Uploaded by ayu.aduga

Demensia Ayu

advertisement
Mata kuliah
: Keperawatan Gerontik
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN ADL
Disusun Oleh :
Nama
: Stevany Ayuningsi Aduga
Nim
: 19062067
CT
: Natalia Elisa Rakinaung, S.Kep., Ns, MNS
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi
atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak,
penilaian, dan interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat
terganggu.
Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan
fungsi kognitif antara lain intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa,
pemecahan masalah, orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi,
penyesuaian dan kemampuan bersosialisasi (Corwin, 2009).
2. Etiologi
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan
menjadi 3 golongan besar yaitu :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak
dikenal kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara
biokimiawi pada system enzim, atau pada metabolism
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat
diobati, penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :
1. Penyakit degenerasi spino - serebelar
2. Subakut leuko-esefalitis sklerotik fan bogaert
3. Khorea Hungtington
c. Sindrome demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati,
dalam golongan ini diantranya :
1. Penyakit cerrebro kardiovaskuler
2. penyakit
3. Klasifikasi
Klasifikasi demensia antara lain :
1. Demensia karena kerusakan struktur otak
Demensia ini ditandai dengan gejala :
1. Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,
2. Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia,
agnosia, gangguan fungsi eksekutif.
3. Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
4. Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
5. Kehilangan inisiatif.
2. Demensia Vascular
Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di
otak dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat
terjadinya demensia. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di
otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi dapat
diduga sebagai demensia vascular.
Tanda-tanda neurologis fokal seperti :
1. Peningkatan reflek tendon dalam
2. Kelainan gaya berjalan
3. Kelemahan anggota gerak
3. Demensia menurut umur:
1. Demensia senilis ( usia > 65 tahun)
2. Demensia prasenilis (usia < 65 tahun)
4. Demensia menurut perjalanan penyakit :
1. Reversibel (mengalami perbaikan)
2. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma,
vit.B, Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb)
Pada demensia tipe ini terdapat pembesaran vertrikel dengan
meningkatnya cairan serebrospinalis, hal ini menyebabkan adanya:
1. Gangguan gaya jalan (tidak stabil, menyeret).
2. Inkontinensia urin
3. Demensia.
5. Menurut menurut sifat klinis:
1. Demensia proprius
2. Pseudo-demensia
4. Patofisiologi
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya
demensia. Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan
biokimiawi di susunan saraf pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak
sekitar 10 % pada penuaan antara umur 30 sampai 70 tahun. Berbagai faktor
etiologi yang telah disebutkan di atas merupakan kondisi-kondisi yang dapat
mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri.
Penyakit degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit
lainnya, serta gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung
maupun tak langsung dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan
melalui mekanisme iskemia, infark, inflamasi, deposisi protein abnormal
sehingga jumlah neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal
ataupun subkortikal.
Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk
proses konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan
gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan
sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan mood.
Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang terkena
(kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya dapat
berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu keadaan konfusio
akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).
5. Menifestasi Klinik
Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga
pasien dengan keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya
penyakit. Gejala klinik dari dEmensia Nugroho (2009) menyatakan jika
dilihat secara umum tanda dan gejala demensia adalah :
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu,
bulan, tahun, tempat penderita demensia berada.
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali.
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan
orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia
kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain sebagai
berikut :
1. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan
antikoliesterase seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine ,
Memantine
b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti
Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah
ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati,
tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan
dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang
berhubungan dengan stroke.
d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat
anti-depresi seperti Sertraline dan Citalopram.
e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak,
yang
bisa
menyertai
demensia
stadium
lanjut,
sering
digunakanobat anti-psikotik (misalnya Haloperidol, Quetiapine dan
Risperidone)
2. Dukungan atau Peran Keluarga
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita
tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam
dinding dengan angka-angka yang
3. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik,
meliputi :
a.
Diet
b. Latihan fisik yang sesuai
c.
Terapi rekreasional dan aktifitas
d. Penanganan terhadap masalah-masalah
4. Pencegahan dan perawatan demensia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya
demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan
senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak
seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan.
