UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4 Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi. Pembatasan Pelindungan Pasal 26 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap: i. Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual; ii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian ilmu pengetahuan; iii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan iv. Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran. Sanksi Pelanggaran Pasal 113 1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah). 2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). BUKU SAKU SUKSES PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN KOMUNITAS Ns. Mahathir, M.Kep., SP.Kep.Kom. BUKU SAKU SUKSES PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN KOMUNITAS Mahathir Desain Cover : Ali Hasan Zein Sumber : https://shutterstock.com Tata Letak : Titis Yuliyanti Proofreader : Avinda Yuda Wati Ukuran : viii, 144 hlm, Uk: 15.5x23 cm ISBN : No ISBN Cetakan Pertama : Bulan 2020 Hak Cipta 2020, Pada Penulis Isi diluar tanggung jawab percetakan Copyright © 2020 by Deepublish Publisher All Right Reserved Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. PENERBIT DEEPUBLISH (Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA) Anggota IKAPI (076/DIY/2012) Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581 Telp/Faks: (0274) 4533427 Website: www.deepublish.co.id www.penerbitdeepublish.com E-mail: [email protected] Kata Pengantar Keperawatan komunitas dijalankan oleh mahasiswa keperawatan dan profesional keperawatan dengan persiapan dan pemahaman yang minim. Keperawatan memiliki konteks yang spesifik dan pendekatan khusus untuk memaksimalkan peran dan manfaat perawat yang bergerak pada sektor ini. Buku ini diharapkan memberikan panduan dasar bagi mahasiswa keperawatan dan perawat komunitas untuk secara singkat dan ringan dapat memahami konteks-konteks dalam keperawatan komunitas. Kesulitan mengakses literatur dengan bahasa asing yang sulit dipahami semakin memperburuk keadaan untuk mudah memahami. Dengan hadirnya buku saku ini diharapkan mahasiswa keperawatan dan perawat komunitas bisa membaca cepat dan siap untuk turun ke komunitas dengan persiapan dan pemahaman yang lebih matang yang tentunya nanti diharapkan akan berdampak terhadap penyehatan status kesehatan masyarakat. Ns. Mahathir, M.Kep., Sp.Kep.Kom. v Daftar Isi Kata Pengantar ...................................................................................... v Daftar Isi ............................................................................................... vi BAB I PERSIAPAN KUNJUNGAN KOMUNITAS ............................ 1 1.1. Pengenalan Kesehatan Komunitas ................................... 1 1.2. Pengenalan Determinan Kesehatan .................................. 8 1.3. Promosi Kesehatan, Prevensi dan Fokus Layanan Keperawatan Komunitas ................................................ 13 1.4. Peran Perawat Komunitas .............................................. 17 1.5. Pengenalan Fokus Program Kesehatan Komunitas ......... 20 1.6. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ..................... 30 1.7. Epidemiologi Dasar dalam Keperawatan Komunitas ..................................................................... 34 1.8. Mempersiapkan Kunjungan Komunitas ......................... 39 BAB II MENGKAJI KOMUNITAS .................................................... 43 2.1. Pengenalan Pengkajian Keperawatan Komunitas ........... 43 2.2. Komponen Pengkajian Komunitas Model Komunitas Sebagai Partner ............................................ 48 2.3. Permasalahan Kesehatan Komunitas pada Agregat Tumbuh Kembang ......................................................... 54 2.4. Metode Pengkajian di Komunitas .................................. 57 2.5. Merencanakan Pengkajian Komunitas............................ 69 BAB III DIAGNOSIS KEPERAWATAN KOMUNITAS ..................... 72 3.1. Menganalisis Data ......................................................... 72 3.2. Pembuatan Diagnosis Keperawatan Komunitas .............. 74 vi BAB IV PERENCANAAN KEPERAWATAN KOMUNITAS ............. 85 4.1. Konsep Perencanaan Komunitas.................................... 85 4.2. Prinsip Pelaksanaan Perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas ............................................... 88 4.3. Penentuan Tujuan dan Objektif ..................................... 89 4.4. Pemaparan Rencana Keperawatan Komunitas ............. 102 BAB V IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KOMUNITAS ........... 103 5.1. Menjadikan Rencana Jadi Tindakan ............................ 103 5.2. Strategi Pelaksanaan Implementasi Keperawatan ......... 104 BAB VI EVALUASI KEPERAWATAN KOMUNITAS .................... 130 6.1. Evaluasi Komunitas .................................................... 130 Referensi ............................................................................................ 140 vii viii PERSIAPAN KUNJUNGAN KOMUNITAS Capaian Pembelajaran: Menjelaskan pengertian kesehatan, komunitas, dan kesehatan komunitas. Mampu menginterpretasikan faktor risiko atau determinan kesehatan pada kesehatan komunitas. Mampu menjelaskan prinsip promosi, pencegahan atau preventif di komunitas, peran, dan fokus layanan komunitas. Mampu mengidentifikasi program kesehatan komunitas. Mampu merencanakan persiapan kunjungan komunitas. 1.1. Pengenalan Kesehatan Komunitas Sebelum Anda mengenali kesehatan komunitas secara menyeluruh, tentu Anda diharapkan mengenali dan mampu mengidentifikasi terlebih dahulu apa itu arti dari “sehat”. Kesehatan memiliki pengertian yang terus berkembang, awalnya berdasarkan pandangan secara biomedis sehat hanyalah sebatas kemampuan untuk berfungsi secara normal, adanya penyakit memberikan status ketidakberfungsian seseorang secara normal dan menjadi “sakit” (AFMC, 2011). Pengertian tersebut terus berkembang menjadi pengertian klasik yang sering kita kenal dalam melihat definisi “sehat”, sehat adalah sebagai suatu kondisi ataupun status di mana manusia berada pada kondisi fisik, mental dan sosial yang prima dan tidak hanya terbebas dari suatu penyakit dan suatu kondisi kelemahan (WHO, 2006). Dari pengertian klasik ini yang dapat dipahami bahwa kondisi sehat tidak hanya semata bahwa manusia terhindar dari suatu penyakit misal seperti nyeri dan keluhan fisik lain namun sehat harus dilihat dari suatu dimensi yang lengkap dan komprehensif. Sehat juga dilihat dari suatu dimensi lain berupa dimensi mental atau kondisi kejiwaan seseorang dan 1 juga dimensi sosial. Seseorang dapat dikatakan tidak sehat jika secara mental atau kejiwaan merasa tidak sesuai dengan fungsi normal yang dapat dicontohkan dengan ketakutan berlebihan terhadap suatu stresor di sekitar. Seseorang juga dikatakan tidak sehat jika secara sosial tidak mampu menunjukkan interaksi yang normal satu sama lainnya. Ketidaknormalan dari dimensi yang telah disebutkan di atas akan menentukan status “kesehatan” seseorang. Definisi sehat semakin terus berkembang dengan pengertian dan pemahaman yang lebih luas namun spesifik. Dalam konsep rentang sehat (health continuum), konsep kesehatan semakin luas menuju status sejahtera (well being). Sehat merupakan keadaan sejahtera seseorang yang mana menunjukkan kemampuan untuk menentukan tujuan, menunjukkan respons adaptif dan kemampuan untuk terus berproses secara fisik, mental, emosional, spiritual dan sosial (Murray, Zentner, dan Yakimo 2009). Kesehatan merupakan sebuah konsep positif yang merupakan pemahaman bahwa sehat adalah sebagai sumber daya kehidupan bukan sebagai tujuan kehidupan. Sehat merupakan representasi bentuk kemampuan seseorang mempertahankan status homeostasis dari fungsi fisik tubuh, kemampuan mengatasi tekanan atau stres dari lingkungan, kemampuan menemukan keahlian dasar dalam mempertahankan kehidupan, kemampuan menjaga hubungan sosial antar sesama manusia sehingga mampu untuk tangguh dan mandiri dalam menjalani kehidupan (AFMC, 2011). Ayo Cari Tahu! Untuk mendalami pengetahuan Anda terkait dengan dimensi sehat, Anda dapat menggunakan literatur di atas untuk menjawab pertanyaan berikut. Pertanyaan yang harus Anda jawab. 1. Seperti apa Anda melihat dan menilai seseorang sehat secara mental? Silakan berikan dengan contoh. 2. Seperti apa Anda melihat dan menilai seseorang sehat secara emosional? Silakan berikan dengan contoh. 3. Seperti apa Anda melihat dan menilai seseorang sehat secara spiritual? Silakan berikan dengan contoh. 4. Seperti apa Anda melihat dan menilai seseorang sehat secara sosial? Silakan berikan dengan contoh 2 ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………....……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… Silakan Anda latihan untuk menganalisis dengan mencoba melihat situasi di sekitar Anda. Mari pertajam pemahaman Anda tentang konsep sehat melalui gambaran situasi di bawah ini. Bagaimana Anda menilai sekelompok orang yang menunjukkan perilaku ketika menghadapi suatu masalah atau stresor di komunitas datang secara bergerombolan melempari rumah ketua rukun tetangga (RT) dengan batu dan mengancam akan melakukan sesuatu yang merugikan dikarenakan ketua RT melarang warga untuk merokok di tempat umum. Apakah situasi tersebut merupakan suatu bentuk permasalahan kesehatan? Dimensi manakah jika dilihat dari perspektif sehat yang mungkin terganggu? 3 ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… Sementara itu dalam upaya menangani kesehatan komunitas itu sendiri tentu Anda diharapkan juga memahami apa itu komunitas. Komunitas memiliki definisi yang beragam seperti layaknya definisi dari sehat seperti yang telah dibahas di atas. Komunitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan sekelompok organisme (orang dan sebagainya) yang hidup dan saling berinteraksi di dalam daerah tertentu; masyarakat; paguyuban (KBBI, 2016). Komunitas dikenali sebagai sekumpulan orang yang saling berinteraksi yang memiliki ketertarikan, karakteristik tertentu yang terbentuk dari keinginan saling memiliki dan menunjukkan rasa kesatuan (Allender, Rector, & Warner, 2014). 4 Diperkuat dengan definisi lain bahwa komunitas merupakan sekelompok orang yang berbagi hal-hal tertentu yang memiliki kesamaan antar satu dengan yang lainnya, yang menunjukkan komitmen bersama dan terbentuk dalam suatu lingkup geografis. Komunitas merupakan unit sosial dengan persamaan tertentu seperti norma, agama, nilai, kebiasaan dan identitas. Sebuah komunitas mungkin hidup di lokasi wilayah geografis tertentu misal desa, kecamatan, negara dan regional tertentu maupun secara virtual melalui wadah komunikasi tertentu semisal komunitas penggemar musik dan penggemar film tertentu. Dalam mengenali komunitas kita tidak akan terlepas dari ciri identik dari komunitas (sense of community). Hal yang membuat suatu komunitas identik terdiri dari 4 elemen yaitu kesertaan, pengaruh, upaya bersama dan hubungan emosi (McMillan & Chavis, 1986). Kesertaan merupakan ciri khas dari komunitas yang mana anggota dari komunitas akan merasakan prinsip-prinsip rasa kebersamaan, saling memiliki dan rasa saling keterhubungan antar sesama anggota masyarakat tersebut. Suatu komunitas akan saling memberi pengaruh satu sama lain, suatu hal akan membentuk keputusan yang akan saling mempengaruhi sistem di komunitas maupun anggota komunitas itu sendiri. Komunitas akan menunjukkan upaya bersama yakni integrasi semua elemen yang ada di komunitas dan saling memenuhi kebutuhan satu sama lain dalam komunitas tersebut. Komunitas akan saling merasakan hubungan emosi tertentu yang dibagi sesama anggotanya. Jika suatu anggota komunitas mengalami suatu hal yang memalukan maka anggota lain juga akan merasa hal memalukan tersebut. Dari definisi di atas dapat Anda maknai bahwa kata kunci dari apa itu komunitas yakni sekelompok orang, berbagi rasa kesatuan dan kesamaan serta berada dalam lingkup wilayah tertentu. Misal jika Anda berpraktik di suatu wilayah lingkup geografis suatu rukun warga (RW), RW tersebut akan dihuni oleh sekelompok orang yang saling berinteraksi dan memiliki keinginan dan kesamaan tertentu. Komunitas juga akan berbagi hal-hal tertentu yang memberikan ciri khas dari suatu komunitas tersebut. 5 Ayo Cari Tahu! Apakah yang membuat masyarakat RT/RW yang Anda kelola sebagai suatu komunitas? Temukan karakteristik yang membuat wilayah kelolaan Anda sebagai suatu komunitas? ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………....……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… Sekarang Anda sudah paham terkait dengan apa itu sehat dan apa itu komunitas. Sekarang saatnya Anda untuk mencoba memahami perpaduan antara dua hal tersebut yaitu kesehatan komunitas. Kesehatan komunitas merupakan suatu istilah yang juga dikenal dengan kesehatan masyarakat. Kesehatan masyarakat merupakan sebuah konsep pemahaman dari penerapan keilmuan yang berfokus pada pencegahan penyakit, memperpanjang usia harapan hidup dan promosi kesehatan melalui upaya yang dikelola secara terstruktur di masyarakat, kelompok, organisasi dan 6 individu (Winslow, 1920). Sementara itu keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis keilmuan keperawatan dengan keilmuan kesehatan masyarakat. Tujuan utama dari keperawatan komunitas adalah untuk mempertahankan kesehatan komunitas yang berfokus pada peningkatan (promosi) dan mempertahankan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara luas (Nies & McEwen, 2014). Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa keperawatan komunitas merupakan penggabungan atau integrasi antara ilmu keperawatan yang mana berfokus pada pemberian layanan perawatan pada individu, keluarga dan masyarakat melalui pendekatan proses keperawatan yakni pengkajian, diagnosis permasalahan keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan dengan keilmuan kesehatan masyarakat yang berfokus pada pencegahan penyakit, memperpanjang usia harapan hidup dan promosi kesehatan. Sehingga keperawatan komunitas akan melaksanakan perannya dalam memberikan layanan keperawatan melalui proses keperawatan dengan fokus pencegahan, mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan komunitas. Fokus tradisional dari sebuah layanan kesehatan adalah memberikan layanan kesehatan terhadap orang yang sakit dan hanya berfokus pada tingkat individu. Namun pandangan tersebut mulai bergerak ke arah yang lebih menjanjikan yakni mengupayakan fokus layanan pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit yang menekankan kepada kebutuhan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara luas (Nies & McEwen, 2014). Total pembiayaan yang dikeluarkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) memiliki porsi yang sangat besar terhadap upaya penyelesaian penyakit membuat BPJS defisit hingga 32 Triliun Rupiah (Tempo, 2019). Hal ini mengisyaratkan bahwa tren untuk meningkatkan kapasitas penyehatan masyarakat harus ditingkatkan agar mampu menurunkan beban kerugian yang diakibatkan oleh penyakit dan meningkatkan usia harapan hidup serta kualitas hidup masyarakat. Sehingga keperawatan komunitas menjadi salah satu bidang keperawatan yang harus digiatkan pertumbuhan dan perkembangan peran keilmuannya agar memberikan kontribusi lebih besar terhadap perbaikan kehidupan masyarakat secara luas. 7 Gambar 1. Perawat Komunitas Bermitra dengan Masyarakat Guna Mewujudkan Kesehatan Komunitas 1.2. Pengenalan Determinan Kesehatan Terkadang Anda bertanya mengapa terjadi penyakit pada seseorang, apa yang mengakibatkan terjadinya penyakit tersebut dan apa yang telah dilakukan sehingga muncul penyakit tersebut. Determinan (faktor) kesehatan merupakan suatu bentuk identifikasi hubungan antar suatu faktor kaitannya dengan status kesehatan seseorang. Diyakini bahwa dalam pendekatan epidemiologi pasti terdapat suatu penyebab tertentu terjadinya suatu penyakit. Sehingga suatu pengkajian ataupun penelitian dilakukan untuk menggali penyebab tersebut dengan mengidentifikasi faktor yang mencurigakan, dilakukan pengumpulan data, analisis statistik dan kemudian menemukan penjelasan keterkaitan antar dua hal tersebut (Galea, 2007). Status kesehatan komunitas sangat berkaitan dengan beberapa faktor antara lain seperti akses layanan kesehatan, kondisi ekonomi, lingkungan fisik, lingkungan sosial dan budaya (Nies & McEwen, 2014). WHO mengklasifikasikan determinan kesehatan yang dapat berkombinasi dan memberikan dampak terhadap status kesehatan 8 seseorang. Determinan tersebut adalah lingkungan sosial dan ekonomi, lingkungan fisik serta karakteristik dan perilaku individu (WHO, 2012). Determinan yang menyebabkan suatu komunitas menjadi sakit bisa berbeda-beda. Individu sering kali kesulitan dan gagal mengendalikan determinan yang menentukan kesehatan mereka sendiri sehingga jatuh menjadi sakit. Banyak faktor yang bisa mengakibatkan status kesehatan seseorang menjadi sakit atau tidak seperti faktor-faktor berikut ini: Penghasilan dan status sosial, semakin tinggi pendapatan dan status sosial seseorang maka akan membuat status kesehatan seseorang akan lebih baik. Semakin besar kesenjangan antara orang kaya dengan orang yang miskin dalam suatu komunitas maka akan semakin besar dampak kesehatan yang dihadapi. Negara berkembang dengan kesenjangan sosial yang tinggi akan menghadapi permasalahan kesehatan yang lebih kompleks pada masyarakatnya. Pendidikan, rendahnya pendidikan seseorang sangat berkaitan dengan status kesehatan yang buruk, sumber stresor lebih banyak dan rendahnya kepercayaan diri dalam berperilaku kesehatan yang baik. Lingkungan fisik, lingkungan dengan kondisi air yang sehat dan bersih, lingkungan kerja yang sehat, lingkungan rumah yang bersih dan sehat serta keamanan jalan publik akan memberikan status kesehatan yang lebih baik. Jejaring dukungan sosial, dukungan sosial yang baik dan besar seperti dukungan keluarga, teman dan komunitas akan memberikan status kesehatan yang lebih baik. Nilai, keyakinan dan budaya keluarga serta komunitas akan memberikan pengaruh terhadap kesehatan seseorang. Genetik, garis keturunan memberikan porsi yang cukup menentukan dalam perkembangan, kesehatan dan kemungkinan terjadinya penyakit pada seseorang. Perilaku kesehatan dan kemampuan berkoping, keseimbangan nutrisi, pola aktivitas harian, perilaku merokok, minuman beralkohol dan bagaimana menentukan strategi koping akan memberikan dampak terhadap kesehatan. 9 Layanan kesehatan, akses keterjangkauan layanan kesehatan dan pemanfaatan layanan kesehatan oleh komunitas akan mempengaruhi pencegahan dan perawatan penyakit di komunitas yang akan menentukan status kesehatan komunitas itu sendiri. Jenis kelamin, laki-laki dan perempuan akan menghadapi berbagai penyakit spesifik yang dapat berbeda. Usia, semakin bertambah dan berbeda kelompok usia akan memberikan kontribusi terhadap status permasalahan spesifik yang akan mengancam. Determinan kesehatan lain yang juga dikenal adalah determinan kesehatan yang dikenalkan oleh Dahlgren & Whitehead. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kesehatan, struktur yang lebih general yakni lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang mana manusia hidup bergantung pada agrikutural dan ketersediaan pangan, pendidikan, pekerjaan, air dan sanitasi, layanan kesehatan serta perumahan. Kemudian ke struktur yang lebih spesifik dalam diri seseorang membutuhkan jejaring dukungan social. Semakin spesifik lagi faktor tersebut dipengaruhi oleh faktor gaya hidup individu dan kemudian faktor konstitusional yaitu usia dan jenis kelamin (Dahlgren & Whitehead, 1991). Gambar 2. Model Determinan Kesehatan Dahlgren & Whitehead, 1991 Ditranslasikan ke dalam Bahasa Indonesia 10 Model determinan ini dikenalkan oleh Dahlgren dan Whitehead untuk memberikan saran strategi pengusulan kebijakan yang diasaskan terhadap determinan yang ada dalam kehidupan komunitas. Tingkatan disesuaikan dengan tingkatan yang berlapis dimulai dari individu, sosial dan lingkungan secara umum. Dalam model determinan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Usia, Jenis Kelamin dan Faktor Konstitusional Faktor konstitusional merupakan faktor yang telah ada pada diri individu. Faktor ini sudah melekat dan akan sulit untuk di modifikasi. Faktor konstitusional juga menggambarkan porsi penyakit akan ditentukan oleh faktor yang melekat tersebut. Termasuk di dalam faktor ini adalah seperti umur, jenis kelamin dan genetik. Penyakit tertentu akan sangat dicirikan oleh jenis kelamin tertentu misalnya saja pada penyakit kanker rahim yang akan banyak prevalensinya pada perempuan (Sreedevi, Javed, & Dinesh, 2015) sementara itu penyakit paru kronis akibat merokok akan banyak dialami oleh pria dikarenakan perilaku merokok didominasi oleh jenis kelamin pria tersebut (Kreuzer, et al., 2000); (Rahal, et al., 2017). Penyakit seperti diabetes pada keluarga yang memiliki riwayat diabetes mellitus di keluarganya maka akan memiliki kemungkinan lebih besar (Ali, 2013). Gaya Hidup Gaya hidup individu akan menentukan status kesehatan seseorang. Perilaku sehari-hari seseorang akan menentukan kesehatannya. Perilaku kesehatan seperti pemenuhan asupan nutrisi (McFarlane, 2016), latihan/olahraga (Granger, et al., 2017), dan istirahat yang cukup (Chattu, et al., 2018) akan memberikan dampak terhadap status kesehatan yang lebih baik sementara perilaku negatif seperti perilaku sedentari (Panahi & Tremblay, 2018) dan perilaku merokok (Parker, et al., 2015) memberikan konsekuensi negatif dengan status kesehatan. Jejaring dan Dukungan Sosial Jejaring/dukungan sosial dan komunitas juga akan memberikan kontribusi terhadap status kesehatan. Dukungan sosial yang kuat akan 11 memberikan upaya promosi kesehatan yang lebih baik. Dukungan keluarga, dukungan teman, dukungan petugas kesehatan dan dukungan pengambil kebijakan akan memberikan manfaat kesehatan untuk status kesehatan yang lebih baik bagi komunitas. Situasi Sosial, Ekonomi, Kultur/Budaya dan Lingkungan Kondisi situasi sosio-ekonomi, lingkungan, dan budaya merupakan faktor yang akan memberikan dampak terhadap status kesehatan di komunitas. Ketersediaan pangan (Popkin, 2011), pendidikan (Hahn & Truman, 2015), lingkungan kerja (Stoewen, 2016), lingkungan kehidupan sehari-hari (Baar, Romppel, Igel, Brähler, & Grande, 2016), sumber air (Joshi & Amadi, 2013), sanitasi/kebersihan lingkungan (Mara, Lane, Scott, & Trouba, 2010), layanan kesehatan (Riley, 2012) dan kondisi perumahan (Baker, et al., 2017) akan menentukan kondisi situasi sosio-ekonomi, lingkungan, dan budaya dari suatu komunitas. Ayo Cari Tahu! Setelah Anda membaca hal terkait faktor/determinan kesehatan sekarang saatnya kita coba latih bagaimana Anda mengaitkan suatu faktor dengan suatu kejadian. Silakan Anda coba jawab situasi di bawah ini, kita mulai dengan hal yang terdekat dengan Anda terlebih dahulu. Anda pasti pernah mengalami keterlambatan dalam suatu kegiatan silakan Anda temukan hubungan berbagai penyebab yang menyebabkan Anda terlambat. Silakan Anda buatkan dalam bentuk bagan Web of Causalties (WOC)/Bagan Sebab-Akibat. ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… 12 Setelah Anda mencoba menerapkan analisis sebab-akibat dengan kehidupan Anda sehari-hari agar lebih mudah sekarang coba nada temukan faktor sebab akibat pada permasalahan kesehatan. Bisa Anda ambil sebagai contoh penyakit tuberkulosis (TB), diabetes mellitus (DM) ataupun hipertensi. Silakan Anda gambarkan faktor sebab akibat melalui WOC terkait dengan terjadinya penyakit tersebut. ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………....……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… 1.3. Promosi Kesehatan, Prevensi Keperawatan Komunitas dan Fokus Layanan Berbeda dengan pengobatan medis yang berfokus pada manajemen penyakit dan penyembuhan. Upaya kesehatan komunitas berfokus pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Aktivitas promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan sumber daya yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan dan kesejahteraan manusia. Sementara itu prevensi/pencegahan penyakit merupakan aktivitas perlindungan kesehatan dari penyakit itu sendiri dan dampak dari penyakit tersebut terhadap manusia (Nies & Mc Ewen, 2015). 3 level prevensi yang biasa digunakan dalam praktik keperawatan yaitu prevensi primer, prevensi sekunder dan prevensi tersier (Rapoport, 1961). 13 Promosi kesehatan secara umum dikenal dengan suatu bentuk upaya yang dilakukan guna meningkatkan status kesehatan seseorang dengan mengendalikan faktor/determinan kesehatan. Segala upaya meningkatkan status kesehatan berdasarkan rentang sehat-sakit sesorang misalnya dari sakit menjadi sehat dan dari sehat menjadi sejahtera merupakan bentuk upaya promosi kesehatan. Promosi kesehatan memungkinkan orang untuk meningkatkan kontrol atas kesehatan mereka sendiri. Upaya promosi kesehatan mencakup berbagai intervensi sosial dan lingkungan yang dirancang untuk memberi manfaat dan melindungi kesehatan dan kualitas hidup setiap orang dengan mengatasi dan mencegah akar penyebab penyakit, tidak hanya berfokus pada perawatan dan penyembuhan (WHO, 2015). Prevensi primer berkaitan dengan pencegahan permasalahan sebelum terjadinya gangguan atau serangan serta paparan terhadap risiko individu yang menimbulkan penyakit. Prevensi primer terdiri dari 2 elemen yaitu promosi kesehatan umum dan proteksi kesehatan khusus. Upaya promosi kesehatan meningkatkan ketahanan dan faktor-faktor yang memberikan perlindungan pada populasi sehat contohnya promosi pemberian nutrisi yang sehat dan aktivitas fisik rutin. Proteksi spesifik merupakan upaya menghilangkan faktor risiko yang memungkinkan terjadinya penyakit contohnya seperti imunisasi dan pembersihan air. Prevensi sekunder merupakan upaya deteksi dini dan pemberian intervensi kesehatan sesegera mungkin sesuai dengan periode perkembangan proses penyakit. Prevensi sekunder diimplementasikan setelah masalah muncul. Namun tanda dan gejala penyakit yang belum terlihat dan target populasi yang merupakan populasi yang memiliki faktor risiko contohnya tes mamograf, screening skoliosis, dan pap smear tes. Prevensi tersier merupakan pemberian upaya kesehatan terhadap populasi kesehatan yang telah mengalami penyakit dan fokus terhadap pembatasan disabilitas dan rehabilitasi. Tujuan dari prevensi tersier adalah menjaga permasalahan kesehatan tidak memburuk, pengurangan dampak penyakit dan mengembalikan fungsi optimal dari individu contohnya pengajaran injeksi insulin pada diabetes dan manajemen diri penyakit hipertensi. 14 Di tingkat nasional, Negara menghabiskan pembiayaan pada berbagai jenis pengobatan penyakit dengan pembiayaan yang cukup besar, Namun pembiayaan preferensi masih terbilang kecil (Nies & Mc Ewen, 2015). Terdapat kelemahan bukti yang meyakinkan bahwa pembiayaan keuangan Negara dihabiskan untuk peningkatan status kesehatan komunitas. Negara menghabiskan seperenam dari pembelanjaan negara pada pengobatan individu. Fokus keperawatan kesehatan komunitas merupakan sintesis dari kesehatan masyarakat dan praktik keperawatan (American Nursing Association, 2014). Keperawatan kesehatan komunitas merupakan praktik promosi, proteksi dan prevensi kesehatan komunitas menggunakan keilmuan keperawatan, sosial, dan ilmu kesehatan masyarakat (APHA, 1996). American Nursing Association tahun 2013, mengelaborasi bahwa perawat komunitas berfokus pada populasi dengan tujuan promosi kesehatan dan prevensi penyakit serta disabilitas untuk semua masyarakat dengan penciptaan kondisi yang dapat menyehatkan masyarakat. Perawat komunitas berpraktik terkait dengan pencegahan penyakit dan promosi kesehatan. Penting ditekankan bahwa perawat komunitas berpraktik melalui pelaksanaan berbasis riset dan teori yang diaplikasikan melalui proses keperawatan individu, keluarga, agregat dan komunitas. Perawat kesehatan komunitas harus menggunakan pendekatan berfokus populasi dalam memberikan perawatan langsung pada individu dan keluarga. Keperawatan berfokus populasi berkonsentrasi pada kelompok spesifik dari masyarakat dan fokus pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa asas lokasi geografis. Tujuan bersama keperawatan berfokus populasi adalah penyediaan perawatan berbasis bukti pada kelompok tertentu di masyarakat dengan kebutuhan yang sama untuk meningkatkan outcome kesehatan. Praktik berfokus populasi juga memfokuskan pada keseluruhan populasi, bergantung pada pengkajian status kesehatan kepada populasi memperhatikan pencerminan kesehatan yang luas, penguatan semua tingkat prevensi dan intervensi pada komunitas, sistem, keluarga dan individu. Namun perawat komunitas juga bertanggung jawab terhadap subpopulasi spesifik di dalam komunitas seperti sekolah, kelompok agama, dan kelompok pekerja. Keperawatan berfokus populasi memiliki tujuan 15 menciptakan komunitas yang sehat sebagai tujuan besar dan utamanya. Perawat komunitas berfokus populasi tidak memiliki ketertarikan khusus secara eksklusif terhadap suatu subpopulasi yang mempengaruhi keseluruhan komunitas tanpa pandang buluh. Perawat yang berfokus pada populasi memperhatikan setiap orang, baik yang telah menerima maupun yang belum menerima pelayanan kesehatan. Pelayanan berfokus populasi juga melibatkan pendekatan saintifik keperawatan kesehatan komunitas. Oleh karena itu pengkajian sistematis dari komunitas atau populasi sangat dibutuhkan dan merupakan hal dasar untuk menentukan perencanaan, intervensi dan evaluasi baik bagi individu, keluarga, agregat dan populasi. Jika ditilik dari perspektif makroskopis dan mikroskopis, individu adalah fokus mikroskopis sedangkan masyarakat atau faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan adalah makroskopis. Ketika individu adalah fokus, fokus mikro berisi masalah kesehatan yang hanya berkaitan dengan individu, dan terkadang keluarga sebagai sistem tunggal. Pendekatan mikroskopis sering menekankan respons terhadap penyakit yang terjadi pada individu atau pola gaya hidup individu. Sementara itu intervensi keperawatan pada pendekatan mikroskopis sering ditujukan hanya memodifikasi perilaku individu melalui mengubah persepsi atau keyakinannya. Pendekatan makroskopis sebaliknya mengkaji dan memfokuskan pada permasalahan kesehatan yang terjadi pada komunitas dan keterkaitan antar satu sama lainnya baik keluarga maupun komunitas. Pendekatan makroskopis menggambarkan faktor-faktor dalam populasi yang membentuk pola perkembangan penyakit atau sebaliknya membantu perkembangan penyehatan. Pendekatan makroskopis juga menekankan pada prekursor penyakit dari faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan. Intervensi keperawatan pada pendekatan makroskopis dapat mencakup modifikasi sosial atau modifikasi variabel lingkungan dan juga dapat melibatkan aksi sosial atau politik. Perawat harus mampu menginterpretasikan sistem kompleks yang membentuk komunitas agar dapat memahami kesehatan populasi. Perawat komunitas menjadikan konsep kesehatan dari perspektif makroskopis untuk di prioritaskan daripada hanya sekadar perspektif mikroskopis. 