REVISI LAPORAN KASUS DIETETIK 2 MASALAH PADA HIV DISERTAI INFEKSI OPORTUNISTIK Dosen pengampu : Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi Fillah Fithra Dieny, S.Gz, M.Si Ayu Rahadiyanti, S.Gz, MPH Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si Ahmad Syauqy, S.Gz, MPH, PhD Disusun oleh : Selvi Afiani 22030117120016 UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU GIZI 2020 I. LATAR BELAKANG Tn. S masuk berusia 37 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas dengan diagnosis awal Obs. Dyspnea dd TB Paru, Febris (demam), dan HIV. Satu tahun sebelumnya, pasien pernah diopname dengan diagnosa HIV. Pasien mengeluhkan sesak napas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, sebelumnya ada batuk sejak 4 bulan yang lalu, lemas, dan demam sudah 3 hari. Pasien mengalami BAB cair sekali. Berdasarkan pemeriksaan fisik terdapat sariawan, stomatitis, dan ulkus dikubitus. Tn. S memiliki riwayat HIV sudah 1 tahun dan dalam terapi ARV. Setelah dilakukan pemeriksaan ulang, pasien didiagnosa medis pneumonia dan kandidiasis oral. Tn. S mengalami penurunan berat badan sekitar 3 kg dalam 2 bulan dan mengalami penurunan nafsu makan. Tn. S memiliki berat badan 56 kg, TB 168 cm, dan LLA 22 cm. Hasil tanda vital Tn. S, yaitu tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 100 kali/menit, respiratory rate 20 kali/menit, dan suhu 380C. Hasil lab menunjukkan: Hb 9,7 g/dL, leukosit 2,5 ribu/mm3, eritrosit 4 juta/ mm3, hematokrit 28,9%, trombosit 231 ribu/ mm3, MCV 73 µm3, MCH 24,3 pg, RDW 16,2%, dan MPV 7 µm3. Pola makan pasien sebelum masuk rumah sakit, yaitu makan sebanyak 3 kali sehari dengan makanan utama nasi. Biasanya Tn. S dapat menghabiskan 1,5 sampai 2 centong nasi, lauk 1 potong ayam atau ikan, 3-5 potong tempe, serta sayur. Sayur yang paling sering dikonsumsi Tn. S yaitu sayur rawon dan sayur bersantan. Tn. S sering mengonsumsi buah nanas dan semangka. Setiap makan pasien selalu minum air putih dan dapat menghabiskan 6 gelas dalam sehari. Pasien juga sering mengonsumsi teh 1 gelas sehari. Sedangkan sehari sebelum masuk rumah sakit, Tn. S mengonsumsi sarapan hanya nasi 4-5 sdm, asem-asem ikan, dan teh hangat. Pada siang hari, pasien hanya mengonsumsi jagung rebus. Sedangkan malam hari, pasien tidak makan. Tn. S bekerja sebagai sopir setiap harinya. Selama perawatan di rumah sakit, Tn. S mendapatkan infus RL 15 tpm. Melalui intravena, seperti ranitidin 2x50 mg, paracetamol 1 g, dan ceftriaxon 1 g. Secara oral, pasien mendapatkan salbutamol 2x4 mg sehari, cetirizine 10 g, paracetamol 3x500 mg sehari, dan nistatin drop 4x1. Selama perawatan pengobatan ARV dihentikan. Buatlah PAGT pada Tn. S! II. SKRINING (DATA UMUM) A. Pemilihan Metode Skrining Digunakan skrining menggunakan instrumen MST (Malnutrition Skrining Tools) karena merupakan salah satu skrining gizi yang cepat, mudah dan cocok digunakan untuk pasien di rumah sakit dibandingkan dengan alat skrining lain seperti MUST, NRS 2002, MNA, SNAQ, STAMP, PNI dan SGA. Kelebihan dari alat skrining ini adalah lebih efisien (waktu 30 detik), pertanyaan lebih sederhana, nilai sensitifitas dan spesifitas 93-95%, nilai keandalan 90-97%, tidak tergantung pada nilai antropometri dan nilai laboratorium. Meskipun demikikan MST juga memiliki kelemahan yaitu tidak bisa diterapkan pada asuhan gizi terstandar pasien sakit kritis atau kasus sulit yang dimana pasien mengalami kesulitan komunikasi.1 B. Pengisian Kuesioner Nama : Tn.S Tanggal Lahir :- No. RM :2 Tabel 1. Skrining MNA Tn.S PARAMETER 1. SKOR Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak direncanakan/tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir? - Tidak 0 - Tidak yakin (ada tanda-tanda baju menjadi lebiih longgar) 2 - Ya, ada penurunan BB sebanyak: 2. a. 1-5 kg 1 b. 6-10 kg 2 c. 11-15 kg 3 d. >15 kg 4 Tidak tahu berapa kg penurunannya 2 Apakah asupan makan pasien berkurang karena penurunan nafsu makan/kesulitan menerima makanan? - Tidak 0 - Ya 1 TOTAL SKOR *Bila skor ≥2: pasien berisiko malnutrisi, konsul ke ahli gizi 2 C. Membuat Kesimpulan Kuisioner Berdasarkan hasil skrining dengan instrumen MST, Tn.S mendapat skor ≥2 sehingga digolongkan malnutrisi dan diperlukan asuhan gizi terstandar lebih lanjut. II. ASESMEN (PENGKAJIAN) GIZI 1. Pengkajian data riwayat pasien (CH) Tabel 2. Pengkajian Data Client History Domain Data Interpretasi Data CH-1.1.1 Umur 37 tahun Dewasa CH-1.1.2 Jenis Laki-laki - CH-1.1.10 Terbatas di tempat tidur Tn.S mengalami ulkus dikubitus Mobilitas karena kondisinya yang yaitu luka terbuka pada area kulit lemas yang sering mendapatkan tekanan Kelamin dalam waktu yang lama. CH-2.1.1 Penurunan nafsu makan Pengaruh dari sariawan, kandiasis oral Keluhan Gizi CH-2.1.5 Didiagnosis kandiasis Gastrointestinal oral dan juga memiliki keluhan stomatitis dan sariawan CH-2.1.7 Pemeriksaan Hb 9,7 g/dL Anemia Hematologi CH-2.1.8 Imun Didiagnosis HIV sejak 1 tahun lalu CH-2.1.13 Sebelumnya didiagnosis Respiratory Obs. Dyspnea dd TB Paru, diagnosis sekarang pneunomia CH-3.1.6 Supir bus - Pekerjaan Kesimpulan: Tn. S (37 tahun) bekerja sebagai sopir didiagnosis memiliki HIV sejak setahun lalu disertai Obs. Dyspnea dd TB Paru dan setelah pemeriksaan ulang saat masuk rumah sakit dinyatakan menderita pneunomia dan kandiasis oral. 2. Pengkajian riwayat terkait gizi/makanan (FH) a. Asupan SMRS Tabel 3. Pengkajian