BUKU PANDUAN PPDS KETRAMPILAN KOMUNIKASI DAN PEMERIKSAAN FISIS DASAR PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I RSUD. DR. SAIFUL ANWAR / FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 1 Buku Panduan Ketrampilan Klinis Medik Dasar 1. Latar Belakang Dalam menangani seorang pasien, seorang dokter harus menegakkan diagnosis dengan tepat dan sesegera mungkin karena diagnosa yang tepat akan membawa pemecahan masalah dan terapi pasien menjadi tepat dan efisien. Diagnosa yang tepat didapatkan dari analisa data-data pasien yang didapatkan terutama dari anamnesa dan pemeriksaan fisik. Oleh karena itu, bagi seorang dokter, ketrampilan komunikasi/anamnesa dan pemeriksaan fisik adalah hal dasar dan mutlak harus dikuasai. Meskipun para calon PPDS telah mendapatkan ketrampilan tersebut sewaktu masih S1, akan tetapi selama bertugas sebagai dokter umum, ada kemungkinan cukup besar bahwa ketrampilan tersebut sudah menurun. Padahal untuk melayani pasien di rumah sakit, diperlukan dokter dengan kualifikasi yang baik, termasuk dalam cara berkomunikasi, empati serta pemeriksaan fisik dasar. Untuk itulah diperlukan penyegaran kembali sehingga seorang PPDS saat nanti melayani pasien di RSSA akan lebih baik. 2. Tujuan Menyegarkan dan meningkatkan kemampuan calon PPDS dalam ketrampilan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Meningkatkan pelayanan pasien di RSSA. 3. Mekanisme Pelaksanaan Setiap tahun akan diadakan 2 kali pelatihan untuk semua calon PPDS FK-UB/ RSSA Malang, sebelum mereka bekerja dan belajar di RSSA. Pelatihan ini akan meliputi ketrampilan komunikasi/anamnesa pasien dan ketrampilan pemeriksaan fisik secara umum. Calon PPDS dibagi menjadi 10 kelompok ( 1 kelompok beranggotakan 6 – 7 calon PPDS), dan masing-masing kelompok akan dibimbing oleh 1 orang tutor. Pelatihan akan dilaksanakan dengan pemberian modul sebelum pelatihan, tutorial (kuliah singkat), demo oleh tutor, serta latihan mandiri dengan didampingi tutor. Untuk latihan ketrampilan ini, diperlukan beberapa pasien simulasi yang sudah dilatih sebelumnya oleh tutor. Pada hari berikutnya dilakukan ujian praktek, dinilai oleh tutor dengan menggunakan checklist. Pengumuman kelulusan dilakukan hari itu juga, peserta dianggap lulus jika lulus baik anamnesa maupun pemeriksaan fisik. Peserta yang tidak lulus, diwajibkan untuk mengulang pada hari itu juga. Peserta yang mengulang ujian, hanya mengulang item yang tidak lulus (anamnesa atau pemeriksaan fisik). Peserta yang lulus akan diberikan sertifikat kelulusan oleh pihak RSSA dan berhak untuk bekerja di RSSA. 4. Keluaran -PPDS yang mempunyai ketrampilan berkomunikasi (anamnesa) serta pemeriksaan fisik pasien dengan baik. -Kepuasan pasien yang meningkat. 5. Penyedia dan Tempat Pelatihan Pelatihan akan dilakukan di RSSA ( Ruang Majapahit ) dan diselenggarakan oleh sebuah Panitia yang dikoordinir oleh Bagian DikLit RSSA dan dibentuk oleh Direktur RSSA dan Dekan FKUB. 2 6. Kualifikasi Peserta Semua calon PPDS yang telah dinyatakan lulus ujian masuk PPDS oleh masing-masing Program Studi Dokter Spesialis di FKUB/ RSSA. 7. Kualifikasi Tutor Tutor adalah staf medis (Dokter spesialis atau dokter spesialis konsultan) RSSA yang juga sekaligus staf dosen FKUB yang telah mendapatkan TOT tentang Anamnesa dan pemeriksaan fisik. 8. Kualifikasi Simulated Patient Orang awam yang sudah dilatih sebelumnya oleh tutor untuk menjadi pasien yang dianamnesa dan atau untuk diperiksa 3 Modul History taking Anamnesa (Ax) PHYSICIAN and CONAN DOYLE • Physician should be observant, like a detective • Look at the patients general appearance…at the hair-lead, face ,hands , body, foots and… toenails. • Each examining system can be described using four elements; - Looking (INSPECTION) - Feeling (PALPATION) - Tapping (PERCUSSION) - Listening (AUSCULTATION) 4 CLINICAL PROCESS Dok, saya panas, menggigil, berkeringat......... What should I do????? CLINICAL PROCESS Ax Px Lab Daftar Masalah Permanen Daftar masalah sementara Data Dasar Interpretasi Data Abnormal Px Tambahan Initial Assessment (Hipotesa) Cost-Benefit Analsis Abnormal Sintesis Dx Anatomi Abnormal (Kriteria Diagnosis) Dx Fisiologi Dx Dx Etiologi Mx Dx Sindroma Tx Interpretasi data abnormal Ex Abnormal Abnormal Rencana Awal : Tindakan Catatan Kemajuan Masalah 1 S O A P : Dx Mx Tx Ex Masalah 2 Masalah n 5 THREE STEPS OF DIAGNOSIS PROCESS 1. Data collection 2. Data synthesis 3. Problem identification (Physician’s knowledge) 20 DATA COLLECTION Hypothesis 10 Chief complaint 5 INITIAL PROBLEM / DIAGNOSIS Iterative Differential Diagnosis 15 history Physical examinati on tests 6 Data collection 1. History taking 2. Physical examination (general survey, vital sign, general/specific examination..etc) 3. Laboratory test IMPORTANCE OF HISTORY TAKING • Obtaining an accurate history is the critical first step in determining the etiology of a patient's problem. • A large percentage of the time (70%), you will actually be able make a diagnosis based on the history alone. 