelihara kebersihan, keamanan
rumah dan rasa senang untuk tinggal (di rumah).
122
Prosedur Pelaksanaan Bantuan Pemeliharaan Rumah
Prosedur Pelaksanaan Kegiatan:
1) Menentukan kebutuhan pemeliharaan rumah klien.
2) Melibatkan klien dalam memutuskan kebutuhan pemeliharaan rumah.
3) Menyarankan perubahan struktural yang diperlukan untuk membuat rumah
lebih mudah diakses dan sehat.
4) Menyediakan informasi mengenai bagaimana membuat rumah nyaman dan
bersih.
5) Menganjurkan untuk menghilangkan bau yang tidak enak.
6) Menyarankan untuk mengontrol hama, sesuai kebutuhan.
7) Menyarankan untuk membersihkan cucian kotor.
8) Menyarankan pelayanan perbaikan rumah, jika diperlukan.
9) Mendiskusikan pembiayaan yang dibutuhkan untuk memelihara dan
menyediakan sumber-sumber yang tersedia.
10) Menawarkan solusi terhadap ada nya kesulitan keuangan.
11) Mengoordinasikan penggunaan sumber-sumber komunitas.
Pengajaran Kelompok
Pengembangan, implementasi dan evaluasi terhadap program
pengajaran pasien pada sekelompok individu yang mengalami masalah
kesehatan yang sama
Prosedur Pelaksanaan Kegiatan
1) Menyediakan lingkungan yang kondusif untuk belajar.
2) Menjelaskan tujuan program.
3) Memilih koordinator kelompok.
4) Mengontrol besar (ukuran) grup dan kompetensinya, sesuai kebutuhan.
5) Menyediakan instruksi bagi kelompok.
6) Merangkumkan hasil pada sesi pertemuan.
7) Mengevaluasi perkembangan pasien dalam program kelompok.
8) Menyediakan instruksi dan sesi lanjutan bagi individu, jika diperlukan.
9) Mendiskusikan jadwal belajar, termasuk tanggal, waktu dan tempat dari
sesi pembelajaran lanjutan.
123
Pengajaran Nutrisi
Prosedur Pelaksanaan Kegiatan:
Pengajaran: Nutrisi bayi 0-3 bulan
Definisi: Instruksi mengenai praktik nutrisi dan pemberian makanan melalui tiga
bulan pertama kehidupan.
1) Berikan orang tua materi tertulis yang sesuai dengan kebutuhan
pengetahuan yang telah diidentifikasi.
2) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memberi makan hanya ASI atau
susu formula untuk tahun pertama (tidak ada makanan padat sebelum 4
bulan).
3) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk selalu memegang bayi saat
memberikan botol.
4) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk tidak pernah menopang botol atau
memberikan botol ditempat tidur.
5) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menghindari menempatkan sereal
dalam botol.
6) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk membatasi intake air ½ sampai 1
ons pada satu waktu, 4 ons per hari.
7) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menghindari penggunaan madu atau
sirup jagung.
8) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk mengizinkan mengedot dot.
9) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk membuang sisa susu formula dan
membersihkan botol setiap selesai memberikan makan.
Pengajaran: Nutrisi bayi 4-6 bulan
Definisi: instruksi mengenai praktik nutrisi dan pemberian makanan mulai bulan
keempat hingga bulan keenam kehidupan.
1) Berikan orang tua materi tertulis yang sesuai dengan kebutuhan
pengetahuan yang telah diidentifikasi.
2) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memperkenalkan makanan padat
(bubur) tanpa tambahan garam atau gula.
3) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memperkenalkan sereal bayi yang
diperkaya zat besi.
4) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memperkenalkan satu makanan
baru padat pada suatu waktu.
5) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menghindari memberikan jus atau
minuman yang dimaniskan.
6) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memberi makan hanya
menggunakan sendok.
124
Pengajaran: Nutrisi bayi 7-9bulan
Definisi: instruksi mengenai praktik nutrisi dan pemberian makanan mulai bulan
ketujuh hingga bulan kesembilan kehidupan.
1) Berikan orang tua materi tertulis yang sesuai dengan kebutuhan
pengetahuan yang telah diidentifikasi.
2) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memperkenalkan makanan
menggunakan jari ketika bayi bisa duduk.
3) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memperkenalkan cangkir ketika
bayi bisa duduk.
4) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk membawa bayi bergabung dengan
keluarga waktu makan.
5) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk membiarkan bayi mulai makan
sendiri dan mengamati untuk menghindari tersedak.
6) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memberikan cairan setelah
makanan padat.
7) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menghindari makanan penutup
manis dan soda.
8) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menawarkan berbagai makanan,
menurut piramida makanan.
9) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memperkenalkan jumlah terbatas
dari jus yang diencerkan dalam cangkir.
Pengajaran: Nutrisi bayi 10-12 bulan
Definisi: instruksi mengenai praktik nutrisi dan pemberian makanan mulai bulan
kesepuluh hingga bulan kedua belas kehidupan.
1) Berikan orang tua materi tertulis yang sesuai dengan kebutuhan
pengetahuan yang telah diidentifikasi.
2) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menawarkan tiga makanan dan
makanan ringan yang sehat.
3) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk mulai menyapih dari penggunaan
botol.
4) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menghindari minuman buah dan
susu berasa.
5) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memulai table foods/makanan meja.
6) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk mengizinkan bayi makan sendiri
dengan menggunakan sendok.
125
Pengajaran: nutrisi balita 13-18 bulan
Definisi: Instruksi mengenai praktik nutrisi dan pemberian makanan mulai bulan
ke tiga belas hingga bulan kedelapan belas kehidupan.
1) Berikan orang tua materi tertulis yang sesuai dengan kebutuhan
pengetahuan yang telah diidentifikasi.
2) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menghentikan pemberian makanan
melalui botol.
3) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menawarkan makanan padat
bertekstur.
4) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk melanjutkan penggunaan sendok
dan makan sendiri.
5) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memperkenalkan produk susu.
6) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memberikan makanan ringan yang
sehat.
7) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menawarkan porsi kecil dan
pemberian makanan yang sering.
8) Instruksikan
orang
tua/pengasuh
untuk
menghindari
diet
makanan/minuman misalnya susu tanpa lemak, diet soda.
9) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menghindari memaksa memberi
makan karena adanya penurunan nafsu makan.
Pengajaran: Nutrisi Balita 19-24 bulan
Definisi: instruksi mengenal praktik nutrisi dan pemberian makanan mulai bulan
kesembilan belas hingga bulan dua puluh empat kehidupan.
1) Berikan orang tua materi tertulis yang sesuai dengan kebutuhan
pengetahuan yang telah diidentifikasi.
2) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menganjurkan minum karena haus.
3) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk membatasi cairan sebelum makan.
4) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menawarkan makanan tinggi zat
besi dan protein.
5) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memiliki waktu makan yang teratur
dan makan sebagai sebuah keluarga.
6) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menambah atau mengurangi
makanan, dengan tepat.
7) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menghindari minuman buah dan
susu berasa.
8) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk membaca label kandungan nutrisi.
9) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menghentikan pemberian makanan
melalui botol.
126
Pengajaran: Nutrisi Balita 25-36 bulan
Definisi: instruksi mengenai praktik nutrisi dan pemberian makanan mulai bulan
dua puluh lima hingga bulan ketiga puluh enam kehidupan.
1) Berikan orang tua materi tertulis yang sesuai dengan kebutuhan
pengetahuan yang telah diidentifikasi.
2) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memberikan anak pilihan makanan
yang sehat.
3) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memberikan sayuran
mentah/dimasak.
4) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memberikan makanan ringan yang
sehat di antara waktu makan.
5) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menjadi kreatif dalam persiapan
makanan untuk anak yang pemilih makanan.
6) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menawarkan porsi kecil makanan.
7) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk membatasi kandungan lemak dalam
makanan.
8) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk mengajak anak berpartisipasi dalam
persiapan makanan.
9) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menawarkan sereal yang diperkaya
zat besi, hindari sereal tinggi gula.
10) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk meningkatkan protein makanan.
11) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk mencakup semua kelompok
makanan.
Keluarga Berencana
Membantu pasien dalam menentukan dan menyediakan metode
pencegahan kehamilan.
Prosedur Pelaksanaan Keluarga Berencana
Prosedur Pelaksanaan Kegiatan:
1) Menggali pengetahuan dan pemahaman pasien terhadap pilihan
kontrasepsi.
2) Menjelaskan pasien mengenai fisiologi reproduksi manusia, termasuk
sistem reproduksi laki-laki dan perempuan, jika diperlukan
3) Menjelaskan dan mendiskusikan metode-metode kontrasepsi.
4) Mendiskusikan pertimbangan agama, budaya, perkembangan social
ekonomi, dan pertimbangan individu terhadap pilihan alat kontrasepsi.
127
5)
6)
Menyediakan kontrasepsi bagi pasien sesuai indikasi.
Memasang atau menggunakan kontrasepsi yang dipilih.
Manajemen Lingkungan
Manipulasi lingkungan pasien untuk kepentingan terapi, daya tarik
sensoris, dan kesejahteraan psikologis.
Prosedur Pelaksanaan Manajemen Lingkungan
Prosedur Pelaksanaan Kegiatan
1) Mengidentifikasi kebutuhan keselamatan pasien berdasarkan fungsi fisik.
2) Menyingkirkan bahaya lingkungan.
3) Menyediakan perangkat-perangkat adaptif.
4) Tempatkan furnitur di kamar dengan pengaturan terbaik.
5) Meletakkan benda-benda yang sering digunakan dalam jangkauan pasien.
6) Menyediakan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan nyaman
termasuk linen.
7) Mengurangi rangsangan lingkungan.
8) Memperhatikan ventilasi dan suhu lingkungan, pencahayaan dan
kebisingan.
9) Memotivasi keluarga melakukan tindakan yang menyaman.
Manajemen Bencana
Mempersiapkan terbentuknya respons yang efektif terhadap suatu
bencana dengan skala besar
Prosedur Pelaksanaan Kegiatan
1) Identifikasi tipe bencana potensial yang ada di daerah tersebut (misalnya,
yang berhubungan dengan cuaca, industri, lingkungan).
2) Bekerja bersama dengan instansi-instansi lain dalam perencanaan terkait
dengan bencana (misalnya, penegakan hukum, pemadam kebakaran, palang
merah, tentara, layanan-layanan ambulans, lembaga layanan sosial).
3) Kembangkan rencana (persiapan) sesuai dengan tipe bencana tertentu
(misalnya, insiden kasual multipel, bom, tornado, badai, banjir, tumpahan
bahan kimia), yang memang sesuai.
4) Identifikasi semua perangkat medis dan sumber daya lembaga sosial yang
tersedia untuk dapat menanggapi bencana.
5) Kembangkan suatu jaringan pemberitahuan adanya bencana untuk dapat
mengingatkan personil (yang bertugas).
128
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
17)
18)
19)
20)
21)
22)
23)
24)
Kembangkan prosedur-prosedur triase.
Susun peran selama bencana yang telah diatur sebelumnya.
Identifikasi tempat-tempat pertemuan untuk membantu korban bencana.
Identifikasi tempat-tempat pertemuan alternatif bagi tenaga kesehatan.
