Uploaded by User59890

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GASTROENTERITIS AKUT

advertisement
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GASTROENTERITIS AKUT (GEA)
Oleh :
Nama
: Friska Payung
NIM
: C18141201068
Kelas : II B / S1 Keperawatan
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS
MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2019/2020
Laporan Pendahuluan
A. Konsep Dasar Medis
1. Defenisi
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja
yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan
volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus
lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat, 2012). Diare
adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak dengan konsistensi encer, dapat berwarna hijau atau dapat
pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2010). Diare adalah
buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan
dengan demikian kandungan air dalam tinja lebih banyak dari biasanya (normal
100-200 ml) per jam tinja (Sjaifoellah, 2011). Diare akut timbul secara mendadak
dan berlangsung terus secara beberapa hari
Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus
yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya yang
disebabkan oleh bekteri, virus dan parasit yang patogen. Gastroenteritis adalah
muntah dan diare akibat infeksi atau peradangan pada dinding saluran
pencernaan, terutama lambung dan usus. Di masyarakat luas, gastroenteritis
lebih dikenal dengan istilah muntaber. Gastroenteritis akut (GEA) atau diare
masih menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak
di negara berkembang. Berdasarkan penelitian, terdapat 2 terapi yang dapat
mengurangi angka kematian pada kasus GEA, yaitu :
1. Cairan rehidrasi oral (CRO), dengan formula baru dimana konsentrasi glukosa
dan garam yang lebih rendah diindikasikan untuk mencegah dehidrasi dan
mengurangi kebutuhan pemberian cairan intravena;
2. Suplementasi Zinc, diindikasikan untuk mempersingkat durasi, meringankan
perkembangan penyakit, serta mengurangi kemungkinan berulangnya penyakit
dalam waktu 2 – 3 bulan mendatang.
2. Anatomi Fisiologi
Sumber: https://www.sehatq.com/penyakit/gastroenteritis
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh. Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan yaitu :
1) Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan jalan masuk untuk
system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh
selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di
permukaan lidah. Pengecapan sederhana terdiri dari manis, asam, asin dan
pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung,
terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi
depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham),
menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari
kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah
protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai
secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2) Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Didalam
lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini
terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan
lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut
dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari
bagian superior yaitu bagian yang sama tinggi dengan hidung, bagian media
yaitu bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu bagian
yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut nasofaring, pada
nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang
telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di
akar lidah. Bagian inferior disebut laringofaring yang menghubungkan orofaring
dengan laring.
3) Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut
histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian superior (sebagian
besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus),
serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4) Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga bagian
yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan,
yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzimenzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir,
asam klorida (HCL), dan prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein).
Lendir melindungi sel – sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan
asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
5) Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah
yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan
sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus
halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar, lapisan
otot memanjang dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu
usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan
(ileum).
a) Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
yangterletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan
masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
b) Usus Kosong (Jejenum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, diantara
usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter
adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus
kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus.
c) Usus Penyerapan (Illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2- 4 m dan
terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam empedu.
6) Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari
kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon
sigmoid (berhubungan dengan rektum). Banyaknya bakteri yang terdapat di
dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu
penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat
zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari
usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
7) Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon
desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan
untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena
penumpukan material di dalam rektum akan memicu system saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi,
sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama,
konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang
lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda
mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda
BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit)
dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar)
yang merupakan fungsi utama anus (Pearce, 1999).
3. Klasifikasi
Menurut Sunoto (2010), Diare dapat di klasifikasikan :
1) Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi
a. Diare infeksi spesifik : thypus dan parathypus, satphilococcus disentri basiller
dan enterotolitis nekrotikans
b. Diare non spesifik : diare dietetic
2) Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya diare yang ditimbulkan oleh
bakteri, virus dan parasit
b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya diare
karena bronchitis
3) Ditinjau dari lama infeksi
a. Diare akut : diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak.
Berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3-5 hari. Hanya 25% sampai 30%
pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5%-15% yang berakhir
dalam 14 hari.
b. Diare kronik : diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih
Menurut Hidayat (2012), jenis-jenis diare yaitu :
1) Diare cair akut (termasuk kholera), berlangsung selama beberapa jam atau hari.
Mempunyai bahay utama yaitu dehidrasi dan penurunan berat badan juga dapat
terjadi jika makan tidak di lanjutkan
2) Diare akut berdarah, yang juga disebut disentri yang mempunyai bahaya utama
yaitu kerusakan mukosa usus, sepsis dan gizi buruk, mempunyai komplikasi
seperti dehidrasi
3) Diare persisten, yang berlangsung 14 hari atau lebih, bahaya utamanya adalah
malnutrisi dna infeksi non-usus serius dan dehidrasi
4) Diare dngan malnutrisi berat (marasmus dan kwasiorkor) mempunyai bahaya
utama adalah infeksi sistemik yang parah, dehidrasi, gagal jantung dan
kekurangan vitamin dan mineral
4. Etiologi
Penyebab gastroenteritis akut atau diare akut pada anak dapat dilihat pada tabel.
Infeksi usus merupakan penyebab tersering diare akut yang sporadis. Diare akut
pada umumnya disebabkan infeksi virus (40-60%). Rotavirus sebagai pathogen
penyebab tersering pada usia 6-24 bulan. Hanya 10% diare di sebabkan oleh
infeksi bakteri, terutama pada beberapa bulan awal kehidupan (bayi muda) dan
pada anak usia sekolah.
Tabel penyebab GEA atau diare akut :
Infeksi
Infeksi usus (termasuk keracunan makanan) infeksi
di luar usus
Obat-obatan
Antibiotik
Obat-obatan lain
Alergi makanan seperti misalnya alergi terhadap
Kelainan cerna/absorpsi
Defisiensi Vitamin
Tertelan logam berat
protein susu sapi atau CMPA (cow’s milk protein
allergy)
Alergi protein kedelai
Alergi makanan multiple
Defiensi sukrase/ isomaltase
Awitan lambat (atau tipe dewasa) hipolaktase
Defisiensi niasin
Kobalt (Co), Seng (Zn), dan cat
Infeksi diluar usus yang sering disertai diare adalah otitis media akut,
infeksi saluran kemih dan penyakit paru, yang biasanya menyebabkan diare
ringan dan dapat sembuh sendiri seiring dengan sembuhnya penyakit dasar.
Penggunaan beberapa obat, terutama antibiotic, sering dihubungkan dengan
Clostridium difficile. Alergi terhadap protein susu sapi merupakan satu diagnosis
banding yang perlu dipikirkan selain sindrom malabsorpsi bila diare tidak sembuh
dalam 10-14 hari.
Suharyono (2008) dan Sudoyo (2002) menyebutkan bahwa penyebab dari
gastroenteritis antara lain :
Faktor Infeksi
a. Infeksi Internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama gastroenteritis. Penyebab infeksi internal adalah virus, bakteri
dan parasit:
1) Infeksi Virus
 Retovirus: Retovirus merupakan penyebab tersering. Sering didahului
atau disertai dengan muntah. Biasanya timbul sepanjang tahun terutama
pada musim dingin. Dapat ditemukan demam atau muntah.
 Enterovirus: Biasanya timbul pada musim panas.
 Adenovirus: Sering timbul sepanjang tahun, menyebabkan gejala pada
saluran pencernaan/ pernafasan.
2) Infeksi Bakteri
 Sigella: Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September. Insiden paling
tinggi pada umur 1-5 tahun. Gejala muntah tidak menonjol.
 Salmonella: Bakteri menembus dinding usus. Gejala yang sering muncul
diantaranya feses berdarah, mukoid, mungkin ada peningkatan
temperature, muntah tidak menonjol, terdapat sel polos dalam feses,
masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari, organisme dapat ditemukan
pada feses selama berbulanbulan.
 Escherichia coli: Menembus mukosa (feses berdarah) atau yang
menghasilkan enterotoksin.