7 History Taking • Information gathered during patient interview • Account of: – Medical and social occurrences in a patient’s life – Environmental factors that may affect patient’s condition Introductory questions • • • • • • Good relationship Logical manner Listen carefully Interrupt appropriately Note non-verbal clues Correctly interpret 8 Tips for effective history-taking – Open-ended questions “What seems to be bothering you today?” – Closed-ended questions “Is your chest pain sharp or dull?” – Multiple Choice Questions – LISTEN ACTIVELY!!! • • • • • • ACT as if you are listening Repeat patient’s statements Clarify if needed Take notes Display your concern Confront with caution Opening Questions • Ask why patient is seeking medical care • Use general, open-ended questions • Follow patient’s lead 9 Complete History Taking 1. Identifying Data and Source of the History 2. Chief Complaint (CC) / Presenting (principal) symptom / Presenting Complaint (PC) 3. History of presenting illness (HPI) 4. Past medical history (PMH) 5. Social history 6. Family history 7. Review of system Complete History Taking 1. Identifying Data and Source of the History 2. Chief Complaint (CC) / Presenting (principal) symptom / Presenting Complaint (PC) 3. History of presenting illness (HPI) 4. Past medical history (PMH) 5. Social history 6. Family history 7. Review of system Complete History Taking 1. Identifying Data and Source of the History 2. Chief Complaint (CC) / Presenting (principal) symptom / Presenting Complaint (PC) 3. History of presenting illness (HPI) 4. Past medical history (PMH) 5. Social history 6. Family history 7. Review of system 10 1. Identifying Data and Source of the History • Always record personal details: – – – – name, age, address, sex, - ethnicity occupation religion marital status • Source of data: auto-anamnesis or hetero-anamnesis – Law enforcement, family, friend, bystander 2. The Chief Complaint (CC) • The main reason push the patient to seek for visiting a physician or for help • Usually a single symptoms, occasionally more than one complaints eg: chest pain, palpitation, shortness of breath, ankle swelling etc • The patient describe the problem in their own words. • It should be recorded in pt’s own words. • What brings your here? How can I help you? What seems to be the problem? 11 The Chief Complaint_cont.. – The single most critical concern to the patient • “What seems to be the problem today?” • “What can I help you with today?” • Which system (origin) do you believe to be affected by this CC? • Do you clearly understand the patient’s complaint or complaints? – Multiple Complaints • “If I could make one thing better for you, which would you want it to be?” • Are the multiple complaints likely to be related? • Will you need to address multiple issues? • Could some of these be chronic issues? 3. History of Present Illness (HPI) • • • • • Elaborate on the chief complaint in detail Ask relevant associated symptoms Have differential diagnosis in mind Lead the conversation and thoughts Decide and weight the importance of minor complaints 12 History of Present Illness_ cont.. • Identifies the chief complaint • Provides full, clear, chronological account of symptoms • A thorough HPI: – Ask questions related to chief complaint – Interprets patient's response to questions History of presenting illness_cont.. – – – – – – Details of current illnesses, Details of previous, Similar episode, Current treatment & drug history, Menstrual & reproductive history for women, Extend of functional disability 13 History of presenting illness_cont.. Current symptoms The time of onset & duration; the mode of onset; the site & radiation; especially of pain; the character; the severity; aggravating or relieving factors; associated symptoms Current treatment & drug history Tablets or medicines, colour or size, name & dose, length of use. Treatment for blood pressure, high cholesterol, diabetes, arthritis, anxiety or depression, antibiotics, NSAIDs Pain Guided (OPQRST) • • • • • • Onset of problem Provocation/Palliative Quality Region/Radiation/Referral Severity Time 14 15 6. Family History istory - Family amily disease : HT, DM, Alergy, Alergy etc - Genogram enogram 16 7. Review of System (ROS) • This is a guide not to miss anything • Any significant finding should be moved to HPI or PMH depending upon where you think it belongs. • Do not forget to ask associated symptoms of PC with the System involved • When giving verbal reports, say no significant finding on systems review to show you did it. However when writing up patient notes, you should record the systems review so that the relieving doctors know what system you covered. Review of System _ count… GENERAL •Weakness •Fatigue •Anorexia •Change of weight •Fever •Night sweats GASTROINTESTINAL/ALIMENTARY •Anorexia •Nausea/vomiting •Regurgitation/heart burn/flatulence •Difficulty in swallowing •Abdominal pain/distension •Change of bowel habit •Haematemesis, melena, haematochagia •Jaundice CARDIOVASCULAR •Chest pain •Paroxysmal Nocturnal Dyspnoea •Orthopnoea •Swelling of ankle, edema •Palpitations •Cyanosis RESPIRATORY SYSTEM •Cough(productive/dry) •Sputum (colour, amount, smell) •Haemoptysis •Shortness of Breath /Dyspnoea •Tachypnoea •Wheezing 17 Review of System _ count.. NERVOUS SYSTEM •Visual/Smell/Taste/Hearing/Speech problem •Head ache • Loss of consciousness(LOC) •Muscle weakness/numbness/paralysis •Abnormal sensation •Tremor URINARY SYSTEM •Frequency •Dysuria •Urgency •Nocturia •Back pain •Incontinence GENITAL SYSTEM •Pain/ discomfort/ itching •Discharge •Unusual bleeding •Sexual history •Menstrual history – menarche/ LMP/ duration & amount of cycle/ Contraception •Obstetric history – Para/ gravida/abortion MUSCULOSKELETAL SYSTEM •Pain – muscle, bone, joint •Swelling •Weakness/movement •Deformities •Gait Closing statement • Summarize your findings to the patient. This gives the patient an opportunity to clarify any issues and to confirm that the history you have taken is correct. • Now progress on to physical examination 18 SUMMARY History taking will actually be able make 70% of diagnosis • Obtaining