Uploaded by User61068

Buku Panduan PPDS Keterampilan Komunikasi dan Pemeriksaan Fisik Dasar

advertisement
BUKU PANDUAN PPDS
KETRAMPILAN KOMUNIKASI DAN
PEMERIKSAAN FISIS DASAR
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I
RSUD. DR. SAIFUL ANWAR / FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
1
Buku Panduan Ketrampilan Klinis Medik Dasar
1. Latar Belakang
Dalam menangani seorang pasien, seorang dokter harus menegakkan diagnosis dengan tepat dan
sesegera mungkin karena diagnosa yang tepat akan membawa pemecahan masalah dan terapi pasien
menjadi tepat dan efisien. Diagnosa yang tepat didapatkan dari analisa data-data pasien yang
didapatkan terutama dari anamnesa dan pemeriksaan fisik. Oleh karena itu, bagi seorang dokter,
ketrampilan komunikasi/anamnesa dan pemeriksaan fisik adalah hal dasar dan mutlak harus dikuasai.
Meskipun para calon PPDS telah mendapatkan ketrampilan tersebut sewaktu masih S1, akan
tetapi selama bertugas sebagai dokter umum, ada kemungkinan cukup besar bahwa ketrampilan
tersebut sudah menurun. Padahal untuk melayani pasien di rumah sakit, diperlukan dokter dengan
kualifikasi yang baik, termasuk dalam cara berkomunikasi, empati serta pemeriksaan fisik dasar. Untuk
itulah diperlukan penyegaran kembali sehingga seorang PPDS saat nanti melayani pasien di RSSA akan
lebih baik.
2. Tujuan


