Uploaded by arsyidana

PENGARUH KEPEMIMPINAN

advertisement
PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI
TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI
STUDI KASUS PADA HOTEL DOUBLETREE BY HILTON JAKARTA
DIPONEGORO.
Oleh :
Arsyidana Prabowo
(2170402002)
PROGAM STUDI MANAJEMEN PERHOTELAN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PARIWISATA INTERNATIONAL
(STEIN)
JAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap perusahaan pasti memiliki organisasinya untuk menjalankan operational
perusahaannya. Setiap organisasi dalam melaksanakan program yang diberikan pasti bertujuan
untuk mencapai tujuan atau misi perusahaan. Setiap organisasi pasti berbeda antara satu dengan
yang lain. Bahkan jika pada berusahaan yang besar yang memiliki berbagai macam jenis organisasi
yang dikelompokan antar department dengan visi dan misi perusahaan yang sama, pasti memiliki
perbedaan antara satu dengan yang lain.
Thoha(1983) menyatakan kepemimpinan merupakan aktivitas untuk mempengaruhi perilaku
orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Pemimpin juga
harus mampu memadukan kebutuhan dari bawahannya dengan kebutuhan organisasi dan
kebutuhan karyawan secara keseluruhannya, melalui tugas pemimpin yang mendorong bawahan
supaya memiliki kompetensi dan kesempatan berkembang dalam mengantisipasi setiap tantangan
dan peluang dalam bekerja. Sehingga kemampuan pemimpin tersebut dapat mempengaruhi
komitmen organisasi menjadi lebih baik.
Perilaku seorang pemimpin memiliki dampak yang signifikan terhadap sikap, perilaku dan
Komitmen Organisasi. Efektivitas pemimpin dipengaruhi karakteristik bawahannya dan terkait
dengan proses komunikasi yang terjadi antara pemimpin dan bawahan.Seorang pemimpin yang
memiliki sifat kepemimpinan yang baik akan dapat melakukan pemantauan langsung serta dapat
mengarakan dan memberikan masukan positif bagi karyawannya, hal ini akan memunculkan minat
karyawan untuk bekerja lebih giat dan menghasilkan hasil kerja yang maksimal. Selain faktor
kepemimpinan faktor budaya organisasi, budaya organisasi berbeda antara satu dengan yang lain,
yang membedakan budaya organisasi satu dengan yang lain adalah isinya.
Dimensi isi budaya organisasi sistem sosial yang sederhana lebih kecil dan sederhana daripada
isi budaya organisasi sistem sosial yang modern atau besar. Organisasi kecil umumnya tidak
mempunyai kode etik walaupun organisasi tersebut mempunyai prinsip-prinsip etika yang tidak
tertulis. Wirawan (2007) menjelaskan bahwa manusia merupakan makhluk yang selalu hidup
berkelompok. Kehidupan berkelompok ini didasari karena setiap orang sebagai makhluk
mempunyai kebutuhan untuk hidup bersama atau kebutuhan sosial yang membentuk perilaku
pelaku manajerial dalam melaksanakan tugasnya. Perilaku tersebut dipengaruhi oleh budaya
organisasi.
Dalam sumber daya manusia unsur yang sangat menentukan keberhasilan suatu organisasi
adalah motivasi,. Untuk mencapai suatu tujuan organisasi maka salah satu hal yang harus
dilakukan seorang manager atau pemimpin adalah dengan memberikan daya pendorong yang
mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara perilaku para pegawai agar bersedia bekerja sesuai
dengan motivasi.
Menurut Suwatno & Priansa (2016) menjelaskan bahwa ada 2 rangsangan motivasi yaitu dari
dalam diri karyawan itu sendiri dan dari faktor luar karyawan. Setiap karyawan memiliki
perbedaan motivasi pada dirinya dalam bekerja ada yang menginginkan suatu penghargaan yang
diberikan oleh perusahaan dimana ia akan merasa puas dalam melakukan suatu pekerjaan yang
hanya bisa dirasakan oleh dirinya sendiri.
Motivasi mewakili proses-proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya,
dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela yang diarahkan kearah tujuan tertentu. Selain
faktor diatas penulis juga akan membahas tentang hubungan antara ketiga variabel dengan
komitmen organisasi. Wibowo dalam bukunya menjelaskan bahwa komitmen organisasi sebagai
perasaan, sikap dan perilaku individu mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari organisasi,
terlibat dalam proses kegiatan organisasi dan loyal terhadap organisasi dalam mencapai tujuan
organisasi.
Penelitian tentang Pengaruh Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Motivasi terhadap
Komitmen Organisasi merupakan kajian menarik yang belum pernah dilakukan di Hotel
DOUBLETREE BY HILTON Jakarta Diponegoro, oleh karena itu penulis memberi judul pada
penelitian ini “Pengaruh Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Motivasi Terhadap
Komitmen Organisasi”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas permasalah pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh kepemimpinan terhadap komitmen organisasi dihotel DOUBLETREE
BY HILTON Jakarta Diponegoro?
2. Bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen organisasi dihotel
DOUBLETREE BY HILTON Jakarta Diponegoro?
3. Bagaimana pengaruh motivasi kerja terhadap komitmen organisasi dihotel DOUBLETREE
BY HILTON Jakarta Diponegoro?
4. Bagaimana pengaruh kepemimpinan, budaya organisasi dan Motivasi terhadap komitmen
organisasi dihotel DOUBLETREE BY HILTON Jakarta Diponegoro?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kepemimpinan terhadap komitmen organisasi dihotel
DOUBLETREE BY HILTON Jakarta Diponegoro.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen organisasi
dihotel DOUBLETREE BY HILTON Jakarta Diponegoro.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh motivasi terhadap komitmen organisasi dihotel
DOUBLETREE BY HILTON Jakarta Diponegoro.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari Penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan saran, pemikiran dan informasi yang
bermanfaat yang berkaitan dengan perencanaan strategi dalam meningkatkan Komitmen
Organisasi Hotel DOUBLETREE BY HILTON Jakarta Diponegoro untuk mencapai hasil yang
maksimal.
2. Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama studi di Fakultas STEIN dalam
bekerja maupun membuat lapangan kerja sendiri dan syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.
3. Bagi Pembaca
Studi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya dalam kajian yang membahas tengan kepemimpinan, Budaya Organisasi, dan
Komitmen Organisasi sekaligus dapat menjadi bahan kajian pada penelitian yang akan datang.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan maka disusunlah
sistematis penelitian yang berisi infomasi mengenai materi dan hal – hal yang akan dibahas ditiap
–tiap bab. Masing - masing bab tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan antara satu sama
lain. Adapun sistematika penelitian adalah sebagai berikut :
BAB I
: PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA
Bagian tinjauan pustaka mencangkup lima subbab, diantaranya landasan teori,
penelitian terdahulu, kerangka penelitian, dan perumusan hipotesis. Bab ini
memaparkan teori – teori dasar yang mendukung perumusan hipotesis serta
sangat membantu dalam penelitian dan analisis data. Disamping itu, terdapat
ringkasan hasil penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini. Bab ini juga
berisi tentang kerangka pemikiran teoritis dan rumusan hipotesis yang timbul dari
pemikiran tersebut.
