APBN DAN APBD 1. Pengertian APBN dan APBD Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) adalah suatu daftar yang memuat perincian sumber-sumber pendapatan negara dan jenis-jenis pengeluaran negara dalam waktu 1 tahun / menurut UU No.17 thn 2003 APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintah negara yang distujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) APBD adalah suatu rancangan keuangan tahunan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan dan Belanja Daerah . 2. Fungsi APBN dan APBD a) Fungsi Perencanaan Perencanaan APBN berfungsi untuk mengalokasikan sumber daya sesuai dengan apa yang sudah direncanakan setiap tahunnya. b) Fungsi Alokasi c) Fungsi Stablitasi Fungsi yang bertujuan untuk membagi proporsionalitas anggaran dalam melakukan pengalokasian pembangunan dan pemerataan.) Fungsi stabilitasi bermakna bahwa anggaran negara berfungsi untuk menjaga keseimbangan antara masyarakat melalui intervensi guna mencegah inflasi. d) Fungsi Otorisasi e) Fungsi Regulasi f) Fungsi Distribusi Fungsi otoritas mengandung artian bahwa anggaran negara adalah tonggak atau pokok pelaksanaan pendapatan dan belanja dalam setiap tahunnya. APBD berfungsi untuk mengawasi kinerja dari pemerintah daerah dalam meningkatkan perekonomian daerah Sesuai namanya, distribusi, fungsi ini bertujuan untuk penyaluran dana kepada masyarakat berdasarkan alokasi yang sudah ditetapkan.. 2. Fungsi APBN dan APBD a) Fungsi Perencanaan APBD berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan anggaran keuangan daerah pada TA tertentu b) Fungsi Alokasi c) Fungsi Stablitasi APBD berfungsi sebagai pedoman dalam alokasi dana yang tepat bagi peningkatan perekonomian daerah APBD harus dapat menjadi instrumen dalam kestabilan ekonomi daerah d) Fungsi Otorisasi e) Fungsi Pengawasan APBD menjadi pedoman untuk melaksanakan pendapatan dan belanja daerah pada tahun yang bersangkutan APBD berfungsi untuk mengawasi kinerja dari pemerintah daerah dalam meningkatkan perekonomian daerah f) Fungsi Distribusi APBD haruslah didistribusikan secara merata dan adil dan dalam pendistribusiannya harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan 3. Fungsi Penyusunan APBN dan APBD Tujuan Penyusunan APBN dan APBD a) 1. 2. 3. 4. 5. Meningkatkan transparansi dan pertanggung jawaban pemerintah Untuk memberikan arah bagi pemerintah dalam melaksanakan fungsi yang diembannya . Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal . Untuk melihat dan mengevaluasi kinerja pemerintah dalam upaya menyejahterahkan masyarakat karena anggaran disusun berdasarkan anggaran . Sumber data yang akurat bagi rakyat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah . 3. Fungsi Penyusunan APBN dan APBD b) Asas Penyusunan APBN 1. 2. 3. Kemandirian Penghematan atau peningkatan efisiensi produktivitas Penajaman prioritas pembangunan 3. Fungsi Penyusunan APBN dan APBD a) 1. 2. 3. Asas anggaran: Asas anggaran surplus: pemerintah memberlakukan anggaran dengan pendapatan lebih besar dari belanja negara Asas anggaran defisit: pemerintah memberlakukan anggaran dengan pendapatan lebih kecil dari belanja negara Asas anggaran berimbang: pemerintah memberlakukan anggaran dengan pendapatan sama dengan belanja negara 4. Prinsip Penyusunan APBN 1). Prinsip penyusunan APBN pendapatan negara: a. b. c. berdasarkan Mengintensifikan penerimaan sektor anggaran dalam jumlah dan ketetapan penyetoran Mengintensifkan penagihan dan pemungutan piutang negara, misalnya sewa penggunaan milik negara Mengitensifkan sewa tuntutan ganti rugi yang diderita oleh negara dan denda yang dijanjikan 4. Prinsip Penyusunan APBN