Campylobacter: Biasanya bersifat invasis (feses yang berdarah dan
bercampur mukus). Gejala yang sering timbul kram abdomen yang hebat,
muntah / dehidrasi jarang terjadi
Yersinia Enterecolitica: Gejala yang sering timbul adalah feses mukosa,
sering didapatkan sel polos pada feses, nyeri abdomen yang berat, diare
selama 1-2 minggu, sering menyerupai apendicitis.
3) Infeksi Parasit karena Cacing (ascaris, strongyloides, protozoa, jamur)
b. Infeksi Parenteral
Ialah infeksi diluar alat pencernaan seperti otitis media akut (OMA), tonsillitis,
bronkopneumoni, ensefalitis dan lain-lain
Faktor Non Infeksi
1) Malabsorbsi karbohidrat, protein dan lemak
2) Faktor makanan: Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
Faktor Imun
Defisiensi imun terutama SIAg (Secretory Imunoglobulin A) yang mengakibatkan
terjadinya berlipat gandanya bakteri/ flora usus dan jamur terutama candida.
5. Patofisiologi
Virus dapat secara langsung merusak vili usus sehingga mengurangi luas
permukaan usus halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik. Pada
Rotavirus terdapat komponen yang mirip enterotoksin (NSP4) yang mampu
menginduksi sekresi dan menyebabkan diare cair.
Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa mekanisme yang berbeda.
Bakteri invasive mengakibatkan ulserasi mukosa usus dan pembentukan abses
yang diikuti oleh respon inflamasi. Toksin bakteri dapat mempengaruhi proses
selular baik di dalam usus maupun di luar usus. Enterotoksin E.coli yang tahan
panas akan mengaktifkan adenilat siklase, sedangkan toksin yang tidak tahan
panas mengaktifkan guanilat siklase, E.coli enterohemoragik dan Shigella
menghasilkan verotoksin yang menyebabkan kelainan sistemik seperti kejang
dan sindroma hemolitik uremik. Bakteri noninvasive dan protozoa lainnya dapat
melekat pada dinding usus dan menyebabkan peradangan.
Dari beragamnya pathogenesis diare tersebut, secara garis besar
terdapat 2 mekanisme dasar terjadinya diare.

Diare Osmotik
Di dasari oleh adanya nutrient yang tidak terserap, selanjutnya nutrient
tersebut difermentasikan di usus besar menghasilkan asam organic dan
gas. Asam organic menyebabkan peningkatan tekanan osmotic
intraluminal yang menghambat reabsorpsi air dan lektrolit sehingga terjadi
diare.

Diare sekretorik
Pada diare sekretorik terdapat infeksi bakteri yang mampu melepas
enterotoksin di dalam usus. Selanjutnya enterotoksin ini merangsang cAMP dan c-GMP , akibatnya kapasitas sekresi sel kripte meningkat
sehingga terjadi kehilangan air dan elektrolit yang berlebihan.


Konsekuensi dari mekanisme tersebut dapat menimbulkan :
Dehidrasi, gangguan elektrolit dan keseimbangan asam-basa (asidosis
metabolic) akibat dari kehilangan air dan elektrolit (Natrium, Kalium,
Kalsium, Magnesium dan Bikarbonat).
Apabila berlangsung lama dapat menyebabkan malabsorpsi berat
sehingga terjadi gangguan gizi dan hipoglikemia, keadaan ini di permudah
dengan penghentian makanan atau susu yang diberikan terlalu encer.
6. Manifestasi Klinik
Anamnesis. Anamnesis anak dengan gejala diare akut perlu dimulai dengan
mengambil informasi yang mungkin mengarahkan apakah diare tersebut primer
atau sekunder. Diare dapat terjadi secara sekunder sebagai bagian atau akibat
dari penyakit dasar lain. Gejala respiratorik, seperti batuk atau sesak
mengarahkan pada pneumonia. Frekuensi berkemih meningkat dan nyeri saat
berkemih mengarahkan pada infeksi saluran kencing atau pielonefritis. Adanya
sakit telinga mungkin akibat otitis media akut, adanya demam disertai perubahan
kesadaran mungkin merupakan gejala meningitis, ensefalitis, atau sepsis.
Tujuan anamnesis selanjutnya adalah menilai beratnya gejala dan resiko
komplikasi seperti dehidrasi. Pertanyaan spesifik mengenai frekuensi, volume
serta lama diare dan muntah, serta ada tidaknya demam, jumlah dan jenis cairan
yang telah diminum, diperlukan untuk menentukan derajat kehilangan cairan dan
gangguan elektrolit yang terjadi. Dehidrasi yang bermakna dapat bermanifestasi
sebagai berkurangnya aktifitas, volume urin dan berat badan.
Tanda dan gejala anak yang menderita diare, yaitu:
1) Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
2) Suhu tubuh meninggi/demam
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Feces encer, berlendir atau berdarah
Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
Anus lecet
Muntah sebelum dan sesudah diare
Anoreksia
Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor
kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran mukosa
kering.
10) Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
11) Keram abdominal
12) Mual dan muntah
13) Lemah
14) Pucat
15) Perubahan TTV : Nadi dan pernafasan cepat.
16) Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk memperkirakan derajat dehidrasi dan mencari
tanda-tanda penyakit penyerta. Gejala dan tanda dehidrasi perlu ditemukan dan
harus, berat badan sebelum sakit perlu ditanyakan. Berat badan saat datang
harus diukur sebagai parameter kehilangan cairan dan dapat digunakan sebagai
parameter keberhasilan terapi. Bila ditemukan nafas cepat dan dalam
menandakan adanya komplikasi asidosis metabolic. Bila nyeri bertambah pada
palpasi dan ditemukan nyeri tekan, nyeri lepas atau anak menolak diperiksa,
waspadai kemungkinan komplikasi atau kemungkinan penyebab non infeksi.
Pada keadaan kembung, auskultasi harus lebih cermat untuk mendeteksi
adanya ileus paralitik. Amati adanya eritema perianal akibat adanya malabsorpsi
karbohidrat sekunder atau akibat malabsorpsi garam empedu sekunder yang
disertai dengan dermatitis popok.
Tabel penentuan derajat dehidrasi menurut WHO
Tanda dan
Derajat Dehidrasi
Gejala
Tanpa
Ringan/Sedang
Berat
Anamnesis
Diare
Biasanya 1-3x
3x atau lebih
Terus menerus
banyak
Muntah
Tidak ada atau
Kadang-kadang
Biasanya sering
sedikit
Rasa haus
Tidak ada atau Haus
Haus sekali atau
sedikit
tidak mau minum
Kencing
Normal
Nafsu
makan/aktifitas
Normal
Sedikit, pekat
Tidak kencing (6
jam)
Nafsu
makan Nafsu makan tidak
berkurang,
ada, anak sangat
aktifitas menurun
lemas.
Pemeriksaan
Fisis
a. Inspeksi
KU
Baik
Mata
Normal
Mengantuk/gelisah Gelisah/tidak
sadar
Cekung
Sangat cekung
Air mata
Mulut/lidah
Ada
Basah
Tidak ada
Kering
Tidak ada
Sangat kering
Napas
Normal
Lebih cepat kering
Cepat dan dalam
b. Palpasi
Turgor
Kembali cepat
Kembali pelan
Nadi
Normal
Lebih cepat
Ubun-ubun
Normal
Cekung
Kembali
sangat
pelan (>2detik)
Sangat cepat/tidak
teraba
Sangat cekung
c.Kehilangan
berat badan
Kesimpulan
Sedikit
5-9%
>10
2 atau lebih gejala 2 atau lebih gejala 2 atau lebih gejala
: Dehidrasi (-)
: Dehidrasi ringan : Dehidrasi berat
sedang
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lab yang lengkap hanya dikerjakan jika diare tidak sembuh dalam
5-7 hari.
Pemeriksaan lab yang perlu di lakukan antara lain ;
1. Pemeriksaan tinja : makroskopik dan mikroskopik
2. Pemeriksaan tambahan :
Tinja : Biarkan kuman, tes resistensi terhadap berbagai antibiotika, pH dan
kadar gula jika di duga ada intoleransi laktosa.
Darah : Kadar gula darah pada kasus dengan malnutrisi dan dehidrasi berat
dan atau dengan ensefalopati.
Pemeriksaan lain yang perlu dikerjakan pada dehidrasi berat dan atau dengan
ensefalopati adalah pemeriksaan elektrolit serum, analisis gas darah, dan nitrogen
urea. Pemeriksaan kadar elektrolit serum perlu dilakukan pada anak dengan gejala
hypernatremia atau hipoglikemia. Adapun tanda-tanda hypernatremia adalah kulit
teraba hangat, tanda dehidrasi seolah-olah ringan, hypertonia, hiperefleksia, letargi,
namun terdapat iritabilitas yang nyata bila di rangsang.
8. Penatalaksanaan
1. Dietetik
 ASI/ Makanan dilanjutkan
 Beri makanan yang mudah dicerna, rendah serat dan tidak merangsang.
2. Obat-obat
a. Obat anti diare : anti motolitas dan sekresi usus (laperamind), oktreotid
(sondostatin) sudah dicoba dengan hasil memuaskan pada diare sklerotik.
b. Obat anti diare yang mengeraskan tinja dan absorbsi zat toksin yaitu norik
1-2 tablet diuang sesuai kebutuhan.
c. Antiemetik (metoc lopramind).
d. Anti spasmodik, anti koinergik (antagonis stimulus kolinergik pada
resseptor muskarinik), contoh : papaperin.
e. Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan yaitu vitamin B1 dan asam
folat
3. Rehidrasi
 Jumlah oralit yang di berikan dalam 3 jam pertama : Oralit yang diberikan
dihitung dengan mengalikan BB penderita (kg) dengan 75 ml.
 Bila BB anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan
berikan oralit “paling sedikit” sesuai tabel di bawah ini :



