Mata kuliah : Keperawatan Gerontik LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN ADL Disusun Oleh : Nama : Stevany Ayuningsi Aduga Nim : 19062067 CT : Natalia Elisa Rakinaung, S.Kep., Ns, MNS FAKULTAS KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO 2020 LAPORAN PENDAHULUAN 1. Definisi Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu. Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif antara lain intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian dan kemampuan bersosialisasi (Corwin, 2009). 2. Etiologi Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar yaitu : a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada system enzim, atau pada metabolism b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati, penyebab utama dalam golongan ini diantaranya : 1. Penyakit degenerasi spino - serebelar 2. Subakut leuko-esefalitis sklerotik fan bogaert 3. Khorea Hungtington c. Sindrome demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan ini diantranya : 1. Penyakit cerrebro kardiovaskuler 2. penyakit 3. Klasifikasi Klasifikasi demensia antara lain : 1. Demensia karena kerusakan struktur otak Demensia ini ditandai dengan gejala : 1. Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif, 2. Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan fungsi eksekutif. 3. Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru, 4. Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan), 5. Kehilangan inisiatif. 2. Demensia Vascular Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi dapat diduga sebagai demensia vascular. Tanda-tanda neurologis fokal seperti : 1. Peningkatan reflek tendon dalam 2. Kelainan gaya berjalan 3. Kelemahan anggota gerak 3. Demensia menurut umur: 1. Demensia senilis ( usia > 65 tahun) 2. Demensia prasenilis (usia < 65 tahun) 4. Demensia menurut perjalanan penyakit : 1. Reversibel (mengalami perbaikan) 2. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit.B, Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb) Pada demensia tipe ini terdapat pembesaran vertrikel dengan meningkatnya cairan serebrospinalis, hal ini menyebabkan adanya: 1. Gangguan gaya jalan (tidak stabil, menyeret). 2. Inkontinensia urin 3. Demensia. 5. Menurut menurut sifat klinis: 1. Demensia proprius 2. Pseudo-demensia 4. Patofisiologi Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia. Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan saraf pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan antara umur 30 sampai 70 tahun. Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di atas merupakan kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri. Penyakit degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya, serta gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung maupun tak langsung dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme iskemia, infark, inflamasi, deposisi protein abnormal sehingga jumlah neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun subkortikal. Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan mood. Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang terkena (kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya dapat berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu keadaan konfusio akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009). 5. Menifestasi Klinik Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien dengan keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Gejala klinik dari dEmensia Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda dan gejala demensia adalah : 1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas. 2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia berada. 3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali. 4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul. 5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah. 6. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain sebagai berikut : 1. Farmakoterapi Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan. a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine , Memantine b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif. c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke. d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi seperti Sertraline dan Citalopram. e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikotik (misalnya Haloperidol, Quetiapine dan Risperidone) 2. Dukungan atau Peran Keluarga Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan angka-angka yang 3. Terapi Simtomatik Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik, meliputi : a. Diet b. Latihan fisik yang sesuai c. Terapi rekreasional dan aktifitas d. Penanganan terhadap masalah-masalah 4. Pencegahan dan perawatan demensia Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti : 1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan. 2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari. 3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif : Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama. 4. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat atau hobi 5. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat. 7. Pemeriksaan Diagnostik Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien dengan demensia antara lain : 1. Pemeriksaan laboratorium rutin 2. Imaging : Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) 3. Pemeriksaan EEG 4. Pemeriksaan cairan otak 5. Pemeriksaan genetika 6. Pemeriksaan neuropsikologis 8. Komplikasi Kushariyadi (2010) menyatakan koplikasi yang sering terjadi pada demensia adalah: 1) Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh. a) Ulkus diabetikus b) Infeksi saluran kencing c) Pneumonia 2) Thromboemboli, infarkmiokardium 3) Kejang 4) Kontraktur sendi 5) Kehilangan kemampuan untuk merawat diri 6) Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan peralatan. B. KONSEP KEPERAWATAN 2. Pengkajian Data subyektif : 1. Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi. 2. Pasien mengatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan waktu . Data obyektif : 1. Pasien kehilangan kemampuannya untuk mengenali wajah, tempat dan objek yang sudah dikenalnya dan kehilangan suasana kekeluargaannya. 2. Pasien sering mengulang-ngulang cerita yang sama karena lupa telah menceritakannya. 3. Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita menggunakan kata-kata yang lebih sederhana, menggunakan katakata yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat. 2. Diagnosa Keperawatan 1. Kerusakan Memori (00131) 2. Resiko Jatuh (00155) 3. Defisit Perawatan Diri 4. Hambatan Komunikasi Verbal ( 00051) 3. Intervensi Keperawatan No 1. Diagnosa Kerusakan Memori (00131) Domain 5 ; Persepsi/Kognisi Kelas 4 ; Kognisi Definisi : Ketidakmampuan mengingat beberapa informasi atau keterampilan perilaku. Batasan Karakteristik : - - - Ketidakmampuan melakukan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya Ketidakmampuan mempelajari informasi baru Ketidakmampuan mempelajari keterampilan baru Ketidakmampuan mengingat informasi aktual Keidakmampuan mengingat perilaku tertentu yang pernah dilakukan Ketidakmampuan mengingat peristiwa Ketidakmampuan menyimpan Tujuan dan Kriteri Hasil (NOC) NOC 1. Orientasi Kognitif Kriteria Hasil; Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, kesadaran klien terhadap identitas personal, waktu dan tempat meningkat/baik, dengan indikator/kriteria hasil : 1. Mengenal kapan klien lahir 2. Mengenal orang atau hal penting 3. Mengenal hari, bulan, dan tahun dengan benar 4. Klien mampu memperhatikan dan mendengarkan dengan baik 5. Klien mampu melaksanakan instruksi sederhana yang diberikan. 6. Klien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan dengan tepat. 7. Klien mampu mengenal identitas dirinya dengan baik. 8. Klien mengenal identitas orang disekitarnya dengan tepat/baik. 9. Klien mampu Intervensi (NIC) NIC Memori Taining (Pelatihan Memori) 1. Stimulasi memory dengan mengulangi pembicaraan secara jelas di akhir pertemuan dengan pasien. 2. Mengenang pengalaman masa lalu dengan pasien. 3. Menyediakan gambar untuk mengenal ingatannya kembali 4. Monitor perilaku pasien selama terapi 5. Monitor daya ingat klien. 6. Kaji kemampuan klien dalam mengingat sesuatu. 7. Ingatkan kembali pengalaman masa lalu klien 8. Implementasikan teknik mengingat dengan cara yang tepat 9. Latih orientasi klien 10. Beri kesempatan kepada klien untuk melatih, konsentrasinya Stimulasi Kognitif (Cognitive Stimulation) 1. Monitor interpretasi klien terhadap lingkungan informasi baru - Lupa melakukan perilaku pada waktu yang telah dijadwalkan - Mudah lupa Faktor Yang Berhubungan ; - Anemia - Distraksi lingkungan - Gangguan neurologis - Hipoksia - Gangguan volume cairan - Ketidakseimbangan elektrolit - Penurunan curah jantung 2. Resiko Jatuh (00055) Domain : 11 Kemanan Kelas : 2 Cedera Fisik mengidentifikasikan tempat dengan benar. 10. Klien mampu mengidentifikasi waktu dengan benar. NOC 1. Trauma risk for 2. Injury risk for Definisi Kriteria hasil : Peningkatan kerentanan untuk jatuh yang dapat menyebabkan bahaya fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam di harapkan klien 2. Tempatkan objek/hal-hal yang familiar di lingkungan/di kamar klien 3. Observasi kemampuan klien berkonsentrasi. 