Asupan Makan SMRS Domain Data Interpretasi FH-1.1.1.1 Total Asupan : 248,2 kkal Asupan kurang yaitu Asupan Energi Kebutuhan : 3.257,65 kkal sebesar 7,61% dari kebutuhan FH-1.2.2.1 Jumlah Nasi 4-5 sdm Makanan Ikan 1 ptg - Jagung rebus 1 bh FH-1.2.2.2 Jenis Makanan pokok dan lauk - Makanan hewani FH- 1.2.2.3 Pola 3x/hari makanan utama Siang hanya cemilan Makan Kemudian berubah saja berupa jagung menjadi 2x/hari rebus FH-1.2.2.5 Variasi Nasi 4-5 sdm, asem-asem Mengonsumsi Makanan ikan, teh hangat, dan makanan yang kurang jagung rebus. Sedangkan bervariasi. malam hari pasien tidak makan. FH-1.5.1.1 Total Asupan : 4,3 g Asupan Lemak Kebutuhan : 108,58 g Asupan kurang yaitu sebesar 3,96% dari kebutuhan FH-1.5.2.1 Total Asupan : 12,5 g Asupan Protein Kebutuhan : 123,2 g Asupan kurang yaitu sebesar 10,15% dari kebutuhan FH-1.5.3.1 Total Asupan : 42 g Asupan kurang yaitu Asupan Kebutuhan : 446,88 g sebesar 9,4% dari kebutuhan Karbohidrat FH-1.5.4.1 Total Asupan: 2,1 g Asupan serat kurang Asupan Serat Kebutuhan: 33,6 yaitu sebesar 6,25% dari kebutuhan. Kesimpulan: Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa asupan Tn.S sebelum masuk RS untuk energi, protein, karbohidrat, lemak dan serat kurang dari kebutuhan. b. Asupan MRS Tabel 4. Pengkajian Asupan Makan MRS Domain Data Interpretasi FH-1.3.2 Infus RL 15 tpm Ringer laktat adalah larutan steril Asupan yang Cairan penambah cairan dan elektrolit tubuh digunakan untuk sebagai mengembalikan keseimbangannya inj ranitidin 2x50 mg Obat pennaganan gejala atau penyakit yang berkaitan dengan produksi asam berlebih di dalam lambung. Efeknya dapat mengurangi penyerapan vitamin B12 dan besi. Kemudian timbul gejala mual muntah dan diare. Paracetamol 1 g Obat untuk meredakan gangguan nyeri serta demam di tubuh seseorang dengan cara mengurangi prostaglandin. Ceftriaxon 1 jam Obat antibiotik dengan fungsi untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri. Efek samping mual muntah. FH-3.1 Medikasi Salbutamol 2x4 mg Obat untuk mengobati masalah pernapasan, seperti asma, bronkitis kronis, dan emfisema. Efeknya detak jantung lebih cepat, tidak disertai nyeri dada. Cetirizine 10 g Obat untuk mengatasi gejala alergi, seperti pilek, hidung tersumbat, mata berair, bersinbersin, rasa gatal pada mata, hidung atau tenggorokan. Efeknya pusing, mual muntah, lemas, bahkan diare. Paracetamol 3x500 mg Obat untuk meredakan gangguan nyeri serta demam di tubuh seseorang dengan cara mengurangi prostaglandin. Nistatin drop 4x1 Obat yang digunakan untuk mengobati masalah infeksi jamur seperti di rongga mulut FH-7.3.1 Aktifitas Tn.S hanya Aktivitas terbatas di tempat tidur Fisik karena kondisi - penyakitnya Kesimpulan: Asupan MRS Tn. S tidak diketahui secara jelas, hanya diketahui obat-obatan yang dikonsumsi. 3. Pengkajian Antropometri (AD) Tabel 5. Pengkajian Antropometri (Anthropometric Measurements) Domain Perhitungan Interpretasi AD-1.1.1 Tinggi Badan 168 cm - AD-1.1.2 Berat Badan 56 kg Hari ke 3 di RS AD-1.1.4 Perubahan 3 kg dalam 2 bulan Berat Badan AD-1.1.5 IMT π΅π΅ (ππ) IMT = (ππ΅ (π)² 56 = (1,68)² = 19,84 kg/m2 Normal Status Gizi Berdasarkan 67,48% Gizi buruk LLA Kesimpulan:Tn.S memiliki tinggi badan 168 cm dengan berat badan 56 kg sehingga didapatkan IMT sebesar 19,84kg/m2 yang tergolong status gizi normal, sedangkan berdasarkan perhitungan status gizi persentil LLA Tn. S tergolong gizi buruk. 4. Pengkajian Data Biokimia (BD) Tabel 6. Pengkajian Data Biokimia (Biochemical Data) Domain Data Nilai Normal Satuan Interpretasi BD-1.10.1 Hemoglobin 9,7 13,2-17,3 g/dL Rendah BD-1.10.2 Hematokrit 28,9 40-54 % Rendah BD-1.10.3 MCV 73 80-95 µm3 Rendah BD-1.10.5 RDW 16,2 11,5-14,5 % Rendah Leukosit 2,5 4-11 rb/ul Rendah Eritrosit 4 4,5-6,5 Jt/ul Rendah Trombosit 231 150-450 rb/mm3 Normal MCH 24,3 26-34 pg 1.10 Hematologi 7 MPV 7,4-10,4 Rendah 3 µm Rendah Kesimpulan: Nilai biokimia Tn.S untuk Hb, Ht, MCV, RDW, MCH, MPV, leukosit, dan eritrosit rendah. 5. Pengkajian Data Klinis/ Fisik (PD) Tabel 7. Pengkajian Data Fisik/Klinis Domain Data Nilai Normal PD-1.1.1 Keadaan Ada batuk sejak 4 bulan yang keseluruhan lalu, lemas, demam sudah 3 hari, kurus, kesadaran composmentis. Interpretasi Sesak nafas PD-1.1.3 Sistem Baru-baru ini Kardiovaskuler- didiagnosis Pernafasan pneumonia PD-1.1.5 Sistem BAB encer berair, sariawan, Pencernaan stomatitis, baru-baru ini didiagnosis kandiasis oral. PD-1.1.9 Tanda Vital PD-1.1.9.1 Tekanan 130/90 mmHg 140/90 mmHg Normal 70-80x/menit Tinggi 20x/menit 16-20x/menit Normal 38°C 36 -37 °C Tinggi Darah PD-1.1.9.2 Denyut 100x/menit Nadi PD-1.1.9.3 Respiratory Rate PD-1.1.9.4 Suhu Kesimpulan: Tn. S mengalami keluhan terkait dengan penyakitnya seperti batuk, demam, lemas, sesak nafas, sariawan, stomatitis, dan BAB cair. Selain itu tanda vital Tn.S untuk denyut nadi dan suhu tergolong tinggi. 