the history guides the physical exam • History-taking is accomplished along with the physical exam and therapies • For emergent patients, the history-taking is delayed or never actually obtained in the prehospital setting Contoh anamnesa • Identitas – – – – Nama : Tn G, 56 th, Alamat : Randu pitu, Gondang legi, Malang Pekerjaan : petani Pendidikan : SD (lulus) • Penderita datang berobat ke suatu Rumah sakit diantar oleh keluarganya. Penderita datang di UGD pukul 01.00 dini hari • Setelah dilakukan Anamnesa, hasilnya sbb.: 19 1 Chief . complain t 2 History . of present illness Sakit perut Penderita mengeluh sakit perut sejak 1 bulan terakhir. Sakit perut terasa melilit diseluruh bagian perut, hilang timbul, terjadi beberapa menit kemudian sembuh dengan sendirinya. Awalnya keluhan sakit perut tersebut ringan, terjadi sekali sehari, lama kelamaan semakin memberat dan dalam 3 hari terakhir terjadi 4 – 5 kali sehari. Bila sakit perut timbul, perut rasa membesar seperti ada sesuatu yang menelonjor dibagian kiri perut, disertai rasa mual dan muntah. Penderita menahan sakit sampai keluar keringat dingin. Rasa sakit tersebut terjadi sekitar 30 menit kemudian berangsur meredah dengan sendirinya. Perut yang membesar berangsur mengecil kembali seperti semula. Penderita mengeluh muntah sejak 3 hari ini. Isi muntahan berupa makanan dan minuman yang dimakan sebelumnya. Terkadang isi muntahan berupa cairan berwarna coklat kehijauan disertai bau yang kurang sedap. Keluhan muntah tersebut selalu diawali sakit perut yang hebat. Tiga hari yang lalu, penderita berobat ke dokter terdekat. Kata dokter tersebut penderita menderita sakit mag. Penderita diberi beberapa macam obat dalam bentuk tablet dan sirup tapi sampai obatnya habis keluhan tidak berkurang. Penderita juga mengeluh BAB darah sejak 1 tahun terakhir. Darah yang keluar terkadang melapisi kotoran, terkadang bercampur dengan kotoran. Selain darah, dikotoran juga terdapat lendir. Frekuensi BAB 3-4 kali sehari dengan konsistensi yang berbeda-beda setiap BAB. Terkadang kotoran berbentuk bulat-bulat kecil seperti kotoran kambing, terkadang berbentuk kecil panjang seperti pensil, bahkan terkadang BAB hanya keluar lendir saja. Penderita juga mengeluh badannya semakin lemah sejak satu minggu terakhir. Bekerja menjadi malas dan merasa cepat letih. Rasa mengantuk hampir terasa disepanjang waktu. wajah terlihat semakin pucat. Meski nafsu makannya tetap, penderita merasa berat badan semakin menurun. Dalam 6 bulan terakhir, berat badannya turun sekitar 7 kg. 20 3. Past medical history Past illness. Penderita tidak tahu status imunisasinya ketika masih bayi. Pernah mempunyai gula darah tinggi, namun tidak rutin berobat. Saat remaja pernah opname akibat kecelakaan lalu lintas. 4. Family history 5. Social history 6 Review of system Past treatment. Pernah minum obat untuk kencing manis, namun tidak rutin. Ibu penderita sakit kencing manis. Saudara perempuan penderita menderita sakit tumor payudara. Paman penderita pernah operasi tumor susu besar. Kakek penderita meninggal akibat sakit “liver” Penderita bekerja sebagai tukang batu. Penderita merokok sejak remaja, 1-2 bungkus sehari. Penderita tidak suka makan sayur dan buah. Penderita juga mengeluh: - Kepala sering “pusing”, seperti mabuk kendaraan - Akhir-akhir ini sering mengeluh lemah, letih dan lesu ketika bekerja. - Terkadang mual dan nafsu makan berkurang - Sering kencing dimalam hari Berdasarkan anamnesa tersebut, dugaan (probabilitas) penyakit penderita tersebut adalah : • • • • • • • • Sakit mag (gastritis, peptic ulcer) Disentri Hemoroid Tumor kolon Diabetes melitus Inflammatory bowel diseases GEA (gastroenteritis akut) Ileus obstruktif 21 CHECKLIST ANAMNESA (History Taking) Nama : NIM : Tanggal : No Nilai Jenis kegiatan 0 1. Menyapa pasien dengan menyebut nama & senyum serta mempersilahkan duduk (jabat tangan) 2. Menanyakan ulang identitas pasien: nama, usia, tempat tinggal, pekerjaan, status keluarga 3. Menjelaskan tujuan wawancara & mengatakan dokter akan menjaga kerahasiaan pasien 4. Menanyakan keluhan utama pasien 5. Menggali keluhan riwayat penyakit saat ini (History of present illness) Mengidentifikasi keluhan secara lengkap dengan menanyakan tentang: 1 2 Timing (Onset , duration, frequency) Location (tempat kejadian) Character (sifat, kualitas, kuantitas/severity) Aggravating/Alleviating factors 6. Menggali keluhan yang lain 7. Mengidentifikasi permasalahan kesehatan masa lalu (Past Medical History) 8. Mengidentifikasi pemakaian obat-obatan 9. Mengidentifikasi penyakit yang diderita oleh keluarga pasien (kalau perlu membuat genogram) 10. Mengidentifikasi kehidupan pribadi dan sosial pasien: 11. Menanyakan beberapa keluhan sistemik yang mungkin dirasakan pasien: 12. Mengulangi dan merangkum hasil wawancara 13. Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan apa yang belum jelas 14. Membuat catatan tertulis tentang hasil wawancara Jumlah nilai Keterangan: 0 1 2 = tidak dikerjakan = dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar = dikerjakan dengan benar Malang, ……………………2016 Skor maksimal : 28 Tutor, Batas Kelulusan : > (80% x 28 =22) 22 (…………………………………………) MODUL PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN THORAX (Respirasi) PEMERIKSAAN RESPIRASI (Paru) Posisi Pasien & Persiapan Have the patient undress to the waist, ideally sitting on the edge of the bed. Pencegahan infeksi Wash your hands and cleanse your stethoscope with alcohol wipe. Inspeksi (a) Chest wall deformities: Are there any chest wall deformities? (e.g. pectus excavatum / pectus carinatum) Does the chest appear over expanded? (i.e. Barrel shaped chest ) Is there any Kyphosis present? Scoliosis? Pectus excavatus (b) Scars: Is there any evidence of scars from previous surgery? (c) Looking for simetricity of thorax : Asses in static condition (Ask patient to stop breath for 30 secs) and asses when patient is breathing. Palpasi (a) Chest expansion : By assessing chest expansion the examiner aims to assess the range and symmetry of chest wall movements. Place your hands firmly on the chest wall, with your thumbs slightly lifted off the chest so that they are free to move with respiration (placing your thumbs up provides the examiner with a visible marker to assess the range and symmetry of chest wall movements). Ask the patient to take a deep breath in and observer the range and symmetry of movement. Reduced expansion on one side indicates a lesion on that side. This should be performed on the front and the back of the patient’s chest. 23 Assessment of anterior and posterior chest wall expansion Perkusi (a) Place you hand on the patients chest wall with the fingers slightly separated and aligned with the ribs and pressing the middle finger firmly again the chest. (b) With the other hand (usually the middle finger) strike firmly the middle phalanx of the middle finger that is on the patients chest wall. (c) The percussing finger is removed quickly – therefore not to dampen the generated noise. The percussing finger should be held partly flexed and a loose swinging motion should come form the wrist Auskultasi (a) Breath sounds : Normal breath sounds are called vesicular. The intensity of the sounds increase during inspiration and then fade away during the first third of expiration. Bronchial breath sounds, heard in inspiration and expiration, result from enhanced transmission of higher frequency sounds through solid lung tissue as in consolidation or fibrosis. (b) Intensity of the breath sounds : Usually described as being normal, reduced or absent. It is important to compare air entry in all areas of the chest. For example breath sounds may be absent locally over a pneumothorax or a pleural effusion. (c) Added sounds : Wheeze, rhonchi, crepitations (crackles), pleural rub Penutup 24 Pencatatan 25 CHECK LIST KETRAMPILAN PEMERIKSAAN THORAX (PARU) Nama : NIM : Kelompok : Tanggal : Penilaian JENIS KEGIATAN 0 1 2 PEMERIKSAAN RESPIRASI PERSIAPAN 1. Mencuci tangan, Pemeriksa menempatkan diri di sebelah kanan pasien Memberikan penjelasan tentang pemeriksaan ini Mempersilahkan pasien melepas baju , Menempatkan pasien dlm posisi duduk di tempat tidur pemeriksaan Inspeksi 2. Mengamati dan melaporkan abnormalitas yang ditemukan 3. Melihat adakah simetri/asimetri dalam keadaan statis dan dinamis dan melaporkan abnormalitas yang ditemukan Palpasi 4. Memeriksa ekspansi dada muka dan belakang dan melaporkan hasilnya 5. Memeriksa stem fremitus dan melaporkan hasilnya Perkusi 6. Melakukan perkusi dada bagian depan pada tempat yang telah ditentukan dan melaporkan hasilnya 7. Melakukan perkusi dada bagian belakang pada tempat yang telah ditentukan dan melaporkan hasilnya Auskultasi 8. Memeriksa suara nafas dan melaporkan hasilnya 9. Memeriksa ada tidaknya perubahan intensitas suara nafas dan melaporkan hasilnya 10. Memeriksa ada tidaknya suara nafas tambahan (ronchi, wheezing, dll) dan melaporkan hasilnya Tutor, Keterangan penilaian : 0 = tidak dikerjakan 26 1 = dikerjakan tetapi kurang benar 2 = dikerjakan dengan benar (...............................................) Skor maksimal 20 Batas kelulusan > (80% x 20 = 16) 27 PEMERIKSAAN JANTUNG PEMERIKSAAN JANTUNG Pendahuluan Posisi Pasien & Persiapan You will need to expose the patient's chest for this examination. For female patients you may want to use an examination gown or drape. Place your patient in a semi-supine position, at an angle of 45%. Make sure that the patient is comfortable in this position. Inspeksi Observe the chest carefully. Specifically note for any: Scars (e.g. median sternotomy scar; thoracotomy scar); chest wall deformities (e.g. pectus excavatus ) Sternotomy scar Palpasi Pectus excavatus (a) Palpation for the apex beat. The apex beat is the furthest position laterally and inferiorly, at which the cardiac impulse can be palpated. The apex beat is due mainly to the action of the left ventricle. In a normal patient, the apex beat is usually positioned at the 5th intercostal space (ICS) in the mid clavicular line (MCL). 28 To palpate for the apex beat place your hand over the left hemi-thorax region and feel for the most lateral and inferior pulsation. To count intercostal spaces (ICS), first identify the manubriosternal junction. The rib attached along side this is the 2nd rib and the space below the rib is the 2nd ICS. Count down until you are at the level where you can feel the apex beat. Palpation for the apex beat b) Palpation for heaves. Place your hand on the patients chest in the left parasternal region to palpate for any heaves that may be caused by right ventricular enlargement. Palpation for heaves (c) Palpation for thrills : Turbulent blood flow, which causes cardiac murmurs on auscultation (see later) can sometimes be palpable – i.e. a thrill. Place your hand over the pulmonary and aortic areas (see later) to palpate for any thrills. Palpation for thrills 29 Perkusi Percussion of the heart is : determine the left heart border, cardiac waist and riht heart border. Auskultasi a) Heart sounds : The heart sounds are sometimes described as sounding like ‘lupp dubb’ (1st followed by 2nd heart sounds) The first