CRITICAL BOOK REPORT EKOLOGI DAN LINGKUNGAN DASAR-DASAR EKOLOGI BAGI POPULASI DAN KOMUNITAS DAN EKOLOGI, LINGKUNGAN HIDUP, DAN PEMBANGUNAN OLEH : NAMA :ASMITA SIHALOHO NIM :3161131009 D. PEMBINA :DRA. TUMIAR SIDAURUK, M. SI KELAS :GEOGRAFI DIK A REG 2016 PENDIDIKAN GEOGRAFI 2016 FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2016/2017 i KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah kritik buku ini yang berjudul “Dasar-Dasar Ekologi bagi Populasi dan Komunitas dan Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan”. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Ekologi dan Lingkungan yaitu Dra. Tumiar Sidauruk, M. Si atas bimbingannya sehingga makalah kritik buku ini dapat diselesaikan. Demikian pengantar ini penulis sampaikan. Semoga makalah kritik buku yang saya buat ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya pada diri saya sendiri serta dapat memberikan wawasan yang lebih luas bagi kita semua. Penyusun menyadari makalah kritik buku yang saya buat ini memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini, saya mohon untuk saran dan kritiknya demi kesempurnaan makalah kritik buku yang saya buat ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Medan, September 2017 Penulis i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................i DAFTAR ISI...............................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ........................................................................................1 1.2 Tujuan ....................................................................................................1 1.3 Manfaat ..................................................................................................1 BAB II ISI 2.1 Identitas Buku ........................................................................................2 2.2 Ringkasan Isi Buku 1 .............................................................................2 2.3 Ringkasan Isi Buku 2 .............................................................................7 BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN 3.1 Buku 1 ....................................................................................................10 3.2 Buku 2 ....................................................................................................10 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ............................................................................................11 4.2 Saran ......................................................................................................11 ii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan ekologi tidak boleh dilupakan sama sekali oleh setiap peserta pendidikan ilmu-ilmu kehutanan, para pakar dan praktisi kehutanan bahkan juga oleh para pemerhati kehutanan. Hal itu disebabkan karena konsep dan kaidah ilmu pengetahuan ekologi sangat dalam tertanam dan selalu menyertai pemikiran dan pertimbangan di bidang kehutanan. Lebih-lebih pada akhir-akhir ini dengan semakin marak bahkan semakin kerasnya perhatian masyarakat bahkan dunia pada umumnya terhadap masalah-masalah lingkungan dan ilmuilmu pengetahuanya, konsep dan kaidah ekologi itu semakin menjadi mengemuka posisi dan perannya. Oleh karena itu maka dalam rangka alih pengetahuan tentang kearifan dan kebijakan pengelolaan sumber daya hutan yang dijadikan salah satu mata kuliah bagi para peserta program S-3 Kehutanan, Universitas Mulawarman, pokok pengetahuan dasar ekologi di rakit dalam buku ini khusus bagi para peserta program dan pemerhati ilmu-ilmu kehutanan. 