Uploaded by User59249

EBCR - [Dewi Larasati] - C11 (1)

advertisement
PENGARUH MEROKOK TERHADAP PENGOBATAN PASIEN DENGAN
TUBERKULOSIS PARU: TINJAUAN KASUS BERBASIS BUKTI
Disusun Oleh:
Dewi Larasati
1306440322
Pembimbing:
Dr. dr. Dhanasari Vidiawati Sanyoto, M.Sc., CM-FM
MODUL PREINTERNSHIP
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
OKTOBER 2018
1
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanga tangan di bawah ini,
nama
: Dewi Larasati
NPM
:
1306440322
program studi
:
Pendidikan Dokter
dengan sebenar-benarnyya menyatakan bahwa makalah:
dengan judul
: Pengaruh Merokok terhadap Pengobatan Pasien Tuberkulosis Paru:
Tinjauan Kasus Berbasis Bukti
telah saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas
Indonesia.
Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiariisme, saya akan bertanggung jawab
sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya.
Jakarta, Oktober 2018
Dewi Larasati
SK Rektor Universitas Indonesia No. 208/SK/R/UI/2009 tanggal 17 Maret 2009 tentang Pedoman
penyelesaian masalah plagiarisme yang dilakukan oleh sivitas akademika Universitas Indonesia
Plagiarisme adalah tindakan seseorang yang mencuri ide atau pikiran yang telah dituangkan dalam
bentuk tertulis dan/atau tulisan orang lain dan yang digunakannya dalam tulisannya seolah-olah ide
atau tulisan orang lain tersebut adalah ide, pikiran, dan/atau tulisan sendiri sehingga merugikan
orang lain baik material maupun nonmaterial, dapat berupa pencurian sebuah kata, frasa, kalimat,
paragraf, atau bahkan pencurian bab dari tulisan atau buku seseorang, tanpa menyebutkan
sumbernya, termasuk dalam plagiarisme adalah plagiarisme diri.
2
HALAMAN PENGESAHAN
Dengan ini, dinyatakan bahwa makalah yang diajukan oleh:
nama
: Dewi Larasati
NPM
: 1306440322
program studi
: Pendidikan Dokter
dengan judul
: Pengaruh Merokok terhadap Pengobatan Pasien Tuberkulosis Paru:
Tinjauan Kasus Berbasis Bukti
sebagai kelengkapan tugas Modul Preinternship, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, telah
disetujui oleh:
Pembimbing,
___________________________________________
Dr. dr. Dhanasari Vidiawati Sanyoto, M.Sc., CM-FM
Ditetapkan di
: Jakarta
Waktu
: Oktober 2018
3
DAFTAR ISI
Halaman Judul
1
Halaman Persetujuan
2
Halaman Pernyataan Orisinalitas
3
Daftar Isi
4
Abstract
5
Abstrak
6
Ilustrasi Kasus
7
Pendahuluan
8
Pertanyaan Klinis
9
Metode
10
Telaah Kritis
13
Diskusi
19
Kesimpulan dan Rekomendasi
21
Daftar Pustaka
22
4
Smoking Delay Sputum Culture Conversion in Pulmonary Tuberculosis Treatment:
an Evidence-based Case Report
Larasati D1, Sanyoto DV2
1
2
Faculty of Medicine, Universitas Indonesia
Department of Community Medicine, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia
ABSTRACT
Background: Tuberculosis has become one of the disease with high level of burden. One third of
world population is infected with Mycobacterium tuberculosis. Smkoing has long been thought to
alter the lung innate immune response to infections and has been regarded as risk factor for
tuberculosis treatment failure.
Purpose: To critically appraise scientific articles about the effect of smoking on tuberculosis
treatment outcomes.
Method: We searched articles from three major online databases; PubMed, Cochrane, and EBSCO
and filtered the articles through series of inclusion and exclusion criteria. Critical appraisal was done
using several guided questions from British Medical Journal.
Result: There were three articles that met the previously determined criteria. They are a systematic
review (level 1a), a cohort study (level 2b), and a case-control study (level 3b). For the validity, the
systematic review is considered invalid. The risk of sputum culture conversion delay in patients who
smoke is higher compared to those who do not, OR 2.09 (95%CI:1.02-4.33). The probability of
smoker patient to 2-months sputum culture conversion is lower compare to non-smoker patient, HR
0.48 (95%CI:0.25-0.94).