6. Comparative Standard Tabel 8. Comparative Standard Domain Kebutuhan CS-1.1 Estimasi Kebutuhan Energi 3.257,65 kkal CS-1.1.2 Metode Estimasi BMR menggunakan Mifflin Kebutuhan Energi CS-2.1 Estimasi Kebutuhan Lemak 108,58 gram CS-2.2.1 Total estimasi 123,2 gram kebutuhan protein CS-2.3 Estimasi Kebutuhan Karbohidrat 446,88 gram CS-2.4 Estimasi Kebutuhan Serat 56 x 36 = 33,6 gram 60 CS-3.1 Estimasi Kebutuhan Cairan 2.240 ml CS-3.1.2 Metode Estimasi 40 ml x KgBB Kebutuhan Cairan CS-4.1.1 Estimasi Kebutuhan 56 x 650 = 606,66 RE 60 Vitamin A CS-4.1.2 Estimasi Kebutuhan 56 x 90 = 84 mg 60 Vitamin C CS-4.1.3 Estimasi Kebutuhan 56 x 15 = 14 mcg 60 Vitamin D CS-4.1.4 Estimasi Kebutuhan 56 x 15 = 14 mcg 60 Vitamin E CS-4.1.9 Estimasi Kebutuhan Folat 56 x 400 CS-4.1.10 Estimasi Kebutuhan 56 x 1,3 = 373,33 mcg 60 60 = 1,21 mg Vitamin B6 CS-4.1.11 Estimasi Kebutuhan 56 x 4 = 3,73 mg 60 Vitamin B12 CS-4.2.1 Estimasi Kebutuhan 56 x 1000 60 = 933 mg Kalsium CS-4.2.3 Estimasi Kebutuhan Besi 56 x 9 60 = 8,4 mg CS-4.2.8 Estimasi Kebutuhan Zn 56 x 11 CS-4.2.13 Estimasi Kebutuhan 56 x 30 60 60 = 10,26 mg = 28 mcg Selenium III. DIAGNOSIS GIZI 1. Peningkatan Kebutuhan Energi dan Protein (NI-5.1) berkaitan dengan peningkatan permintaan zat gizi karena infeksi kronis sebagai komplikasi penyakit HIV yang ditandai dengan BAB yang encer, penurunan berat badan yang tak terduga (>5% dalam 2 bulan), asupan makan yang tidak memenuhi kebutuhan zat gizi (E: 7,61% ,P:3,96% , L:10,15% , KH:9,4%), serta kondisi terkait dengan HIV (sariawan, stomatitis, kandiasis oral, sesak nafas, pneumonia, batuk, dan demam). 2. Perubahan Nilai Laboratorium terkait Gizi (NC-2.2) berkaitan dengan perubahan metabolik akibat penyakit HIV dan pneumonia yang ditandai oleh hemoglobin rendah (9,7 g/dL), hematocrit rendah (28,9%), MCV rendah (73 µm3), Eritrosit rendah (4 juta/ mm3), leukosit rendah (2,5 ribu/mm3), MCH rendah (24,3 pg), dan RDW tinggi (16,2%). IV. INTERVENSI A. Tujuan Intervensi 1. Meningkatkan asupan makan sesuai kemampuannya hingga memenuhi kebutuhan, serta mempertahankan berat badan. 2. Menormalkan nilai laboratorium dengan berusaha memenuhi asupan zat gizi yang terkait, namun tetap dibantu dengan obat/suplemen. B. Perencanaan (Planning) 1. Pemberian Preskripsi Diet a) Jenis diet : Diet TKTP 3.257,65 kkal b) Rute makanan : Oral c) Modifikasi bentuk makanan : Lunak d) Jadwal pemberian makanan : Makanan lunak diberikan 3x makanan utama dan 3x selingan e) Rekomendasi makronutrien bertahap dimulai dari pemenuhan 80% dari kebutuhan hingga seluruhnya. Frekuensi Ketentuan Zat Gizi Hari Jenis Diet 1-3 Diet TKTP 3x makanan lunak utama dan 3x P = 123,2 gram makanan E = 2.600 kkal 2.600 kkal (bubur selingan L = 86,6 gram nasi + nasi tim) KH = 331,95 gram Segera sesuai Diet TKTP 3x kemampuan makanan lunak utama dan 3x P = 123,2 gram Tn.S 3.257,65 kkal selingan (bubur nasi + nasi tim) makanan E = 3.257,65 kkal L = 108,58 gram KH = 446,88 gram 1) Energi diberikan tinggi yaitu melalui perhitungan REE (mifflin) + 20% (HIV simtomatik) + 13% (demam) yang disesuaikan dengan faktor aktivitas dan faktor stres yang dialami Tn.S sehingga didapatkan kebutuhan energi sebesar 3.257,65 kkal. Pemenuhan ini dilakukan secara bertahap dimulai dengan 80% kecukupan hingga sepenuhnya. 2 2) Lemak diberikan tinggi 30% dari total kalori yaitu sebesar 108,58 gram, namun dapat diberikan bertahap yaitu sebesar 86,6 gram (80% dari kebutuhan). Tingkatkan lemak tak jenuh yang ada pada minyak nabati, biji-bijian, kacang-kacangan, selai kacang dan alpukat. Menambahkan lemak omega-3 ke dalam diet yaitu ada pada ikan seperti herring, tuna ringan kaleng, mackerel, salmon dan ikan sarden. Sumber lain termasuk gandum, tahu, susu kedelai, kacang kedelai dan makanan berbahan dasar kedelai. Kemudian kurangi lemak jenuh yang ditemukan pada daging, susu murni dan keju.3 3) Protein diberikan tinggi yang dihitung dengan 2,0 x KgBB yang diberikan tambahan 10% karena termasuk ke dalam HIV dengan Infeksi Oportunistik, sehingga protein diberikan sebesar 123,2 gram/hari. Makan protein setiap kali pada orang dewasa atau yang lebih tua dengan HIV untuk mempertahankan otot.4 4) Pemberian asupan karbohidrat merupakan hasil pengurangan antara jumlah energi dengan kebutuhan lemak dan protein yaitu sebesar 446,88 gram atau sebesar 55% dari total kalori, pemberian ini dilakukan bertahap dimulai dengan 331,95 gram. Sebaiknya menghindari diet kaya karbohidrat sederhana seperti daging merah dan olahan, desserts, serta kentang goreng karena dapat memperparah sesan nafas.5 5) Pemberian serat sesuai kebutuhan yaitu sebesar 33,6 gram/hari. Konsumsi berserat tinggi juga dapat memepertahankan cairan yang hilang akibat diare. Sumber serat tinggi seperti roti gandum, gandum utuh sereal, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran. Makan buah-buahan dan sayuran lunak seperti pisang, labu, dan wortel. 3 6) Cairan diberikan sesuai kebutuhan dengan perhitungan 40ml/KgBB yaitu sebesar 2.240 ml. Cairan tambahan direkomendasikan dalam kasus dehidrasi yaitu kehilangan cairan melalui diare atau berkeringat. f) Rekomendasi Mikronutrien 1) Pemberian zat besi (8,4 mg), vitamin B12 (3,73 mg), dan folat (373,33 mcg) sesuai kebutuhan untuk mengatasi anemia. Sumber makanan yang dikonsumsi yaitu daging merah, unggas, kerang, telur, sayuran, lentil, kacang-kacangan, dan beberapa sereal.3 2) Pemberian vitamin A (606,66 RE) dan Zn (10,26 mg) sesuai kebutuhan. Tingkat vitamin A , B12, dan seng yang rendah terkait dengan perkembangan penyakit yang lebih cepat.5 3) Pemberian vitamin C sesuai kebutuhan yaitu 84 mg telah dikaitkan dengan peningkatan CD4 sehingga memperlambat perkembangan penyakit menjadi AIDS.6 4) Pemberian selenium (28 mcg) dan vitamin D (14 mcg) sesuai dengan kebutuhan karena selenium dan tingkat serum 25-hidroksi vitamin D dapat memperlambat perkembangan HIV.7 5) Pemberian vitamin B6 sesuai kebutuhan dikaitkaitkan dengan peningkatan kelangsungan hidup, memfasilitasi metabolisme dan penyerapan lemak dan protein; membantu membuat sel darah merah. 