1.2 Tujuan 1. Mengulas isi sebuah buku 2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada di dalam buku 3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap bab dari buku pertama dan buku kedua 4. Membandingkan isi buku pertama dan kedua 1.3 Manfaat 1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi dan Lingkungan 2. Untuk menambah pengetahuan tentang Ekologi dan Lingkungan 1 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Identitas Buku Identitas Buku 1 Judul Buku : Dasar-Dasar Ekologi bagi Populasi dan Komunitas Pengarang : Sambas Wirakusumah Penerbit : UI-Press Tahun Terbit : 2003 Kota Terbit : Jakarta Tebal Buku : xviii, 149 hlm :25 cm ISBN : 979-456-249-1 Identitas Buku 2 (Pembanding) Judul Buku : Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan Pengarang : Otto Soemarwoto Penerbit : Djambatan Tahun Terbit : 1994 Kota Terbit : Jakarta, Indonesia Ukuran Buku : 140 x 208 cm Jumlah Halaman : xii, 367 hlm ISBN : 679-428-206-5 2.2 Ringkasan Isi Buku SUMBER : BUKU 1 BAB 1 : Pengertian dan Sifat-Sifat Populasi Populasi dirumuskan sebagai kumpulan individu organisme di suatu tempat yang individu anggotanya untuk berhubungan satu sama lain dan mengembangkan keturunannya secara bebas karena individu itu merupakan kumpulan heteroseksual. Secara ilmiah populasi yang sudah dikenal itu dapat dikelompokkan menurut sifat-sifat pokoknya dalam dua golongan. Pertama, adalah organisme yang sama-sama memiliki organisme biologik pada jenjang yang lebih bawah dan kedua, yang memiliki sifat unik yang hanya dapat dikenali pada jenjang organisasi biologik di atas populasi yaitu komunitas yang akan dibahas kembali 2 bagaimana kelompok-kelompok unik itu terjadi. Vegetasi binatang di alam bebas, ukuran populasinya di suatu tempat tertentu kerapatan populasi biasanya tergantung dari imigrasi ke atau emigrasike luar tempat yang dimaksud. Dihubungkan dengan dinamika populasi, pernyataan yang baru saja diungkap itu sesungguhnya tidak berbeda dengan menyoroti peningkatan laju kelahiran serta peningktana laju kematian. Karena pengaruh di atas itu, ukuran populasi suatu spesies tidak akan sama dengan ukuran spesies-spesies lainnya, namun cenderung mempunyai ukuran besaran tertentu yang di sebabkan oleh faktor penyebab yang tidak sama, kenyataan inilah yang menjadi kontroversi di antara para pakar ekologi. Pada umumnya faktor penyebab itu ialah persediaan pakan dan atau lingkungan fisik populasi. BAB 2 : Hubungan Populasi dengan Lingkungan Suatu populasi tidak mungkin ada dalam sistemkehidupan tanpa keterlibatan dan interaksi dan lingkungan fisik dan kimianya. Hubungan interaksi antara sistem kehidupan dengan lingkungan fisik dan kimianya merupakan topik utama yang menjadi perhatian ekologi-populasi yang sampai sekarang masih merupakan perhatian utama dari ekologifisiologi. Saat ini kajian ekologi populasi telah memasuki upaya yang bersifat sofistikasi yang pada dasarnya lebih difokuskan kepada orientasi studi lapangan daripada laboratorium. Hal ni disebabkan karena kesadaran bahwa faktor lingkungan yang pluralistik sangat kuat mendorong interaksi bersifat sinergetik karena tidak mungkin kalau hanya dipandang aditif semata-mata. Hal itu terutama sangat terlihat dari pembahasan faktor-faktor pembatas yang mempengaruhi sistem kehidupan. Dengan demikian lingkungan dalam tulisan ini diarahkan untuk memahami parameter fisik seperti suhu, angin dan hujan serta sifat-sifat kimia seperti misalnya, ketersediaan elemen anorganik tertentu, air dan oksigen. Walaupun memang dapat ditemui besaran ukuran yang berbeda, haruslah diingat bahwa interaksi lingkungan itu tidak lain merupakan pertukaran energi. Dari semua faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap populasi terestis, iklim merupakan faktor yang paling banyak dikaji. Walaupun pengaruh spesifik pada faktor tertentu seperti misalnya, populasi sesungguhnya merupakan pengaruh perbedaan suhu dan kelembapan tetapi dimungkinkan mengkaji pengaruh suhunya semata-mata terutama dikaitkan pada suhu terendah yang mendekati batas toleransi bagi populasi tertentu. Banyak organisme tampaknya dapat menyesuaikan diri terhadap fluktuasi suhu harian dan memberikan respons yang berbeda apabila hal ini dilaksanakan dalam kondisi percobaan dalam suatu kajian. Bagi organisme laut hal ini tidakberlaku karena suhu dari perairan jarang mencapai 1°C setiap hari ataupun pada saat pendek sekalipun. Sisi arus angin di pegunungan 