heart sound is caused by vibrations arising from closure of the mitral and the tricuspid valves. It coincides with the beginning of ventricular systole and so each first sound comes at the beginning of the pulse wave. The second heart sound is softer, shorter and of higher frequency and is caused by closure of the aortic and the pulmonary valves. It coincides with the end of ventricular systole and so occurs at the end of each pulse. Because of their relationship to the pulse wave it is useful to listen to the heart sounds while feeling the pulse. Mitral area (5th ICS MCL) Tricuspid area (Lower left sternal edge) Aortic area (2nd ICS right sternal edge) Pulmonary area (2nd ICS left sternal edge) b) Murmurs : The presence of a murmur indicates either increased or turbulent blood flow. Increased flow across a normal valve may occur in high output states, such as pregnancy, severe anaemia, or associated with a significant pyrexia. Turbulent flow may arise because of abnormal flow across a valve or as a result of an abnormal communication between the chambers of the heart / great vessels. If a murmur is heard, the following should be noted: timing of the murmur (systole ] or diastole ); radiation; location where murmur is best heard (punctum maximum); Jugular Venous Pressure 30 Menempatkan pasien dalam posisi ½ duduk (30o – 45o) Meminta pasien menoleh ke kiri lebih kurang 30 – 45o. Menentukan titik R (angulus sterni Ludovici Menentukan tinggi bendungan vena jugularis Mengukur proyeksi bendungan vena jugularis pada posisi tegak lurus Mencatat dan melaporkan hasilnya: misalnya R + ......cm H2O posisi 300 atau 400 (meningkat jika > R + 3 cmH20) 31 CHECK LIST KETRAMPILAN PEMERIKSAAN THORAX (JANTUNG) Nama : NIM : Kelompok : Tanggal : Penilaian JENIS KEGIATAN 0 1 2 PEMERIKSAAN JANTUNG Persiapan . Menempatkan pasien dalam keadaan berbaring dengan posisi semi supine, dengan sudut 45% sedemikian rupa sehingga pasien merasa nyaman dengan posisi tersebut Inspeksi 1. Melihat dan menilai bentuk dada 2. Melihat adakah simetri/asimetri, bekas operasi, dll 3. Melihat adakah tumor /benjolan lain yang seharusnya tidak ada 4. Melihat iktus kordis tampak atau tidak tampak Palpasi 5. Melakukan palpasi apex cordis 6. Menilai adanya kuat angkat atau tidak kuat angkat 7. Menilai ada tidaknya ”heaves” 8. Menilai ada tidaknya thrill Perkusi 9. Memeriksa batas jantung kanan dan melaporkan hasilnya 10. Memeriksa batas jantung kiri dan melaporkan hasilnya 11. Memeriksa pinggang jantung dan melaporkan hasilnya Auskultasi 12.. Menentukan proyeksi katub-katub jantung 13.. Memeriksa ada tidaknya murmur 14. Mendiskipsikan jenis murmur yang ditemukan (bila ada murmur) PEMERIKSAAN JVP 15. Menempatkan pasien dalam posisi ½ duduk (30o – 45o) 16. Meminta pasien menoleh ke kiri lebih kurang 30 – 45o. 17. Menentukan titik R 18 Menentukan tinggi bendungan vena jugularis 19. Mengukur proyeksi bendungan vena jugularis pada posisi tegak lurus 20. Mencatat dan melaporkan hasilnya 32 Keterangan penilaian : 0 = tidak dikerjakan 1 = dikerjakan tetapi kurang benar Tutor, 2 = dikerjakan dengan benar Skor maksimal 40 Batas kelulusan > (80% x 40 = 32) (………………………………………….) 33 PEMERIKSAAN ABDOMEN I. DESKRIPSI MODUL Latar Belakang Tujuan Pembelajaran Metoda Pembelajaran Setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta mampu melakukan : 1. Inspeksi abdomen 2. Auskultasi abdomen 3. Perkusi abdomen: umum, Shifting dullness 4. Perkusi hepar lien: liver span dan Traube’s space 5. Palpasi abdomen : palpasi ringan, palpasi dalam, undulasi. 6. Palpasi hepar, pemeriksaan Murphy sign, 7. Palpasi lien: Schuffner dan Hackett - Video session - Demonstrasi dengan model anatomik - Berlatih mandiri dengan sesama teman Alat Bantu - Stetoskop 5 buah - Audio visual 1 set - Kapas alkohol 10 sachet Waktu 5 – 10 menit Daftar Instruktur - dr. Atma Gunawan, SpPD-KGH - dr. BP Putra Suryana, SpPD-KR - dr. Ninik Budiarti, SpPD - dr Nursamsu, SpPD - dr. Djoko Heri Hermanto, SpPD - dr. Bogi Pratomo, SpPD - dr. Supriono, SpPD Evaluasi Check list Referensi 34 II. PROSEDUR Pendahuluan Memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada pasien tujuan dan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan, serta meminta pasien agar mengikuti perintah yang akan diberikan selama pemeriksaan. Memberitahukan kepada pasien agar mengosongkan kandung kencing terlebih dulu (pasien diminta untuk kencing atau dibuka aliran kateternya bila menggunakan kateter). Pasien dalam posisi berbaring supine dengan nyaman dan meletakkan bantal dibawah kepala, serta meletakkan tangan pasien di sisi badan atau di atas dada. Pemeriksa mencuci tangan dan membersihkan stetoskop dengan kapas alkohol. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien. Posisi Pasien & Persiapan Lakukan inspeksi pada seluruh kulit abdomen, apakah tampak jaringan parut (bentuk dan lokasi), striae, dilatasi vena, rash, dan lesi lain. Perhatikan kontur abdomen (flat, rounded, protuberant, atau scaphoid), apakah abdomen tampak simetris, dan apakah tampak benjolan pada flank atau benjolan ditempat lain. Periksa kontur dan lokasi umbilicus, dan apakah tampak tanda-tanda inflamasi, hernia atau kelainan lainnya. Perhatikan juga apakah tampak gerakan peristaltik atau pulsasi yang tampak dipermukaan abdomen (Ingat 4 atau 9 kuadran dari abdomen). Inspeksi abdomen Auskultasi abdomen Auskultasi abdomen dilakukan sebelum pemeriksaan perkusi/palpasi untuk mendapatkan suara usus asli sebelum dipengaruhi oleh pemeriksaan perkusi/palpasi. Letakkan stetoskop bagian diafragma secara hati-hati pada abdomen Dengarkan suara usus, kemudian catat hasilnya (normal, meningkat, menurun, negatif) dan karakternya (metallic sound, dll). Dengarkan kemungkinan adanya bruit pada proyeksi aorta abdominalis, arteri renalis, arteria iliaca dan arteri femoralis. 