16 1.4. Peran Perawat Komunitas Keperawatan komunitas memberikan perawatan profesional kepada masyarakat yang difokuskan pada komunitas melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit maupun pemeliharaan dan rehabilitasi untuk mencapai kesehatan yang optimal (Allender, Rector, & Warner, 2014). Seorang perawat memainkan berbagai macam peran, perawat mengidentifikasi individu rentan dengan menemukan kasus, memberi dukungan kepada komunitas untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan, membangun program di kelompok dan komunitas agar meningkatkan kesehatan serta pencegahan penyakit. Perawat mengadakan konseling kepada klien terhadap kekuatan yang dimiliki dalam mengatasi permasalahan kesehatan dan pencegahan. Perawat menyediakan pelayanan perawatan langsung terhadap klien di berbagai macam setting (Stanhope & Lancaster, 2015). Beberapa peran perawat komunitas antara lain sebagai clinician, educator, advocate, manager, collaborator, dan counselor (Allender, Rector, & Warner, 2014). Klinisi/Penyelia Layanan Kesehatan Peran perawat komunitas yang sangat familier adalah clinician atau provider. Perawat memberikan pelayanan kesehatan bukan hanya kepada individu dan keluarga, tetapi juga kepada kelompok dan populasi. Pelayanan keperawatan didesain sesuai dengan kebutuhan khusus dari klien, perawat membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus untuk memenuhi kebutuhan klien yang berbeda-beda. Terkait dengan komunitas perawat memberikan pelayanan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan keluarga dan komunitas, meliputi melakukan pengkajian untuk mengumpulkan data/informasi, menegakkan diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perawat komunitas dapat memberikan perawatan secara langsung kepada komunitas. Seorang perawat melakukan perencanaan individual, keluarga dan komunitas, untuk pemenuhan segala kebutuhan perawatan kesehatan komunitas. Pelayanan keperawatan ini termasuk dari screening, pengkajian komprehensif, identifikasi masalah, perencanan keperawatan, implementasi, monitoring, evaluasi hasil, dan pengkajian ulang. 17 Pendidik Kesehatan/Edukator Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, kelompok dan masyarakat merupakan tanggung jawab perawat komunitas. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam pemeliharaan kesehatannya. Peran perawat komunitas sebagai educator dianggap sangat berguna dalam promosi kesehatan di masyarakat karena pada umumnya klien di masyarakat belum menderita penyakit akut, dan belum mampu mempraktikkan informasi kesehatan yang diberikan. Peran perawat komunitas dalam mendidik masyarakat sangat signifikan karena pendidikan kesehatan di komunitas dilakukan agar menyentuh masyarakat luas. Perawat memberikan informasi kepada individu, keluarga, dan masyarakat terkait tentang tindakan pencegahan penyakit, sehingga mereka mampu mengambil keputusan yang tepat untuk berperilaku hidup sehat dan terbebas dari penyakit. Perawat sebagai educator memberikan pengajaran dan pendidikan kesehatan kepada komunitas, memberikan pengetahuan kesehatan yang dibutuhkan klien untuk pencegahan, mengurangi komplikasi dan dapat menjalani hidup secara optimal. Advokat Perawat komunitas memfasilitasi klien dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Klien mungkin membutuhkan beberapa penjelasan tentang pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Advokasi dilakukan pada klien yang tidak mampu bertindak untuk dirinya sendiri. Penanganan kesehatan di komunitas membutuhkan pendekatan yang komprehensif yang mengoordinasikan berbagai macam aspek dari perawatan serta mengeliminasi jarak dan fragmentasi yang selalu menjadi konflik antara pencegahan dengan perawatan. Perawat mengadvokasi pelayanan komprehensif berupa pencegahan, perawatan serta pengobatan sampai didapatkan secara utuh kepada komunitas. Pelayanan terhadap komunitas merupakan proses yang saling melengkapi dan bersifat koordinatif. Perawat komunitas sebagai advokat memberikan keadilan sosial serta turut serta dalam mengambil tindakan mengadvokasi hak-hak dari komunitas, turut terlibat dalam mengevaluasi kebijakan dan turut memastikan keadilan pemanfaatan pelayanan pada komunitas. Perawat komunitas dalam fungsi advokasi turut serta dalam 18 pelaksanaan pelayanan berdasarkan peraturan yang telah dibentuk. Perawat komunitas ikut serta dalam pembentukan kebijakan terkait kesehatan komunitas. Perawat di komunitas berkolaborasi dengan pihak terkait untuk pembuatan program-program dalam pelayanan kesehatan komunitas. Perawat juga melakukan pengkajian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan serta mengevaluasi pelayanan yang dilakukan guna membangun pelayanan yang komprehensif efektif bagi komunitas. Perawat memastikan tidak adanya pembeda-bedaan perlakuan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan. Bersama pembentuk kebijakan perawat memberikan saran untuk penyempurnaan kebijakan untuk pelayanan komunitas yang lebih baik. Manajer Sebagai manajer, perawat komunitas harus mampu melakukan dan bertindak sebagai perencana, pengelola, pemimpin, pengawas, pengontrol, dan evaluasi perkembangan komunitas untuk mencapai tujuan kesehatan. Perawat komunitas diharapkan mampu mengelola kebutuhan komunitas secara efektif. Sebagai manajer kasus perawat memberikan kerangka yang dapat digunakan dalam koordinasi pelayanan kesehatan komunitas. Merupakan hal penting bagi petugas kesehatan profesional untuk memberi pelayanan kesehatan secara luas, sehingga tersusun sebuah koordinasi yang berkesinambungan antara petugas kesehatan dan klien komunitas. Penanganan permasalahan kesehatan di komunitas memiliki tantangan tersendiri di populasi karena kondisinya yang berbeda-beda. Perkembangan perawatan dan pengobatan yang terus berubah dan maju menjadi tantangan bagi petugas kesehatan. Kesuksesan pelayanan di komunitas dapat dilihat dari populasi jangkauan serta luasnya layanan kesehatan yang dapat disediakan. Perawat sebagai manajer kasus memberikan pilihan-pilihan kesehatan kepada komunitas terutama ketika komunitas tersebut tidak bisa memenuhi kebutuhan kesehatan yang dibutuhkan dikarenakan terbatasnya sumber daya. Kolaborator Perawat komunitas tidak bisa bekerja sendiri, perawat komunitas harus mampu bekerja sama dengan klien komunitas dan tim kesehatan 19 lainnya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam berkolaborasi, diharapkan dapat menunjukkan sikap saling menghargai dan kooperatif dengan tim kesehatan lainnya. Kolaborasi biasanya dilakukan dalam interaksi perawat dengan klien dalam melakukan asuhan keperawatan. Terkait dengan perilaku perawat harus bekerja sama dengan dokter, organisasi masyarakat, keluarga, tokoh agama, tokoh masyarakat, maupun kader kesehatan untuk menyelesaikan masalah kesehatan komunitas yang kompleks. Proses pelayanan kesehatan pada komunitas membutuhkan pengkajian dan identifikasi, keterhubungan pelayanan dengan komunitas, serta evaluasi berjalan dan berkelanjutan. Pelayanan kesehatan harus mampu mengakomodir berbagai macam kelompok di komunitas. Perawat yang bekerja pada komunitas sering sekali butuh bekerja sama dengan pelayanan dari berbagai tingkat. Penting bagi perawat komunitas memiliki hubungan baik dengan lembaga sosial terkait. Memiliki hubungan yang kuat akan mempermudah perawat komunitas untuk menerapkan pelayanan keperawatan. Terlibat dalam kegiatan lembaga sosial merupakan cara perawat komunitas membentuk koalisi dengan lembaga sosial. Konselor Konseling merupakan suatu proses dalam membantu klien memilih solusi yang tepat dalam mengatasi masalahnya. Konseling bukan memberi tahu apa yang harus klien lakukan, tetapi merupakan proses membantu mereka untuk mengatasi masalah untuk menentukan tindakan yang tepat bagi dirinya sendiri. Perawat terlibat dalam konseling akan mempengaruhi penerimaan informasi yang signifikan pada klien komunitas. Konseling yang baik akan memberikan peran terhadap keberlanjutan perawatan dan pengobatan pada klien di komunitas. 1.5. Pengenalan Fokus Program Kesehatan Komunitas Sustainable Development Goals Kesehatan 2030 Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan agenda dunia yang bertujuan untuk menciptakan dunia yang lebih sejahtera dan damai untuk semua penduduk di muka bumi baik untuk saat ini maupun untuk masa depan nanti. SDGs merupakan agenda yang dilaksanakan oleh 20 seluruh negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak tahun 2015 dengan fokus kepada 17 butir agenda. 17 butir agenda ini merupakan bentuk agenda yang terintegrasi, saling mendukung dan saling menguatkan satu sama lainnya. Agenda kesehatan merupakan butir ke-3 yang harus dicapai oleh semua negara-negara perserikatan di dunia dengan tujuan mewujudkan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan untuk semua di segala usia (UN, 2015). Target dan indikator yang harus dicapai pada SDGs butir ke-3 berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan manusia pada tahun 2030 kelak yaitu: 1) Penurunan kematian (mortalitas) maternal secara global dengan rasio kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup 2) Mengakhiri kematian yang dapat dicegah pada bayi baru lahir dan anak bawah lima tahun (balita) dengan menurunkan mortalitas neonatus setidaknya 12 per 1.000 kelahiran hidup dan kematian balita 25 per 1.000 kelahiran hidup. 3) Mengakhiri epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria, hepatitis, penyakit tropis dan penyakit menular lainnya. 4) Mengurangi sepertiga kematian diakibatkan penyakit tidak menular melalui prinsip pencegahan penyakit, perawatan dan promosi kesehatan. 5) Penguatan pencegahan dan perawatan penggunaan zat terlarang termasuk narkotik dan penggunaan alkohol berlebihan. 6) Mengurangi setengahnya kematian diakibatkan dari kecelakaan lalu lintas 7) Memastikan akses layanan kesehatan universal untuk kesehatan reproduksi dan seksual. Termasuk layanan keluarga berencana, informasi dan pendidikan kesehatan. 8) Mencapai layanan kesehatan universal untuk semua termasuk proteksi risiko finansial, kesamaan hak untuk mengakses layanan kesehatan yang aman, efektif, berkualitas dan penyediaan obat dan vaksin yang terjangkau. 21 Rencana Strategis Pembangunan Jangka Menengah Program Indonesia Sehat Dalam mengatur upaya kesehatan masyarakat Republik Indonesia diatur dalam bentuk susunan rencana strategis pembangunan jangka menengah. Kementerian Kesehatan telah merancang rencana tersebut dalam bentuk rencana strategis yang dapat dilaksanakan hingga tatanan unit terkecil dari masyarakat. Tercantum dalam Rencana Strategis Pembangunan Jangka Menengah Kementerian Kesehatan Tahun 20152019 sebagai berikut. Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa setiap kementerian perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Dengan telah ditetapkannya RPJMN 2015-2019, maka Kementerian Kesehatan menyusun Renstra Tahun 2015-2019. Renstra Kementerian Kesehatan merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan dan menjadi acuan dalam penyusunan perencanaan tahunan. Penyusunan Renstra Kementerian Kesehatan dilaksanakan melalui pendekatan: teknokratik, politik, partisipatif, atas-bawah (top-down), dan bawah-atas (bottom-up). Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1) Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak. 2) Meningkatnya pengendalian penyakit. 3) Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan. 22 4) 5) 6) Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan kesehatan. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin. Meningkatkan responsivitas sistem kesehatan. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional: 1) pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan; 3) sementara itu jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan Rencana Strategis RPJMN yang telah dicanangkan fokus pemerintahan dalam layanan kesehatan di bidang promotif dan preventif serta pemberdayaan masyarakat yang merupakan prioritas dari seorang perawat komunitas sehingga perawat komunitas merupakan tenaga utama yang diharapkan mampu mencapai tujuan besar tersebut. RPJMN 2015-2019 merupakan rencana yang sudah terimplementasikan di tahuntahun terdahulu. Saat buku ini ditulis pemerintah Indonesia sedang menuju proses transisi perencanaan kesehatan yang baru hingga tahu 2024 sehingga perlu disimak seperti apa arah kebijakan kesehatan Indonesia di bawah pimpinan kementerian kesehatan yang baru hingga di tahun 2024. Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga Rencana Program Indonesia Sehat adalah mendayagunakan prevensi dan promosi kesehatan. Upaya tersebut ditekadkan oleh pemerintah dengan memulai dari unit terkecil dari komunitas yaitu keluarga. Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS-PK) merupakan pendayagunaan semua elemen kesehatan dengan fokus pemberdayaan masyarakat melalui keluarga seperti yang tercantum pada pedoman pelaksanaan Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga sebagai berikut. 23 Upaya pencapaian prioritas pembangunan kesehatan tahun 20152019 dalam Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan mendayagunakan segenap potensi yang ada, baik dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun masyarakat. Pembangunan kesehatan dimulai dari unit terkecil dari masyarakat, yaitu keluarga. Pembangunan keluarga, sebagai-mana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsinya secara optimal. Sebagai penjabaran dari amanat Undang-Undang tersebut, Kementerian Kesehatan menetapkan strategi operasional pembangunan kesehatan melalui Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Pendekatan keluarga adalah salah satu cara puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya. Pendekatan keluarga yang dimaksud merupakan pengembangan dari kunjungan rumah oleh puskesmas dan perluasan dari upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang meliputi kegiatan berikut: 1) Kunjungan keluarga untuk pendataan/ pengumpulan data Profil Kesehatan keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya. 2) Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotif dan preventif. 3) Kunjungan keluarga untuk menindaklanjuti pelayanan kesehatan dalam gedung. 4) Pemanfaatan data dan informasi dari profil kesehatan keluarga untuk pengorganisasian/ pemberdayaan masyarakat dan manajemen puskesmas. 24 Kunjungan rumah (keluarga) dilakukan secara terjadwal dan rutin, dengan memanfaatkan data dan informasi dari profil kesehatan keluarga (family folder). Dengan demikian, pelaksanaan upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) harus diintegrasikan ke dalam kegiatan pendekatan keluarga. Dalam menjangkau keluarga, puskesmas tidak hanya mengandalkan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang ada sebagaimana selama ini dilaksanakan, melainkan juga langsung berkunjung ke keluarga. Perlu diperhatikan, bahwa pendekatan keluarga melalui kunjungan rumah tidak berarti mematikan UKBM-UKBM yang ada, tetapi justru untuk memperkuat UKBM-UKBM yang selama ini dirasakan masih kurang efektif. Dengan mengunjungi keluarga di rumahnya, puskesmas akan dapat mengenali masalah-masalah kesehatan (dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat-PHBS) yang dihadapi keluarga secara lebih menyeluruh (holistik). Individu anggota keluarga yang perlu mendapatkan pelayanan kesehatan kemudian dapat dimotivasi untuk memanfaatkan UKBM yang ada dan/atau pelayanan Puskesmas. Keluarga juga dapat dimotivasi untuk memperbaiki kondisi kesehatan lingkungan dan berbagai faktor risiko lain yang selama ini merugikan kesehatannya, dengan pendampingan dari kader-kader kesehatan UKBM dan/atau petugas profesional Puskesmas. Untuk itu, diperlukan pengaturan agar setiap keluarga di wilayah puskesmas memiliki Tim Pembina Keluarga (Kemenkes RI, 2016). Terdapat 12 Indikator yang diharapkan dicapai dalam Program Indonesia Pendekatan Keluarga. Diharapkan dengan adanya program ini indikator-indikator capaian kesehatan yang diharapkan berdasarkan kondisi dan situasi kesehatan masyarakat Indonesia dapat dicapai. Indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut: 1) Keluarga mengikuti Keluarga Berencana (KB). 2) Ibu hamil melakukan persalinan di fasilitas kesehatan. 3) Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap. 4) Bayi mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif. 5) Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan. 6) Penderita tuberkulosis (TB) paru mendapatkan pengobatan sesuai standar. 7) Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur. 25 8) Penderita gangguan jiwa mendapat pengobatan dan ditelantarkan. 9) Anggota keluarga tidak merokok. 10) Keluarga mendapatkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). 11) Keluarga menggunakan jamban sehat. 12) Keluarga memiliki akses air bersih. tidak Indikator tersebut bukan berarti bahwa masalah tersebut saja yang menjadi perhatian Bangsa Indonesia namun indikator tersebut adalah indikator yang harus dicapai utama agar bisa menjawab permasalahan utama kesehatan di Indonesia dilihat dari prevalensi dan pencapaian di masa lalu sehingga menurut hasil evaluasi indikator tersebut yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Namun indikator-indikator tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa permasalahan kesehatan lain juga harus tetap diselesaikan jika terjadi dan didapatkan oleh perawat komunitas. Jika ditilik indikator yang di harapkan dicapai dalam Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS-PK) juga berkaitan satu sama lainnya dengan capaian Sustainable Development Goals SDGs yang harus dicapai bangsabangsa di dunia. Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS) Program yang juga menjadi andalan untuk digalakkan dalam upaya promosi dan prevensi kesehatan di Indonesia adalah Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS). GERMAS adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk memasyarakatkan budaya hidup sehat serta meninggalkan kebiasaan dan perilaku masyarakat yang kurang sehat. Aksi GERMAS ini juga diikuti dengan memasyarakatkan perilaku hidup bersih sehat dan dukungan untuk program infrastruktur dengan basis masyarakat (Ditjen Kesmas Kemenkes RI, 2017). Program ini memiliki beberapa fokus seperti membangun akses untuk memenuhi kebutuhan air minum, instalasi kesehatan masyarakat serta pembangunan pemukiman yang layak huni. Ketiganya merupakan infrastruktur dasar yang menjadi fondasi dari gerakan masyarakat hidup sehat. 7 Langkah Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang harus digalakkan oleh masyarakat Indonesia untuk mengupayakan kehidupan yang lebih sejahtera dan terhindar dari penyakit. Ketujuh langkah tersebut merupakan 26 bagian penting dari pembiasaan pola hidup sehat dalam masyarakat guna mencegah berbagai masalah kesehatan yang berisiko dialami oleh masyarakat Indonesia. Berikut ini 7 langkah GERMAS yang dapat menjadi panduan menjalani pola hidup yang lebih sehat. Melakukan Aktivitas Fisik Perilaku kehidupan modern seringkali membuat banyak orang minim melakukan aktivitas fisik, baik itu aktivitas fisik karena bekerja maupun berolah raga. Kemudahan-kemudahan dalam kehidupan seharihari karena bantuan teknologi dan minimnya waktu karena banyaknya kesibukan telah menjadikan banyak orang menjalani gaya hidup yang kurang sehat. Bagian germas aktivitas fisik merupakan salah satu gerakan yang diutamakan untuk meningkatkan kualitas kesehatan seseorang. Masyarakat dihimbau untuk memaksimalkan pelaksanaan aktivitas fisik baik berupa olahraga maupun aktivitas fisik lainnya yang bukan aktivitas rutin. Berolah raga 30-45 menit sehari akan memberikan efek penyehatan yang lebih baik dari pola sedentari yang diakibatkan perkembangan zaman dan era. Manfaat kesehatan dari aktivitas fisik tidak diragukan lagi. Pengakuan akan pentingnya aktivitas fisik sebagai faktor risiko penyakit kronis dan kematian dini telah menyebabkan dampak terhadap kesehatan masyarakat. Keberadaan rekomendasi nasional dianggap sebagai tolok ukur dalam strategi promosi aktivitas fisik nasional yang komprehensif. Pengembangan pedoman nasional dapat memobilisasi dan menyatukan seluruh kepentingan yang relevan di lapangan dan memberikan visibilitas untuk memperkuat posisi aktivitas fisik terhadap agenda kesehatan masyarakat (Füzéki & Banzer, 2018). Mengkonsumsi Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Keinginan untuk makan makanan praktis dan enak seringkali menjadikan berkurangnya waktu untuk makan buah dan sayur yang sebenarnya jauh lebih sehat dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Beberapa jenis makanan dan minuman seperti makanan cepat saji (junk food) dan minuman bersoda sebaiknya dikurangi atau dihentikan konsumsinya. Menambah jumlah konsumsi makanan dari buah dan sayur merupakan contoh GERMAS yang dapat dilakukan oleh siapa 27 pun. Hadir nya restoran-restoran yang tumbuh subur dan mudah diakses oleh masyarakat membuat masyarakat dapat terjebak di pola konsumsi makanan yang tidak sehat dan seimbang. Kampanye makan buah dan sayur yang memberikan informasi betapa besarnya manfaat dan kenapa harus makan buah dan sayur setiap hari. Karena masyarakat harus memahami pentingnya kenapa harus makan buah dan sayur setiap hari. Dampak buruk yang diakibatkan oleh pola konsumsi makanan berikut adalah dampak akibat kurang makan buah dan sayur untuk kesehatan tubuh, contohnya seperti permasalahan pencernaan, peningkatan risiko penyakit tidak menular dan lainnya. Dengan memahami pentingnya perilaku makan buah dan sayur, diharapkan masyarakat dapat dengan lebih aktif untuk meningkatkan kampanye makan buah dan sayur untuk tingkatkan kesehatan masyarakat di seluruh Indonesia. Asupan buah dan sayuran yang memadai telah dipercaya memberikan penurunan risiko penyakit kronis dan manajemen berat badan. Orang dewasa setidaknya mengonsumsi setidaknya lima porsi buah dan sayuran per hari yang bukan makanan berserat mengandung karbohidrat. Pentingnya buah-buahan dan sayuran serta manfaat dan kemajuan pendidikan gizi dalam meningkatkan asupan untuk kesehatan masyarakat yang lebih baik (Pem & Jeewon, 2015). Tidak Merokok Merokok merupakan pola kebiasaan yang banyak memberi dampak buruk bagi kesehatan. Berhenti merokok menjadi bagian penting dari gerakan hidup sehat dan akan berdampak tidak hanya pada diri perokok, tetapi juga bagi orang-orang di sekitarnya. Meminta bantuan ahli melalui hipnosis atau metode bantuan berhenti merokok yang lain dapat menjadi alternatif untuk menghentikan kebiasaan buruk tersebut. Berbagai metode kampanye kesehatan untuk tidak merokok digalakkan di Indonesia namun angka perokok aktif di Indonesia masih saja cukup tinggi. Kampanye untuk tidak merokok harus digalakkan. Meskipun ada penurunan prevalensi dalam beberapa tahun terakhir, merokok tetap menjadi salah satu penyebab utama kesehatan yang buruk dan kematian dini di seluruh dunia. Manfaat dari berhenti berkontribusi terhadap pengurangan bahaya yang disebabkan oleh penggunaan tembakau atau nikotin dalam berbagai bentuk (West, 2017). 28 Tidak Konsumsi Minuman Beralkohol Minuman beralkohol memiliki efek buruk yang serupa dengan merokok, baik itu efek buruk bagi kesehatan hingga efek sosial pada orang-orang di sekitarnya. Konsumsi alkohol merupakan faktor risiko utama bagi berbagai masalah kesehatan dan merupakan kontributor utama beban penyakit global. Alkohol adalah penyebab mendasar yang menyebabkan lebih dari 30 kondisi penyakit dan faktor penyumbang untuk masalah kesehatan lainnya. Kategori penyakit yang paling umum yang seluruhnya atau sebagian disebabkan oleh konsumsi alkohol termasuk penyakit menular, kanker, diabetes, penyakit neuropsikiatri (termasuk gangguan penggunaan alkohol), penyakit kardiovaskular, penyakit hati, penyakit pankreas, dan cedera yang tidak disengaja dan disengaja. Selain risiko penyakit yang mempengaruhi peminum alkohol, konsumsi alkohol juga dapat memengaruhi kesehatan orang lain dan menyebabkan kerugian sosial bagi peminum alkohol dan orang lain, menambah biaya penyelesaian permasalahan terkait dengan konsumsi alkohol di tingkat keluarga hingga nasional (Rehm, 2011). Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Berkala Salah satu bagian dari arti germas sebagai gerakan masyarakat hidup sehat adalah dengan lebih baik dalam mengelola kesehatan. Di antaranya adalah dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan tidak hanya datang ke rumah sakit atau puskesmas ketika sakit saja. Langkah ini memiliki manfaat untuk dapat memudahkan mendeteksi penyakit atau masalah kesehatan lebih dini. Screening adalah konsep dasar yang menghubungkan praktik klinis pada individu, dengan praktik kesehatan masyarakat di masyarakat. Program screening bergantung pada partisipasi tinggi untuk menjadi efektif dan dukungan serta kepercayaan masyarakat sangat penting untuk keberhasilan berkelanjutan kesehatan yang lebih baik (Speechley, et al., 2017). Menjaga Kebersihan Lingkungan Beban penyakit yang sangat besar terkait dengan kurangnya kebersihan, sanitasi, dan persediaan air dan sebagian besar dan harus di modifikasi dengan berbagai program intervensi yang efektif. Kebersihan 29 harus ditanamkan dalam serangkaian nilai sosial yang luas dan kompleks. Apa yang kita sebut kebersihan dihubungkan dengan keprihatinan tentang privasi dan keintiman, kerapian, prestise sosial, kenyamanan, rasa hormat, dan menjadi beradab. Sebaliknya, tidak higienis akan mengacu pada kemiskinan, rasa malu, jijik, dan invasi (Van Der Geest, 2015). Menggunakan Jamban Sehat Peningkatan investasi di bidang sanitasi termasuk di dalamnya penyediaan jamban sehat akan berkontribusi pada produktivitas ekonomi suatu negara. Para ekonom berpendapat bahwa investasi dalam air dan sanitasi dapat memiliki hasil langsung dan jangka panjang. Kemajuan dalam sanitasi juga dapat mengurangi beban ekonomi pada sistem kesehatan di negara-negara berkembang. Orang yang terkena penyakit diare menular sering memerlukan perawatan kesehatan dan/atau dukungan rumah sakit, yang menimbulkan biaya bagi pasien dan pemerintah nasional (Roma & Pugh, 2015). 1.6. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. No. 75 Tahun 2014 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan ujung tombak layanan kesehatan masyarakat untuk mempromosikan dan prevensi kesehatan di komunitas. Di dalam Permenkes tersebut berdasarkan isi pasal esensi puskesmas di jelaskan sebagai berikut. