TUGAS PROGRAM STUDI MANAJEMEN RUMAH SAKIT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TA. 2018/2019 Mata Ujian : Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Saskit (MPPI) Dosen : TIM Nama : SONI BUDIYONO NIM : 20181030056 Tanda tangan : Apa yang anda ketahu tentang PPI di ICU, HD, OK dan rawat Inap a. PPI di ICU ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang khusus untuk pasien krisis yang memerlukan perawatan intensif dan observasi berkelanjutan. HCU ( High Care Unit ) adalah ruang perawatan pasien ICU yang dianggap sudah menunjukkan perbaikan tetapi masih dalam pengawasan ketat. Kondisi pasien di ICU : Pasien di Ruang ICU kritis. Daya tahan tubuh menurun Peralatan banyak terpasang Resiko infeksi tinggi EPIDEMIOLOGI Kennedy menggambarkan bahwa ICU “ epidemiological jungle” Pseudomonas aeruginosa 13 % Staphylococcus aureus 12 % Coagulase negative staphylococci 10% Candida 10 % Enterococi 9 % Enterobacter 8 % TUJUAN Untuk mencegah /meminimalkan terjadinya HAIs pada pasien, petugas dan pengunjung di Intensive Care Unit Cost-effectiveness PREVALENSI Prevalensi infeksi nosokomial di RS 6 % 20 % terjadi di ruang ICU, walaupun ruang ICU hanya memiliki 5 % dari seluruh tempat tidur di RS Kejadian infeksi nosokomial 5 sampai 10 kali lebih besar di ruang ICU dari pada Ruang rawat (general ward). DAMPAK Meningkatkan Biaya. Meningkatnya angka kesakitan. Meningkatnya angka kematian. Lebih dari 80.000 kematian setiap tahunnya karena infeksi nosocomial SITE INFECTION Pneumonia /Respiratory system 31 % UTI /Urinary Tract 24 % Septicemia/Bloodstream 16 % FAKTOR- FAKTOR KONTRIBUSI Beratnya penyakit Stress physiological & Psychological Usia / Umur Penggunaan antibiotika Prophylaxis for stress ulcer Sleep Deprivation Malnutrition Under staffing STRATEGI PENCEGAHAN &PENGENDALIAN INFEKSI DI RUANG ICU Engineering control Design and layout Space ruangan cukup memadai,minimal 20 m2 Idealnya setiap pasien di tempatkan di kamar terpisah Fasilitas kebersihan tangan dan pengering tangan memadai Minimal ada satu ruang isolasi/ enam pasien dengan fasilitas negative dan positif tekanan udara ventilasi Ada akses ke ruang operasi dan CSSD Ada Sharp container ditempatkan di troli tindakan Terpisah ruang clean and dirty utility setiap tempat tidur ada cairan handrub Administrative control Menerapkan Kewaspadaan Isolasi Pendidikan dan Pelatihan PPI Kegiatan Surveilans Kegiatan Audit Menerapkan Bundles HAIs Penggunaan Antimikroba rasional Penerapan Kewaspadaan Isolasi Kewaspadaan Standar Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi PERALATAN KESEHATAN Segera lakukan dekontaminasi peralatan yang sudah dipakai/ terkontaminasi Segera buang peralatan yang sekali pakai sesuai prosedur Segera bersihkan permukaan troley setelah selesai melakukan tindakan Petugas Pelayanan Kesehatan Sehat, tidak dalam kondisi sakit yang memungkinkan menularkan kepada pasien Tidak ada bukti memakai pakaian khusus menurunkan angka HAIs Tidak ada bukti menggunakan sepatu khusus menurunkan HAIs Jaga kuku tetap pendek Hindari pemakaian cat kuku dan kuku palsu Hindari pemakaian cincin dan gelang Lotion dapat digunakan untuk menghindari dermatitis dari pemakaian detergen atau sarung tangan Pasien dan keluarga Ajarkan pasien dan keluarga tentang PPI secara umum Ajarkan kepada pasien & pengunjung pentingnya HH Keluarga pasien tidak diizinkan menunggu di ruang ICU Anjurkan keluarga pasien melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah berkunjung Pengunjung dalam kondisi sakit tidak diperkenankan berkunjung Lingkungan Segera bersihkan permukaan lingkungan yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh pasien Bersihkan tempat tidur setiap hari Bersihkan peralatan pasien Pertahankan udara lingkungan memadai Batasi jumlah personil di ruangan Batasi jumlah pengunjung, maksimum dua orang sekali berkunjung Antibiotic Control Batasi pemilihan antibiotic Terapi berdasarkan hasil kultur Kontrol kualitas dari antibiotic Ganti ke terapi oral selekas mungkin Antibiotik yang rasional b. PPI di HD Pendahuluan Hemodialisa (HD) merupakan unit yang beresiko tinggi terhadap terjadinya penularan bloddborne viruses (Hep B, Hep C dan HIV) baik bagi para pasien maupun petugas, Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) serta penyakit yang ditularkan melalui udara. Infeksi dapat terjadi karena beberapa faktor vasculer access, penggunaan : aseptic tehnique dalam pemasangan vasculer access secara berulang - ulang, pemakaian ruangan & alat-alat secara bersama, minimnya physical barirer diantara pasien , daya tahan tubuh menurun, sering dirawat di RS, kepatuhan petugas dalam menerapkan kewaspadaan isolasi dalam praktek sehari-hari. Diperlukan adanya program PPI yang komprehensif, diketahui & diimplementasikan oleh seluruh petugas Perlu adanya Tim PPI sebagai motor penggerak dalam membuat, melaksanakan & mengevaluasi program PPI. A. Tujuan Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi. Pentingnya pencegahan & pengendalian infeksi di Unit Hemodialisa. Menurunkan/meminimalkan Healthcare Associated Infections (HAIs ) fokus pada Hep B, Hep C, HIV baik pada pasien maupun petugas Menurunkan/meminimalkan IADP, dan infeksi pada vasculer acces B. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi di Unit Hemodialisa Kompetensi petugas belum sesuai Tindakan insersi dilakukan secara berulang-ulang Penggunaan sarana & alat-alat secara bersama-sama Kurangnya fisical barrier di ruang HD Adanya penyakit penyerta seperti : DM, TBC, Sirosis Hepatis Daya tahan tubuh pasien menurun Pasien sering dirawat di RS Kurang patuhanya petugas dalam menerapkan kewaspadaan isolasi C. PPI di Unit Hemodialisa Fokus pada : Petugas Prosedur tindakan : Inisiasi , pelaksanaan selama dialisa sampai terminasi, procedure Re : Perawat da dokter Use dialyzer penatalaksanaanalat-alat & fasilitas pasien & keluarga Meliputi : 1. Pemberian edukasi 2. Penerapan kewaspadaan isolasi 3. Pencegahan infeksi vasculer acces, IADP dan penularan Hep B, Hep C dan HIV 4. Penyuntikan yang aman 5. Cleaning & desinfeksi alat & lingkungan 6. Skrining & imunisasi 7. Penempatan pasien 8. Penatalaksanaan water treatment 9. Dializer pakai ulang ( Re-Use ) 1) Edukasi Seluruh petugas HD, pasien & keluarga harus mendapatkan edukasi tentang Pencegahan & Pengendalian Infeksi di HD → diimplementasikan → dimonitor → evaluasi. Edukasi dilakukan secara berulang-ulang sampai menjadi suatu kebiasaan. Dokter & Perawat : - Kewaspadaan Isolasi & Surveillance - Pencegahan & penanganan tertusuk jarum/benda tajam - Bundle IADP Petugas Laundry: - Cara penularan penyakit - Kebersihan tangan & etika batuk - Alat Pelindung Diri (APD) - Penanganan linen - Pencegahan & penanganan tertusuk jarum/benda tajam Tehnisi : - Cara penularan penyakit - Kebersihan tangan & etika batuk - Alat Pelindung Diri APD) Untuk Cleaning Service : - Cara penularan penyakit - Kebersihan tangan & etika batuk - Alat pelindung diri - Cleaning & desinfeksi - Penatalaksanaan sampah infeksi & non infeksi Pasien & Keluarga : - Personal hygiene - Hand hygiene - Etika batuk - Tanda-tanda infeksi & perawatan vasculer acces 2) Kewaspadaan Isolasi Kewaspadan Standard a. Kebersihan tangan b. Penggunaan Alat Pelindung Diri c. Penataksanaan peralatan perawatan pasien d. Penanganan Linen e. Pengendalian lingkungan f. Penanganan limbah g. Penempatan pasien h. Penyuntikan yang aman i. Etika batuk j. Perawatan akses vascular : Cimino,Cateter double Lumen (CDL) Kewaspadaan berdasarkan transmisi a. Airborne b. Droplet c. Kontak 3) Pencegahan infeksi vasculer acces, IADP dan penularan Hep B, Hep C dan HIV Petugas harus mempunyai kompetensi dibidangnya Petugas melakukan kebersihan tangan dengan tepat & benar ( 5 moment & 6 langkah → guideline WHO) Menggunakan sabun anti mikroba Petugas menggunakan sarung tangan, masker & pasien menggunakan masker pada saat tindakan insersi Inspeksi & palpasi dilakukan sebelum melakukan desinfeksi & bila lokasi insersi terkontaminasi lakukan disinfeksi ulang Disiplin dalam menerapkan Bundels IADP Desinfeksi CDL dengan kasa bethadin selama 5 mnt sebelum dilepas/dibuka Segera ganti CDL dengan akses yang permanen (cimino, graff) Akses Vascular tdk boleh digunakan untuk tujuan lain (injeksi, transfusi, infus, ambil darah) Gunakan peralatan ( alkohol, betadin, plester, gunting, klem, kasa roll) untuk pasien yang sama .Kuku harus pendek, tdk pakai quitex, cincin (bakteri,virus,jamur masih menempel pada bahan tersebut & tdk hilang walaupun sdh cuci tangan→ suatu study Melakukan tindakan dialisis pada pasien dengan HBsAg positif secara terpisah baik petugas, ruang, mesin maupun alat- alat . Melakukan cleaning & desinfeksi mesin & alat-alat sesuai dengan prosedur (tidak menyingkat prosedur) Menggunakan cairan desinfektan yang sesuai Melakukan skrining terhadap serologi secara berkala & memberikan vaksinasi Hep B bila diperlukan. 4) Penyuntikan yang aman Menerapkan aseptic technique Semua alat suntik yang dipergunakan harus satu kali pakai untuk satu pasien dan satu prosedur Menggunakan cairan pelarut/flushing hanya untuk satu kali Mengguunakan single dose untuk obat-obat injeksi (bila memungkinkan) Tidak memberikan obat-obat single dose kepada lebih dari satu pasien atau mencampur obat-obat sisa dari vial/ampul untuk pemberian berikutnya Bila harus menggunakan obat-obat multi dose, semua alat yang akan dipergunakan harus steril Simpan obat-obat multi dose sesuai dengan rekomendasi dari pabrik yang membuat Tidak menggunakan cairan pelarut untuk lebih dari satu pasien Tidak melakukan re-caping Sharp container tersedia dan mudah dijangkau 5) Cleaning & desinfeksi alat & lingkungan Cleaning & desinfection dilakukan segera setelah selesai dipergunakan & dilakukan oleh petugas yang terlatih Menggunakan cairan desinfektan untuk RS sesuai dengan yang direkomendasikan oleh US Environmental Protection Agency (EPA), mis : bleach, hypochlorid, clhorine, Tempat tidur/kursi, meja, permukaan mesin, klem, gunting dibersihkan setiap selesai dipakai pasien, filter & alat-alat yang tdk di reuse harus diganti setiap selesai dipakai pasien Ruangan, kamar mandi, toilet dibersihkan min 2 x/hari Perawatan alat-alat, kalibrasi dilakukan secara berkala (water treatment, mesin HD, AC) Ada prosedur penanganan percikan/tumpahan darah atau cairan tubuh → ada spill kit 6) Skrining & imunisasi Rekomendasi CDC : semua pasien HD harus diperiksa terhadap HBV,HCV,HIV