Menyegarkan dan meningkatkan kemampuan calon PPDS dalam ketrampilan anamnesa dan
pemeriksaan fisik.
Meningkatkan pelayanan pasien di RSSA.
3. Mekanisme Pelaksanaan
Setiap tahun akan diadakan 2 kali pelatihan untuk semua calon PPDS FK-UB/ RSSA Malang, sebelum
mereka bekerja dan belajar di RSSA. Pelatihan ini akan meliputi ketrampilan komunikasi/anamnesa pasien
dan ketrampilan pemeriksaan fisik secara umum. Calon PPDS dibagi menjadi 10 kelompok ( 1 kelompok
beranggotakan 6 – 7 calon PPDS), dan masing-masing kelompok akan dibimbing oleh 1 orang tutor.
Pelatihan akan dilaksanakan dengan pemberian modul sebelum pelatihan, tutorial (kuliah singkat),
demo oleh tutor, serta latihan mandiri dengan didampingi tutor. Untuk latihan ketrampilan ini, diperlukan
beberapa pasien simulasi yang sudah dilatih sebelumnya oleh tutor.
Pada hari berikutnya dilakukan ujian praktek, dinilai oleh tutor dengan menggunakan checklist.
Pengumuman kelulusan dilakukan hari itu juga, peserta dianggap lulus jika lulus baik anamnesa maupun
pemeriksaan fisik. Peserta yang tidak lulus, diwajibkan untuk mengulang pada hari itu juga. Peserta yang
mengulang ujian, hanya mengulang item yang tidak lulus (anamnesa atau pemeriksaan fisik). Peserta yang
lulus akan diberikan sertifikat kelulusan oleh pihak RSSA dan berhak untuk bekerja di RSSA.
4. Keluaran
-PPDS yang mempunyai ketrampilan berkomunikasi (anamnesa) serta pemeriksaan fisik pasien dengan
baik.
-Kepuasan pasien yang meningkat.
5. Penyedia dan Tempat Pelatihan
Pelatihan akan dilakukan di RSSA ( Ruang Majapahit ) dan diselenggarakan oleh sebuah Panitia yang
dikoordinir oleh Bagian DikLit RSSA dan dibentuk oleh Direktur RSSA dan Dekan FKUB.
2
6. Kualifikasi Peserta
 Semua calon PPDS yang telah dinyatakan lulus ujian masuk PPDS oleh masing-masing Program Studi
Dokter Spesialis di FKUB/ RSSA.
7. Kualifikasi Tutor
 Tutor adalah staf medis (Dokter spesialis atau dokter spesialis konsultan) RSSA yang juga sekaligus
staf dosen FKUB yang telah mendapatkan TOT tentang Anamnesa dan pemeriksaan fisik.
8. Kualifikasi Simulated Patient
 Orang awam yang sudah dilatih sebelumnya oleh tutor untuk menjadi pasien yang dianamnesa dan
atau untuk diperiksa
3
Modul History taking
Anamnesa (Ax)
PHYSICIAN and CONAN DOYLE
• Physician should be observant, like a detective
• Look at the patients general appearance…at the
hair-lead, face ,hands , body, foots and…
toenails.
• Each examining system can be described using
four elements;
- Looking (INSPECTION)
- Feeling (PALPATION)
- Tapping (PERCUSSION)
- Listening (AUSCULTATION)
4
CLINICAL PROCESS
Dok, saya panas,
menggigil,
berkeringat.........
What should I
do?????
CLINICAL PROCESS
Ax
Px
Lab
Daftar
Masalah
Permanen
Daftar
masalah
sementara
Data
Dasar
Interpretasi
Data
Abnormal
Px Tambahan
Initial
Assessment
(Hipotesa)
Cost-Benefit
Analsis
Abnormal
Sintesis
Dx Anatomi
Abnormal
(Kriteria
Diagnosis)
Dx Fisiologi
Dx
Dx Etiologi
Mx
Dx Sindroma
Tx
Interpretasi data
abnormal
Ex
Abnormal
Abnormal
Rencana Awal :
Tindakan
Catatan
Kemajuan
Masalah 1
S
O
A
P : Dx
Mx
Tx
Ex
Masalah 2
Masalah n
5
THREE STEPS OF
DIAGNOSIS PROCESS
1. Data collection
2. Data synthesis
3. Problem identification
(Physician’s knowledge)
20
DATA COLLECTION
Hypothesis
10
Chief
complaint
5
INITIAL PROBLEM
/ DIAGNOSIS
Iterative
Differential Diagnosis
15
history
Physical
examinati
on
tests
6
Data collection
1. History taking
2. Physical examination
(general survey, vital sign,
general/specific
examination..etc)
3. Laboratory test
IMPORTANCE OF HISTORY
TAKING
• Obtaining an accurate history is the
critical first step in determining the
etiology of a patient's problem.
• A large percentage of the time (70%),
you will actually be able make a
diagnosis based on the history alone.
7
History Taking
• Information gathered during patient
interview
• Account of:
– Medical and social occurrences in a patient’s
life
– Environmental factors that may affect patient’s
condition
Introductory questions
•
•
•
•
•
•
Good relationship
Logical manner
Listen carefully
Interrupt appropriately
Note non-verbal clues
Correctly interpret
8
Tips for effective history-taking
– Open-ended questions
“What seems to be bothering you today?”
– Closed-ended questions
“Is your chest pain sharp or dull?”
– Multiple Choice Questions
– LISTEN ACTIVELY!!!
•
•
•
•
•
•
ACT as if you are listening
Repeat patient’s statements
Clarify if needed
Take notes
Display your concern
Confront with caution
Opening Questions
• Ask why patient is seeking medical care
• Use general, open-ended questions
• Follow patient’s lead
9
Complete History Taking
1. Identifying Data and Source of the History
2. Chief Complaint (CC) / Presenting
(principal) symptom / Presenting Complaint
(PC)
3. History of presenting illness (HPI)
4. Past medical history (PMH)
5. Social history
6. Family history
7. Review of system
Complete History Taking
1. Identifying Data and Source of the History
2. Chief Complaint (CC) / Presenting
(principal) symptom / Presenting Complaint
(PC)
3. History of presenting illness (HPI)
4. Past medical history (PMH)
5. Social history
6. Family history
7. Review of system
Complete History Taking
1. Identifying Data and Source of the History
2. Chief Complaint (CC) / Presenting
(principal) symptom / Presenting Complaint
(PC)
3. History of presenting illness (HPI)
4. Past medical history (PMH)
5. Social history
6. Family history
7. Review of system
10
1. Identifying Data and Source of the
History
• Always record personal details:
–
–
–
–
name,
age,
address,
sex,
-
ethnicity
occupation
religion
marital status
• Source of data: auto-anamnesis or
hetero-anamnesis
– Law enforcement, family, friend, bystander
2. The Chief Complaint (CC)
• The main reason push the patient to seek for
visiting a physician or for help
• Usually a single symptoms, occasionally more
than one complaints eg: chest pain, palpitation,
shortness of breath, ankle swelling etc
• The patient describe the problem in their own
words.
• It should be recorded in pt’s own words.
• What brings your here? How can I help you?
What seems to be the problem?
11
The Chief Complaint_cont..
– The single most critical concern to the patient
• “What seems to be the problem today?”
• “What can I help you with today?”
• Which system (origin) do you believe to be affected
by this CC?
• Do you clearly understand the patient’s complaint or
complaints?
– Multiple Complaints
• “If I could make one thing better for you, which
would you want it to be?”
• Are the multiple complaints likely to be related?
• Will you need to address multiple issues?
• Could some of these be chronic issues?
3. History of Present Illness (HPI)
•
•
•
•
•
Elaborate on the chief complaint in detail
Ask relevant associated symptoms
Have differential diagnosis in mind
Lead the conversation and thoughts
Decide and weight the importance of minor
complaints
12
History of Present Illness_ cont..
• Identifies the chief complaint
• Provides full, clear, chronological account
of symptoms
• A thorough HPI:
– Ask questions related to chief complaint
– Interprets patient's response to questions
