Uploaded by susirefti

6. BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Kulit merupakan organ yang langsung berhubungan dengan
lingkungan, sehingga lebih rentan terhadap infeksi mikroorganisme. Beberapa
bagian dari tubuh yang memiliki kelembapan cukup tinggi, memberikan
kesempatan bakteri tumbuh relatif besar pada daerah tersebut. Infeksi kulit
dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur dan terjadi primer atau
sekunder. Bakteri Staphylococcus aureus menjadi penyebab paling sering
infeksi primer (Sudigdoadi, 2015).
Masalah kulit yang sering dijumpai akibat bakteri Staphylococcus
aureus adalah jerawat. Jerawat merupakan salah satu dari sekian banyak
masalah kulit yang terjadi pada setiap orang, baik itu perempuan maupun
laki-laki. Jerawat memang bukan masalah yang serius, namun jika dibiarkan
akan terus bertambah banyak dan juga menyebabkan kulit terasa nyeri. Rasa
nyeri akibat jerawat timbul karena peradangan pada lapisan kulit akibat poripori pada wajah tertutup minyak dan debu (Wasitaatmadja, 2007).
Terapi pada jerawat dapat diberikan obat jerawat. Obat jerawat topikal
dapat dikategorikan menjadi dua yaitu obat jerawat tanpa resep dokter dan
obat jerawat dengan resep dokter. Obat jerawat tanpa resep dokter seperti
benzoil peroksida, sulfur, dan asam salisilat memiliki efek samping iritasi.
Selain itu dokter pun tak jarang meresepkan antibiotik seperti klindamisin,
1
penisilin, sefalosporin, eritromisin, linkomisin, vankomisin dan rifampisin.
Namun bakteri Staphylococcus aureus resisten terhadap sebagian besar
antibiotik tersebut (Nurdianti dkk, 2018).
Pemberian obat antibiotik sintetik di pasaran tidak sedikit memberikan
efek samping seperti iritasi, penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan
reisistensi bahkan kerusakan organ. Berdasarkan efek samping yang
ditimbulkan, maka diperlukan produk baru yang memiliki potensi tinggi.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah dengan memanfaatkan zat
aktif pembunuh bakteri yang terkandung dalam tanaman obat. Salah satu
tanaman yang mempunyai daya hambat dan bunuh bakteri adalah Tea Tree
(Melaleuca alternifolia) (Mardiana, 2013).
Telah banyak studi yang menggambarkan aktivitas mikroba tea tree
oil dalam literatur ilmiah. Meskipun masih ada tingkat perbedaan antara
metode yang digunakan dalam studi yang berbeda, namun menunjukkan MIC
(Minimum Inhibitory Consentration) yang relatif sama. Sejumlah besar
bakteri sekarang telah diuji kerentanannya terhadap tea tree oil. Sebagian
besar bakteri rentan terhadap tea tree oil pada konsentrasi 1,0% atau kurang
dan konsentrasi 2,0% dilaporkan efektif terhadap bakteri Staphylococcus,
Enterococcus faecalis, dan Pseudomonas aeruginosa. Sedangkan daya
hambat minimum tea tree oil terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada
konsentrasi 0,5-1,25% (Carson et al., 2006).
Tea tree oil memiliki sifat antibakteri dan anti jamur, diketahui
efektivitasnya dalam mengobati jerawat. Sebuah uji klinis yang melibatkan
2
124 pasien remaja dengan menggunakan gel tea tree oil 5% untuk mengobati
jerawat ringan sampai sedang dibandingkan dengan 5% benzoyl peroxide
lotion (yang biasa digunakan topikal pengobatan antijerawat). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keduanya memiliki efek yang signifikan dalam
mengatasi jerawat pasien (Australia Goverment, 2007).