dan TB sebelum dilakukan tindakan HD serta telah mendapat imunisasi HBV Cek MRSA hanya dilakukan bila diduga atau pada saat KLB Semua petugas HD telah mendapat imunisasi HBV Melakukan cek terhadap anti HBsAg, anti HCV dan anti HIV tiap 6 bulan (sesuai dengan regulasi yang berlaku ) Penatalaksanaan terhadap pajanan 7) Penempatan pasien Pasien dengan HBSAg positive dirawat diruang tersendiri Alat – alat terpisah Dialyzer tidak di re use untuk penderita Hepatitis B,untuk Hepatitis C dan Non B Non C akan di Re Use sesuai pedoman dari PERNEFRI Petugas tersendiri & sudah mendapat imunisasi Penataan ruang, aksesibilitas, penerangan dan pemilihan material harus sesuai dengan ketentuan yang mengacu pada patient safety. Isolasi mesin hemodialisis hanya diharuskan pada pengidap virus Hepatitis B (VHB), tidak pada pengidap virus Hepatitis C (VHC) dan HIV. Pemakaian dialiser proses ulang pada kasus infeksi hanya diperkenankan pada pasien pengidap VHC, akan tetapi dilarang pada pengidap VHB dan HIV. 8) Water treatment & testing Maintenance dilakukan secara rutin sesuai jadwal Test air RO terhadap microbiology dilakukan setiap bulan, sample diambil sebelum air RO disuplai ke mesin, pada saat mau masuk mesin HD dan pada saat sudah masuk mesin HD & tercampur dengan cairan dializat → untuk sample terakhir dilakukan tiap 3 bulan → hasil harus negative/steril Tingkat maksimal dari bakteri dalam air untuk mempersiapkan cairan dialisis / memproses ulang dialyzers TIDAK harus MELEBIHI 200 CFU Tingkat maksimal dari endotoksin tidak boleh melebihi 2 EU / ml 9) Dializer pakai ulang ( Re-Use ) Perlu ditentukan penggunaan alat medis re use dengan mempertimbangkan keamanan dalam proses pengelolaannya karena adanya keterbatasan penyediaan peralatan medis tersebut, sulit didapatkan atau biaya pembelian yang relatif mahal. Dializer reuse merupakan penggunaan ulang dializer dalam proses hemodialisis. Dializer reuse dapat digunakan jika nilai total cell volume (TCV) masih diatas 80% dari nilai awal. Jika TCV kurang dari 80% akan menyebabkan tidak efektifnya proses hemodialisis yang ditandai dengan gejala uremia pasca hemodialisis. Setelah Prosedur Haemodialisa atau cuci darah DIALIZER selesai digunakan jangan biarkan Dializer Kosong tanpa NacL ,segera setelah Proses haemodialisa dibawa langsung Ke Ruang REUSE. Maximal 2 jam Harus segera di REUSE karena akan CLOTTING atau Adanya darah beku di dalam. REUSE adalah Upaya menggunakan KEMBALI DIALEZER tentunya untuk pasien yang sama.TEKHNIKNYA adalah : - Mengakhiri tindakan dialisis (Termination of hemodialysis) - Pembilasan awal (Pre-rinsing) - Pemeriksaan secara visual (Visual inspection) - Pemberian label dan pengiriman ke tempat reuse - Pembilasan (Rinsing) - Pembersihan (Cleaning) - Pemeriksaan alat (performance testing) - Desinfeksi dan Penyimpanan Persyaratan: - Tidak dilakukan pada pasien VHB (+) dan HIV (+) Prosese Re Use. - Kualifikasi personil: Personil yang melakukan reuse harus mendapatkan pendidikan yang adekuat, pelatihan atau pengalaman untuk dapat memahami dan melakukan prosedur.