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah satuan kerja pemerintahan daerah kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang kesehatan di kabupaten/kota. Upaya 30 Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Upaya kesehatan perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan. Tenaga Kesehatan puskesmas merupakan setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang: 1) Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat, 2) Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu, 3) Hidup dalam lingkungan sehat, 4) Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, dan 5) Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Berdasarkan prinsip paradigma sehat puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Berdasarkan prinsip pertanggungjawaban wilayah puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Berdasarkan prinsip kemandirian masyarakat puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Berdasarkan prinsip pemerataan puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan. Berdasarkan prinsip teknologi tepat guna puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan 31 dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan. Berdasarkan prinsip keterpaduan dan kesinambungan puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas. Dalam melaksanakan tugas puskesmas menyelenggarakan fungsi: 1) Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya 2) Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya. Dalam menyelenggarakan fungsi puskesmas berwenang untuk: 1) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan; 2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan; 3) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan; 4) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerja sama dengan sektor lain terkait; 5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat; 6) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas; 7) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan; 8) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan; dan 9) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respons penanggulangan penyakit. Dalam menyelenggarakan fungsi puskesmas juga berwenang untuk: 1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu; 2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif; 3) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat; 32 4) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung; 5) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi; 6) Melaksanakan rekam medis; 7) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses pelayanan kesehatan; 8) Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan; 9) mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan 10) Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan. Penanggung jawab UKM esensial dan keperawatan kesehatan masyarakat akan membawahi: 1) Pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS 2) Pelayanan kesehatan lingkungan 3) Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM 4) Pelayanan gizi yang bersifat UKM 5) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit 6) Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat Penanggung jawab UKM Pengembangan akan membawahi upaya pengembangan yang dilakukan Puskesmas, antara lain: 1) Pelayanan kesehatan jiwa 2) Pelayanan kesehatan gigi masyarakat 3) Pelayanan kesehatan tradisional komplementer 4) Pelayanan kesehatan olahraga 5) Pelayanan kesehatan indera 6) Pelayanan kesehatan lansia 7) Pelayanan kesehatan kerja 8) Pelayanan kesehatan lainnya Penanggung jawab UKP, kefarmasian, dan laboratorium akan membawahi beberapa kegiatan sebagai berikut: 1) Pelayanan pemeriksaan umum 2) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut 33 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP Pelayanan gawat darurat Pelayanan gizi yang bersifat UKP Pelayanan persalinan Pelayanan rawat inap untuk puskesmas yang menyediakan pelayanan rawat inap Pelayanan kefarmasian Pelayanan laboratorium 1.7. Epidemiologi Dasar dalam Keperawatan Komunitas Istilah epidemiologi berasal dari istilah Yunani logos (ilmu), demos (orang), dan epi (pada). Secara harfiah epidemiologi berarti, “ilmu tentang apa yang ada pada orang-orang/masyarkat”. Epidemiologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan distribusi dan faktor-faktor penentu kesehatan, terjadinya penyakit, cedera, kecacatan, dan kematian dalam populasi. Populasi dalam konteks ini mengacu pada orang dengan karakteristik umum tertentu seperti jenis kelamin, usia, dan tempat tinggal. Meskipun penyelidikan epidemiologis memeriksa kondisi dalam kelompok populasi, namun penting untuk diingat bahwa suatu populasi terdiri dari individuindividu, yang masing-masingnya merupakan seseorang individu dengan kondisi tertentu. Epidemiologi adalah ilmu tentang distribusi dan faktor penentu status kesehatan pada populasi tertentu dan penerapan ilmu ini sendiri adalah bertujuan untuk mencapai peningkatan kesehatan populasi. Epidemiologi merupakan ilmu dengan prinsip-prinsip statistik dan metodologi penelitian. Ilmu epidemiologi telah memberikan kontribusi yang signifikan untuk identifikasi faktor risiko contohnya pada perilaku merokok dengan terjadinya kanker paru-paru. Selain itu, ilmu epidemiologi juga telah berkontribusi banyak terhadap perubahan kebijakan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, epidemiologi merupakan ilmu yang terpercaya untuk menyelidiki peristiwa yang berhubungan dengan kesehatan. Banyak studi epidemiologi memiliki fokus pada morbiditas/ mortalitas penyakit saja namun, pada kenyataannya dimensi kesehatan dan kesejahteraan melampaui komponen-komponen diatas. Epidemiologi 34 seperti yang dipraktikkan saat ini telah memperluas cakupannya untuk memasukkan penyelidikan gaya hidup, strategi promosi kesehatan, cedera, kondisi lingkungan, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kesehatan. Praktisi yang bergerak di bidang kesehatan masyarakat menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari ilmu epidemiologi untuk memandu pengambilan keputusan dan bantuan dalam mengembangkan dan mengevaluasi intervensi untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Proses yang ada pada ilmu epidemiologi yang kemudian dianalogikan kedalam dianalogikan proses keperawatan penting dalam membangun analisis kritis untuk mendapatkan pemahaman dalam menentukan permasalahan kesehatan komunitas. Epidemiologi Penilaian Deskriptif Status Kesehatan Penilaian Demografis Penilaian demografis berkaitan dengan karakteristik individu tertentu, atau yang berkaitan dengan kesehatan atau penyakit. Usia, ras, jenis kelamin, etnis, pendapatan, dan tingkat pendidikan adalah indikator demografi yang penting yang dapat mempengaruhi status kesehatan. Sebagai contoh, pria lebih mungkin daripada wanita untuk terjadinya penyakit jantung tertentu, dan wanita kehamilan berisiko memiliki kemungkinan lebih banyak melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah jika dibandingkan dengan kehamilan tidak berisiko. Dalam merencanakan kesehatan suatu komunitas, perawat harus terbiasa dengan karakteristik demografis masyarakat dan dengan masalah kesehatan yang terkait dengan karakteristik tertentu. Angka Morbiditas dan Mortalitas Meskipun epidemiologi menggambarkan distribusi dan faktor penentu dari kesehatan dan kondisi penyakit. Namun menentukan suatu komunitas “sehat” sulit diukur. Oleh karena itu, untuk merepresentasikan status “sehat dapat berkaca pada banyak langkah seperti dengan menentukan morbiditas (penyakit) dan mortalias (kematian). Banyak sumber data morbiditas dan mortalitas yang dapat diakses untuk mendapatkan data ini sehingga merepresentasikan tingkat kesehatan komunitas pada suatu wilayah. 35 Angka Insidensi/Angka kejadian Angka insidensi merupakan kondisi kesehatan atau penyakit mengacu pada jumlah orang di populasi yang mengalami kondisi penyakit selama periode waktu tertentu. Insidensi mengukur tingkat di mana orang tanpa penyakit mengembangkan penyakit selama periode waktu tertentu (jumlah kasus baru suatu penyakit dalam suatu populasi selama periode waktu tertentu). Secara matematis, tingkat kejadian selama periode waktu tertentu dapat dihitung dengan: Jumlah kasus baru x 100.000 Jumlah populasi yang berisiko Angka insidensi/kejadian menggunakan frekuensi kasus baru dalam pembilang. Penyebut untuk tingkat kejadian adalah populasi yang berisiko. Misalnya, untuk menghitung tingkat kejadian kanker payudara pascamenopause, wanita yang masih premenopause tidak akan menjadi bagian dari populasi yang berisiko. Insidensi khususnya penting untuk penelitian epidemiologi analitik karena memungkinkan estimasi risiko yang diperlukan untuk menilai hubungan sebab akibat (risiko relatif). Perhitungan angka insiden umumnya mengharuskan populasi yang ditentukan awalnya bebas dari penyakit di kemudian diikuti selama periode waktu tertentu yang juga dikenal dengan studi prospektif. Prevalensi Penyakit Prevalensi suatu penyakit merupakan suatu kondisi mengacu pada jumlah total orang dalam populasi yang memiliki kondisi penyakit tertentu pada satuan waktu tertentu. Jadi, prevalensi akan dihitung dalam crosssectional "one-shot" (irisan waktu) atau retrospektif (mundur) belajar. Secara matematis, prevalensi dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: Jumlah kasus penyakit yang terjadi x 100.000 Jumlah total populasi Prevalensi, oleh karena itu, juga menentukan tingkat morbiditas dalam suatu komunitas dan dipengaruhi oleh tingkat kasus baru, jumlah kasus yang ada, cara perawatan atau pengobatan baru yang efektif modalitas, dan kematian. Dapat diklasifikasikan sebagai periode 36 prevalensi. Contohnya angka prevalensi anak menderita diare di Sekolah Dasar 05 adalah 35% pada tanggal 20 Juni 2020) Penilaian angka insidensi/kejadian dan prevalensi memberikan informasi yang berbeda. Untuk mengerti hubungan antara insidensi dan prevalensi, coba pahami contoh berikut pertimbangkan jumlah penumpang di sebuah kereta. Jumlah penumpang mewakili prevalensi (penyakit yang ada, kasus lama dan baru); jumlah penumpang yang naik mewakili insidensi (kejadian baru) kasus penyakit; penumpang yang turun dari kereta mewakili individu yang baik sembuh atau mati. Baik jumlah kasus baru yang masuk maupun jumlah individu dengan penyakit yang keluar baik melalui kematian atau melalui pemulihan dari penyakit mempengaruhi prevalensi. Jumlah penumpang di dalam kereta akan meningkat jika jumlahnya penumpang naik (kasus baru) tinggi, jika jumlah penumpang yang keluar adalah rendah (lebih sedikit kematian atau peningkatan angka bertahan hidup karena adanya perawatan dan pengobatan efektif), atau keduanya terjadi. Sebaliknya, prevalensi akan berkurang ketika jumlah kasus baru rendah atau orang meninggal /orang sembuh dari penyakit lebih sedikit atau keduanya terjadi. Pertimbangkan contoh lain. Anda membaca tentang peningkatan prevalensi tertentu jenis kanker; peningkatan ini dapat berarti bahwa ada jumlah orang yang lebih tinggi dengan jenis kanker dalam populasi. Jumlah yang lebih tinggi ini mungkin disebabkan oleh lebih banyak kasus baru (dengan kata lain, peningkatan kejadian) atau karena orang dengan jenis ini kanker hidup lebih lama. Dalam kedua kasus tersebut, komunitas mungkin perlu mengalokasikan tambahan sumber daya menuju identifikasi dan perawatan kanker. Rasio, Proporsi dan Rata-Rata Dalam studi epidemiologi, data dan statistik memungkinkan perbandingan di antara populasi. Oleh karena itu, perlu untuk mengubah data mentah menjadi rasio, proporsi, dan rerata untuk memberikan deskripsi masalah kesehatan yang lebih valid. Rasio hanya satu angka dibagi dengan yang lain di mana tidak ada hubungan yang ditentukan antara pembilang dan penyebut. Misalnya, dari 1.000 kematian sepeda motor, 950 korban adalah laki-laki dan 50 adalah perempuan. Rasio jenis 37 kelamin adalah jumlah laki-laki dibandingkan dengan jumlah perempuan (950/50 atau 19 laki-laki hingga 1 perempuan). Sebaliknya, proporsi adalah satu angka dibagi dengan yang lain di mana pembilangnya adalah subset dari penyebut (mis., itu termasuk dalam penyebut) dan diekspresikan sebagai persentase. Dengan menggunakan data yang sama, Anda dapat menghitung proporsi pria perempuan Dari 1.000 kematian sepeda motor, 950 adalah pria dan 50 adalah wanita. Berapa persentase kematian pada laki-laki? Sebagian dinyatakan dengan rumus X / (X Y); jadi, persentase pria untuk wanita adalah 950 / 1.000 dikalikan dengan 100, yang hasilnya sama dengan 95%. Baik rasio maupun proporsi tidak memiliki basis populasi atau satuan waktu tertentu. Karena epidemiologi adalah studi tentang kesehatan populasi, langkah-langkah statistik harus dilakukan menghubungkan terjadinya kondisi kesehatan dengan populasi yang berisiko. Untuk menilai probabilitas bahwa satu kelompok berisiko lebih tinggi dari yang lain, rerata dihitung. Rerata mengukur jumlah penyakit, cedera, kecacatan, atau kematian dalam satu unit populasi dan dalam satuan waktu. Rerata mengungkapkan hubungan matematis di mana pembilang berkaitan dengan jumlah orang yang mengalami kondisi tersebut, dan angka penyebut menyatakan populasi berisiko atau jumlah total orang yang memilikinya berkemungkinan mengalami kondisi tersebut. Rerata meningkatkan kemampuan untuk membuat perbandingan karena mengurangi standar perbandingan dengan penyebut umum, ukuran satuan populasi. Misalnya, angka kematian kasar untuk penyakit jantung di Jakarta dan Bandung masing-masing 288 dan 190 per 100.000 orang. Itu muncul bahwa tingkat kematian lebih tinggi di Jakarta dibandingkan dengan Bandung. Perbedaan ini mungkin karena karakteristik populasi (mis., perbedaan usia antara kota) yang dapat mempengaruhi pengalaman kematian. Menghitung rerata spesifik dapat menggunakan rumus matematis sebagai berikut: Jumlah orang yang mengalami kondisi spesifik xK Jumlah populasi yang beresiko mengalami kondisi spesifik K adalah konstanta (biasanya 1.000 atau 100.000) 38 1.8. Mempersiapkan Kunjungan Komunitas Setelah memahami pengetahuan dasar sebelum turun ke komunitas yang Anda kelola. Anda selanjutnya diharapkan untuk melanjutkan proses untuk berpraktik di komunitas dengan mempersiapkan proses perizinan dan proses persiapan alat yang dapat Anda penuhi. Berikut langkahlangkah persiapan yang harus Anda siapkan. Pengurusan Dokumen Perizinan Pengurusan surat perizinan praktik akan sangat bergantung kepada sistem birokrasi yang berlaku di wilayah masing-masing. Proses pengurusan perizinan dimulai dari persiapan surat dari institusi pendidikan keperawatan tempat Anda bersekolah. Setelah mendapatkan surat izin dengan format resmi dan ditandatangani oleh pimpinan institusi yang berwenang Anda melanjutkan proses pemasukan surat ke dinas kesehatan yang berwenang di tingkat kota dan kabupaten di wilayah Anda berpraktik. Setelah Anda memasukan surat izin ke dinas kesehatan kota/kabupaten yang berkaitan maka Anda akan mendapatkan surat rekomendasi dari Dinas Kesehatan terkait untuk diteruskan ke puskesmas yang menaungi wilayah kerja komunitas tempat Anda berpraktik. Setelah memasukan surat izin ke puskesmas wilayah kerja yang menaungi komunitas yang Anda kelola Anda akan mendapatkan surat rekomendasi untuk pengurusan izin untuk wilayah kerja kelolaan di tingkat kecamatan/kelurahan yang nanti kan diteruskan hingga ketua rukun warga (RW) dan ketua rukun tetangga (RT) sebagai pimpinan wilayah unit terkecil dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Setelah mengurus perizinan Anda sudah dapat memasuki wilayah komunitas yang Anda kelola yang dilanjutkan dengan proses pengenalan dan pengembangan jejaring dengan elemen-elemen yang ada di komunitas. Surat dari Institusi Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atau Kesbangpol Puskesmas Surat Rekomendasi ke Kecamatan/ Kelurahan Surat Rekomendasi ke RW/RT Diagram 1. Bagan Alur Pengurusan Surat Perizinan Memasuki Komunitas 39 Perkenalan dan Pengembangan Jejaring di Komunitas Mendapatkan izin praktik di wilayah komunitas yang akan Anda kelola memberikan Anda akses untuk mulai dapat berkenalan dengan komunitas yang Anda bina. Mengenali komunitas akan menyita waktu dan tenaga anda, sehingga strategi dan pembagian kerja tim akan sangat krusial untuk Anda kelola dengan baik. Softkills kompetensi yang harus Anda asah dalam mengenal komunitas yang Anda kelola yakni sebagai berikut. 1) Kemampuan komunikasi 2) Kemampuan adaptasi 3) Kemampuan bekerja dalam tim (teamwork) 4) Kemampuan berempati 5) Kemampuan berfikir kritis 6) Kemampuan transkultural (peka budaya) Waktu Anda dalam berpraktik di komunitas yang Anda kelola mungkin akan sangat singkat sehingga membagi tugas dalam berkenalan dengan komunitas harus strategis, logis dan menyamankan. Karakter komunitas yang Anda hadapi akan berbeda sehingga penempatan dan penugasan untuk mengenali komunitas harus menyesuaikan dengan kemampuan dari anggota tim yang Anda punya. Kerja sama yang tinggi, berbagi informasi dan semangat yang tinggi juga di tuntut untuk keberhasilan dari proses pengenalan dengan komunitas yang Anda miliki. Setelah Anda berkenalan, diharapkan Anda segera untuk mulai membina dan membangun jejaring. Membangun jejaring adalah sebuah proses kontinyu yang akan terjadi terus menerus hingga saat nati. Membangun citra positif di mata masyarakat haruslah menjadi perhatian bagi Anda perawat komunitas yang akan bekerja di wilayah tersebut. Mempelajari struktur elemen atau komponen masyarakat yang ada di wilayah tersebut perlu Anda pelajari dengan saksama. Struktur formal dan informal suatu wilayah dan suatu karakteristik masyarakat akan berbedabeda. Penting bagi Anda untuk menggali informasi ini untuk memudahkan Anda dalam pelibatan semua elemen komunitas dalam upaya kesehatan yang akan Anda canangkan. Jejaring komunitas dianggap sebagai informan kunci yang akan memberikan Anda kemudahan dalam mengakses informasi guna 40 melengkapi data pengkajian Anda di komunitas, pelibatan masyarakat dalam memutuskan perencanaan upaya penyelesaian permasalahan di komunitas dan peliba1.tan dalam pelaksanaan upaya-upaya kesehatan yang telah direncanakan bersama. Struktur jejaring formal dan informal yang terdapat di komunitas di Indonesia yang dapat Anda fokuskan untuk dikelola adalah sebagai berikut. 1) Kepala kecamatan/kepala desa/kepala kelurahan; lurah/camat/kades 2) Kepala puskesmas dan petugas puskesmas 3) Kepala LPM 4) Ketua Pemuda 5) Ketua RW/RT 6) Dharma Wanita/PKK 7) Kader kesehatan 8) Penghulu 9) Ketua adat/kerapatan 10) Tetua yang dipercaya masyarakat Persiapan Perlengkapan Praktik Komunitas Mendapatkan izin dan mulai memiliki jejaring di komunitas semakin mendekatkan Anda melangkah pada proses asuhan keperawatan yang akan Anda lakukan pada komunitas yang Anda kelola. Selanjutnya mempersiapkan kelengkapan alat yang harus Anda persiapkan dalam melakukan praktik di keperawatan komunitas. Daftar perlengkapan praktik keperawatan komunitas: 1) Nursing kit 2) Tensimeter jarum 3) Stetoskop 4) Penlight 5) Sarung tangan 6) Reflex hammer segitiga 7) Pinset anatomis 8) Pinset chirugis 9) Gunting tajam lurus 10) Gunting tajam bengkok 41 11) 12) 13) 14) 15) 16) 17) 18) 19) 20) Metline Termometer digital/air raksa Tas Perlengkapan kebutuhan dokumentasi pengkajian: Pulpen Buku/note book Kamera Cam recorder Voice recorder Buku-buku keperawatan Gambar 3. Perlengkapan Nursing Kit (Sumber: bukalapak.com) 42 MENGKAJI KOMUNITAS Capaian Pembelajaran: Menjelaskan konsep pengkajian di komunitas. Mengenali komponen pengkajian berdasarkan model komunitas sebagai partner. Mengidentifikasi fokus permasalahan kesehatan berdasarkan agregat/ kelompok. Menginterpretasikan metode pengkajian yang digunakan di komunitas. Merencanakan pengkajian di komunitas. 2.1. Pengenalan Pengkajian Keperawatan Komunitas Pengkajian komunitas merupakan sebuah proses untuk mulai dapat mengenali komunitas dan mengetahui kebutuhan komunitas. Pengkajian di dalam keperawatan komunitas diharapkan mampu menjadikan komunitas sebagai “rekan”/partner (Anderson & Mcfarlane, 2011). Perawat harus mampu menjadikan masyarakat sebagai elemen yang turut serta dalam setiap proses keperawatan yang dilaksanakan. Di dalam pengkajian komunitas penting bagi perawat komunitas mengutamakan pengumpulan data komunitas dibanding hanya berfokus pada pengkajian individu. Sehingga dengan demikian dapat menyimpulkan kondisi kesehatan komunitas. Perawat komunitas memberikan gambaran situasi dan kondisi yang terjadi di komunitas melalui pengkajian yang telah dilakukan terhadap komunitas baik secara individu, keluarga, agregat dan komunitas secara menyeluruh (Stanhope & Lancaster, 2016). Dalam pengkajian komunitas perawat harus menyadari bahwa komunitas merupakan sebuah sistem yang dinamis atau dapat selalu berubah sehingga lumrah bagi perawat komunitas memiliki data yang terus 43 berkembang pada periode-periode tertentu. Perawat juga harus memahami bahwa kesehatan komunitas sangat bergantung dari sistem yang terbangun di komunitas dan kesehatan individu yang ada di komunitas akan sangat berkaitan dengan interaksi dengan elemen sosial dan lingkungan yang ada di sekitar komunitas. Penting bagi perawat komunitas untuk melihat faktor-faktor atau determinan yang ada di sekitar komunitas sehingga dapat melihat hubungan yang kompleks antar variabel tersebut dan tepat sasaran dalam upaya penyelesaian (Richard, Gauvin, & Raine, 2011). Pengkajian komunitas merupakan kunci untuk dapat mengetahui kebutuhan komunitas dan memberikan pilihan intervensi dan strategi yang dapat digunakan sebagai upaya dalam penyelesaian masalah kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2016). Pengkajian membutuhkan kemampuan keputusan klinis dan berfikir kritis yang tinggi sehingga penting bagi Anda sebagai perawat komunitas untuk memiliki pengetahuan yang mumpuni dan esensial terkait permasalahan yang akan dihadapi di komunitas. Membaca literatur dan terus belajar melalui pengalaman merupakan hal yang harus Anda latih. Pengkajian adalah proses awal yang krusial untuk mengawali tahapan asuhan keperawatan berikutnya. Pengkajian yang sensitif dan menyeluruh akan memberikan ketepatan proses berikutnya dalam asuhan keperawatan, pemanfaatan sumber daya komunitas yang optimal dan capaian akhir kesehatan komunitas yang lebih maksimal. Dalam memudahkan pengkajian di komunitas, ilmuwan keperawatan memiliki model pengkajian-pengkajian yang biasa dikenal dan digunakan dalam mengkaji komunitas. Terdapat beberapa model pengkajian dalam pengembangan kesehatan komunitas yang dikenal seperti model pengkajian dampak kesehatan (health impact assesment), Mobilizing for Action through Planning and Partnership (MAPP), Community Health Assesment and Group Evaluation (CHANGE), Community Health Need Assesment (CHNA) dan terdapat model lainnya yang digunakan. Keperawatan komunitas di Indonesia menggunakan Model Community as Partner (Komunitas sebagai Partner/Mitra). Model pengkajian ini dikeluarkan oleh ilmuwan keperawatan Elizabeth T Anderson dan Judith McFarlane. Model ini digunakan karena dianggap cocok dengan karakteristik masyarakat Indonesia, variabel-variabel yang digunakan dalam pengkajian ini juga berfokus pada populasi/komunitas, 44 pendekatan yang digunakan juga menggunakan prinsip promosi dan prevensi kesehatan dan model ini mengakmodir proses keperawatan di komunitas. Model Komunitas sebagai Partner (Community as Partner) (Anderson & Mcfarlane, 2011). Model ini merupakan pengembangan model sistem Newman’s (1972) yaitu sebuah model yang melihat klien secara menyeluruh. Anderson mengembangkan model ini dengan berfokus pada komunitas sebagai klien. Model ini melihat kesehatan komunitas sebagai suatu sistem. Anda tentu mengenali apa itu sistem. Sistem merupakan sesuatu yang memiliki tujuan yang sama, bagian yang saling berkaitan, bekerja sama dan memiliki batasan-batasan. Dapat kita contohkan sistem yang Anda kenal sistem tubuh seperti endokrin, muskuloskeletal, sistem sosial. Sistem harus dilihat secara menyeluruh dan terpengaruh dari interaksi bagian kecil yang ada pada sistem tersebut. Selayaknya Anda melihat komunitas merupakan sebuah sistem. Sistem terbangun dari elemen-elemen yang lebih kecil sehingga dapat berjalan dengan baik dan menyeluruh. Model komunitas sebagai partner mampu memberikan gambaran elemen-elemen yang membentuk komunitas secara menyeluruh sehingga model ini tepat untuk di terapkan dalam praktik keperawatan komunitas (Anderson & Mcfarlane, 2011). Ayo Cari Tahu! Untuk membuat pemahaman Anda terkait dengan sistem lebih mendalam silakan Anda analisis dan jawab situasi di bawah ini: Silakan Anda wawancarai keluarga/teman/masyarakat sekitar Anda jika air rumah tangga yang biasa digunakan mati atau tidak bisa digunakan sehingga air bersih tidak tersedia. Apakah yang akan terjadi pada keluarga/teman/masyarakat yang Anda wawancarai tersebut? ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… 45 ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… Setelah menjawab pertanyaan di atas Anda tentu dapat memahami bahwa kebutuhan air merupakan hal yang krusial. Air dan penyediaannya merupakan sebuah bagian atau elemen dari sebuah sistem dan saling mendukung dengan bagian/elemen lain dari kehidupan sehari-hari. Ketika air dan sistem pemenuhannya kolaps/mati sebagai salah satu bagian kecil dari sistem maka bagian/lain akan terganggu sehingga sistem yang lebih besar dari kehidupan akan terganggu. Penting bagi Anda untuk memahami bahwa komunitas merupakan sebuah sistem yang berkoordinasiterintegrasi dan saling bekerja sama untuk tujuan tertentu. Jika bagian atau elemen komunitas terganggu maka komunitas tersebut juga akan terganggu secara menyeluruh. Menjalankan peran menjadi perawat kesehatan komunitas Anda harus siap untuk menentukan kebutuhan kesehatan komunitas. Pengkajian merupakan langkah awal dan langkah kunci dalam proses keperawatan yang harus dilakukan seorang perawat komunitas. Pengkajian merupakan proses mengumpulkan dan mengevaluasi informasi terkait status kesehatan masyarakat untuk menemukan permasalahan kesehatan yang terjadi, risiko atau potensial sebagai dasar untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan dan menentukan sumber daya yang dapat diberdayakan dalam pengelolaan permasalahan keperawatan dan kesehatan (Heinemann & Zeiss, 2002). Dalam pelaksanaan pengkajian Anda akan berfokus pada kegiatan utama yang harus Anda lakukan yaitu pengumpulan data. Kegiatan ini merupakan suatu hal yang bersifat kontinyu dan diulang terus-menerus 46 sepanjang fase proses keperawatan. Di saat melakukan pengkajian perawat menilai kemampuan komunitas untuk meningkatkan kesehatannya, perawat dapat secara bersamaan mengumpulkan data tentang perilaku gaya hidup masyarakat dan menafsirkan data yang sebelumnya dikumpulkan tentang morbiditas dan mortalitas. Seperti yang telah disebutkan di atas dalam mengkaji komunitas model pengkajian yang dapat Anda gunakan adalah model pengkajian Community As Partner (Komunitas Sebagai Partner). Gambar 4. Skema Model Komunitas sebagai Partner Diadopsi dari Skema Anderson & Mc Farlane 47 2.2. Komponen Pengkajian Komunitas Model Komunitas Sebagai Partner Model Komunitas Sebagai Partner memberikan sebuah acuan praktik pengkajian keperawatan komunitas. Pada model ini perawat diberikan beberapa komponen esensial yang harus dikaji oleh perawat kesehatan komunitas. Perawat melakukan pengkajian dengan mencari data esensial yang nantinya akan memberikan gambaran kesenjangan permasalahan dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan komunitas dalam perencanaan komunitas. Model ini memiliki beberapa keunggulan yaitu berorientasi terhadap kebutuhan populasi (Anderson & Mcfarlane, 2011). Hal ini dapat dicontohkan dengan komunitas yang Anda kelola memiliki permasalahan yaitu layanan kesehatan, tidak terdapatnya layanan kesehatan yang mudah dijangkau bagi komunitas untuk menyelesaikan permasalahan dikarenakan puskesmas/praktik layanan kesehatan swasta terlalu jauh dan mahal untuk dijangkau. Maka, hal tersebut harus menjadi perhatian perawat komunitas karena akan mempengaruhi perilaku kesehatan komunitas. Dalam rangka menyelesaikan hal tersebut Anda sebagai perawat komunitas juga akan berfikir untuk memanfaatkan komponen lain sebagai sumber daya dalam penyelesaian masalah tersebut misal dengan mengadvokasi kebijakan kesehatan, transportasi dan komponen lain yang bisa diberdayakan. Berikut komponen-komponen pengkajian keperawatan komunitas berdasarkan model Komunitas Sebagai Partner (Anderson & Mcfarlane, 2011): Data Inti Komunitas Data inti komunitas merupakan data dasar dan esensial dari komunitas. Data inti dari komunitas adalah orang/masyarakat yang ada di komunitas itu sendiri. Data inti komunitas terdiri dari sejarah, karakteristik berupa demografis, etnis dan data statistik vital kemudian data nilai dan kepercayaan di komunitas. Data sejarah komunitas merupakan data-data yang berkaitan dengan peristiwa sejarah atau kejadian di masa lampau yang membentuk komunitas, mempengaruhi perilaku kesehatan dan berdampak terhadap kesehatan komunitas. Dapat kita contohkan dengan suatu komunitas dibuka pertama kalinya untuk wilayah industri. Wilayah industri akan banyak mendatangkan berbagai latar belakang keluarga yang 48 tinggal di komunitas tersebut sehingga memunculkan berbagai variasi etnis dan juga perilaku kesehatan. Permasalahan kesehatan di wilayah industri juga akan memberikan warna permasalahan spesifik untuk komunitas yang hidup di wilayah tersebut. Data demografis yang dapat Anda cari yaitu data berupa distribusi karakteristik komunitas seperti data sebaran penduduk dilihat dari jenis kelamin, usia dan distribusi etnis. Data tersebut dapat dilihat dari data sensus penduduk maupun laporan kelurahan tempat Anda berpraktik. Data Vital statistik merupakan data distribusi penyakit tertentu atau data statistik kesehatan seperti angka kelahiran, kematian, kesakitan, dan data faktor risiko. Data nilai dan keyakinan merupakan data keyakinan yang dianut oleh komunitas dan nilai-nilai yang dimiliki oleh komunitas di dalamnya, bisa termasuk nilai keyakinan beragama. Data ini dapat dikaitkan dengan etnis dan budaya yang ada di komunitas tersebut yang juga akan mempengaruhi kesehatan dan rencana pemenuhan kesehatan. Misalnya suatu komunitas memiliki nilai bahwa dalam memiliki keturunan pembatasan anak dianggap menyalahi kodrat maka nilai ini akan memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan program keluarga berencana di wilayah tersebut. Data Subsistem Komunitas Dalam mengkaji di komunitas Anda mengkaji subsistem-subsistem yang dianggap vital bagi pengkajian komunitas. Data subsistem bisa diibaratkan data vital yang akan membangun komunitas. Data subsistem tersebut juga akan memberikan strategi pemberdayaan sumber daya dalam asuhan keperawatan yang Anda berikan. Terdapat 8 subsistem yang harus Anda kaji di dalam mengelola keperawatan komunitas. Berikut subsistem yang harus Anda dapatkan di komunitas yang Anda kelola. Data Lingkungan Fisik Data lingkungan fisik dapat diibaratkan seperti pemeriksaan fisik pada pemeriksaan fisik manusia. Data lingkungan fisik merupakan hasil pemeriksaan fisik dari komunitas yang Anda kelola. Data lingkungan fisik merupakan data krusial yang harus Anda dapatkan untuk mengenali 49 komunitas itu sendiri. Lingkungan fisik akan berkaitan dengan seperti apa lingkungan komunitas tersebut terlihat. Pengkajian lingkungan fisik akan sangat melibatkan panca indra yang Anda miliki. Data lingkungan fisik yang dapat Anda kaji adalah sebagai berikut: Kualitas udara Keadaan alam, nuansa ekosistem vegetasi dan fauna Ruang/space Perumahan Struktur bangunan Cuaca Luas wilayah Batas wilayah Peta wilayah Data layanan kesehatan dan layanan sosial Data ini merupakan data fasilitas kesehatan dan layanan sosial yang dapat diakses oleh komunitas. Fasilitas di luar dari komunitas tersebut dikenal dengan layanan “extracommunity” fasilitas layanan yang terdapat di dalam komunitas tersebut dikenal dengan “intracommunity”. Data yang dapat Anda gali adalah data berupa jenis layanan, waktu akses, biaya layanan, tenaga profesional kesehatan, fasilitas layanan, lokasi, aksesibilitas dan akseptabilitas. Data layanan sosial aktivitas sosial dan layanan yang dapat memberikan manfaat sosial bagi komunitas seperti layanan kebutuhan khusus, panti sosial dan layanan sosial lainnya. Data layanan kesehatan dan sosial yang dapat Anda kaji adalah sebagai berikut: Jenis layanan (rumah sakit, klinik, fasilitas homecare, layanan gawat darurat dan puskesmas). Layanan yang tersedia (biaya, jam layanan, layanan yang diberikan). Sumber daya kesehatan (tenaga kesehatan yang tersedia dan sistem kesehatan). Karakteristik pengguna layanan misal lansia, balita dan lain-lain. Jumlah pemanfaatan layanan. Layanan sosial (baby day care, layanan konseling, panti sosial dan lainlain). 