35 Bila dicurigai adanya tumor hepar, infeksi pada hepar atau infark splenikum, dengarkan di atas hepar dan lien adanya friction rub. Lakukan perkusi pada seluruh kuadran abdomen untuk menilai distribusi timpani dan dullness. Lakukan perkusi secara seksama di daerah dada anterior bagian bawah. Pada sisi kanan akan terdapat pekak hepar, dan paa sisi kiri terdapat timpani akibat udara gaster dan fleksura coli sinistra. Perhatikan peralihan daerah timpani menjadi redup pada setiap penonjolan daerah abdomen. Perkusi perut juga dipakai untuk evaluasi adanya cairan ascites, dengan cara: puddle sign, shifting dullness. Perkusi abdomen Lakukan perkusi batas hati atas dan batas hati bawah untuk mengetahui ukuran hepar (liver span). Perkusi dimulai dari Linea Medioclavicular (LMC) kanan setinggi sedikit di bawah umbilicus ke arah atas. Perubahan dari suara timpani menjadi redup merupakan batas bawah pekak hepar (tandai dengan titik). Untuk menentukan batas atas hepar, lakukan perkusi di sepanjang LMC kanan mulai dari ICS II ke arah bawah, perubahan dari suara sonor menjadi redup merupakan batas atas hepar (tandai dengan titik lagi). ukur panjang liver span dari kedua titik tadi dengan menggunakan penggaris. Normal liver span sepanjang 6-12 cm. 36 Untuk mengetahui adanya pembesaran lien kearah anterior, perlu dilakukan perkusi pada Traube’s space. Normal terdengar suara timpani, jika ada pembesaran lien terdengar redup). Namun suara redup bisa juga diakibatkan oleh gaster yang terisi makanan. Ingat ! perkusi Traube’s space tidak perlu dilakukan jika sudah ada pembesaran lien kearah bawah. Sebelum palpasi, pasien diminta untuk menekuk kedua kaki agar dinding abdomen dalam posisi relaks sehingga memudahkan pemeriksaan. Palpasi ringan Lakukan palpasi ringan untuk menilai secara menyeluruh keadaan dibawah permukaan abdomen. Cara palpasi ringan dengan meletakkan tangan dan lengan bawah pada bidang yang sejajar (rata), dengan jari rata terletak pada permukaan abdomen. Palpasi permukaan abdomen dengan gerakan ringan dan lembut. Saat menggerakkan tangan dari satu tempat ke tempat lain, angkat sedikit saja dari kulit. Bergerak dengan lembut dan rasakan pada semua kuadran. Identifikasi adanya organ superfisial atau adanya masa dan adanya daerah yang nyeri atau memberikan tahanan terhadap tekanan tangan. Bila didapatkan tahanan, bedakan apakah ini merupakan gerakan voluntary guarding ataukah involuntary muscular spasm. Jangan lupa memperhatikan wajah pasien untuk menilai adanya nyeri dan seberapa parah nyerinya. Palpasi abdomen Palpasi dalam Pergunakan permukaan palmar dari jari untuk palpasi pada keempat kuadran abdomen. Identifikasi adanya massa dan catat lokasi, ukuran, 37 bentuk, konsistensi, nyeri tekan, pulsasi, dan mobilitas (mobilitas saat respirasi atau saat digerakkan dengan tangan). Bila palpasi dalam sulit dilakukan (misalnya pada obesitas), pergunakan dua tangan, satu tangan di atas yang lain. Berikan tekanan melalui tangan yang di atas dan konsentrasikan sensasi perabaan pada tangan yang di bawah. Hubungkan hasil pemeriksaan perkusi dengan palpasi. Lakukan juga palpasi ginjal secara bimanual. Palpasi hepar Letakkan tangan kanan pada abdomen pasien tepat di bawah umbilikus dan sejajar (paralel) dengan otot rectus. Selama melakukan palpasi, pasien diminta menarik nafas dalam. Bila tidak teraba tepi hepar, pindahkan ujung jari tepat di bawah arcus costa kanan sambil pasien diminta untuk menarik nafas dalam. Pemeriksaan ini perlu diulang beberapa kali sampai teraba tepi bawah hepar saat inspirasi. Catat ukurannya (dalam cm atau sekian jari BAC), sifat permukaan (rata atau berbenjol), konsistensi (lunak, padat, keras, dll), tepinya (tajam atau tumpul) dan adanya nyeri tekan. Pada beberapa pasien hepar tidak dapat dipalpasi. Pasien dengan keluhan nyeri abdomen kanan atas yang mencurigakan suatu infeksi di kandung empedu, perlu dilakukan pemeriksaan Murphy’s sign. Palpasi lien Secara Schuffner dan Hackett Letakkan tangan kiri di belakang pinggang kiri pasien, tarik ke atas dan mendekat ke pemeriksa, sedangkan tangan kanan diletakkan tepat dibawah umbilikus dan sejajar (paralel) dengan otot rectus. Sambil melakukan palpasi, pasien diminta menarik nafas dalam. 38 Pemeriksaan ini perlu diulang beberapa kali sampai teraba ujung lien saat inspirasi. Bila teraba ujung lien, kemungkinan lien membesar. Palpasi lien secara Schuffner dilakukan mulai dari SIAS kontralateral (kanan) melalui umbilikus sampai dengan arcus costae pada LMC kiri (Schuffner I - VIII). Pencatatan Penutup Palpasi lien secara Hackett dimulai dari daearah setinggi SIAS kiri sampai dengan arcus costae pada LMC kiri (Hackett I – IV). Catat seluruh hasil pemeriksaan abdomen, termasuk ukuran hepar dan lien. Mengucapkan terima kasih, mencuci tangan. Menerangkan kelainan yang ditemukan kepada pasien. Menerangkankepada pasien pemeriksaan apa yang selanjutnya harus dikerjakan 39 CHECK LIST KETRAMPILAN PEMERIKSAAN ABDOMEN Nama : NIM : Kelompok : Tanggal : Nilai JENIS KEGIATAN 0 1 2 Persiapan Meminta pasien berbaring supine dengan nyaman dan meletakkan bantal dibawah kepala dan meletakkan tangan disisi badan atau diatas dada. Inspeksi abdomen 1. Melihat kulit abdomen dan mencatat adanya: jaringan parut (bentuk dan lokasi), striae, dilatasi vena, rash, dan lesi lain. 2. Melihat kontur abdomen: flat, rounded, protuberant, atau scaphoid, abdomen simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak. 3. Melihat umbilicus, kontur dan lokasi, tanda-tanda inflamasi dan adanya hernia 4. Melihat adakah gerakan peristaltik usus atau pulsasi yang tampak didinding abdomen Auskultasi abdomen (diperiksa sebelum perkusi/palpasi) 5. Meletakkan diafragma stetoskop secara hati-hati pada abdomen 6. Mendengarkan suara usus minimal di 4 kuadran perut dan mencatat hasilnya (normal, meningkat, menurun, negatif) dan karakternya (metallic sound, dll) 7. Mendengarkan kemungkinan adanya bruit pada pada proyeksi aorta abdominalis, arteri renalis dekstra dan sinestra, arteri iliaca dan arteri femoralis. Mendengarkan “veneus harm” (bunyi bruit pada vena porta akibat hipertensi porta) 8. Mendengarkan adanya friction rub diatas hepar dan limpa. Perkusi abdomen 9. Melakukan perkusi pada seluruh kuadran untuk menilai distribusi timpani dan dullness 10. Melakukan perkusi secara seksama daerah dada anterior bagian bawah. Pada sisi kanan akan terdapat pekak hepar, pada sisi kiri terdapat timpani akibat udara gaster dan fleksura coli sinistra 11. Memperhatikan peralihan daerah timpani menjadi redup pada setiap penonjolan daerah abdomen Perkusi shifting dullness jika curiga adanya ascites. 12. Melakukan perkusi abdomen dari titik medial (paling tinggi) menuju ke sisi lateral kiri/kanan abdomen. Menentukan batas perubahan suara perkusi dari timpani ke dullness dan memberi tanda. 13. Merubah posisi tubuh pasien (berbaring miring ke kiri/kanan), 14. Melakukan perkusi lagi mulai dari titik lateral / titik perkusi terakhir sebelum merubah posisi pasien (bila ada asites terjadi perubahan suara yang tadinya dullness menjadi timpani) menuju ke medial. Menentukan batas perubahan suara perkusi dari timpani ke dullness dan memberikan tanda. 15. . Disebut shifting dullness positif bila terjadi perubahan suara di lateral yang tadinya dullness menjadi timpani dan di medial yang tadinya timpani menjadi dullness Perkusi Hepar (mengukur Liver span) 16. Melakukan identifikasi batas bawah hepar dengan melakukan perkusi pada Linea Medioclaviculer kanan mulai setinggi bawah umbilicus ke arah atas. Beri tanda daerah perbatasan timpani menjadi redup. 17. Melakukan identifikasi batas atas hepar dengan melakukan perkusi pada garis Linea Medioclaviculer kanan mulai dari ICS II kanan ke arah bawah. Beri tanda daearah perbatasan sonor menjadi redup. 18. Mengukur batas atas dan bawah hepar (liver span). Normal liver span sepanjang 8-12 cm 40 Perkusi limpa (mengetahui pembesaran limpa kearah anterior) 19. Menentukan daerah Traube’s space (daerah yang berbentuk bulan sabit yg terletak diantara titik pertemuan costa VI – MCL kiri s/d titik pertemuan costa IX - AAL). Melakukan perkusi didaerah traube’s space tersebut. 20. Perkusi daerah traube’s space secara normal terdengar timpani (oleh karena terdapat udara lambung), bila terdengar dullness maka kemungkinan limpa membesar kearah anterior atau lambung terisi makanan atau cairan. Palpasi Ringan (pastikan kulit abdomen lentur dengan cara menekuk kedua lutut pasien) 21. Meletakkan tangan bagian palmar dan lengan bawah pada bidang yang sejajar (rata), dengan jari terletak rata pada permukaan abdomen. 22. Melakukan palpasi ke seluruh permukaan abdomen dengan gerakan ringan dan lembut pada semua kuadran. Saat menggerakkan tangan dari satu tempat ke tempat lain, angkat jari sedikit saja dari kulit. 23. Mengidentifikasi adanya: organ superfisial, massa, daerah yang nyeri tekan, atau daerah yang memberikan ”resistensi” terhadap tekanan tangan ( bedakan apakah ini merupakan gerakan ”voluntary guarding” ataukah ”involuntary muscular spasm” ). Palpasi Dalam (identifikasi massa) 24. Bila pada palpasi ringan meraba adanya massa, maka lanjutkan identifikasi massa tersebut secara detail dengan palpasi dalam. Catat lokasi, ukuran, bentuk, konsistensi, nyeri tekan, pulsasi, dan mobilitasnya saat digerakkan dengan tangan Palpasi Dalam (identifikasi Hepar) 25. Meletakkan tangan kanan pada abdomen pasien, tepat di bawah level umbilikus dan sejajar dengan otot rectus pada MCL kiri. 26. Melakukan palpasi abdomen dari bawah ke arah hepar, sambil pasien diminta inspirasi dalam (sebaiknya pasien diajak bicara selama pemeriksaan untuk mengalihkan perhatian). 27. Mencatat sifat-sifat hepar: permukaan halus atau berdungkul, konsistensi, tepi hepar, dan adanya nyeri tekan. Palpasi Dalam untuk identifikasi kandung empedu, bila curiga adanya cholecystitis. 28. Melakukan palpasi subcostal di daerah hipokondrium kanan, menyuruh pasien melakukan inspirasi dalam dengan tujuan supaya kandung empedu bergerak kebawah menyentuh jari pemeriksa 29. Dikatakan Murphy sign positif bila pasien mengeluh sakit akibat sentuhan kandung empedu dengan jari pemeriksa Palpasi Dalam (identifikasi Limpa secara Schuffner) 30. Meletakkan tangan kanan pada abdomen, tepat di bawah level umbilikus dan sejajar dengan otot rectus pada MCL kanan (atau mulai dari SIAS kanan). 31. Melakukan palpasi menyilang kearah lien, sambil pasien diminta inspirasi dalam (sebaiknya pasien diajak bicara selama pemeriksaan untuk mengalihkan perhatian). 32. Bila dapat meraba limpa, menentukan tingkat pembesaran Limpa (schuffner berapa) dan mencatat sifat-sifat Limpa: permukaan, konsistensi, tepi, dan adanya nyeri tekan. Palpasi Dalam (identifikasi Limpa secara Hackett) 33. Meletakkan tangan kanan pada abdomen pasien, tepat di bawah level umbilikus dan sejajar dengan otot rectus pada MCL kiri. 34. Melakukan palpasi abdomen dari bawah ke arah hepar, sambil pasien diminta inspirasi dalam (sebaiknya pasien diajak bicara selama pemeriksaan untuk mengalihkan perhatian). 