( Perawat Hemodialisa ) - Dokter di fasilitas dialisis wajib memberikan kursus pelatihan untuk melakukan proses dialiser pakai ulang. - Semua pasien harus diberikan informed consent mengenai pemakaian dialiser proses ulang. - Peralatan yang dipakai untuk reuse harus dirancang, dibuat dan diuji untuk melakukan proses yang dikehendaki. - Personil yang melakukan reuse wajib mengenakan sarung tangan dan apron saat menangani dialiser selama inisiasi dan terminasi dialisis dan selama prosedur reprosesing. - Pemeriksaan integritas membran seperti tes kebocoran tekanan udara sebaiknya dilakukan diantara pemakaian. - Prosedur reuse hanya dilakukan sampai maksimal 7 kali pada satu dialiser yang sama. D. Persyaratan Minimal Bangunan dan Prasarana 1) Unit hemodialisis mempunyai bangunan dan prasarana yang sekurang-kurangnya terdiri dari: a. Ruangan hemodialisis: - Tersedia Sarana untuk mencuci tangan (wastafel/hand rub) di setiap area pelayananpasien sehingga cuci tangan dapat dilakukan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien. - Ruangan hemodialisis sekurang-kurangnya mempunyai kapasitas untuk 4 mesin hemodialisis. - Rasio mesin hemodialisis dengan luas ruangan sekurang-kurangnya sebesar 1:8 m2. - Semua pasien baru atau pasien yang kembali ke unit dialisis setelah menjalani dialisis di lokasi yang mempunyai risiko tnggi atau tidak diketahui derajat risikonya harus diperiksa kembali HbsAg dan Anti –HCV dan anti HIV - Isolasi mesin hemodialisis hanya diharuskan pada pengidap virus Hepatitis B (VHB), tidak pada pengidap virus Hepatitis C (VHC) dan HIV b. Ruangan isolasi untuk pasien Hepatitis B. Tidak diwajibkan untuk menyediakan ruangan isolasi khusus untuk kasus infeksi lain seperti TB, avian influenza, dan-lainlain. c. Ruangan pemeriksaan/konsultasi d. Ruangan dokter e. Ruangan perawat (nurse station) f. Ruangan reuse g. Ruangan pengolahan air (water treatment) h. Ruangan sterilisasi alat i. Ruangan penyimpanan obat j. Ruangan pimpinan k. Ruangan administrasi l. Ruang penunjang non medik yang sekurang-kurangnya terdiri dari pantry, gudang peralatan, tempat cuci. m. Ruang tunggu keluarga pasien n. Toilet yang masing-masing terdiri dari toilet untuk petugas, toilet untuk pasien, dan toilet untuk penunggu pasien. o. Spoelhok 2) Seluruh ruangan harus memenuhi persyaratan minimal untuk kebersihan, ventilasi, penerangan, dan mempunyai sistem keselamatan kerja dan kebakaran. 3) Mesin hemodialisis yang digunakan dalam pelayanan harus dikalibrasi secara berkala sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4) Mempunyai fasilitas listrik dan penyediaan air bersih (water treatment) yang memenuhi persyaratan kesehatan. 5) Mempunyai sarana untuk mengolah limbah dan pembuangan sampah sesuai peraturan yang berlaku (septic tank besar/rujukan limbah padat infeksius). 6) Dianjurkan memiliki fasilitas akses internet agar dapat mengirim laporan berkala ke manajemen rumah sakit dan PERNEFRI Pusat (Indonesian Renal Registry). E. Persyaratan Minimal Peralatan Satu unit hemodialisis mempunyai peralatan meliputi: 1) Sekurang-kurangnya 4 mesin hemodialisis yang siap pakai dan jenis mesin hemodialisis tersebut harus terdaftar di Departemen Kesehatan. 2) Tempat tidur/kursi untuk tempat pasien yang sedang menjalani hemodialisis. 3) Peralatan medik standar seperti stetoskop, tensimeter, timbangan berat badan, dan sebagainya dengan jumlah sesuai kebutuhan. 4) Peralatan resusitasi kardipulmoner yang sekurang-kurangnya terdiri dari ambu viva, defibrillator, suction, endotracheal tube. 5) Peralatan reuse dialiser otomatik. 6) Peralatan pengolahan air sehingga air untuk dialisis memenuhi standar Association for the Advancement of Medical Instrumentation (AAMI). 7) Peralatan sterilisasi alat medis. 8) Generator listrik berkapasitas sekurang-kurangnya sebesar kebutuhan untuk menjalankan mesin hemodialisis yang ada. 9) Peralatan pemadam kebakaran. 