Ketahui di mana tempat peralatan dan perlengkapan bencana disimpan.
Lakukan pemeriksaan berkala terhadap peralatan.
Periksa dan isi kembali persediaan rutin.
Didik tenaga kesehatan mengenai rencana-rencana terkait bencana yang
dilakukan secara rutin.
Dorong persiapan masyarakat untuk menghadapi kejadian bencana
Didik anggota-anggota masyarakat mengenai keselamatan, swadaya, dan
langkah-langkah pertolongan pertama.
Dorong anggota masyarakat untuk memiliki rencana kesiapsiagaan pribadi
(misalnya, nomor-nomor telepon darurat, radio yang dioperasikan dengan
baterai, senter kerja, perlengkapan pertolongan pertama, informasi medis,
informasi dokter, orang-orang yang harus diberitahu dalam keadaan
darurat).
Bantu untuk mempersiapkan tempat penampungan dan pos-pos bantuan
darurat.
Lakukan latihan simulasi (tiruan/mock) mengenai kejadian bencana setiap
tahun atau dengan frekuensi yang sewajarnya.
Evaluasi kinerja personil bencana setelah adanya suatu kejadian bencana
atau latihan simulasi (tiruan/mock) bencana.
Identifikasi mekanisme pembekalan bagi tenaga kesehatan setelah
terjadinya bencana.
Buat tenaga kesehatan menjadi peka akan potensi dampak psikologis
(misalnya, depresi, sedih, takut, marah, fobia, rasa bersalah, marah,
kecemasan) dengan adanya bencana.
Identifikasi sumber-sumber rujukan paska bencana (misalnya, rehabilitasi,
pemulihan, konseling).
Identifikasi kebutuhan-kebutuhan paska bencana {misalnya, kebutuhan
perawatan kesehatan terkait dengan bencana yang sedang berlangsung,
pengumpulan data epidemiologi, pengkajian penyebab bencana, langkahlangkah untuk pencegahan terulangnya (bencana)}.
Perbarui rencana terkait dengan bencana, sesuai dengan kebutuhan.
129
EVALUASI KEPERAWATAN KOMUNITAS
Capaian Pembelajaran:
Menjelaskan proses evaluasi di komunitas.
Mengidentifikasi metode evaluasi di komunitas.
6.1. Evaluasi Komunitas
Evaluasi biasanya dilihat sebagai langkah terakhir, tetapi karena
proses keperawatan bersifat siklik, perawat terus-menerus mengevaluasi
seluruh proses. Misalnya, dalam fase pengkajian, perawat harus
mengevaluasi apakah data yang dikumpulkan cukup dan sesuai untuk
memulai perencanaan. Metode evaluasi harus ditangani "dalam fase
perencanaan, ketika tujuan dan objektif yang terukur telah ditetapkan" dan
intervensi diidentifikasi (Shuster & Groeppinger, 2004, hal. 369). Evaluasi
mengacu pada pengukuran dan penilaian keefektifan pencapaian tujuan
atau hasil. Proses keperawatan di komunitas tidak akan lengkap sampai
evaluasi dilakukan. Sebenarnya, jika Anda melihat proses keperawatan
sebagai siklus bukan linier, maka evaluasi memandu Anda untuk
keberlanjutan pengkajian berikutnya (Tembreull & Schaffer, 2005).
Seberapa efektifkah layanan ini? Apakah kebutuhan klien benar-benar
terpenuhi? Bagaimana status kesehatan berubah? Seperti yang dinyatakan
sebelumnya, evaluasi adalah tindakan penilaian di mana seseorang
menentukan nilai sehubungan dengan standar dan serangkaian kriteria.
Evaluasi membutuhkan tujuan yang dinyatakan, standar dan kriteria
khusus untuk menilai, dan keterampilan menilai.
Untuk menentukan keberhasilan perencanaan dan intervensi anda,
perawat kesehatan masyarakat menggunakan dua jenis evaluasi utama:
130
evaluasi formatif dan sumatif. Fokus evaluasi formatif adalah pada proses
selama intervensi yang sebenarnya. Evaluasi sumatif berfokus pada hasil
intervensi: Apakah Anda memenuhi tujuan Anda? Dalam evaluasi
formatif, standar kinerja dikembangkan dan digunakan untuk menentukan
apa yang bisa dan tidak bekerja dengan baik pada seluruh proses yang
dilaksanakan (Anderson, Guthrie, & Schirle, 2002). Hal ini dapat
mencakup struktur fisik dan organisasional lembaga tersebut, serta sumber
daya yang memberikan dasar untuk intervensi. Evaluasi formatif pada
dasarnya melihat proses langkah-demi-langkah dari implementasi
program. Bisakah saya melakukan sesuatu yang lebih baik atau berbeda
untuk meningkatkan hasil yang Anda inginkan?
Sejalan dengan dasar pemikiran dalam model keperawatan
komunitas sebagai partner. Anda diharapkan mendasarkan evaluasi
kegiatan ataupun program yang Anda laksanakan sesuai dengan prinsipprinsip berikut:
1) Penguatan program. Tujuan sebagai perawat komunitas adalah
promosi kesehatan dan meningkatkan kemandirian dari komunitas.
Evaluasi membantu dalam mencapai tujuan ini dengan menyediakan
proses yang berkelanjutan dan sistematis untuk menilai program,
dampaknya, dan luaran hasil.
2) Menggunakan
beberapa
pendekatan.
Selain
pendekatan
multidisiplin, metode evaluasi yang digunakan dapat bervariasi dan
beragam. Tidak ada pendekatan tunggal yang harus digunakan,
namun metode yang dipilih harus sesuai dengan tujuan program.