History of presenting
illness_cont..
–
–
–
–
–
–
Details of current illnesses,
Details of previous,
Similar episode,
Current treatment & drug history,
Menstrual & reproductive history for women,
Extend of functional disability
13
History of presenting illness_cont..
 Current symptoms
The time of onset & duration; the mode of
onset; the site & radiation; especially of pain;
the character; the severity; aggravating or
relieving factors; associated symptoms
 Current treatment & drug history
Tablets or medicines, colour or size, name &
dose, length of use. Treatment for blood
pressure, high cholesterol, diabetes, arthritis,
anxiety or depression, antibiotics, NSAIDs
Pain Guided (OPQRST)
•
•
•
•
•
•
Onset of problem
Provocation/Palliative
Quality
Region/Radiation/Referral
Severity
Time
14
15
6. Family History
istory
- Family
amily disease : HT, DM, Alergy,
Alergy etc
- Genogram
enogram
16
7. Review of System (ROS)
• This is a guide not to miss anything
• Any significant finding should be moved to HPI or PMH
depending upon where you think it belongs.
• Do not forget to ask associated symptoms of PC with the
System involved
• When giving verbal reports, say no significant finding on
systems review to show you did it. However when writing
up patient notes, you should record the systems review
so that the relieving doctors know what system you
covered.
Review of System _ count…
GENERAL
•Weakness
•Fatigue
•Anorexia
•Change of weight
•Fever
•Night sweats
GASTROINTESTINAL/ALIMENTARY
•Anorexia
•Nausea/vomiting
•Regurgitation/heart burn/flatulence
•Difficulty in swallowing
•Abdominal pain/distension
•Change of bowel habit
•Haematemesis, melena,
haematochagia
•Jaundice
CARDIOVASCULAR
•Chest pain
•Paroxysmal Nocturnal Dyspnoea
•Orthopnoea
•Swelling of ankle, edema
•Palpitations
•Cyanosis
RESPIRATORY SYSTEM
•Cough(productive/dry)
•Sputum (colour, amount, smell)
•Haemoptysis
•Shortness of Breath /Dyspnoea
•Tachypnoea
•Wheezing
17
Review of System _ count..
NERVOUS SYSTEM
•Visual/Smell/Taste/Hearing/Speech
problem
•Head ache
• Loss of consciousness(LOC)
•Muscle weakness/numbness/paralysis
•Abnormal sensation
•Tremor
URINARY SYSTEM
•Frequency
•Dysuria
•Urgency
•Nocturia
•Back pain
•Incontinence
GENITAL SYSTEM
•Pain/ discomfort/ itching
•Discharge
•Unusual bleeding
•Sexual history
•Menstrual history – menarche/ LMP/ duration
& amount of cycle/ Contraception
•Obstetric history – Para/ gravida/abortion
MUSCULOSKELETAL SYSTEM
•Pain – muscle, bone, joint
•Swelling
•Weakness/movement
•Deformities
•Gait
Closing statement
• Summarize your findings to the patient.
This gives the patient an opportunity to
clarify any issues and to confirm that the
history you have taken is correct.
• Now progress on to physical examination
18
SUMMARY
 History taking will actually be able make 70%
of diagnosis
• Obtaining the history guides the physical
exam
• History-taking is accomplished along with the
physical exam and therapies
• For emergent patients, the history-taking is
delayed or never actually obtained in the
prehospital setting
Contoh anamnesa
• Identitas
–
–
–
–
Nama : Tn G, 56 th,
Alamat : Randu pitu, Gondang legi, Malang
Pekerjaan : petani
Pendidikan : SD (lulus)
• Penderita datang berobat ke suatu Rumah
sakit diantar oleh keluarganya. Penderita
datang di UGD pukul 01.00 dini hari
• Setelah dilakukan Anamnesa, hasilnya sbb.:
19
1 Chief
. complain
t
2 History
. of
present
illness
Sakit perut
Penderita mengeluh sakit perut sejak 1 bulan terakhir. Sakit perut
terasa melilit diseluruh bagian perut, hilang timbul, terjadi beberapa
menit kemudian sembuh dengan sendirinya. Awalnya keluhan sakit
perut tersebut ringan, terjadi sekali sehari, lama kelamaan semakin
memberat dan dalam 3 hari terakhir terjadi 4 – 5 kali sehari. Bila sakit
perut timbul, perut rasa membesar seperti ada sesuatu yang
menelonjor dibagian kiri perut, disertai rasa mual dan muntah.
Penderita menahan sakit sampai keluar keringat dingin. Rasa sakit
tersebut terjadi sekitar 30 menit kemudian berangsur meredah dengan
sendirinya. Perut yang membesar berangsur mengecil kembali seperti
semula.
Penderita mengeluh muntah sejak 3 hari ini. Isi muntahan berupa
makanan dan minuman yang dimakan sebelumnya. Terkadang isi
muntahan berupa cairan berwarna coklat kehijauan disertai bau yang
kurang sedap. Keluhan muntah tersebut selalu diawali sakit perut yang
hebat.
Tiga hari yang lalu, penderita berobat ke dokter terdekat. Kata
dokter tersebut penderita menderita sakit mag. Penderita diberi
beberapa macam obat dalam bentuk tablet dan sirup tapi sampai
obatnya habis keluhan tidak berkurang.
Penderita juga mengeluh BAB darah sejak 1 tahun terakhir. Darah
yang keluar terkadang melapisi kotoran, terkadang bercampur
dengan kotoran. Selain darah, dikotoran juga terdapat lendir.
Frekuensi BAB 3-4 kali sehari dengan konsistensi yang berbeda-beda
setiap BAB. Terkadang kotoran berbentuk bulat-bulat kecil seperti
kotoran kambing, terkadang berbentuk kecil panjang seperti pensil,
bahkan terkadang BAB hanya keluar lendir saja.
Penderita juga mengeluh badannya semakin lemah sejak satu
minggu terakhir. Bekerja menjadi malas dan merasa cepat letih.
Rasa mengantuk hampir terasa disepanjang waktu. wajah terlihat
semakin pucat.
Meski nafsu makannya tetap, penderita merasa berat badan
semakin menurun. Dalam 6 bulan terakhir, berat badannya turun
sekitar 7 kg.
20
3.
Past
medical
history
Past illness.
Penderita tidak tahu status imunisasinya ketika masih bayi.
Pernah mempunyai gula darah tinggi, namun tidak rutin berobat.
Saat remaja pernah opname akibat kecelakaan lalu lintas.
4.
Family
history
5.
Social
history
6
Review of
system
Past treatment.
Pernah minum obat untuk kencing manis, namun tidak rutin.
Ibu penderita sakit kencing manis.
Saudara perempuan penderita menderita sakit tumor payudara.
Paman penderita pernah operasi tumor susu besar.
Kakek penderita meninggal akibat sakit “liver”
Penderita bekerja sebagai tukang batu.
Penderita merokok sejak remaja, 1-2 bungkus sehari.
Penderita tidak suka makan sayur dan buah.
Penderita juga mengeluh:
- Kepala sering “pusing”, seperti mabuk kendaraan
- Akhir-akhir ini sering mengeluh lemah, letih dan lesu ketika bekerja.
- Terkadang mual dan nafsu makan berkurang
- Sering kencing dimalam hari
Berdasarkan anamnesa tersebut,
dugaan (probabilitas) penyakit penderita
tersebut adalah :
•
•
•
•
•
•
•
•
Sakit mag (gastritis, peptic ulcer)
Disentri
Hemoroid
Tumor kolon
Diabetes melitus
Inflammatory bowel diseases
GEA (gastroenteritis akut)
Ileus obstruktif
21
CHECKLIST ANAMNESA (History Taking)
Nama
:
NIM
:
Tanggal
:
No
Nilai
Jenis kegiatan
0
1.
Menyapa pasien dengan menyebut nama & senyum serta
mempersilahkan duduk (jabat tangan)
2.
Menanyakan ulang identitas pasien: nama, usia, tempat
tinggal, pekerjaan, status keluarga
3.
Menjelaskan tujuan wawancara & mengatakan dokter akan
menjaga kerahasiaan pasien
4.
Menanyakan keluhan utama pasien
5.
Menggali keluhan riwayat penyakit saat ini (History of present
illness)
Mengidentifikasi keluhan secara lengkap dengan menanyakan
tentang:




1
2
Timing (Onset , duration, frequency)
Location (tempat kejadian)
Character (sifat, kualitas, kuantitas/severity)
Aggravating/Alleviating factors
6.
Menggali keluhan yang lain
7.
Mengidentifikasi permasalahan kesehatan masa lalu (Past
Medical History)
8.
Mengidentifikasi pemakaian obat-obatan
9.
Mengidentifikasi penyakit yang diderita oleh keluarga pasien
(kalau perlu membuat genogram)
10.
Mengidentifikasi kehidupan pribadi dan sosial pasien:
11.
Menanyakan beberapa keluhan sistemik yang mungkin
dirasakan pasien:
12.
Mengulangi dan merangkum hasil wawancara
13.
Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan apa
yang belum jelas
14.
Membuat catatan tertulis tentang hasil wawancara
Jumlah nilai
Keterangan:
0
1
2
= tidak dikerjakan
= dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
= dikerjakan dengan benar
Malang, ……………………2016
Skor maksimal : 28
Tutor,
Batas Kelulusan : > (80% x 28 =22)
22
(…………………………………………)
MODUL PEMERIKSAAN
FISIK
PEMERIKSAAN THORAX (Respirasi)
PEMERIKSAAN RESPIRASI (Paru)
Posisi Pasien &
Persiapan
Have the patient undress to the waist, ideally sitting on the edge of the bed.
Pencegahan
infeksi
Wash your hands and cleanse your stethoscope with alcohol wipe.
Inspeksi
(a) Chest wall deformities: Are there any chest wall deformities? (e.g. pectus
excavatum / pectus carinatum) Does the chest appear over expanded? (i.e.
Barrel shaped chest ) Is there any Kyphosis present? Scoliosis?
Pectus excavatus
(b) Scars: Is there any evidence of scars from previous surgery?
(c) Looking for simetricity of thorax : Asses in static condition (Ask patient
to stop breath for 30 secs) and asses when patient is breathing.
Palpasi
(a) Chest expansion : By assessing chest expansion the examiner aims to
assess the range and symmetry of chest wall movements. Place your
hands firmly on the chest wall, with your thumbs slightly lifted off the chest
so that they are free to move with respiration (placing your thumbs up
provides the examiner with a visible marker to assess the range and symmetry of
chest wall movements). Ask the patient to take a deep breath in and
observer the range and symmetry of movement. Reduced expansion on
one side indicates a lesion on that side. This should be performed on the
front and the back of the patient’s chest.
23
Assessment of anterior and posterior chest wall expansion
Perkusi
(a) Place you hand on the patients chest wall with the fingers slightly
separated and aligned with the ribs and pressing the middle finger firmly
again the chest.
(b) With the other hand (usually the middle finger) strike firmly the middle
phalanx of the middle finger that is on the patients chest wall.
(c) The percussing finger is removed quickly – therefore not to dampen the
generated noise. The percussing finger should be held partly flexed and a
loose swinging motion should come form the wrist
Auskultasi
(a) Breath sounds : Normal breath sounds are called vesicular. The intensity
of the sounds increase during inspiration and then fade away during the
first third of expiration. Bronchial breath sounds, heard in inspiration and
expiration, result from enhanced transmission of higher frequency sounds
through solid lung tissue as in consolidation or fibrosis.
(b) Intensity of the breath sounds : Usually described as being normal,
reduced or absent. It is important to compare air entry in all areas of the
chest. For example breath sounds may be absent locally over a
pneumothorax or a pleural effusion.
(c) Added sounds : Wheeze, rhonchi, crepitations (crackles), pleural rub
Penutup
24
Pencatatan
25
CHECK LIST
KETRAMPILAN
PEMERIKSAAN THORAX
(PARU)
Nama
:
NIM
:
Kelompok :
Tanggal
:
Penilaian
JENIS KEGIATAN
0
1
2
PEMERIKSAAN RESPIRASI
PERSIAPAN
1. Mencuci tangan,
Pemeriksa menempatkan diri di sebelah kanan pasien
Memberikan penjelasan tentang pemeriksaan ini
Mempersilahkan pasien melepas baju ,
Menempatkan pasien dlm posisi duduk di tempat tidur pemeriksaan
Inspeksi
2. Mengamati dan melaporkan abnormalitas yang ditemukan
3. Melihat adakah simetri/asimetri dalam keadaan statis dan dinamis dan
melaporkan abnormalitas yang ditemukan
Palpasi
4. Memeriksa ekspansi dada muka dan belakang dan melaporkan hasilnya
5. Memeriksa stem fremitus dan melaporkan hasilnya
Perkusi
6. Melakukan perkusi dada bagian depan pada tempat yang telah ditentukan
dan melaporkan hasilnya
7. Melakukan perkusi dada bagian belakang pada tempat yang telah ditentukan
dan melaporkan hasilnya
Auskultasi
8. Memeriksa suara nafas dan melaporkan hasilnya
9. Memeriksa ada tidaknya perubahan intensitas suara nafas dan melaporkan hasilnya
10. Memeriksa ada tidaknya suara nafas tambahan (ronchi, wheezing, dll) dan
melaporkan hasilnya
Tutor,
Keterangan penilaian :
0 = tidak dikerjakan
26
1 = dikerjakan tetapi kurang benar
2 = dikerjakan dengan benar
(...............................................)
Skor maksimal 20
Batas kelulusan > (80% x 20 = 16)
27
PEMERIKSAAN JANTUNG
PEMERIKSAAN JANTUNG
Pendahuluan
Posisi Pasien &
Persiapan
You will need to expose the patient's chest for this examination. For
female patients you may want to use an examination gown or drape.
Place your patient in a semi-supine position, at an angle of 45%. Make
sure that the patient is comfortable in this position.
Inspeksi
Observe the chest carefully. Specifically note for any: Scars (e.g. median
sternotomy scar; thoracotomy scar); chest wall deformities (e.g. pectus
excavatus )
Sternotomy scar
Palpasi
Pectus excavatus
(a) Palpation for the apex beat.
The apex beat is the furthest position laterally and inferiorly, at which
the cardiac
impulse can be palpated. The apex beat is due mainly to the action of
the left
ventricle. In a normal patient, the apex beat is usually positioned at the
5th
intercostal space (ICS) in the mid clavicular line (MCL).
28
To palpate for the apex beat place your hand over the left hemi-thorax
region and feel for the most lateral and inferior pulsation. To count
intercostal spaces (ICS), first identify the manubriosternal junction.
The rib attached along side this is the 2nd rib and the space below the
rib is the 2nd ICS. Count down until you are at the level where you
can feel the apex beat.
Palpation for the apex beat
b) Palpation for heaves.
Place your hand on the patients chest in the left parasternal region to
palpate for any heaves that may be caused by right ventricular
enlargement.
Palpation for heaves
(c) Palpation for thrills :
Turbulent blood flow, which causes cardiac murmurs on auscultation
(see later) can sometimes be palpable – i.e. a thrill. Place your hand
over the pulmonary and aortic areas (see later) to palpate for any
thrills.
Palpation for thrills
29
Perkusi
Percussion of the heart is : determine the left heart border, cardiac waist
and riht heart border.
Auskultasi
a) Heart sounds : The heart sounds are sometimes described as
sounding like ‘lupp dubb’ (1st followed by 2nd heart sounds) The first
heart sound is caused by vibrations arising from closure of the mitral and
the tricuspid valves. It coincides with the beginning of ventricular systole
and so each first sound comes at the beginning of the pulse wave. The
second heart sound is softer, shorter and of higher frequency and is
caused by closure of the aortic and the pulmonary valves. It coincides
with the end of ventricular systole and so occurs at the end of each pulse.
Because of their relationship to the pulse wave it is useful to listen to the
heart sounds while feeling the pulse.
Mitral area (5th ICS MCL)
Tricuspid area (Lower left sternal edge)
Aortic area (2nd ICS right sternal edge)
Pulmonary area (2nd ICS left sternal edge)
b) Murmurs : The presence of a murmur indicates either increased or
turbulent blood flow. Increased flow across a normal valve may occur in
high output states, such as pregnancy, severe anaemia, or associated with a
significant pyrexia. Turbulent flow may arise because of abnormal flow
across a valve or as a result of an abnormal communication between the
chambers of the heart / great vessels. If a murmur is heard, the following
should be noted: timing of the murmur (systole ] or diastole ); radiation;
location where murmur is best heard (punctum maximum);
Jugular Venous
Pressure
30
Menempatkan pasien dalam posisi ½ duduk (30o – 45o)
Meminta pasien menoleh ke kiri lebih kurang 30 – 45o.
Menentukan titik R (angulus sterni Ludovici
Menentukan tinggi bendungan vena jugularis
Mengukur proyeksi bendungan vena jugularis pada posisi tegak
lurus
Mencatat dan melaporkan hasilnya: misalnya
R + ......cm H2O posisi 300 atau 400
(meningkat jika > R + 3 cmH20)
31
CHECK LIST
KETRAMPILAN
PEMERIKSAAN THORAX
(JANTUNG)
Nama
:
NIM
:
Kelompok :
Tanggal
:
Penilaian
JENIS KEGIATAN
0
1
2
PEMERIKSAAN JANTUNG
Persiapan
.
Menempatkan pasien dalam keadaan berbaring dengan posisi semi supine, dengan sudut 45%
sedemikian rupa sehingga pasien merasa nyaman dengan posisi tersebut
Inspeksi
1. Melihat dan menilai bentuk dada
2. Melihat adakah simetri/asimetri, bekas operasi, dll
3. Melihat adakah tumor /benjolan lain yang seharusnya tidak ada
4. Melihat iktus kordis tampak atau tidak tampak
Palpasi
5. Melakukan palpasi apex cordis
6. Menilai adanya kuat angkat atau tidak kuat angkat
7. Menilai ada tidaknya ”heaves”
8. Menilai ada tidaknya thrill
Perkusi
9. Memeriksa batas jantung kanan dan melaporkan hasilnya
10. Memeriksa batas jantung kiri dan melaporkan hasilnya
11. Memeriksa pinggang jantung dan melaporkan hasilnya
Auskultasi
12.. Menentukan proyeksi katub-katub jantung
13.. Memeriksa ada tidaknya murmur
14. Mendiskipsikan jenis murmur yang ditemukan (bila ada murmur)
PEMERIKSAAN JVP
15. Menempatkan pasien dalam posisi ½ duduk (30o – 45o)
16. Meminta pasien menoleh ke kiri lebih kurang 30 – 45o.
17. Menentukan titik R
18 Menentukan tinggi bendungan vena jugularis
19. Mengukur proyeksi bendungan vena jugularis pada posisi tegak lurus
20. Mencatat dan melaporkan hasilnya
32
Keterangan penilaian :
0 = tidak dikerjakan
1 = dikerjakan tetapi kurang benar
Tutor,
2 = dikerjakan dengan benar
Skor maksimal 40
Batas kelulusan > (80% x 40 = 32)
(………………………………………….)
33
PEMERIKSAAN
ABDOMEN
I. DESKRIPSI MODUL
Latar Belakang
Tujuan Pembelajaran
Metoda
Pembelajaran
Setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta mampu melakukan :
1. Inspeksi abdomen
2. Auskultasi abdomen
3. Perkusi abdomen: umum, Shifting dullness
4. Perkusi hepar lien: liver span dan Traube’s space
5. Palpasi abdomen : palpasi ringan, palpasi dalam, undulasi.
6. Palpasi hepar, pemeriksaan Murphy sign,
7. Palpasi lien: Schuffner dan Hackett
- Video session
- Demonstrasi dengan model anatomik
- Berlatih mandiri dengan sesama teman
Alat Bantu
- Stetoskop 5 buah
- Audio visual 1 set
- Kapas alkohol 10 sachet
Waktu
5 – 10 menit
Daftar Instruktur
- dr. Atma Gunawan, SpPD-KGH
- dr. BP Putra Suryana, SpPD-KR
- dr. Ninik Budiarti, SpPD
- dr Nursamsu, SpPD
- dr. Djoko Heri Hermanto, SpPD
- dr. Bogi Pratomo, SpPD
- dr. Supriono, SpPD
Evaluasi
Check list
Referensi
34
II. PROSEDUR
Pendahuluan