10) Peralatan komunikasi eksternal (telepon dan fax). 11) Peralatan untuk kegiatan perkantoran. 12) Peralatan untuk mengelola limbah dan sampah. 13) Perlengkapan dan peralatan lain sesuai kebutuhan. F. Kesimpulan Hemodialisa merupakan unit yang beresiko tinggi terhadap bloodborne viruses seperti Hep B, Hep C dan HIV baik terhadap pasien maupun petugas HAIs dapat dicegah dengan melakukan semua tindakan sesuai dengan prosedur Diperlukan adanya edukasi tentang PPI baik bagi petugas, pasien maupun keluarga/pengunjung. Diperlukan adanya surveillace terhadap kejadian : Hep B, Hep C, HIV, IADP/BSI dan infeksi pada akses vascular Perlu ditentukan penggunaan alat medis re use dengan mempertimbangkan keamanan dalam proses pengelolaannya karena adanya keterbatasan penyediaan peralatan medis tersebut, sulit didapatkan atau biaya pembelian yang relatif mahal.( SESUAI KEBIJAKAN RS ) Evaluasi internal: dinilai dari SDM, sarana dan prasarana hemodialisis. Evaluasi eksternal: dinilai dari kegiatan hemodialisis (jumlah pasien, adekuasi hemodialisis, morbiditas dan mortalitas). Perhatikan Kesehatan dan keselamatan kerja karyawan Mutlak adanya petugas PPI yang incharge di HD. c. PPI DI OK IBS merupakan salah satu titik pantau pencegahan dan pengendalian infeksi karena sangat berperan dalam terjadi atau tidaknya infeksi daerah operasi ( IDO ) Maka sebagai petugas IBS sudah selayaknya untuk berperan aktif dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit salah satunya adalah melalui penerapan kewaspadaan standar di kamar operasi. Kewaspadaan standard merupakan kewaspadaan lapis pertama untuk kewaspadaan isolasi, sedangkan kewaspadaan lapis keduanya adalah kewaspadaan berdasar transmisi. Dalam pelaksanaan PPI di IBS tersebut maka diperlukan monitoring dan evaluasi oleh tenaga PPI yang diberi tugas yaitu infection prevention control nurse ( IPCN ), petugas IPCN adalah seseorang yang mempunyai peran yang penting bukan hanya sebagi auditor tapi juga edukator,praktisi klinik, konselor dll. Setiap hal yang berhubungan dengan PPI sebaiknya dikonsultasikan dengan IPCN. Adapun pelaksanaan PPI di instalasi bedah sentral secara garis besar adalah sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Kewaspadaan standard di IBS Hand hygiene Lakukan tehnik HH dengan benar sesuai pedoman cuci tangan bedah yang ada, karena benar tidaknya cara cuci tangan sangat penting dalam mencegah infeksi Aplikasikan Alat pelindung diri ( APD ) Selalu gunakan APD lengkap sesuai kebutuhan, karena di IBS adalah daerah yang sangat berisiko terpapar darah dan cairan tubuh. Gunakan masker menutup lubang hidung,sampai janggut( jenggot) Jangan menaruh masker di ( kening, kepala,leher dan saku ) Gunakan sarung tangan sesuai ukuranya. Gunakan selalu kaca mata, apron dan sepatu setiap tindakan operasi Managemen linen Tidak boleh meletakan linen dilantai, letakan linen di tempatnya jika operasi sudah selesai Pisahkan linen yang terpapar darah dengan yang tidak (jangan dicampur) Linen terpapar darah dianggap linen infeksius Managemen lingkungan Jaga selalu kebersihan kamar operasi Lakukan kebersihan rutin tiap hari dan kebersihan BESAR tiap minggu disetiap sudut kamar operasi Gunakan cairan antiseptik yang tepat untuk pembersihan Lakukan kebersihan sesaat setelah operasi dengan benar dan bersih disemua area, termasuk peralatan yang baru dipakai( meja, suction,dll) Tidak boleh ada banyak barang didalam kamar operasi, habis opersai