BAB III
: METODOLOGI PENELITIAN
Bagian metode penelitian mencangkup 5 subbab, diantaranya variable
penelitian dan definisi operasional variable, populasi dan sampel, jenis dan
sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis. Bab ini
menjelaskan secara rinci mengenai deskripsi penelitian secara operasional.
BAB IV
BAB V
BAB VI
: TINJAUAN UMUM
Bab ini membahas tentang sejarah perusahaan, profil perusahaan, visi dan misi
perusahaan, dan lain-lain yang berkaitan dan menjelaskan pembaca tentang
perusahaan.
: HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian hasil dan pembahasan ini mencangkup 3 subbab, diantaranya deskripsi
objek penelitian, analisis data, dan pembahasan. Bab ini membahas hasil analisis
dengan metode penelitian yang telah ditentukan sebelumnya, disertai dengan
interpretasi hasil secara rinci.
: PENUTUP
Bagian ini mencangkup tiga subbab, diantaranya kesimpulan, keterbatasan, dan
saran. Bab ini berisi tentang penarikan kesimpulan atas hasil analisis dan
pembahasan sebelumnya, disertai dengan keterbatasan dan saran yang
bermanfaat untuk penelitian yang akan datang.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sumber daya manusia
Manajemen ialah proses pendayagunaan bahan baku dan sumber daya manusia untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Proses ini melibatkan organisasi, arahan, koordinasi, dan
evaluasi orang – orang guna mencapai tujuan tersebut. Menurut Simamora (2015), management
sumber daya manusia adalah suatu proses pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian
balas jasa, dan pengolahan individu anggota organisasi atau kelompok karyawan. Management
sumber daya manusia merupakan aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan agar sumber daya manusia
didalam organisasi dapat digunakan secara efektif guna mencapai berbagai tujuan.
Mangkunegara (2015) menjelaskan, Management sumber daya manusia merupakan suatu
perencanaan pengorganisasian, pengkoordinasian, pelak- sanaan, dan pengawasan terhadap
pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan
tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Sutrisno (2009) berpendapat bahwa sumber daya manusia adalah sumber daya yang memiliki
akal perasaan, keinginan, keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya, dan karya. Semua potensi
ini sangat berpengaruh terhadap upaya organisasi dalam mencapai tujuan, jika tanpa SDM sulit
bagi oraganisasi itu untuk mencapai tujuannya.
Menurut Hasibuan (2009), management sumber daya manusia adalah segala ilmu dan seni
mengatur suatu hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya
tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
2.1.2 Fungsi-fungsi management sumber daya manusia.
Mangkunegara (2015) menjelaskan bahwa terdapat enam fungsi operatif manajemen sumber
daya manusia, sebagai berikut :
1. Pengadaan tenaga kerja terdiri dari :
a) Perencanaan sumber daya manusia
b) Analisis Jabatan.
c) Penarikan pegawai
d) Penempatan kerja
e) Orientasi kerja ( job orientation )
2. Pengembangan tenaga kerja mencakup :
a) Pendidikan dan pelatihan (training and development)
b) Pengembangan (karier)
c) Penilaian prestasi kerja
3. Pemberian balas jasa mencangkup :
a) Balas jasa langsung terdiri dari :
- Gaji / upah
- Insentif
b)Balas jasa tak langsung terdiri dari :
a) Keuntungan (benefit)
b)Pelayanan/kesejahteraan (services)
4. Integrasi mencangkup :
a) Kebutuhan karyawan
b) Motivasi kerja
c) Kepuasan kerja
d) Disiplin kerja
e) Partisipasi kerja
5. Pemeliharaan tenaga kerja mencangkup :
a) Komunikasi kerja
b) Kesehatan dan keselamatan kerja
c) Pengendalian konflik kerja
d) Konseling kerja
6. Pemisahan tenaga kerja mencangkup :
a) Pemberhentian karyawan.
2.1.3 Komponen Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Hasibuan (2009), komponen management sumber daya manusia dibedakan atas
pengusaha, karyawan, dan pemimpin, sebagai berikut :
1.
Pengusaha
Pengusaha adalah setiap orang yang menginvestasikan modalnya untuk memperoleh
pendapatan dan besarnya pendapatan itu tidak menentu tergantung pada laba yang dicapai
perusahaan tersebut.
2.
Karyawan
Karyawan merupakan kekayaan utama suatu perusahaan, karena tanpa keikutsertaan
mereka, aktivitas perusahaan tidak akan terjadi. Posisi karyawan dibedakan menjadi :
a) Karyawan Operational
Adalah setiap orang yang langsung mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan perintah
atasan.
b) Karyawan Manajerial.
Ialah orang yang berhak memerintah bawahannya untuk mengerjakan sebagian
pekerjaannya dan di kerjakan sesuai dengan perintah. Karyawan manajerial ini dibedakan menjadi
:
a.
Manajer Lini
b.
Manajer staf
3.
Pemimpin atau manajer
Pemimpin adalah seorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk
mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas pekerjaan bawahannya untuk mencapai
suatu tujuan.
2.2 Kepemimpinan
2.2.1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan hasil organisasi social yang telah terbentuk atau sebagai hasil
dinamika interaksi sosial. Sejak mulai terbentuknya suatu kelompok sosial, seseorang atau
beberapa orang diantara warga-warganya melakukan peranannya lebih baik dari rekan-rekan yang
lain sehingga orang tersebut lebih menonjol dari yang lainnya.
Rivai, Bachtiar & Amar (2013) mengungkapkan bahwa, kepemimpinan adalah suatu perilaku
dengan tujuan tertentu untuk memengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai
tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi, sehingga
dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
Sedangkan Poerwaningrum (2016) dalam Ruky (2012) menyatakan, Kepemimpinan adalah
suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam hubungan antar manusia untuk
mempengaruhi orang lain dan diarahkan melalui proses komunikasi dengan tujuan agar orang lain
tersebut (mungkin seorang atau sekelompok orang) mau melakukan sesuatu dalam usaha untuk
mencapai apa yang diinginkan oleh orang yang mempengaruhi atau oleh mereka semua.
Robbins & Judge (2015) berpendapat bahwa, kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi suatu kelompok menuju pencapaian sebuah visi atau tujuan yang di tetapkan.