Conclusion: There is a clear evidence that smoking delay sputum culture conversion in pulmonary
tuberculosis treatment.
Keywords: pulmonary tuberculosis, smoking, time of sputum culture conversion.
5
Pengaruh Merokok terhadap Pengobatan Pasien dengan Tuberkulosis Paru:
Tinjauan Kasus Berbasis Bukti
Larasati D1, Sanyoto DV2
1
2
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia
Departemen Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia
ABSTRAK
Pendahuluan: Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit dengan beban masalah yang besar.
Sepertiga penduduk dunia terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis. Merokok dikaitkan dengan
perubahan mekanisme sistem imun paru terhadap infeksi sehingga dipikirkan menghambat proses
pengobatan tuberkulosis.
Tujuan: Untuk menelaah aktikel ilmiah mengenai efek merokok terhadap pengobatan tuberkulosis.
Metode: Pencarian artikel ilmiah dilakukan pada tiga database besar, yaitu; PubMed, Cochrane, dan
EBSCO. Pada artikel dilakukan penyaringan berdasarkan sejumlah kriteria inklusi dan eksklusi.
Telaah kritis dilakukan menggunakan pertanyaan panduan dari British Medical Journal.
Hasil: Terdapat tida artikel ilmiah yang memenuhi kriteria yang sebelumnya ditentukan; sebuah
systematic review (level 1a), sebuah penelitian kohort (level 2b), dan sebuah penelitian kasus kontrol
(level 3b). Systematic review tidak valid sehingga tidak dapat dilakukan penilaian. Berdasarkan dua
artikel ilmiah lainnya, risiko penundaan konversi kultur sputum pada pasien perokok ialah OR 2.09
(95%CI:1.02-4.33). Kemungkinan pasien perokok mengalami konversi kultur sputum pada akhir
bulan kedua lebih rendah dibandingkan pasien bukan perokok HR 0.48 (95%CI:0.25-0.94).
Kesimpulan: Terdapat bukti yang jelas bahwa merokok menunda konversi kultur sputum pada
pengobatan tuberkulosis paru.
Kata kunci: tuberkulosis paru, merokok, waktu konversi kultur sputum.
6
ILUSTRASI KASUS
Pasien laki-laki 33 tahun datang dengan keluhan sesak sejak 3 bulan lalu yang memberat.
Sesak dirasakan seperti terengah-engah, dada terikat, dirasakan terutama saat pasien batuk. Pasien
tidak kuat bernafas jika berjalan jauh (5 meter). Sesak setiap saat, tidak memburuk saat malam
(pasien tidur dengan 1 bantal). Sesak mereda jika pasien duduk istirahat dan tidak sedang batuk.
Keluhan terbangun karena batuk saat malam hari, bengkak di kaki, nyeri dada, berdebar,
penggunaan obat rutin sebelumnya disangkal. Riwayat asma disangkal. Sesak disertai batuk
berdahak yang sering. Dahak berwarna kuning kehijauan. Terdapat penurunan berat badan dalam 3
bulan terakhir. Pasien tidak timbang, namun dirasakan sangat banyak. Terdapat penurunan nafsu
makan. Pasien menjadi sangat kurus. Keluhan demam kadang ada, terutama saat menjelang malam
hari. Tidak diukur. Keluhan keringat malam disangkal. Pasien tidak mengetahui apakah disekitar
rumahnya ada orang yang mengalami sesak dan batuk. Pasien memiliki riwayat merokok sejak
tahun 2004 hingga 2018 (berhenti 3 bulan lalu) sebanyak 16-32 batang sehari. Rokok filter. IB = 336
(perokok sedang). Pasien memiliki riwayat pengobatan TB paru sebelumnya (6 tahun yang lalu)
namun putus setelah 3 bulan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, pernapasan 29 kali
permenit, nadi 88 kali permenit, tekanan darah 98/68 mmHg, suhu 36.5 oC, berat badan 39 kg, tinggi
badan 161 cm, IMT 15 kg/m2 (underweight). Pada maru ekspansi simetris, fremitus kiri melemah,
redup pada paru kiri, suara napas vesikuler, terdapat rhonki basah halus paru kiri basal, dan rhonki
basah kasar bilateral basal minimal. Pada ekstremitas terdapat clubbing finger jari tangan dan jari
kaki. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan BTA positif, gene expert MTB sensitif terhadap
rifampisin.