Memperkenalkan diri dan
menjelaskan kepada pasien tujuan dan prosedur pemeriksaan yang akan
dilakukan, serta meminta pasien agar mengikuti perintah yang akan
diberikan selama pemeriksaan.

Memberitahukan kepada pasien agar mengosongkan kandung kencing
terlebih dulu (pasien diminta untuk kencing atau dibuka aliran kateternya bila
menggunakan kateter).
Pasien dalam posisi berbaring supine dengan nyaman dan meletakkan
bantal dibawah kepala, serta meletakkan tangan pasien di sisi badan
atau di atas dada.
Pemeriksa mencuci tangan dan membersihkan stetoskop dengan kapas
alkohol.
Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien.


Posisi Pasien &
Persiapan





Lakukan inspeksi pada seluruh kulit abdomen, apakah tampak jaringan
parut (bentuk dan lokasi), striae, dilatasi vena, rash, dan lesi lain.
Perhatikan kontur abdomen (flat, rounded, protuberant, atau scaphoid),
apakah abdomen tampak simetris, dan apakah tampak benjolan pada flank
atau benjolan ditempat lain.
Periksa kontur dan lokasi umbilicus, dan apakah tampak tanda-tanda
inflamasi, hernia atau kelainan lainnya.
Perhatikan juga apakah tampak gerakan peristaltik atau pulsasi yang
tampak dipermukaan abdomen (Ingat 4 atau 9 kuadran dari abdomen).
Inspeksi
abdomen

Auskultasi
abdomen



Auskultasi abdomen dilakukan sebelum pemeriksaan perkusi/palpasi
untuk mendapatkan suara usus asli sebelum dipengaruhi oleh
pemeriksaan perkusi/palpasi.
Letakkan stetoskop bagian diafragma secara hati-hati pada abdomen
Dengarkan suara usus, kemudian catat hasilnya (normal, meningkat,
menurun, negatif) dan karakternya (metallic sound, dll).
Dengarkan kemungkinan adanya bruit pada proyeksi aorta abdominalis,
arteri renalis, arteria iliaca dan arteri femoralis.
35

Bila dicurigai adanya tumor hepar, infeksi pada hepar atau infark
splenikum, dengarkan di atas hepar dan lien adanya friction rub.

Lakukan perkusi pada seluruh kuadran abdomen untuk menilai distribusi
timpani dan dullness.
Lakukan perkusi secara seksama di daerah dada anterior bagian bawah.
Pada sisi kanan akan terdapat pekak hepar, dan paa sisi kiri terdapat
timpani akibat udara gaster dan fleksura coli sinistra. Perhatikan
peralihan daerah timpani menjadi redup pada setiap penonjolan daerah
abdomen.
Perkusi perut juga dipakai untuk evaluasi adanya cairan ascites, dengan
cara: puddle sign, shifting dullness.