Menurut Latib, Magdalena & Minarsih (2016) dalam Wahjusumidjo (2003) kepemimpinan adalah
sebagai bentuk hubungan sekelompok orang, hubungan antara yang memimpin dan yang dipimpin.
Sutrisno (2009) menjelaskan bahwa kepemimpinan ialah suatu proses kegiatan seseorang
untuk menggerakan orang lain dengan memimpin, membimbing, memengaruhi orang lain, untuk
melakukan sesuatu agar dicapai hasil yang diharapkan.
Dari uraian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa seorang pemimpin adalah orang yang
dapat berinteraksi dengan baik dengan orang lain dan memiliki sifat, sikap, dan gaya kepemimpnan
yang baik yang dapat mempengaruhi orang lain atau bawahnya untuk dapat mengerjakan tugas
dan mencapai tujuannya serta dapat menjalankan tugasnya dengan amanah dan dapat dipercaya.
2.2.2 Fungsi-fungsi kepemimpinan.
Menurut Siagian (2015), terdapat lima fungsi-fungsi kepemimpinan yang hakiki sebagai
berikut :
1.
Pimpinan selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan. Artinya
pemimpin dapat mengarahkan organisasinya menuju tujuannya serta dapat mengoptimalkan
sarana dan prasarana yang tersedia.
2.
Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak diluar organisasi.
Artinya pemimpin dapat menjelaskan kebijaksanaan dan kegiatan organisasi kepada pihak
luar yang bersangkutan dengan operasional organisasi.
3.
Pimpinan selaku komunikator yang efektif. Artinya pemimpin dapat memelihara hubungan
baik ke luar maupun ke dalam dilakukan melalui komunikasi yang efektif.
4.
Sebagai mediator yang handal, khususnya dalam hubungan kedalam, terutama dalam
menangani situasi konflik. Fungsi pimpinan sebagai mediator dalam hal ini difokuskan pada
penyelesaian situasi konflik yang mungkin timbul dalam organisasi.
5.
Pimpinan selaku integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral. Pemimpin sebagai
integrator adalah pemimpin yang mampu mengintegrasikan atau menyatukan segala unsur,
golongan, atau kelompok dalam organisasinya.
2.2.3 Teori- teori kepemimpinan.
Menurut Rivai, Bachtiar & Amar (2013), terdapat 8 teori mengenai kepemimpinan antara lain
sebagai berikut :
1. Teori Kelebihan.
Pada dasarnya seorang pemimpin harus memiliki tiga kelebihan, pertama kelebihan ratio, ialah
kelebihan menggunakan pikiran, harus mengetahui tentang hakikat tujuan dari organisasi, serta
dalam pengambilan keputusan, kedua, kelebihan rohaniah, berarti seorang pemimpin harus
mempunyai moral yang tinggi. Ketiga kelebihan badaniah, hendaknya memiliki kesehatan
badaniah yang lebih dari para pengikutnya.
2. Teori sifat.
Teori ini menyatakan bahwa seorang dapat menjadi pemimpin yang baik apabila memiliki
sifat-sifat yang lebih daripada yang dipimpin.
3. Teori Keturunan.
Teori ini menyatakan bahwa seorang dapat menjadi pemimpin karena keturunan atau warisan.
4. Teori Karismatik
Yang menyatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena mempunyai karisma(pengaruh)
yang sangat besar.
5. Teori Bakat.
Disebut juga teori ekologis, menyatakan bahwa ia menjadi seorang pemimpin karena
mempunyai bakat seorang pemimpin.
6. Teori sosial.
Teori ini beranggapan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat menjadi pemimpin asal dia
diberi kesempatan.
7. Teori kelompok
Beranggapan bahwa, agar kelompok dapat mencapai tujuannya, maka harus terdapat
pertukaran yang positif diantara pemimpin dan pengikut-pengikutnya.
8. Teori situasional
Menyatakan bahwa beberapa variable-situasional mempunyai pengaruh terhadap peranan
kepemimpinannya, percakapan, dan perilakunya termasuk pelaksanaan kerja dan kepuasan para
pengikutnya.
2.2.4 Model-model Kepemimpinan
Rivai, Bachtiar & Amar (2013), mengemukakan bahwa terdapat beberapa model
kepemimpinan yaitu :
1. Kepemimpinan partisipatif dan pedelegasian, yaitu suatu kepemimpinan yang memberikan
seperangkat aturan untuk menentukan ragam dan banyaknya pengambilan keputusan
partisipatif dalam situasi-situasi yang berlainan. Dalam model ini pemimpin meminta dan
mempergunakan saran-saran dari bawahan, tetapi masih membuat keputusan.
2. Kepemimpinan karismatik, yaitu para pengikiut membuat atribusi dari kemampuan
kepemimpinan yang heroik atau luar biasa bila mereka mengamati perilaku tertentu. Dalam
model ini seorang pemimpin karismatik mempunyai sifat percaya diri, mempunyai kepekaan
lingkungan yang mampu membuat penilaian yang realistis terhadap kendala lingkungan dan
sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan perubahan.
3. Kepemimpinan transformasional, yaitu tipe kepemimpinan yang memadu atau memotivasi
pengikut mereka dalam arah tujuan yang ditegakkan dengan memperjelas peran dan tuntutan
tugas. Pemimpin jenis ini yang memberikan pertimbangan dan rangsangan intelektual yang
diindividualkan dan yang memiliki karisma.
2.2.5 Sifat-sifat Kepemimpinan
Menurut Musanef (1989), terdapat beberapa sifat kepemimpinan antara lain sebagai berikut :
1) Jujur
2) Berpengetahuan
3) Berani
4) Mampu mengambil keputusan
5) Dapat dipercaya
6) Berinisiatif
7) Bijaksana
8) Tegas
9) Adil
10) Menjadi tauladan
11) Tahan uji
12) Loyalitas
13) Tidak mementingkan diri sendiri
14) Antusias
15) Simpatik.
2.2.6 Kepemimpinan dan Komitmen Organisasi
Penelitian yang membahas pengaruh kepemimpinan terhadap komitmen organisasi telah
sering dilakukan oleh beberapa peneliti. Suciono (2016) meneliti pengaruh kepemimpinan
terhadap komitmen organisasi yang dilakukan pada PT. Coca-Cola Atmatil Indonesia Surabaya,
penelitian tersebut menjelaskan bahwa kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
komitmen organisasi. Selain itu penelitian lain yang di lakukan oleh Shalahuddin (2013) tentang
pengaruh kepemimpinan terhadap komitmen organisasi yang dilakukan pada PT. Sumber Djantin
di Kalimantan Barat, hasil penelitian memberi kesimpulan bahwa kepemimpinan berpengaruh
signifikan terhadap Komitmen Organisasional karyawan bagian produksi PT. Sumber Djantin
Kalbar dengan arah hubungan yang positif.