keluarkan. Tidak boleh terlalu banyak personel dalam kamar operasi Tidak boleh banyak bicara selama proses operasi Managemen limbah dan benda tajam Tempatkan dua tempat sampah setiap operasi, sampah infeksius (kuning) dan non infeksius (hitam), buang sampah sesuai jenisnya Infeksius jika TERPAPAR DARAH DAN CAIRAN TUBUH BUANG SEMUA benda tajam dan resiko menusuk ke safety box, jangan dibuang di tempat sampah kuning atau hitam Buang sampah cair/ darah ketempat pembuangan air, jangan ke tempat sampah Pemrosesan alat Lakukan pembersihan peralatan di cssd Berhubung belum ada cssd maka ikuti tahapan sbb : Untuk alat yang bersinggungan dengan jaringan tubuh/ pembuluh darah lakukan cara strerilisasi dengan cara : - Rendam secara bersamaan semua alat setelah operasi selesai di cairan enzymatik selama 10-20 menit - Lakukan pembersihan alat menggunakan sikat disemua sudut alat - Keringkan alat dan masukan tromol - Lakukan penyitirilan alat dengan autoclave Untuk alat alat yang tidak bisa disteril tapi bersinggungan dengan mukosa tubuh lakukan dekontaminasi tingkat tinggi dengan cara: - Rendam alat di larutan enzymatik selama 10-20 menit - Lakukan pencucian - Rendam alat dengan chlorin 0,5 persen selama 20 menit - Cuci alat dengan air steril keringkan dan simpan alat ditempat yang bersih dan terjaga tidak ditaruh disembarang tempat. Pada tahap pembersihan / dekontaminasi alat TIDAK BOLEH direndam secara bertahap.harus dilakukan perendaman secara bersamaan agar masa kerja disinfeksinya sama Sedangkan alat yang hanya bersinggungan dengan bagian luar tubuh lakukan dekontaminasi tingkat rendah dengan alkhohol swab / cuci dengan air sabun biasa. Menyuntik yang aman Pada saat sebelum pemberian obat anastesi lakukan persiapan obat dengan benar dan tepat Jangan mengumpulkan banyak obat dalam satu tempat (tidak aman ), lakukan tehnik satu obat, satu suntikan satu waktu...artinya siapkan saat itu,didentifikasi dengan benar dan masukan saat itu juga. Tidak menyimpan terlalu lama di kulkas. Kesehatan karyawan Karyawan yang sakit sebaiknya diistirahatkan dulu dari kegiatan, apalagi yang berisiko menularkan penyakit. Sampai benar benar fit untukmikut operasi kembali. Lakukan chek up kesehatan secara berkala Etika batuk dan bersin Jangan sampai batuk dan bersin sembaranan dikamar opersai apalagi sedang berjalanya proses operasi. Penempatan pasien Tempatkan pasien yang akan operasi dengan benar , jika ada operasi lebih dari satu dan diantaranya ada yang mengindap penyakit menular ( hepatitis B/ ODHA ) tempatkan mereka di jadwal yang paling akhir, Setelah selesai operasi pasien infeksius lakukan dekontaminasi ruangan dengan chlorin 0.5 % semua area,dari lantai, meja opersai dan yang terpapar darah pasien. Praktek lumbal pungsi Pada waktu penyuntikan spinal anastesi laksanakan prinsip steril secara benar demi keselamatan pasien. 2. Lain lain : - Lakukan time out sebelum opersai - Hitung semua peralatan yang digunakan selama operasi dan dokumentasikan - Gunakan selang suction disposible( cari info yang jualke apotek ) juga untuk selang suction lendir pasca intubasi. - Bersihkan cairan suction sehabis operasi - Lakukan intubasi dengan prinsip STERIL. Siapkan peralatan di meja steril - Persiapan operasi : o Pencukuran daerah operasi sebenarnya tidak direkomendasikan lagi, jika mau dicukur maka jangan pakai silet cukur tapi pakai cliper ( kerokan tukang cukur ) dan lakukan pencukuran satu jam sebelum operasi. Karena pencukuram merupakan tindakan