Perkusi
abdomen

Lakukan perkusi batas hati atas dan batas hati bawah untuk mengetahui
ukuran hepar (liver span). Perkusi dimulai dari Linea Medioclavicular
(LMC) kanan setinggi sedikit di bawah umbilicus ke arah atas. Perubahan
dari suara timpani menjadi redup merupakan batas bawah pekak hepar
(tandai dengan titik). Untuk menentukan batas atas hepar, lakukan perkusi
di sepanjang LMC kanan mulai dari ICS II ke arah bawah, perubahan dari
suara sonor menjadi redup merupakan batas atas hepar (tandai dengan titik
lagi). ukur panjang liver span dari kedua titik tadi dengan menggunakan
penggaris. Normal liver span sepanjang 6-12 cm.
36

Untuk mengetahui adanya pembesaran lien kearah anterior, perlu dilakukan
perkusi pada Traube’s space. Normal terdengar suara timpani, jika ada
pembesaran lien terdengar redup). Namun suara redup bisa juga
diakibatkan oleh gaster yang terisi makanan. Ingat ! perkusi Traube’s space
tidak perlu dilakukan jika sudah ada pembesaran lien kearah bawah.
Sebelum palpasi, pasien diminta untuk menekuk kedua kaki agar dinding
abdomen dalam posisi relaks sehingga memudahkan pemeriksaan.
Palpasi ringan
 Lakukan palpasi ringan untuk menilai secara menyeluruh keadaan
dibawah permukaan abdomen. Cara palpasi ringan dengan meletakkan
tangan dan lengan bawah pada bidang yang sejajar (rata), dengan jari
rata terletak pada permukaan abdomen. Palpasi permukaan abdomen
dengan gerakan ringan dan lembut. Saat menggerakkan tangan dari satu
tempat ke tempat lain, angkat sedikit saja dari kulit. Bergerak dengan
lembut dan rasakan pada semua kuadran. Identifikasi adanya organ
superfisial atau adanya masa dan adanya daerah yang nyeri atau
memberikan tahanan terhadap tekanan tangan. Bila didapatkan tahanan,
bedakan apakah ini merupakan gerakan voluntary guarding ataukah
involuntary muscular spasm. Jangan lupa memperhatikan wajah pasien
untuk menilai adanya nyeri dan seberapa parah nyerinya.

Palpasi
abdomen
Palpasi dalam

Pergunakan permukaan palmar dari jari untuk palpasi pada keempat
kuadran abdomen. Identifikasi adanya massa dan catat lokasi, ukuran,
37
bentuk, konsistensi, nyeri tekan, pulsasi, dan mobilitas (mobilitas saat
respirasi atau saat digerakkan dengan tangan). Bila palpasi dalam sulit
dilakukan (misalnya pada obesitas), pergunakan dua tangan, satu tangan
di atas yang lain. Berikan tekanan melalui tangan yang di atas dan
konsentrasikan sensasi perabaan pada tangan yang di bawah.
Hubungkan hasil pemeriksaan perkusi dengan palpasi. Lakukan juga
palpasi ginjal secara bimanual.
Palpasi hepar


Letakkan tangan kanan pada abdomen pasien tepat di bawah umbilikus
dan sejajar (paralel) dengan otot rectus. Selama melakukan palpasi,
pasien diminta menarik nafas dalam. Bila tidak teraba tepi hepar,
pindahkan ujung jari tepat di bawah arcus costa kanan sambil pasien
diminta untuk menarik nafas dalam. Pemeriksaan ini perlu diulang
beberapa kali sampai teraba tepi bawah hepar saat inspirasi. Catat
ukurannya (dalam cm atau sekian jari BAC), sifat permukaan (rata atau
berbenjol), konsistensi (lunak, padat, keras, dll), tepinya (tajam atau
tumpul) dan adanya nyeri tekan. Pada beberapa pasien hepar tidak dapat
dipalpasi.
Pasien dengan keluhan nyeri abdomen kanan atas yang mencurigakan
suatu infeksi di kandung empedu, perlu dilakukan pemeriksaan Murphy’s
sign.
Palpasi lien Secara Schuffner dan Hackett

Letakkan tangan kiri di belakang pinggang kiri pasien, tarik ke atas dan
mendekat ke pemeriksa, sedangkan tangan kanan diletakkan tepat dibawah
umbilikus dan sejajar (paralel) dengan otot rectus.
Sambil melakukan palpasi, pasien diminta menarik nafas dalam.
38
Pemeriksaan ini perlu diulang beberapa kali sampai teraba ujung lien saat
inspirasi. Bila teraba ujung lien, kemungkinan lien membesar. Palpasi lien
secara Schuffner dilakukan mulai dari SIAS kontralateral (kanan) melalui
umbilikus sampai dengan arcus costae pada LMC kiri (Schuffner I - VIII).

Pencatatan
Penutup
Palpasi lien secara Hackett dimulai dari daearah setinggi SIAS kiri sampai
dengan arcus costae pada LMC kiri (Hackett I – IV).