a. b. c. 2) Prinsip penyusunan APBN berdasarkan aspek pengeluaran negara: Hemat, tidak boros, efisiensi dan berdaya guna serta sesuai dengan kebutuhan teknis yang ada Terarah dan terkendali sesuai denga anggaran dan program kegiatan Mengusahakan semaksimal mugkin penggunaan produkproduk dalam negeri dan memperhatikan kemakmura/ potensi yang dimiliki Cara Penyusunan APBN APBN disusun oleh pemerintah dalam bentuk rencana. Rencana tersebut diajukan kepada DPR membahas RAPBN dalam masa sidang. Sesudah RAPBN disetujui oleh DPR, RAPBN kemudian di tetapkan menjadi APBN melalui UU. Apabila RAPBN tidak disetujui, pemerintah menggunakan APBN tahun sebelumnya. Agar pelaksanaan APBN sesuai dengan rencana, maka dikeluarkan keputusan Presiden tentang pelaksanaan anggaran pendapata dan belanja negara. Penyusunan Rancangan APBD A. Siklus Anggaran APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Siklus pengelolaan anggaran secara garis besar terdiri dari: 1. 2. 3. Penyusunan dan Penetapan APBD; Pelaksanaan dan Penatausahaan APBD; Pelaporan dan Pertanggungjawaban APBD. Penyusunan APBD berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara. APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD ditetapkan setiap tahun dengan peraturan daerah Penyusunan Rancangan APBD B. Penyusunan Rancangan APBD Pemerintah Daerah perlu menyusun APBD untuk menjamin kecukupan dana dalam menyelenggarakan urusan pemerintahannya. Karena itu, perlu diperhatikan kesesuaian antara kewenangan pemerintahan dan sumber pendanaannya. Pengaturan kesesuaian kewenangan dengan pendanaannya adalah sebagai berikut: 1. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban APBD. 2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat di daerah didanai dari dan atas beban APBN. 3. Penyelenggaraan urusan pemerintahan provinsi yang penugasannya dilimpahkan kepada kabupaten/kota dan/atau desa, didanai dari dan atas beban APBD provinsi. 4. Penyelenggaraan urusan pemerintahan kabupaten/kota yang penugasannya dilimpahkan kepada desa, didanai dari dan atas beban APBD kabupaten/kota. Penyusunan APBD 1. Rencana Kerja Pemerintahan Daerah Penyusunan APBD berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Karena itu kegiatan pertama dalam penyusunan APBD adalah penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Pemerintah daerah menyusun RKPD yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan menggunakan bahan dari Renja SKPD untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah Pusat. RKPD tersebut memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah, pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Secara khusus, kewajiban daerah mempertimbangkan capaian standar pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Penyusunan APBD 2. Kebijakan Umum APBD Setelah Rencana Kerja Pemerintah Daerah ditetapkan, Pemerintah daerah perlu menyusun Kebijakan Umum APBD (KUA) serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang menjadi acuan bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD. Kepala daerah menyusun rancangan KUA berdasarkan RKPD dan pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun. Pedoman tersebut memuat: 1. pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintah dengan pemerintah daerah; 2. prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berkenaan; 3. teknis penyusunan APBD; dan 4. hal-hal khusus lainnya. Sumber-sumber Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah Sumber-sumber Penerimaan Pemerintah Pusat 1. Penerimaan Perpajakan a. 1. 