yang bersifat port the entry ( membuka jalan masuknya kuman ) Saran : mengajukan alat cukur cliper o Pemasangan kateter yang bukan untuk penunjang diagnostik atau program rehidrasi lakukan pemasangan dikamar operasi, dan jika sudah tidak diperlukan segera dilepas, karena pemasangan kateter juga masuk katagori port the entry lewat lubang uretra. o Lakukan dis infeksi medan operasi dengan chlorhexidine 4 % dan alkohol 70 % karena CHG mempunyai masa aktif sekitar 6 jam dibanding lainya, bukan berarti yang lain tidak boleh. Saran : cari produknya ex: hibiscrub - Rencana operasional cssd: Jika di acc, semua bentuk pemrosesan alat akan dilakukan di cssd Semua alat habis pakai dari semua unit di tatalaksana di cssd, mulai dari tahap pencucian hingga penyitirilan Diusulakan personel cssd 1 perawat dan dua pekarya ,,perawat sebagai penanggungjawab dibawah ka ibs,, dan pekarya sebagai pelaksana kegiatan, Tenaga cssd juga berperan dalam setiap aktivitas di ibs, jadi bukan hanya sebagai tenaga cssd. Demikian pula sebaliknya tenaga tetap ibs jg berperan dlam setiap kegiatan cssd. Untuk perawat di usulkan yang sudah pelatihan dasar PPI dan juga punya keahlian di ibs. Agar bisa berperan di dua sisi. - Peremajaan peralatan sebagai salah satu elemen pencegahan infeksi o Sehubungan sudah banyak alat yang usang dan kontruksi gedung yang tidak sesuai PPI maka ada beberapa perubahan di ibs yaitu 1. Vinilisasi ruangan OK 2, rencana dengan OK 1 2. Peremajaan meja operasi OK 2 (dalam proses negoisasi) 3. Penambahan set OBSGYN (dalam proses negoisasi ) 4. Penambahan set bedah lainya( dalam pengajuan) 5. Penambahan mesin anastesi ( dalam proses pemesanan ) o Mohon kerjasamanya seandainya semuanya sudah terpenuhi untuk bisa memelihara alat dengan sebaik2nya karena semua butuh perjuangan tidak mudah untuk mendapatkanya. Agar alat bisa awet dan selalu dalam kondisi bagus. d. PPI DI RANAP Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perangkapan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit . Ruang rawat inap adalah ruang tempat pasien dirawat PERLU DIPERHATIKAN DI RAWAT INAP Penampilan personal ( rapi,tanpa jam tangan,cincin,gelang ) Kebersihan tangan Alat pelindung diri (ketersediaan,ketepatan pemakaian, penyimpanan) Pembuangan sampah, limbah dan benda tajam ( sesuai kategori,volume maksimal,aman ) Spill Kit, B3, koleksi dahak, spoel hook Pengelolaan alat kesehatan Pengelolaan alat linen Keamanan medikasi Pengelolaan alat alat reuse Pencatatan dan pelaporan kejadian infeksi Pengelolaan alat alat steril pasca pemakain ALAT KESEHATAN Alat kesehatan/keperawatan bersih, tidak berkarat, dll (kursi roda, brandcar, troli pengobatan, standar infus, syring pump, infus pump, EKG, suction pump, tabung oksigen/oksigen dinding, humidifier, pispot, urinal) Ada jadwal & bukti pembersihan alat-alat tersebut PEMBERSIHAN ALAT KEPERAWATAN Stetoskop didisinfeksi alkohol 70 % antar pasien Manset tensimeter dicuci sekali seminggu atau setiap kali terkena darah/cairan tubuh segera dicuci Ambubag dilakukan DTT/ steril setiap ganti pasien MANAJEMEN LIMBAH RAWAT INAP Tersedia sampah Infeksius Noninfeksius Benda tajam TERSEDIA FASILITAS KEBERSIHAN TANGAN Kebersihan Tangan merupakan pilar untuk pencegahan dan pengendalian infeksi Petugas rawat inap harus membiasakan dengan 5 moment dan 6 langkah kebersihan tangan dengan benar. Harus tersedia : Handwash Handrubs TERSEDIA FASILITAS APD Masker Sarung tangan ( bersih dan Steril ) Apron kacamata