3) Desain evaluasi sesuai dengan isu yang diselesaikan. Penilaian
evaluasi yang dilakukan komunitas harus berisi evaluasi untuk
mengukur kriteria yang penting dan esensial sesuai dengan program
yang dilaksanakan di masyarakat.
4) Gunakan proses partisipatif. Sama halnya seperti pada proses
pengkajian, diagnosis, perencanaan, dan implementasi, evaluasi juga
diharapkan melibatkan penuh masyarakat.
5) Keterbukaan dan fleksibilitas. Pendekatan evaluasi tidak boleh kaku
dan preskriptif atau akan sulit untuk mendokumentasikan hasil
evaluasi yang seharusnya.
131
6)
Kembangkan kapasitas. Proses evaluasi, selain mengukur hasil
harus meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap orangorang yang terlibat di dalamnya.
Mengapa mengumpulkan data evaluasi? Kepada siapa data evaluasi
akan diberikan, dan untuk tujuan apa hasil evaluasi akan digunakan?
Program atau kegiatan apa yang akan dihasilkan atau harus dihentikan
karena data hasil evaluasi? Sebelum strategi atau metode evaluasi dipilih,
alasan dan penggunaan data evaluasi harus ditetapkan. Biasanya
pertanyaan evaluasi fokus pada bidang relevansi, kemajuan, efisiensi
biaya, efektivitas, dan hasil.
Relevansi
Apakah suatu program memang diperlukan? Relevansi menentukan
alasan untuk melakukan program atau kegiatan. Pertanyaan akan relevansi
mungkin lebih penting untuk program yang sudah berjalan jika
dibandingkan dengan program baru. Seringkali, suatu program, seperti
screening tekanan darah direncanakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang diminta oleh masyarakat. Kemudian, program ini
berlanjut selama bertahun-tahun tanpa evaluasi relevansi. Pertanyaannya
harus ditanyakan secara rutin adalah apakah program masih dibutuhkan?
Jelas, evaluasi diperlukan bukan hanya untuk program baru, tetapi untuk
semua program. Kendala yang sering ditemui untuk memulai program
baru adalah kurangnya staf atau anggaran yang tidak memadai. Solusi
untuk kendala ini bisa dijawab dengan relevansi adalah evaluasi program
yang sudah ada dan berjalan. Staf dan anggaran dari program yang tidak
lagi diperlukan dapat diarahkan ke program baru.
Kemajuan
Apakah kegiatan program sesuai dengan rencana yang
dimaksudkan? Apakah staf dan material yang dibutuhkan sesuai dan
tersedia dalam jumlah yang tepat dan pada waktu yang tepat untuk
mengimplementasikan program kegiatan? Apakah jumlah klien yang
berpartisipasi dalam program yang dijadwalkan sesuai dengan yang
diharapkan? Apakah input dan output dapat memenuhi kriteria rencana
yang telah ditentukan sebelumnya? Jawaban dari pertanyaan tersebut di
132
atas diharapkan dapat mengukur kemajuan program dan merupakan bagian
dari proses atau sebagai bentuk evaluasi formatif.
Penghematan Biaya
Berapa biaya program yang digunakan? Apa manfaatnya? Apakah
manfaat program sesuai dengan biaya yang dikeluarkan? Evaluasi efisiensi
biaya mengukur hubungan antara hasil (manfaat) dari suatu program dan
biaya penyajian program (seperti gaji dan bahan-bahan). Efisiensi biaya
mengevaluasi apakah hasil suatu program dapat diperoleh dengan biaya
lebih murah melalui pendekatan lain. Analisis biaya-manfaat memerlukan
keterampilan di luar lingkup kemampuan perawat jika dibutuhkan
kolaborasi literatur dan staff dalam ekonomi dan manajemen dapat
dilibatkan jika diperlukan
Keefektifan (Dampak)
Apakah tujuan program terpenuhi? Apakah klien puas dengan
program ini? Apakah penyedia program puas dengan kegiatan dan
keterlibatan klien? Efektivitas berfokus pada evaluasi formatif serta hasil
jangka pendek yang bersifat langsung.
Hasil Akhir
Apa implikasi jangka panjang dari program ini? Sebagai hasil dari
program ini, perubahan perilaku apa yang bisa diharapkan dalam 6
minggu, 6 bulan, atau 6 tahun? Efektivitas mengukur hasil secara langsung
dan jangka pendek, sedangkan langkah-langkah evaluasi hasil akhir
mengevaluasi apakah kegiatan program mengubah tujuan fundamental dari
program. Pertanyaan mendasarnya adalah apakah program memenuhi
tujuannya? Apakah status kesehatan meningkat?
Evaluasi “program dapat didefinisikan sebagai pengumpulan dan
analisis yang konsisten dan berkelanjutan sebagai informasi yang akan
digunakan untuk pengambilan keputusan. Dengan demikian, pilihan
pendekatan atau metode untuk mengumpulkan informasi adalah hal yang
sangat penting dan perlu disepakati oleh semua orang dan elemen yang
terlibat. Sadarilah bahwa tidak ada satu pun pendekatan yang paling baik
(terbaik) dalam evaluasi, kecuali pendekatan mana yang dipilih dan harus
sesuai dengan pertanyaan dan cita-cita yang ingin Anda jawab.
133
Empat hal utama perlu dipertimbangkan saat Anda memutuskan
metode data mana yang digunakan untuk mengumpulkan informasi:
1) Sumber daya apa yang tersedia untuk melaksanakan evaluasi?
2) Apakah metode ini peka terhadap responden/peserta program?
3) Seberapa kredibelkah metode evaluasi yang digunakan dalam
menggambarkan hasil?
4) Apa pentingnya data yang akan dikumpulkan? Untuk keseluruhan
program dan untuk klien?