Ada berbagai macam bentuk sediaan topikal seperti losion, krim, gel,
emulgel dan masker. Kelebihan gel yaitu dapat memberikan rasa dingin di
kulit dengan adanya kandungan air yang cukup tinggi sehingga nyaman
digunakan. Meskipun banyak keuntungan, gel memiliki keterbatasan yaitu
pada obat yang bersifat hidrofobik, sehingga untuk mengatasi keterbatasan ini
dibuat emulgel. Emulgel merupakan emulsi baik oil in water atau water in oil
yang dibuat gel dengan mencampurkan gelling agent. Keunggulan emulgel
memiliki kelebihan daya hantar obat yang baik seperti formulasi gel
umumnya memberikan pelepasan obat yang lebih cepat dibandingkan dengan
salep dan krim (Jafar dkk, 2015).
Berdasarkan uraian tersebut dilihat dari tea tree oil yang bersifat
hidrofobik, maka penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi sediaan
emulgel yang mengandung zat aktif tea tree oil sebagai antijerawat dan
mengevaluasi stabilitas sediaan emulgel yang selanjutnya akan dilakukan uji
aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
3
1.2 Pembatasan Masalah
Agar masalah menjadi lebih terfokus maka permasalahan akan
dibatasi hanya pada:
1) Uji aktivitas antibakteri sediaan emulgel tea tree oil terhadap bakteri
Staphylococcus aureus pada konsentrasi 0,5%, 2,5%, dan 5%.
2) Parameter uji sifat fisik sediaan emulgel tea tree oil, yaitu uji
organoleptik, homogenitas, pH, daya sebar, dan viskositas.
3) Uji stabilitas sediaan emulgel tea tree oil menggunakan metode cycling
test dengan suhu 4oC dan 40oC sebanyak 6 siklus selama 12 hari.
1.3 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang, identifikasinya adalah sebagai berikut:
1) Menguji aktivitas antibakteri sediaan emulgel tea tree oil terhadap bakteri
Staphylococcus aureus pada konsentrasi 0,5%, 2,5%, dan 5%.
2) Menguji sifat fisik sediaan emulgel tea tree oil, yaitu uji organoleptik,
homogenitas, pH, daya sebar, dan viskositas.
3) Menguji kestabilan sediaan emulgel tea tree oil selama penyimpanan
sesuai dengan persyaratan.
4
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan
identifikasi
masalah,
perumusan
masalah
dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Apakah sediaan emulgel tea tree oil memiliki aktivitas antibakteri
terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 0,5%, 2,5%, dan
5%?
2) Bagaimana sifat fisik sediaan emulgel tea tree oil?
3) Apakah sediaan emulgel tea tree oil stabil selama penyimpanan pada suhu
dan waktu simpan tertentu?
1.5 Maksud dan Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui aktivitas antibakteri sediaan emulgel tea tree oil
terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 0,5%, 2,5%, dan
5%.
2) Untuk mengetahui sifat fisik sediaan emulgel tea tree oil, yaitu uji
organoleptik, homogenitas, pH, daya sebar, dan viskositas.
3) Untuk mengetahui stabilitas sediaan emulgel tea tree oil pada suhu dan
waktu simpan tertentu sesuai dengan persyaratan.
5
1.6 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2019 sampai dengan
bulan Maret 2020 di Laboratorium Farmasetika dan Laboratorium
Mikrobiologi Sekolah Tinggi Farmasi (STF) YPIB Cirebon, Jalan
Perjuangan-Majasem No.07 Kota Cirebon, dengan rencana sebagai berikut:
Tabel 1.1. Rencana Kegiatan Tugas Akhir
No
Rencana Kerja
Bulan
Sep’19 Okt’19 Nov’19 Des’19 Jan’20 Feb’20 Mar’20
1) Persiapan
a. Studi pustaka
b. Penyusunan proposal
c. Seminar proposal
2) Pelaksanaan
a. Pembuatan emulgel
b. Evaluasi sediaan gel
c. Uji aktivitas
3) Pengolahan Data
4) Penyusunan Skripsi
5) Sidang Skripsi
1.7 Hipotesis
H0
:
Sediaan emulgel tea tree oil tidak aktif terhadap bakteri
Staphylococcus aureus.
H1
: Sediaan emulgel tea tree oil aktif terhadap bakteri Staphylococcus
aureus.
6
Download