Umur
<1 tahun
1-5 tahun
>5 tahun
Dewasa
Jumlah Oralit
300 mL
600 mL
1200 mL
2400 mL
Bila rehidrasi berhasil, lanjutkan pemberian oralit 10 mL/kgBB setiap BAB
Dorong ibu untuk meneruskan ASI
Untuk bayi dibawah 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI, berikan juga 100-200
mL air masak/susu formula selama masa ini.
9. Komplikasi


Hipoglikemia
Gejala : Berkeringat, kesadaran menurun, kejang-kejang. Beri glukosa bolus i.v.
dengan dosis 2-4 g/kgBB
Beri oralit (mengandung 20 mmol K/L, buah-buahan yang mengandung banyak
K (pisang)
Ileus paralitik
Preparat K intravena

Syok hipovolemik
Dikarenakan cairan dan elektrolit yang terbuang bersama tinja (Suryadi, 2011)
10. Konsep Tumbuh Kembang Anak
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak
konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan
dewasa. Anak bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan
perkembangan yang sesuai dengan usianya.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian. Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan
perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan,- perkembangan merupakan hasil
interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya,
misalnya perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan
sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang
utuh.
Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak.
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri
ciri tersebut adalah sebagai berikut:
1) Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi bersamaan
dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai
pertumbuhan otak dan serabut saraf.
2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak
akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri
jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri
anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis
karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi
organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
4) Perkembangan berkore/asi dengan pertumbuhan. Pada saat pertumbuhan
berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental,
memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur,
bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ tubuh
terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu:
 Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah
kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).
 Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu
berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak
halus (pola proksimodistal).
6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan seorang
anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa
terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran
sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan
dan sebagainya.
11. Discharge Planning






Pengertian dari diare
Penjelasan tentang penyebab penyakit
Tanda dan gejala yang dapat di tanggulangi/di ketahui oleh keluarga
Penjelasan tentang penatalaksanaan yang dapat keluarga lakukan
Klien dan keluarga ke rumah sakit/puskesmas terdekat apabila ada gejala yang
memberatkan penyakitnya
Keluarga harus mendorong/memberikan dukungan pada pasien dalam menanti
program pemulihan kesehatan
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Konsep Tumbuh Kembang Anak
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau
dimensi tingkat sel organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat
(gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan
keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2013).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya skill (kemampuan)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan
system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing
dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual,
dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih,
2012).
b. Periode Tumbuh Kembang Anak.
Tumbuh-Kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan
berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.Tumbuh
kembang anak terbagi dalam beberapa periode.
Berdasarkan beberapa kepustakaan, maka periode tumbuh kembang anak
adalah sebagai berikut:
1) Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan).
 Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2
minggu.
 Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.
Ovum yang telah dlbuahi dengan cepat akan menjadl suatu organisme,
terjadi diferensiasi yang berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem
organ dalam tubuh.
 Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir
kehamilan.
Masa ini terdiri dari 2 periode yaitu:
a) Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai
trimester kedua kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi
percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia sempurna.
Alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi.
b) Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini
pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi-
fungsi. Terjadi transfer lmunoglobin G (lg G) dari darah ibu melalui
plasenta. Akumulasi aasam lemak esensial seri Omega 3 (Docosa
Hexanic Acid) dan Omega 6 (Arachldonlc Acid) pada otak dan
retina.
Periode yang paling penting dalam masa prenatal adalah trimester
pertama kehamilan. Gizi kurang pada ibu hamil, infeksi, merokok dan asap
rokok, minuman beralkohol, obat-obat, bahan-bahan toksik, pola asuh, depresi
berat, faktor psikologis seperti kekerasan terhadap ibu hamil, dapat menimbulkan
pengaruh buruk bagi pertumbuhan janin dan kehamilan.
2) Masa bayi (infancy) umur 0 - 11 bulan.
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan
sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ. Masa neonatal dibagi
menjadi 2 periode:
a. Masa neonatal dini,umur 0 - 7 hari.
b. Masa neonatal lanjut, umur 8 - 28 hari.
Hal yang paling penting agar bayi lahir tumbuh dan berkembang menjadi anak
sehat adalah:
 Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di sarana
kesehatan yang memadai.
 Untuk mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan, jangan
terlambat pergi kesarana kesehatan bila dirasakan sudah saatnya untuk
melahirkan.
 Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang dapat
menenangkan perasaan ibu.
 Sambutlah kelahiran anak dengan perasaan penuh suka cita dan penuh
rasa syukur. Lingkungan yang seperti ini sangat membantu jiwa ibu dan
bayi yang dilahirkannya.
 Berikan ASI sesegera mungkin. Perhatikan refleks menghisap
diperhatikan oleh karena berhubungan dengan masalah pemberian ASI.
c. Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan.
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem saraf.
Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan keluarga sebagai unit pertama
yang dikenalnya. Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi,
mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan
pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola
asuh yang sesuai.
3) Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan).
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat
kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta
fungsi ekskresi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada
masa balita.
Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat
dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta
dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap
kelalnan/penyimpangan sekecll apapun apablla tidak dideteksl apalagi tidak
ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia
dikemudian hari.
4) Masa anak prasekolah (anak umur 60 - 72 bulan).
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi
perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya
ketrampilan dan proses berfikir. Memasuki masa prasekolah, anak mulai
menunjukkan keinginannya, seiring dengan pertumbuhan
dan perkembangannya.
Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan
sistim reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap
sehingga anak mampu belajar dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses
belajar pada masa ini adalah dengan cara bermain. Orang tua dan keluarga
diharapkan dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya, agar
dapat dllakukan intervensl dini bila anak mengalami kelainan atau gangguan.
c. Tahap Perkembangan Anak
Usia 0-12 Bulan
No
1.
Lingkup
Perkembangan
0-3 Bulan
Motorik Kasar 1. Mengangkat
kepala 45°
ia akan
menggunakan
kedua lengannya
untuk
mengangkat
kepala dan
dadanya.
2. Menahan
kepala tetap
Tahap Perkembangan
3-6 Bulan
6-9 Bulan
• Berguling.
- Menyangga
• Menahan
berat.
kepala tetap
-Mengembangkan
tegak
kontrol terhadap
kepala.
- Duduk.
9-12 Bulan
- Mengangkat
badannya pada posisi
berdiri
- Belajar berdiri
selama 30 detik atau
berpegangan pada
kursi/meja
- Dapat berjalan
dengan dituntun
2.
Motorik Halus
3.
Bicara dan
Bahasa
tegak
Gendong bayi
dalam posisi
tegak agar ia
dapat belajar
menahan
kepalanya tetap
tegak
Melihat, meraih
dan menendang
mainan gantung
Gantungkan
mainan/benda
pada tali diatas
bayi dengan jarak
30 cm atau
sekitar
2 jengkal tangan
orang dewasa.
Bayi akan tertarik
dan melihat
sehingga
menggerakkan
tangan dan
kakimya sebagai
reaksi, pastikan
benda tersebut
tidak
bisa dimasukkan
ke mulut bayi dan
tidak akan
terlepas dari
ikatan
1. Mengajak bayi
tersenyum
2. Berbicara
3. Mengenali
berbagai suara
• Melihat,
meraih dan
menendang
mainan
gantung
•
Memperhatikan
benda
bergerak
• Melihat
benda-benda
kecil
• Meraba dan
merasakan
berbagai
bentuk
permukaan
- Memungut dua
benda, masingmasing tangan
pegang satu
benda pada saat
yang bersamaan.
- Memungut
benda sebesar
kacang dengan
cara meraup.
• Memasukkan benda
ke mulut
• Menggenggam erat
pensil
1. Stimulasi
yang perlu
dilanjutkan.
• Bicara
• Meniru suarasuara
• Mengenali
berbagai suara
2. Mencari
sumber suara.
• Latih bayi
agar
menengok ke
a. Berbicara.
b. Mengenali
berbagai suara.
c. Mencari
sumber suara.
d. Menirukan
kata-kata.
•Mengulang/meniruka
n bunyi yang didengar
• Menyebut 2 - 3 suku
kata yang sama tanpa
arti
• Bereaksi terhadap
suara yang perlahan
atau bisikan
arah sumber
suara
• Arahkan
mukanya ke
arah sumber
suara.
bayi dibawa
mendekati
sumber suara.
3. Menirukan
kata-kata.
Contohnya:
papa, mama,
baba.