2. Pajak Dalam Negri , terdiri atas : • Pajak penghasilan migas dan nonmigas • Pajak Pertambahan Nilai • Pajak Bumi dan Bangunan • Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan • Cukai • Pajak lainnya Pajak Perdagangan International : • • Bea masuk Pajak / Pungutan ekspor Penerimaan Bukan Pajak b. 1. Penerimaan Sumber Daya Alam (SDA) : • • • • c. d. e. f. g. h. i. Minyak bumi Gas alam Pertambangan umum Kehutanan Perikanan Laba Badan Usaha Milik Negara (UBMN) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Hibah Pinjaman Percetakan uang Denda / sita Penajaman luar negri 2. Sumber-sumber Penerimaan Daerah Pendapatan asli daerah yaitu penerimaan-penerimaan yang diperoleh dari pungutan-pungutan daerah . a. Dana perimbangan adalah dana yang dialokasikan dalam APBN untuk daerah . b. Dana bagi hasil adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah sebagai bagi hasil pengelolahan sumber daya alam daerah oleh negara . Dana lokasi umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan tujuan sebagai wujud dari pemerataan kemampuan keuangan antar daerah . Dana alokasi khusus adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk menandai kegiatan khusus daerah yang disesuaikan dengan prioritas nasional . c. Pinjaman daerah d. Penerimaan hal-hal yang sah seperti : 1. Hibah 2. Dana darurat dari pemerintah dalam rangka pengangguran korban akibat bencana alam . 3. Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten / kota dari emerintah daerah lainnya . 4. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah . 5. Bantuan keuangan 1. Jenis-jenis Pembelanjaan Negara dan Daerah Pengeluaran rutin adalah semua pengeluaran negara untuk membiayai tugas-tugas umum pemerintah dan kegiatan operasional pemerintah pusat , pembayaran bunga atas utang dalam negri dan utang luar negri , pembayaran subsidi dan pengeluaran rutin lainnya . Pengeluaran pembangunan adalah semua pengeluaran negara untuk membiayai proyek-proyek pembangunan yang dibebankan pada anggaran belanja pemerintah pusat . Belanja negara adalah semua pengeluaran negara untuk membiayai belanja pemerintah pusat dan daerah . Belanja pemerintah pusat adalah semua pengeluaran negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan . Anggaran pengeluaran daerah : Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahuntahun anggaran berikutnya. Jenis-Jenis Pembelanjaan Daerah Secara umum jenis-jenis pembelanjaan daerah dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Belanja rutin yaitu pengeluaran yang secara rutin dibelanjakan oleh pemerintah daerah , antara lain , untuk : 1) 2) 3) 4) b. Belanja gaji Belanja barang Belanja pemeliharaan Belanja perjalanan dinas Belanja pembangunan yaitu semua jenis pengeluaran untuk kegiatan pembangunan untuk kegiatan pembangunan di daerah , yang meliputi pelaksanaan proyek fisik dan nonfisik . Sifat belanja pengeluaran dapat dibedakan menjadi 2 : 1. 2. Belanja yang bersifat ekskausif : belanja untuk membeli barang atau jasa yang langsung dikonsumsi atau dapat menghasilkan barang lain . Misalnya penyediaan vaksin untuk imunisasi (langsung dikosnumsi) , pembelian pesawat atau kapal terbang (dapat menghasilkan pendapatan untuk memperoleh barang lain) Belanja yang bersifat transfer belanja untuk kegiatan-kegiatan sosial yang tidak produktif . Misalnya sumbangan untuk korban bencana alam , subsidi , beasiswa , dan lain-lain . Pembiayaan daerah Pembiayaan daerah adalah seluruh transaksi keuangan Pemerintah Daerah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran Pemerintah Daerah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. . Penerimaan pembiayaan Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan Penerimaan pembiayaan mencakup: a. Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) b. Transfer dari Dana Cadangan c. Penerimaan Kembali Pinjaman Daerah d. Penjualan Aset Daerah Yang Dipisahkan e. Penerimaan Piutang Pengeluaran pembiayaan Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah daerah Pengeluaran pembiayaan mencakup: a. Transfer ke Dana Cadangan b. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah c. Pembayaran Utang Pokok yang Jatuh Tempo d. Pemberian Pinjaman Daerah Contoh anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Contoh anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Dampak APBN terhadap Perekonomian Negara Dengan APBN dapat diketahui arah dalam menjalankan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh suatu daerah atau suatu negara . Dalam APBN juga diketahui tujuan serta prioritas pembangunan yang akan dan sedang dilaksanakan . APBN dapat dijadikan sebagai gambaran distribusi pendapatan karena masing-masing sektor dana sudah dialokasikan . Bagi para pengusaha APBN akan dijadikan bahan untuk menganalisa dan meramalkan kegiatan apa yang akan dilakukan sehubungan dengan usaha yang dijalankan . Dari segi moneter APBN sangat bermanfaat dalam mengkaji masalah inflasi dan deflasi sehingga apabila masalah inflasi atau deflasi sedang terjadi dapat dibuat keputusan-keputusan untuk menanggulanginya . Kebijakan Fiskal Pemerintah Mencegah pengangguran a. Suatu perekonomian dapat mencapai laju pertumbuhan yang dikehendaki melalui tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) , Kondisi ini dapat terwujud bila pemerintah mampu menambah lapangan kerja sehingga dapat menampung seluruh tenaga kerja . Stabilitas harga b. 1. Mengubah Pengeluaran Pemerintah Dalam kondisi inflasi , uang yang beredar melebihi dari yang diperlukan dalam perekonomian . 2. Mengubah tingkat pajak Menaikan tarif pajak pendapatan masyarakat sehingga mengakibatkan turunnya tingkat konsumsi mayarakat . 3. Pinjaman paksa Pemerintah memotong gaji oegawai negri sebagai pinjaman pemerintah untuk mengurangi jumlah uang yang beredar . Jenis-Jenis Kebijakan Fiskal a. Kebijakan Anggaran Pembiayaan Fungsional (Functional Finance) Pengeluaran dan penerimaan pemerintah ditentukan dengan melihat akibat-akibat tidak langsung terhadap pendapatan nasional terutama guna meningkatkan kesempatan kerja (employment) . b. Kebijakan Pengelolaan Anggaran (The managed Budget Approach) Hubungan langsung antara pengeluaran pemerintah dan perpajakan selalu dibuat guna memperkecil ketidakstabilan ekonomi sehingga pada suatu saat dapat terjadi defisit maupun surplus . Kebijakan anggaran defisit adalah pengaturan pengeluaran negara lebih besar daripada penerimaan negara . Kebijakaan ini biasa diterapkan dalam keadaan deflasi yaitu suatu keadaan yang menunjukan jumlah barang-barang dan jasa berkembang lebih cepat daripada perkembangan jumlah uang . Sedangkan kebijakan anggaran surplus adalah pengaturan pengeluaran negara lebih kecil daripada penerimaan . Kebijakan ini biasa diterapkan dalam keadaan inflasi yaitu suatu leadaan jumlah uang yang beredar berkembang lebih cepat daripada perkembangan jumlah barang dan jasa . c. Kebijakan Stabilitas Anggaran Otomatis (The Stabilizing Budget) Dengan kebijakan stabilitas anggaran otomatis , pengeluaran pemerintah akan ditentukan berdasarkan atas perkiraan manfaat dan biaya relatif dari berbagai macam program dan pajak akan ditentukan sehingga menimbulkan surplus dalam periode kesempatan kerja penuh . d. Kebijakan Anggaran Belanja Berimbang (Belanced Budget Approach) Kebijakan anggaran belanja berimbang adalah pembelanjaan secara seimbang dalam jangka panjang , tetaoi ditempuh defisit pada masa depresi dan surplus pada masa inflasi . 