Terdapat berbagai metode pengumpulan data dalam evaluasi yang
Anda lakukan. Metode yang dapat Anda gunakan yakni sebagai berikut.
Studi Kasus
Sebuah evaluasi melalui studi kasus akan memberikan kesempatan
bagi Anda melihat lebih dalam terhadap program yang dijalankan untuk
menentukan adekuat atau tidaknya program dalam memenuhi tujuan dan
kebutuhan yang dirancang sebelumnya. Metode studi kasus akan
memberikan gambaran informasi yang cukup menyeluruh terhadap situasi
program dan tidak seperti metode evaluasi lainnya, metode ini dapat
dimulai kapan saja selama program. Data evaluasi dapat dikumpulkan
selama studi kasus dengan cara observasi/pengamatan terhadap kegiatan
yang terdapat di dalam program, wawancara tidak terstruktur dengan
personil pelaksana dan peserta program, simpulan data statistik yang
dikumpulkan pada kegiatan program, data wawancara terstruktur atau
tidak terstruktur, dan informasi yang dikumpulkan melalui kuesioner. Data
subjektif dan data objektif keduanya dapat dikumpulkan melalui metode
evaluasi ini.
Data subjektif meliputi informasi yang dikumpulkan terutama
melalui pengamatan/observasi menyeluruh pada peserta atau staf program.
Data objektif dikumpulkan dari dokumen program atau kuesioner dan
wawancara terstruktur. Data subjektif dan objektif yang terkumpul
merupakan data yang sama berarti dan menggambarkan evaluasi dari
program tersebut. Data objektif dari kuesioner pun seberapa pun
objektifnya masih akan sangat memerlukan data subjektif untuk
menyempurnakan proses evaluasi yang Anda lakukan. Menggabungkan
134
data subjektif dan objektif adalah hal yang sangat disarankan untuk
menyempurnakan hasil evaluasi.
Teknik metode studi kasus dapat dilakukan dengan observasi dan
wawancara, kelompok nominal, dan teknik Delphi.
Observasi dan Wawancara
Observasi adalah salah satu metode pengumpulan data untuk studi
kasus. Pengamatan dapat bersifat partisipatif maupun tidak partisipatif.
Partisipan observer mengambil peran saat program atau kegiatan
dilaksanakan. Observer untuk kebutuhan tertentu dapat menggunakan
orang luar yang bukan bagian dari tim maupun peserta sehingga dapat
menghasilkan hasil evaluasi yang lebih kredibel.
Jenis-jenis observasi yang dilakukan ditentukan oleh item-item yang
di tentukan sebelumnya berkaitan dengan program. Misalnya, jika
dikaitkan dengan item relevansi, observer akan berkonsentrasi pada siapa,
apa, mengapa, dan kapan program dilakukan. Siapa yang menggunakan
layanan ini? Catat demografi usia, etnis, geografis lokasi, tingkat
pendidikan, dan status pekerjaan. Layanan apa yang diterima oleh peserta?
Imunisasi? Pemeriksaan fisik? Pendidikan kesehatan? Screening?
Seberapa sering layanan dilakukan, mengapa populasinya menggunakan
layanan yang diberikan? Ketersediaan? Keterjangkauan? Tidak ada pilihan
lain? Kemudian kapan layanan diakses? Apakah orang datang pada waktu
yang ditentukan atau hanya kapan mereka sakit?
Beberapa data dapat dikumpulkan dari laporan, wawancara informal
dengan para peserta dan pelaksana. Saat wawancara, upayakan Anda selalu
memiliki daftar topik pertanyaan. Pertimbangkan pertanyaan tersebut
harus diatur dalam urutan logis dengan kalimat pertanyaan siapa, apa,
mengapa, dan kapan (5W1H). Percakapan informal, kadang-kadang
dikenal sebagai wawancara "tidak terstruktur” sediakan waktu untuk
mengeksplorasi persepsi peserta terhadap program atau kegiatan.
Observasi dan wawancara akan banyak dilaksanakan oleh pelaksana
berbeda dengan pengisian kuesioner peserta yang secara mandiri untuk
mengisi.
Observasi dan wawancara akan menggambarkan evaluasi bersifat
persepsi selektif. Persepsi selektif merupakan kecenderungan alami setiap
135
orang untuk secara sadar menggolongkannya mengategorikan perilaku
atau pernyataan orang lain. Kategori-kategori ini telah terbentuk oleh nilainilai budaya, pembelajaran, dan pengalaman hidup. Sampai tingkat
tertentu, proses ini diinginkan karena membatasi jumlah pengamatan dan
pertimbangan penanganan informasi yang cepat dan efektif. Kekurangan
dari persepsi selektif. Pernyataan dan perilaku diklasifikasikan menurut
persepsi selektif dari observer, yang mungkin sama sekali berbeda dari
persepsi selektif klien atau profesional anggota tim lainnya dari pelaksana
kegiatan.
Hal yang harus benar-benar menjadi perhatian dari persepsi selektif
dalam evaluasi program adalah ketika pengamat memiliki prasangka
bahwa suatu program akan berhasil atau gagal. Ini bisa menghasilkan
prediksi hasil yang sesuai dengan keinginan observer sehingga dapat
menjadi bias karena mungkin observer secara tidak sadar merekam data
yang mendukung keyakinan dan preferensi yang terbentuk sebelumnya.
Persepsi selektif adalah sumber data subjektif. Hal yang paling penting
untuk diperhatikan untuk menghindari hasil yang bias minta konfirmasi
dan pendapat orang lain yang tidak memiliki kepentingan. Tanyakan
bagaimana hasil pengamatan Anda secara logis.