6) Pemberian kalsium sesuai kebutuhan yaitu sebesar 933 mg berfungsi untuk membangun tulang dan gigi yang kuat, penting untuk fungsi jantung dan otot, serta pembekuan darah dan kekebalan tubuh. Sumber makanannya yaitu susu, daun hijau, udang, ikan kering, kacang-kacangan, lentil, kacang polong, dll.2 7) Pemberian vitamin E sesuai kebutuhan yaitu 14 mcg/hari untuk melindungi struktur sel dan memfasilitasi resistensi melawan penyakit.2 2. Pemberian Konseling Gizi a) Konseling Saat Rawat Inap Tabel 9. Konseling Tn.S saat Rawat Inap Pelaksanaan Konseling Gizi Hari, tanggal Kamis, 23 April 2020 Jam Dilakukan pada jam 15.00 Tempat Di ruang Mawar 451 Topik Memberikan edukasi terkait diet untuk pasien Materi 1. Memberikan motivasi kepada Tn S pentingnya memenuhi asupan sesuai kebutuhan untuk kondisi tubuh dan penyakitnya 2. Memberikan penjelasan mudah mengenai penyakit Tn.S dan komplikasinya yang kemudian dikaitkan dengan kebutuhan gizi 3. Menjelaskan terkait dengan kegunaan pemberian diet rendah karbohidrat agar senantiasa keluarga dapat mendukung keberlangsungannya 4. Memberikan solusi untuk keluhan yang diderita Tn S berupa tips-tips mengatasi kesulitan karena sakit di area mulut 5. Menyarankan untuk melakukan aktivitas fisik agar pernafasannya dapat kian membaik 6. Memberikan tips-tips untuk menjaga hygine sanitasi yang baik Sasaran Tn S dan keluarga Waktu Penjelasan: 10 menit Tanya jawab: 5 menit Metode Diskusi dan tanya jawab Media Secara langsung, membawa leaflet Evaluasi Mengevaluasi asupan makan Tn S esok hari 3. Koordinasi dengan profesi kesehatan lain Tabel 10. Koordinasi dengan Profesi Kesehatan Lain Pertemuan Hal yang ke- dilakukan 1 Output Kesehatan - Mengetahui Diagnosis medis Tn. S Profesi diagnosis Dokter medis dan intervensi yang akan dilakukan berkaitan dengan penyakitnya - Mengetahui perkembangan dan manifestasi dari penyakit pasien 2 3 Kondisi fisik, Mendapatkan data untuk Perawat klinis pasien assessment AD dan PD Data Mendapatkan laboratorium laboratorium untuk dikaitkan kesehatan data Analis dengan penggunaan diet dan juga evaluasi diet. 5 Penyediaan menu Menu sampai kepada Tn. S Pramusaji sesuai tepat waktu dan sesuai dengan dengan preskripsi preskripsi diet diet dan tepat waktu C. IMPLEMENTASI 1. Jenis diet : Diet TKTP 2600 kkal dan Diet TKTP 3257,65 kkal 2. Bentuk makanan : Lunak 3. Menu Diet TKTP 3257,65 kkal Tabel 11. Rekomendasi Menu Tn.S Waktu Menu Bahan URT Berat (gram) Beras merah 1/4 cup 25 Pukul Wortel ¼ bh 30 07.00 Brokoli 1 ptg 30 Telur, ayam cincang, Telur puyuh 2 btr 20 dan tahu bacem Daging ayam 1 ptg sdg 40 Tahu 1 ptg kcl 40 Kecap 1 sdt 5 Jus jambu biji Jambu biji 1 bh bsr 100 Selingan Bubur kacang hijau Kacang hijau ½ cup 50 09.00 dan jagung Jagung 3 sdm 30 Santan 1 gls 200 Gula merah 2 sdm 10 Pisang Pisang 1 bh 50 Siang Nasi tim beras merah Beras merah 6 sdm 60 Pukul Sop campur Tahu 1 ptg bsr 100 Daging sapi 1 ptg 50 Wortel ¼ bh 30 Tempe 1 ptg sdg 50 Kecap 1 sdt 5 Markisa 1/2 bh 50 Semangka 1 ptg kcl 50 Alpukat ½ bh 50 Mangga ½ bh 50 Sirup pepaya 3 sdm 30 Pagi Bubur nasi merah 12.00 Tim tempe bacem Punch Buah Selingan Es batu Secukupnya Air 1 gls 200 Agar jelly 1 bks 20 Telur ayam 1 bh 50 Santan 1 bks 50 Gula pasir 1 sdm 10 Alpukat 1 sdm 100 Makaroni 1/2 gls 50 Keju 1 ptg 30 Susu ½ gls 100 Daging 1 ptg sdg 50 Wortel ¼ bh 30 Jamur ½ gls 50 Brokoli 1 ptg 50 Mentega 1 sdt 5 Pepaya Pepaya 1 bh 100 Jus buah susu Apel 1 bh 200 Susu full cream ½ gls 100 Pudding alpukat 15.00 Malam Sup pasta susu 18.00 Selingan 20.00 Tabel 12. Kecukupan Kebutuhan Rekomendasi Menu Zat Gizi E L P KH Serat Vit.A Vit.C B6 B12 Ca Fe Zn Kecukupan% 99 109 108 83 137 200 500 272 123 181 300 175 V. PERENCANAAN MONITORING – EVALUASI GIZI A. Antropometri (AD) Tabel 13. Monitoring Antropometri Indikator Berat Target Pencapaian - Tn. S tidak mengalami badan, penurunan berat badan IMT. dalam 3 hari kedepan. Metode - Dilakukan dengan penimbangan berat - Mempertahankan status gizi badan 3 hari setelah hari ini. B. Biokimia (BD) Tabel 14. Monitoring Biokimia Indikator Target Pencapaian Metode Hemoglobin, Kadar hemoglobin, - Dilakukan Hematokrit, eritrosit dan hematokrit pemeriksaan lab eritrosit selama 1 minggu oleh tenaga medis - lain setiap 1 minggu - Nilai MPV, Dapat nornal dalam Dilakukan RDW, MCV, beberapa waktu pemeriksaan oleh MCH Nilai leukosit tenaga medis lain, ahli Dapat nornal dalam gizi harus terus beberapa waktu memonitoring perkembangannya. C. Klinis/ fisik (PD) Tabel 15. Monitoring Fisik-Klinis Indikator Target Pencapaian Metode Denyut jantung Denyut jantung dan suhu Pengukuran dilakukan dan suhu berangsung normal dalam dengan pemeriksaan rutin 3 3 hari hari sekali oleh perawat dan terus dipantau Batuk, sesak nafas Batuk dan sesak nafas membaik dalam 1 minggu Sariawan, Sariawan dan stomatitis stomatitis membaik dan mampu makan dengan baik perkembangannya oleh ahli gizi. D. Asupan makanan (FH) Tabel 16. Monitoring Asupan Makan Indikator Target Pencapaian Metode Asupan makan Asupan makan Tn S dalam Dilakukan dengan seminggu dapat membaik pengecekan langsung sisa dan adekuat (minimal makanan atau recall sehari menghabiskan ≥80% sekali setelah makan. makanan yang disediakan) Cairan