Dalam suatu kunjungan rumah, kakak pasien menanyakan “apakah kebiasaan pasien
merokok membuat kondisi TB parunya semakin buruk dan mempengaruhi proses pengobatan?”.
7
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (Tb) paru merupakan infeksi jaringan paru oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis (MTb). Sepertiga dari populasi dunia terinfeksi oleh MTb dan sekitar 9 juta kasus baru
Tb dilaporkan tiap tahun.1 Pengobatan terhadap MTb paru yang senstif terhadap obat anti
tuberkulosis standar sangat efektif dengan tingkat keberhasilan 85%. 1 Kendati demikian, sejumlah
besar pasien Tb yang berhasil sembuh setelah melalui pengobatan Tb memiliki disfungsi paru
persisten yang diakibatkan oleh kavitasi, fibrosis, infiltrat noduler, atau gabungannya. Disfungsi paru
tersebut dapat menyebabkan gangguan ringan hingga berat terhadap fungsi respirasi. Variabilitas
kejadian ini disebabkan oleh interaksi antara agent dan host serta proses imunologis yang mengikuti
interaksi tersebut.2-4
Tuberkulosis paru paling banyak menyerang penduduk di daerah yang berkembang dengan
Indonesia, China, Indonesia menempati peringkat 1-3 negara dengan beban Tb tertinggi pada tahun
2017 dengan total insiden Tb 2.8 juta, 889 ribu, dan 842 ribu secara berurutan.1 Beberapa faktor
risiko dikenal berkontribusi terhadap tingginya beban Tb di suatu negara, antara lain; tingkat
pendidikan rendah, kemiskinan, lokasi perumahan yang kumuh dan padat, serta kepatuhan
pengobatan Tb.1 Di negara berkembang, gangguan paru diperburuk dengan tingginya kebiasaan
merokok. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2015, sebanyak 1.1 miliar
penduduk dunia merokok. Indonesia merupakan negara peringkat pertama untuk prevalensi perokok
pada pria usia diatas 15 tahun (76.2%).5 Merokok memiliki dampak yang buruk pada paru dan
merupakan faktor risiko terjadinya berbagai penyakit sistemik degeneratif.
Beberapa penelitian sebelumnya telah mengaitkan hubungan antara merokok dan
keberhasilan pengobatan Tb namun belum dilakukan penilaian terhadap hasil-hasil penilaian
tersebut secara kritis. Merokok dipikirkan mempengaruhi pengobatan Tb dalam hal perubahan
respon imun yang ada dalam sistem pernapasan untuk menghadapi infeksi MTb. 6-8 Oleh karenanya,
merokok dianggap memperburuk luaran pengobatan Tb. Dalam makalah ini penulis ingin mencari
dan menelaah hasil-hasil penelitian yang ada untuk mendapatkan bukti atas hal tersebut.
8
PERTANYAAN KLINIS
“Pada pasien dengan Tb paru apakah merokok dibandingkan tidak merokok mempengaruhi konversi
sputum pada pengobatan Tb?”
Patient
:
Pasien dengan diagnosis Tb paru
Intervention
:
Merokok
Comparison
:
Tidak merokok
Outcome
:
Konversi kultur sputum pada pengobatan Tb
9
METODE
Metode penemuan artikel ilmiah dalam makalah ini dilakukan dengan pencarian literatur
melalui beberapa online database artikel ilmiah yang besar. Adapun database yang digunakan dalam
pencarian artikel ilmiah dalam makalah ini ialah; Pubmed, Cochrane, dan EBSCO.
Strategi Pencarian
Pencarian artikel ilmiah dilakukan pada tanggal 22 Oktober 2018 dengan memasukkan katakata kunci yang telah disusun sebelumnya sesuai dengan pertanyaan klinis dan padanan kata dari
rumusan PICO (Patient, Intervention, Comparison, Outcome). Kata kunci yang dibentuk berdasarkan
pemilihan padanan kata pada rumusan PICO kasus ini dapat dilihat pada (Tabel 1).