Catat seluruh hasil pemeriksaan abdomen, termasuk ukuran hepar dan lien.
Mengucapkan terima kasih, mencuci tangan. Menerangkan kelainan yang
ditemukan kepada pasien. Menerangkankepada pasien pemeriksaan apa
yang selanjutnya harus dikerjakan
39
CHECK LIST
KETRAMPILAN
PEMERIKSAAN ABDOMEN
Nama
:
NIM
:
Kelompok
:
Tanggal
:
Nilai
JENIS KEGIATAN
0
1
2
Persiapan
Meminta pasien berbaring supine dengan nyaman dan meletakkan bantal dibawah kepala dan meletakkan tangan disisi
badan atau diatas dada.
Inspeksi abdomen
1.
Melihat kulit abdomen dan mencatat adanya: jaringan parut (bentuk dan lokasi), striae, dilatasi
vena, rash, dan lesi lain.
2.
Melihat kontur abdomen: flat, rounded, protuberant, atau scaphoid, abdomen simetris atau tidak, ada
benjolan atau tidak.
3.
Melihat umbilicus, kontur dan lokasi, tanda-tanda inflamasi dan adanya hernia
4.
Melihat adakah gerakan peristaltik usus atau pulsasi yang tampak didinding abdomen
Auskultasi abdomen (diperiksa sebelum perkusi/palpasi)
5.
Meletakkan diafragma stetoskop secara hati-hati pada abdomen
6.
Mendengarkan suara usus minimal di 4 kuadran perut dan mencatat hasilnya (normal, meningkat,
menurun, negatif) dan karakternya (metallic sound, dll)
7.
Mendengarkan kemungkinan adanya bruit pada pada proyeksi aorta abdominalis, arteri renalis
dekstra dan sinestra, arteri iliaca dan arteri femoralis.
Mendengarkan “veneus harm” (bunyi bruit pada vena porta akibat hipertensi porta)
8.
Mendengarkan adanya friction rub diatas hepar dan limpa.
Perkusi abdomen
9.
Melakukan perkusi pada seluruh kuadran untuk menilai distribusi timpani dan dullness
10.
Melakukan perkusi secara seksama daerah dada anterior bagian bawah. Pada sisi kanan akan
terdapat pekak hepar, pada sisi kiri terdapat timpani akibat udara gaster dan fleksura coli sinistra
11.
Memperhatikan peralihan daerah timpani menjadi redup pada setiap penonjolan daerah abdomen
Perkusi shifting dullness jika curiga adanya ascites.
12.
Melakukan perkusi abdomen dari titik medial (paling tinggi) menuju ke sisi lateral kiri/kanan abdomen.
Menentukan batas perubahan suara perkusi dari timpani ke dullness dan memberi tanda.
13.
Merubah posisi tubuh pasien (berbaring miring ke kiri/kanan),
14.
Melakukan perkusi lagi mulai dari titik lateral / titik perkusi terakhir sebelum merubah posisi pasien (bila
ada asites terjadi perubahan suara yang tadinya dullness menjadi timpani) menuju ke medial.
Menentukan batas perubahan suara perkusi dari timpani ke dullness dan memberikan tanda.
15.
.
Disebut shifting dullness positif bila terjadi perubahan suara di lateral yang tadinya dullness menjadi
timpani dan di medial yang tadinya timpani menjadi dullness
Perkusi Hepar (mengukur Liver span)
16.
Melakukan identifikasi batas bawah hepar dengan melakukan perkusi pada Linea Medioclaviculer
kanan mulai setinggi bawah umbilicus ke arah atas. Beri tanda daerah perbatasan timpani menjadi
redup.
17.
Melakukan identifikasi batas atas hepar dengan melakukan perkusi pada garis Linea Medioclaviculer
kanan mulai dari ICS II kanan ke arah bawah. Beri tanda daearah perbatasan sonor menjadi redup.
18.
Mengukur batas atas dan bawah hepar (liver span). Normal liver span sepanjang 8-12 cm
40
Perkusi limpa (mengetahui pembesaran limpa kearah anterior)
19.
Menentukan daerah Traube’s space (daerah yang berbentuk bulan sabit yg terletak diantara titik
pertemuan costa VI – MCL kiri s/d titik pertemuan costa IX - AAL). Melakukan perkusi didaerah traube’s
space tersebut.
20.
Perkusi daerah traube’s space secara normal terdengar timpani (oleh karena terdapat udara lambung),
bila terdengar dullness maka kemungkinan limpa membesar kearah anterior atau lambung terisi
makanan atau cairan.
Palpasi Ringan (pastikan kulit abdomen lentur dengan cara menekuk kedua lutut pasien)
21.
Meletakkan tangan bagian palmar dan lengan bawah pada bidang yang sejajar (rata), dengan jari
terletak rata pada permukaan abdomen.
22.
Melakukan palpasi ke seluruh permukaan abdomen dengan gerakan ringan dan lembut pada
semua kuadran. Saat menggerakkan tangan dari satu tempat ke tempat lain, angkat jari sedikit
saja dari kulit.
23.
Mengidentifikasi adanya: organ superfisial, massa, daerah yang nyeri tekan, atau daerah yang
memberikan ”resistensi” terhadap tekanan tangan ( bedakan apakah ini merupakan gerakan
”voluntary guarding” ataukah ”involuntary muscular spasm” ).
Palpasi Dalam (identifikasi massa)
24.
Bila pada palpasi ringan meraba adanya massa, maka lanjutkan identifikasi massa tersebut secara
detail dengan palpasi dalam. Catat lokasi, ukuran, bentuk, konsistensi, nyeri tekan, pulsasi, dan
mobilitasnya saat digerakkan dengan tangan
Palpasi Dalam (identifikasi Hepar)
25.
Meletakkan tangan kanan pada abdomen pasien, tepat di bawah level umbilikus dan sejajar
dengan otot rectus pada MCL kiri.
26.
Melakukan palpasi abdomen dari bawah ke arah hepar, sambil pasien diminta inspirasi dalam
(sebaiknya pasien diajak bicara selama pemeriksaan untuk mengalihkan perhatian).
27.
Mencatat sifat-sifat hepar: permukaan halus atau berdungkul, konsistensi, tepi hepar, dan adanya
nyeri tekan.
Palpasi Dalam untuk identifikasi kandung empedu, bila curiga adanya cholecystitis.
28.
Melakukan palpasi subcostal di daerah hipokondrium kanan, menyuruh pasien melakukan inspirasi
dalam dengan tujuan supaya kandung empedu bergerak kebawah menyentuh jari pemeriksa
29.
Dikatakan Murphy sign positif bila pasien mengeluh sakit akibat sentuhan kandung empedu
dengan jari pemeriksa
Palpasi Dalam (identifikasi Limpa secara Schuffner)
30.
Meletakkan tangan kanan pada abdomen, tepat di bawah level umbilikus dan sejajar dengan
otot rectus pada MCL kanan (atau mulai dari SIAS kanan).
31.
Melakukan palpasi menyilang kearah lien, sambil pasien diminta inspirasi dalam (sebaiknya
pasien diajak bicara selama pemeriksaan untuk mengalihkan perhatian).
32.
Bila dapat meraba limpa, menentukan tingkat pembesaran Limpa (schuffner berapa) dan