Asupan cairan Tn S dapat Dilakukan dengan mencukupi kebutuhan pengecekan langsung dan hariannya sebesar ±2,5 L juga berkoordinasi dengan bagian yang memberikan cairan intravena setiap hari. VI. PEMBAHASAN KASUS Tn. S (37 tahun) didiagnosis HIV sejak setahun lalu. Kemudian setelah masuk RS karena datang dengan tanda dan gejala baru akhirnya dilakukan pemeriksaan ulang, pasien didiagnosa medis pneumonia dan kandidiasis oral. HIV adalah virus yang bekerja lambat yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk masuk ke tubuh seseorang dan menghasilkan penyakit. Orang yang terinfeksi HIV sistem pertahanannya akan terganggu dan seiring waktu, virus lain, bakteri, jamur, dan parasit akan memanfaatkan kesempatan ini untuk semakin melemahkan tubuh dan menyebabkan berbagai penyakit dan kondisi, seperti pneumonia, TB, kanker, kandidiasis mulut, diare, herpes oral luka, dan pengecilan otot. Inilah sebabnya mengapa infeksi dan kondisi yang ditemukan pada terinfeksi HIV individu disebut oportunistik. Saat ini, tidak ada obat untuk HIV / AIDS atau vaksin untuk mencegah infeksi HIV. Beberapa terapi dapat mencegah, mengobati, atau bahkan menyembuhkan banyak infeksi oportunistik dan meringankan gejala yang terkait dengan HIV / AIDS seperti demam, batuk, gatal, nafsu makan buruk, sulit bernapas atau menelan, dan diare kronis. Tahapan HIV Tn.S sudah memasuki stage 3 symptomatic dimana sudah mengalami penurunan berat badan, diare kronis, demam yang berkepanjangan, kandiasis oral, dan pneumonia.3 Pada awal masuk rumah sakit Tn.S mendapatkan skrining dengan metode MST karena merupakan salah satu skrining gizi yang cepat, mudah dan cocok digunakan untuk pasien di rumah sakit. Skor yang didapatkan yaitu 2 sehingga tergolong malnutrisi dan diperlukan asuhan gizi lebih lanjut. Dilihat dari pengukuran antropometri Tn.S memiliki berat badan 56 kg dengan tinggi badan 168 dan LiLA 22 cm. Berdasarkan data tersebut didapatkan status gizi berdasarkan IMT yang tergolong normal yaitu 19,84 kg/m2. Sedangkan jika status gizi dihitung berdasarkan persentil LiLA didapatkan hasil 67,48% dimana itu tergolong gizi buruk. Kemudian sejak 2 bulan ini Tn.S mengalami penurunan berat badan sebesar 3 kg atau sekitar 5%. Penurunan berat badan pada HIV dipengaruhi oleh peningkatan REE, pengurangan asupan makanan, malabsorbsi nutrisi, perubahan metabolisme yang kompleks, dan pemborosan zat gizi terkait dengan infeksi oportunistik.2 Berdasarkan data biokimia Tn. S Nilai biokimia untuk Hb, Ht, MCV, RDW, MCH, MPV, leukosit, dan eritrosit rendah. Nilai hemoglobin yang rendah menandakan terjadinya anemia yang merupakan keadaan dimana jumlah sel darah merah tidak mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh, konsekuensinya ialah penurunan kapasitas angkut oksigen. Nilai hematokrit yang rendah adalah sebanding dengan terjadinya anemia, dimana hematokrit penting untuk mengevaluasi anemia. Terdapat tiga mekanisme terjadinya anemia pada infeksi HIV: penurunan produksi sel darah merah, peningkatan destruksi sel darah merah, dan prosuksi sel darah merah yang inefektif. Penurunan produksi eritrosit kemungkinan disebabkan oleh infiltrasi sumsum tulang oleh neoplasma, atau infeksi pengobatan myelosupresive, penurunan produksi eritropeitin endogen, atau infeksi HIV itu sendiri. Selanjutnya peningkatan destruksi eritrosit (hemolisis) atau destruksi imatur dari eritrosit di lien sering terjadi pada infeksi HIV, anemia hemolitik dapat disebabkan oleh auto antibodi eritrosit dan hemolisis juga mungkin berkembang dari obat-obatan yang dikonsumsi. Kemudian produksi eritrosit yang inefektif dapat disebabkan oleh defisiensi nutrisi yang menjadi bahan baku pembentuk eritrosit, sehingga anemia akibat hal ini disebut anemia nutrisional atau paling sering adalah defisiensi zat besi, asam folat dan Vitamin B12.5 Kemudian leukosit dari Tn.S yang rendah dapat disebabkan karena infeksi virus, stress atau infeksi oportunistik. Mean Corpuscular Volume (MCV) mengukur besar ratarata sel darah merah. MCV yang rendah berarti ukuran sel darah merahnya lebih kecil dari ukuran normal. Biasanya hal ini disebabkan oleh kekurangan zat besi atau penyakit kronis. Sedangkan Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) masing-masing mengukur jumlah dan kepekatan hemoglobin. Sementara Red Blood Cell Distribution Width (RDW) mengukur kisaran ukuran sel darah merah. Hasil tes ini dapat membantu mendiagnosis jenis anemia dan kekurangan beberapa vitamin.8 Pemeriksaan RDW dan MPV relatif sering dilakukan, RDW memiliki hubungan yang kuat dengan biomarker infamasi lain seperti laju endap darah (LED)2 dan C-reactive protein (CRP). Biomarker RDW dan MPV terbukti berhubungan dengan berbagai penyakit inflamasi, termasuk pneumonia. Dimana nilai RDW dengan satuan % diukur menggunakan metode flow cytometry dengan nilai normal 11,5-14,5%.9 Nilai MPV dengan satuan fL diukur menggunakan metode flow cytometry dengan nilai normal 7,0-11,0 fL.10 Berdasarkan pengkajian fisik/klinis Tn. S mengalami keluhan terkait dengan penyakitnya seperti batuk, demam, lemas, sesak nafas, sariawan, stomatitis, dan BAB cair. Selain itu tanda vital Tn.S untuk denyut nadi dan suhu tergolong tinggi. Tanda-tanda tersebut merupakan serangkaian kondisi yang menandai derajat keparahan dari HIV yang diderita Tn.S, dimana tahapan HIV Tn.S sudah memasuki stage 