Di tempat yang berbeda dilakukan penelitian oleh Oztekin, Isci dan Karadag (2015) tentang
pengaruh kepemimpinan terhadap komitmen organisasi pada kampus Eskis¸ehir Osmangazi Truki,
hasil penelitiannya menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara kepemimpinan terhadap
komitmen organisasi secara positif. Sedangkan Atmojo (2012) melakukan penelitian pengaruh
kepemimpinan terhadap komitmen organisasi pada Managemen menengah di BUMN dan PT
Perkebunan Nusantara V Riau (PTPN V) yang dalam penelitian dijelaskan bahwa Kepemimpinan
berpengaruh signifikan terhadap Komitmen Organisasional.
2.3 Budaya Organisasi
2.3.1 Pengertian Budaya Organisasi
Menurut Wirawan (2007) budaya organisasi adalah norma, nilai-nilai, asumsi,
kepercayaan, filsafat, kebiasaan organisasi, dan sebagainya, yang dikembangkan dalan waktu yang
lama oleh pendiri, pemimpin, dan anggota organisasi yang disosialisasikan dan diajarkan kepada
anggota baru serta diterapkan dalam aktivitas organisasi sehingga mempengaruhi pola piker, sikap,
dan perilaku anggota organisasi dalam memproduksi produk, melayani para konsumen, dan
mencapai tujuan organisasi.
Robbins & Judge (2015) menyatakan bahwa budaya organisasi mengacu pada suatu system
berbagi arti yang dilakukan oleh para anggotanya yang membedakan organisasi dari organisasi
lainnya.
Budaya organisasi menurut Gibson (2006) dalam Latib, Magdalena & Minarsih (2016)
adalah seperangkat asumsi, keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma di antara para anggota
organisasi. Budaya organisasi merupakan faktor yang kuat untuk menentukan perilakku individu
dan perilaku kelompok di dalam suatu organisasi.
Selain itu Utami (2011) dalam Schein (1992), menyatakan bahwa budaya organisasi
adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah,
membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggotaanggota organisasi.
Sedangkan menurut Kreitner & Kinichi (2014) mendeskripsikan bahwa budaya organisasi
adalah perangkat asumsi yang dibagi dan diterima secara implisit begitu saja serta dipegang oleh
satu kelompok yang menentukan bagaimana hal itu dirasakan, dipikirkan, dan bereaksi terhadap
lingkungan yang beragam.
Berdasarkan pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa budaya organisasi adalah
suatu nilai, asumsi atau kebiasaan suatu organisasi yang menjadi ciri khas dari organisasi tersebut
yang dapat membedakan dengan organisasi yang lainnya.
2.3.2 Model- Model Dimensi Budaya Organisasi
Kreitner & Kinichi (2014) berpendapat bahwa terdapat tiga level model dimensi budaya
organisasi antara lain :
1.
Artefak yang tampak, pada level ini yang lebih terlihat, budaya mewakili artefak – artefak
yang tampak. Artefak terdiri atas simpanan fisik sebuah budaya organisasi. Contoh – contoh
organisasi meliputi akronim, cara berpakaian, penghargaan, mitos, dan cerita-cerita yang
mengatakan tentang organisasi, daftar nilai-nilai yang dipublikasikan, ritual-ritual dan
perayaan-perayaan yang dapat diteliti, ruang parkir khusus, dekorasi, dan lain-lain.
2.
Nilai yang dibuat, pada level ini nilai yang dibuat mewakili nilai-nilai dan norma-norma
yang dinyatakan secara eksplisit yang dipilih oleh sebuah organisasi. Mereka umumnya
dibentuk oleh pendiri sebuah perusahaan baru atau kecil serta tim manajemen puncak di
dalam organisasi yang lebih besar.
3.
Asumsi-Asumsi dasar, asumsi-asumsi utama yang mendasari tidak dapat diteliti dan
mewakili inti budaya organisasi. Mereka mengangkat nilai-nilai organisasi yang telah
menjadi satu hal yang diterima setiap saat bahwa mereka menjadi asumsi-asumsi yang
menuntun perilaku organisasi.
2.3.3 Karakteristik budaya organisasi
Menurut Robbins & Judge (2015) karakteristik budaya organisasi adalah sebagai berikut:
1.
Inovasi dan keberanian mengambil resiko. Artinya sejauh mana karyawan didorong agar
dapat bersikap inovatif dan berani mengambil resiko.
2.
Perhatian pada hal-hal rinci/detail. Artinya sejauh mana karyawan diharapkan
menjalankan presisi, analisis dan perhatian pada hal- hal detail.
3.
Orientasi pada hasil. Artinya sejauh mana pihak manajemen lebih fokus pada hasil dari
pada teknik atau proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
4.
Orientasi pada orang. Artinya tingkat pengambilan keputusan oleh manajemen dengan
mempertimbangkan efek dari hasil terhadap orang-orang didalam organisasi.
5.
Orientasi pada tim. Artinya tingkat aktivitas kerja lebih diorganisir dalam tim daripada
individu.
6.
Keagresifan. Artinya tingkat dimana orang-orang akan menjadi agresif dan kompetitif dan
bukannya santai.
7.
Stabilitas. Artinya tingkat aktivitas organisasional menekan pada mempertahankan status
quo yang kontras dengan pertumbuhan.
2.3.4 Fungsi – Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Kreitner & Kinichi (2014) fungsi budaya organisasi dibagi menjadi empat fungsi
antara lain :
1.
Memberikan para anggota subuah identitas organisasi.
2.
3.
4.
Memfasilitasi komitmen bersama.
Mempromosikan stabilitas sistem sosial.
Membentuk perilaku dengan membantu para anggota memahami lingkungan sekitar mereka.
2.3.5 Peran Budaya Organisasi
Menurut Wirawan (2007) terdapat sepuluh peran budaya organisasi, antara lain sebagai berikut
:
1.
Identitas organisasi, budaya organisasi menunjukan identitas organisasi kepada orang di
luar oranisasi.
2.
Menyatukan organisasi, norma, nilai – nilai, dan kode etik budaya organisasi menyatukan
dan mengoordinasi anggota organisasi.
3.
Reduksi konflik, isi budaya mengembangkan kohesi sosial anggota organisasi yang
mempunyai latar belakang berbeda. Pola piker, asumsi dan filsafat organisasi yang sama
memperkecil perbedaan dan terjadinya konflik di antara anggota organisasi.
4.
Komitmen kepada organisasi dan kelompok, budaya organisasi bukan saja menyatukan,
tetapi juga memfasilitasi komitmen anggota organisasi kepada organisasi dan kelompok
kerjanya.
5.
Reduksi ketidakpastian, budaya organisasi mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan
kepastian. Dalam mencapai tujuannya, demikian juga aktivitas anggota organisasi dalam
mencapai tujuan tersebut.