Perkembangan motorik usia 6 tahun
Biasanya, anak yang telah memasuki usia 6 tahun atau setara dengan
anak kelas 1 SD memiliki perkembangan motorik berupa kemampuan melompat.
Saat itu, anak usia 6 tahun ini seharusnya sudah bisa melompati sebuah objek
dengan ketinggian 25 sentimeter (cm). Selain itu, anak sudah bisa bermain
sepeda roda tiga sebagai latihan sebelum menggunakan sepeda dengan roda
dua. Perkembangan motorik anak yang seharusnya sudah duduk di bangku
kelas 1 SD yaitu kemampuan melempar benda.
Pada usia tersebut, sudah sewajarnya jika anak mampu melempar suatu
benda sesuai dengan sasaran. Di samping itu, ada pula perkembangan motorik
lainnya berupa kemampuan berenang, serta berjoget sesuai dengan ritme dan
irama musik yang didengarkan.

Perkembangan motorik usia 7 tahun
Memasuki usia 7 tahun, perkembangan motorik anak usia SD semakin
bertambah luas. Salah satu di antaranya adalah anak bisa mengendarai sepeda
hanya dengan roda dua saja. Selain itu, pada usia 7 tahun, anak Anda sebaiknya
sudah bisa berolahraga dengan kontrol fisik yang lebih baik dibanding saat
masih berusia 6 tahun. Perkembangan motorik anak usia SD ini juga ditandai
dengan kemampuan bergerak mundur pada kecepatan rendah. Tidak hanya itu
saja, pada usia ini, anak juga bisa menggelinding ke depan atau ke samping,
meski pergerakannya masih kasar. Anak Anda diharapkan juga bisa melakukan
gerakan berputar-putar dalam posisi berdiri tanpa berpindah tempat. Jika anak
umur 6 tahun bisa melompati sebuah objek pada ketinggian 25 cm, saat
beranjak 7 tahun, anak harus bisa melakukan lompatan yang lebih rumit.
Sebagai contoh, anak usia 7 tahun bisa melompat dan mendarat baik
menggunakan kedua kaki atau hanya salah satu kaki tanpa terjatuh.

Perkembangan motorik usia 8 tahun
Pada usia 8 tahun, perkembangan motorik anak SD masih terus berlanjut.
Namun, anak usia 8 tahun biasanya masih merasa tubuhnya mengalami
perubahan, apalagi pada usia ini anak memang sangat kentara tumbuh
kembangnya.
Di usia ini, anak sudah mulai bisa menentukan apakah dirinya suka
kegiatan yang membutuhkan tubuhnya untuk banyak bergerak seperti olahraga,
atau justru sebaliknya. Anak usia 8 tahun juga mulai menunjukkan kemampuan
dalam melakukan kombinasi gerakan yang cukup rumit seperti melompat saat
sedang menangkap bola, berlari sambil menggiring bola, dan lain sebagainya.

Perkembangan motorik usia 9 tahun
Pada usia ini, anak Anda bisa menyelesaikan permainan fisik dan bisa
meraih targetnya dalam melakukan permainan tersebut. Sementara itu, di usia
ini, anak cenderung lebih banyak mengalami pertumbuhan fisiknya secara
seksual.

Perkembangan motorik usia 10-12 tahun
Setelah memasuki usia 10 hingga 12 tahun, anak-anak sudah berada
pada transisi usia menuju remaja. Baik anak laki-laki maupun perempuan sudah
banyak yang mengalami pertumbuhan pada organ seksualnya. Saat ini mungkin
juga saat yang tepat bagi orangtua memberikan pendidikan seksual bagi anak.
Namun, tidak banyak yang bisa dialami pada usia ini sebagai perkembangan
motorik anak usia SD.
d. Jenis-jenis Imunisasi
Imunisasi adalah upaya pemberian bahan antigen untuk mendapatkan
kekebalan adaptif pada tubuh manusia terhadap agen biologis penyebab
penyakit. Dengan kata lain, langkah ini bertujuan agar tubuh dapat melindungi
dirinya sendiri. Penting untuk memenuhi jadwal imunisasi agar anggota keluarga
terhindar dari penyakit berbahaya.
Pemberian vaksin, baik untuk anak-anak maupun untuk dewasa, adalah
cara pencegahan penyakit yang umum dilakukan. Vaksin yang mengandung
virus atau bakteri yang telah dilemahkan, atau protein mirip bakteri yang
diperoleh dari pengembangan di laboratorium, bekerja mencegah penyakit

dengan cara menimbulkan reaksi imunitas tubuh dan mempersiapkan tubuh
untuk melawan serangan infeksi di kemudian hari.
Ada beberapa jenis imunisasi yang diberikan pada anak yaitu sebagai
beriku :
Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi untuk mencegah virus Hepatitis B yang
dapat menyerang dan merusak hati.
Imunisasi BCG adalah imunisasi anak untuk mencegah tuberkulosis paru,
kelenjar, tulang dan radang otak yang bisa menimbulkan kematian atau
kecacatan.
Imunisasi Hib dan Pneumokokus dapat mencegah infeksi saluran nafas berat
(pneumonia) dan radang otak (meningitis).
Imunisasi influenza adalah imunisasi anak yang dapat mencegah influenza berat.
Vaksin demam tifoid adalah imunisasi yang mencegah penyakit demam tifoid
berat.
Imunisasi MMR. Vaksin ini mencegah penyakit: Mumps (gondongan, radang
buah zakar), Morbili (campak) dan Rubela (campak Jerman).
Imunisasi cacar air (varisela) untuk mencegah penyakit cacar air.
Imunisasi Hepatitis A adalah untuk mencegah radang hati karena virus hepatitis
A.
Imunisasi HPV adalah imunisasi mencegah kanker leher rahim.