3 pada masa udara dibelokkan ke atas akan lebih basah daripada sisi belakangnya yang terletak pada bayangan hujan karena masa udara yang jatuh dan menjadi lebih hanyat menyebabkan sisi itu lebih rendah, sehingga devisit kejenuhan yang lebih tinggi. Jumlah jatuhnya salju dan keteguhannya merupakan faktor ekologik lokal yang penting pada wilayah yang lebih dingin. Pada umumnya distribusi dan jumlah hujan merupakan kenyataan ekologik yang besar. Satu lagi sebab berskala lokal ialah jatuhnya hujan pada umumnya berbaur dengan faktor ekologik lainnya. Kombinasi dari faktor itu dapat berbentuk kehilangan air karena evaporasi dari permukaan tanah atau permukaan vegetasi yang secara universal disebut evapotranspirasi. Dari semua faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi sistem kehidupan pada jenjang populasi, cahaya paling vital. Tanpa komponen radiasi matahari ini, begitu banyak jumlah organisme yang sudah dikenal itu tidak mungkin ada. Fungsi cahaya merupakan faktor ekologik yang bervariasi intensitasnya, panjang gelombangnya serta deviasi penyinarannya. Kadang-kadang cahaya dipandang sebagai komponen utama iklim, terutama bila iklim dikaitkan dengan jumlah jam penyinaran sinar surya dalam kurun waktu tertentu. Liang tanah hewan-hewan gurun, merupakan contoh yang paling baik sebagai suatu lingkungan mikro dimana parameter fisiknya berbeda dengan lingkungan makronya. Lingkungan udara yang diisap tikus-tikus kanguru dalam liang-liang mempunyai kelembapan udara relatif lima kali lebih tinggi dibandingkan udara gurun di luarnya. Telah dikaji bila tikus-tikus itu tidak mempunyai liang-liang untuk berlindung pada siang hari, kadar kehilangan air udara untuk respirasi akan melebihi volume air yang diisi kembali dari sumber metabolismenya sebagai satu-satunya sumber air bagi tikus kanguru, hewan-hewan itu segera akan mati. Tercacat pula bahwa suhu dalam liang-liang hewan malam itu serendah 28°C padahal suhu di permukaan tanah melebihi 71°C. BAB 3 : Faktor-Faktor Biotik dalam Interaksi Populasi Faktor interspesifik Netralisme merupaka tipe interaksi interspesif yang dikenali sehari-hari dimana populasi yang bekerja sama seolah-olah tidak saling berpengaruh, walaupun sesungguhnya terselenggara sangat halus. Kompetisi merupakan tipe interaksi interspesifik dimana dua individu atau spesies berebut sumber daya terbatas seperti pakan, air, runag untuk sarang dan lain-lain. Mutualisme dan protokooperasi. Mutualisme atau disebut juga simbiosis merupaka interaksi obligatori (wajib) yang diperlukan oleh kedua belah pihak yang berinteraksi karena 4 keduanya saling memerlukan. Protokooperasi kadar interaksinya lebih-kurang tetapi tidak bersifat obligatori bagi kedua pihak. Komensialisme danAmensialisme. Komensialisme merupakan interaksi yang menjembatani protokooperasi dengan netralisme. Jenis burung yang hidup dan membuat sarang pada sebatang pohon merupakan contoh dimana hanya burung-burungnya yang mendapat manfaat, pohonnya tidak berpengaruh apa-apa. Amensialisme merupakan kebalikan dari komensialisme. Spesies inang yang menjadi tuan rumah bagi spesies amensialis mendapat manfaat, spesies amensialisme dalam banyak hal malah punah. Berbagai antibiotik dalam dunia kedokteran merupakan contoh amensialisme yang banyak bermanfaat bagi umat manusia. Parasitisme dan Predatorisme. Letak perbedaan predasi dan parasitisasi ialah bahwa pada yang pertama yaitu predator ukurannya lebih besar dari mangsanya dan proses mangsa terjadi di luar (eksternal), pada parasitisasi mangsa lebih besar dan pemangsaan terjadi pada tubuh pangsa (internal). Akibat proses pangsa memangsa jumlah populasi mangsa berkurang tetapi mekanisme putaran umpan balik komunitas mengendalikan jumlah populasi pemangsa. Faktor intraspesifik Perubahan biologik individu. Pada hakikatnya mekanisme intraspesifik yang dimaksud merupakan perubahan biologik dalam tubuh individu, spesies yang terwujud melalui proses evolusi yang senantiasa berlangsung dari waktu ke waktu. Seleksi alam. Seleksi