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya
dilakukan setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan
aktif : Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
4. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman
yang memiliki persamaan minat atau hobi
5. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks
dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien dengan
demensia antara lain :
1. Pemeriksaan laboratorium rutin
2. Imaging : Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic
Resonance Imaging)
3. Pemeriksaan EEG
4. Pemeriksaan cairan otak
5. Pemeriksaan genetika
6. Pemeriksaan neuropsikologis
8. Komplikasi
Kushariyadi (2010) menyatakan koplikasi yang sering terjadi pada
demensia adalah:
1) Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh.
a) Ulkus diabetikus
b) Infeksi saluran kencing
c) Pneumonia
2) Thromboemboli, infarkmiokardium
3) Kejang
4) Kontraktur sendi
5) Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
6) Malnutrisi dan
dehidrasi akibat
nafsu makan
dan
kesulitan
menggunakan peralatan.
B. KONSEP KEPERAWATAN
2. Pengkajian
Data subyektif :
1. Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja
terjadi.
2. Pasien mengatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan
waktu
. Data obyektif :
1. Pasien kehilangan kemampuannya untuk mengenali wajah, tempat
dan objek yang sudah dikenalnya dan kehilangan suasana
kekeluargaannya.
2. Pasien sering mengulang-ngulang cerita yang sama karena lupa
telah menceritakannya.
3. Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita
menggunakan kata-kata yang lebih sederhana, menggunakan katakata yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata-kata yang
tepat.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan Memori (00131)
2. Resiko Jatuh (00155)
3. Defisit Perawatan Diri
4. Hambatan Komunikasi Verbal ( 00051)
3. Intervensi Keperawatan
No
1.
Diagnosa
Kerusakan Memori (00131)
Domain 5 ; Persepsi/Kognisi
Kelas 4
; Kognisi
Definisi :
Ketidakmampuan mengingat beberapa
informasi atau keterampilan perilaku.
Batasan Karakteristik :
-
-
-
Ketidakmampuan
melakukan
keterampilan yang telah dipelajari
sebelumnya
Ketidakmampuan
mempelajari
informasi baru
Ketidakmampuan
mempelajari
keterampilan baru
Ketidakmampuan
mengingat
informasi aktual
Keidakmampuan
mengingat
perilaku tertentu yang pernah
dilakukan
Ketidakmampuan
mengingat
peristiwa
Ketidakmampuan menyimpan
Tujuan dan Kriteri Hasil (NOC)
NOC
1. Orientasi Kognitif
Kriteria Hasil;
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam,
kesadaran klien terhadap identitas
personal,
waktu
dan
tempat
meningkat/baik, dengan indikator/kriteria
hasil :
1. Mengenal kapan klien lahir
2. Mengenal orang atau hal penting
3. Mengenal hari, bulan, dan tahun
dengan benar
4. Klien mampu memperhatikan dan
mendengarkan dengan baik
5. Klien
mampu
melaksanakan
instruksi
sederhana
yang
diberikan.
6. Klien dapat menjawab pertanyaan
yang diberikan dengan tepat.
7. Klien mampu mengenal identitas
dirinya dengan baik.
8. Klien mengenal identitas orang
disekitarnya dengan tepat/baik.
9. Klien
mampu
Intervensi (NIC)
NIC
Memori Taining (Pelatihan Memori)
1. Stimulasi
memory
dengan
mengulangi pembicaraan secara
jelas di akhir pertemuan dengan
pasien.
2. Mengenang pengalaman masa
lalu dengan pasien.
3. Menyediakan
gambar
untuk
mengenal ingatannya kembali
4. Monitor perilaku pasien selama
terapi
5. Monitor daya ingat klien.
6. Kaji kemampuan klien dalam
mengingat sesuatu.
7. Ingatkan kembali pengalaman
masa lalu klien
8. Implementasikan
teknik
mengingat dengan cara yang tepat
9. Latih orientasi klien
10. Beri kesempatan kepada klien
untuk melatih, konsentrasinya
Stimulasi Kognitif (Cognitive
Stimulation)
1. Monitor
interpretasi
klien
terhadap lingkungan
informasi baru
- Lupa melakukan perilaku pada
waktu yang telah dijadwalkan
- Mudah lupa
Faktor Yang Berhubungan ;
- Anemia
- Distraksi lingkungan
- Gangguan neurologis
- Hipoksia
- Gangguan volume cairan
- Ketidakseimbangan elektrolit
- Penurunan curah jantung
2.