Tabel 1. Kata kunci berdasarkan rumusan PICO
Patient
Intervention
Comparison
Outcome
Smoking
Non smoking
Culture conversion
Patients with
pulmonary
tuberculosis
Pulmonary
Smoke*
Culture conversion
Tuberculosis
Smoking
Culture
TB
Cigarette
Conversion
Pulmonary TB
Tobacco
Lung TB
Nicotine
tuberculosis
Selanjutnya, kata kunci disusun dengan teknik Boolean dan dimasukkan pada mesin
pencarian di database yang sudah ditentukan sebelumnya seperti pada (Tabel 2). Setelah
didapatkan seluruh artikel ilmiah dari pencarian, dilakukan penyaringan temuan. Adapun
penyaringan yang dilakukan dalam pencarian artikel ilmiah ialah kriteria inklusi berupa : pada
dewasa (adult), bahasa inggris, tersedia full-text, berupa penelitian experimental, cohort, atau case
control, serta kriteria eksklusi berupa : “not human”. Proses tersebut menghasilkan 15 temuan.
Tabel 2. Temuan literatur berdasarkan kata kunci
Database
PubMed
(((pulmonary tuberculosis) OR (tuberculosis) OR (tb) OR (pulmonary
Cochrane
(tobacco) OR (nicotine)) AND ((culture conversion) OR (culture) or
EBSCO
Jumlah
Kata Kunci
tb) OR (lung tb)) AND ((smoke*) OR (smkoing) OR (cigarette*) OR
(conversion)))
Limit: Title, Abstract, and keywords
Temuan
8
4
3
10
Seleksi Artikel
Selanjutnya pada hasil artikel ilmiah yang lolos penyaringan, kami lakukan seleksi artikel
dengan menghilangkan artikel-artikel yang kembar untuk menghindari duplikasi, tidak sesuai
dengan rumusan PICO dalam skrining awal melalui judul dan bagian abstrak. Proses tersebut
menghasilkan total 6 temuan.
Selanjutnya dilakukan pembacaan tiap-tiap artikel dengan lebih mendalam. Dari proses
tersebut, terdapat 3 artikel ilmiah yang selanjutnya dilakukan talaah kritis, sedangkan 3 artikel ilmiah
lainnya tidak ditelaah kritis atas beberapa alasan tertentu (Tabel 3). Adapun alur pencarian artikel
ilmiah dapat dilihat pada (Gambar 1).
Tabel 3. Alasan studi tidak ditelaah kritis
Peneliti, Tahun
Alasan Eksklusi
Pefura-Yone,
Outcome utama pada artikel bukan melihat culture conversion melainkan
2014
menggunakan nonconversion sebagai suatu titik mula follow up pasien hingga
9
terjadi outcome berupa resistensi MTb terhadap antibiotik
Visser, 2012
10
MTb pada artikel merupakan genotype W-Beijing (laboratory engineered) yang
dirasa berbeda dari MTb yang ada di Indonesia.
Gullon Blanco,
Outcome bukan merupakan sputum culture conversion melainkan sputum smear
2007
conversion
11
Gambar 1. Alur pencarian literatur
11
Telaah Kritis
Selanjutnya, dilakukan telaah kritis terhadap artikel ilmiah berdasarkan panduan dari British
Medical Journal (BMJ) yang menilai poin validitas, kepetingan, dan kemampulaksanaan pada artikel.
Terdapat 1 artikel yang merupakan systematic review sehingga ditelaah menggunakan rapid critical
appraisal of a systematic review.
12
TELAAH KRITIS
Artikel ilmiah yang ditelaah kritis dalam makalah ini beserta level of evidence (LOE; yang
diadaptasi dari Center of Evidence based Medicine, University of Oxord) terdapat dalam (Tabel 4).
Telaah kritis dalam makalah ini merupakan jenis prognosis.