alam berlangsung antara relung-relung yang bertumpah tindih (overlap), dengan demikian dapat dipahami bahwa spesies- spesies dengan frekuensi genetiknya yang lebih sesuai dengan lingkungan habitat tempat terjadinya tumpah tindih dapat bertahan, yang tidak sesuai akan tersingkir. Kendala parameter populasi. Banyak parameter ekologi merupakan kendala dalam proses evolusi yang sangat kuat pengaruhnya pada ukuran tubuh organisme. Pada umumnya organisme bertubuh besar tidak dapat tumbuh secepat organisme yang lebih kecil. BAB 4 : Energi dan Materi, Vital bagi Organisme Energi dapat dirumuskan sebagai kemampuan untuk bekerja. Apakah pekerjaan itu untuk mendorong ke atas sebuah gunung atau memindahkan massa udara melalui benua atau pekerjaan yang lebih kecil seperti impuls syaraf dari sel ke sel lainnya. Tiga sumber energi yang dikenal yaitu gravitasi, kekuatan dalam bumi dan radiasi sinar surya. Yang akan dibahas disini terutama sinar surya oleh karena langsung berhubungan dengan pembahasan kelas ini. Sinar surya merupakan pendorong banyak peristiwa alam seperti sirkulasi atmosfer dan siklus 5 air dalam ekosistem. Energi radiasi merupakan energi energi yang langsung ditangkap dari gelombang elektromagnetik, sedangkan energi terikat meruakan energi kimia potensial yang sudah terikat dalam banyak bahan-bahan organik, baik sebagai pupuk, dan lain-lainnya. Limbah-limbah organik, cairan dan bahan-bahan mati dari rantai pakan perumputan disebut detritus. Dalam proses respirasi berantai dimana organisme itu menyerang molekul bahan organik yang rumit, kemudian mengubahnya menjadi senyawa yang lebih sederhana lalu organisme lain menyerang lagi senyawa yang baru sehingga proses detorisasi itu dilaksanakan oleh organisme aerobik selama tersedia oksigen bebas. BAB 5 : Konsep-Konsep Komunitas Adaptasi di tingkat organisme individu meliputi mekanisme fisik dan biokimia yang dimiliki untuk mendapatkan sumber daya yang diperlukan dari lingkungannya, baginya mengubah sumber daya menjadi hasil guna, membuang materi limbah dan memenuhi keperluan hidup seperti untuk tumbuh,bergerak dan reproduksi. Adaptasi lainnya ialah memperbaiki kemampuannya untuk bertahan seperti meningkatkan daya tahan terhadap bermacam-macam tekanan lingkungan, melndungi diri dari predator dan seterusnya. Daya adaptasi populasi sehari-hari terutama dalam kompetisi dengan organisme hidup lainya dalam populasi yang sama terhadap sumber daya lingkungan yang diperlukannya, senantiasa juga berkembang. Hubungan populasi dalam komunitas merupakan keterkaitan halus sesamanya dalam hubungan fungsional yang saling mengisi membentuk keseimbangan komunitas yang dinamik. Komunitas merupakan kesatuan dinamik dari hubungan di antara populasi anggotanya berperan pada posisinya masing-masing menyebar dalam ruang dan tipe habitatnya, keanekaragaman spesies komunitas dan spektrum interaksi sesamanya serta polapola aliran energi dan nutrisi dalam komunitas menuju suatu keseimbangan. Jumlah spesies dalam komunitas sangat beragam. Komunitas- komunitas seperti hutan-hutan tropika humida dan terumbu-terumbu karang mengandung ribuan jenis spesies, di sisi lain tundra atau gurun kandungnnya relatif lebih kecil. Jumlah spesies dalam komunitas disebut nilai kekayaan spesies merupakan ukuran dari kelimpahan. Konsep ini tidak terlampau menonjol kegunaanya kecuali dalam hal keberadaan spesies langka karena nilai kekayaan spesies menjadi besar apabila wilayah yang dikaji bertambah besar. Relung adalah watak komunitas walaupun acapkali dikatakan suatu relung dengan nama jenis populasi yang menghuninya. Relung sebenarnya adalah ruang tempat populasi dalam struktur komunitas yang tidak bermakna sama sekali komunitas itu tidak ada. Adaptasi populasi yang menghuni relung-relung itu seringkali juga sangat identik walaupun mereka 6 sama sekali tidak terkait. Contoh situasi ini dibuktikan dari jenis kaktus yang hidup di gurungurun Amerika Serikat sebelah barat yang identik dengan spesies famili lain yang tumbuh di gurun-gurun Afrika