4. Kaji kemampuan klien memahami dan memproses informasi 5. Berikan instruksi setelah klien menunjukkan kesiapan untuk belajar atau menerima informasi. 6. Atur instruksi sesuai tingkat pemahaman klien 7. Gunakan bahasa yang familiar dan mudah dipahami 8. Dorong klien menjawab pertanyaan dengan singkat dan jelas. 9. Koreksi interpretasi yang salah 10. Beri reinforcement pada setiap kemajuan klien NIC 1. Mengidentifikasi defisit kognitif atau fisik yang dapat meningkatkan potensi jatuh dalam lingkungan tertentu 2. Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko jatuh Faktor Resiko 1. Dewasa Usia 65 tahun atau lebih Riwayat jatuh Tinggal sendiri Prosthesis eksremitas bawah Penggunaan alat bantu ( misalnya : walker,tongkat ) Penggunaan kursi roda 1. Anak Usia dua tahun atau kurang Tempat tidur yang terletak didekat jendela Kurangnya penahan / pengekang kereta dorong Kurangnya/longgarnya pagar pada tangga Kurangnya penghalang atau tali pada jendela Kurang pengawasan orang tua Jenis kelamin laki-laki yang berusia < 1 tahun Bayi yang tidak diawasi saat berada dipermukaan yang tinggi ( misalnya: tempat tidur/meja) 2. Kognitif Penurunan status mental mampu untuk : 1. Keseimbangan: kemampuan untuk mempertahankan ekuilibrium 2. Gerakan terkoordinasi : kemampuan otot untuk bekerja sama secara volunter untuk melakukan gerakan yang bertujuan 3. Perilaku pencegahan jatuh : tindakan individu atau pemberi asuhan untuk meminimalkan faktor resiko yang dapat memicu jatuh dilingkungan individu 4. Kejadian jatuh : tidak ada kejadian jatuh 5. Pengetahuan : pemahaman pencegahan jatuh pengetahuan : keselamatan anak fisik, 6. Pengetahuan : keamanan pribadi 7. Pelanggaran perlindungan tingkat kebingungan akut 8. Tingkat agitasi 9. Komunitas pengendalian resiko : 10. Gerakan terkoordinasi 3. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensi untuk jatuh ( misalnya : lantai yang licin dan tangga terbuka ) 4. Mendorong pasien untuk menggunakan tongkat atau alat pembantu berjalan 5. Kunci roda dari kursi roda,tempat tidur,atau brankar selama transfer pasien 6. Tempat artikel mudah dijangkau dari pasien 7. Ajarkan pasien bagaimana jatuh untuk meminimalkan cedera 8. Menyediakan toilet ditinggikan untuk memudahkan transfer 9. Membantu ke toilet seringkali,interval dijadwalkan 10. Sarankan alas kaki yang aman 11. Mengembangkan cara untuk pasien untuk berpartisipasi keselamatan dalam kegiatan rekreasi 12. Lembaga program latihan rutin fisik yang meliputi berjalan 13. Tanda-tanda posting untuk mengingatkan staf bahwa pasien yang beresiko tinggi untuk jatuh 3. Lingkungan Lingkungan yang tidak terorganisasi Ruang yang memiliki pencahayaan yang redup Tidak ada meteri yang antislip di tempat mandi pancuran Pengekangan Karpet yang tidak rata/terlipat Ruang yang tidak di kenal Kondisi cuaca ( misalnya : lantai basah,es) 4. Medifikasi Penggunaan alcohol Inhibitor enzyme pengubah angiotensin Agen anti ansietas Agen anti hipertensi Deuretik Hipnotik Narkotik/opiate Obat penenang Antidepresan trisiklik 5. Fisiologis Sakit akut Anemia Arthritis Penurunan kekuatan ekstremitas bawah 3. Diare Kesulitan gaya berjalan Vertigo saat mengekstensikan leher Masaalah kaki Kesulitan mendengar Gangguan keseimbangan Gangguan mobilitas fisik Inkontinensia Neoplasma ( misalnya : letih,mobilitas terbatas ) Neuropati Hipotensi ortostatisk Kondisi postoperative Perubahan gula darah postprandial Deficit proprioseptif Ngantuk Berkemih yang mendesak Penyakit vaskuler Kesulitan melihat NOC : Defisit Perawatan Diri NIC Domain : 4 : Aktivitas/Istrahat 1. Self care : Activity of Daily Self Care assistane : ADLs Kelas : Kelas 5 Perawatan Diri 2. Living (ADLs) Definisi Kriteria Hasil : Hambatan kemampuan untuk melakukan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri. 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting atvitas atau menyelesaikan aktivitas berpakaian sendiri, eliminasi sendiri dan makan sedndiri selama 3 x 24 jam Defisit perawatan diri teratas dengan kriteria hasil: - Batasan Kharateristik - - Ketidakmampuan mengacingkan pakaian Hambatan mengambil pakaian Hambatan mengenakan pakaian Ketidakmampuan menggunakan higene eliminasi tepat Ketidakmampuan naik toilet Ketidakmampuan memanipulasi pakaian untuk eliminasi. Ketidakmampuan untuk berdiri dan duduk di toilet Ketidakmampuan mengambil makanan dan memasukannya ke mulut Ketidakmampuan mengunyah makanan Ketidakmampuan menghabiskan makanan Ketidakmampuan makan makanan dalam jumlah memadai Ketidakmampuan memanipulasi makanan dalam mulut Ketidakmampuan menyapakna makanan untuk di makan - - Klien dapat berdandan eliminasi dan makan dengan mandiri Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs Dapat melakukan ADLS dengan bantuan 3. 4. 5. 6. 