6.
Menciptakan kosistensi, budaya organisasi menciptakan konsistensi berpikir, berperilaku,
dan merespons lingkungan organisasi.
7.
Motivasi, Budaya organisasi merupakan energy sosial yang membuat anggota organisasi
untuk bertindak. Budaya organisasi memotivasi anggota organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi.
8.
Kinerja organisasi, budaya organisasi yang kondusif menciptakan kepuasan kerja, etos
kerja, dan motivasi kerja karyawan.
9.
Keselamatan kerja, menurut Richard L.Gardner (1999) dalam penelitiannya menunjukan
bahwa faktor-faktor penyebab kecelakaan industri adalah budaya organisasi perusahaan.
10. Sumber keunggulan kompetitif, budaya organisasi merupakan salah satu sumber
keunggulan kompetitif. Budaya organisasi yang kuat mendorong motivasi kerja, konsistensi,
efektivitas, dan efisiensi, serta menurunkan ketidakpastian yang memungkinkan kesuksesan
organisasi dalam pasar dan pesaing.
2.3.6 Sumber budaya Organisasi
Menurut Wirawan (2007) terdapat dua sumber budaya organisasi antara lain :
1.
Anggota Organisasi, anggota organisasi terdiri atas :
a) Pendiri organisasi , pendiri organisasi dapat merupakan seorang atau beberapa individu.
Pendiri merupakan anggota pertama organisasi. Ketika mendirikan organisasi, pendiri
mempunyai visi, misi, serta tujuan dan harapan tertentu atas keberlangsungan
organisasinya.
b) Pemimpin organisasi, ketika pendiri organisasi meninggal, menjadi tua, atau tidak mampu
terus memimpin organisasi, kepemimpinan diambil alih oleh pemimpin penerusnya. Ada
dua kemungkinan mengenai kelangsungan budaya organisasi. (1) pemimpin baru tetap
mempertahankan budaya organisasi lama sebagai warisan, atau (2) pemimpin baru merasa
budaya organisasi perlu dikembangkan atau dirubah.
c) Anggota organisasi, anggota organisasi dipengaruhi oleh budaya organisasi akan tetapi
dalam waktu yang bersamaan mereka juga memengaruhi budaya organisasi di mana mereka
menjadi anggotanya.
d) Konsultan perusahaan, konsultan merupakan anggota organisasi yang sering direkrut
organisasi untuk bertugas dalam waktu tertentu. Salah satu tugasnya adalah
mengembangkan sistem manajemen organisasi dan mengembangkan budaya organisasi.
e) Pemegang saham, pemegang saham perusahaan merupakan anggota organisasi yang aktif
maupun tidak aktif. Mayoritas, pemegang saham merupakan pengelola perusahaan dan
mereka memengaruhi manajemen dan budaya organisasi.
2.
Budaya masyarakat, peranan budaya nasional sangat mempengaruhi terhadap budaya
organisasi seperti contoh di beberapa negara komunis seperti Rusia (Eropa Timur), Uni
Soviet, Yugoslavia, Hongaria dan lain lain. Faktor-faktor budaya nasional yang
mempengaruhi budaya organisasi antara lain :
a) Nilai – nilai budaya nasional dan lokal.
b) Bahasa nasional dan Bahasa suku bangsa.
c) Sistem pendidikan
d) Sistem politik serta pertahanan dan keamanan
e) Agama mayoritas bangsa
2.3.7 Indikator pengukur permasalahan dalam budaya organisasi
Menurut Wirawan (2007) terdapat beberapa problem yang merupakan indikator mengukur
permasalahan yang sedang dialami organisasi antara lain :
a)
Tuntutan kerja, Meliputi persepsi karyawan mengenai beban kerja, kecepatan,
kompleksitas, variasi, konflik, dan kesulitan mempertahankan standar-standar kerja.
b) Hubungan interpersonal di tempat kerja, merupakan persepsi karyawan mengenai
hubungan interpersonal dengan teman sekerja, atasan dan bawahan, isolasi, kerja sama, dan
kesulitan dengan pendelegasian.
c)
Dukungan dan hambatan kerja, merupakan dukungan kerja secara luas, sampai seberapa
luas individu-individu karyawan menyediakan dukungan dan menghambat teman sekerja,
missal memberikan balikan, tantangan, intelektual, serta partisipasi dalam mengambil
keputusan, otonomi dan tujuan yang didefinisikan secara jelas.
d) Budaya Organisasi fisik, meliputi persepsi karyawan mengenai ergonomis, wajah Budaya
Organisasi, tata ruang fisik, cahaya ruangan buruk, konidisi lingkungan yang gaduh dan
atmosfer buruk, dan risiko fisik.
2.3.8 Budaya organisasi dan Komitmen organisasi
Penelitian yang membahas pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen organisasi
telah sering dilakukan oleh beberapa peneliti. Aziz (2016) telah melakukan penelitian pengaruh
budaya organisasi terhadap komitmen organisasi yang dilakukan pada PT. Kusuma Sandang
Mekarjaya Yogyakarta, dalam penelitiannya dijelaskan bahwa budaya organisasi berpengaruh
terhadap komitmen organisasional pada karyawan di PT. Kusuma Sandang Mekarjaya (KSM).
Peneliti lain yang membahas tentang pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen organisasi
ialah Sumanto dan Herminingsih (2016) yang dilakukan pada PT. Bank Central Asia,TBK kantor
cabang utama Tanggerang. Dalam penelitannya dijelaskan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara budaya organisasi dan terhadap komitmen organisasional.
Ditempat yang berbeda juga dilakukan penelitian oleh Mustikasari (2014) tentang pengaruh
budaya organisasi terhadap komitmen organisasi pada Pegawai Dinas Pendidikan Kota Batu
Malang. Ada pengaruh yang signifikan secara positif antara budaya organisasi terhadap komitmen
pegawai Dinas PendidikanKota Batu. Selain itu Dewi & Surya (2017) juga melakukan penelitian
tentang pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen organisasi pada PT.PLN (Persero) Rayon
Denpasar. Hasil analisis menunjukan budaya Organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap
komitmen organisasional pada PT. PLN (Persero) Rayon Denpasar. Semakin baik budaya
organisasi maka komitmen organisasional karyawan juga akan semakin baik.
2.4 Motivasi
2.4.1 Pengertian Motivasi
Mangkunegara (2015) menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan kebutuhan
dalam diri pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya yang dapat menggerakan pegawai agar mampu mencapai tujuan dari motifnya.
Sutrisno (2009) menjelaskan bahwa, motivasi adalah suatu faktor yang mendorong
seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, karna itu motivasi diartikan sebagai faktor
pendorong perilaku seseorang. Apabila ia membutuhkan dan menginginkan sesuatu maka ia akan
terdorong untuk melakukan aktivitas tertentu untuk memperoleh apa yang dibutuhkan.