Interaktivitas
Interaktivitas adalah kegiatan tambahan dalam evaluasi studi kasus
yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pengamatan. Interaktivitas
merupakan bagaimana Anda melihat interaksi dan keaktifan peserta dan
pelaksana yang melaksanakan kegiatan atau program. Observer mencatat
kegiatan dan keaktifan pelaksanaan kegiatan untuk menyimpulkan dan
melengkapi data evaluasi studi kasus. Observer mencatat kegiatan selama
program, kehadiran dan produktivitas peserta
Kelompok Nominal
Baik metode pengumpulan data evaluasi kelompok nominal dan
teknik Delphi didasarkan pada keyakinan bahwa peserta yang mengikuti
kegiatan merupakan sumber data yang paling mendasar akan memberikan
gambaran terhadap data evaluasi.
136
Teknik pengumpulan data kelompok nominal menggunakan
pertemuan kelompok terstruktur, di mana semua individu atau peserta
diberikan kesempatan untuk memberikan pendapat dalam menilai program
seperti menuliskan atau menyebutkan manfaat dari program, kendala
dalam program, atau perubahan yang diperlukan dalam program. Setiap
anggota diminta untuk menulis respons di atas kertas dan tidak
membahasnya dengan orang lain. Kemudian 5 hingga 10 menit, semua
peserta menyampaikan ide mereka, dan setiap ide dicatat (tanpa diskusi),
sehingga semua orang dapat melihat semua ide-ide. Setelah semua ide
disajikan, diskusi dimulai, di mana gagasan diklarifikasi dan dievaluasi.
Setelah diskusi, kelompok memberikan suara untuk menentukan urutan
persepsi dan pendapat. Teknik kelompok nominal memungkinkan semua
individu untuk mempresentasikan ide mereka sebelum disimpulkan oleh
seluruh kelompok. Serta melibatkan seluruh kelompok mengurangi
persepsi selektif dan meningkatkan kerja sama individu dengan keputusan
kelompok karena orang percaya mereka telah terlibat dalam proses
pengambilan keputusan.
Survei
Survei adalah metode pengumpulan informasi dan data yang dapat
digunakan untuk evaluasi kegiatan atau program. Survei biasanya
dilengkapi dengan kuesioner yang buat dan dikelola sendiri oleh pelaksana
program untuk menentukan persepsi masyarakat tentang informasi
kesehatan dan kebutuhan kesehatan. Survei dilakukan untuk
menggambarkan (survei deskriptif) atau untuk menganalisis hubungan
(survei analitis). Meskipun, sebagian besar survei bisa digunakan untuk
menjelaskan dan menganalisis.
Survei dapat digunakan untuk menggambarkan kebutuhan akan
suatu program, kegiatan aktual dari program, atau efek dari program.
Seiring dengan informasi deskriptif yang diperoleh pertanyaan analisis
juga dapat dijawab melalui survei. Misalnya, survei dapat digunakan untuk
menggambarkan komposisi kelompok yang menghadiri program, serta
untuk menganalisis hubungan antara data deskriptif. Survei biasanya
dilakukan untuk evaluasi sumatif (dampak). Apakah program tersebut
dianggap berhasil oleh klien? Oleh personil? Jika program itu dianggap
137
berhasil, apa bagian yang paling bermanfaat? Paling tidak bermanfaat?
Apa yang harus diubah? Tidak berubah?
Pertanyaan yang diajukan oleh survei ditentukan oleh daftar
pertanyaan awal tentang evaluasi program. Seperti halnya metode studi
kasus, jawaban atas survei berasal dari persepsi, nilai-nilai, dan sistem
kepercayaan responden/peserta. Tanggapan diberikan untuk pertanyaan
manfaat
program
oleh
perawat
yang
merencanakan
dan
mengimplementasikan program dapat menjadi sangat berbeda dari
jawaban para peserta. Kesadaran akan bias persepsi dapat mengarahkan
upaya evaluasi untuk mempertimbangkan persepsi semua orang (penyedia,
klien, dan manajemen) yang terlibat dalam implementasi program.
Reliabilitas dan Validitas
Survei yang digunakan untuk evaluasi program harus
memperhatikan reliabilitas dan validitas informasi yang dikumpulkan.
Reliabilitas berhubungan dengan pengulangan, atau reproduktivitas, dari
data (mis., jika pertanyaan yang sama diajukan oleh orang yang sama 1
minggu kemudian, apakah tanggapan yang sama juga akan muncul?).
Validitas adalah kebenaran dari informasi. Jika pertanyaan ditulis untuk
mengevaluasi pengetahuan, dan jawaban dari responden mencerminkan
perilaku. Pertanyaannya tidak valid jika jawaban tidak sesuai yang diukur.
Studi Eksperimen
Studi desain eksperimental dapat memberikan jawaban untuk
pertanyaan penting: apakah program membuat perbedaan? Apakah
perilaku kesehatan, pengetahuan, dan sikap berubah karena kegiatan
program? Apakah komunitas lebih sehat karena program yang ditawarkan
oleh program promosi kesehatan?
Namun, kendala yang harus Anda hadapi dalam studi eksperimental
dalam evaluasi program adalah bahwa mereka memerlukan implementasi
selektif, artinya orang yang berpartisipasi adalah dipilih melalui proses
seperti pemilihan acak ke grup kontrol dan kelompok eksperimen. Untuk
banyak alasan etika, politik, dan kesehatan masyarakat, selektif
implementasi sulit untuk diselesaikan dan kadang-kadang tidak mungkin.
Meskipun kendala ini muncul, studi eksperimental tetap menjadi metode
138
terbaik untuk mengevaluasi sumatif efek (hasil) dari suatu program dan
satu-satunya cara untuk menghasilkan informasi yang dikuantifikasi
apakah program membuat perubahan.