sebelah selatan ynag keduanya tidak ada kaitannya sama sekali. BAB 6 : Beberapa Contoh Aplikasi suatu Perspektif Alternatif Analisis Dalam kajian ekosistem, keanekaragaman memang banyak sekali dimanfaatkan, namun faktor-faktor yang mempengaruhinya juga sangat banyak. Produksi organisme yang tinggi sedikit saja pengaruhnya terhadap keanekaragaman, tetapi efisiensi produksi sepanjang tahun yang tinggi di tropis memberikan arti yang tinggi pada keanekaragaman khusus terhadap satwa vertebrata. Akhirnya dalam pembahasan masalah keanekaraman komunitas sering dikaitkan dengan keteguhan (stabilitas) komunitas hingga dikatakan komunitas di tropik lebih stabil daripada do nontropik karena keanekaragaman tropik secara positif lebih tinggi. Namun demikian situasi ini masih merupakan kontroversi, karena banyak di kemukakan data yang tidak mendukung situasi ini. SUMBER : BUKU 2 (PEMBANDING) Otto Soemarwoto adalah seorang yang memiliki kepakaran dalam bidang lingkungan. Ia telah melalangbuana ke berbagai wilayah membagikan pengetahuannya tentang bagaimana berpikir yang selaras antara manusia dengan alam dan menjaga keseimbangan di antaranya agar interaksi yang terjalin tetap terjaga. Ceramah-ceramah yang ia bawakan ditulis dan dikumpulkannya hingga menghasilkan buku sebagaimana judul yang tertulis di atas. Buku ini merupakan informasi yang disajikan secara populer tetapi ia sendiri berharap agar tidak kehilangan ruh keilmiahan yang terdapat di dalamnya, karena buku ini pula sedianya juga dihantarkan dalam berbagai sesi perkuliahan di perguruan tinggi. Buku ini terdiri atas sepuluh bab, yang mana masing-masing mengenai pendahuluan, ekologi, lingkungan hidup, pengelolaan lingkungan hidup, pencagaralaman, ekologi pembangunan, ekologi kependudukan, ekologi pangan, ekologi pariwisata, dan energi dalam ekologi pembangunan. Dalam pendahuluan ia menghantarkan latar belakang pengetahuan lingkungan yang diperkenalkannya dan arah kecenederungan tentang pengertian lingkungan hidup. Pada bagian ekologi ia memaparkan arti ekologi yang didefinisikannya sebagai suatu kajian tentang interaksi manusia dengan alam sekitarnya, lalu konsep ekosistem, materi, 7 energi, informasi, hukum termodinamika, habitat dan relung, adaptasi, dan evolusi. Pada bab lingkungan hidup ia menyajikan apa arti dari lingkungan hidup, lingkungan hidup sebagai sumbernya, kebutuhan dasar yang mencakup kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup hayati jugamanusia dan dalam hal pemilihan, serta manfaat dan resiko dari lingkungan. Pada bab pengelolaan lingkugan hidup ia menggambarkan bagaimana adanya kelestarian keseimbangan lingkungan, daya dukung lingkungan terlanjutkan, daya lenting, ruang lingkup pengelolaan lingkungan, serta citra lingkungan. Pada bab pencagaralaman ia memaparkan mengenai pengertian dari pencagaralaman, manfaat pencagaralaman jenis, keanekaragaman jenis meliputi teori pulau biogeografi dan teori bercak, keanekaragaman jenis di daerah yang dibudidayakan, erosi gen, dan pengelolaan keanekaragaman gen yang meliputi daerah yang dilindungi, masalah batas dan pengawasan, daerah penyangga, pengembangan daerah yang dilindungi, kebun raya dan kebun binatang, bank gen, dan penguasaan sumberdaya gen. Dalam bab mengenai ekologi pembangunan ia mengemukakan manfaat dan resiko lingkungan dalam pembangunan, pembangunan yang berkelanjutan yang memuat proses ekologi, tersedianya sumberdaya yang cukup, serta lingkungan sosial budaya dan ekonomi yang sesuai. Selanjutnya adalah pola hidup sederhana, kemampuan ilmu dan teknologi, pengelolaan lingkungan yang adaptif, serta pengelolaan proyek pembangunan. Pada bab ekologi kependudukan ia memaparkan arti daya dukung lingkungan, daya dukung lingkungan agraris, kepadatan penduduk, transmigrasi, kerusakan lingkungan yang terdiri atas kerusakan lingkungan kota, desa, penanggulangan kerusakan lingkungan serta prioritas penanggulangannya. Selanjutnya ia menjelaskan pula mengenai pencemaran dan penyusutan sumberdaya, serta penanggulangan pencemaran