Motivasi menurut Suwatno &Priansa (2016), adalah pemberian dorongan, daya penggerak
atau kekuatan yang menyebabkan suatu tindakan atau perbuatan, seseorang melakukan sesuatu
pasti ada maksud atau tujuan yang mendorongnya melakukan suatu tindakan. Motif dasar dari
seseorang melakukan tersebut adalah adanya kebutuhan orang tersebut akan kebanggan dan
kehormatan serta, mungkin limpahan materi.
Sedangkan Sumanto & Herminingsih (2016), berpendapat motivasi sangat penting karena
motivasi merupakan hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia.
Latib, Magdalena & Minarsih (2016) dalam Mulyadi (2008) beranggapan, Motivasi juga
diartikan sebagai kehendak atau dorongan untuk melakukan sesuatu dalam memenuhi kebutuhan
atau bisa diartikan sebagai proses yang menyebabkan tingkah laku seseorang menjadi bergairah,
terarah dan tidak mudah putus asa.
Sedemikian unik dan pentingnya motivasi, banyak ahli filsafat, social, psikologi maupun
ahli manajemen melakukan penelitian dan mengeluarkan teori mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi dan bagaimana individu termotivasi. Menurut Maslow setiap individu
memiliki kebutuhan-kebutuhan yang tersusun secara hierarki dari tinggkat paling dasar sampai
pada tingkat yang paling tinggi. Setiap kali kebutuhan pada tingkat paling rendah telah tercapai
maka akan muncul kebutuhan lain yang lebih tinggi.
Mengingat bahwa setiap individu dalam suatu perusahaan berasal dari berbagai latar
belakang yang berbeda, maka sangat penting bagi perusahaan untuk melihat apa kebutuhan dan
harapan karyawannya, apa bakat dan keterampilan yang dimiliki serta bagaimana rencana
karyawan tersebut pada masa mendatang. Perlu diingatkan bahwa definisi yang disajikan
mengaikan motivasi dengan upaya kerja bukan dengan kinerja atau performa kerja. Motivasi
memprediksi upaya. Upaya bersama-sama dengan sifat-sifat individual dan bantuan
keorganisasian memprediksi kinerja. Sebagai contoh misalnya, dapat disebutkan bahwa variablevariable seperti :
a) Kemampuan
b)
c)
d)
Naluri (insting)
Tingkat-tingkat aspirasi,
Faktor-faktor produksi seperti :
a) Umur,
b) Pendidikan dan,
c) Latarmbelakang keluarga, menerangkan mengapa karyawan tertentu menunjukan
performa baik, sedangkan karyawan lain menunjukan dibawah standar. Dari sejumlah
defisisi yang disajikan sebelumnya, terlihat betapa sulitnya merumuskan dan menganalisis
konsep motivasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan motivasi adalah sebegai berikut :
a.
Motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakan manusia kea rah suatu tujuan tertentu.
b.
Suatu keahlian dalam mengarahkan karyawan dan perusahaan agar mau bekerja secara
berhasil, sehingga keinginan karyawan dan tujuan perusahaan sekaligus tercapai.
c.
Sebagai inisiasi dan pengarahan tingkah laku.
d.
Sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri.
e.
Sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku
yang berhubungan dengan Budaya Organisasi.
2.4.2 Tujuan motivasi
Adapun tujuan motivasi menurut Hasibuan (2009) adalah sebagai berikut :
1.
Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
2.
Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
3.
Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan.
4.
Meningkatkan kedisiplinan karyawan.
5.
Mengefektifkan pengadaan karyawan.
6.
Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
7.
Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi karyawan.
8.
Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.
9.
Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.
10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.
2.4.3 Metode motivasi
Metode motivasi menurut Hasibuan (2009) tedapat 2 metode motivasi antara lain :
a.
Motivasi langsung (Direct motivation)
Motivasi lansung adalah motivasi (Materiil & nonmateriil) yang diberikan secara langsung
kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasannya. Jadi sifatnya
khusus, seperti pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, bonus, dan bintang jasa.
b.
Motivasi tidak langsung ( Indirect motivation)
Motivasi tidak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas
yang mendukung serta menunjang gairah kerja/kelancaran tugas sehingga para karyawan betah
dan bersemangat melakukan pekerjaannya. Misalnya, kursi yang empuk, mesin-mesin yang baik,
ruangan kerja yang tenang dan nyaman, suasana pekerjaan yang serasi serta penempatan yang
tepat. Motivasi tidak langsung besar pengaruhnya untuk merangsang semangat bekerja karyawan
sehingga produktif.
2.4.4 Faktor-faktor motivasi
Motivasi sebagai proses psikologis dalam diri seseorang akan di pengaruhi oleh beberapa
faktor, menurut Sutrisno (2009) faktor motivasi antara lain :
1.
Internal :
a) Keinginan untuk dapat hidup.
Keinginan untuk dapat hidup merupakan kebutuhan setiap manusia, untuk mempertahankan
hidup orang mau mengerjakan apa saja, apakah pekerjaan itu baik atau buruk, apakah halal atau
haram, dan sebagainya.
b) Keinginan untuk dapat memiliki.
Hal ini banyak kita alami dalam kehidupan kita sehari-hari, bahwa keinginan yang keras
untuk dapat memiliki itu dapat mendorong orang untuk mau bekerja.
c) Keinginan untuk memperoleh penghargaan.
Untuk memperoleh status sosial yang lebih tinggi, orang mau mengeluarkan uangnya, untuk
memperoleh uang tersebut maka orang itu harus bekerja keras.
d) Keinginan untuk memperoleh pengakuan.
Keinginan untuk memperoleh pengakuan dapat meliputi beberapa hal seperti, penghargaan
terhadap prestasi, hubungan kerja yang harmonis, pimpinan yang adil dan bijaksana, perusahaan
tempat bekerja dihargai oleh masyarakat.
e) Keinginan untuk berkuasa.
Keinginan untuk berkuasa akan mendorong seseorang untuk bekerja. Kadang-kadang
keinginan untuk berkuasa ini dipenuhi dengan cara-cara tidak terpuji, namun cara-cara yang
dilakukannya itu masih termasuk bekerja juga.
2.
External :
a) Kondisi Budaya Organisasi.
Budaya Organisasi adalah keseluruhan saran dan prasarana kerja yang ada di sekitar
karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan.
b) Kompensasi yang memadai.
Kompensasi yang memadai merupakan alat motivasi yang paling ampuh bagi perusahaan
untuk mendorong para karyawan bekerja dengan baik.
c) Supervisi yang baik.
Fungsi supervisi dalam suatu pekerjaan adalah memberikan pengarahan, membimbing kerja
para karyawan, agar dapat melaksanakan kerja dengan baik tanpa membuat kesalahan.
d) Adanya jaminan pekerjaan.