Resiko Jatuh (00055)
Domain : 11 Kemanan
Kelas : 2 Cedera Fisik
mengidentifikasikan
tempat
dengan benar.
10. Klien mampu mengidentifikasi
waktu dengan benar.
NOC
1. Trauma risk for
2. Injury risk for
Definisi
Kriteria hasil :
Peningkatan kerentanan untuk jatuh yang
dapat menyebabkan bahaya fisik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x 24 jam di harapkan klien
2. Tempatkan objek/hal-hal yang
familiar di lingkungan/di kamar
klien
3. Observasi
kemampuan
klien
berkonsentrasi.
4. Kaji kemampuan klien memahami
dan memproses informasi
5. Berikan instruksi setelah klien
menunjukkan kesiapan untuk
belajar atau menerima informasi.
6. Atur instruksi sesuai tingkat
pemahaman klien
7. Gunakan bahasa yang familiar
dan mudah dipahami
8. Dorong
klien
menjawab
pertanyaan dengan singkat dan
jelas.
9. Koreksi interpretasi yang salah
10. Beri reinforcement pada setiap
kemajuan klien
NIC
1. Mengidentifikasi defisit kognitif
atau
fisik
yang
dapat
meningkatkan potensi jatuh dalam
lingkungan tertentu
2. Mengidentifikasi perilaku dan
faktor yang mempengaruhi resiko
jatuh
Faktor Resiko
1. Dewasa
 Usia 65 tahun atau lebih
 Riwayat jatuh
 Tinggal sendiri
 Prosthesis eksremitas bawah
 Penggunaan alat bantu
( misalnya : walker,tongkat )
 Penggunaan kursi roda
1. Anak
 Usia dua tahun atau kurang
 Tempat tidur yang terletak
didekat jendela
 Kurangnya
penahan
/
pengekang kereta dorong
 Kurangnya/longgarnya pagar
pada tangga
 Kurangnya penghalang atau
tali pada jendela
 Kurang pengawasan orang tua
 Jenis kelamin laki-laki yang
berusia < 1 tahun
 Bayi yang tidak diawasi saat
berada dipermukaan yang
tinggi ( misalnya: tempat
tidur/meja)
2. Kognitif
 Penurunan status mental
mampu untuk :
1. Keseimbangan:
kemampuan
untuk
mempertahankan
ekuilibrium
2. Gerakan
terkoordinasi
:
kemampuan otot untuk bekerja
sama secara volunter untuk
melakukan
gerakan
yang
bertujuan
3. Perilaku pencegahan jatuh :
tindakan individu atau pemberi
asuhan untuk meminimalkan
faktor resiko yang dapat memicu
jatuh dilingkungan individu
4. Kejadian jatuh : tidak ada
kejadian jatuh
5. Pengetahuan
:
pemahaman
pencegahan jatuh pengetahuan :
keselamatan anak fisik,
6. Pengetahuan : keamanan pribadi
7. Pelanggaran perlindungan tingkat
kebingungan akut
8. Tingkat agitasi
9. Komunitas pengendalian resiko :
10. Gerakan terkoordinasi
3. Mengidentifikasi
karakteristik
lingkungan
yang
dapat
meningkatkan potensi untuk jatuh
( misalnya : lantai yang licin dan
tangga terbuka )
4. Mendorong
pasien
untuk
menggunakan tongkat atau alat
pembantu berjalan
5. Kunci roda dari kursi roda,tempat
tidur,atau brankar selama transfer
pasien
6. Tempat artikel mudah dijangkau
dari pasien
7. Ajarkan pasien bagaimana jatuh
untuk meminimalkan cedera
8. Menyediakan toilet ditinggikan
untuk memudahkan transfer
9. Membantu
ke
toilet
seringkali,interval dijadwalkan
10. Sarankan alas kaki yang aman
11. Mengembangkan
cara
untuk
pasien
untuk
berpartisipasi
keselamatan
dalam
kegiatan
rekreasi
12. Lembaga program latihan rutin
fisik yang meliputi berjalan
13. Tanda-tanda posting untuk
mengingatkan staf bahwa pasien
yang beresiko tinggi untuk jatuh
3. Lingkungan
 Lingkungan
yang
tidak
terorganisasi
Ruang yang memiliki
pencahayaan yang redup
 Tidak ada meteri yang antislip
di tempat mandi pancuran
 Pengekangan
 Karpet yang tidak rata/terlipat
 Ruang yang tidak di kenal
 Kondisi cuaca ( misalnya :
lantai basah,es)
4. Medifikasi
 Penggunaan alcohol
 Inhibitor enzyme pengubah
angiotensin
 Agen anti ansietas
 Agen anti hipertensi
 Deuretik
 Hipnotik
 Narkotik/opiate
 Obat penenang
 Antidepresan trisiklik
5. Fisiologis
 Sakit akut
 Anemia
 Arthritis
 Penurunan
kekuatan
ekstremitas bawah
3.