Beberapa vaksin cukup diberikan sekali, tetapi sebagian lain perlu diulang
setelah periode tertentu, agar tubuh terus mendapat perlindungan. Inilah
mengapa penting bagi orang tua untuk mencermati dan menaati jadwal
imunisasi keluarga.
Berikut jenis imunisasi yang tergabung dalam program pemerintah, dan
didanai oleh pemerintah, bagi bayi di bawah usia 1 tahun di Indonesia:
Usia 0 bulan: BCG, HB-0, Polio-0
Usia 2 bulan: DPT/HB/Hib-1, Polio-1
Usia 3 bulan: DPT/HB/Hib-2, Polio-2
Usia 4 bulan: DPT/HB/Hib-3, Polio-3
Usia 9 bulan: Campak








Pada umumnya, imunisasi dasar dipenuhi saat anak berusia 1-4 tahun. Di
masa ini juga biasanya dilakukan imunisasi ulangan untuk memperpanjang masa
kekebalan imunisasi dasar. Beberapa jenis imunisasi juga diulang lagi pada usia
5-12 tahun, sedangkan usia 13-18 tahun biasanya digunakan untuk imunisasi
tambahan. Mendapatkan vaksin tepat waktu sesuai usianya sangat penting
dilakukan. Jika terlambat, Anda bisa membuat jadwal imunisasi baru dengan
dokter.
Berikut ini adalah jenis imunisasi yang dianjurkan berdasarkan kelompok




umur:
Usia kurang dari 1 tahun: BCG, hepatitis B, polio, DPT, campak, HiB,
pneumokokus, rotavirus.
Usia 1-4 tahun: DPT, polio, MMR, tifoid, hepatitis A, varisela, influenza, HiB,
pneumokokus.
Usia 5-12 tahun: DPT, polio, campak, MMR, tifoid, Hepatitis A, varisela,
influenza, pneumokokus.
Usia 12-18 tahun: Td, hepatitis B, MMR, tifoid, hepatitis A, varisela, influenza,
pneumokokus, HPV.
2. Pengkajian Pola Kesehatan
a. Pola Persepsi – pemeliharaan Kesehatan
Biasanya klien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, Kebersihan klien seharisehari kurang baik.
b. Pola Nutrisi & Metabolik
Biasanya klien tidak mau makan, dan klien mengalami penurunan berat badan.
c. Pola Eliminasi
Biasanya klien BAB lebih dari 4 kali sehari, dan BAK jarang.
d. Pola Latihan dan Aktivitas
Biasanya klien mengalami gangguan aktivitas karena kondisi tubuh yang lemah
dan adanya nyeri akibat distensi abdomen, aktivitas klien dibantu keluarga/
orang lain.
e. Pola Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan istirahat dan tidur karena adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
f. Pola Persepsi dan Kognitif
Biasanya klien masih dapat menerima informasi namun kurang berkonsentrasi
karena nyeri pada abdomennya.
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Biasanya klien mengalami gangguan konsep diri karena kebutuhan fisiologisnya
terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada fase sakit.
h. Pola Peran dan Hubungan dengan sesame
Biasanya klien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran klien
pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan (ex: tidak dapat menjalankan
peran sebagai ibu rumah tangga).
i.
Pola Seksual – Reproduksi
Biasanya klien mengalami gangguan seksual- reproduksi.
j.
Pola Koping – Toleransi terhadap Stress
Biasanya klien mengalami kecemasan yang berangsur-angsur dapat menjadi
pencetus stress.
k. Pola Nilai & Kepercayaan
Biasanya klien tidak dapat melaksanakan ibadah seperti biasanya karena posisi
klien dalam keadaan tirah baring.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan gastroenternitis akut
(GEA) adalah :
1) Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi.
2) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.
3) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan
mengabsorpsi nutrien.
4) Kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
5) Ansietas b.d hubungan interpersonal.
4. Perencanaan Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi.
Intervensi :
 Kaji kesadaran dan kognisi klien.
 Tingkatkan kepala tempat tidur, atau minta klien duduk tegak di kursi; sangga
dengan bantal.



Ubah posisi kien secara sering.
Pertahankan sikap yang tenang ketika bekerja dengan klien atau kerabat. Beri
lingkungan yang tenang, beri tahu dan dukung klien dalam penggunaan teknik
relaksasi, dan beri obat anti ansietas sesuai indikasi.
Beri tahu dan dukung klien untuk melatih kembali pernapasan.
b. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.
Intervensi :
 Identifikasi diagnosis yang relavan
 Catat adanya membran mukosa kering, turgor kulit buruk, kelambatan pengisian
kapiler, vena leher datar, dan laporan haus atau kelemahan, anak yang
menangis tampaair mata , bola mata cekung (atau fontanel pada bayi), demam,
penurunan berat badan, haluaran urin sedikit atau tidak ada.
 Lakukan dan evaluasi kembali secara kontinu kebutuhan penggantian cairan 24
jam dan rute yang digunakan.
 Lakukan perawatan mulut dan perawatan mata secara rutin.
c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan
mengabsorpsi nutrien.
Intervensi :
 Dapatkan riwayat atau tinjau catatan asupan porsi (atau kalori) harian, pola dan
waktu makan.
 Timbang berat badan dengan menggunakan timbangan yang sama, waktu yang
sama dalam sehari, dan pakaian yang sama, sedapat mungkin.
 Lakukan kolaborasi dengan tim gizi.
 Tingkatkan zat gizi khusus (misalnya protein, karbohidrat, lemak, dan kalori),
sesuai kebutuhan, dengan memberi makanan dan pilihan bumbu yang disukai
kepada klien jika memungkinkan.
 Hindari makanan yang menyebabkan intoleransi atau meningkatnya motilitas
lambung (misalnya makanan pembentuk gas, panas atau dingin, pedas,
minuman yang mengandung kafein, produk susu, dan kesukaan).
 Beri pengobatan sesuai indikasi.
d. Kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
Intervensi :
 Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
 Hindari kerutan pada tempat tidur
 Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
 Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jamsekali
 Monitor kulit akan adanya kemerahan
e. Ansietas b.d hubungan interpersonal.
Intervensi :
 Indentifikasi persepsi klien tentang ancaman yang berasal dari situasi.
 Bina hubungan terapeutik, dengan menunjukkan empati dan penghargaan positif
tanpa syarat
 Beri tindakan kenyaman (misalnya lingkungan yang tenang atau damai, musik
yang lembut mandi air hangat, menggosok punggung: sentuhan terapeutik).
 Mendorong klien untuk mengembangkan program latihan atau aktivitas yang
teratur.
5. Perencanaan Pulang (Discharge Plannig)
Hal-hal yang perlu disampaikan kepada pasien dan keluarga sebelum pulang
adalah:







Jelaskan tentang penyebab penyakit
Tanda dan gejala yang dapat di tanggulangi/di ketahui oleh keluarga
Jelaskan tentang penatalaksanaan yang dapat keluarga lakukan
Klien dan keluarga ke rumah sakit/puskesmas terdekat apabila ada gejala yang
memberatkan penyakitnya
Keluarga harus mendorong/memberikan dukungan pada pasien dalam menanti
program pemulihan kesehatan
Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian makanan atau
minuman (misal oralit)
Jelaskan obat-obatan yang diberikan, efek samping dan kegunaannya.
ETIOLOGI
PATWAY GEA
FAKTOR PRESIPITASI
FAKTOR PREDISPOSISI
Mikroorganisme,
lingkungan kotor
Kuman masuk dalam
saluran pencernaan
Bakteri
Parasit
Sebagian dimusnakan
oleh asam lambung dan
sebagian melewati asam
lambung
Berkembang dalam usus
halus
HYPERTERMI
Mengeluarkan
toksin/racun
Makanan : basi ,
beracun, alergi.
Faktor Infeksi
Invasi
Merusak
mukosa
Reaksi
petahanan
E.coli
Proses Infeksi
Melekat pd
dinding usus
Virus
Non Invasi
Tdk merusak
mukosa
Bakteri
melepas
toksin
Menghasilkan
enfero toksin
Menginvasi
Lap.Epitelium
usus halus
Tercemar oleh bakteri
Kuman tidak dapat
diserap
Menyerang
vilus usus halus
Infeksi dalam
rongga
Malabsobsi : protein,
lemak, karbohidrat.
Makanan tidak dapat
dicerna dan
diabsorpsi
Tekanan osmotic me
Terjadi pergeseran
air dan elektrolit
Atrofi usus
Gangguan motilitas
Pe↓ fungsi
absorpsi usus
Koloid
osmotik usus
Isi rongga usus me
NYERI
AKUT
Peradangan pada
dinding usus
Me↑ tekanan
epitel usus
Reaksi imunologi
(antigen/antibody)
Sekresi aktif
anion
Hiperperistaltik
usus
Peristaltic me
Merangsang
hipotalamus
DIARE AKUT
Hipersekresi air dan
elektrolit
Peningkatan suhu tubuh
Usus tidak mampu
menyerap makanan
Frekuensi BAB
meningkat
HYPERTERMI
Output yang
berlebihan
Asam lambung men
Tanda dan gejala : mata dan
ubun-ubun cekung , mukosa
bibir kering , cubitan dinding
perut kembali lambat.
Mengakibatkan perut
kembung
Mual dan muntah
Dx : Kekurangan volume cairan
b.d kekurangan cairan aktif
Intake kurang
Kurang
informasi
Persepsi
yang salah
Feses
bersifat
asam
Iritasi
pada kulit
KURANG
PENGETAHUA
N
Dx : Kerusakan integritas kulit b.d
kelembapan
NOC : Volume cairan
Mempengaruhi IMT
Dx : Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
NOC : Status nutrisi
Malnutrisi
NIC : Manajemen Nutrisi
NOC : Integritas kulit
NIC : Manajemen cairan
NIC :Manajemen tekanan
Hipoglikemia
Edema otak
Kejang dan
koma
MATI
Pengamatan Kasus
Seorang anak berumur 1 tahun masuk ke RS Stella Maris dengan keluhan utama BAB
encer yang dialami sejak 5 hari yang lalu, demam dengan suhu 370c dan disertai
dengan muntah-muntah sebanyak 2 kali dalam 5 hari sebelum di bawa ke RS Stella
Maris. Ibu pasien mengatakan pasien rewel dan tidak memiliki riwayat mengonsumsi
susu formula.
A.
KAJIAN KEPERAWATAN ANAK
Nama Mahasiswa Yang Mengkaji: Friska Payung
NIM: C1814201068
Unit
:
Autoanamnese :
Kamar
: 320
Alloanamnese
Tgl masuk RS
: 1 Juli 2020
Tgl pengkajian : 2 Juli 2020
A. Identifikasi
1. Pasien
Nama initial
Umur
:
: An A
Warga negara
: Indonesia
: 1 Tahun
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan
:-
Agama/ suku : Kristen/Toraja
Alamat rumah
: Jalan Cendrawasih No. 3
2. Orang Tua
Nama Bapak : Tn. B
Nama Ibu
: Ny. C
Umur
: 23 Tahun
Umur
: 26 Tahun
Alamat
: Jln Cendrawasih No.3 Alamat
B. Data Medik
1. Diagnosa medik
Saat masuk
: GEA
Saat pengkajian : GEA
: Jln Cendrawasih No.3
2. Riwayat Kehamilan Ibu / Kelahiran dan Neonatal : Ibu mengatakan tidak memiliki
kelainan selama kehamilan, proses persalinan secara caesar, cukup bulan dan berat badan
bayi 2,7 kg
3. BUGAR : Ibu mengatakan bayi lahir langsung menangis
4. Kelainan bawaan/ Trauma kelahiran : 5. Riwayat Tumbuh Kembang sebelum sakit: 6. Riwayat Alergi : Ibu mengatakan anaknya tidak memiliki alergi
7. Catatan Vaksinasi
Jenis Vaksinasi
NO
1.
2.
3.
4.
5.
Jenis Vaksin
BCG
DPT
Polio
Hepatitis B
Campak
8. Test Diagnostik
a. Laboratorium:
Nama Pemeriksaan
Wbc
HGB
HcT
MCV
I
6 Bulan
3 Bulan
3 Bulan
4 Bulan
-
Hasil
5,6
10,2
29,1
79,3
II
4 Bulan
4 Bulan
6 Bulan
-
III
5 Bulan
5 Bulan
10 Bulan
-
Nilai Rujukan
4,6-10,00 103/UL
12,0-16.0 9/dl
35,0-45,0 %
83,9-99,1 FI
C. Keadaan Umum
1. Keadaan Sakit
Pasien tampak sakit sedang
Alasan: Pasien tampak lemas, mengantuk, dan rewel, mulut/lidah tampak kering, dan
turgor kulit kembali pelan.
2. Tanda-Tanda Vital
a. Kesadaran :
Skala koma scale /pediatric coma scale
1) Respon motorik
2) Respon bicara
3) Respon membuka mata
Jumlah
Kesimpulan : Compos Mentis
:5
:4
:4
: 13
b. Tekanan darah : 100/60 mmHg
MAP : 73 mmHg
Kesimpulan : Masih dalam batas normal
c. Suhu : 370C
di
d. Pernapasan: 30x/menit
Irama :
teratur
Jenis :
dada
e. Nadi : 102x/menit
Irama :
teratur
kuat
oral
axilla
kusmaul
cheynes-stokes
rectal
perut
tachicardi
bradichardi
lemah
f. Hal yang mencolok : 3. Pengukuran
a. Tinggi badan
: 60 cm
b. Berat badan
: 6,5 kg
Kesimpulan
: Berat badan kurang
4. Genogram
Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan
: Laki – laki meninggal
: Hubungan Pernikahan
: Hubungan Saudara
 : Serumah
: Pasien
c. Lingkar kepala : 34 cm
d. Lingkar dada : 33 cm
D. Pengkajian Pola Kesehatan
1. Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
a. Keadaan sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya belum pernah
mengalami keluhan seperti ini sebelumnya
b. Riwayat penyakit saat ini :
1) Keluhan utama
: Ibu pasien mengatakan anaknya BAB Encer 3x dlm
sehari sebelum di bawa ke rs
2) Riwayat keluhan utama : BAB Encer sejak 5 hari yang lalu
c. Riwayat penyakit yang pernah dialami: Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya
pernah demam dan langsung di bawa ke puskesmas terdekat
d. Riwayat kesehatan keluarga : Ibu pasien mengatakan bahwa tidak memiliki riwayat
penyakit menular dan penyakit genetik dalam keluarga.
e. Pemeriksaan fisik :
1) Kebersihan rambut
: Bersih
2) Kulit kepala
: Bersih
3) Kebersihan kulit
: Bersih
4) Kebersihan rongga mulut : Mucosa mulut tampak kering
5) Kebersihan genetalia / anus : Tampak kemerahan pada anus
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
a. Keadaan sebelum sakit :
 Ibu pasien mengatakan nafsu makan anaknya baik
 Makan dengan baik 3x sehari
 Menghabiskan tiap porsi bubur yang di berikan
b. Keadaan sejak sakit :


Ibu mengatakan nafsu makan anaknya menurun
Ibu mengatakan anaknya tidak mau makan dan hanya minum ASI
b. Observasi :
Pasien tampak berbaring dan rewel
Pemeriksaan fisik :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Keadaan rambut : Tampak hitam dan agak tipis
Hidrasi kulit
: Turgor kulit kembali pelan
Palpebra/conjungtiva :
Sclera : Tidak ada ikterus
Hidung : Bersih, tidak ada polip
Rongga mulut :mukosa mulut tampak kering , gusi : tidak ada pembengkakan
7) Gigi : 8) Kemampuan mengunyah keras : 9) Lidah : Bersih tak ada keputihan
10) Pharing : Tidak terdapat peradangan
11) Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
12) Kelenjar parotis : Tidak ada pembengkakan
13) Abdomen :
 Inspeksi
: Bentuk simetris
Bayangan vena tampak terlihat