7. 8. dan makan. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya. Ajarkan klien/ keluarga untuk Mendorong kemandirian, untuk Memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan. Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari. - Ketidakmampuan untuk menelan Faktor Yang Berhubungan 4. Gangguan kognitif Penurunan motivasi Ketidaknyamanan Kendala lingkungan Keletihan Gangguan musculoskeletal Gangguan neuromuscular Nyeri Gangguan persepsi Ansietas berat Hambatan Komunikasi Verbal (00051) NOC NIC Domain : 5 Persepsi Kognisi 1. Ansiety Kelas : 5 Komunikasi 2. Coping Definisi 3. Sensori Funtion : hearing dan Communication Speech Deficit Penurunan, keterlambatan atau ketiadaan vision kemampuan untuk menerima proses 4. Fear self control mengirim dan atau menggunaka sistem symbol Kriteria Hasil Batasan Kharateristik - Tidak ada Kontak Mata Tidak Dapat Bicara Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien mampu : 1. Berkomunikasi : penerimaan Enhancement : 1. Gunakan penerjemah jika diperlukan 2. Beri satu kalimat simple setiap bertemu jika di perlukan 3. Konsultasikan dengan dokter kebutuhan terapi wicara 4. Dorong pasien untuk berkomunikasi secara perlahan dan untuk mengulangi permintaan 5. Dengarkan dengan penuh perhatian berdiri di depan pasien - Kesulitan mengekspresikan fikiran secara verbal Kesulitan menyusn kalinat Kesulitan menyusun kata-kata Kesuliatan memahami pola komunikasi yang biasa Kesulitan dalam kehadiran tertentu Kesulitan menggunakan ekspresi wajah Disorientasi orang, ruang dan waktu. Tidak bicara Dismpena ketidakmampuan dalam bahasa pemberi asuhan Ketidakmampuan menggunakan ekspresi tubuh Ketidak mampuan menggunakan ekspresi wajah Ketidaktepatan verbalisasi Defisit visual parsial Pello Sulit bicara Gagap Defisit penglihatan total Bicara dengan kesulitan Menolak bicara 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. interpretasi dan ekspresi pesan Lisan, tulisan dan non verbal meningkat. Komunikasi ekspresif : (kesulitan berbicara ekspresi pesan verbal atau non verbal yang bermakna) Komunikasi reseptif (kesulitan mendengar) : penerimaan komunikasi dan interprestasi pesan verbal atau non verbal Gerakan terkoordinasi : mampu mengkoordinasi gerakan dalam menggunakan isyarat. Pengolahan informasi : klien mampu untuk memperoleh, mengatur, dan menggunakan informasi Mampu mengontrol respon ketakutan dan kecemasan terhadap ketidak mampuan berbicara Mampu memanajemen kemampuan fisik yang di miliki Mampu mengkomunikasikan kebutuhan dengan lingkungan sosial 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. ketika berbicara. Gunakan kertu baca, kertas, pensil, bahasa tubuh, gambar, daftar kosa kata, bahasa asing, computer, dan lain-lain. Untuk memfasilitasi komunikasi dua arah yang optimal Ajarkan bicara dari esophagus jika diperlukan Beri anjuran kepada pasien dan keluarga tentang penggunaan alat bantu bicara misalnya prostesi, trakheoesofagus dan laring buatan Berikan pujian positif jika diperlukan Anjurkan pada pertemuan kelompok Anjurkan kunjungan keluarga secara teratur untuk member stimulus komunikasi. Anjurkan ekspresi diri dengan cara lain dalam menyampaikna informasi misalnya bahasa isyarat. Faktor Yang Berhubungan - Ketiadaan Orang terdekat Perubahan Konsep Diri Perubahan sistem syaraf pusat Defek anatomis Tumor otak HDR kronik Perubahan harga diri Perbedaan Budaya Penurunan Sirkulasi ke otak Perbedaan yang berhubungan dengan usia perkembangan Gangguan emosi Kurang informasi Hambatan fisik Kondisi psikologi HDR situasional Stress kendala lingkungan Efek samping obat jelemahan sistem musculoskeletal PATHWAY “DEMENSIA” Faktor predisposisi : virus lambat, proses autoimun, keracunan alumunium dan genetic Penurunan metabolism dan alran darah di korteks parietalis superior Degenerasi neuron kolinergik Kesulitan neurofibrilar yang difus Terjadi plak senilis Hilangnya serat saraf kolinergik di korteks serebrum Kelainan neurotransmiter Penurunan sel neuron kolinergik yang berproyeksi ke hipokampus dan amigdala Asetilkolin menurun pada otak DEMENSIA Perubahan kemampuan merawat diri sendiri defisit perawatan diri Kehilangan kemampuan menyelesaikan masalah Tingkah laku aneh dan kacau dan cenderung mengembara Perubahan mengawasi keadaan kompleks dan berfikir abstrak Emosi, labil, pelupa, apatis Loos deep memory Perubahan proses fikir 17 DAFTAR PUSTAKA Boedhi – Darmojo. 2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta: FKUI. Elizabeth.J.Corwin. 2009. Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. Jakarta : EGC Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika Nugroho, W.2009. Keperawatan Gerontik & Geriatric Edisi 3.Jakarta : EGC