Tabel 4. Artikel ilmiah yang ditelaah kritis
Peneliti, Tahun
Judul
LOE
Jeyashree,
Smoking cessation interventions for pulmonary tuberculosis treatment
1A
2016
outcomes (review)
12
Kanda, 2015
13
Factors affecting time to sputum culture conversion in adults with
2B
pulmonary tuberculosis: a historical cohort study without censored
cases
Maciel, 2013
14
Smoking and 2-month culture conversion during anti-tuberculosis
3B
treatment
Sebelum dilakukan telaah kritis, terlebih dahulu dilakukan penilaian terhadap data deskriptif
tiap artikel ilmiah. Adapun data deskriptif pada artikel ilmiah yang digunakan dalam makalah ini
terdapat pada (Tabel 5).
Tabel 5.Data deskriptif artikel ilmiah
Jenis artikel
Populasi penelitian
Outcome penelitian
Definisi operasional
pasien TB
Definisi operasional
culture conversion
Definisi operasional
perokok
Jumlah sample
Rerata usia
Jenis kelamin
Jeyashree, 2016
Kanda, 2015
Maciel, 2013
Systematic review of
Randomised Clinical
Trial
Berdasarkan pencarian
melalui database
artikel ilmiah
N/A
Prospective Cohort
Case Control
Jepang, perkotaan
Brazil, perkotaan
Culture conversion
Delayed culture
conversion
Tb paru, dalam pengobatan OAT kategori 1
N/A, outcome berupa
treatment failure (tidak
konversi setelah 6
bulan pengobatan)
Kultur dalam medium
Ogawa
Tidak konversi dalam 2
bulan pengoabtan
Kultur dalam medium
LJ
Tidak konversi dalam 2
bulan pengobatan
Memiliki riwayat merokok atau sedang merokok
Tidak ditemukan
satupun artikel yang
sesuai
120 pasien
berdasarkan rekam
medis
N/A
N/A
50 tahun
Perempuan 30.2%
360 pasien yang
memenuhi kriteria, 53
pasien sebagai kasus,
dan diambil 53 sebagai
kontrol melalui
matching
37 tahun
Perempuan 34%
13
Perokok
N/A
Intensitas merokok
N/A
Outcome measures
N/A
Lak-laki 69.8%
Perokok 57%
Non Perokok 43%
Median pack year: 40
bungkus (pack)
HR
Laki-laki 66%
Perokok 77%
Non Perokok 23%
Median cigarettes perday: 20 batang
OR
Systematic review oleh Jeyashree 2016 merupakan systematic review kosong karena
meskipun memiliki PICO yang jelas dan telah melakukan pencarian pada database artikel ilmiah
secara sistematis, tidak ditemukan satupun artikel ilmiah yang memenuhi kriteria pada PICO. Pada
systematic review tersebut dikatakan akan dilakukan update pada systematic review selanjutnya
mengingat saat review dibuat terdapat beberapa penelitian original yang sedang berlangsung.
Artikel ini dilakukan telaah kritis menggunakan rapid critical appraisal of a systematic review.
Dua artikel ilmiah lain yaitu oleh Kanda 2015 dan Maciel 2013 memiliki desain penelitian
yang berbeda. Kanda 2015 merupakan penelitian prospective cohort yang menghasilkan outcomes
measures hazzard ratio, dan Maciel 2013 merupakan penelitian case control yang menghasilkan
outcome measures odds ratio. Artikel ini dilakukan telaah kritis menggunakan panduan (worksheet)
dari British Medical Journal.
Artikel 1: Smoking cessation interventions for pulmonary tuberculosis treatment outcomes (review).
Pertanyaan
Telaah Kritis
Does the
Ya. Pertanyaan terfokus pada systematic review tersebut ialah “Do treatments to
systematic reviw
help people with tuberculosis (TB) of the lungs to stop smoking also improve how
address a focused
they respond to treatment for their TB?”
question (PICO)?
…and use it to
Ya. Pada bagian review method dijelaskan bahwa peneliti mencari beberapa
direct the search
database penelitian yang mengandung penelitian terpublish maupun sedang
and select articles
berjalan (ongoing) berdasarkan topik pada PICO hingga 29 Juli 2015.
for inclusion?
Did the search find
Tidak. Pada bagian key results dijelaskan bahwa tidak ada satupun studi yang
all the relevannt
ditemukan memenuhi kriteria PICO yang telah ditentukan sebelumnya. Kendati
evidence?
demikian, terdapat beberapa studi yang saat itu sedang berjalan (ongoinig)
yang akan dilaporkan pada update selanjutnya dari review tersebut.