50 Ekonomi Data ini merupakan data “kesejahteraan/kekayaan” komunitas yang Anda kelola. Data ini bisa Anda lihat dari pendapatan per kapita, angka kemiskinan, status pekerjaan dan jenis pekerjaan. Hal ini akan memberikan pemahaman terhadap bagaimana kemampuan ekonomi komunitas dalam memenuhi kebutuhan kesehatan dan kebutuhan esensial lain yang mempengaruhi kesehatan. Data ekonomi yang dapat Anda kaji adalah sebagai berikut: Pendapatan per kapita/pendapatan rata-rata Status pekerjaan Jumlah masyarakat miskin Jenis pekerjaan Kepala keluarga perempuan Usaha/bisnis yang ada di komunitas Keamanan dan transportasi Data ini merupakan data yang menjamin keamanan dan transportasi/mobilisasi di komunitas. Data keamanan bisa Anda lihat dari layanan kepolisian, pemadam kebakaran dan layanan pengelolaan limbah di komunitas. Transportasi dapat Anda gunakan data bagaimana komunitas melakukan mobilisasi misal dengan kendaraan milik sendiri atau kendaraan umum. Data keamanan dan transportasi yang dapat Anda kaji adalah sebagai berikut: Keamanan Kantor polisi Pemadam kebakaran Pengelolaan sanitasi Penanggulangan bencana Layanan keamanan di komunitas Angka kejahatan dan risiko keamanan Transportasi Jenis alat transportasi pribadi Jenis alat transportasi umum Rute, biaya dan akses jalan 51 Politik Pemerintahan dan Kebijakan Data ini berkaitan dengan kebijakan dan sistem pemerintahan dalam suatu komunitas. Anda mencari data bagaimana sistem pemerintahan berjalan di komunitas tersebut berupa hierarki, pengambilan keputusan, proses kebijakan dan konsekuensi kebijakan. Data terkait aturan-aturan di komunitas yang mempengaruhi kesehatan misal kebijakan merokok dan lain-lain. Hal ini akan memberikan gambaran seperti apa kebijakan akan membentuk perilaku kesehatan komunitas. Data politik dan kebijakan yang dapat Anda kaji adalah sebagai berikut: Sistem pemerintahan di komunitas Sistem pelaksanaan kebijakan komunitas Organisasi di komunitas Pengambil keputusan di komunitas Organisasi nonpermerintahan Komunikasi Data ini berkaitan seperti apa bentuk komunikasi berlangsung di komunitas. Komunikasi komunitas bisa berbentuk formal maupun informal. Data komunikasi formal bisa dilihat dari bagaimana komunitas mendistribusikan informasi melalui media seperti koran, televisi, dan telepon. Komunikasi formal juga bisa dilihat melalui arah komunikasi masyarakat seperti komunikasi top-down atau bottom-up. Komunikasi informal bisa berupa distribusi informasi melalui media informal. Data komunikasi yang dapat Anda kaji adalah sebagai berikut: Komunikasi formal Bentuk komunikasi Forum komunitas Media (koran, radio dan hotline service) Komunikasi informal Bentuk komunikasi Media (flyer, buletin dan poster) Komunikasi dari mulut ke mulut 52 Pendidikan Data pendidikan merupakan data pendidikan rata-rata di suatu komunitas. Bagaimana komunitas memenuhi jenjang pendidikan formal dan informal yang telah ditempuhnya. Data ini juga fasilitas pendidikan yang terdapat di suatu komunitas. Data pendidikan yang dapat Anda kaji adalah sebagai berikut: Status pendidikan (pendidikan terakhir) Jenis-jenis sekolah Fasilitas sekolah intra komunitas dan ekstra komunitas Akses dan akseptabilitas pendidikan di komunitas Rekreasi Data ini merupakan data fasilitas rekreasi yang dapat dimanfaatkan oleh komunitas. Rekreasi penting untuk komunitas untuk melepas stres dan menurunkan ketegangan akibat stresor sekitar. Gambar 5. Subsistem di Komunitas Diadaptasi dari Anderson Mc Farlane dan Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia 53 Data Persepsi Data persepsi merupakan data terkait bagaimana masyarakat merasakan, berperilaku terhadap kesehatan. Persepsi perawat terhadap komunitas juga merupakan hal yang diharapkan mampu menggambarkan situasi kesehatan di komunitas yang Anda kelola. Data persepsi dapat Anda kelola dengan mengkhususkan dengan situasi spesifik yang ingin Anda ketahui lebih dalam dari komunitas. Data persepsi dapat menggunakan metode survei agar lebih efisien dan efektif untuk mendapatkan data dengan jumlah besar. 2.3. Permasalahan Kesehatan Tumbuh Kembang Komunitas pada Agregat Mengkaji komunitas akan memberikan Anda perspektif permasalahan kesehatan yang luas, kompleks dan banyak. Tidak dipungkiri masalah kesehatan yang beragam bisa saja muncul di komunitas yang Anda kelola. Namun permasalahan kesehatan akan sangat berkaitan dengan faktor risiko yang ada di komunitas, karakteristik komunitas dan tren kejadian berdasarkan situasi dan kondisi suatu komunitas tersebut. Sehingga situasi permasalahan dapat disimpulkan atau difokuskan berdasarkan tren penyakit dan ciri karakteristik suatu agregat yang membantu Anda kemungkinan permasalahan kesehatan yang muncul pada agregat atau kelompok tertentu. Fokus masalah kesehatan berikut bukan berarti bahwa secara kaku masalah tersebut hanya akan terjadi pada agregat dan menutup kemungkinan untuk terjadi permasalahan kesehatan lainnya. Fokus permasalahan dicirikan berdasarkan epidemiologi prevalensi kejadian dan tren. Tidak menutup kemungkinan masalah kesehatan yang terjadi di komunitas Anda kelola berbeda, saling terjadi, dan berubah berdasarkan situasi dan kondisi di komunitas Anda. Fokus permasalahan agregat maternal (ibu hamil, melahirkan dan menyusui) sebagai berikut: 1) Kehamilan berisiko 2) Pemenuhan nutrisi tidak adekuat 3) Kekerasan 4) Penyakit infeksi menular seksual 5) HIV/AIDS 54 6) 7) 8) 9) 10) Penggunaan zat-zat terlarang (rokok, alkohol dan zat aditif) Hipertensi kehamilan Diabetes gestasional Depresi postpartum Kematian bayi Fokus permasalahan agregat bayi baru lahir dan bawah lima tahun (balita) adalah sebagai berikut: 1) Pemenuhan nutrisi tidak adekuat. 2) Kebersihan gigi. 3) Penyakit menular (ISPA, pneumonia, diare, dan konjungtivitis). 4) Penyakit tidak menular (karies gigi, asma, autisme, anemia, dan alergi). 5) Kecelakaan atau jatuh pada anak. 6) Penelantaran dan kekerasan pada anak. Fokus permasalahan agregat anak usia sekolah adalah sebagai berikut: 1) Masalah geligi dan kebersihan mulut 2) Asma 3) Autisme 4) Kejang 5) Diabetes 6) Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) 7) Disabilitas anak 8) Obesitas pada anak 9) Kecelakaan dan jatuh pada anak 10) Kecanduan gadget 11) Penyakit menular (measless, ISPA, infeksi varicela, rubella dan bronkitis) 12) Kutu rambut dan kebersihan diri 13) Perundungan Fokus permasalahan agregat anak usia remaja adalah sebagai berikut: 1) Jerawat dan harga diri 2) Kekerasan dan perundungan 3) Penggunaan zat terlarang dan adiktif (rokok, alkohol dan narkoba) 55 4) Kesehatan seksual (infeksi menular seksual, seksual berisiko dan orientasi seksual) 5) HIV/AIDS 6) Kehamilan remaja 7) Nutrisi dan gangguan pola makan (obesitas, dan bulimia) 8) Penyakit tidak menular (diabetes, hipertensi dan 9) Kesehatan jiwa (risiko bunuh diri) 10) Kecelakaan dan jatuh Fokus permasalahan agregat dewasa pria dan wanita adalah sebagai berikut: 1) Penyakit kardiovaskuler 2) Maligna dan neoplasma (keganasan) 3) Kecelakaan dan jatuh 4) Penyakit serebrovaskular 5) Diabetes mellitus 6) Nefritis dan nefrosis 7) Obesitas 8) Penggunaan zat terlarang dan adiktif Fokus permasalahan agregat lansia adalah sebagai berikut: 1) Penyakit artristis 2) Penyakit kardiovaskuler 3) Osteoporosis 4) Depresi 5) Kecelakaan dan jatuh 6) Alzheimer 7) Keganasan/kanker Pengkajian yang komprehensif berusaha untuk menemukan semua informasi kesehatan komunitas yang relevan. Anda sudah menguasai komponen yang harus dikaji pada komunitas sebagai sistem dan fokus masalah kesehatan yang dihadapi dalam konteks agregat perkembangan kehidupan. Pengkajian dilanjutkan dengan pengumpulan data melalui metode pengkajian yang sesuai. Hal ini dapat dimulai dengan tinjauan studi dari laporan-laporan yang ada dan tersedia di komunitas. Sebagai perawat komunitas Anda akan mulai melacak seperti apa pelaporan data56 data kesehatan yang dimiliki suatu komunitas seperti data demografis, data morbiditas dan mortalitas. Kemudian pengkajian dapat Anda lakukan dengan melakukan sebuah survei singkat “wiedshield survey”, yaitu berupa pengkajian singkat untuk mengenali komunitas saat Anda masuk dalam komunitas tersebut. Wawancara dengan informan kunci dapat dilakukan setelahnya. 2.4. Metode Pengkajian di Komunitas Pengkajian kebutuhan kesehatan dan permasalahan kesehatan komunitas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode pengkajian. Terlepas dari metode pengkajian yang digunakan, data harus Anda kumpulkan dengan teknik komunikasi yang efektif dan keterampilan investigasi khusus yang perlu Anda pelajari dan latih selama berinteraksi dengan masyarakat. Metode pengkajian penting yang harus Anda cobakan sebagai calon perawat komunitas adalah studi literatur, windshield survey, wawancara, fokus grup diskusi, observasi partisipan dan survei. Studi Literatur Studi literatur epidemiologi deskriptif merupakan sebuah metode pengkajian yang dapat Anda lakukan guna mendapatkan data jumlah dan distribusi penyakit atau kondisi kesehatan dalam suatu populasi di komunitas. Pertanyaan mendasar yang harus Anda jawab saat melaksanakan pengkajian dengan menggunakan metode studi literatur epidemiologi deskriptif yaitu “siapa” yaitu orang/kelompok yang terpengaruh misalnya diare pada balita dan atau kanker rahim pada wanita dewasa, “di mana” yaitu tempat kondisi itu terjadi dan “kapan” yaitu waktu kasus terjadi. Metode pengkajian ini berguna untuk menggambarkan ke mana arah risiko permasalahan kesehatan yang terjadi dan memberikan arahan untuk pengkajian selanjutnya terkait pengkajian terfokus pada komunitas. Sumber data internasional dapat dikumpulkan melalui beberapa lembaga yang terkenal di dunia, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan enam kantor regional dan organisasi kesehatannya. Selain itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi khusus global yang berfokus pada populasi atau masalah kesehatan tertentu, seperti organisasi 57 Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk anak UNICEF, adalah sumber utama data terkait kesehatan internasional (WHO, 2008a). WHO menerbitkan laporan tahunan kegiatan mereka, dan statistik internasional untuk penyakit dan tren penyakit dari tahun ke tahun sangat mudah untuk diakses melalui Internet (WHO, 2008b). Informasi dari sumber-sumber resmi ini dapat memberi perawat komunitas informasi di komunitas di tingkat internasional yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan nasional dan lokal. Sumber data nasional perawat kesehatan komunitas dapat mengakses banyak sumber data nasional resmi dan tidak resmi. Sumber resmi mengembangkan dokumen berdasarkan data yang dikumpulkan oleh pemerintah. Berikut ini adalah sumber data resmi utama yang dapat diakses untuk memperoleh informasi kesehatan. Bagi perawat sumber data lokal merupakan data paling signifikan yang paling memungkinkan memberikan gambaran terkait kondisi kesehatan komunitas yang Anda kelola. Data-data dari Dinas Kesehatan hingga puskesmas memiliki tanggungjawab dalam mengumpulkan data statistik vital di tingkat wilayahnya tersebut. Informasi tersebut dapat Anda gunakan untuk mengidentifikasi risiko dan menjadikan hal tersebut sebagai sumber daya dalam upaya mencegah penyakit di berbagai level tindakan. Sebagai sumber data lain di tingkat lokal yang dapat Anda akses terkait dengan data kesehatan yang dimiliki oleh lembaga formal maupun informal lainnya. Beberapa sumber utama lainnya adalah laporan kantor kelurahan, rumah sakit dan organisasi kemasyarakatan. Namun perlu Anda perhatikan beberapa dari sumber-sumber data tersebut memiliki mekanisme penyusunan statistik berdasarkan pemahaman mereka sendiri sehingga perlu Anda siasati cara untuk menerjemahkan dan menyimpulkan data yang mereka kumpulkan. Prosedur Pelaksanaan Studi Literatur Prosedur Pelaksanaan Kegiatan: 1) Membuat daftar literatur dan laporan yang akan menjadi sumber data. 2) Mengakses sumber data berupa buku dan laporan baik cetak maupun online. 3) Membaca data secara menyeluruh. 4) Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan data yang dicari dan dibutuhkan. 58 5) 6) Mengintisarikan hasil representasi data yang dibaca. Menyimpulkan tren data dari hasil studi literatur. Daftar Sumber Laporan Kesehatan Daftar Situs/Website data kesehatan di Komunitas 1. https://www.who.int 2. https://www.who.int/healthinfo/statistics/en/ 3. https://www.cdc.gov 4. https://www.nih.gov 5. http://www.kemkes.go.id 6. http://www.depkes.go.id 7. http://www.pusdatin.kemkes.go.id 8. https://surveilans-dinkesdki.net Daftar Sumber Data Kesehatan Komunitas 1. Laporan Puskesmas 2. Laporan Dinas Kesehatan Kota/Provinsi 3. Laporan Kelurahan 4. Catatan/Laporan Kader Kesehatan 5. Catatan/Laporan RT/RW Format Dokumentasi Data Studi Literatur No. 1. Sumber Data Laporan Puskesmas 2. ........................ Kesimpulan Data 7% Balita menderita diare pada puskesmas X pada bulan November tahun 2018 ................................... Windshield Survey Pengkajian yang singkat dan penyimpulan menyeluruh berusaha untuk menemukan semua informasi kesehatan komunitas yang relevan. Anda terlebih dahulu telah memulai dengan tinjauan studi dari laporanlaporan yang ada dan tersedia di komunitas. Kemudian pengkajian dapat Anda lakukan dengan melakukan sebuah survei singkat “windshield survey” yaitu berupa pengkajian singkat untuk mengenali komunitas saat Anda masuk dalam komunitas tersebut. Wawancara dengan informan kunci dapat dilakukan setelahnya. Windshield survey merupakan metode 59 pengkajian yang unik dimiliki oleh komunitas. Windshield survey merupakan metode pengkajian singkat dengan menggunakan panca indera untuk mengetahui dan mengenali komunitas yang akan dikelola oleh perawat. Pengkajian windshield survey dapat dicontohkan Anda mengelilingi komunitas kemudian melihat kondisi lingkungan secara singkat terkait kebersihan, kontur wilayah dan Anda merasakan kelembaban udara atau atmosfer wilayah sekitar. Prosedur Pelaksanaan Windshield survey Prosedur Pelaksanaan Kegiatan 1) Menyiapkan format catatan lapangan dan panduan pencarian data windshield survey. 2) Berkeliling di sekitar wilayah yang akan di windshield survey. 3) Melihat, “merasakan”, “mensidu” wilayah sekitar. 4) Mencatat hasil windshield survey yang telah dilaksanakan. Format Dokumentasi Windshield survey No. … … … Jenis Data …………….. …………….. …………….. Hasil Windshield Survey …………………….. …………………….. …………………….. Data Naratif Windshield survey ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… Wawancara Wawancara merupakan metode pengkajian dengan menanyakan atau melakukan proses tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi oleh komunitas dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan dengan menyusun pertanyaan wawancara. Dalam wawancara perawat berinteraksi melalui komunikasi terapeutik dalam menggali data tertentu. Klarifikasi diperlukan dalam metode penggalian data jenis ini dengan menanyakan kembali setiap data yang didapatkan jika diperlukan. 60 Wawancara membutuhkan keterampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi. Menyusun pertanyaan wawancara meliputi pertanyaan terbuka maupun tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi respons klien. Teknik non verbal meliputi mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan dan kontak mata. Mendengarkan secara aktif merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan wawancara. Informan kunci adalah orang yang dianggap “ahli” pada suatu wilayah yang diperkirakan akan mengenal komunitas secara keseluruhan. Orang yang dikenal sebagai informan kunci adalah orang yang dikenal memiliki data-data kesehatan yang ada di komunitas, sebagai contoh orang yang disebut informan kunci adalah ketua RT, ketua RW, kader kesehatan, tokoh agama, babinmas dan petugas kesehatan. Kemudian, survei yang lebih rinci dan observasi intensif dapat dilakukan untuk menghasilkan informasi yang lebih dalam terkait kondisi dan kebutuhan kesehatan komunitas. Prosedur Pelaksanaan Wawancara Komunitas Prosedur Pelaksanaan Kegiatan: 1) Menyiapkan panduan wawancara sesuai dengan isu yang digali 2) Mengucapkan salam terapeutik 3) Meminta izin untuk perekaman data 4) Menjelaskan tujuan wawancara 5) Menanyakan pertanyaan berdasarkan panduan wawancara 6) Melakukan klarifikasi terhadap data yang didapatkan 7) Menanyakan pertanyaan tambahan untuk pendalaman data. 8) Merekam dan mencatat data hasil wawancara 9) Menyampaikan hasil/kesimpulan data wawancara 10) Menutup pertemuan Format Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA Contoh: 1. Bagaimana kondisi perumahan masyarakat? 2. Apa saja yang dilakukan masyarakat terkait kebersihan lingkungan? 61 3. 4. 5. 6. Jumlah fasilitas kesehatan yang ada dan akses kepada masyarakat? Adakah fasilitas penyampaian informasi terkait penyakit TBC? Apa saja pekerjaan masyarakat di wilayah tersebut? Adakah sumber polusi dari daerah tersebut? Gambar 6. Perawat Komunitas Sedang Melakukan Wawancara Fokus Grup Diskusi Fokus grup diskusi (FGD) merupakan sebuah metode pengkajian untuk memperoleh data-data kualitatif mendasar langsung dari komunitas. Fokus grup diskusi melibatkan sekelompok kecil peserta yang biasanya berjumlah 5 hingga 15 orang (Polit & Beck, 2007). Fokus grup diskusi yang dilaksanakan dengan anggota yang dipilih untuk dapat terlibat dalam grup adalah bersifat homogen dengan variabel demografis tertentu yang ditentukan oleh pengumpul data, misalnya Anda ingin mengumpulkan data-data terkait persepsi terhadap imunisasi polio maka anggota yang hadir dalam fokus grup diskusi Anda adalah ibu-ibu yang memiliki anak dengan usia yang sesuai untuk imunisasi polio. Keterampilan 62 mengorganisasikan kegiatan diskusi penting Anda persiapkan dalam pelaksanaan metode pengkajian ini. Anda harus mampu dalam mengelola proses interaksi dalam kelompok kecil tersebut. Anda diharapkan juga mampu membangun suasana yang menyamankan dan dipercaya sehingga mendapatkan tujuan yang ditetapkan. Fasilitator yang akan mewawancarai dan memandu diskusi memberikan serangkaian pertanyaan atau topik yang telah ditentukan. Prosedur Pelaksanaan Fokus Grup Diskusi Prosedur Pelaksanaan Kegiatan 1) Menyiapkan panduan FGD sesuai dengan isu yang digali. 2) Mengucapkan salam terapeutik. 3) Meminta izin untuk perekaman data. 4) Menjelaskan tujuan FGD. 5) Menanyakan pertanyaan berdasarkan panduan FGD. 6) Melakukan klarifikasi terhadap data yang didapatkan. 7) Memberikan penguatan positif. 8) Memotivasi partisipan yang belum memberikan pernyataan. 9) Menanyakan pertanyaan tambahan untuk pendalaman data. 10) Merekam dan mencatat data hasil FGD. 11) Menyampaikan simpulan hasil FGD dan menutup pertemuan. Format Pencatatan Respons FGD No. ... ... ... Partisipan .......................... .......................... .......................... Respons Partisipan .............................. .............................. .............................. Keterangan ...................... ...................... ...................... Format Tematik Kesimpulan FGD No. ... ... ... Pernyataan .......................... .......................... .......................... Tematik/Subtematik .............................. .............................. .............................. 63 Partisipan ...................... ...................... ...................... Gambar 7. Proses Pelaksanaan FGD pada Agregat Remaja Sekolah Observasi Partisipan Pengamatan atau observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu kegiatan pengkajian. Cara observasi yang paling efektif adalah melengkapinya dengan pedoman observasi/pedoman pengamatan seperti format atau blangko pengamatan. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Setelah itu, peneliti sebagai seorang pengamat tinggal memberikan tanda centang pada kolom yang dikehendaki pada format tersebut. Prosedur Pelaksanaan Observasi Partisipan Prosedur Pelaksanaan Kegiatan 1) Menyiapkan panduan observasi sesuai dengan isu yang digali. 2) Mengucapkan salam terapeutik. 3) Meminta izin untuk pengambilan/pencatatan data. 4) Menjelaskan tujuan observasi. 64 5) 6) 7) 8) Berkeliling/berada di sekitar di lokasi yang diobservasi. Menandai dan mencatat data hasil observasi. Menyampaikan hasil observasi. Menutup pertemuan. Format Observasi Partisipan PEDOMAN OBSERVASI LINGKUNGAN RUMAH Petunjuk: Berikan tanda centang (√) sesuai dengan kondisi rumah saat kunjungan rumah Komponen Lingkungan Rumah Kepadatan penghuni rumah Pencahayaan sinar matahari Ventilasi Kebiasaan jendela di buka Komponen yang dinilai Ya Tidak Keterangan Kepadatan penghuni rumah 6 m2/ orang Sinar matahari bisa masuk ke dalam kamar tidur Sinar matahari masuk ke ruang keluarga ≥ 10% luas lantai rumah Jendela kamar tidur di buka setiap hari Jendela ruang keluarga di buka setiap hari Survei Survei adalah metode pengkajian di mana serangkaian pertanyaan digunakan untuk mengumpulkan data untuk analisis kelompok atau wilayah tertentu dengan menggunakan instrumen seperti kuesioner baik berbasis kertas maupun digital. Survei biasanya digunakan untuk menyediakan berbagai data yang sumber lain tidak mampu memberikan informasi yang dibutuhkan. Dalam melakukan survei kesehatan komunitas Anda haruslah mampu menentukan variabel komunitas mana yang harus Anda kaji dan gali misal terkait persepsi kesehatan, kebutuhan kesehatan, sosial ekonomi, dan kondisi atau kebutuhan perilaku tertentu yang mempengaruhi kemampuan komunitas untuk mengendalikan penyakit dan 65 meningkatkan kesejahteraan. Sebagai perawat komunitas Anda dapat memilih untuk melakukan survei dalam menentukan hal-hal seperti pola dan kebutuhan penggunaan layanan kesehatan, tingkat imunisasi, karakteristik demografis, atau kepercayaan dan praktik kesehatan yang terdapat di komunitas tersebut. Variabel yang ingin Anda gali dapat Anda tentukan sesuai dengan kebutuhan data yang Anda inginkan sebagai bentuk upaya penyelesaian permasalahan kesehatan dan pengidentifikasian sumber daya yang ada di komunitas. Prosedur Pelaksanaan Survei Prosedur Pelaksanaan Kegiatan: 1) Menyiapkan kuesioner sesuai dengan isu yang digali 2) Mengucapkan salam terapeutik 3) Meminta izin untuk pengambilan/pencatatan data 4) Menjelaskan tujuan survei 5) Menjelaskan petunjuk pengisian 6) Memberikan waktu responden mengisi kuesioner 7) Menjelaskan pertanyaan responden jika ada 8) Mengumpulkan kuesioner hasil isian. 9) Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan isian 10) Menutup pertemuan 66 Contoh Kuesioner Metode Pengkajian Survei 67 Sumber Data Primer dan Data Sekunder Perawat kesehatan komunitas dapat mencari data di berbagai sumber untuk meningkatkan dan melengkapi pengkajian di komunitas. Sumber data dapat berupa sumber data primer dan sumber data sekunder Sumber data primer merupakan sumber data yang didapatkan langsung dari sumber data. Sumber data primer dapat berasal dari anggota masyarakat, pemimpin formal, pemimpin informal, dan kader kesehatan. Sumber data primer akan memberikan wawasan yang paling akurat dan informasi yang komprehensif terhadap pengkajian yang Anda lakukan. Penggalian data primer dapat memperoleh informasi dengan melakukan wawancara langsung kepada orang-orang memiliki informasi terkait data yang Anda cari. Berbeda dengan sumber data sekunder merupakan penggalian informasi data dan informasi secara tidak langsung melalui catatan dan laporan yang tersedia di komunitas. Sumber data sekunder yang dapat Anda akses adalah laporan data nasional dan lokal, laporan Puskesmas, laporan kelurahan, laporan RT/RW dan laporan kader. Sumber data sekunder mungkin tidak sepenuhnya menggambarkan masyarakat dalam kondisi “real” dan tidak mencerminkan persepsi diri masyarakat sehingga mungkin diperlukan validasi data lebih lanjut melalui kelompok fokus, survei, dan metode pengumpulan data primer lainnya. Sumber data internasional dapat dikumpulkan melalui beberapa lembaga yang terkenal di dunia, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan enam kantor regional dan organisasi kesehatannya. Selain itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi khusus global yang berfokus pada populasi atau masalah kesehatan tertentu, seperti organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk anak UNICEF, adalah sumber utama data terkait kesehatan internasional (WHO, 2008a). WHO menerbitkan laporan tahunan kegiatan mereka, dan statistik internasional untuk penyakit dan tren penyakit dari tahun ke tahun sangat mudah untuk diakses melalui Internet (WHO, 2008b). Informasi dari sumber-sumber resmi ini dapat memberi perawat komunitas informasi di komunitas di tingkat internasional yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan nasional dan lokal. 68 Sumber data nasional, perawat kesehatan komunitas dapat mengakses banyak sumber data nasional resmi dan tidak resmi. Sumber resmi mengembangkan dokumen berdasarkan data yang dikumpulkan oleh pemerintah. Berikut ini adalah sumber data resmi utama yang dapat diakses untuk memperoleh informasi kesehatan. Bagi perawat sumber data lokal merupakan data paling signifikan yang paling memungkinkan memberikan gambaran terkait kondisi kesehatan komunitas yang Anda kelola. Data-data dari Dinas Kesehatan hingga puskesmas memiliki tanggungjawab dalam mengumpulkan data statistik vital di tingkat wilayahnya tersebut. Informasi tersebut dapat Anda gunakan untuk mengidentifikasi risiko dan menjadikan hal tersebut sebagai sumber daya dalam upaya mencegah penyakit di berbagai level tindakan. Sebagai sumber data lain di tingkat lokal yang dapat Anda akses terkait dengan data kesehatan yang dimiliki oleh lembaga formal maupun informal lainnya. Beberapa sumber utama lainnya adalah laporan kantor kelurahan, rumah sakit dan organisasi kemasyarakatan. Namun perlu Anda perhatikan beberapa dari sumber-sumber data tersebut memiliki mekanisme penyusunan statistik berdasarkan pemahaman mereka sendiri sehingga perlu Anda siasati cara untuk menerjemahkan dan menyimpulkan data yang mereka kumpulkan. 2.5. Merencanakan Pengkajian Komunitas Merencanakan pengkajian merupakan hal yang penting perlu Anda perhatikan guna menghasilkan data yang sensitif menggambarkan kebutuhan komunitas, menunjukkan kenormalan dan kesenjangan data sehingga dapat memutuskan masalah kesehatan dan keperawatan yang lebih tepat sasaran. Proses pengumpulan data tidak disarankan untuk dilakukan tanpa perencanaan. Data yang serampangan diambil akan memberikan konsekuensi keefektifan dan keefisienan selama proses pengkajian. Pengumpul data bisa saja menjadi lelah, kekurangan sumber daya, kerugian finansial, pengulangan data dan pemerolehan data yang tidak diperlukan. Penting bagi Anda sebagai perawat komunitas yang akan melakukan pengkajian menguasai elemen/komponen dasar pengkajian dalam komunitas, fokus arah masalah komunitas melalui metode pengkajian yang 69 sesuai. Untuk mulai merencanakan Anda pertama mengidentifikasi komponen pengkajian komunitas apa saja yang akan Anda kaji. Kemudian Anda di harapkan untuk menentukan metode pengkajian manakah yang sesuai untuk masing-masing komponen tersebut. Komponen tertentu yang akan dilakukan dengan suatu metode pengkajian disarankan untuk tidak diulang kembali atau pun muncul kembali di metode pengkajian lainnya kecuali Anda memang bermaksud untuk mengklarifikasi keabsahan data yang ingin Anda peroleh. Setelah itu, Anda menentukan sumber data yang akan Anda peroleh. Ketepatan informan data akan memberikan Anda kemudahan dan data yang komprehensif serta dalam. Terakhir Anda mengembangkan dan menyiapkan instrumen pengkajian berdasarkan metode yang telah Anda tentukan. Mengadopsi ataupun merancang sendiri instrumen yang akan Anda gunakan tergantung dari penguasaan dan ketersediaan instrumen yang biasa dan dikenal berkaitan dengan sebuah isu. Tabel Perencanaan Pengkajian Komunitas No. ... ... ... ... Komponen Pengkajian ............................... ............................... ............................... ............................... Metode Pengkajian .................. .................. .................. .................. Sumber Data ..................... ..................... ..................... ..................... Instrumen Pengkajian ................... ................... ................... ................... Ayo Cari Tahu! Untuk mendalami pemahaman anda terkait dengan pengkajian silahkan anda rumuskan perencanaan pengkajian yang akan anda lakukan untuk mendapatkan data kesehatan remaja merokok di suatu wilayah RW/RT di sekitar anda. Tentukan komponen pengkajian Komunitas Sebagai Partner yang akan anda kaji, metode pengkajian yang cocok dan sumber data yang akan bisa memberikan informasi bagi anda. ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… 70 ……………....……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… 71 DIAGNOSIS KEPERAWATAN KOMUNITAS Capaian Pembelajaran: Menginterpretasikan proses analisis data. Memformulasikan diagnosis keperawatan komunitas. 3.1. Menganalisis Data Setelah mengumpulkan data, perawat melanjutkan proses selanjutnya yaitu analisis data. Perawat membutuhkan analisis informasi yang dikumpulkan, sehingga kesimpulan dapat dibuat tentang maknanya dan berdampak terhadap strategi yang akan dilaksanakan. Kesimpulan yang muncul terhadap data yang dikumpulkan itu harus divalidasi untuk menentukan keakuratannya, setelah itu diagnosis keperawatan dapat dibentuk. Proses analisis data dapat Anda lakukan dengan cara sebagai berikut: Pertama data harus Anda validasi terlebih dahulu. Anda harus melihat bahwa apakah data yang Anda miliki tersebut akurat. Melihat akurasi data dapat Anda lakukan dengan beberapa metode prosedur validasi berupa pemeriksaan ulang oleh tim pengumpul data komunitas, pemeriksaan data dapat oleh orang lain di luar tim seperti puskesmas, tokoh masyarakat, membandingkan data subjektif dan objektif. Data yang divalidasi kemudian dipisahkan ke dalam kategori seperti data fisik, sosial, dan lingkungan atau kategori data lain. Dalam banyak kasus, spreadsheet dan program komputer dirancang agar dapat digunakan untuk menyediakan struktur terorganisir dalam pengorganisasian data. Selanjutnya, setiap kategori diperiksa untuk menentukan signifikansinya. Pada tahap ini, mungkin ada kebutuhan untuk mencari informasi dan data 72 tambahan untuk mengklarifikasi makna data. Setelah Anda mendapatkan makna data dengan demikian kesimpulan dapat dibuat dan interpretasi data dapat dibuat (Anderson & McFarlane, 2004; Gandelman, Desantis, & Rietmeijer, 2006). Interpretasi data merupakan fase kritis dari proses analisis data. Dalam interpretasi data Anda harus berhati-hati, hal yang harus Anda perhatikan dalam fase ini adalah membuat asumsi sehingga menghasilkan diagnosis yang tidak akurat. Pentingnya validasi sebelum membuat diagnosis adalah semua asumsi dapat divalidasi kebenarannya, anggota masyarakat harus berpartisipasi aktif dalam upaya validasi dengan mengklarifikasi persepsi dan menjelaskan keadaan di sekitar situasi. Sumber daya lain, seperti anggota tim kesehatan dan tokoh masyarakat, digunakan untuk mengeksplorasi dan mengonfirmasi kesimpulan. Pengumpulan data, interpretasi data, dan diagnosis keperawatan adalah kegiatan berurutan, dengan validasi berfungsi sebagai jembatan di antara mereka. Ketika Anda melakukan proses ini dengan saksama, langkahlangkah ini mengarah pada diagnosis yang akurat. Setelah data divalidasi dan disimpulkan memvisualisasikan dan menginterpretasikan data merupakan hal yang dapat membantu Anda untuk mengetahui tren data. Interpretasi data dapat memudahkan Anda menentukan kesenjangan data sehingga masalah bisa disimpulkan. Kesenjangan data dapat dilihat dari sense (rasa) dan justifikasi profesional Anda mengenali ada hal yang tidak normal atau tidak biasa. Kesenjangan ini dapat menjadi batasan karakteristik ataupun tanda gejala dalam membentuk diagnosis keperawatan yang Anda munculkan. Contoh di bawah ini merupakan simulasi untuk memudahkan Anda untuk mengenali kesenjangan yang Anda rasakan menjadi sebuah batasan karakteristik ataupun tanda gejala yang muncul. Pertama hal yang Anda lakukan adalah mengumpulkan semua kesimpulan analisis dan tren data yang senjang yang didapat melalui berbagai metode pengkajian. NANDA Data ....................................................... ....................................................... ....................................................... Batasan Karakteristik .......................................................... .......................................................... .......................................................... 73 SDKI Data ....................................................... ....................................................... ....................................................... Tanda Mayor dan Minor .......................................................... .......................................................... .......................................................... 3.2. Pembuatan Diagnosis Keperawatan Komunitas Data telah dikumpulkan dari berbagai sumber dan telah divalidasi dengan beberapa cara. Data telah direkam, ditabulasi, dianalisis, dan disintesis, sehingga pola dan tren dapat dilihat. Penggunaan bagan, grafik, dan tabel membantu dalam memvisualisasikan data yang telah disintesis. Perawat yang mengkaji kesehatan komunitas harus mempresentasikan temuan mereka kepada komunitas dan sektor terkait melalui forum komunitas. Pernyataan tentang permasalahan komunitas harus dikaitkan dengan kekuatan/kemampuan masyarakat dan sumber-sumber daya yang dapat dijadikan solusi penyelesaian permasalahan di masyarakat serta tantangan dalam penyelesaian permasalahan di komunitas. Diagnosis keperawatan tingkat komunitas harus menggambarkan fokus masyarakat, termasuk respons masyarakat, dan mengidentifikasi faktor-faktor terkait yang berpotensi untuk mengubah status kesehatan komunitas. Diagnosis keperawatan akan memandu intervensi, memiliki keterkaitan logis antara respons komunitas, sumber daya dan faktor yang mempengaruhi kesehatan komunitas. Kriteria hasil adalah standar terukur yang digunakan anggota masyarakat untuk mengukur keberhasilan ketika mereka berupaya meningkatkan kesehatan komunitas. Praktik keperawatan berbasis hasil atau berbasis bukti berlaku untuk kelompok agregasi di masyarakat serta pasien di rangkaian perawatan akut. Diagnosis keperawatan dapat berubah dari waktu ke waktu karena mencerminkan perubahan dalam status kesehatan komunitas; oleh karena itu, diagnosis perlu dievaluasi kembali secara berkala dan diperbaiki. Diagnosis yang berubah dapat menjadi sarana yang berguna untuk menggerakkan komunitas ke arah peningkatan kesehatan karena memberikan anggota masyarakat standar yang jelas untuk mengukur kemajuan kesehatan. 74 Langkah selanjutnya adalah pembuatan diagnosis komunitas, diagnosis komunitas mengklarifikasi dan memberikan pernyataan dari masalah yang dihadapi oleh komunitas. Perawat komunitas menyelesaikan permasalahan di tingkat individu keluarga dan komunitas. Perawat komunitas dengan peran mikroskopis menyelesaikan permasalahan individu dan keluarga. Namun, perawat komunitas dituntut untuk memiliki peran makroskopis yakni di tingkat kesehatan komunitas sebagai peran prioritas dalam bekerja. Data yang telah dianalisis diinterpretasikan ke dalam bentuk batasan karakteristik ataupun tanda gejala mayor dan minor guna mengarahkan perawat kepada permasalahan keperawatan yang tepat. Berbagai taksonomi dan sistem klasifikasi digunakan dalam keperawatan untuk menggambarkan masalah keperawatan spesifik dan masing-masing memiliki keterbatasan ketika berhadapan dengan diagnosis tingkat komunitas. Asosiasi Diagnosis Keperawatan Amerika Utara (NANDA) jauh lebih berorientasi pada diagnosis keperawatan individu dan keluarga namun NANDA menyediakan diagnosis di tingkat masyarakat namun sangat minim. Klasifikasi Hasil Keperawatan (NOC) juga umumnya berorientasi individu. Sistem standar diagnosis Omaha meskipun diagnosis keperawatan individu, keluarga dominan muncul namun diagnosis untuk kelompok-kelompok kecil dan di tingkat komunitas cukup berkembang. (Sistem Omaha, 2005; Mantas & Hasman, 2001). Di Indonesia sendiri juga telah dikembangkan standar bahasa keperawatan yaitu Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia namun seperti standar diagnosis keperawatan lainnya SDKI minim mengembangkan permasalahan keperawatan di komunitas. Setelah memilih standar bahasa keperawatan yang akan Anda gunakan saatnya Anda mulai menyusun kumpulan batasan karakteristik ataupun tanda dan gejala berdasarkan kriteria diagnosis dari masingmasing diagnosis keperawatan. Kumpulan batasan karakteristik ataupun tanda gejala akan mengarahkan pada diagnosis yang tepat berdasarkan permasalahan dan kebutuhan komunitas. Jika terdapat batasan karakteristik ataupun tanda gejala yang tidak kuat untuk di justifikasi silakan Anda lihat diagnosis lain yang dapat dibandingkan dan lebih sesuai dengan data 75 Anda. Ketepatan analisis dan interpretasi akan memudahkan dalam menjustifikasi diagnosis keperawatan yang akan muncul. Terlalu bingung dalam menentukan diagnosis keperawatan akan memperlambat proses layanan yang akan diberikan. Sehingga perhatikan untuk mempertajam kemampuan analisis, berfikir kritis, justifikasi dan pembuatan keputusan Anda. Latihan dan berdiskusi sesama sejawat akan memberikan ketajaman dan intuisi pengambilan keputusan untuk diagnosis yang tepat bagi Anda. Ragu dan berfikir terlalu lama akan menjadi kekurangan dalam menentukan diagnosis keperawatan di komunitas. Berikut contoh pengelompokan batasan karakteristik ataupun tanda mayor dan minor guna menentukan diagnosis keperawatan yang tepat. NANDA Batasan Karakteristik ....................................................... ....................................................... ....................................................... Diagnosis Keperawatan .......................................................... .......................................................... .......................................................... SDKI Tanda Mayor/Minor ....................................................... ....................................................... ....................................................... Diagnosis Keperawatan .......................................................... .......................................................... .......................................................... Di dalam standar buku keperawatan NANDA dapat dikenal beberapa diagnosis keperawatan komunitas. Capernito dalam bukunya yang menggunakan standar bahasa NANDA menyebutkan bahwa di dalam NANDA terdapat beberapa diagnosis komunitas dan beberapa diagnosis perilaku promosi kesehatan yang dapat di gunakan untuk mendiagnosis permasalahan keperawatan yang ada di komunitas. Diagnosis tersebut biasanya terdapat di domain 1 yaitu domain promosi kesehatan. Diagnosis Keperawatan Nanda-I 2018-2020 yang dapat digunakan pada keperawatan komunitas pada domain 1 yaitu sebagai berikut: 1) Defisiensi kesehatan komunitas 2) Perilaku cenderung berisiko 3) Ketidakefektifan pemelihraan kesehatan 76 4) 5) 6) 7) 8) 9) Ketidak efektifan manajemen kesehatan Kesiapan Peningkatan Literasi kesehatan Perilaku sedentari Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan Ktidakefektifan koping komunitas Ketidakpatuhan Kurang pengetahuan Begitu juga dengan SDKI Anda dapat menggunakan diagnosisdiagnosis komunitas beserta diagnosis perilaku yang berada di kategori 7 diagnosis perilaku. Diagnosis-diagnosis tersebut dapat disebutkan sebagai berikut: 1) Defisit kesehatan komunitas 2) Defisit pengetahuan 3) Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan 4) Kesiapan peningkatan pengetahuan 5) Ketidakpatuhan 6) Manajemen kesehatan tidak efektif 7) Pemeliharaan kesehatan tidak efektif 8) Perilaku cenderung berisiko 9) Ketidakefektifan koping komunitas Jika Anda menjalankan peran mikroskopis berupa pelayanan asuhan keperawatan di tingkat individu dan keluarga diagnosis keperawatan lain yang tersebar di semua domain ataupun kategori dapat Anda gunakan sesuai dengan kebutuhan permasalahan yang Anda hadapi. Berikut keterangan diagnosis keperawatan komunitas yang biasa muncul dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas. Defisit Kesehatan Komunitas Definisi Terdapat masalah kesehatan atau faktor risiko yang dapat mengganggu kesejahteraan pada suatu kelompok. Penyebab Hambatan akses ke pemberi layanan kesehatan. Keterbatasan sumber daya. 77 Program tidak memiliki anggaran yang cukup. Program tidak atau kurang didukung komunitas. Komunitas kurang puas dengan program yang dijalankan. Program tidak memiliki rencana evaluasi yang optimal. Program tidak memiliki data hasil yang memadai. Program tidak mengatasi seluruh masalah kesehatan komunitas. Gejala dan Tanda Mayor Subjektif (tidak tersedia) Objektif Terjadi masalah kesehatan yang dialami komunitas. Terdapat faktor risiko fisiologis dan atau psikologis yang menyebabkan anggota komunitas menjalani perawatan. Gejala dan Tanda Minor Subjektif (tidak tersedia) Objektif Tidak tersedia program untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas. Tidak tersedia program untuk mencegah masalah komunitas. Tidak tersedia program untuk mengurangi masalah kesehatan komunitas. Tidak tersedia program untuk mengatasi masalah kesehatan komunitas. Kondisi Klinis Terkait HIV/AIDS Penyalahgunaan zat Penyakit menular seksual Kehamilan di luar nikah Gizi buruk Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) Severe Acute Respitory Syndrome (SARS) Defisit Pengetahuan (Spesifikkan) Definisi ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. Penyebab Keterbatasan kognitif. Gangguan fungsi kognitif. 78 Kekeliruan mengikuti anjuran. Kurang terpapar informasi. Kurang minat dalam belajar. Kurang mampu mengingat. Ketidaktahuan menemukan sumber informasi. Gejala dan Tanda Mayor Subjektif Menanyakan masalah yang dihadapi. Objektif Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran. Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah. Gejala dan Tanda Minor Subjektif (tidak tersedia) Objektif Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat. Menunjukkan perilaku apatis. Kondisi Klinis Terkait Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien. Penyakit akut. Penyakit kronis. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan Definisi Pola pengaturan dan pengintegrasian program kesehatan ke dalam kehidupan sehari-hari yang cukup untuk memenuhi tujuan kesehatan dan dapat ditingkatkan Gejala dan Tanda Mayor Subjektif Mengekspresikan keinginan untuk mengelola masalah kesehatan dan pencegahan nya Objektif Pilihan hidup sehari-hari tepat untuk memenuhi tujuan program kesehatan Gejala dan Tanda Minor Subjektif Mengekspresikan tidak adanya hambatan yang berarti dalam mengintegrasikan program yang ditetapkan untuk mengatasi masalah 79 kesehatan Menggambarkan berkurangnya faktor risiko terjadinya masalah kesehatan Objektif Tidak ditemukan adanya gejala masalah kesehatan atau penyakit yang tidak terduga Kondisi Klinis Terkait Diabetes mellitus Penyakit jantung kongestif Penyakit paru obstruktif kronis Asma Sklerosis multipel Lupus sistemik HIV AIDS Prematuritas Kesiapan Peningkatan Pengetahuan Definisi Perkembangan informasi kognitif yang berhubungan dengan topik spesifik cukup untuk memenuhi tujuan kesehatan dan dapat ditingkatkan. Gejala dan Tanda Mayor Subjektif Mengungkapkan minat dalam belajar. Menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik. Menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan topik. Gejala dan Tanda Minor Subjektif (tidak tersedia) Objektif (tidak tersedia) Ketidakpatuhan Definisi Perilaku individu dan atau pemberi asuhan tidak mengikuti rencana perawatan/pengobatan yang disepakati dengan tenaga kesehatan sehingga menyebabkan hasil perawatan pengobatan tidak efektif. 80 Penyebab Disabilitas Efek samping program perawatan/pengobatan. Lingkungan tidak terapeutik. Program terapi kompleks dan atau lama. Hambatan mengakses pelayanan kesehatan. Program terapi tidak ditanggung asuransi. Ketidakadekuatan pemahaman. Gejala dan Tanda Mayor Subjektif Menolak menjalani perawatan pengobatan. Menolak mengikuti anjuran. Gejala dan Tanda Minor Subjektif (tidak tersedia) Objektif Tampak tanda gejala penyakit masalah kesehatan masih ada/meningkat. Tampaknya komplikasi penyakit/masalah kesehatan menetap atau meningkat. Kondisi Klinis terkait Kondisi baru terdiagnosis penyakit. Kondisi penyakit kronis. Masalah kesehatan yang membutuhkan perubahan pola hidup. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif Definisi Pola pengaturan dan pengintegrasian penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan hidup sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai status kesehatan yang diharapkan Penyebab Kompleksitas sistem pelayanan kesehatan. Kompleksitas program perawatan pengobatan. Konflik pengambilan keputusan kurang terpapar informasi. Kesulitan ekonomi. Tuntutan berlebih. Konflik keluarga. 81 Ketidakefektifan pola perawatan kesehatan keluarga. Ketidak cukupan petunjuk untuk bertindak. Kekurangan dukungan sosial. Gejala dan Tanda Mayor Subjektif Mengungkapkan kesulitan dalam menjalani program perawatan pengobatan Objektif Gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko. Gagal menerapkan program perawatan/pengobatan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak efektif untuk memenuhi tujuan kesehatan. Gejala tanda Minor Subjektif (tidak tersedia) Objektif (tidak tersedia) Kondisi Klinis Terkait Kondisi kronis. Diagnosis baru yang membutuhkan perubahan. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif Definisi Ketidakmampuan mengidentifikasi mengelola dan atau menemukan bantuan untuk mempertahankan kesehatan Penyebab Hambatan kognitif. Ketidakpatuhan proses berduka. Ketidaktahuan keterampilan berkomunikasi. Kurangnya keterampilan motorik halus/kasar. Ketidak mampuan membuat penilaian yang tidak tepat. Ketidakmampuan mengatasi masalah. Ketidak cukupan sumber daya. Gangguan persepsi. Tidak terpenuhinya tugas perkembangan. Gejala dan Tanda Mayor Subjektif (tidak tersedia) 82 Objektif Kurang menunjukkan perilaku adaptif terhadap perubahan lingkungan. Kurang menunjukkan pemahaman tentang perilaku sehat. Tidak mampu menjalankan perilaku sehat. Gejala dan Tanda Minor Subjektif (tidak tersedia) Objektif Memiliki riwayat perilaku mencari bantuan kesehatan. Kurang menunjukkan minat untuk meningkatkan perilaku sehat Tidak memiliki sistem pendukung. Kondisi Klinis Terkait Kondisi kronis Cedera otak Stroke Cedera medula spinalis Laringektomi Demensia Penyakit Alzheimer Keterlambatan perkembangan Ayo Cari Tahu! Untuk mendalami pemahaman anda silahkan anda temukan diagnosis keperawatan pada kasus berikut: Agregat Ibu Hamil/BBL: Sebanyak 5 orang Ibu hamil anemia yang menjalani pengobatan tablet Fe tidak lagi melakukan kunjungan yang telah direncanakan. Ibu hamil tersebut dikunjungi perawat dan didapatkan bahwa pengobatan yang mereka jalani tersebut terlalu panjang dan takut terhadap dampaknya. Balita/Anak Perawat yang baru bertugas di suatu puskesmas kelurahan mendapati 7 dari 125 balita yang berada di wilayah kerja puskesmas yang ditanganinya mengalami gizi buruk. Perawat mewawancarai petugas lain yang menyatakan program penanganan gizi buruk tidak berjalan karena petugas belum mendapatkan pelatihan terkait permasalahan gizi buruk. Remaja Perawat mendapatkan bahwa remaja jarang bermain di lapangan sekolah saat istirahat sekolah dan remaja cenderung ke labor komputer untuk melakukan 83 komunikasi melalui media sosial. Saat diwawancarai 10 orang remaja mengatakan saat berada di rumah pun mereka lebih memilih bermain games di rumah dibanding bermain sepeda atau berolahraga ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………....……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… 84 PERENCANAAN KEPERAWATAN KOMUNITAS Capaian Pembelajaran: Menjelaskan konsep perencanaan di komunitas. Mengidentifikasi prinsip perencanaan di komunitas. Menentukan tujuan dan objektif. Merencanakan pemaparan perencanaan di komunitas. 4.1. Konsep Perencanaan Komunitas Perencanaan merupakan desain pembuatan keputusan logis sebagai bentuk rinci dari upaya yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan spesifik. Perencanaan keperawatan komunitas sangat bergantung kepada proses pengkajian komunitas yang dilakukan, penentuan diagnosis keperawatan komunitas yang dimunculkan. Perencanaan akan mengambarkan secara jelas dan rinci apa yang akan dilakukan. Jika perawat hanya mengkaji dan menemukan masalah, perawat tidak akan tahu apa yang akan dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dan perawat tidak akan dapat menunjukkan peran nya dalam perbaikan status kesehatan masyarakat. Perawat harus secara sistematis dan penuh pemikiran dalam menentukan rencana yang akan dilakukan terhadap klien di komunitas. Hal ini dapat dicontohkan ketika perawat menemukan sekelompok pria dewasa yang merokok, maka perawat komunitas akan mengkaji kenapa dan bagaimana kelompok pria dewasa tersebut merokok. Perawat akan mengkaji apa saja faktor-faktor yang menyebabkan merokok dan kemudian menentukan diagnosis perilaku cenderung berisiko. Ketika perawat hanya berhenti sampai menemukan masalah maka masalah 85 perilaku merokok tidak akan selesai. Namun ketika perawat mampu merencanakan suatu atau beberapa tindakan dan menentukan butir-butir tujuan yang ingin dicapai dalam menentukan masalah tersebut maka penyelesaian permasalahan yang muncul tersebut dapat diupayakan untuk diselesaikan. Sehingga perawat dapat lebih memperkuat perannya dalam penyelesaian dan pencapaian kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Perencanaan merupakan suatu bentuk kegiatan yang matang dan berfikir ke depan. Perawat harus mampu mengimajinasikan apa harapan yang akan dicapai dan bagaimana menyelesaikannya. Perawat mulai membayangkan apa yang akan dilakukan langkah demi langkah kegiatan atau intervensi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang di citacitakan untuk dicapai dalam menghadapi suatu permasalahan keperawatan atau kesehatan. Setelah perawat mampu memperkirakan apa yang akan direncanakan perawat harus mampu selanjutnya memutuskan apa saja yang akan dilakukan berdasarkan prioritas yang dapat dilakukan. Membuat keputusan rencana apa saja yang akan Anda lakukan dalam proses asuhan keperawatan yang Anda lakukan adalah sangat krusial untuk keberhasilan penyelesaian masalah sehingga dalam merencanakan kemampuan analisis berpikir kritis dan kemampuan memutuskan sangat dituntut dalam proses asuhan keperawatan di tahap ini. Dalam perencanaan komunitas sangat penting untuk melibatkan klien di komunitas. Komunitas sebagai klien harus dilibatkan secara optimal baik dalam stasi perencanaan asuhan keperawatan maupun yang akan melaksanakan tindakan tersebut bersama perawat. Jika tidak melibatkan masyarakat maka implementasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat nanti tidak akan sukses mencapai tujuan yang diharapkan. Pelibatan perawat lain dalam tim akan membuat perencanaan akan lebih matang dengan bertukarnya ide pemikiran, diskusi sumber daya yang dapat dimanfaatkan dalam perencanaan Pelaksanaan perencanaan keperawatan komunitas akan lebih baik jika dilakukannya pembentukan tim kerja, rapat tim kerja dan konsultasi perawat yang lebih ahli. Juga, tidak tertutupnya kemungkinan untuk berkolaborasi dengan tenaga profesional kesehatan maupun non kesehatan lainnya dalam menentukan perencanaan asuhan keperawatan komunitas. Kerja sama antar disiplin 86 akan membuat perspektif perencanaan perawat akan lebih baik dengan adanya dukungan jejaring yang lebih luas. Perencanaan adalah proses pengambilan keputusan logis yang digunakan untuk merancang serangkaian tindakan yang tertata dan terperinci untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Perencanaan untuk kesehatan komunitas didasarkan pada pengkajian komunitas yang telah dilakukan dan diagnosis keperawatan yang Anda rumuskan. Perawat harus secara sistematis mengembangkan rencana yang sesuai dan menyesuaikan nya dengan level prevensi dalam kesehatan komunitas. Menetapkan sangat penting untuk perencanaan dan harus sesuai dan spesifik (Anderson, Guthrie, & Schirle, 2002). Diagnosis yang mengidentifikasi kebutuhan harus diterjemahkan ke dalam tujuan untuk memberikan fokus dan makna pada rencana keperawatan. Tujuan adalah pernyataan spesifik dari hasil yang diinginkan, diutarakan dalam istilah perilaku yang dapat diukur. Tanggal target untuk penyelesaian yang diharapkan dari setiap tujuan juga dinyatakan. Tujuan adalah batu loncatan untuk membantu seseorang mencapai hasil akhir dari tujuan yang lebih besar. Pengembangan tujuan harus dianalisis secara cermat, setiap tujuan harus menyatakan satu gagasan dan harus menggambarkan satu perilaku spesifik yang dapat diukur. Perawat menjadikan tujuan sebagai bentuk upaya melihat ke depan menuju luaran akhir yang diinginkan dan kemudian memutuskan tindakan apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam perencanaan hal penting yang harus Anda pikirkan adalah penentuan prioritas masalah. Perawat komunitas akan dihadapkan dengan berbagai masalah dan upaya promosi kesehatan yang beragam mengingat dinamisnya kondisi komunitas yang dihadapi. Perawat terkadang dihadapkan dengan waktu pengelolaan dan sumber daya yang minim dalam upaya penyelesaian masalah kesehatan. Sehingga penentuan prioritas masalah keperawatan atau diagnosis keperawatan mana yang akan terlebih dahulu Anda selesaikan dapat ditentukan. Penentuan prioritas penyelesaian masalah di komunitas dapat dianalisis dan dipertimbangkan berdasarkan kriteria berikut: 87 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Signifikansi dari masalah keperawatan yang dihadapi yang dilihat dari jumlah orang yang terdampak akibat masalah atau ancaman tersebut Tingkat kesadaran komunitas terhadap masalah yang ada dan dihadapi oleh komunitas tersebut. Motivasi dari komunitas untuk menyelesaikan masalah tersebut Kesiapan dan kemampuan perawat dan tim antar sesama profesi, interprofesi dan jejaring Biaya yang mungkin dikeluarkan dalam pelaksanaan upaya atau tindakan penyelesaian masalah. Target spesifik dari populasi dapat ditentukan dengan mudah. Ketersediaan ahli dan jejaring dalam penyelesaian masalah Konsekuensi yang dihadapi jika permasalahan tidak diselesaikan Kemungkinan waktu yang digunakan dalam penyelesaian masalah. Setelah Anda menentukan prioritas masalah Anda diharapkan untuk melanjutkan proses perencanaan asuhan keperawatan komunitas dengan menentukan tujuan dan rencana tindakan. 4.2. Prinsip Pelaksanaan Perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas Perawat komunitas dalam melaksanakan praktik asuhan keperawatannya diharapkan memiliki prinsip untuk memandu apapun yang dilaksanakan agar memperoleh hasil akhir yang lebih optimum. Prinsip ini lah yang akan memandu dan memfokuskan perawat komunitas untuk bekerja. Prinsip Fokus terhadap Komunitas Tanggung jawab utama dan prioritas perawat komunitas adalah memastikan memberikan layanan kesehatan kepada komunitas secara keseluruhan. Perawat komunitas harus mempromosikan dan melindungi kesehatan bagi komunitasnya. Pendekatan makroskopis dari layanan asuhan keperawatan komunitas dan kelompok agregat merupakan hal yang prioritas harus didahulukan. Sementara pendekatan mikroskopis memberikan layanan kesehatan bagi individu dan keluarga merupakan layanan yang tidak boleh untuk dielakkan. 88 Berfokus pada Kebutuhan Komunitas Fokus pelayanan asuhan keperawatan harus berorientasi apa yang dibutuhkan oleh komunitas. Preferensi komunitas untuk kesehatan nya harus diperhatikan secara saksama oleh perawat komunitas. Kepekaan pengkajian perawat komunitas sangat dituntut untuk dapat mengenali kebutuhan dari komunitas yang ditanganinya. Kebutuhan yang dipenuhi perawat komunitas tentu hal yang bertujuan untuk kesehatan yang lebih baik bagi seluruh anggota komunitas tanpa terkecuali dan tidak hanya untuk orang atau kelompok tertentu saja. Bekerja dan Bermitra Bersama Masyarakat Perawat komunitas diharapkan dapat bekerja bersama komunitas. Perawat komunitas dan komunitas yang dikelolanya akan memiliki nilai, keyakinan dan keahlian masing-masing dalam partnership. Pengembangan dan pembuatan kebijakan akan lebih mudah dapat diterima dan di terapkan jika hubungan mutual dan saling menghargai dalam hubungan ini. Pengembangan kebijakan harus dikomunikasikan dengan masyarakat sesuai dengan kondisi adan situasi social komunitas dengan pemahaman yang tinggi dari komunitas itu sendiri. Partnership dengan komunitas akan memberikan kesempatan untuk dapat mengenali anggota dari komunitas secara lebih dalam. Berfokus pada Prevensi Primer Hal yang perlu digaris bawahi dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas adalah mempromosikan kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit di masyarakat. 