Auskultasi : Peristaltik usus 24 x/menit
Palpasi
: Nyeri tekan tidak ada
Benjolan tidak ada
 Perkusi
: Ascites
Positif
14) Kulit :
 Edema :
Positif
Negatif
 Icterik :
Positif
Negatif
 Tanda-tanda radang : Negatif
15) Lesi : Tidak ada lesi
Negatif
3. Pola Eliminasi
a. Keadaan sebelum sakit :
 Ibu pasien mengatakan anaknya BAB ±1 kali sehari dengan konsistensi padat
dan lembek
 Ibu pasien mengatakan anaknya BAK ±4 kali sehari dengan warna urine
jernih kekuningan
 Ibu pasien mengatakan anaknya tidak memiliki kesulitan dalam BAB dan
BAK
b. Keadaan sejak sakit :
 Ibu pasien mengatakan anaknya BAB hingga 3 kali sehari dengan konsistensi
cair dan seperti ampas
 Ibu pasien mengatakan anaknya BAK ±4 kali sehari dengan warna urine
kuning pekat
c. Observasi :
 Pasien BAB encer 3x dalam sehari
d. Pemeriksaan Fisik :
1) Palpasi Kandung Kemih :
Penuh
Kosong
2) Mulut Uretra : Tidak ada peradangan
3) Anus :
 Peradangan
: tampak kemerahan di sekitar anus
 Hemoroid
: tidak ada
 Fistula
: .tidak ada
4. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Keadaan Sebelum Sakit :
 ibu pasien mengatakan anaknya beraktivitas seperti anak seusianya
b. Keadaan Sejak Sakit :
 aktivitas anak terganggu sehubungan dengan keadaan sakit yang dialami, dan
rewel
c. Observasi :
1) Aktivitas Harian :
0 : mandiri
 Makan
:2
 Mandi
:2
1 : bantuan dengan alat
 Pakaian : 2
2 : bantuan orang
 Kerapihan : 2
 Buang air besar : 2
3 : bantuan alat dan orang
 Buang air kecil : 2
4 : bantuan penuh
 Mobilisasi di tempat tidur : 2
 Kesimpulan
: pasien melakukan aktivitasnya dengan bantuan keluarga
atau perawat
2) Anggota gerak yang cacat : 3) Fiksasi : 4) Tracheostomi : d. Pemeriksaan Fisik:
1) Perfusi pembuluh perifer kuku : 2) Thorax dan pernapasan
 Inspeksi:
Bentuk thorax : Normal
Sianosis : Stridor :  Auskultasi :
Suara napas : Vesikuler
Suara ucapan : Suara tambahan : 3) Jantung
 Inspeksi :
Ictus cordis : Tidak ada kelainan
 Palpasi :
Ictus cordis : Tidak ada kelainan
 Auskultasi :
Bunyi jantung II A : Normal
Bunyi jantung II P : Normal
Bunyi jantung I T : Normal
Bunyi jantung I M : Normal
Bunyi jantung II irama gallop : Normal
Murmur : tidak ada gangguan
HR : Normal
Bruit : Aorta : A.Renalis : A. Femoralis : 4) Lengan dan tungkai
 Atrofi otot :
Positif
Negatif
 Rentang gerak : Sama kiri kanan
Kaku sendi : Tidak ada

Uji kekuatan otot :


Refleks fisiologi :
Refleks patologi :
Babinski : Kiri :
Positif
Negatif
Kanan :
Positif
Negatif
 Clubing jari-jari : 5) Columna vertebralis:
 Inspeksi : Kelainan bentuk :  Palpasi : Nyeri tekan : Kaku kuduk :Brudzinski :-.
Kernig sign : -
5. Pola Tidur dan Istirahat
a. Keadaan sebelum sakit :
 ibu pasien mengatakan pola tidur anaknya normal yaitu 11-14 jam/hari
b. Keadaan sejak sakit :
 ibu pasien mengatakan anaknya susah tidur dan sering terbangun saat tidur,
klien susah tidur
c. Observasi :
Ekspresi wajah mengantuk
:
Positif
Negatif
Banyak menguap
:
Positif
Negatif
Palpebra inferior berwarna gelap :
Positif
Negatif
6. Pola Persepsi Kognitif
a. Keadaan sebelum sakit :
 keluarga pasien mengatakan anaknya sangat jarang sakit dan belum pernah
BAB lebih dari satu kali sehari
b. Keadaan sejak sakit :
 Ibu pasien mengatakan anaknya BAB 3x sehari menjadi rewel, dan kurang
minum
c. Observasi :
 Anaknya tampak merasa takut sama perawat
d. Pemeriksaan Fisik :
1) Penglihatan
 Cornea
: Tampak jernih
 Pupil
: isokor
 Lensa mata : Bening
2) Pendengaran
 Pina
: Normal
 Kanalis : Normal
 Membran timpani : Normal
 Test pendengaran : Normal
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Keadaan sebelum sakit :
 keluarga pasien mengatakan anaknya tidak pernah mengalami kejadian seperti
saat ini
b. Keadaan sejak sakit :
 Ibu pasien mengatakan selama sakit anaknya lebih banyak gelisah dan rewel
dari biasanya.
c. Observasi :
1) Kontak mata
: tidak fokus
2) Rentang perhatian
: Anak kurang perhatian
3) Suara dan cara bicara : d. Pemeriksaan fisik :
a) Kelainan bawaan yang nyata : b) Abdomen :
Bentuk
: cembung
Banyangan vena : terlihat
Benjolan massa : tidak ada
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
a. Keadaan sebelum sakit :
 b. Keadaan sejak sakit :
 peran anak terganggu sehubungan dengan keadaan sakit
c. Observasi :
 Anak tampak takut pada perawat
9. Pola Reproduksi dan Seksualitas
a. Keadaan sebelum sakit :
b. Keadaan sejak sakit :
c. Observasi :
d. 10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stres
a. Keadaan sebelum sakit :
 keluarga pasien mengatakan anaknya masih sehat dan selalu ceria
Keadaan sejak sakit :