Have the studies
Tidak. Systematic review tersebut merupakan systematic review kosong (empty)
been critically
lantaran tidak menemukan satupun penelitian yang sesuai dengan kriteria dan
appraised?
direncanakan diadakan update.
… and was the
N/A
overall quality
adequate?
Have the results
N/A
been synthesized
with appropriate
14
summary tables
and plots?
… and were the
N/A
results similar
between studies?
Kesimpulan
Artikel tidak valid lantaran merupakan systematic review kosong dan masih
direncanakan update
Artikel 2: Factors affecting time to sputum culture conversion in adults with pulmonary tuberculosis: a
historical cohort study without censored cases.
VALIDITY (VALIDITAS)
Are the results of this prognosis study valid?
1.
Was There a defined representative sample
Ya
of patients assembled at a common
Sample didefinisikan dengan baik, berada pada titik
(usually) early point in the course of their
yang sama diawal. Kriteria inklusi dan eksklusi
disease?
jelas. Definisi operasional “culture conversion” dan
“time of culture conversion” juga tersedia. Studi
merupakan anak studi dari sebuah clinical trial
terstandar (NCT00130247).
Pasien dibagi menjadi kelompok kasus dan kontrol
berdasarkan hasil kultur sputum setelah 2 bulan
pengobatan.
2.
Was patient follow up sufficiently long and
Ya
complete?
Median hari follow up pasien ialah 119 hari dan
pasien sampai pada kultur negatif di akhir follow up.
3.
Were objective outcome criteria applied in a
Tidak ada penjelasan
blind fashion?
Tidak dijelaskan apakah penilaian hasil akhir follow
up berupa culture conversion dilakukan oleh analis
yang independent atau oleh peneliti sendiri.
4.
5.
If subgroups with different prognoses are
Ya
identified, was there adjustment for
Faktor risiko dikontrol menggunakan Cox
important prognostic factors?
proportional-hazzards analysis.
Was there validation in an independent
Tidak
group (test-set) of patients?
Tidak disebutkan bahwa data digunakan pada testset sebelumnya.
Kesimpulan
Artikel ilmiah valid
IMPORTANCE (KEPENTINGAN)
Are the valid results of this prognosis study important?
1.
How likely are the outcomes over time?
Median waktu culture conversion ialah 39 hari dan
waktu maksimum ialah 116 hari. Dalam waktu 2
bulan follow up, terdapat perbedaan signifikan pada
kurva Kaplan Meier antara perokok dan non
perokok.
15
2.
How percise are the prognostic estimates?
Berdasarkan perhitungan dalam literatur melaui Cox
proportional-hazzards analyses, didapatkan HR
sebesar 0.48 dan 95%CI 0.25-0.94 yang dapat
diartikan merokok “melindungi” (menunda) dari
culture conversion .
Kesimpulan
Artikel ilmiah penting
APPLICABILITY (KEMAMPULAKSANAAN)
Can you apply this valid, important evidence about prognosis in caring for your patient?
1.
Were the study patients similar to your
Pasien pada artikel ilmiah ini merupakan pasien Tb
own?
paru dengan pengobatan OAT kategori I yang
berbeda dengan pasien dalam ilustrasi kasus.
Kendati demikian, pasien TbB paru dengan OAT
kategori II dianggap memiliki tingkat keparahan
yang lebih tinggi, sehingga perbedaan kategori pada
artikel dan pada pasien tidak menghilangkan
kemampulaksanaan hasil penelitian ini pada
pasien.
Median jumlah pack pertahun pada penelitian ialah
40, jumlah ini jauh lebih sedikit dari jumlah merokok
2-3 pack perhari yang dilakukan pasien.
Setting penelitian di Jepang.
2.
Will this evidence make a clinically
Ya, perlu dilakukan edukasi kepada pasien dan
important impact on your conclusions
keluarga mengenai bahaya merokok dan
about what to offer or tell your patient?
pengaruhnya terhadap pengobatan TB paru.
Kesimpulan
Artikel ilmiah mampulaksana bagi pasien
Artikel 3: Smoking and 2-month culture conversion during anti-tuberculosis treatment.
VALIDITY (VALIDITAS)
Are the results of this prognosis study valid?
1.