Setiap orang akan mau bekerja mati-matian mengorbankan apa yang ada pada dirinya untuk
perusahaan, kalua yang bersangkutan merasa ada jaminan karier yang jelas dalam melakukan
pekerjaan.
e) Status dan tanggung jawab.
Status atau kedudukan merupakan dambaan setiap karyawan dalam bekerja. Mereka bukan
hanya mengharapkan kompensasi semata, tetapi pada satu masa mereka juga berharap akan dapat
kesempatan menduduki jabatan dalam suatu perusahaan.
f) Peraturan yang fleksibel.
Bagi perusahaan besar, biasanya sudah ditetapkan system dan prosedur kerja yang harus di
patuhi oleh seluruh karyawan. Peraturan yang dapat melindungi karyawan akan memberikan
motivasi para karyawan untuk dapat bekerja dengan baik.
2.4.5 Motivasi dan Komitmen organisasi
Penelitian yang membahas pengaruh motivasi terhadap komitmen organisasi telah banyak
di lakukan oleh beberapa peneliti. Aziz (2016) meneliti pengaruh motivasi terhadap komitmen
organisasi pada PT. Kusuma Sandang Mekarjaya Yogyakarta, dalam penelitiannya dijelaskan
bahwa motivasi berpengaruh terhadap komitmen organisasional pada karyawan di PT. Kusuma
Sandang Mekarjaya (KSM). Peneliti lain yang membahas pengaruh motivasi terhadap komitmen
organisai adalah Purnama, Sunuharyo & Prasetya (2016) yang di lakukan pada Karyawan Bank
BRI cabang Kawi Malang. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel motivasi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel komitmen organisasional.
Dilain tempat Wardhani, Susilo, & Iqbal (2015) melakukan penelitian pengaruh motivasi
terhadap komitmen organisasi pada PT.ABC Malang. Hasil penelitian menunjukan bahwa
motivasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap komitmen organisasi, semakin tinggi
motivasi yang dirasakan karyawan maka tingkat komitmen yang dimiliki oleh karywan juga
semakin tinggi.
2.5 Komitmen Organisasi
2.5.1 Pengertian Komitmen Organisasi
Definisi komitmen organisasi menurut Moon (Wirawan,2007) adalah sebagai berikut: “
Istilah ‘komitmen’ telah dipakai, misalnya, untuk melukiskan beragam fenomena seperti kemauan
para actor sosial untuk memberikan energi dan loyalitas mereka terhadap sistem sosial, suatu
kesadaran ketidakmungkinan memilih identitas sosial atau menolak pengharapan khusus dibawah
kekuatan hukuman atau pengaitan efektif pada organisasi, selain dari nilai instrumental hubungan
semata.
Newstrom (Wibowo, 2007) menjelaskan bahwa, komitmen organisasi merupakan ukuran
tentang keinginan pekerja untuk tetap dalam perusahaan di masa depan. Komitmen berhubungan
dengan kuat dan terikat dengan organisasi di tingkat emosional.sering mencerminkan keyakinan
pekerja dalam misi dan tujuan perusahaan, keinginan mengembangkan usaha dalam penyelesaian,
dan intensi melanjutkan bekerja di sana.
Wibowo (2007) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai perasaan, sikap dan perilaku
individu mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari organisasi, terlibat dalam proses kegiatan
organisasi dan loyal terhadap organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Santoso (2014) dalam
Oei (2010) menyatakan bahwa komitmen organisasional (organizational commitment) adalah
kekuatan relatif pengenalan pada keterlibatan dari dalam diri seorang individu dalam organisasi
tertentu. Komitmen merupakan dedikasi atau pengabdian seseorang terhadap pekerjaannya dan ia
memandangnya sebagai kebutuhan dan sangat penting dalam hidupnya.
Poerwaningrum (2016) dalam Mathis dan Jackson (2000), berpendapat Komitmen
organisasional adalah derajat yang mana karyawan percaya dan menerima tujuan-tujuan organisasi
dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasi. Luthans (2006) mendeskripsikan
komitmen organisasi sebagai sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan
proses berkelanjutan dimana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap
organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka penulis mendefinisikan komitmen organisasi adalah
sebuah tingkat loyalitas pekerja dalam sebuah perusahaan dimana pekerja dapat bersikap loyal
tanpa pengharapan khusus serta keyakinan pekerja dalam menjalankan visi dan misi perusahaan
dan tetap dalam perusahaan di masa depan.
2.5.2 Faktor Memengaruhi Komitmen Organisasi
Menurut Wibowo (2007) berdasarkan tipe atau komponen komitmen organisasi diatas,
masing-masing komponen di pengaruhi oleh faktor yang berbeda, antara lain :
1.
effective commitment, dipengaruhi berbagai karakteristik personal seperti kepribadian dan
locus of control, pengalaman kerja sebelumnya dan kesesuaian nilai.
2.
continuance commitment, dipengaruhi oleh faktor yang memengaruhi biaya dan manfaat,
seperti kurangnya alternative pekerjaan dan jumlah investasi yang telah dilakukan orang
dalam organisasi atau komunitas tertentu. continuance commitment akan tinggi apabila
individu tidak mempunyai alternatif pekerjaan.
3.
normative commitment, dipengaruhi oleh proses sosialisasi yang dinamakan psychological
contract. Personal contract merupakan persepsi individu tentang persyaratan perjanjian dari
pertukaran dengan pihak lain. Psychological contract mencerminkan keyakinann pekerja
tentang apa yang seharusnya diterima sebagai imbalan atas apa yang mereka berikan pada
organisasi.
Menurut Allen dan Meyer, 2007 (Sumanto & Herminingsih, 2016) faktor-faktor yang
mempengaruhi komitmen dalam berorganisasi meliputi aspek karakteristik pribadi, karakteristik
organisasi, dan pengalaman selama berorganisasi. Yang termasuk ke dalam karakter organisasi
adalah struktur organisasi, desain kebijakan dalam organisasi dan bagaimana kebijakan organisasi
tersebut disosialisasikan. Sedangkan pengalaman berorganisasi tercakup kedalam kepuasan dan
motivasi anggota organisasi selama didalam organisasi, perannya dalam organisasi tersebut, dan
hubungan antar anggota organisasi dengan supervisor atau pimpinannya.
2.5.3 Pedoman Meningkatkan Komitmen Organisasi.
Luthans (2006) memberikan pedoman khusus untuk meningkatkan komitmen organisasi
pada diri karyawan :
1.
Berkomitmen pada nilai utama manusia. Membuat aturan tertulis, memekerjakan manajer
yang baik dan tepat, dan mempertahankan komunikasi.
2.