35. Bila dapat meraba limpa, menentukan tingkat pembesaran Limpa (Hackett berapa) dan mencatat sifat-sifat Limpa: permukaan, konsistensi, tepi, dan adanya nyeri tekan. Pencatatan 36. . Mencatat seluruh hasil pemeriksaan abdomen, termasuk ukuran hepar dan limpa. Penutup 37. . Menerangkan kelainan yang ditemukan dan pemeriksaan apa yang selanjutnya harus dikerjakan. Mengucapkan terima kasih. Mencuci tangan. 41 Keterangan penilaian : 0 = tidak dikerjakan Tutor, 1 = dikerjakan tetapi kurang benar 2 = dikerjakan dengan benar (………………………………………….) Skor maksimal 74 Batas kelulusan > (80% x 74= 59) 42 PENILAIAN EMPATI Nama : NIM : Tanggal : NILAI : 0 Tidak menunjukkan empati sama sekali terhadap penderita 1 Empati minimal: Empati cukup: -Tidak tersenyum, -kurang sopan, Tersenyum sedikit, tetapi tidak melakukan dengan lengkap: -tidak senyum -wajah datar atau cemberut 2 3 Mampu menunjukkan empati yang baik: -senyum -salam, -jarang melihat ke mata pasien -Tidak pernah melihap wajah/ mara pasien -salam, -sapa (menyebut nama pasien dan memperkenalkan diri). -tidak sopan -sapa (menyebut nama pasien dan memperkenalkan diri), -sopan, -Cukup sopan, tidak dapat menjadi pendengar yang baik, -menjadi pendengar yang baik, sering melihat mata pasien jarang melihat ke mata pasien Catatan: peserta dinyatakan LULUS apabila nilai empati minimal ≥2 Jika tidak LULUS, harus mengulang Anamnesis saja Malang, ……………………2016 Tutor (…………………………………………) 43 1. Pemeriksaan Visus Naturalis (Obyektif dan subyektif) Sarana a. Ruangan dengan panjang 5 – 6 meter b. Penerangan ruangan cukup c. Bingkai coba (Trial Frame) d. Kartu Snellen / E / Allen Teknis Pemeriksaan a. Penderita diberikan KIE (diterangkan apa yang akan dilakukan pada penderita) b. Diperiksa mata kanan dahulu, bila ada penyakit diperiksa mata yang sakit dulu untuk mencegah penderita menghapal huruf/angka c. Penderita duduk menghadap kartu Snellen / E / Allen d. Mata diperiksa satu per satu bergantian dengan jarak 5 – 6 meter (mata kanan dulu), mata yang tidak diperiksa ditutup dengan telapak tangan atau bila menggunakan bingkai coba ditutup dengan occluder e. Penderita diminta membaca kartu sampai baris terbawah yang bisa dibaca f. Huruf ditunjuk secara acak u ntuk mencegah penderita menghapal g. Huruf/angka harus terbaca dengan benar minimal 80% h. Bila memakai kacamata, lakukan prosedur yang sama dengan memakai kacamata penderita sendiri Interpretasi a. Bila dapat membaca sampai baris terbawah: visus 5/5 atau 6/6 b. Bila dapat membaca sampai baris tertentu: visus adalah 6/angka disamping baris terakhir yang dapat dibaca c. Bila penderita tidak dapat membaca baris paling atas pada kartu, pemeriksaan dilanjutkan dengan hitung jari Nilai x/60, dimana x merupakan jarak antara pemeriksa dan penderita (1-5 meter), bisa dimulai dari jarak 1 meter atau 5 meter. Jika pada jarak tertentu penderita tidak dapat hitung jari, tetap dicoba minimal 2 kali d. Bila penderita tidak dapat menghitung jari yang diperlihatkan pemeriksa, pemeriksaaan dilanjutkan dengan lambaian tangan pada jarak 1 meter. Nilai : 1/300 e. Bila penderita tidak dapat menentukan arah gerakan lambaian tangan, pemeriksaan dilanjutkan dengan membedakan terang dan gelap pada jarak 1 meter. Nilai : f. 1/~proyeksi baik :bila dapat menentukan arah sinar 1/~proyeksi buruk:bila tidak dapat menentukan arah sinar Bila sama sekali tidak dapat mengenal sinar maka nilai visus 0 (nol). 44 g. Bila dapat membaca sampai baris terbawah: visus 5/5 atau 6/6 h. Bila dapat membaca sampai baris terbawah: visus adalah 6/angka disamping baris terakhir yang dapat dibaca i. Bila penderita tidak dapat membaca baris paling atas pada kartu, pemeriksaan dilanjutkan dengan hitung jari Nilai x/60, dimana x merupakan jarak antara pemeriksa dan penderita (1-5meter) j. Bila penderita tidak dapat menghitung jari yang diperlihatkan pemeriksa, pemeriksaaan dilanjutkan dengan lambaian tangan pada jarak 1 meter. Penderita diminta menirukan arah gerakan tangan Nilai : 1/300 k. Bila penderita tidak dapat menentukan arah gerakan lambaian tangan, pemeriksaan dilanjutkan dengan ’Light Perception’, yaitu membedakan terang dan gelap pada jarak 1 meter. Bila LP (+) dilanjutkan dengan proyeksi iluminasi dengan menanyakan arah sinar Nilai : l. LP (+) atau 1/~ proyeksi baik : bila dapat menentukan arah sinar LP (+) 1/~ proyeksi buruk: bila tidak dapat menentukan arah sinar Bila sama sekali tidak dapat mengenal sinar maka nilai visus LP (-) atau 0 (nol). 45 Pupildan ReflekCahaya (reflekpupil) : 1 Mempersilahkan penderita berbaring terlentang dengan mata melihat lurus ke atas. 2 Peneranganruang periksa dimatikan, siapkan senter 3 Memperhatikan pupil, bulat atau tidak, ukur diameter pupil berapamm, catat bila ada kelainan 4 Memeriksa reflek cahaya, matadiperiksa satu persatu dengan mata lainnya ditutup bergantian, dengan senter yang menyala, senter digerakkan dari luar / lateral ketengah tegak lurus pupil, sinar jatuh ditengah pupil, berhenti sejenak di tengah pupil, diulang beberapa kali. 5 Menentukanreflekcahayanormal(positip),yaituadanyapupil mengecil (miosis) baik mata sesisi atau mata sisi lainnya (kontralateral) 6 MenentukanReflek Cahaya Langsung normal (positip), bila pupil sesisi yang miosis 7 Memeriksa Reflek Cahaya Konsensual dengan tangan kiri pemeriksa diletakkan di atas hidung pasien, supaya sinar masuk ke mata kontralateral, memeriksa seperti langkah ke 10, tetapi yang diperhatikan pupilsisi kontralateralnya mengecil (miosis) 46