3. Perpajakan NO Perbedaan Pajak Retribusi 1. Tidak ada balas jasa secara langsung Ada balas jasa secara langsung 2. Sifatnya tidak dipaksain Tidak ada paksaan 3. Berdasarkan undang-undang Berdasarkan peraturan pemerintah/peraturan daerah 4. Tidak bayar maka ada sanksi Tidak bayar tidak dapat sanksi, tapi tidak dapat menikmati fasilitas 5. Digunakan untuk pembangunan secara nasional dengan didistribusikan secara merata Digunakan untuk pembangunan daerah yang memungut retribusi tersebut 6. Contoh : PPh, PBB , PPN , PPn BM Contoh : iuran kebersihan , jalan tol , parkir a. Pengertian Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum . Iuran yang dibayar oleh rakyat Diterima oleh pemerintah Tidak ada balas jasa secara langsung Digunakan untuk biaya pembangunan b. Pengertian Retribusi Retribusi adalah iuran dari rakyat kepada pemerintah yang sifatnya tidak dipaksakan dimana dalam pembayarannya terdapat kontra prestasi secara langsung yang digunakan untuk pembangunan daerah yang bersangkutan . Retribusi jasa umum Retribusi jasa usaha Retribisi perizinan tertentu c. Tata cara dan asas pemungutan pajak 1. Tata cara pemungutan pajak • Official assesment system adalah besar kecilnya objek pajak ditentukan oleh pemerintah . • Full self assesment system adalah besar kecilnya objek pajak ditentukan oleh pihak ketiga . Asas pemungutan pajak 2. Menurut Adam Smih dalam memungut pajak , pemerintah harus memenuhi asas sebagai berikut : • 1. Asas kemampuan untuk membayar (Ability to pay) 2. Asas kepastian (Certainity) 3. Asas kesenangan (Conventence) 4. Asas ekonomi (Economy) • Menurut W.J Langen bahwa pajak yang dipungut harus memenuhi asas-asas sebagai berikut . 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Asas manfaat Asas istimewa Asas kesejahteraan Asas pelaksanaan Asas beban rendah Asas kesamaan Asas daya pukul • Menurut Adolf Wagner 1. Asas keadilan : harus benar-benar dikenakan pada seluruh anggota masyarakat yang memnuhi syarat tanpa pandang bulu . 2. Asas yuridis : pemungutan pajak harus benar-benar berdasarkan undang-undang dan mempunyai kekuatan secara hukum . 3. Asas ekonomis : pajak harus disesuaikan dengan biaya-biaya yang akan dan sudah disesuaikan , 4. Asas administrasi : pajak harus dicatat dalam pembukaan yang rapih , dan mempunyai bukti otentik serta dapat dipertanggung jawabkan . 5. Asas politik finansial : pajak yang di pungut harus bersifat dinamis dan pajak yang diterima jumlahnya memadai . d. Macam-macam pajak No Objek Pajak Tarif Progresif Degresif Proposional Tetap 1. Rp 1.000.000 10% 35% 10% Rp 150.000 2. Rp 2.000.000 15% 25% 10% Rp 150.000 3. Rp 3.000.000 20% 20% 10% Rp 150.000 4. Rp 4.000.000 25% 15% 10% Rp 150.000 5. Rp 5.000.000 35% 10% 10% Rp 150.000 Berdasarkan golongan 1) Pajak langsung (direct tax) Pajak langsung : pajak yang tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain . • Pajak tidak langsung : pajak yan dapat dilimpahkan kepada orang lain . • Berdasarkan lembaga pemungutannya 2) • • Pajak daerah : pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah . Pajak pusat : pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat atau dirjen pajak . e. Tarif pajak 1) 2) 3) 4) Tarif pajak progresif : tarif pajak yang dihitung dengan cara semakin besar objek pajaknya semakin besar tarifnya . Tarif pajak degresif : tarif pajak yang dihitung dengan cara semakin besar objek pajaknya semakin kecil tarifnya . Tarif pajak proposional : tarif pajak yang di hitung dengan cara berapa pun objek pajaknya tarifnya akan tetap . Tarif pajak tetap : tarif pajak yang dihitung dengan cara berapa pun objek pajaknya , besarnya pajak yang dibayar sama . f. Fungsi pajak dalam perekonomian 1) Fungsi Budgeter Bahwa pajak sebagai pendapatan utama negara . 