Pemaparan Hasil Evaluasi Keperawatan Komunitas
Forum komunitas merupakan pertemuan terpusat komunitas yang
dirancang untuk memperoleh pendapat masyarakat terkait pembahasan
hal-hal tertentu. Forum komunitas biasanya dilaksanakan di tempat-tempat
komunitas biasa berkumpul seperti di aula, keluarhan, gedung, sekolah,
masjid dan tempat pusat kegiatan masyarakat. Dalam melaksanakan forum
komunitas anda akan memilih peserta yaitu anggota masyarakat,
orang/informan kunci untuk berpartisipasi dengan memberikan undangan
khusus. Anggota yang terlibat dalam forum komunitas berasal dari dalam
komunitas itu sendiri dan mewakili semua segmen komunitas yang terlibat
dengan masalah ini. Sebagai contoh, jika suatu komunitas berencana
membentuk posyandu lansia, orang-orang yang diundang ke forum
komunitas mungkin termasuk pengguna potensial posyandu tersebut
seperti lansia, tetua-tetua, kepala struktur di komunitas, kader, personel
kesehatan dan orang-orang kunci lainnya yang dirasa perlu. Forum
komunitas dapat dilaksanakan pada saat perencanaan kegiatan di
komunitas, mereka diminta untuk memberikan pandangan mereka tentang
perencanaan seperti dimana seharusnya kegiatan dilaksanakan, siapa yang
akan bertanggung jawab, bagaimana rencana pembiayaan kegiatan,
membahas terkait masalah dan kendala yanga akan muncul saat
pelaksanaan kegiatan. Begitu juga dengan pemaparan hasil evaluasi
keperawatn perlu disampaikan ke masyarakat agar masyarakat sejauh
mana perkembangan upaya yang telah dilakukan dan perencanaan tindak
lanjut guna keberlanjutan kegiatan/program, penguatan sumberdaya dan
pengoptimal hasil yang lebih baik lagi.
139
Referensi
AFMC. (2011). Definitions of Health | Primer on Public Health
Population. Retrieved from http://phprimer.afmc.ca/Part1TheoryThinkingAboutHealth/ConceptsOfHealthAndIllness/Definit
ionsofHealth
Ali, O. (2013). Genetics of type 2 diabetes. World Journal Diabetes, 4(4),
114–123. https://doi.org/10.5005/jp/books/12626_22
Allender, J. A., Rector, C., & Warner, K. D. (2014). Community & public
Health Nursing: Promoting the Public’s Health.
Anderson, E. T., & Mcfarlane, J. (2011). Community as Partner Theory
ang Practice. 6th Edition. Printed in China: Wolters Kluwer;
Lippincot Williams Wilkins.
Baar, J., Romppel, M., Igel, U., Brähler, E., & Grande, G. (2016). The
Association Between Physical Environment and Health: Indicating
the Direction of Effects Using German Panel Data. International
Journal of Occupational and Environmental Health, 22(1), 1–6.
https://doi.org/10.1080/10773525.2015.1106074
Baker, E., Beer, A., Lester, L., Pevalin, D., Whitehead, C., & Bentley, R.
(2017). Is Housing A Health Insult?. International Journal of
Environmental
Research
and
Public
Health,
14(6).
https://doi.org/10.3390/ijerph14060567
Chattu, V., Manzar, M., Kumary, S., Burman, D., Spence, D., & PandiPerumal, S. (2018). The Global Problem of Insufficient Sleep and
Its Serious Public Health Implications. Healthcare, 7(1), 1.
https://doi.org/10.3390/healthcare7010001
Dahlgren, G., & Whitehead, M. (1991). Policies and Strategies to Promote
Social Equity in Health. Available: https://core.ac.uk/
download/pdf/6472456.pdf.
Füzéki, E., & Banzer, W. (2018). Physical Activity Recommendations For
140
Health and Beyond in Currently Inactive Populations.
International Journal of Environmental Research and Public
Health, 15(5). https://doi.org/10.3390/ijerph15051042
Galea, S. (2007). Macrosocial Determinants of Population Health. Journal
of Chemical Information and Modeling (Vol. 53). Ann Arbor
USA: Springer. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Granger, E., Di Nardo, F., Harrison, A., Patterson, L., Holmes, R., &
Verma, A. (2017). A Systematic Review of the Relationship of
Physical Activity and Health Status in Adolescents. European
Journal of Public Health, 27(2), 100–106. https://doi.org/10.1093/
eurpub/ckw187
Hahn, R., & Truman, B. (2015). Education Improves Health and Promotes
Health Equality. International Journal of Health Services, 45(4),
657–678. https://doi.org/10.1177/0020731415585986.Education
Joshi, A., & Amadi, C. (2013). Impact Of Water, Sanitation, and Hygiene
Interventions on Improving Health Outcomes Among School
Children. Journal of Environmental and Public Health, 2013.
https://doi.org/10.1155/2013/984626
KBBI. 2016. KBBI Daring. Retrieved from https://kbbi.kemdikbud.
go.id/entri/jujur
Kemenkes RI. 2016. Pedoman Umum Program Indonesia dengan
Pendekatan Keluarga (No. 362.11 Ind P). Jakarta Indonesia.
Retrieved from https://www.kemkes.go.id/resources/download/
lain/Buku Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga.pdf
______. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 20152019.
Kreuzer, M., Boffeta, P., Whitley, E., Ahrens, W., Gaboreau, V., Heinrich,
J., … Simonato, L. (2000). Gender Differences in Lung Cancer
Risk by Smoking a Multicentre Case-control Study in Germany
and Italy. British Journal, 82, 227–233. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3746083/pdf/WJ
D-4-114.pdf
Lombardo, J. S., & Buckeridge, D. L. (2007). Disease Surveillance.