3 symptomatic yang ditandai dengan penurunan berat badan, diare kronis, demam yang berkepanjangan, kandiasis oral, dan pneumonia. Batuk berkepanjangan dan sesak nafas merupakan salah satu manifestasi dari komplikasi pneumonia Tn.S. Sedangkan kondisi lemas yang dialami Tn.S diduga sebagai dampak dari anemia, kelelahan pada infeksi HIV berkaitan dengan gangguan fungsional fisik, distres psikologi dan penurunan kulitas hidup. Meskipun penyebab kelelahan pada anemia bersifat multifaktorial, namun diduga anemia merupakan penyebab paling berpengaruh ada kelelahan.5 Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa asupan Tn.S sebelum masuk RS untuk energi, protein, karbohidrat, lemak dan serat kurang dari kebutuhan. Asupan yang kurang ini dapat dikaitkan dengan penurunan nafsu makan yang dialami Tn.S yang disebabkan oleh komplikasi penyakit infeksi yang dideritanya terutama yang terjadi pada mulut seperti sariawan, stomatitis, dan kandiasis oral. Selain itu juga dapat disebabkan karena efek obat ARV yang rutin dikonsumsi, dimana salah satu dampaknya adalah penurunan nafsu makan. Sedangkan Asupan MRS Tn. S tidak diketahui secara jelas, hanya diketahui obat-obatan yang dikonsumsi, yang menjadi perhatian adalah saat ini pengobatan ARV Tn.S dihentikan. Penghentian obat tersebut dikarenakan baru ditegakannya diagnosis infeksi opportunistik Tn.S sehingga pemberian ARV setidaknya diberikan lagi 2 minggu setelah pengobatan infeksi tersebut.11 Berdasarkan data assesmen maka diagnosis masalah Tn.S yaitu Peningkatan Kebutuhan Zat Gizi (NI-5.1) berkaitan dengan peningkatan permintaan zat gizi karena infeksi kronis sebagai komplikasi penyakit HIV yang ditandai dengan BAB yang encer, penurunan berat badan yang tak terduga (5% dalam 2 bulan), asupan makan yang tidak memenuhi kebutuhan zat gizi, kondisi terkait dengan HIV (sariawan, stomatitis, kandiasis oral, sesak nafas, pneumonia, batuk, dan demam). Dan Perubahan Nilai Laboratorium terkait Gizi (NC-2.2) berkaitan dengan perubahan metabolik akibat penyakit HIV dan pneumonia yang ditandai oleh hemoglobin rendah (9,7 g/dL), hematocrit rendah (28,9%), MCV rendah (73 µm3), Eritrosit rendah (4 juta/ mm3), leukosit rendah (2,5 ribu/mm3), MCH rendah (24,3 pg), dan RDW tinggi (16,2%) Berdasarkan diagnosis tersebut intervensi yang dilakukan yaitu pemberian diet TKTP 3257,65 kkal yang dimulai dari pemenuhan 80% kebutuhan. Diet yang diberikan bertekstur lunak hal itu karena kemampuan makan Tn.S yang kurang baik, yaitu adanya luka pada bagian mulut. Pemberian makronutrien yang pertama yaitu energi diberikan tinggi yang didapatkan melalui perhitungan REE (mifflin) + 20% (HIV simtomatik) + 13% (demam) yang disesuaikan dengan faktor aktivitas dan faktor stres. Penambahan REE 20% karena peningkatan metabolisme, peningkatan kebutuhan energi, dan penipisan nutrisi. Efek ini sering terjadi secara sinergis dan hasilnya adalah penurunan berat badan. Sedangkan penambahan 13% berikutnya adalah untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi akibat demam yang dialami Tn. S. Makronutrien berikutnya yaitu lemak diberikan tinggi 30% dari total kalori yaitu sebesar 108,58 gram, namun dapat diberikan bertahap yaitu sebesar 86,6 gram (80% dari kebutuhan). Lemak tinggi diberikan karena bukti menunjukkan bahwa oksidasi lemak meningkat seiring dengan infeksi HIV.4 Sumber asam lemak Omega-3 dianjurkan untuk membantu mengurangi efek peradangan serta meningkatkan profil lipid. Tingkatkan lemak tak jenuh yang ada pada minyak nabati, biji-bijian, kacang-kacangan, selai kacang dan alpukat. Kemudian kurangi lemak jenuh yang ditemukan pada daging, susu murni dan keju, kemudian juga juga minyak trans.3 Protein diberikan tinggi yang dihitung dengan 2,0 x KgBB dengan tambahan 10% yaitu sebesar 123,2 g/hari karena termasuk ke dalam HIV dengan Infeksi Oportunistik. Jumlah dan jenis protein yang direkomendasikan didasarkan pada kebutuhan untuk pemeliharaan dan penyimpanan protein. Protein tambahan kemungkinan dibutuhkan dalam beberapa kasus inflamasi dan demam. Kemudian kehilangan protein akibat peningkatan kebutuhan karena infeksi harus dipulihkan dengan peningkatan asupan protein.12 Pemberian asupan karbohidrat merupakan hasil pengurangan antara jumlah energi dengan kebutuhan lemak dan protein yaitu sebesar 446,88 gram atau sebesar 55% dari total kalori, pemberian ini dilakukan bertahap dimulai dengan 331,95 gram. Karbohidrat dipecah dalam tubuh menjadi glukosa (kadang-kadang disebut gula). Ini adalah sumber utama energi. Sebaiknya menghindari diet kaya karbohidrat sederhana seperti daging merah dan olahan, desserts, serta kentang goreng karena dapat memperparah sesak nafas.5 Selanjutnya pemberian serat sesuai kebutuhan yaitu sebesar 33,6 gram/hari. Konsumsi berserat tinggi juga dapat memepertahankan cairan yang hilang akibat diare. Sumber serat tinggi seperti roti gandum, gandum utuh sereal, kacang-kacangan, buahbuahan dan sayuran. Makan buah-buahan dan sayuran lunak seperti pisang, labu, dan wortel. Cairan diberikan sesuai kebutuhan dengan perhitungan 40ml/KgBB yaitu sebesar 2.240 ml. Cairan tambahan direkomendasikan dalam kasus dehidrasi yaitu kehilangan cairan melalui diare atau berkeringat. Minum lebih banyak cairan oralit untuk mencegah dehidrasi.3 Rekomendasi mikronutrien untuk Tn. S yaitu pemberian zat besi (8,4 mg), vitamin B12 (3,73 mg), dan