Was There a defined representative sample
Ya
16
of patients assembled at a common
Sample didefinisikan dengan baik dan perada pada
(usually) early point in the course of their
titik yang sama diawal; pasien yang didiagnosis
disease?
dengan TB paru dan menerima obat anti
tuberkulosis sejak terkonfirmasi bakteriologis
(smear dan culture). Kriteria inklusi dan eksklusi
jelas. Definisi operasional “culture conversion” dan
“time of culture conversion” juga tersedia.
2.
Was patient follow up sufficiently long and
N/A
complete?
Jenis studi pada artikel ilmiah tersebut merupakan
case control sehingga tidak dilakukan follow up
terhadap suatu timeline. Waktu yang disediakan
antara faktor risiko hingga pasien terbagi menjadi
kelompok kasus dan kontrol ialah 2 bulan dan
dirasa cukup untuk melihat culture conversion.
3.
Were objective outcome criteria applied in a
Tidak ada penjelasan
blind fashion?
Tidak dijelaskan apakah penilaian hasil akhir follow
up berupa culture conversion dilakukan oleh analis
yang independent atau oleh peneliti sendiri.
4.
5.
If subgroups with different prognoses are
Ya
identified, was there adjustment for
Faktor risiko dikontrol menggunakan analisis
important prognostic factors?
multivariat regresi
Was there validation in an independent
Tidak
group (test-set) of patients?
Tidak disebutkan bahwa data digunakan pada testset sebelumnya.
Kesimpulan
Artikel ilmiah valid
IMPORTANCE (KEPENTINGAN)
Are the valid results of this prognosis study important?
1.
How likely are the outcomes over time?
Jenis studi pada artikel ilmiah ialah case control.
Diantara 360 pasien yang memenuhi kriteria
analisis, sebanyak 53 (15%) masih positif dalam
kultur sputumnya setelah 2 bulan sehingga
dijadikan kasus. Setelahnya diambil beberapa
kontrol secara matching dari sample.
2.
How percise are the prognostic estimates?
Berdasarkan perhitungan dalam literatur melalui
analisis multivariat regresi, didapatkan OR 2.09
Kesimpulan
95%CI 1.02-4.33 terjadinya penundaan culture
conversion (masih positif pada kultur sputum setelah
2 bulan pengobatan).
Artikel ilmiah penting
APPLICABILITY (KEMAMPULAKSANAAN)
Can you apply this valid, important evidence about prognosis in caring for your patient?
1.
Were the study patients similar to your
Sama dengan artikel 2, pasien pada artikel ilmiah ini
own?
merupakan pasien Tb paru dengan pengobatan OAT
17
kategori I yang berbeda dengan pasien dalam
ilustrasi kasus. Kendati demikian, pasien Tb paru
dengan OAT kategori II dianggap memiliki tingkat
keparahan yang lebih tinggi, sehingga perbedaan
kategori pada artikel dan pada pasien tidak
menghilangkan kemampulaksanaan hasil penelitian
ini pada pasien.
Median jumlah rokok perhari pada penelitian ialah
20 batang, jumlah ini jauh tidak jauh berbeda dari
jumlah rokok yang dipakai pasien 2-3 pack perhari
(24-48 batang).
Setting penelitian di Brazil.
2.
Will this evidence make a clinically
Ya, perlu dilakukan edukasi kepada pasien dan
important impact on your conclusions
keluarga mengenai bahaya merokok dan
about what to offer or tell your patient?
pengaruhnya terhadap pengobatan TB paru.
Kesimpulan
Artikel ilmiah mampulaksana bagi pasien
18
DISKUSI
Validity, Importance, Applicability
Artikel 1 tidak valid dikarenakan merupakan systematic review kosong. Belum ada satupun
penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dan memenuhi kriteria PICO pada systematic review
tersebut. Artikel 2 dan artikel 3 valid karena memenuhi poin-poin yang ada pada panduan telaah
kritis kasus prognosis. Oleh karena itu, dilakukan penilaian importance yang mana kedua penelitian
tersebut menunjukkan hasil yang signifikan. Keduanya sinergis meskipun memiliki outcome
measures yang berbeda.
Makalah ini membandingkan hasil pengobatan pasien Tb paru perokok dan non perokok.