2) Fungsi regulator Bahwa pajak yang diterima digunakan untuk mengatur kegiatan ekonomi atau mencapai tujuan . 3) Fungsi pemerataan Tingkat ekonomi masyarakat tentu berbeda-beda sehingga mengakibatkan perbedaan tumbuhan ekonomi antar daerah . Menghitung pajak a. Pajak penghasilan (PPh) 1) Pengertian pajak penghasilan Pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditunjukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau penghasilan yang diterima dan diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakannya . Subjek pajak penghasilan 2) Yang termasuk PPh : • • • • • • • Orang pribadi Warisan yang belum dibagi-bagi Badan usaha (PT , CV , BUMN ) Lembaga Dana pensiun Bentuk badan usaha lainnya Bentuk usaha tetap Yang tidak termasuk subjek PPh : • • • • Badan perwakilan negara asing Pejabat perwakilan diplomatik dan konsultan pejabat lain dari negara asing Organisasi international Pejabat perwakilan international Obyek pajak penghasilan 3) Yang termasuk objek PPh : • • • • • • • • Gaji atau apapun yang diterima berhubungan dengan pekerjaan Hadiah Laba usaha Bunga atau diskonto Deviden Sewa Keuntungan selisih kurs Piutang tak tertagih Yang tidak termasuk PPh : • • • • • Zakat Sumbangan Harta hibah Wairsan Penggantian / pembayaran dari asuransi Tarif pajak penghasilan • Tarif pajak orang pribadi , berdasarkan keputusan perubahan (berlaku mulai 1 januari 2009) tarif tunggal 30% Di turunkan menjadi 28% pada tahun 2009 dan menjadi 25% pada tahun 2010 Untuk WP badan masuk bursa diberikan tarif 5% lebih rendah dari tarif yang berlaku . No Lapisan penghasilan tarif 1 S.d Rp 50.000.000 5% 2 Di atas Rp 50.000.000 s.d. Rp 250.000.000 15% 3 Di atas Rp 250.000 .000 s.d Rp 500.000.000 25% 4 Diatas Rp 500.000.000 30% Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) No Keterangan PTKP / tahun 1 Untuk diri wajib pajak pribadi Rp 15.840.000 2 Tambahan untuk wajib pajak kawin Rp 1.320.000 3 Tambahan untuk istri yang memiliki penghasilan lain Rp 15.840.000 dan digabung dengan suami 4 Tambahan untuk setiap anggota keluarga sederhana dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat , yan menjadi tanggungan sepenuhnya maksimal tiga orang Rp 1.320.000 Pajak bumi dan bangunan (PBB) 1) 2) Pengertian pajak bumi bangunan adalah pajak yang dikenakan pada bumi / tanah dan bangunan yang dibangun oada tanah atau bumi tersebut . Obyek pajak bumi dan bangunan Yang termasuk obyek pajak bumi bangunan a) Bumi : permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya . Bangunan : konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah atau perairan . b) Yang tidak termasuk obyek pajak bumi bangunan : Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak untuk mencari keuntungan Digunakan untuk kuburan , peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu . Merupakan hutan lindung , hutan suaka alam , hutan wisata dan taman nasional yang di kuasai oleh desa dan tanah negara yang belum di bebani suatu hak . Digunakan oleh perwakilan diplomatik , konsultan berdasarkan atas pembukuan timbal balik . Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi international . 3. Tarif pajak bumi bangunan Pada dasarnya bangunan bumi di Indonesia memakai sistem proposal , yaitu berapa pun jumlah obyek pajak tarifnya sama yaitu 0.3% dari obyek pajak setelah sebelumnya dikurangi dengan nilai jual obyek pajak setelah sebelumnya dikurangi dengan nilai jual obyek pajak (NJOP) tidak kena pajak .