folat (373,33 mcg) sesuai kebutuhan untuk mengatasi anemia. Pemberian vitamin A (606,66 RE) dan Zn (10,26 mg) sesuai kebutuha. Tingkat vitamin A. B12, dan seng yang rendah terkait dengan perkembangan penyakit yang lebih cepat. Kemudian pemberian vitamin C sesuai kebutuhan yaitu 84 mg telah dikaitkan dengan peningkatan CD4 sehingga memperlambat perkembangan penyakit menjadi AIDS. 6 Pemberian selenium (28 mcg) dan vitamin D (14 mcg) sesuai dengan kebutuhan karena selenium dan tingkat serum 25-hidroksi vitamin D dapat memperlambat perkembangan HIV.7 Pemberian vitamin B6 sesuai kebutuhan dikaitkaitkan dengan peningkatan kelangsungan hidup, memfasilitasi metabolisme dan penyerapan lemak dan protein, serta membantu membuat sel darah merah. Pemberian kalsium sesuai kebutuhan yaitu sebesar 933 mg berfungsi untuk membangun tulang dan gigi yang kuat, penting untuk fungsi jantung dan otot, serta pembekuan darah dan kekebalan tubuh. Sumber makanannya yaitu susu, daun hijau, udang, ikan kering, kacang-kacangan, lentil, kacang polong, dll. Pemberian vitamin E sesuai kebutuhan yaitu 14 mcg/hari untuk melindungi struktur sel dan memfasilitasi resistensi melawan penyakit. 2 Selain diberikan preskripsi diet, Tn. S juga diberikan konseling gizi yang dilakukan ahli gizi secara langsung di ruang instalasi gizi agar Tn. S mendapatkan edukasi lebih lanjut mengenai penyakitnya dan juga jenis diet yang dianjurkan, akhir dari sesi konseling itu diharapkan Tn. S dapat meningkatkan asupannya. Kemudian konseling juga dilakukan saat Tn. S dengan keluarganya agar dapat membantu dan mendukung pola makan dan kebiasaan makan yang sesuai anjuran sehingga terciptanya status gizi dan kesehatan yang baik. Selanjutnya dilakukan monitoring dan evaluasi dari segi antropometri, biokimia, fisik/klinis hingga perilaku makannya dimana hal itu tentu saja membutuhkan bantuan tenaga medis dan kesehatan lain. VI. KESIMPULAN Berdasarkan data dari hasil pengamatan studi kasus Tn. S dapat diambil kesimpulan bahwa Tn. S mengalami malnutrisi berdasarkan hasil skrining MST. Tn. S memiliki diagnosis awal Obs. Dyspnea dd TB Paru, Febris (demam), dan HIV yang kemudian dilakukan pemeriksaan ulang dan mendapat didiagnosa medis pneumonia dan kandidiasis oral. Hasil assessment teridentifikasi masalah bahwa Tn. S memiliki masalah pada asupan, dan abnormalitas laboratorium. Kondisi tersebut yang mendasari intervensi diet TKTP Tn.S dengan tekstur lunak secara bertahap dimulai dari pemenuhan 80% kebutuhan kemudian berlanjut hingga 100% pemenuhan kebutuhan. Dalam pelaksanaannya dibantu oleh berbagai tenaga kesehatan lain dan dimonitoring secara berkala berdasarkan antropometri, biokimia, fisik-klinis, dan asupannya. LAMPIRAN 1. LEAFLET 2. PERHITUNGAN STATUS GIZI PERSENTIL LLA πΏπΏπ΄ πππ‘π’ππ %deviasi dari standar = πππππ π π‘πππππ (ππππ’ βπππ£πππ) x 100% 22 = 32,6 x 100% = 67,48% (Gizi Buruk) 3. PERHITUNGAN KEBUTUHAN GIZI a. Perhitungan REE (Mifflin) REE = (10 x BB) + (6,25 x TB) – (5 x Umur) + 5 = (10 x 56) + (6,25 x 168) – (5 x 37) + 5 = 560 + 1.050 – 185 + 5 = 1430 kkal REE (HIVsimtomatik) = REE + 20%(REE) = 1.430 + (20% x 1.430) = 1.430 + 286 = 1.716 kkal REE (koreksi demam) = REE + 13% REE = 1.716 + (13% x 1716) = 1.716 + 223,08 = 1.939 kkal b. Energi = REE x FA x FS = 1.939 x 1,2 x 1,4 = 3.257,65 kkal c. Protein = 2,0 x KgBB (+10%) = (2,0 x 56) + 10%(2,0 x 56) = 123,2 gram d. Lemak = 30% x Energi : 9 = 30% x 3.257,65 kkal : 9 = 108,58 gram e. Karbohidrat = Energi – (protein + lemak) = 3.257,65 kkal – (492,8 + 977,29) = 1.787,55 : 4 = 446,88 gram 4. HASIL ANALISIS RECALL a. Recall 1 ========================================================== Result ========================================================== Nutrient analysed recommended percentage value value/day fulfillment _________________________________________________________________ energy 1287,1 kcal 2198,9 kcal 59 % PUFA 9,6 g cholesterol 93,1 mg protein 63,0 g(19%) 46,0 g(12 %) 137 % fat 25,6 g carbohydr. 204,4 g dietary fiber 6,1 g retinol 39,9 µg phytic acid 1198,0 mg calcium 207,6 mg 1200,0 mg 17 % magnesium 226,6 mg 280,0 mg 81 % niacineequiv. 0,0 mg 15,0 mg 0% zinc 5,9 mg 12,0 mg 49 % iron 6,3 mg 15,0 mg 42 % Vit. B1 0,6 mg 1,1 mg 50 % Vit. B2 0,5 mg 1,3 mg 41 % niacine 13,1 mg Vit. B6 1,1 mg 1,6 mg 71 % pantoth. acid 3,2 mg tot. fol.acid 124,0 µg Vit. B12 1,1 µg 2,0 µg 56 % Vit. C 31,9 mg 60,0 mg 53 % Vit. A 120,4 µg 800,0 µg 15 % b. Recall 2 ========================================================== Analysis of the diet pla ========================================================== Food Amount energy carbohydr. _________________________________________________________________ nasi putih ikan kakap cabe merah tomato. cherry. fresh daun kemangi mentah belimbing wuluh jagung muda berjanggel 50 g 50 g 5g 10 g 5g 30 g 80 g 65,0 kcal 41,9 kcal 1,4 kcal 2,1 kcal 1,1 kcal 9,6 kcal 47,2 kcal 14,3 0,0 0,3 0,5 0,3 2,2 11,0 g g g g g g g teh gula pasir 5g 20 g 2,5 kcal 77,4 kcal 0,5 g 20,0 g Meal analysis: energy 248,2 kcal (100 %), carbohydrate 49,0 g (100 %) ========================================================== Result ========================================================== Nutrient analysed recommended percentage value value/day fulfillment _________________________________________________________________ energy 248,2 kcal 2198,9 kcal 11 % PUFA 0,4 g cholesterol 22,0 mg protein 12,1 g(19%) 46,0 g(12 %) 26 % fat 1,2 g carbohydr. 