 Diare
 Kesulitan gaya berjalan
 Vertigo saat mengekstensikan
leher
 Masaalah kaki
 Kesulitan mendengar
 Gangguan keseimbangan
 Gangguan mobilitas fisik
 Inkontinensia
 Neoplasma ( misalnya :
letih,mobilitas terbatas )
 Neuropati
 Hipotensi ortostatisk
 Kondisi postoperative
 Perubahan
gula
darah
postprandial
 Deficit proprioseptif
 Ngantuk
 Berkemih yang mendesak
 Penyakit vaskuler
 Kesulitan melihat
NOC :
Defisit Perawatan Diri
NIC
Domain : 4 : Aktivitas/Istrahat
1. Self care : Activity of Daily
Self Care assistane : ADLs
Kelas : Kelas 5 Perawatan Diri
2. Living (ADLs)
Definisi
Kriteria Hasil :
Hambatan kemampuan untuk melakukan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
1. Monitor kemempuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri.
2. Monitor kebutuhan klien untuk
alat-alat bantu untuk kebersihan
diri, berpakaian, berhias, toileting
atvitas atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian sendiri, eliminasi sendiri dan
makan sedndiri
selama 3 x 24 jam Defisit perawatan diri
teratas dengan kriteria hasil:
-
Batasan Kharateristik
-
-
Ketidakmampuan mengacingkan
pakaian
Hambatan mengambil pakaian
Hambatan mengenakan pakaian
Ketidakmampuan menggunakan
higene eliminasi tepat
Ketidakmampuan naik toilet
Ketidakmampuan memanipulasi
pakaian untuk eliminasi.
Ketidakmampuan untuk berdiri
dan duduk di toilet
Ketidakmampuan
mengambil
makanan dan memasukannya ke
mulut
Ketidakmampuan
mengunyah
makanan
Ketidakmampuan menghabiskan
makanan
Ketidakmampuan
makan
makanan dalam jumlah memadai
Ketidakmampuan memanipulasi
makanan dalam mulut
Ketidakmampuan menyapakna
makanan untuk di makan
-
-
Klien dapat berdandan eliminasi
dan makan dengan mandiri
Menyatakan kenyamanan
terhadap kemampuan untuk
melakukan ADLs
Dapat melakukan ADLS dengan
bantuan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
dan makan.
Sediakan bantuan sampai klien
mampu secara utuh untuk
melakukan self-care.
Dorong klien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki.
Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu
melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga untuk
Mendorong kemandirian, untuk
Memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
-
Ketidakmampuan untuk menelan
Faktor Yang Berhubungan
4.
Gangguan kognitif
Penurunan motivasi
Ketidaknyamanan
Kendala lingkungan
Keletihan
Gangguan musculoskeletal
Gangguan neuromuscular
Nyeri
Gangguan persepsi
Ansietas berat
Hambatan Komunikasi Verbal (00051)
NOC
NIC
Domain : 5 Persepsi Kognisi
1. Ansiety
Kelas : 5 Komunikasi
2. Coping
Definisi
3. Sensori Funtion : hearing dan
Communication
Speech Deficit
Penurunan, keterlambatan atau ketiadaan
vision
kemampuan untuk menerima proses
4. Fear self control
mengirim dan atau menggunaka sistem
symbol
Kriteria Hasil
Batasan Kharateristik
-
Tidak ada Kontak Mata
Tidak Dapat Bicara
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam klien mampu :
1. Berkomunikasi
:
penerimaan
Enhancement
:
1. Gunakan
penerjemah
jika
diperlukan
2. Beri satu kalimat simple setiap
bertemu jika di perlukan
3. Konsultasikan dengan dokter
kebutuhan terapi wicara
4. Dorong
pasien
untuk
berkomunikasi secara perlahan
dan untuk mengulangi permintaan
5. Dengarkan dengan penuh
perhatian berdiri di depan pasien
-
Kesulitan
mengekspresikan
fikiran secara verbal
Kesulitan menyusn kalinat
Kesulitan menyusun kata-kata
Kesuliatan
memahami
pola
komunikasi yang biasa
Kesulitan
dalam
kehadiran
tertentu
Kesulitan menggunakan ekspresi
wajah
Disorientasi orang, ruang dan
waktu.