Ibu pasien mengatakan selama sakit anaknya selalu cengeng
b. Observasi :
 Tampak pasien rewel bila melihat perawat
11. Pola Sistem Nilai Kepercayaan
a. Keadaan sebelum sakit :
 keluarga pasien mengatakan selalu beribadah pada waktunya
b. Keadaan sejak sakit :
 keluarga pasien mengatakan jarang beribadah karena harus menjaga anaknya
c. Observasi :
Tanda Tangan Mahasiswa Yang Mengkaji
(
Friska Payung
)
A. Analisa Data
No.
Data
1.
DS :
 Ibu pasien mengatakan
anaknya BAB sejak 5 hari
yang lalu dan demam
 Ibu klien mengatakan
anaknya BAB encer ± 3x
sehari disertai muntah 2x
dalam 5 hari sebelum di
bawa ke rs
DO :
 Anak tampak lemah dan
lemas
 Anak demam
 Tampak mukosa mulut
kering
 Turgor kulit kembali pelan
2.
DS :
 Ibu pasien mengatakan
anaknya hanya minum
ASI dan tidak mau makan
bubur
DO :
 Tampak anak tidak mau
makan
3.
DS :
 Ibu pasien mengatakan
anaknya BAB sejak 5 hari
yang lalu
 Ibu klien mengatakan
anaknya BAB encer ± 3x
sehari
DO :
 Tampak kemerahan
disekitar anus
 Turgor kulit kembali pelan
Masalah
Kekurangan volume
cairan
Etiologi
Kehilangan cairan
aktif
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Penurunan intake
makanan
Kerusakan
integritas kulit
Kelembapan
B. Diagnosa Keperawatan
 Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.
 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake
makanan
 Kerusakan integritas kulit b.d kelembapan
C. Intervensi Keperawatan
No.
Diagnosa
1.
Kekurangan volume cairan
b.d kehilangan cairan aktif.
NOC
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
selama 3 x 24 jam,
diharapkan kekurangan
volume cairan pasien dapat
teratasi dengan
kriteria hasil:
 Keadaan umum baik
 BAB normal 1-2 kali sehari
dengan konsistensi lunak
 Mukosa bibir lembab
 Turgor kulit elastis
 Mata tidak cekung
2.
Ketidakseimbangan nutrisi
: kurang dari kebutuhan
tubuh b.d penurunan
intake makanan
3.
Kerusakan integritas kulit
b.d kelembapan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
selama 3 x 24 jam,
diharapkan
ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
pasien dapat teratasi dengan
kriteria hasil:
 Adanya peningkatan berat
badan sesuai dengan
tujuan
 Berat badan ideal sesuai
tinggi badan
 Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
 Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
 Menunjukan peningkatan
fungsi pengecapan dari
menelan
 Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
selama 3 x 24 jam,
diharapkan kerusakan
integritas kulit pasien dapat
teratasi dengan
NIC
Fluid management :
1. Timbang
popok/pembalut jika
diperlukan
2. Pertahankan catatan
intake dan output yang
akurat
3. Monitor status hidrasi
(kelembaban membran
mucosa, nadi adekuat,
tekanan darah,
artostatik), jika
diperlukan
4. Monitor vital sign
5. Monitor status nutrisi
Nutrition management :
1. Kaji adanya alergi
makanan
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
3. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake fe
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein
dan vitamin C
5. Berikan substansi gula
6. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
7. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
8. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan.
Pressure Management:
1. Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian
yang longgar
2. Jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan
kriteria hasil:
 Integritas kulit yang baik
bisa dipertahankan
(sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
 Tidak ada luka atau lesi
pada kulit
 Perfusi jaringan baik
 Menunjukkan pemahaman
dalam proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya cidera berulang
 Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
3.
4.
5.
6.
kering
Mobilisasi pasien ( ubah
posisi pasien) setiap 2
jam sekali
Oleskan lotion atau
minyak/baby oil pada
daerah tertekan
Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien
Memandikan pasien
dengan sabun dan
air hangat
D. Implementasi Keperawatan
Hari/Tanggal
Jam
Kamis, 02 Juli 2020
07.30
No
Diagnosa
1
Implementasi
Paraf Perawat
Mempertahankan catatan intake dan output
yang akurat
Hasil : Tampak terpasang infus ditangan
anak, anak mulai minum sedikit demi
sedikit.
Friska P
07.45
1
Memonitor status hidrasi
(kelembaban membran
mucosa, nadi adekuat, tekanan darah,
artostatik)
08.00
3
Memandikan pasien dengan sabun dan
air hangat
08.10
3
Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih
dan kering
Hasil : Tampak orang tua menjaga
kebersihan
08.15
3
Mengoleskan lotion atau minyak/baby oil
pada daerah tertekan
Tampak orang tua mengoleskan lotion ke
daeran anus anak
08.30
2
Menganjurkan pasien untuk
meningkatkan intake fe, protein dan vitamin
C
Hasil : tampak orang tua mengikuti anjuran
perawat
Jumat, 03 Juli 2020
08.45
2
Memberikan substansi gula
09.00
3
Menganjurkan pasien untuk menggunakan
pakaian yang longgar
Hasil : tampak anak menggunakan pakaian
longgar
09.00
3
Mobilisasi pasien ( ubah posisi pasien)
setiap 2 jam sekali
Hasil : Merubah posisi anak
10.00
2
Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
11.00
07.30
2
1
Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Memonitor vital sign
Hasil : TD;90/60 mmHg, Nadi;100x/menit,
suhu 36,70c, P;25x/menit
07.45
1
Mempertahankan catatan intake dan output
yang akurat
Hasil : Tampak anak menghabiskan 1
gelas air
08.00
3
Memandikan pasien dengan sabun dan
air hangat
08.15
3
Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih
dan kering
Hasil : Tampak orang tua menjaga
kebersihan
Friska P
Sabtu, 04 Juli 2020
08.20
3
Mengoleskan lotion atau minyak/baby oil
pada daerah tertekan
Tampak orang tua mengoleskan lotion ke
daeran anus anak untuk menjaga
kelembapan
08.25
3
Menganjurkan pasien untuk menggunakan
pakaian yang longgar
Hasil : tampak anak menggunakan pakaian
longgar
08.30
3
Mobilisasi pasien ( ubah posisi pasien)
setiap 2 jam sekali
Hasil : Merubah posisi anak
09.00
1
Memonitor status hidrasi
(kelembaban membran
mucosa, nadi adekuat, tekanan darah,
artostatik)
09.15
2
Menganjurkan pasien untuk
meningkatkan intake fe, protein dan vitamin
C
Hasil : tampak orang tua mengikuti anjuran
perawat dengan memberikan anak bubur
kaya zat besi dan buah jeruk.
09.30
2
Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
10.00
7.30
3
1
Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Mempertahankan catatan intake dan output
yang akurat
Friska P
Hasil : Tampak terpasang infus ditangan
anak, anak mulai minum sedikit demi
sedikit.
07.45
1
Memonitor vital sign
Hasil : TD;90/60 mmHg, Nadi;90x/menit,
suhu 36,70c, P;25x/menit
08.00
1
Memonitor status hidrasi
(kelembaban membran
mucosa, nadi adekuat, tekanan darah,
artostatik)
08.15
3
Memandikan pasien dengan sabun dan
air hangat
Tampak anak lebih segar setelah
dimandikan
08.20
3
Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih
dan kering
Hasil : Tampak orang tua menjaga
kebersihan
08.25
3
Mengoleskan lotion atau minyak/baby oil
pada daerah tertekan
Tampak orang tua mengoleskan lotion ke
daeran anus anak
09.00
2
Menganjurkan pasien untuk
meningkatkan intake fe, protein dan vitamin
C
Hasil : tampak orang tua mengikuti anjuran
perawat dengan tetap memberikan ASI dan
juga bubur yang memiliki kandungan zat
besi serta buah-buahan seperti papaya dan
jeruk
09.00
3
Menganjurkan pasien untuk menggunakan
pakaian yang longgar
Hasil : tampak anak menggunakan pakaian
longgar
09.10
3
Mobilisasi pasien ( ubah posisi pasien)
setiap 2 jam sekali
Hasil : Merubah posisi anak
09.30
2
Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
Memantau apakah jumlah nutrisi dan kalori
sudah terpenuhi
10.00
3
Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
E. Evaluasi Keperawatan
Hari/Tanggal
Kamis, 02 Juli
2020
Jumat, 03 Juli
2020
No
Diagnosa
1
Evaluasi
S : Ibu pasien mengatakan anaknya
masih BAB 3x sehari
O : Feses mulai berbentuk, belum
mampu mempertahankan turgor kulit,
mukosa bibir masih tampak kering
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
2
S : Ibu mengatakan berat badan belum
terlihat bertambah, anak belum mau
makan bubur dan hanya minum ASI
dan air
O : Anak mulai tampak makan sedikit
demi sedikit dan minum 1 gelas air
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
3
S : Ibu mengatakan daerah anus masih
tampak kemerahan
O : tampak kemerahan dan kering di
sekitar anus
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
S : Ibu pasien mengatakan anaknya
BAB 2 kali dalam sehari
O : Feses berbentuk agak lunak, mulai
mampu mempertahankan turgor kulit,
mukosa bibir tampak sedkit lembab.
A :Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1
2
S :Ibu pasien mengatakan, anaknya
mulai makan beberapa suap bubur, dan
minum 1 gelas air ditambah ASI
O : Anak tampak menghabiskan 1 gelas
air
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
3
S : Ibu mengatakan daerah anus sudah
sedikit membaik
O : Anus tidak terlalu tampak merah
Paraf
Friska P
Friska P
Sabtu, 04 Juli
2020
1
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
S : Ibu pasien mengatakan anaknya
BAB 1 kali sehari
O : Feses berbentuk lunak, mampu
mempertahankan turgor kulit, mukosa
bibir tampak lembab.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dipertahankan.
2
S : Ibu mengatakan pipi anaknya mulai
terlihat berisi, sudah mau makan bubur,
menghabiskan beberapa potong buah,
minum ASI dan juga 2 gelas air.
O : Tampak anak menghabiskan porsi
bubur yang disediakan dan makan
beberapa pototng buah serta banyak
minum.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dipertahankan.
3
S :ibu mengatakan daerah anus
anaknya sudah tidak tampak
kemerahan lagi
O : Tidak tampak kemerahan disekitar
anus
A : Masalah teratasi
P : Intervensi stop.
Friska P
Daftar Pustaka
Kemenkes RI, ( 2011 ). Buletin data dan kesehatan :Situasi Diare di Indonesia,
Jakarta : Kemenkes
Wong Donna L. ( 2008 ). Buku Ajaran Keperawatan Pediatrik. Vol 2. EGC :
Jakarta.
Ngastiyah. ( 2005 ). Perawatan Anak Sakit Edisi Dua. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta
Nurasalam ( 2008 ). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat A. A. A. ( 2006 ). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta. Salemba
Medika.
Nurasalam. ( 2011). Manajemen Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Download