4.3. Penentuan Tujuan dan Objektif Tujuan dan objektif merupakan hal yang krusial dalam menentukan komponen perencanaan Tujuan harus jelas serta spesifik menggambarkan apa yang diinginkan oleh perawat terhadap suatu permasalahan kesehatan. Tujuan merupakan pernyataan secara umum terkait hal yang ingin dicapai sementara objektif merupakan pernyataan spesifik dari hal yang ingin dicapai dapat dituliskan dengan terminologi pencapaian spesifik dan detail. Tujuan merupakan hal yang bersifat umum dan sedikit abstrak sehingga ini 89 merupakan tujuan besar Anda terhadap cita-cita penyelesaian suatu permasalahan kesehatan. Dalam kata lain tujuan adalah cita-cita besar Anda. Sementara objektif merupakan hal yang dapat di capai dengan detail yang lebih kecil, tidak umum, dalam suatu rangkaian waktu yang ditentukan dan merupakan langkah demi langkah untuk tercapainya tujuan. Luaran Keperawatan Luaran Komunitas: Defisit Kesehatan Komunitas Luaran Utama: Status kesehatan komunitas Luaran Tambahan Ketahanan komunitas Status koping komunitas Defisit Pengetahuan Luaran Utama Tingkat pengetahuan Luaran Tambahan Memori Motivasi Proses informasi Tingkat agitasi Tingkat kepatuhan Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan Luaran Utama Manajemen kesehatan Luaran Tambahan Pemeliharaan kesehatan Perilaku kesehatan Tingkat pengetahuan Kesiapan Peningkatan Pengetahuan Luaran Utama Tingkat pengetahuan 90 Luaran Tambahan Memori Motivasi Proses informasi Tingkat kepatuhan Status kognitif Ketidakpatuhan Luaran Utama Tingkat kepatuhan Luaran Tambahan Dukungan keluarga Kontrol gejala Tingkat pengetahuan Koping Komunitas Tidak Efektif Luaran Utama Status Koping Luaran Tambahan Dukungan sosial Interaksi sosial Kesadaran diri Proses informasi Penerimaan Manajemen Kesehatan Tidak Efektif Luaran Utama Manajemen kesehatan Pemeliharaan kesehatan Luaran Tambahan Proses informasi Tingkat kepatuhan Tingkat pengetahuan Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif Luaran Utama Pemeliharaan kesehatan 91 Manajemen kesehatan Perilaku kesehatan Luaran Tambahan Tingkat kepatuhan Tingkat pengetahuan Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko Luaran Utama Perilaku kesehatan Luaran Tambahan Manajemen kesehatan Pemeliharaan kesehatan Indikator SLKI Status Kesehatan Komunitas Definisi kondisi kesejahteraan fisik mental dan sosial komunitas Indikator Ketersediaan program promosi kesehatan. Ketersediaan program proteksi kesehatan. Partisipasi dalam program kesehatan komunitas. Keikutsertaan asuransi jaminan kesehatan. Kepatuhan terhadap standar kesehatan lingkungan. Sistem surveilans kesehatan. Pemantauan standar komunitas. Angka mortalitas Angka morbiditas Angka gangguan kesehatan mental Prevalensi penyakit Angka penyalahgunaan zat Angka penyalahgunaan alkohol Angka penyakit menular seksual Angka kelahiran preterm Angka berat badan lahir rendah Angka kejadian cedera Angka kriminalitas 92 Tingkat Kepatuhan Indikator Perilaku individu dan atau pemberi asuhan dalam mengikuti rencana perawatan/pengobatan yang disepakati dengan tenaga kesehatan sehingga hasil pengobatan efektif. Verbalisasi kemauan mematuhi program perawatan atau pengobatan. Verbalisasi mengikuti anjuran. Risiko komplikasi penyakit masalah kesehatan. Perilaku mengikuti program pengobatan/perawatan. Perilaku menjalankan aturan. Tanda gejala penyakit. Tingkat Pengetahuan Indikator Kecukupan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. Perilaku sesuai anjuran. Verbalisasi minat dalam belajar. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik. Perilaku sesuai dengan pengetahuan. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi. Persepsi yang keliru terhadap masalah. Menjalani pemeriksaan tidak tepat. Perilaku Perilaku Kesehatan Indikator Kemampuan dalam mengubah gaya hidup perilaku untuk memperbaiki status kesehatan. Penerimaan terhadap perubahan status kesehatan. Kemampuan melakukan tindakan pencegahan. Kemampuan peningkatan kesehatan. Pencapaian pengendalian kesehatan. Manajemen Kesehatan Indikator Kemampuan mengatur dan mengintegrasikan penanganan masalah kesehatan dalam kehidupan sehari hari untuk mencapai kesehatan optimal. Melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko. 93 Menerapkan program perawatan. Aktivitas hidup sehari hari efektif memenuhi tujuan kesehatan. Verbalisasi kesulitan dalam menjalani program perawatan. Pemeliharaan Kesehatan Kemampuan mengidentifikasi mengelola dan atau menemukan bantuan untuk mempertahankan kesehatan. Menunjukkan perilaku adaptif. Menunjukkan pemahaman perilaku sehat. Kemampuan menjalankan perilaku sehat. Perilaku mencari bantuan. Menunjukkan minta perilaku sehat. Memiliki sistem pendukung. Status Koping Indikator Kemampuan menilai dan merespons stresor dan atau kemampuan menggunakan sumber yang ada untuk mengatasi masalah. Kemampuan memenuhi peran sesuai usia. Perilaku koping adaptif. Verbalisasi kemampuan mengatasi masalah. Verbalisasi kelemahan diri. Perilaku asertif. Partisipasi sosial. Tanggung jawab diri. Orientasi realitas. Minat mengikuti perawatan. Kemampuan membina hubungan. Verbalisasi menyalahkan orang lain. Verbalisasi rasionalisasi kegagalan. Hipersensitivitas terhadap kritik. Perilaku permusuhan. Perilaku superior 94 Jika anda menggunakan NOC maka dapat menggunakan luaran keperawatan sebagai berikut: Defisiensi kesehatan komunitas Luaran Utama Status kesehatan komunitas Luaran Tambahan Status iminitas komunitas Kontrol resiko komunitas Kompetensi komunitas Kefektifan program komunitas Ketidak Efektifan Koping Komunitas Luaran Utama Kompetensi komunitas Respon bencana komunitas Kefektifan program komunitas Luaran Tambahan: Kontrol komunitas Kesiapan menghadapi bencana komunitas Ketangguhan komunitas Perilaku Cenderung Beresiko Luaran Utama Keyakinan kesehatan Keseimbangan gaya hidup Ketangguhan personal Luaran Tambahan Adaptasi disabilitias Penerimaan status kesehatan Perilaku patuh Perilaku mencari bantuan kesehatan Motivasi Manajemen diri Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Luaran Utama Perilaku promosi kesehatan Pengetahuan promosi kesehatan Luaran Tambahan Perilaku kepatuhan Perilaku mencari bantuan kesehatan 95 Deteksi resiko Pengetahuan Keseimbangan gaya hidup Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Luaran Utama Perilaku kepatuhan Perilaku mencari bantuan kesehatan Deteksi resiko Luaran Tambahan Perilaku promosi kesehatan Pengetahuan promosi kesehatan Ketidakpatuhan Luaran Utama Perilaku kepatuhan Tambahan Managemen perawatan diri Keyakinan kesehatan Penerimaan kesehatan Kurang Pengetahuan Luaran Utama Tingkat pengetahuan Luaran Tambahan Perilaku kepatuhan Motivasi Kognitif Perilaku Sedentari Luaran Utama Partisipasi latihan Luaran Tambahan Toleransi aktivitas Perilaku patuh aktivitas yang direkomendasikan Ketahanan fisik Kebugaran Intervensi Keperawatan Dalam menyusun intervensi keperawatan komunitas pendekatan dan pelaksanaannya memiliki ciri khusus sehingga dalam melaksanakannya 96 memerlukan teknik dan keahlian berbeda jika dibandingkan dengan keahlian klinis lain. Perawat komunitas dalam menyusun intervensi dan strategi dengan pendekatan khusus. Beberapa model intervensi keperawatan komunitas yang dikenal yaitu Model Roda Intervensi Keperawatan yang dikeluarkan oleh departemen keperawatan komunitas Minesota. Terdapat 17 jenis intervensi keperawatan yang biasa digunakan dalam pemberian layanan keperawatan komunitas dengan beberapa level pendekatan yakni intervensi berfokus populasi, intervensi berbasis sistem dan intervensi berbasis individu di komunitas. Model ini dikenalkan semenjak tahun 1998 oleh Keller, Strocchein, Lia-Hoagberg & Schaffer) sebagai rujukan untuk menentukan intervensi pelayanan keperawatan komunitas. Model ini sudah digunakan di banyak institusi layanan kesehatan masyarakat, pendidikan keperawatan dan manajemen. Model ini dianggap memberikan perspektif penguatan peran dan meningkatkan dampak perawat dalam memberikan strategi yang lebih optimal dalam melayani populasi. Model ini juga memberikan cakupan khusus intervensi yang khusus dimiliki oleh perawat komunitas. Model intervensi keperawatan ini dapat membantu perawat menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk klien komunitas yang ditangani. Gambar 9. Roda Intervensi Komunitas Ditranslasi ke dalam Bahasa Indonesia 97 Perkembangan pemberian asuhan keperawatan juga telah berkembang dalam standar bahasa asuhan keperawatan yang direkomendasikan. Berbagai macam jenis intervensi yang dapat dipilih untuk dapat dilaksanakan di komunitas. Standar bahasa keperawatan yang dikenal di Indonesia yakni NANDA-I dan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. SDKI. Berikut merupakan intervensi keperawatan yang dapat digunakan berdasarkan Rekomendasi SIKI. Defisit Kesehatan Komunitas Pengembangan kesehatan masyarakat. Promosi perilaku upaya kesehatan. Edukasi keselamatan lingkungan. Edukasi perilaku mencari kesehatan. Manajemen lingkungan. Surveilans komunitas. Manajemen lingkungan komunitas. Pencegahan risiko lingkungan. Promosi kebersihan. Screening kesehatan. Defisit Pengetahuan Edukasi kesehatan. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan. Bimbingan antisipatif. Edukasi kesehatan. Identifikasi risiko. Manajemen perilaku. Penentuan tujuan bersama. Ketidakpatuhan Dukungan kepatuhan program pengobatan. Dukungan tanggungjawab diri sendiri. Promosi kesadaran diri. Promosi koping. Dukungan pengambilan keputusan. Koping komunitas tidak efektif. Edukasi kesehatan. Manajemen lingkungan komunitas. Pengembangan kesehatan masyarakat. Dukungan keyakinan. 98 Dukungan memaafkan. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif Dukungan pengambilan keputusan. Dukungan tanggung jawab pada diri sendiri. Edukasi kesehatan pelibatan keluarga. Perilaku kesehatan cenderung berisiko. Modifikasi perilaku. Promosi perilaku upaya kesehatan. Dukungan berhenti merokok. Bimbingan sistem kesehatan. Kesiapan Peningkatan Pengetahuan Edukasi kesehatan. Promosi kesiapan penerimaan informasi. Jika menggunakan standar bahasa keperawatan Nanda-I berikut rekomendasi intervensi yang disarankan: Ketidakefektifan Koping Komunitas Manajemen penyakit menular Kesiapsiagaan bencana komunitas Pengembangan kesehatan komunitas Manajemen lingkungan Pendidikan kesehatan Skrining kesehatan Pengembangan program Surveilans Deteksi resiko Defisiensi Kesehatan Komunitas Manajemen penyakit menular Kesiapsiagaan bencana komunitas Pengembangan kesehatan komunitas Manajemen lingkungan Pendidikan kesehatan Skrining kesehatan Pengembangan program Surveilans Deteksi risiko Pemasaran sosial Penyediaan sumber fiskal Pendidikan literasi kesehatan 99 Perilaku Cenderung Berisiko Modifikasi perilaku Peningkatan koping Kelompok dukungan Terapi kelompok Pendidikan kesehatan Konseling Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Promosi latihan Pendidikan kesehatan Skrining kesehatan Identifikasi risiko Fasilitasi pembelajaran Pendidikan literasi kesehatan Kurang Pengetahuan Pendidikan kesehatan Pendidikan literasi kesehatan Konseling Ketidakpatuhan Konseling Dukungan Pendidikan kesehatan Penguatan koping Ayo Cari Tahu! Untuk mendalami pemahaman anda silahkan rancang rencana asuhan keperawatan pada kasus berikut: Agregat Dewasa: Perawat puskesmas menemukan data bahwa belum terdapat keterlibatan sosial dalam pemberantasan tuberkulosis. Masyarakat mengatakan bahwa tidak pernah mendapatkan program kesehatan di komunitas. Masyarakat mengatakan menahan terlebih dahulu jika sakit jika sudah parah baru datang ke rumah sakit. Terdapat 13 orang penderita TB di wilayah tersebut. Lansia: Sebanyak 25 orang penderita hipertensi lansia yang menjalani pengobatan ACE Inhibitor (Captopril) tidak lagi melakukan kunjungan yang telah direncanakan. Lansia tersebut dikunjungi perawat dan didapatkan bahwa pengobatan yang mereka jalani tersebut terlalu berat dan merasa sudah baik-baik saja. Ketika di lihat riwayat aktivitas fisik dan nutrisi lansia tidak mengikuti senam dan mengaku tidak membatasi apa yang dimakan oleh lansia. 100 ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………....……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… 101 4.4. Pemaparan Rencana Keperawatan Komunitas Forum komunitas merupakan pertemuan terpusat komunitas yang dirancang untuk memperoleh pendapat masyarakat terkait pembahasan hal-hal tertentu. Forum komunitas biasanya dilaksanakan di tempat-tempat komunitas biasa berkumpul seperti di aula, kelurahan, gedung, sekolah, masjid dan tempat pusat kegiatan masyarakat. Dalam melaksanakan forum komunitas Anda akan memilih peserta yaitu anggota masyarakat, orang/informan kunci untuk berpartisipasi dengan memberikan undangan khusus. Anggota yang terlibat dalam forum komunitas berasal dari dalam komunitas itu sendiri dan mewakili semua segmen komunitas yang terlibat dengan masalah ini. Sebagai contoh, jika suatu komunitas berencana membentuk posyandu lansia, orang-orang yang diundang ke forum komunitas mungkin termasuk pengguna potensial posyandu tersebut seperti lansia, tetua-tetua, kepala struktur di komunitas, kader, personel kesehatan dan orang-orang kunci lainnya yang dirasa perlu. Forum komunitas dapat dilaksanakan pada saat perencanaan kegiatan di komunitas, mereka diminta untuk memberikan pandangan mereka tentang perencanaan seperti di mana seharusnya kegiatan dilaksanakan, siapa yang akan bertanggung jawab, bagaimana rencana pembiayaan kegiatan, membahas terkait masalah dan kendala yang akan muncul saat pelaksanaan kegiatan. 102 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KOMUNITAS Capaian Pembelajaran: Menginterpretasikan rencana menjadi tindakan. Menginterpretasikan strategi dalam pelaksanaan tindakan. 5.1. Menjadikan Rencana Jadi Tindakan Implementasi merupakan upaya mewujudkan rencana menjadi sebuah aksi/tindakan. Kegiatan yang digambarkan dalam perencanaan dilakukan oleh perawat, profesional lain, atau klien. Implementasi sering disebut sebagai fase tindakan dari proses keperawatan. Ketika membawa perubahan dalam sebuah organisasi komunitas, “implementasi melibatkan persiapan jadwal untuk penyelesaian setiap tujuan program, memperoleh pendanaan yang diperlukan, berkolaborasi dengan lembaga di luar komunitas sesuai kebutuhan, merekrut sukarelawan komunitas tambahan yang dibutuhkan untuk implementasi program, dan menjalankan intervensi yang dirancang selama fase perencanaan” (Anderson, Guthrie, & Schirle, 2002, hal. 44). Tentu saja, keahlian profesional dan penilaian perawat menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk kelompok klien. Perawat juga merupakan katalisator dan fasilitator dalam merencanakan dan mengaktifkan rencana tindakan. Perawat harus terus-menerus melibatkan klien dalam proses musyawarah dan mendorong rasa tanggung jawab dan otonomi mereka. Anggota tim kesehatan lain juga dapat berpartisipasi dalam melaksanakan rencana tersebut. Semua adalah mitra dalam implementasi. Persiapan implementasi dijabarkan dalam rencana, harus cukup mudah dipahami dan dieksekusi. Perawat harus memiliki instruksi yang 103 jelas tentang siapa, apa, mengapa, kapan, di mana, dan bagaimana. Siapa yang akan terlibat dalam melaksanakan rencana? Apa tanggung jawab setiap orang? Apakah semua mengerti mengapa dan bagaimana tanggung jawab kerja mereka? Apakah mereka tahu kapan dan di mana kegiatan akan dilaksanakan? Ketika implementasi dimulai, Anda harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas Kegiatan atau Tindakan Proses implementasi membutuhkan serangkaian tindakan atau kegiatan keperawatan: 1) perawat menerapkan teori yang sesuai, seperti teori sistem atau teori perubahan, untuk tindakan yang dilakukan. 2) Perawat membantu memfasilitasi lingkungan yang kondusif untuk melaksanakan rencana tersebut (mis., ruangan yang sunyi untuk mengadakan sesi pengajaran kelompok atau meminta dukungan dari pejabat setempat untuk proyek pembersihan lingkungan). 3) Perawat dan anggota tim kesehatan lainnya mempersiapkan klien untuk menerima layanan dengan menilai pengetahuan, pemahaman, dan sikap mereka dan dengan secara hati-hati menafsirkan rencana itu kepada klien. Interaksi ini memupuk komunikasi dan kepercayaan terbuka antara perawat dan klien. Profesional dan klien (atau perwakilan jika agregat besar) membentuk perjanjian kontraktual tentang isi rencana dan bagaimana pelaksanaannya. 4) Rencana dilakukan, atau dimodifikasi dan kemudian dilakukan, oleh para profesional dan klien. Modifikasi membutuhkan pengamatan dan pertukaran yang konstan selama implementasi, karena tindakan ini menentukan keberhasilan rencana dan sifat dari perubahan yang diperlukan. 5) Perawat dan tim memantau dan mendokumentasikan kemajuan fase implementasi dengan proses evaluasi, yang mengukur pencapaian tindakan yang direncanakan. 5.2. Strategi Pelaksanaan Implementasi Keperawatan Survailans Komunitas Surveilans merupakan sistem pengumpulan data, kesehatan masyarakat yang perencanaan, implementasi masyarakat. suatu proses kontinyu dan sistematis dari analisis, dan interpretasi dari data-data ada untuk membuat sistematika proses dan evaluasi dari praktik kesehatan 104 Surveilans merupakan hal esensial yang harus mampu dilaksanakan oleh perawat komunitas sebagai salah satu tenaga kesehatan yang bergerak di kesehatan masyarakat. Surveilans sudah dilaksanakan di beberapa abad ke belakang guna menginformasikan perkembangan dan memantau perubahan penyakit yang ada di komunitas (Lombardo & Buckeridge, 2007). Dalam sejarah penggunaan surveilans Florence Nightingale sebagai statistikawan dan penemu keperawatan modern telah mengenalkan suatu bentuk laporan surveilans saat peristiwa perang Crimea dengan membentuk diagram polar-are untuk menggambarkan kematian yang tinggi diakibatkan sanitasi lingkungan perang yang buruk. Florence Nightingale dikenal sebagai inovator pengumpul, tabulasi, interpretasi dan display grafis data secara statistik deskriptif. Screening Kesehatan Komunitas Screening kesehatan merupakan suatu bentuk strategi yang digunakan dalam populasi untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya penyakit yang belum terdiagnosis pada individu baik tanpa munculnya gejala maupun telah munculnya gejala. Screening dapat menjangkau individu dengan penyakit simtomatik yang masih dalam pra-gejala atau tidak menunjukkan tanda-tanda spesifik pada kondisi klinis penyakit tertentu. Screening juga dilakukan pada orang yang tampaknya dalam status kesehatan yang baik. Intervensi screening dirancang untuk dapat mengidentifikasi penyakit di komunitas lebih awal, sehingga memungkinkan intervensi dan manajemen sebelumnya dengan harapan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas nantinya. Meskipun screening dapat mengarah pada penentuan diagnosis lebih awal, tidak semua tes screening telah terbukti bermanfaat bagi orang yang sedang screening terkadang overdiagnosis, misdiagnosis menjadi beberapa efek buruk yang dapat muncul. Selain itu, beberapa tes screening kadang dilakukan dengan cara yang tidak tepat dan kompeten. Oleh karena itu screening tes yang digunakan dalam program screening, terutama untuk penyakit dengan insiden rendah, harus memiliki sensitivitas yang baik selain spesifisitas pengukuran yang dapat diterima. Ada beberapa jenis screening yang dapat dilakukan: screening universal melibatkan semua individu dalam kategori tertentu (misalnya, 105 semua anak dari usia tertentu). Screening kelompok kecil merupakan screening yang dilakukan berdasarkan faktor risiko yang muncul (misalnya, karena anggota keluarga telah didiagnosis dengan penyakit keturunan). Intervensi screening tidak dirancang untuk menjadi diagnostik pasti namun membutuhkan pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik, dan sering memiliki tingkat yang signifikan yang tinggi. Prosedur Pelaksanaan Screening Kesehatan Prosedur Pelaksanaan Kegiatan: 1) Menentukan populasi target untuk dilakukannya screening. 2) Mengiklankan layanan screening kesehatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat melakukan screening. 3) Menyediakan akses yang mudah bagi layanan screening. 4) Menginstruksikan individu terhadap rasionalisasi dan tujuan pemeriksaan. 5) Memberikan privasi dan kerahasiaan. 6) Memberikan kenyamanan dalam prosedur screening. 7) Menanyakan riwayat kesehatan. 8) Melakukan screening sesuai yang di rencanakan. 9) Memberitahukan hasil screening kepada. 10) Berikan saran kepada pasien dengan temuan abnormal mengenai pilihan perawatan yang tersedia dan kebutuhan untuk dilakukannya pemeriksaan lebih lanjut. 11) Rujuk ke fasilitas kesehatan yang menyediakan perawatan penyakit terkait. 12) Memberikan nomor kontak penting. Identifikasi Risiko Risiko adalah probabilitas/kemungkinan ancaman kerusakan, cedera, perubahan kesehatan yang disebabkan oleh kerentanan oleh faktorfaktor tertentu yang dapat dihindari melalui tindakan pencegahan. Interaksi manusia dengan sistem kehidupan menimbulkan ancaman terjadinya permasalahan kesehatan. Identifikasi risiko merupakan analisis faktor risiko potensial, pertimbangan risiko-risiko kesehatan dan memprioritaskan strategi pengurangan risiko bagi individu maupun kelompok. 106 Prosedur Pelaksanaan Identifikasi Risiko Prosedur Pelaksanaan Kegiatan: 1) Mengkaji ulang riwayat kesehatan masa lalu penyakit medis dan masalah keperawatan. 2) Mengidentifikasi ketersediaan dan kualitas sumber-sumber daya yang ada (biologis, lingkungan, dan perilaku). 3) Mengidentifikasi risiko biologis, lingkungan, dan perilaku serta hubungan timbal balik. 4) Mengomunikasikan faktor risiko yang mengancam. 5) Mendiskusikan rencana pengurangan faktor risiko. 6) Memprioritaskan area-area untuk mengurangi faktor risiko. 7) Melakukan monitoring terhadap faktor risiko. 8) Rencanakan tindak lanjut terhadap hasil akhir analisis risiko. Pengembangan Program Kesehatan Masyarakat Pengembangan program bertujuan untuk memberikan jalur inisiatif yang jelas, dipikirkan dengan baik, dan dapat disampaikan dalam jangka waktu tertentu dengan mempertimbangkan berbagai kendala. Sebuah program didefinisikan di sini sebagai rangkaian inisiatif yang akan disampaikan dalam jangka waktu, urutan, dan anggaran tertentu. Program dikenal dalam berbagai bentuk, program yang lebih kecil mungkin merupakan program “rutin” yang terdiri dari kumpulan inisiatif yang memiliki ide serupa. Program besar dalam bentuk project merupakan program dengan pelaksanaan dan perencanaan yang lebih rumit. Pengembangan program merupakan serangkaian perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan terkoordinir yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan, atau untuk mencegah, mengurangi atau menghilangkan satu atau lebih masalah kesehatan pada kelompok atau masyarakat Prosedur Pelaksanaan Pengembangan Program Prosedur Kegiatan 1) Mengidentifikasi kebutuhan atau masalah kesehatan yang signifikan. 2) Membentuk kesatuan tim (organisasi) termasuk anggota masyarakat yang tepat untuk dilibatkan. 3) Mengidentifikasi alternatif pendekatan untuk mengatasi kebutuhan atau 107 4) 5) 6) 7) 8) 9) masalah dan memilih pendekatan yang tepat. Menetapkan tujuan dan sasaran. Merancang identitas kegiatan, bentuk kegiatan, metode kegiatan dan prosedur kegiatan. Merancang kerangka waktu kegiatan. Mempersiapkan perlengkapan dan biaya. Memantau pelaksanaan program. Mengevaluasi program. Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan adalah usaha yang diberikan berupa bimbingan atau tuntunan kepada seseorang atau anak didik tentang kesehatan yang meliputi seluruh aspek pribadi (fisik, mental, sosial) agar dapat tumbuh dan berkembang secara harmonis. Pendidikan kesehatan pada dasarnya berkaitan dengan pendidikan jasmani, sehingga menjadi pendidikan jasmani dan kesehatan yang juga merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan. Pendidikan kesehatan di lingkungan sekolah terutama sekolah dasar sebaiknya diselenggarakan melaui pengalaman nyata dan langsung sebanyak mungkin. Prosedur Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Prosedur Kegiatan 1) Mengidentifikasi kebutuhan atau masalah kesehatan yang signifikan. 2) Mengidentifikasi faktor internal atau eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk berperilaku sehat. 3) Mengidentifikasi target dan sasaran dan karakteristik populasi. 4) Menetapkan tujuan dan sasaran. 5) Merancang materi pendidikan kesehatan. 6) Merancang metode pendidikan kesehatan. 7) Memperhatikan penyampaian sederhana, fokus, dan singkat. 8) Memantau perkembangan interaksi dalam pendidikan kesehatan. 9) Memberikan reinforcement positif. 10) Mengevaluasi hasil akhir pembelajaran pendidikan kesehatan. 108 Metode Pendidikan Kesehatan Berbagai macam bentuk metode dapat digunakan dalam pendidikan kesehatan di komunitas. Penting diperhatikan pemilihan metode dikaitkan dengan tujuan sehingga dapat sesuai. Metode yang dapat digunakan adalah sebagai berikut. Metode Audio Metode audio seperti rekaman, compact disc (CD) dan mp3 dapat digunakan sebagai cara kreatif dalam program pendidikan kesehatan dan terkadang dikombinasikan dengan metode lain dan penggunaan suara yang realistis. Keuntungan dari metode ini: minim biaya yang digunakan; menyediakan pengalaman pembelajaran yang terstruktur dan terkontrol, dan dapat memfasilitasi pembelajaran karena mendengarkan secara saksama; mudah dilakukan; dapat memberikan umpan balik yang lebih baik. Adapun kelemahan metode ini: hanya melibatkan satu indra yaitu indra pendengaran; membutuhkan alat tertentu seperti speaker dan pemutar audio; metode ini terkadang membosankan; memiliki risiko tinggi alat tidak berfungsi. Untuk efektifnya implementasi metode ini hindari transisi yang tidak menyenangkan pada saat hendak menggunakan teknik audio. Pemateri harus menyediakan material yang lengkap sebelumnya dan memastikan volume audio sesuai dengan luas ruangan. Metode Audiovisual Merupakan metode menggunakan materi seperti klip atau cuplikan video dan film. Keuntungan metode ini: 1) Memberikan variasi sehingga lebih menarik. 2) Memberikan perhatian peserta yang lebih baik. 3) Mampu memberikan pengenalan dan penguatan dan penekanan dari topik. 4) Memberikan kenyamanan dalam pengenalan itu. 5) Mampu memberikan pendekatan dalam diskusi. 6) Mudah digunakan. 7) Dapat disajikan untuk individu dan kelompok. 109 Kelemahan metode ini adalah: 1) Hasil akhir yang tidak bisa diprediksi. 2) Membutuhkan peralatan yang mahal. 3) Memberikan situasi di mana beberapa orang tidak ingin terlibat. 4) Menciptakan terlalu banyak isu untuk didiskusikan. Untuk efektifnya implementasi dari metode ini pemateri harus memperkenalkan konten yang disediakan dan meminta peserta untuk menemukan informasi dasar sehingga memancing keaktifan peserta. Justifikasi kredibilitas dari peserta terkait dengan waktu presentasi dari pemateri. Sediakan peralatan secara lengkap sebelum pelaksanaan. Sediakan waktu untuk berdiskusi menyimpulkan terkait dengan konsep dasar yang terdapat dalam materi. Brain Storming Merupakan metode dapat memancing ide dan mengumpulkan informasi yang dipahami kelompok yang dapat digunakan kapan pun pada saat pendidikan kesehatan. Brain storming dapat digunakan untuk menemukan masalah ataupun menemukan solusi yang dapat diterapkan terhadap satu masalah. Brain storming merupakan metode efektif dalam membangun suasana positif dalam kelompok karena mewakili kepentingan setiap peserta kelompok. Brain storming dapat menciptakan pemberdayaan setiap anggota kelompok. Pada dasarnya brain storming memberikan kesempatan peserta berfikir bebas dan juga berpendapat dengan pemateri sebagai fasilitator untuk mengembangkan ide permasalahan dan solusi yang disampaikan. Brain storming memberikan penguatan pemahaman terhadap ide dan isu yang dibahas. Aturan dalam pelaksanaan brain storming: 1) Tidak memberikan tanggapan negatif dan pemateri harus berprinsip tidak ada ide yang tak bagus karena hal ini dapat mematikan kreativitas. 2) Semua ide dikumpulkan dan diperhitungkan. 3) Pemateri diharapkan dapat mampu melibatkan peserta dari segala arah. 4) Pemateri disarankan mencatat semua ide jika perlu. 110 5) 6) 7) 8) 9) Individu diperbolehkan tidak menjawab jika merasa tidak ada ide baru untuk dikontribusikan. Teruskan proses sampai ide tidak ada lagi yang disampaikan Proses dapat diakhiri atau dilanjutkan pada saat selanjutnya Langkah selanjutnya konsolidasikan ide dan tema. Prioritaskan ide. Keuntungan dari Brain Storming 1) Memberikan kesempatan bagi semua peserta menjadi kontributor penting. 2) Tidak membutuhkan banyak alat. 3) Membangun lingkungan yang korporatif. 4) Memunculkan variasi ide yang dibahas. 5) Menciptakan semangat. 6) Memberikan gambaran dan pengalaman peserta. Kelemahan metode brain storming adalah: hasil akhir tidak bisa diprediksi, dapat membuat beberapa individu tidak nyaman dan perasaan terpaksa untuk berkontribusi, dapat menghabiskan banyak waktu, dapat gagal jika peserta menolak untuk berpartisipasi, dapat menjadi tidak fokus jika peserta mengalami kesulitan mengidentifikasi ide. Keefektifan implementasi dari metode ini dapat dicapai dengan pemateri harus menekankan pentingnya membangun dan mengembangkan ide, sehingga memberi penguatan pada peserta untuk menyumbangkan ide tersebut. Sepakati dengan peserta sejak awal pertemuan terkait waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan brain storming. Jika tidak disepakati waktu ini terkadang perilaku peserta tidak sesuai dengan batasan waktu yang diberikan. Pemateri harus mempersiapkan pemicu dan saran untuk menstimulasi peserta yang stagnan. Motivasi peserta untuk mengikuti ide berdasarkan topik untuk menghindari distraksi interaksi. Sediakan jika mungkin kesimpulan secara oral dan format cetak dari daftar ide-ide. Pembelajaran Kooperatif Merupakan kategori pengalaman pembelajaran yang berpusat terhadap peserta. Pada metode ini peserta bekerja mandiri dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dimaksudkan 111 untuk memberikan kesempatan pada peserta agar dapat menyelesaikan tugas. Metode ini performa individu akan menentukan performa dari kelompok. Hal yang membuat pelajaran kooperatif yang merupakan hal unik adalah gagal dan maju bersama. Keuntungan dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut. 1) Dapat menciptakan lingkungan yang lebih menyenangkan, berpotensi menciptakan atmosfer kerja sama yang kuat. 2) Memberdayakan banyak ide sehingga mampu menciptakan kualitas inovasi yang lebih baik. 3) Memberikan peserta kesempatan untuk lebih terlibat dan aktif. 4) Meningkatkan kolaborasi. 5) Menstimulasi ide-ide inovasi. 6) Memberikan kesempatan peserta untuk dengan yang lain meski dalam situasi yang baru. 7) Memaparkan peserta terhadap variasi pandangan dan ide. 8) Memberikan kemampuan dan sikap penerimaan terhadap perbedaan. 9) Dapat menciptakan tanggung jawab mutual dalam pembelajaran. 10) Menciptakan umpan balik segera antarpeserta. Kelemahan metode ini: 1) Outcome tidak bisa diprediksi. 