Memperjelas dan mengkomunikasikan misi anda. Memperjelas misi dan ideologi,
berkarisma menggunakan praktik perekrutan berdasarkan nilai, menekankan orientasi
berdasarkan nilai stress dan pelatihan, membentuk tradisi.
3.
Menjamin keadilan organisasi. Memiliki prosedur penyampaian keluhan yang komprehensif
menyediakan komikasi dua-arah yang ekstensif.
4.
Menciptakan rasa komunitas. Membangun homogenitas berdasarkan nilai, keadilan,
menekankan kerjasama, saling mendukung dan kerja tim; berkumpul bersama.
5.
Mendukung perkembangan karyawan. Melakukan aktualisasi, memberikan pekerjaan
menantang pada tahun pertama, memajukan dan memberdayakan, mempromosikan dari
dalam, menyediakan aktivitas perkembangan, menyediakan keamanan pada karyawan tanpa
jaminan.
2.5.4 Indikator Mengukur Komitmen
Menurut Wibowo (2007) terdapat sejumlah tanda yang menunjukan bahwa pekerja
mempunyai komitmen pada tugasnya. Tanda tersebut terbagai atas dua jenis antara lain :
A. Positif, tanda positif terdiri dari :
a) Menunjukan antusiasme.
b) Menyelesaikan masalah.
c) Melaporkan kemajuan.
d) Menunjukan inisiatif.
B. Negatif, tanda negative terdiri dari :
a) Mengajukan pengunduran diri.
b) Mengabaikan masalah.
c) Bersikap diam.
d) Kurangnya inisiatif.
2.6 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.6 Penelitian terdahulu
No
1
Penulis
Adhi
Krisna
Yuliawan & I Wayan
Gede Supartha (2012)
Judul
Pengaruh
kepemimpinan
terhadap
komitmen
organisasi, kepuasan kerja
dan kinerja pada pegawai di
lingkungan seketariat daerah
kota Denpasar
Metode
Structural
Equation
Modelling
(SEM)
2
Marnis
(2012)
Structural
Equation
Model (SEM)
3
Ozge Oztekin, Sabiha
Isci,
dan
Engin
Karadag (2015)
Pengaruh
kepemimpinan
terhadap kepuasan kerja,
komitmen organisasi, dan
kinerja kayawan di BUMN
dan
PT
Perkebunan
Nusantara V Riau (PTPN
V).
Pengaruh
kepemimpinan
terhadap
komitmen
organisasi pada kampus
Eskis¸ehir Osmangazi Turki.
4
Adik Suciono (2016)
Structural
Equation
Modelling
(SEM)
5
Anis
(2014)
6
Sumanto & Anik
Herminingsih (2016)
7
I Gusti Ayu Ketut
Ratna Dewi & Ida
Bagus Ketut Surya
(2017)
Pengaruh
kepemimpinan
terhadap
komitmen
organisasi yang berdampak
pada displin kerja karyawan
pada PT.Coca-Cola Amatil
Indonesia Surabaya
Pengaruh budaya organisasi
terhadap
komitmen
organisasi pegawai dinas
pendidikan. Kota Batu
Malang
Pengaruh budaya organisasi
dan motivasi kerja terhadap
komitmen
organisasional
pada PT.Bank Central Asia
kantor
cabang
utama
Tanggerang
Pengaruh budaya organisasi
terhadap
Komitmen
Organisasional
dan
organizational silence pada
Atmojo
Mustikasari
Structural
Equation
Model (SEM)
Kesimpulan
Terdapat
pengaruh
positif dan signifikan
kepemimpinan
terhadap komitmen
organisasi, kepuasan
kerja serta kinerja
karywan.
Terdapat
pengaruh
positif dan signifikan
kepemimpinan
terhadap
kepuasan
kerja,
komitmen
organisasi dan kinerja
karyawan.
Terdapat
pengaruh
positif dan signifikan
kepemimpinan
terhadap komitmen
organisasi
Terdapat
pengaruh
positif dan signifikan
kepemimpinan
terhadap komitmen
organisasi
Regresi Linier
Berganda
Terdapat
pengaruh
antara
budaya
organisasi terhadap
komitmen organisai.
Regresi Linier
Berganda
Terdapat
pengaruh
yang signifikan antara
budaya organisasi dan
motivasi
kerja
terhadap komitmen
organisasional.
Terdapat
pengaruh
yang signifikan antara
budaya
organisasi
terhadap komitmen
organisasional.
Analisis Jalur
(Path
Analysis).
8
Winda
Kusuma
Wardhani,
Heru
Susilo, & Mohammad
Iqbal (2015)
9
Nurul Qomarianing
Purnama, Bambang
Swasto Sunuharyo &
Arik Prasetya (2016)
10
Suzila Mat Salleh,
Ahmad Suffian Mohd
Zahari, Nur Shafini
Mohd
Said,
Siti
Rapidah Omar Ali
(2016
PT. PLN (Persero) Rayon
Denpasar
Pengaruh motivasi kerja
karyawan
terhadap
komitmen
organisasional
dengan kepuasan kerja
sebagai variabel intervening
pada PT.ABC Malang
Pengaruh motivasi terhadap
komitmen
organisasional
dan Komitmen Organisasi
pada Karyawan Bank BRI
cabang Kawi Malang
Pengaruh motivasi kerja
terhadap
komitmen
organisasi pada perusahaan
rekayasa
di
Dungun,
Terangganu Malaysia.
Analisis Jalur
(Path Analysis)
Terdapat
pengaruh
antara motivasi kerja
terhadap komitmen
organisai
dan
kepuasan kerja.
Analisis Jalur
(Path Analysis)
Terdapat
pengaruh
antara
motivasi
terhadap komitmen
organisai.
Regresi Linier
Terdapat
pengaruh
positif antara motivasi
terhadap komitmen
organisai.
2.7 Kerangka Berfikir
Model hipotesis yang di gunakan dalam penelitian ini dapat di lihat pada gambar
Sumber daya Manusia
Rekruitmen
Kompensasi
Pelatihan
Manajemen
Organisasi
Kepemimpin
an
Budaya
Organisasi
Motivasi
Hubungan
Industrial
Komitmen
Organisasi
2.8 Hipotesis konseptual
1. Terdapat pengaruh secara signifikan Kepemimpinan terhadap Komitmen Organisasi Hotel
Doubletree By Hilton Jakarta.
2. Terdapat pengaruh secara signifikan Budaya Organisasi terhadap Komitmen Organisasi Hotel
Doubletree By Hilton Jakarta.
3. Terdapat pengaruh secara signifikan Motivasi terhadap Komitmen Organisasi Hotel
Doubletree By Hilton Jakarta.
4. Terdapat pengaruh secara signifikan Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Motivasi secara
bersama-sama terhadap Komitmen Organisasi Hotel Doubletree By Hilton Jakarta.
Download