49,0 g dietary fiber 1,8 g retinol 5,5 µg phytic acid 79,2 mg calcium 17,4 mg 1200,0 mg 1% magnesium 48,0 mg 280,0 mg 17 % niacineequiv. 0,0 mg 15,0 mg 0% zinc 0,7 mg 12,0 mg 6% iron 0,7 mg 15,0 mg 5% Vit. B1 0,2 mg 1,1 mg 16 % Vit. B2 0,1 mg 1,3 mg 7% niacine 2,0 mg Vit. B6 0,2 mg 1,6 mg 14 % pantoth. acid 0,8 mg tot. fol.acid 29,4 µg Vit. B12 0,4 µg 2,0 µg 20 % Vit. C 15,4 mg 60,0 mg 26 % Vit. A 50,5 µg 800,0 µg 6% 5. HASIL ANALISIS REKOMENDASI MENU ============================================================== Analysis of the diet pla ============================================================== Food Amount energy carbohydr. _______________________________________________________________________ SARAPAN beras merah giling carrot broccoli telur puyuh daging ayam 50 g 30 g 30 g 20 g 40 g 179,0 kcal 13,5 kcal 8,4 kcal 37,0 kcal 114,0 kcal 37,6 3,2 1,5 0,3 0,0 g g g g g tahu kecap jambu biji 40 g 5g 100 g 30,4 kcal 3,0 kcal 50,9 kcal 0,8 g 0,3 g 11,9 g Meal analysis: energy 436,1 kcal (13 %), carbohydrate 55,5 g (15 %) SELINGAN PAGI kacang hijau jagung kuning pipil baru santan (kelapa dan air) gula aren pisang raja 50 g 30 g 200 g 10 g 50 g 58,0 kcal 32,4 kcal 212,2 kcal 36,9 kcal 46,0 kcal 10,4 7,5 9,2 9,4 11,7 g g g g g 45,1 0,0 3,2 1,9 8,5 0,3 18,8 5,6 3,6 3,7 8,5 2,9 g g g g g g g g g g g g 0,0 0,6 7,6 10,0 7,4 g g g g g 35,4 0,4 51,6 0,0 3,2 2,5 2,5 0,0 9,8 g g g g g g g g g Meal analysis: energy 385,5 kcal (12 %), carbohydrate 48,3 g (13 %) SIANG beras merah giling daging sapi carrot tahu tempe kedele murni kecap gula aren passion fruit semangka avocado mangga masak papaya syrup 60 g 50 g 30 g 100 g 50 g 5g 20 g 50 g 50 g 50 g 50 g 30 g 214,8 kcal 134,4 kcal 13,5 kcal 76,0 kcal 99,5 kcal 3,0 kcal 73,8 kcal 21,5 kcal 16,0 kcal 80,5 kcal 32,5 kcal 11,7 kcal Meal analysis: energy 777,4 kcal (24 %), carbohydrate 102,1 g (27 %) SELINGAN SIANG agar jelly telur ayam santan (kelapa saja) gula pasir avocado 20 g 50 g 50 g 10 g 100 g 0,0 kcal 77,6 kcal 177,0 kcal 38,7 kcal 161,1 kcal Meal analysis: energy 454,3 kcal (14 %), carbohydrate 25,5 g (7 %) MALAM makaroni cheese hard whole milk (chedd susu dancow daging ayam carrot broccoli jamur coklat mentah mentega pepaya 50 g 30 g 100 g 50 g 30 g 50 g 50 g 5g 100 g 176,5 kcal 120,9 kcal 463,9 kcal 142,4 kcal 13,5 kcal 14,0 kcal 13,5 kcal 35,5 kcal 39,0 kcal Meal analysis: energy 1019,2 kcal (31 %), carbohydrate 105,4 g (28 %) SELINGAN MALAM apel minuman susu ultra / ultra milk 200 g 100 g 118,1 kcal 66,0 kcal 30,6 g 4,8 g Meal analysis: energy 184,0 kcal (6 %), carbohydrate 35,4 g (10 %) =============================================================== Result =============================================================== Nutrient analysed recommended percentage value value/day fulfillment _______________________________________________________________________ _______ energy 3256,6 kcal 2198,9 kcal 148 % PUFA 17,8 g protein 133,4 g(16%) 46,0 g(12 %) 290 % fat 118,7 g carbohydr. 372,2 g dietary fiber 46,3 g retinol 841,5 µg phytic acid 2444,5 mg calcium 1697,5 mg 1200,0 mg 141 % magnesium 723,3 mg 280,0 mg 258 % niacineequiv. 0,0 mg 15,0 mg 0% zinc 18,3 mg 12,0 mg 153 % iron 32,5 mg 15,0 mg 216 % Vit. B1 1,8 mg 1,1 mg 168 % Vit. B2 2,5 mg 1,3 mg 191 % niacine 27,5 mg Vit. B6 3,3 mg 1,6 mg 209 % pantoth. acid 11,2 mg tot. fol.acid 495,6 µg Vit. B12 4,6 µg 2,0 µg 230 % Vit. C 426,7 mg 60,0 mg 711 % Vit. A 1302,3 µg 800,0 µg 163 % DAFTAR PUSTAKA 1. Herawati, Triwahyu S, Alamsyah A. Metode Skrining Gizi di Rumah Sakit dengan MST lebih Efektif Dibanding SGA. Malang: Program Magister Manajemen Rumah Sakit Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. 2014; 28(1). 2. HIV/AIDS: A Guide For Nutritional Care and Support. 2nd Edition. Food and Nutrition Technical Assistance Project, Academy for Educational Development,Washington DC, 2004. 3. Cheung Pauline, Gonzalez Monica, Grant Sonia M, dkk. “Eating Tips” A Nutrition Guide for People Living with HIV/AIDS. New York Amerika Serikat: God’s Love We Deliver. 2010. 4. Mahan LK, dan Escott-Stump S. Krause’s Food, Nutrition and Diet Therapy. 14th Ed. Philadelphia Pennsylvania, Saunders. USA. 2017. 5. Fasitasari, Minidian. "Terapi gizi pada lanjut usia dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)." Sains Medika 5.1 (2013): 50-61. 6. Coyne-Meyers K, Trombley LE: A review of nutrition in human immunodeficiency virus infection in the era of highly active antiretroviral therapy, Nutr Clin Prac 19:340, 2004. 7. Baum MK, et al: Effect of micronutrient supplementation on disease progression in asymptomatic antiretroviral-naïve, HIV-infected adults in Botswana: a randomized clinical trial, JAMA 310:2154, 2013. 8. Hitung Darah Lengkap. Yayasan Spiritia. 2014. Diakses pada http://spiritia.or.id/artikel/detail/9. 9. Braun E, Kheir width a prognostic predictor in adult patients with community acquired Pneumonia? BMC Infec Dis 2014;14:129. 10. Karadag-Oncel E, Ozsurekci Y, Kara A, Karahan S, Cengiz AB, Ceyhan M. The value of mean platelet volume in the determination of community acquired pneumonia in children. Ital J Pediatr 2013;8:39-116. 11. Tim Penyusun. Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2011. 12. Nelms, Marcia, et al. Nutrition Theraphy and Pathophysiology 2e. 2011.