2) Memiliki potensi untuk suasana lingkungan yang rebut. 3) Dapat didominasi oleh individu tertentu terutama individu yang over asertif. 4) Memiliki potensi untuk keluar dari ruang lingkup. 5) Bisa membuat suasana tidak nyaman bagi individu yang lebih suka bekerja mandiri. Keefektifan implementasi metode ini dapat diciptakan dengan mengembangkan tujuan dan pertanyaan yang mampu menstimulasi peserta pada tingkat pemikiran yang lebih tinggi. Hindari pertanyaan dengan jawaban yang tunggal. Tantang peserta untuk berfikir kritis dengan menjelaskan dan justifikasi. Terapkan fasilitasi kelompok untuk mengelola interaksi dan waktu. 112 Debat Merupakan metode diskusi terorganisir dari pandangan dan pemahaman yang berbeda dengan memberikan kesempatan argumentasi yang sesuai aturan. Metode ini memberikan perencanaan terstruktur untuk dapat mencapai pemahaman pandangan yang berbeda dan pengenalan tentang kebijaksanaan. Debat juga dapat mengembangkan kemampuan persuasif oral. Untuk pelaksanaan debat yang efektif peserta harus memiliki pengetahuan dasar yang substansial terkait topik yang dibahas. Keuntungan dari metode debat adalah: mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan berbagai keahlian, penyediaan variasi ide dan pikiran, dapat memaparkan peserta terhadap berbagai pendapat, dapat memperkuat opini terkait subjek. Kelemahan dari metode ini adalah: membutuhkan kontrol yang hatihati, menciptakan lingkungan yang kontroversi, dapat memperkuat posisi salah satu pihak, dapat membuat beberapa orang tidak nyaman, bisa gagal jika peserta tidak mampu berpartisipasi, dapat memperkuat kegigihan salah satu komponen sehingga dapat menciptakan lingkungan yang efektif. Untuk keefektifan implementasi ini membatasi topik terhadap dua sisi yang kontroversi dengan pandangan yang bertolak belakang. Topik debat yang mengarahkan pada kekuatan emosi akan lebih baik. Pilih topik yang sesuai dan hangat terkait perkembangan isu. Sediakan kemungkinan kedua sisi memiliki kecukupan sumber informasi agar debat tetap fokus. Tentukan peserta yang pro dan kontra sehingga mampu menyiapkan informasi yang dibutuhkan. Buat kerangka waktu yang terstruktur di awal. Sediakan argumen acak yang tidak memihak salah satu sisi. Display dan Buletin Boards Merupakan metode grafis dan kombinasi teks dengan format tertentu untuk menarik perhatian lebih banyak orang. Metode ini dapat menciptakan lingkungan pembelajaran positif dan meningkatkan poin tertentu. Metode ini juga mampu meraih kelompok untuk tidak ingin mengikuti metode presentasi formal. Keuntungan dari metode ini adalah: 1) Dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif. 2) Dapat dijadikan sebagai alat pembelajaran ongoing. 3) Dapat meraih populasi tertentu menyediakan variasi. 113 Kelemahan metode ini: 1) Mahal dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. 2) Membutuhkan material khusus. 3) Membutuhkan banyak waktu dalam persiapan. 4) Dapat menciptakan vandalisme. Untuk keefektifan implementasi metode ini papan buletin diawali dengan perencanaan menganalisis berbagai macam elemen seperti material yang akan digunakan, susunan, penulisan dan pemilihan warna. Pemilihan topik harus berfokus terhadap subjek atau tema sumber. Isi pesan harus to the point. Pilih caption yang singkat dan memikat untuk menarik perhatian dalam sekali pandang menggunakan kata-kata imajinatif, pertanyaan, jargon atau humor. Material akan bervariasi sesuai tema dan subjek. Usahakan pemilihan material sesuai dengan media yang tersedia. Display material menggunakan objek aktual dan objek 3 dimensi jika memungkinkan. Penyusunan kalimat yang informal dan tidak seimbang dianggap lebih menarik dan memanjakan mata. Elemen kunci isi pesan harus mendominasi menggunakan frame jika perlu. Huruf diusahakan tebal dengan ukuran seperenam dari ukuran media tidak membayang, menggunakan huruf kapital dan font bervariasi juga dapat digunakan. Pewarnaan difokuskan terhadap pemilihan warna yang mengundang perhatian, diusahakan tidak tercampur dengan warna latar belakang, menggunakan warna kontras juga dapat digunakan. Permainan edukasi Merupakan kegiatan pendidikan kesehatan yang meningkatkan elemen yang menyenangkan dan kompetisi. Perbedaan permainan edukasi dan lain adalah permainan edukasi memiliki objektif yang lebih jelas dan menjadi fokus dalam aktivitas kegiatan. Metode permainan ini pada umumnya bersifat kompetitif sehingga perlu diperhatikan dampak bagi peserta yang mengikutinya. Keuntungan dari metode ini: 1) Menyediakan lingkungan menyenangkan yang secara aktif melibatkan peserta. 2) Bersifat kompetisi sehingga memotivasi peserta. 3) Menciptakan variasi. 114 4) 5) 6) 7) Menciptakan kesempatan untuk pengulangan informasi penting. Dapat menjadi aktivitas yang tepat untuk pengenalan itu. Dapat meningkatkan kerja sama tim. Penyediaan umpan balik. Kelemahan metode ini: 1) Dapat mempermalukan individu yang menguasai sedikit informasi terhadap topik. 2) Terlalu fokus terhadap informasi kognitif. 3) Terlalu menekankan kompetisi. 4) Dapat menyebabkan kegaduhan jika antusiasme di luar kontrol. 5) Bisa gagal jika menang merupakan tujuan peserta dibandingkan pembelajaran. 6) Dapat mengurangi percakapan sosial. 7) Dapat mengurangi penjelasan terhadap poin dan aturan penting. Untuk keefektifan implementasi metode ini pilihlah permainan yang sesuai dengan pencapaian pembelajaran. Perkenalkan permainan yang akan dilakukan dan jelaskan objektif pembelajaran. Jangan berasumsi peserta sudah paham dengan aturan permainan. Berikan penjelasan yang jelas terkait aturan agar aturan permainan dapat diikuti peserta. Hindari mengubah aturan permainan ketika permainan sudah berjalan karena dapat menciptakan emosi negatif antar grup. Pemateri harus bersikap netral atau tidak memihak. Dalam penyediaan hadiah perhatikan semua hadiah didapatkan peserta namun berikan sedikit penilaian lebih pada pemenang. Dalam menjaga antusiasme peserta batasi waktu paling lama 30 menit. Demonstrasi Merupakan metode penting bagi pendidik kesehatan yang mampu menyediakan informasi faktual terkait bagaimana sesuatu bekerja atau berproses dalam rangka menerjemahkan teori dalam aplikasi praktik. Keuntungan dari demonstrasi adalah bersifat visual, dapat mengajarkan proses saintifik, dapat meningkatkan minat, pemahaman aspek teoretis, meningkatkan kepercayaan diri, memfasilitasi individu dengan partisipasi aktif. 115 Kelemahan metode ini adalah memerlukan biaya besar, membutuhkan banyak waktu dalam persiapan, membutuhkan alat-alat khusus, outcome tidak bisa diprediksi, dapat berbahaya jika tidak dikontrol, dan membutuhkan keahlian dari pemateri. Untuk keefektifan implementasi metode ini pemateri harus paham terkait apa yang didemonstrasikan. Rencanakan dengan hati-hati demonstrasi yang akan dipresentasikan. Miliki semua kebutuhan material sehingga demonstrasi bisa berjalan lancar. Ceramah Merupakan metode utama yang digunakan oleh pendidik kesehatan. Penggunaan metode ceramah menggunakan taktik pengalaman pengorganisasian yang baik. Pemateri dengan metode ini diharapkan memiliki kemampuan berbicara yang baik dengan membaca literatur. Metode ini menggunakan waktu lebih kurang 20 menit untuk memastikan peserta benar-benar memperhatikan. Waktu ini disarankan karena pada umumnya perhatian peserta memiliki batas waktu tertentu. Kecuali peserta merupakan kelompok dengan motivasi yang tinggi ataupun pemateri memiliki karisma yang cukup menyita perhatian. Keuntungan dari metode ini adalah: 1) Dapat mencakupi jumlah peserta yang banyak dan jumlah waktu yang singkat. 2) Dapat memberikan informasi lebih banyak. 3) Membutuhkan sedikit perlengkapan. 4) Dapat memberikan informasi faktual dalam kerangka logika. 5) Dapat menstimulasi ide untuk diskusi terbuka. 6) Dapat direkam. Kelemahan dari metode ini adalah: 1) Sulit mempertahankan perhatian dari peserta. 2) Membutuhkan keahlian yang tinggi terhadap topik yang diberikan. 3) Bukan cara yang baik untuk menarik minat peserta. 4) Hanya efektif untuk waktu yang singkat. 5) Pembelajaran pasif dan membebankan materi kepada pemateri. 116 Peer Education Merupakan pendekatan metode pendidikan kesehatan dengan melibatkan individu atau kelompok. Melaksanakan workshop untuk rekanrekan merupakan cara yang efektif dan produksi dalam mendiseminasi informasi pengajaran oleh peer telah dilaporkan sebagai strategi dengan hasil signifikan dalam menciptakan pembelajaran aktif. Peer education sangat tepat digunakan untuk personal yang terbatas dan memberikan kenyamanan bagi peserta karena mengenal pemateri. Keuntungan metode ini: 1) Memberikan pengalaman, percontohan dari rekan. Pengalaman percontohan akan meningkatkan motivasi perubahan oleh peserta. 2) Memberikan dampak yang lebih besar dibanding pemateri biasa. 3) Memiliki potensi penyediaan edukasi informal yang berkelanjutan. 4) Dapat memberi pengaruh pada kelompok yang tidak dapat diraih oleh pemateri profesional. 5) Memberikan kesempatan untuk pengembangan diri oleh peer pendidik. Kelemahan metode ini: 1) Kurangnya kredibilitas pemateri, karena dianggap sebagai bukan ahli. 2) Dapat memberikan informasi tidak akurat dan performa yang rendah. 3) Kurang tepat digunakan dalam penyampaian informasi yang bersifat teknis. Untuk keefektifan implementasi metode ini perekrutan peer pendidik harus memiliki kriteria keahlian dan kualitas serta panduan seleksi yang jelas. Melibatkan peer pendidik dalam proses perencanaan untuk memastikan bahwa mereka paham terhadap tujuan program. Berikan pelatihan dan kesempatan untuk pelatih bagi peer pendidik. Boneka Metode pendidikan kesehatan dengan menggunakan boneka merupakan metode yang cukup berdampak terhadap pendidikan kesehatan. Khususnya pada kelompok anak-anak. Metode ini juga merupakan metode 117 dengan biaya rendah dengan menggunakan boneka jari yang dapat dibuat sendiri. Keuntungan dari metode ini: cukup menghibur, dapat memudahkan topik sulit, dapat menekankan domain afektif, dapat mempengaruhi perasaan peserta, dan meningkatkan pemikiran kreatif dan komunikasi verbal. Kelemahan dari metode ini: 1) Tidak efektif jika peserta menolak berpartisipasi. 2) Dapat menciptakan emosi yang tidak diharapkan. 3) Pemateri harus bersiap dengan baik. 4) Dapat mengancam beberapa individu. 5) Hanya efektif untuk usia hingga 8 tahun. 6) Memiliki tantangan memanipulasi situasi. Untuk keefektifan implementasi metode ini pilih boneka yang menarik berikan nama dan ciptakan suara buatan yang sesuai jenis boneka. Gunakan gerakan tangan dan keragaman informasi. Alur cerita sesuai dengan permasalahan, situasi dan pesan yang disampaikan. Latihan dibutuhkan untuk menyesuaikan gerakan dan suara. Buatlah panggung khusus jika diperlukan. Pengulangan merupakan aspek kritis dalam pembelajaran anak. Roleplay (bermain peran) Merupakan metode pembelajaran dengan berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan. Peserta tidak menggunakan teks dalam melaksanakan kegiatan namun juga peserta tidak dibenarkan melakukan hal yang diinginkan yang tidak sesuai konteks. Metode ini mengutamakan fleksibilitas. Keuntungan dari metode ini: 1) Tidak membutuhkan perlengkapan yang banyak. 2) Dapat mempermudah. 3) Dapat berfokus pada domain afektif. 4) Dapat memberikan kesempatan pada peserta untuk mengekspresikan perasaan. 5) Menarik dan menghibur. 118 Kelemahan metode ini: 1) Akan gagal jika peserta menolak berpartisipasi. 2) Dapat menciptakan emosi yang tidak diinginkan. 3) Pemateri harus benar siap. 4) Terkadang sulit untuk dikontrol. 5) Berkemungkinan mendapatkan ketidakseriusan peserta. 6) Dapat memberikan konten yang tidak akurat dan tidak sesuai. Simulasi Merupakan kegiatan dalam metode pendidikan kesehatan yang berusaha menampilkan kondisi realita dari satu fenomena. Hal ini memberikan kesempatan untuk peserta bisa mengobservasi dan berpartisipasi dalam kejadian yang hampir nyata dengan kontrol tetap. Simulasi merupakan pemberian pengalaman nyata untuk memaparkan seseorang terhadap suatu sirkumtansi dengan bentuk pemodelan. Metode ini memberikan rangsangan berfikir kritis peserta dalam merespons situasi tertentu. Kondisi yang dibuat memberikan pengalaman berdasarkan realita dan respons emosi yang mungkin terjadi pada situasi nyata. Keuntungan dari simulasi adalah 1) Menciptakan elemen yang bersifat nyata. 2) Memberikan kesempatan untuk topik sulit. 3) Menyediakan variasi terdapat kesempatan pengulangan terhadap keahlian tertentu. Kelemahan metode ini adalah banyak menghabiskan waktu; memerlukan biaya yang mahal; dan tidak dapat dilakukan pada kelompok yang besar. Untuk mendapatkan keefektifan implementasi metode ini pemateri harus meminimalisir ketidakjelasan pada adegan simulasi dan menyediakan penjelasan yang detail. Upayakan agar simulasi seolah seperti asli. Pastikan tujuan yang dicapai dan dipahami peserta. Story Telling Merupakan metode yang cukup dikenal dalam mengomunikasikan ide dan informasi. Cerita memberikan daya hibur dan imajinasi peserta dalam upaya penyampaian informasi. Legenda mitos dan cerita nyata bisa dimanfaatkan dalam metode story telling. Pendidik kesehatan dapat 119 menggunakan metode bercerita untuk menanamkan konsep terkait permasalahan kesehatan. Metode dengan bercerita memberikan metode pembelajaran yang mudah dan mengingat terkait informasi yang diberikan. Dapat memanfaatkan teknologi dalam penerapannya. Keuntungan dari metode ini: metode ini cuku menarik dan menghibur, tidak membutuhkan alat, dapat mempermudah topik yang sulit, dapat berfokus pada domain afektif, dapat dibagikan dengan orang lain, dapat meningkatkan kemampuan berbicara. Kelemahan metode ini adalah: 1) Pemateri memiliki kemampuan berbicara yang baik. 2) Outcome tidak bisa diprediksi. 3) Membutuhkan banyak waktu. Keefektifan implementasi dari metode ini pilih cerita dengan pengulangan dan kalimat yang menyenangkan bagi anak. Kembangkan cerita yang jelas sesuai dengan tujuan. Berbicara yang jelas sesuai intonasi dan penekanan dari mood cerita. Gunakan gerakan yang sesuai. Ice Breaker Ice breaker dapat digunakan untuk mengembalikan suasana yang lebih baik dilingkungan pelaksanaan pendidikan kesehatan. Aktivitas ini harus mudah dilaksanakan dan menyenangkan. Pemberian kalimat positif penting dilakukan terhadap aktivitas ini agar mampu mengembalikan penyajian yang baik dan maksimal. Pelaksanaan aktivitas ini disarankan untuk tepat waktu karena akan memberi pengaruh terhadap konsumsi waktu keseluruhan dari pelaksanaan pendidikan kesehatan. Diharapkan pada kegiatan ini pemateri bersikap antusias dan menghormati serta menunjukkan ketertarikan terhadap partisipan yang ada. Untuk memaksimalkan hasil pendidik kesehatan harus mengenali nama peserta yang mengikuti kegiatan. Pelibatan semua peserta dan pendidik kesehatan akan lebih meningkatkan pencapaian semangat peserta kembali. Keuntungan dari ice breaker adalah: 1) Dapat membuat dan menciptakan atmosfer pendidikan kesehatan yang lebih positif dan penuh penghormatan. 2) Dapat membantu pemateri dalam mengenali nama dan meningkatkan ketertarikan partisipan. 3) Dapat meningkatkan peran aktif peserta dalam berinteraksi. 120 4) 5) 6) Dapat menanamkan aturan yang berlaku di lingkungan pendidikan kesehatan. Dapat memperbaharui energi. Dapat menenangkan peserta. Kelemahan dari aktivitas ini adalah banyak memakan waktu yang terkadang mengurangi waktu utama dan untuk kebutuhan lebih penting dan dapat membuat peserta tidak nyaman. Untuk efektifnya implementasi kegiatan ini pemateri harus memilih secara bijak ice breaker mana yang tepat dan sesuai dengan karakteristik peserta, sehingga mampu membuat peserta lebih nyaman. Kemudian jelaskan secara jelas aturan dan ekspektasi terhadap peserta pada saat kegiatan dimulai. Peserta akan lebih aktif untuk terlibat dalam kegiatan jika merasa percaya diri dan mengerti instruksi kegiatan. Konsultasi Konsultasi merupakan pertemuan antara pasien dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan saran atau perawatan kesehatan untuk gejala atau kondisi tertentu yang dialami. Penggunaan pengetahuan ahli untuk menangani mereka yang mencari pertolongan dalam menyelesaikan masalah yang memungkinkan individu, keluarga, kelompok, atau agensi untuk mencapai tujuan yang telah diidentifikasi. Prosedur Pelaksanaan Konsultasi Prosedur Pelaksanaan Kegiatan: 1) Mengidentifikasi tujuan berkonsultasi. 2) Mengumpulkan data dan identifikasi masalah yang menjadi fokus dalam konsultasi. 3) Mengidentifikasi dan klarifikasi harapan dari semua pihak yang terlibat. 4) Menyediakan pengetahuan seorang ahli bagi yang meminta konsultasi. 5) Melibatkan orang yang meminta konsultasi. 6) Mendukung kemampuan bagi orang yang berkonsultasi untuk menentukan langkah lebih baik selanjutnya. 7) Menunjukkan respons secara profesional untuk menerima atau menolak ide-ide yang ada. 8) Mencatat hasil konsultasi. 121 Manajemen Imunisasi Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila nanti terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Agar tubuh membuat zat anti untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT dan campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio). Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, resistan. Imunisasi berarti anak di berikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal terhadap suatu penyakit tapi belum kebal terhadap penyakit yang lain. Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Memonitor status imunisasi, memfasilitasi akses untuk imunisasi, dan menyediakan imunisasi untuk mencegah penyakit menular. Prosedur Pelaksanaan Imunisasi Prosedur Pelaksanaan Kegiatan 1) Mengajarkan pada orang tua imunisasi yang direkomendasikan bagi anak, cara imunisasinya, alasan dan kegunaan dari imunisasi, efek samping dan reaksi yang mungkin terjadi. 2) Mengidentifikasi teknik pemberian imunisasi yang tepat. 3) Menggunakan prinsip 5 benar dalam pemberian imunisasi. 4) Memberikan imunisasi sesuai teknik yang ditetapkan. 5) Mendokumentasikan hasil imunisasi. 6) Memberitahukan pada orang tua untuk memperhatikan tingkat kenyamanan anak setelah divaksin. 7) Mengobservasi anak selama beberapa waktu tertentu setelah pemberian vaksin. 8) Mengajarkan perawatan terhadap respons vaksin. Bantuan Pemeliharaan Rumah Membantu pasien/keluarga untuk memelihara kebersihan, keamanan rumah dan rasa senang untuk tinggal (di rumah). 122 Prosedur Pelaksanaan Bantuan Pemeliharaan Rumah Prosedur Pelaksanaan Kegiatan: 1) Menentukan kebutuhan pemeliharaan rumah klien. 2) Melibatkan klien dalam memutuskan kebutuhan pemeliharaan rumah. 3) Menyarankan perubahan struktural yang diperlukan untuk membuat rumah lebih mudah diakses dan sehat. 4) Menyediakan informasi mengenai bagaimana membuat rumah nyaman dan bersih. 5) Menganjurkan untuk menghilangkan bau yang tidak enak. 6) Menyarankan untuk mengontrol hama, sesuai kebutuhan. 7) Menyarankan untuk membersihkan cucian kotor. 8) Menyarankan pelayanan perbaikan rumah, jika diperlukan. 9) Mendiskusikan pembiayaan yang dibutuhkan untuk memelihara dan menyediakan sumber-sumber yang tersedia. 10) Menawarkan solusi terhadap ada nya kesulitan keuangan. 11) Mengoordinasikan penggunaan sumber-sumber komunitas. Pengajaran Kelompok Pengembangan, implementasi dan evaluasi terhadap program pengajaran pasien pada sekelompok individu yang mengalami masalah kesehatan yang sama Prosedur Pelaksanaan Kegiatan 1) Menyediakan lingkungan yang kondusif untuk belajar. 2) Menjelaskan tujuan program. 3) Memilih koordinator kelompok. 4) Mengontrol besar (ukuran) grup dan kompetensinya, sesuai kebutuhan. 5) Menyediakan instruksi bagi kelompok. 6) Merangkumkan hasil pada sesi pertemuan. 7) Mengevaluasi perkembangan pasien dalam program kelompok. 8) Menyediakan instruksi dan sesi lanjutan bagi individu, jika diperlukan. 9) Mendiskusikan jadwal belajar, termasuk tanggal, waktu dan tempat dari sesi pembelajaran lanjutan. 123 Pengajaran Nutrisi Prosedur Pelaksanaan Kegiatan: Pengajaran: Nutrisi bayi 0-3 bulan Definisi: Instruksi mengenai praktik nutrisi dan pemberian makanan melalui tiga bulan pertama kehidupan. 1) Berikan orang tua materi tertulis yang sesuai dengan kebutuhan pengetahuan yang telah diidentifikasi. 2) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memberi makan hanya ASI atau susu formula untuk tahun pertama (tidak ada makanan padat sebelum 4 bulan). 3) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk selalu memegang bayi saat memberikan botol. 4) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk tidak pernah menopang botol atau memberikan botol ditempat tidur. 5) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menghindari menempatkan sereal dalam botol. 6) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk membatasi intake air ½ sampai 1 ons pada satu waktu, 4 ons per hari. 7) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menghindari penggunaan madu atau sirup jagung. 8) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk mengizinkan mengedot dot. 9) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk membuang sisa susu formula dan membersihkan botol setiap selesai memberikan makan. Pengajaran: Nutrisi bayi 4-6 bulan Definisi: instruksi mengenai praktik nutrisi dan pemberian makanan mulai bulan keempat hingga bulan keenam kehidupan. 1) Berikan orang tua materi tertulis yang sesuai dengan kebutuhan pengetahuan yang telah diidentifikasi. 2) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memperkenalkan makanan padat (bubur) tanpa tambahan garam atau gula. 3) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memperkenalkan sereal bayi yang diperkaya zat besi. 4) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memperkenalkan satu makanan baru padat pada suatu waktu. 5) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menghindari memberikan jus atau minuman yang dimaniskan. 6) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memberi makan hanya menggunakan sendok. 124 Pengajaran: Nutrisi bayi 7-9bulan Definisi: instruksi mengenai praktik nutrisi dan pemberian makanan mulai bulan ketujuh hingga bulan kesembilan kehidupan. 1) Berikan orang tua materi tertulis yang sesuai dengan kebutuhan pengetahuan yang telah diidentifikasi. 2) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memperkenalkan makanan menggunakan jari ketika bayi bisa duduk. 3) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memperkenalkan cangkir ketika bayi bisa duduk. 4) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk membawa bayi bergabung dengan keluarga waktu makan. 5) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk membiarkan bayi mulai makan sendiri dan mengamati untuk menghindari tersedak. 6) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memberikan cairan setelah makanan padat. 7) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menghindari makanan penutup manis dan soda. 8) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menawarkan berbagai makanan, menurut piramida makanan. 9) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memperkenalkan jumlah terbatas dari jus yang diencerkan dalam cangkir. Pengajaran: Nutrisi bayi 10-12 bulan Definisi: instruksi mengenai praktik nutrisi dan pemberian makanan mulai bulan kesepuluh hingga bulan kedua belas kehidupan. 1) Berikan orang tua materi tertulis yang sesuai dengan kebutuhan pengetahuan yang telah diidentifikasi. 2) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menawarkan tiga makanan dan makanan ringan yang sehat. 3) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk mulai menyapih dari penggunaan botol. 4) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menghindari minuman buah dan susu berasa. 5) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memulai table foods/makanan meja. 6) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk mengizinkan bayi makan sendiri dengan menggunakan sendok. 125 Pengajaran: nutrisi balita 13-18 bulan Definisi: Instruksi mengenai praktik nutrisi dan pemberian makanan mulai bulan ke tiga belas hingga bulan kedelapan belas kehidupan. 1) Berikan orang tua materi tertulis yang sesuai dengan kebutuhan pengetahuan yang telah diidentifikasi. 2) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menghentikan pemberian makanan melalui botol. 3) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menawarkan makanan padat bertekstur. 4) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk melanjutkan penggunaan sendok dan makan sendiri. 5) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memperkenalkan produk susu. 6) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memberikan makanan ringan yang sehat. 7) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menawarkan porsi kecil dan pemberian makanan yang sering. 8) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menghindari diet makanan/minuman misalnya susu tanpa lemak, diet soda. 9) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menghindari memaksa memberi makan karena adanya penurunan nafsu makan. Pengajaran: Nutrisi Balita 19-24 bulan Definisi: instruksi mengenal praktik nutrisi dan pemberian makanan mulai bulan kesembilan belas hingga bulan dua puluh empat kehidupan. 1) Berikan orang tua materi tertulis yang sesuai dengan kebutuhan pengetahuan yang telah diidentifikasi. 2) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menganjurkan minum karena haus. 3) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk membatasi cairan sebelum makan. 4) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menawarkan makanan tinggi zat besi dan protein. 5) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memiliki waktu makan yang teratur dan makan sebagai sebuah keluarga. 6) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menambah atau mengurangi makanan, dengan tepat. 7) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menghindari minuman buah dan susu berasa. 8) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk membaca label kandungan nutrisi. 9) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menghentikan pemberian makanan melalui botol. 126 Pengajaran: Nutrisi Balita 25-36 bulan Definisi: instruksi mengenai praktik nutrisi dan pemberian makanan mulai bulan dua puluh lima hingga bulan ketiga puluh enam kehidupan. 1) Berikan orang tua materi tertulis yang sesuai dengan kebutuhan pengetahuan yang telah diidentifikasi. 2) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memberikan anak pilihan makanan yang sehat. 3) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memberikan sayuran mentah/dimasak. 4) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk memberikan makanan ringan yang sehat di antara waktu makan. 5) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menjadi kreatif dalam persiapan makanan untuk anak yang pemilih makanan. 6) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menawarkan porsi kecil makanan. 7) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk membatasi kandungan lemak dalam makanan. 8) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk mengajak anak berpartisipasi dalam persiapan makanan. 9) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk menawarkan sereal yang diperkaya zat besi, hindari sereal tinggi gula. 10) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk meningkatkan protein makanan. 11) Instruksikan orang tua/pengasuh untuk mencakup semua kelompok makanan. Keluarga Berencana Membantu pasien dalam menentukan dan menyediakan metode pencegahan kehamilan. Prosedur Pelaksanaan Keluarga Berencana Prosedur Pelaksanaan Kegiatan: 1) Menggali pengetahuan dan pemahaman pasien terhadap pilihan kontrasepsi. 2) Menjelaskan pasien mengenai fisiologi reproduksi manusia, termasuk sistem reproduksi laki-laki dan perempuan, jika diperlukan 3) Menjelaskan dan mendiskusikan metode-metode kontrasepsi. 4) Mendiskusikan pertimbangan agama, budaya, perkembangan social ekonomi, dan pertimbangan individu terhadap pilihan alat kontrasepsi. 127 5) 6) Menyediakan kontrasepsi bagi pasien sesuai indikasi. Memasang atau menggunakan kontrasepsi yang dipilih. Manajemen Lingkungan Manipulasi lingkungan pasien untuk kepentingan terapi, daya tarik sensoris, dan kesejahteraan psikologis. Prosedur Pelaksanaan Manajemen Lingkungan Prosedur Pelaksanaan Kegiatan 1) Mengidentifikasi kebutuhan keselamatan pasien berdasarkan fungsi fisik. 2) Menyingkirkan bahaya lingkungan. 3) Menyediakan perangkat-perangkat adaptif. 4) Tempatkan furnitur di kamar dengan pengaturan terbaik. 5) Meletakkan benda-benda yang sering digunakan dalam jangkauan pasien. 6) Menyediakan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan nyaman termasuk linen. 7) Mengurangi rangsangan lingkungan. 8) Memperhatikan ventilasi dan suhu lingkungan, pencahayaan dan kebisingan. 9) Memotivasi keluarga melakukan tindakan yang menyaman. Manajemen Bencana Mempersiapkan terbentuknya respons yang efektif terhadap suatu bencana dengan skala besar Prosedur Pelaksanaan Kegiatan 1) Identifikasi tipe bencana potensial yang ada di daerah tersebut (misalnya, yang berhubungan dengan cuaca, industri, lingkungan). 2) Bekerja bersama dengan instansi-instansi lain dalam perencanaan terkait dengan bencana (misalnya, penegakan hukum, pemadam kebakaran, palang merah, tentara, layanan-layanan ambulans, lembaga layanan sosial). 3) Kembangkan rencana (persiapan) sesuai dengan tipe bencana tertentu (misalnya, insiden kasual multipel, bom, tornado, badai, banjir, tumpahan bahan kimia), yang memang sesuai. 4) Identifikasi semua perangkat medis dan sumber daya lembaga sosial yang tersedia untuk dapat menanggapi bencana. 5) Kembangkan suatu jaringan pemberitahuan adanya bencana untuk dapat mengingatkan personil (yang bertugas). 