Disease Surveillance. Hoboken New Jersey: John Wiley & Sons
Inc Publication. https://doi.org/10.1201/b19506
141
Mara, D., Lane, J., Scott, B., & Trouba, D. (2010). Sanitation and Health.
PLoS Medicine, 7(11). https://doi.org/10.1371/journal.pmed.
1000363
McFarlane, I. (2016). The Goal of Adequate Nutrition: Can It Be Made
Affordable, Sustainable, and Universal?. Foods, 5(4), 82.
https://doi.org/10.3390/foods5040082
McMillan, D. W., & Chavis, D. M. (1986). Sense of Community: A
Definition and Theory. Special Issue: Psychological Sense of
Community, I: Theory and Concepts. Journal of Community
Psychology, 14(1), 6–23. https://doi.org/10.1002/1520-6629
(198601)14:1<6:AID-JCOP2290140103>3.0.CO;2-I
Nies, M. A. (Mary A., & McEwen, M. (2014). Community/public Health
Nursing: Promoting the Health of Populations. Elsevier Health
Sciences.
Panahi, S., & Tremblay, A. (2018). Sedentariness and Health: Is Sedentary
Behavior More Than Just Physical Inactivity?. Frontiers in Public
Health, 6(September), 1–7. https://doi.org/10.3389/fpubh.2018.
00258
Parker, D. R., Sc, D., Fallone, D., Martin, R. A., Stein, L. A. R., Bock, B.,
… Clarke, J. J. (2015). The Relation Between Smoking Status and
Medical Conditions Among Incarcerated Adults Donna. J Addict
Med, 8(2), 90–95. https://doi.org/10.1097/ADM.0b013e3182
a96466.The
Pem, D., & Jeewon, R. (2015). Fruit and Vegetable Intake: Benefits and
Progress of Nutrition Education Interventions-Narrative Review
Article. Iranian Journal of Public Health, 44(10), 1309–1321.
Popkin, B. M. (2011). Health. Science & Society Series on Food and
Science, 12(1), 11–18.
Rahal, Z., Nemr, S. El, Sinjab, A., Chami, H., Tfayli, A., & Kadara, H.
(2017). Smoking and Lung Cancer: A Geo-Regional Perspective.
Frontiers in Oncology, 7(SEP), 1–7. https://doi.org/10.3389/fonc.
2017.00194
Rapoport, L. (1961). The Concept of Prevention in Social Work. Social
Work, 6(1), 3–12. Retrieved from http://www.jstor.org/stable/
23708392
142
Rehm, J. (2011). The Risks Associated with Alcohol Use and Alcoholism.
Alcohol Research and Health, 34(2), 135–143.
Richard, L., Gauvin, L., & Raine, K. (2011). Ecological Models Revisited:
Their Uses and Evolution in Health Promotion Over Two Decades.
Annual Review of Public Health, 32(1), 307–326. https://doi.org/
10.1146/annurev-publhealth-031210-101141
Riley, W. J. (2012). Health Disparities: Gaps in Access, Quality and
Affordability of Medical Care. Transactions of the American
Clinical and Climatological Association, 123, 167–174.
Roma, E., & Pugh, I. (2015). A Report by the London School of Hygiene
and Tropical Medicine, 28. Retrieved from https://www.unilever.
com/Images/sd_toilets-for-health-141113_tcm244-409783_en.pdf
Speechley, M., Kunnilathu, A., Aluckal, E., Balakrishna, M. S., Mathew,
B., & George, E. K. (2017). Screening in Public Health and
Clinical Care: Similarities and Differences in Definitions, Types,
and Aims -A Systematic Review. Journal of Clinical and
Diagnostic Research, 11(3), LE01–LE04. https://doi.org/10.7860/
JCDR/2017/24811.9419
Sreedevi, A., Javed, R., & Dinesh, A. (2015). Epidemiology of Cervical
Cancer with Special Focus on India. International Journal of
Women’s Health, 7, 405–414. https://doi.org/10.2147/IJWH.
S50001
Stanhope, M., & Lancaster, J. (2016). Public Health Nursing: PopulationCentered Health Care in The Community (9th Editio). St Louis,
Missouri USA: Elsevier.
Stoewen, D. L. (2016). Wellness at Work: Building Healthy Workplaces.
Canadian Veterinary Journal, 57(11), 1188–1190.
Tempo. 2019. Wamenkeu Beberkan Penyebab BPJS Kesehatan Defisit Rp
32 Triliun -Bisnis Tempo. Retrieved from https://bisnis.tempo.co/
read/1256903/wamenkeu-beberkan-penyebab-bpjs-kesehatandefisit-rp-32-triliun/full&view=ok
UN. (2015). Transforming Our World: The 2030 Agenda for Sustainable
Development. United Nations. https://doi.org/10.1201/b20466-7
Van Der Geest, S. (2015). Hygiene and Sanitation: Medical, Social and
Psychological Concerns. Cmaj, 187(17), 1313–1314. https://doi.
org/10.1503/cmaj.150588
143
West, R. (2017). Tobacco Smoking: Health Impact, Prevalence, Correlates
and Interventions. Psychology and Health, 32(8), 1018–1036.
https://doi.org/10.1080/08870446.2017.1325890
WHO. Basic Documents, Forty-Fifth Edition, Supplement, October 2006
This, Pub. L. No. Fifty-first World Health Assembly, 1 (2006).
Retrieved
from
https://www.who.int/governance/eb/who_
constitution_en.pdf
WHO. (2012). The Determinants of Health. Health Impact Assessment.
The World Health Organization Website, 18–20.
Winslow, C. E. (1920). The Untilled Fields of Public Health. Science
(New York, N.Y.), 51(1306), 23–33. https://doi.org/10.1126/
science.51.1306.23
144
Download