Tidak bicara
Dismpena
ketidakmampuan
dalam bahasa pemberi asuhan
Ketidakmampuan menggunakan
ekspresi tubuh
Ketidak mampuan menggunakan
ekspresi wajah
Ketidaktepatan verbalisasi
Defisit visual parsial
Pello
Sulit bicara
Gagap
Defisit penglihatan total
Bicara dengan kesulitan
Menolak bicara
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
interpretasi dan ekspresi pesan
Lisan, tulisan dan non verbal
meningkat.
Komunikasi ekspresif : (kesulitan
berbicara ekspresi pesan verbal
atau non verbal yang bermakna)
Komunikasi reseptif (kesulitan
mendengar)
:
penerimaan
komunikasi dan interprestasi
pesan verbal atau non verbal
Gerakan terkoordinasi : mampu
mengkoordinasi gerakan dalam
menggunakan isyarat.
Pengolahan informasi : klien
mampu
untuk
memperoleh,
mengatur, dan menggunakan
informasi
Mampu mengontrol respon
ketakutan dan kecemasan
terhadap ketidak mampuan
berbicara
Mampu memanajemen
kemampuan fisik yang di miliki
Mampu mengkomunikasikan
kebutuhan dengan lingkungan
sosial
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
ketika berbicara.
Gunakan kertu baca, kertas,
pensil, bahasa tubuh, gambar,
daftar kosa kata, bahasa asing,
computer, dan lain-lain. Untuk
memfasilitasi komunikasi dua
arah yang optimal
Ajarkan bicara dari esophagus
jika diperlukan
Beri anjuran kepada pasien dan
keluarga tentang penggunaan alat
bantu bicara misalnya prostesi,
trakheoesofagus dan laring buatan
Berikan pujian positif jika
diperlukan
Anjurkan
pada
pertemuan
kelompok
Anjurkan kunjungan keluarga
secara teratur untuk member
stimulus komunikasi.
Anjurkan ekspresi diri dengan
cara lain dalam menyampaikna
informasi misalnya
bahasa
isyarat.
Faktor Yang Berhubungan
-
Ketiadaan Orang terdekat
Perubahan Konsep Diri
Perubahan sistem syaraf pusat
Defek anatomis
Tumor otak
HDR kronik
Perubahan harga diri
Perbedaan Budaya
Penurunan Sirkulasi ke otak
Perbedaan yang berhubungan
dengan usia perkembangan
Gangguan emosi
Kurang informasi
Hambatan fisik
Kondisi psikologi
HDR situasional
Stress kendala lingkungan
Efek samping obat jelemahan
sistem musculoskeletal
PATHWAY “DEMENSIA”
Faktor predisposisi : virus lambat, proses autoimun, keracunan alumunium dan genetic
Penurunan metabolism dan alran darah di korteks parietalis superior
Degenerasi neuron kolinergik
Kesulitan neurofibrilar
yang difus
Terjadi plak senilis
Hilangnya serat saraf kolinergik di
korteks serebrum
Kelainan neurotransmiter
Penurunan sel neuron kolinergik
yang berproyeksi ke hipokampus
dan amigdala
Asetilkolin menurun pada otak
DEMENSIA
Perubahan kemampuan merawat
diri sendiri
defisit perawatan diri
Kehilangan kemampuan
menyelesaikan masalah
Tingkah laku aneh dan kacau
dan cenderung mengembara
Perubahan mengawasi keadaan
kompleks dan berfikir abstrak
Emosi, labil, pelupa, apatis
Loos deep memory
Perubahan proses fikir
17
DAFTAR PUSTAKA
Boedhi – Darmojo. 2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta:
FKUI.
Elizabeth.J.Corwin. 2009. Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. Jakarta : EGC
Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika
Nugroho, W.2009. Keperawatan Gerontik & Geriatric Edisi 3.Jakarta : EGC
Download