128 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) 15) 16) 17) 18) 19) 20) 21) 22) 23) 24) Kembangkan prosedur-prosedur triase. Susun peran selama bencana yang telah diatur sebelumnya. Identifikasi tempat-tempat pertemuan untuk membantu korban bencana. Identifikasi tempat-tempat pertemuan alternatif bagi tenaga kesehatan. Ketahui di mana tempat peralatan dan perlengkapan bencana disimpan. Lakukan pemeriksaan berkala terhadap peralatan. Periksa dan isi kembali persediaan rutin. Didik tenaga kesehatan mengenai rencana-rencana terkait bencana yang dilakukan secara rutin. Dorong persiapan masyarakat untuk menghadapi kejadian bencana Didik anggota-anggota masyarakat mengenai keselamatan, swadaya, dan langkah-langkah pertolongan pertama. Dorong anggota masyarakat untuk memiliki rencana kesiapsiagaan pribadi (misalnya, nomor-nomor telepon darurat, radio yang dioperasikan dengan baterai, senter kerja, perlengkapan pertolongan pertama, informasi medis, informasi dokter, orang-orang yang harus diberitahu dalam keadaan darurat). Bantu untuk mempersiapkan tempat penampungan dan pos-pos bantuan darurat. Lakukan latihan simulasi (tiruan/mock) mengenai kejadian bencana setiap tahun atau dengan frekuensi yang sewajarnya. Evaluasi kinerja personil bencana setelah adanya suatu kejadian bencana atau latihan simulasi (tiruan/mock) bencana. Identifikasi mekanisme pembekalan bagi tenaga kesehatan setelah terjadinya bencana. Buat tenaga kesehatan menjadi peka akan potensi dampak psikologis (misalnya, depresi, sedih, takut, marah, fobia, rasa bersalah, marah, kecemasan) dengan adanya bencana. Identifikasi sumber-sumber rujukan paska bencana (misalnya, rehabilitasi, pemulihan, konseling). Identifikasi kebutuhan-kebutuhan paska bencana {misalnya, kebutuhan perawatan kesehatan terkait dengan bencana yang sedang berlangsung, pengumpulan data epidemiologi, pengkajian penyebab bencana, langkahlangkah untuk pencegahan terulangnya (bencana)}. Perbarui rencana terkait dengan bencana, sesuai dengan kebutuhan. 129 EVALUASI KEPERAWATAN KOMUNITAS Capaian Pembelajaran: Menjelaskan proses evaluasi di komunitas. Mengidentifikasi metode evaluasi di komunitas. 6.1. Evaluasi Komunitas Evaluasi biasanya dilihat sebagai langkah terakhir, tetapi karena proses keperawatan bersifat siklik, perawat terus-menerus mengevaluasi seluruh proses. Misalnya, dalam fase pengkajian, perawat harus mengevaluasi apakah data yang dikumpulkan cukup dan sesuai untuk memulai perencanaan. Metode evaluasi harus ditangani "dalam fase perencanaan, ketika tujuan dan objektif yang terukur telah ditetapkan" dan intervensi diidentifikasi (Shuster & Groeppinger, 2004, hal. 369). Evaluasi mengacu pada pengukuran dan penilaian keefektifan pencapaian tujuan atau hasil. Proses keperawatan di komunitas tidak akan lengkap sampai evaluasi dilakukan. Sebenarnya, jika Anda melihat proses keperawatan sebagai siklus bukan linier, maka evaluasi memandu Anda untuk keberlanjutan pengkajian berikutnya (Tembreull & Schaffer, 2005). Seberapa efektifkah layanan ini? Apakah kebutuhan klien benar-benar terpenuhi? Bagaimana status kesehatan berubah? Seperti yang dinyatakan sebelumnya, evaluasi adalah tindakan penilaian di mana seseorang menentukan nilai sehubungan dengan standar dan serangkaian kriteria. Evaluasi membutuhkan tujuan yang dinyatakan, standar dan kriteria khusus untuk menilai, dan keterampilan menilai. Untuk menentukan keberhasilan perencanaan dan intervensi anda, perawat kesehatan masyarakat menggunakan dua jenis evaluasi utama: 130 evaluasi formatif dan sumatif. Fokus evaluasi formatif adalah pada proses selama intervensi yang sebenarnya. Evaluasi sumatif berfokus pada hasil intervensi: Apakah Anda memenuhi tujuan Anda? Dalam evaluasi formatif, standar kinerja dikembangkan dan digunakan untuk menentukan apa yang bisa dan tidak bekerja dengan baik pada seluruh proses yang dilaksanakan (Anderson, Guthrie, & Schirle, 2002). Hal ini dapat mencakup struktur fisik dan organisasional lembaga tersebut, serta sumber daya yang memberikan dasar untuk intervensi. Evaluasi formatif pada dasarnya melihat proses langkah-demi-langkah dari implementasi program. Bisakah saya melakukan sesuatu yang lebih baik atau berbeda untuk meningkatkan hasil yang Anda inginkan? Sejalan dengan dasar pemikiran dalam model keperawatan komunitas sebagai partner. Anda diharapkan mendasarkan evaluasi kegiatan ataupun program yang Anda laksanakan sesuai dengan prinsipprinsip berikut: 1) Penguatan program. Tujuan sebagai perawat komunitas adalah promosi kesehatan dan meningkatkan kemandirian dari komunitas. Evaluasi membantu dalam mencapai tujuan ini dengan menyediakan proses yang berkelanjutan dan sistematis untuk menilai program, dampaknya, dan luaran hasil. 2) Menggunakan beberapa pendekatan. Selain pendekatan multidisiplin, metode evaluasi yang digunakan dapat bervariasi dan beragam. Tidak ada pendekatan tunggal yang harus digunakan, namun metode yang dipilih harus sesuai dengan tujuan program. 3) Desain evaluasi sesuai dengan isu yang diselesaikan. Penilaian evaluasi yang dilakukan komunitas harus berisi evaluasi untuk mengukur kriteria yang penting dan esensial sesuai dengan program yang dilaksanakan di masyarakat. 4) Gunakan proses partisipatif. Sama halnya seperti pada proses pengkajian, diagnosis, perencanaan, dan implementasi, evaluasi juga diharapkan melibatkan penuh masyarakat. 5) Keterbukaan dan fleksibilitas. Pendekatan evaluasi tidak boleh kaku dan preskriptif atau akan sulit untuk mendokumentasikan hasil evaluasi yang seharusnya. 131 6) Kembangkan kapasitas. Proses evaluasi, selain mengukur hasil harus meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap orangorang yang terlibat di dalamnya. Mengapa mengumpulkan data evaluasi? Kepada siapa data evaluasi akan diberikan, dan untuk tujuan apa hasil evaluasi akan digunakan? Program atau kegiatan apa yang akan dihasilkan atau harus dihentikan karena data hasil evaluasi? Sebelum strategi atau metode evaluasi dipilih, alasan dan penggunaan data evaluasi harus ditetapkan. Biasanya pertanyaan evaluasi fokus pada bidang relevansi, kemajuan, efisiensi biaya, efektivitas, dan hasil. Relevansi Apakah suatu program memang diperlukan? Relevansi menentukan alasan untuk melakukan program atau kegiatan. Pertanyaan akan relevansi mungkin lebih penting untuk program yang sudah berjalan jika dibandingkan dengan program baru. Seringkali, suatu program, seperti screening tekanan darah direncanakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang diminta oleh masyarakat. Kemudian, program ini berlanjut selama bertahun-tahun tanpa evaluasi relevansi. Pertanyaannya harus ditanyakan secara rutin adalah apakah program masih dibutuhkan? Jelas, evaluasi diperlukan bukan hanya untuk program baru, tetapi untuk semua program. Kendala yang sering ditemui untuk memulai program baru adalah kurangnya staf atau anggaran yang tidak memadai. Solusi untuk kendala ini bisa dijawab dengan relevansi adalah evaluasi program yang sudah ada dan berjalan. Staf dan anggaran dari program yang tidak lagi diperlukan dapat diarahkan ke program baru. Kemajuan Apakah kegiatan program sesuai dengan rencana yang dimaksudkan? Apakah staf dan material yang dibutuhkan sesuai dan tersedia dalam jumlah yang tepat dan pada waktu yang tepat untuk mengimplementasikan program kegiatan? Apakah jumlah klien yang berpartisipasi dalam program yang dijadwalkan sesuai dengan yang diharapkan? Apakah input dan output dapat memenuhi kriteria rencana yang telah ditentukan sebelumnya? Jawaban dari pertanyaan tersebut di 132 atas diharapkan dapat mengukur kemajuan program dan merupakan bagian dari proses atau sebagai bentuk evaluasi formatif. Penghematan Biaya Berapa biaya program yang digunakan? Apa manfaatnya? Apakah manfaat program sesuai dengan biaya yang dikeluarkan? Evaluasi efisiensi biaya mengukur hubungan antara hasil (manfaat) dari suatu program dan biaya penyajian program (seperti gaji dan bahan-bahan). Efisiensi biaya mengevaluasi apakah hasil suatu program dapat diperoleh dengan biaya lebih murah melalui pendekatan lain. Analisis biaya-manfaat memerlukan keterampilan di luar lingkup kemampuan perawat jika dibutuhkan kolaborasi literatur dan staff dalam ekonomi dan manajemen dapat dilibatkan jika diperlukan Keefektifan (Dampak) Apakah tujuan program terpenuhi? Apakah klien puas dengan program ini? Apakah penyedia program puas dengan kegiatan dan keterlibatan klien? Efektivitas berfokus pada evaluasi formatif serta hasil jangka pendek yang bersifat langsung. Hasil Akhir Apa implikasi jangka panjang dari program ini? Sebagai hasil dari program ini, perubahan perilaku apa yang bisa diharapkan dalam 6 minggu, 6 bulan, atau 6 tahun? Efektivitas mengukur hasil secara langsung dan jangka pendek, sedangkan langkah-langkah evaluasi hasil akhir mengevaluasi apakah kegiatan program mengubah tujuan fundamental dari program. Pertanyaan mendasarnya adalah apakah program memenuhi tujuannya? Apakah status kesehatan meningkat? Evaluasi “program dapat didefinisikan sebagai pengumpulan dan analisis yang konsisten dan berkelanjutan sebagai informasi yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan. Dengan demikian, pilihan pendekatan atau metode untuk mengumpulkan informasi adalah hal yang sangat penting dan perlu disepakati oleh semua orang dan elemen yang terlibat. Sadarilah bahwa tidak ada satu pun pendekatan yang paling baik (terbaik) dalam evaluasi, kecuali pendekatan mana yang dipilih dan harus sesuai dengan pertanyaan dan cita-cita yang ingin Anda jawab. 133 Empat hal utama perlu dipertimbangkan saat Anda memutuskan metode data mana yang digunakan untuk mengumpulkan informasi: 1) Sumber daya apa yang tersedia untuk melaksanakan evaluasi? 2) Apakah metode ini peka terhadap responden/peserta program? 3) Seberapa kredibelkah metode evaluasi yang digunakan dalam menggambarkan hasil? 4) Apa pentingnya data yang akan dikumpulkan? Untuk keseluruhan program dan untuk klien? Terdapat berbagai metode pengumpulan data dalam evaluasi yang Anda lakukan. Metode yang dapat Anda gunakan yakni sebagai berikut. Studi Kasus Sebuah evaluasi melalui studi kasus akan memberikan kesempatan bagi Anda melihat lebih dalam terhadap program yang dijalankan untuk menentukan adekuat atau tidaknya program dalam memenuhi tujuan dan kebutuhan yang dirancang sebelumnya. Metode studi kasus akan memberikan gambaran informasi yang cukup menyeluruh terhadap situasi program dan tidak seperti metode evaluasi lainnya, metode ini dapat dimulai kapan saja selama program. Data evaluasi dapat dikumpulkan selama studi kasus dengan cara observasi/pengamatan terhadap kegiatan yang terdapat di dalam program, wawancara tidak terstruktur dengan personil pelaksana dan peserta program, simpulan data statistik yang dikumpulkan pada kegiatan program, data wawancara terstruktur atau tidak terstruktur, dan informasi yang dikumpulkan melalui kuesioner. Data subjektif dan data objektif keduanya dapat dikumpulkan melalui metode evaluasi ini. Data subjektif meliputi informasi yang dikumpulkan terutama melalui pengamatan/observasi menyeluruh pada peserta atau staf program. Data objektif dikumpulkan dari dokumen program atau kuesioner dan wawancara terstruktur. Data subjektif dan objektif yang terkumpul merupakan data yang sama berarti dan menggambarkan evaluasi dari program tersebut. Data objektif dari kuesioner pun seberapa pun objektifnya masih akan sangat memerlukan data subjektif untuk menyempurnakan proses evaluasi yang Anda lakukan. Menggabungkan 134 data subjektif dan objektif adalah hal yang sangat disarankan untuk menyempurnakan hasil evaluasi. Teknik metode studi kasus dapat dilakukan dengan observasi dan wawancara, kelompok nominal, dan teknik Delphi. Observasi dan Wawancara Observasi adalah salah satu metode pengumpulan data untuk studi kasus. Pengamatan dapat bersifat partisipatif maupun tidak partisipatif. Partisipan observer mengambil peran saat program atau kegiatan dilaksanakan. Observer untuk kebutuhan tertentu dapat menggunakan orang luar yang bukan bagian dari tim maupun peserta sehingga dapat menghasilkan hasil evaluasi yang lebih kredibel. Jenis-jenis observasi yang dilakukan ditentukan oleh item-item yang di tentukan sebelumnya berkaitan dengan program. Misalnya, jika dikaitkan dengan item relevansi, observer akan berkonsentrasi pada siapa, apa, mengapa, dan kapan program dilakukan. Siapa yang menggunakan layanan ini? Catat demografi usia, etnis, geografis lokasi, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan. Layanan apa yang diterima oleh peserta? Imunisasi? Pemeriksaan fisik? Pendidikan kesehatan? Screening? Seberapa sering layanan dilakukan, mengapa populasinya menggunakan layanan yang diberikan? Ketersediaan? Keterjangkauan? Tidak ada pilihan lain? Kemudian kapan layanan diakses? Apakah orang datang pada waktu yang ditentukan atau hanya kapan mereka sakit? Beberapa data dapat dikumpulkan dari laporan, wawancara informal dengan para peserta dan pelaksana. Saat wawancara, upayakan Anda selalu memiliki daftar topik pertanyaan. Pertimbangkan pertanyaan tersebut harus diatur dalam urutan logis dengan kalimat pertanyaan siapa, apa, mengapa, dan kapan (5W1H). Percakapan informal, kadang-kadang dikenal sebagai wawancara "tidak terstruktur” sediakan waktu untuk mengeksplorasi persepsi peserta terhadap program atau kegiatan. Observasi dan wawancara akan banyak dilaksanakan oleh pelaksana berbeda dengan pengisian kuesioner peserta yang secara mandiri untuk mengisi. Observasi dan wawancara akan menggambarkan evaluasi bersifat persepsi selektif. Persepsi selektif merupakan kecenderungan alami setiap 135 orang untuk secara sadar menggolongkannya mengategorikan perilaku atau pernyataan orang lain. Kategori-kategori ini telah terbentuk oleh nilainilai budaya, pembelajaran, dan pengalaman hidup. Sampai tingkat tertentu, proses ini diinginkan karena membatasi jumlah pengamatan dan pertimbangan penanganan informasi yang cepat dan efektif. Kekurangan dari persepsi selektif. Pernyataan dan perilaku diklasifikasikan menurut persepsi selektif dari observer, yang mungkin sama sekali berbeda dari persepsi selektif klien atau profesional anggota tim lainnya dari pelaksana kegiatan. Hal yang harus benar-benar menjadi perhatian dari persepsi selektif dalam evaluasi program adalah ketika pengamat memiliki prasangka bahwa suatu program akan berhasil atau gagal. Ini bisa menghasilkan prediksi hasil yang sesuai dengan keinginan observer sehingga dapat menjadi bias karena mungkin observer secara tidak sadar merekam data yang mendukung keyakinan dan preferensi yang terbentuk sebelumnya. Persepsi selektif adalah sumber data subjektif. Hal yang paling penting untuk diperhatikan untuk menghindari hasil yang bias minta konfirmasi dan pendapat orang lain yang tidak memiliki kepentingan. Tanyakan bagaimana hasil pengamatan Anda secara logis. Interaktivitas Interaktivitas adalah kegiatan tambahan dalam evaluasi studi kasus yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pengamatan. Interaktivitas merupakan bagaimana Anda melihat interaksi dan keaktifan peserta dan pelaksana yang melaksanakan kegiatan atau program. Observer mencatat kegiatan dan keaktifan pelaksanaan kegiatan untuk menyimpulkan dan melengkapi data evaluasi studi kasus. Observer mencatat kegiatan selama program, kehadiran dan produktivitas peserta Kelompok Nominal Baik metode pengumpulan data evaluasi kelompok nominal dan teknik Delphi didasarkan pada keyakinan bahwa peserta yang mengikuti kegiatan merupakan sumber data yang paling mendasar akan memberikan gambaran terhadap data evaluasi. 136 Teknik pengumpulan data kelompok nominal menggunakan pertemuan kelompok terstruktur, di mana semua individu atau peserta diberikan kesempatan untuk memberikan pendapat dalam menilai program seperti menuliskan atau menyebutkan manfaat dari program, kendala dalam program, atau perubahan yang diperlukan dalam program. Setiap anggota diminta untuk menulis respons di atas kertas dan tidak membahasnya dengan orang lain. Kemudian 5 hingga 10 menit, semua peserta menyampaikan ide mereka, dan setiap ide dicatat (tanpa diskusi), sehingga semua orang dapat melihat semua ide-ide. Setelah semua ide disajikan, diskusi dimulai, di mana gagasan diklarifikasi dan dievaluasi. Setelah diskusi, kelompok memberikan suara untuk menentukan urutan persepsi dan pendapat. Teknik kelompok nominal memungkinkan semua individu untuk mempresentasikan ide mereka sebelum disimpulkan oleh seluruh kelompok. Serta melibatkan seluruh kelompok mengurangi persepsi selektif dan meningkatkan kerja sama individu dengan keputusan kelompok karena orang percaya mereka telah terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Survei Survei adalah metode pengumpulan informasi dan data yang dapat digunakan untuk evaluasi kegiatan atau program. Survei biasanya dilengkapi dengan kuesioner yang buat dan dikelola sendiri oleh pelaksana program untuk menentukan persepsi masyarakat tentang informasi kesehatan dan kebutuhan kesehatan. Survei dilakukan untuk menggambarkan (survei deskriptif) atau untuk menganalisis hubungan (survei analitis). Meskipun, sebagian besar survei bisa digunakan untuk menjelaskan dan menganalisis. Survei dapat digunakan untuk menggambarkan kebutuhan akan suatu program, kegiatan aktual dari program, atau efek dari program. Seiring dengan informasi deskriptif yang diperoleh pertanyaan analisis juga dapat dijawab melalui survei. Misalnya, survei dapat digunakan untuk menggambarkan komposisi kelompok yang menghadiri program, serta untuk menganalisis hubungan antara data deskriptif. Survei biasanya dilakukan untuk evaluasi sumatif (dampak). Apakah program tersebut dianggap berhasil oleh klien? Oleh personil? Jika program itu dianggap 137 berhasil, apa bagian yang paling bermanfaat? Paling tidak bermanfaat? Apa yang harus diubah? Tidak berubah? Pertanyaan yang diajukan oleh survei ditentukan oleh daftar pertanyaan awal tentang evaluasi program. Seperti halnya metode studi kasus, jawaban atas survei berasal dari persepsi, nilai-nilai, dan sistem kepercayaan responden/peserta. Tanggapan diberikan untuk pertanyaan manfaat program oleh perawat yang merencanakan dan mengimplementasikan program dapat menjadi sangat berbeda dari jawaban para peserta. Kesadaran akan bias persepsi dapat mengarahkan upaya evaluasi untuk mempertimbangkan persepsi semua orang (penyedia, klien, dan manajemen) yang terlibat dalam implementasi program. Reliabilitas dan Validitas Survei yang digunakan untuk evaluasi program harus memperhatikan reliabilitas dan validitas informasi yang dikumpulkan. Reliabilitas berhubungan dengan pengulangan, atau reproduktivitas, dari data (mis., jika pertanyaan yang sama diajukan oleh orang yang sama 1 minggu kemudian, apakah tanggapan yang sama juga akan muncul?). Validitas adalah kebenaran dari informasi. Jika pertanyaan ditulis untuk mengevaluasi pengetahuan, dan jawaban dari responden mencerminkan perilaku. Pertanyaannya tidak valid jika jawaban tidak sesuai yang diukur. Studi Eksperimen Studi desain eksperimental dapat memberikan jawaban untuk pertanyaan penting: apakah program membuat perbedaan? Apakah perilaku kesehatan, pengetahuan, dan sikap berubah karena kegiatan program? Apakah komunitas lebih sehat karena program yang ditawarkan oleh program promosi kesehatan? Namun, kendala yang harus Anda hadapi dalam studi eksperimental dalam evaluasi program adalah bahwa mereka memerlukan implementasi selektif, artinya orang yang berpartisipasi adalah dipilih melalui proses seperti pemilihan acak ke grup kontrol dan kelompok eksperimen. Untuk banyak alasan etika, politik, dan kesehatan masyarakat, selektif implementasi sulit untuk diselesaikan dan kadang-kadang tidak mungkin. Meskipun kendala ini muncul, studi eksperimental tetap menjadi metode 138 terbaik untuk mengevaluasi sumatif efek (hasil) dari suatu program dan satu-satunya cara untuk menghasilkan informasi yang dikuantifikasi apakah program membuat perubahan. Pemaparan Hasil Evaluasi Keperawatan Komunitas Forum komunitas merupakan pertemuan terpusat komunitas yang dirancang untuk memperoleh pendapat masyarakat terkait pembahasan hal-hal tertentu. Forum komunitas biasanya dilaksanakan di tempat-tempat komunitas biasa berkumpul seperti di aula, keluarhan, gedung, sekolah, masjid dan tempat pusat kegiatan masyarakat. Dalam melaksanakan forum komunitas anda akan memilih peserta yaitu anggota masyarakat, orang/informan kunci untuk berpartisipasi dengan memberikan undangan khusus. Anggota yang terlibat dalam forum komunitas berasal dari dalam komunitas itu sendiri dan mewakili semua segmen komunitas yang terlibat dengan masalah ini. Sebagai contoh, jika suatu komunitas berencana membentuk posyandu lansia, orang-orang yang diundang ke forum komunitas mungkin termasuk pengguna potensial posyandu tersebut seperti lansia, tetua-tetua, kepala struktur di komunitas, kader, personel kesehatan dan orang-orang kunci lainnya yang dirasa perlu. Forum komunitas dapat dilaksanakan pada saat perencanaan kegiatan di komunitas, mereka diminta untuk memberikan pandangan mereka tentang perencanaan seperti dimana seharusnya kegiatan dilaksanakan, siapa yang akan bertanggung jawab, bagaimana rencana pembiayaan kegiatan, membahas terkait masalah dan kendala yanga akan muncul saat pelaksanaan kegiatan. Begitu juga dengan pemaparan hasil evaluasi keperawatn perlu disampaikan ke masyarakat agar masyarakat sejauh mana perkembangan upaya yang telah dilakukan dan perencanaan tindak lanjut guna keberlanjutan kegiatan/program, penguatan sumberdaya dan pengoptimal hasil yang lebih baik lagi. 139 Referensi AFMC. (2011). Definitions of Health | Primer on Public Health Population. Retrieved from http://phprimer.afmc.ca/Part1TheoryThinkingAboutHealth/ConceptsOfHealthAndIllness/Definit ionsofHealth Ali, O. (2013). Genetics of type 2 diabetes. World Journal Diabetes, 4(4), 114–123. https://doi.org/10.5005/jp/books/12626_22 Allender, J. A., Rector, C., & Warner, K. D. (2014). Community & public Health Nursing: Promoting the Public’s Health. Anderson, E. T., & Mcfarlane, J. (2011). Community as Partner Theory ang Practice. 6th Edition. Printed in China: Wolters Kluwer; Lippincot Williams Wilkins. Baar, J., Romppel, M., Igel, U., Brähler, E., & Grande, G. (2016). The Association Between Physical Environment and Health: Indicating the Direction of Effects Using German Panel Data. International Journal of Occupational and Environmental Health, 22(1), 1–6. https://doi.org/10.1080/10773525.2015.1106074 Baker, E., Beer, A., Lester, L., Pevalin, D., Whitehead, C., & Bentley, R. (2017). Is Housing A Health Insult?. International Journal of Environmental Research and Public Health, 14(6). https://doi.org/10.3390/ijerph14060567 Chattu, V., Manzar, M., Kumary, S., Burman, D., Spence, D., & PandiPerumal, S. (2018). The Global Problem of Insufficient Sleep and Its Serious Public Health Implications. Healthcare, 7(1), 1. https://doi.org/10.3390/healthcare7010001 Dahlgren, G., & Whitehead, M. (1991). Policies and Strategies to Promote Social Equity in Health. Available: https://core.ac.uk/ download/pdf/6472456.pdf. Füzéki, E., & Banzer, W. (2018). Physical Activity Recommendations For 140 Health and Beyond in Currently Inactive Populations. International Journal of Environmental Research and Public Health, 15(5). https://doi.org/10.3390/ijerph15051042 Galea, S. (2007). Macrosocial Determinants of Population Health. Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53). Ann Arbor USA: Springer. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004 Granger, E., Di Nardo, F., Harrison, A., Patterson, L., Holmes, R., & Verma, A. (2017). A Systematic Review of the Relationship of Physical Activity and Health Status in Adolescents. European Journal of Public Health, 27(2), 100–106. https://doi.org/10.1093/ eurpub/ckw187 Hahn, R., & Truman, B. (2015). Education Improves Health and Promotes Health Equality. International Journal of Health Services, 45(4), 657–678. https://doi.org/10.1177/0020731415585986.Education Joshi, A., & Amadi, C. (2013). Impact Of Water, Sanitation, and Hygiene Interventions on Improving Health Outcomes Among School Children. Journal of Environmental and Public Health, 2013. https://doi.org/10.1155/2013/984626 KBBI. 2016. KBBI Daring. Retrieved from https://kbbi.kemdikbud. go.id/entri/jujur Kemenkes RI. 2016. Pedoman Umum Program Indonesia dengan Pendekatan Keluarga (No. 362.11 Ind P). Jakarta Indonesia. Retrieved from https://www.kemkes.go.id/resources/download/ lain/Buku Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.pdf ______. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 20152019. Kreuzer, M., Boffeta, P., Whitley, E., Ahrens, W., Gaboreau, V., Heinrich, J., … Simonato, L. (2000). Gender Differences in Lung Cancer Risk by Smoking a Multicentre Case-control Study in Germany and Italy. British Journal, 82, 227–233. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3746083/pdf/WJ D-4-114.pdf Lombardo, J. S., & Buckeridge, D. L. (2007). Disease Surveillance. Disease Surveillance. Hoboken New Jersey: John Wiley & Sons Inc Publication. https://doi.org/10.1201/b19506 141 Mara, D., Lane, J., Scott, B., & Trouba, D. (2010). Sanitation and Health. PLoS Medicine, 7(11). https://doi.org/10.1371/journal.pmed. 1000363 McFarlane, I. (2016). The Goal of Adequate Nutrition: Can It Be Made Affordable, Sustainable, and Universal?. Foods, 5(4), 82. https://doi.org/10.3390/foods5040082 McMillan, D. W., & Chavis, D. M. (1986). Sense of Community: A Definition and Theory. Special Issue: Psychological Sense of Community, I: Theory and Concepts. Journal of Community Psychology, 14(1), 6–23. https://doi.org/10.1002/1520-6629 (198601)14:1<6:AID-JCOP2290140103>3.0.CO;2-I Nies, M. A. (Mary A., & McEwen, M. (2014). Community/public Health Nursing: Promoting the Health of Populations. Elsevier Health Sciences. Panahi, S., & Tremblay, A. (2018). Sedentariness and Health: Is Sedentary Behavior More Than Just Physical Inactivity?. Frontiers in Public Health, 6(September), 1–7. https://doi.org/10.3389/fpubh.2018. 00258 Parker, D. R., Sc, D., Fallone, D., Martin, R. A., Stein, L. A. R., Bock, B., … Clarke, J. J. (2015). The Relation Between Smoking Status and Medical Conditions Among Incarcerated Adults Donna. J Addict Med, 8(2), 90–95. https://doi.org/10.1097/ADM.0b013e3182 a96466.The Pem, D., & Jeewon, R. (2015). Fruit and Vegetable Intake: Benefits and Progress of Nutrition Education Interventions-Narrative Review Article. Iranian Journal of Public Health, 44(10), 1309–1321. Popkin, B. M. (2011). Health. Science & Society Series on Food and Science, 12(1), 11–18. Rahal, Z., Nemr, S. El, Sinjab, A., Chami, H., Tfayli, A., & Kadara, H. (2017). Smoking and Lung Cancer: A Geo-Regional Perspective. Frontiers in Oncology, 7(SEP), 1–7. https://doi.org/10.3389/fonc. 2017.00194 Rapoport, L. (1961). The Concept of Prevention in Social Work. Social Work, 6(1), 3–12. Retrieved from http://www.jstor.org/stable/ 23708392 142 Rehm, J. (2011). The Risks Associated with Alcohol Use and Alcoholism. Alcohol Research and Health, 34(2), 135–143. Richard, L., Gauvin, L., & Raine, K. (2011). Ecological Models Revisited: Their Uses and Evolution in Health Promotion Over Two Decades. Annual Review of Public Health, 32(1), 307–326. https://doi.org/ 10.1146/annurev-publhealth-031210-101141 Riley, W. J. (2012). Health Disparities: Gaps in Access, Quality and Affordability of Medical Care. Transactions of the American Clinical and Climatological Association, 123, 167–174. Roma, E., & Pugh, I. (2015). A Report by the London School of Hygiene and Tropical Medicine, 28. Retrieved from https://www.unilever. com/Images/sd_toilets-for-health-141113_tcm244-409783_en.pdf Speechley, M., Kunnilathu, A., Aluckal, E., Balakrishna, M. S., Mathew, B., & George, E. K. (2017). Screening in Public Health and Clinical Care: Similarities and Differences in Definitions, Types, and Aims -A Systematic Review. Journal of Clinical and Diagnostic Research, 11(3), LE01–LE04. https://doi.org/10.7860/ JCDR/2017/24811.9419 Sreedevi, A., Javed, R., & Dinesh, A. (2015). Epidemiology of Cervical Cancer with Special Focus on India. International Journal of Women’s Health, 7, 405–414. https://doi.org/10.2147/IJWH. S50001 Stanhope, M., & Lancaster, J. (2016). Public Health Nursing: PopulationCentered Health Care in The Community (9th Editio). St Louis, Missouri USA: Elsevier. Stoewen, D. L. (2016). Wellness at Work: Building Healthy Workplaces. Canadian Veterinary Journal, 57(11), 1188–1190. Tempo. 2019. Wamenkeu Beberkan Penyebab BPJS Kesehatan Defisit Rp 32 Triliun -Bisnis Tempo. Retrieved from https://bisnis.tempo.co/ read/1256903/wamenkeu-beberkan-penyebab-bpjs-kesehatandefisit-rp-32-triliun/full&view=ok UN. (2015). Transforming Our World: The 2030 Agenda for Sustainable Development. United Nations. https://doi.org/10.1201/b20466-7 Van Der Geest, S. (2015). Hygiene and Sanitation: Medical, Social and Psychological Concerns. Cmaj, 187(17), 1313–1314. https://doi. org/10.1503/cmaj.150588 143 West, R. (2017). Tobacco Smoking: Health Impact, Prevalence, Correlates and Interventions. Psychology and Health, 32(8), 1018–1036. https://doi.org/10.1080/08870446.2017.1325890 WHO. Basic Documents, Forty-Fifth Edition, Supplement, October 2006 This, Pub. L. No. Fifty-first World Health Assembly, 1 (2006). Retrieved from https://www.who.int/governance/eb/who_ constitution_en.pdf WHO. (2012). The Determinants of Health. Health Impact Assessment. The World Health Organization Website, 18–20. Winslow, C. E. (1920). The Untilled Fields of Public Health. Science (New York, N.Y.), 51(1306), 23–33. https://doi.org/10.1126/ science.51.1306.23 144