dan penyusutan sumberdaya. Pada bab ekologi pangan ia mengemukakan bagaimana historikalitas pola mata pencaharian manusia dari fase berburu dan mengumpul, peladangan berpindah, pertanian menetap. Ia juga memaparkan sumber pangan, pola pangan, kerentanan pangan, penganekaragaman pangan, serta pola pangan dan daya dukung lingkungan. Pada bab mengena ekologi pariwisata ia mengemukakan kaitannya dengan daya dukung lingkungan, keanekaragaman, keindahan alam, vandalisme, pencemaran, kerusakan hutan, dampak sosial budaya, serta zonasi. Pada bab terakhir tentang energi dalam ekologi pembangunan ia mengemukakan tentan pengertian energi, pemanfaatan energi, peranan energi dalam pembangunan, permasalahan enegi, dan penganekaragaman energi. Dewasa ini karya-karya dari Otto Soemarwoto menjadi sumber rujukan utama dan juga bacaan awal bagi mereka yang hendak memfokuskan diri dalam studi lingkungan pada 8 jenjang sarjana ataupun magister, hal ini terjadi karena penulis buku tersebut merupakan salah satu sosok yang merintis perkembangan ilmu lingkungan pada fase awal di Indonesia. Membaca buku ini dirasakan sangat menarik, karena mampu memberikan kontribusi pengetahuan akan hal ikhwal hubungan manusia dengan alam sekitar yang tidak begitu diperhatikan tetapi sangat memegang peranan penting dalam hal kelangsungan hidup manusia. 9 BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN 3.1 Kelebihan dan Kekurangan Buku 1 Kelebihan Sampul dan warna buku yang menarik sehingga membuat pembaca tidak bosan saat membacanya Isi dari buku tersebut yang mudah dipahami oleh pembaca karena disertakan gambar dan tabel Ukurannya tidak terlalu tebal sehingga sangat mudah dibawa dan warnanya yang menarik 3.2 Kelebihan dan Kekurangan Buku 2 Kelebihan Di lihat dari segi isi buku tersebut sudah bagus dan juga mencakup secara luas Untuk pemberian sampul serta tampilan dari buku tersebut sangat menarik sehingga tidak membuat pembaca mudah bosan untuk membacanya Setelah membaca isi dari kedua buku tersebut yang membedakannya yaitu dari segi isinya. Kalau buku pertama membahas tentang dasar-dasar ekologi seperti konsep ekosistem, biogeokimia, energi dan lain-lainnya maka buku yang kedua isinya tentang bagaimana pengaruh ataupun hubungan dari ilmu atau teori ekologi dalam buku pertama tadi terhadap lingkungan dan pembangunan yang dibahas pada buku kedua. Membaca buku kedua ini dirasakan sangat menarik, karena mampu memberikan kontribusi pengetahuan akan hal ikhwal hubungan manusia dengan alam sekitar yang tidak begitu diperhatikan tetapi sangat memegang peranan penting dalam hal kelangsungan hidup manusia. 10 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Simpulan yang dapat diambil dari CBR ini adalah: 1. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbale balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. 2. Suatu organisme tidak dapat hidup sendiri. Untuk kelangsungan hidupnya suatu organisme akan sangat bergantung pada organisme lain dan berbagai komponen lingkungan yang ada di sekitarnya. 3. Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati yang membentuk sistem ekologi atau tingkatan organisasi kehidupan yang mencakup organisme dan lingkungan tak hidup, dimana kedua komponen tersebut saling mempengaruhi dan berinteraksi. 4. Ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air laut. Dalam buku kedua mampu memberikan kontribusi pengetahuan akan hal ikhwal hubungan manusia dengan alam sekitar yang tidak begitu diperhatikan tetapi sangat memegang peranan penting dalam hal kelangsungan hidup manusia. 4.2 Saran Untuk buku ini lebih banyak menambah materi dari berbagai sumber serta peningkatan penggunaan bahasa agar lebih mudah dimengerti oleh masyarakat luas. Dan juga semoga semakin banyak orang yang melakukan penelitian serta pembaharuan buku terutama untuk bidang ekologi dan lingkungan sehingga ilmu dan pengetahuannya baru dan lebih mudah di terima masyarakat serta semakin banyak buku yang berkaitan dengan mata kuliah Ekologi dan Lingkungan. 11