mencatat sifat-sifat Limpa: permukaan, konsistensi, tepi, dan adanya nyeri tekan.
Palpasi Dalam (identifikasi Limpa secara Hackett)
33.
Meletakkan tangan kanan pada abdomen pasien, tepat di bawah level umbilikus dan sejajar
dengan otot rectus pada MCL kiri.
34.
Melakukan palpasi abdomen dari bawah ke arah hepar, sambil pasien diminta inspirasi dalam
(sebaiknya pasien diajak bicara selama pemeriksaan untuk mengalihkan perhatian).
35.
Bila dapat meraba limpa, menentukan tingkat pembesaran Limpa (Hackett berapa) dan
mencatat sifat-sifat Limpa: permukaan, konsistensi, tepi, dan adanya nyeri tekan.
Pencatatan
36.
.
Mencatat seluruh hasil pemeriksaan abdomen, termasuk ukuran hepar dan limpa.
Penutup
37.
.
Menerangkan kelainan yang ditemukan dan pemeriksaan apa yang selanjutnya harus dikerjakan.
Mengucapkan terima kasih. Mencuci tangan.
41
Keterangan penilaian :
0 = tidak dikerjakan
Tutor,
1 = dikerjakan tetapi kurang benar
2 = dikerjakan dengan benar
(………………………………………….)
Skor maksimal 74
Batas kelulusan > (80% x 74= 59)
42
PENILAIAN EMPATI
Nama
:
NIM
:
Tanggal
:
NILAI
:
0
Tidak menunjukkan
empati sama sekali
terhadap penderita
1
Empati minimal:
Empati cukup:
-Tidak tersenyum, -kurang sopan,
Tersenyum sedikit,
tetapi tidak
melakukan dengan
lengkap:
-tidak senyum
-wajah datar atau
cemberut
2
3
Mampu
menunjukkan empati
yang baik:
-senyum
-salam,
-jarang melihat ke
mata pasien
-Tidak pernah
melihap wajah/ mara
pasien
-salam,
-sapa (menyebut
nama pasien dan
memperkenalkan
diri).
-tidak sopan
-sapa (menyebut
nama pasien dan
memperkenalkan
diri),
-sopan,
-Cukup sopan,
tidak dapat menjadi
pendengar yang
baik,
-menjadi pendengar
yang baik, sering
melihat mata pasien
jarang melihat ke
mata pasien
Catatan: peserta dinyatakan LULUS apabila nilai empati minimal ≥2
Jika tidak LULUS, harus mengulang Anamnesis saja
Malang, ……………………2016
Tutor
(…………………………………………)
43
1. Pemeriksaan Visus Naturalis (Obyektif dan subyektif)
Sarana
a. Ruangan dengan panjang 5 – 6 meter
b. Penerangan ruangan cukup
c. Bingkai coba (Trial Frame)
d. Kartu Snellen / E / Allen
Teknis
Pemeriksaan
a. Penderita diberikan KIE (diterangkan apa yang akan dilakukan
pada penderita)
b. Diperiksa mata kanan dahulu, bila ada penyakit diperiksa mata
yang sakit dulu untuk mencegah penderita menghapal
huruf/angka
c. Penderita duduk menghadap kartu Snellen / E / Allen
d. Mata diperiksa satu per satu bergantian dengan jarak 5 – 6
meter (mata kanan dulu), mata yang tidak diperiksa ditutup
dengan telapak tangan atau bila menggunakan bingkai coba
ditutup dengan occluder
e. Penderita diminta membaca kartu sampai baris terbawah yang
bisa dibaca
f.
Huruf ditunjuk secara acak u ntuk mencegah penderita
menghapal
g. Huruf/angka harus terbaca dengan benar minimal 80%
h. Bila memakai kacamata, lakukan prosedur yang sama dengan
memakai kacamata penderita sendiri
Interpretasi
a. Bila dapat membaca sampai baris terbawah: visus 5/5 atau 6/6
b. Bila dapat membaca sampai baris tertentu: visus adalah
6/angka disamping baris terakhir yang dapat dibaca
c. Bila penderita tidak dapat membaca baris paling atas pada
kartu, pemeriksaan dilanjutkan dengan hitung jari
Nilai x/60, dimana x merupakan jarak antara pemeriksa dan
penderita (1-5 meter), bisa dimulai dari jarak 1 meter atau 5
meter. Jika pada jarak tertentu penderita tidak dapat hitung jari,
tetap dicoba minimal 2 kali
d. Bila penderita tidak dapat menghitung jari yang diperlihatkan
pemeriksa, pemeriksaaan dilanjutkan dengan lambaian tangan
pada jarak 1 meter.
Nilai : 1/300
e. Bila penderita tidak dapat menentukan arah gerakan lambaian
tangan, pemeriksaan dilanjutkan dengan membedakan terang
dan gelap pada jarak 1 meter.
Nilai :
f.
 1/~proyeksi baik :bila dapat menentukan arah sinar
 1/~proyeksi buruk:bila tidak dapat menentukan arah sinar
Bila sama sekali tidak dapat mengenal sinar maka nilai visus 0
(nol).
44
g. Bila dapat membaca sampai baris terbawah: visus 5/5 atau 6/6
h. Bila dapat membaca sampai baris terbawah: visus adalah
6/angka disamping baris terakhir yang dapat dibaca
i. Bila penderita tidak dapat membaca baris paling atas pada
kartu, pemeriksaan dilanjutkan dengan hitung jari
Nilai x/60, dimana x merupakan jarak antara pemeriksa dan
penderita (1-5meter)
j.
Bila penderita tidak dapat menghitung jari yang diperlihatkan
pemeriksa, pemeriksaaan dilanjutkan dengan lambaian tangan
pada jarak 1 meter. Penderita diminta menirukan arah gerakan
tangan
Nilai : 1/300
k. Bila penderita tidak dapat menentukan arah gerakan lambaian
tangan, pemeriksaan dilanjutkan dengan ’Light Perception’,
yaitu membedakan terang dan gelap pada jarak 1 meter. Bila
LP (+) dilanjutkan dengan proyeksi iluminasi dengan
menanyakan arah sinar
Nilai :
l.
 LP (+) atau 1/~ proyeksi baik : bila dapat menentukan arah
sinar
 LP (+) 1/~ proyeksi buruk: bila tidak dapat menentukan arah
sinar
Bila sama sekali tidak dapat mengenal sinar maka nilai visus
LP (-) atau 0 (nol).
45
Pupildan ReflekCahaya (reflekpupil) :
1
Mempersilahkan penderita berbaring terlentang dengan mata melihat
lurus ke atas.
2
Peneranganruang periksa dimatikan, siapkan senter
3
Memperhatikan pupil, bulat atau tidak, ukur diameter pupil berapamm,
catat bila ada kelainan
4
Memeriksa reflek cahaya, matadiperiksa satu persatu dengan mata
lainnya ditutup bergantian, dengan senter yang menyala, senter
digerakkan dari luar / lateral ketengah tegak lurus pupil, sinar jatuh
ditengah pupil, berhenti sejenak di tengah pupil, diulang beberapa kali.
5
Menentukanreflekcahayanormal(positip),yaituadanyapupil
mengecil
(miosis) baik mata sesisi atau mata sisi lainnya (kontralateral)
6
MenentukanReflek Cahaya Langsung normal (positip), bila pupil sesisi
yang miosis
7
Memeriksa Reflek Cahaya Konsensual dengan tangan kiri pemeriksa
diletakkan di atas hidung pasien, supaya sinar masuk ke mata
kontralateral, memeriksa seperti langkah ke 10, tetapi yang diperhatikan
pupilsisi kontralateralnya mengecil (miosis)
46
Download