Artikel 2 memiliki HR 0.48 dan (95%CI 0.25-0.94) dengan outcome culture conversion. Artikel 3
memiliki OR 2.09 (95%CI 1.02-4.33) dengan outcome delayed culture conversion. Definisi operasional
culture conversion sama meskipun menggunakan medium kultur yang berbeda. Kedua artikel ilmiah
memiliki kemampulaksanaan yang baik untuk diterapkan pada pasien meskipun terdapat perbedaan
pada karakteritik pasien yang merupakan sample pada artikel ilmiah tersebut dan pasien pada
ilustrasi kasus.
Pengaruh Rokok dalam Pengobatan TB Paru
Berdasarkan berbagai bukti yang telah dipaparkan diatas, terbukti bahwa merokok
menyebabkan pengaruh yang buruk terhadap pengobatan Tb. Beberapa teori diungkapkan untuk
mendukung pernyataan tersebut. Merokok menyebabkan turunnya respon imun dalam jaringan paru
terhadap tuberkulosis. Shang et al melaporkan bahwa merokok menekan aktivitas proteksi sistem
imun pada sel THP-1 dan makrofag alveolar pada tikus.6 Shaler et al melaporkan bahwa merokok
mengganggu ekspresi imunitas anti-Tb Th1 melalui inhibisi aktivasi sistem imun innate dan
rekruitmen sel T dan efek tersebut menghilang dengan dilakukannya penghentian merokok. 7 O’Leary
menunjukkan bahwa makrofag alveolar yang diambil dari paru perokok gagal untuk mensekresikan
sitokin pada saat terjadi infeksi Tb.8 Teori-teori tersebut menjawab pertanyaan mengapa merokok
memperpanjang waktu yang diperlukan untuk terjadinya sputum culture conversion.
Keterkaitan Bukti dengan Ilustrasi Kasus
Dalam ilustrasi kasus ditemukan informasi bahwa pasien mengalami Tb paru. Pasien
memiliki riwayat merokok dengan Indeks Brinkman 336 (perokok sedang). Kakak pasien
menanyakan apakah riwayat merokok mempengaruhi pengobatan pasien. Kakak pasien
menyatakan pasien sangat sulit berhenti merokok bahkan masih merokok saat kondisinya sudah
sesak. Berdasarkan temuan bukti yang telah dilakukan telaah kritis, pertanyaan tersebut sudah
dapat dijawab. Merokok menunda penyembuhan pasien Tb paru yang sedang dalam pengobatan
19
dengan OAT. Dalam telaah kritis ditemukan hanya 5 dari 10 orang pasien Tb paru paru perokok yang
mengalami konversi kultur sputum pada fase intensif pengobatan OAT serta pasien Tb paru yang
merokok memiliki kemungkinan 2.09 kali dibandingkan bukan perokok untuk tertunda konversi
kultur sputumnya pada fase intensif.
20
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan:
Terdapat bukti pengaruh buruk rokok terhadap keberhasilan pengobatan Tb paru. Hanya 5 dari 10
orang pasien Tb paru perokok yang mengalami konversi kultur sputum pada fase intensif. Pasien TB
paru perokok memiliki kemungkinan 2.09 kali dibandingkan bukan perokok untuk tertunda konversi
kultur sputumnya.
Rekomendasi:
Untuk mencapai hasil pengobatan Tb paru yang optimal, perlu dilakukan edukasi berhenti merokok
pada pasien Tb paru yang merokok atau memiliki riwayat merokok.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Global tuberculosis report 2018. 21st ed. Geneva, WHO: 2018.
2. Hunter RL. Pathology of post primary tuberculosis of the lung: an illustrated critical review.
Tuberculosis. 2011; 91: 497–509.
3. Long R, Maycher B, Dhar A, et al. Pulmonary tuberculosis treated with directly observed
therapy: serial changes in lung structure and function. Chest 1998; 113: 933–43.
4. Ravimohan S, Kornfeld H, Weissman D, Bisson GP. Tuberculosis and lung damage: from
epidemiology to pathophysiology. European Respiratory Review. 2018;27: 170077.
5. World Health Organization. Global report on trends in tobacco smoking 2000-2025. 1st ed.
Geneva, WHO: 2015.
6. Shang S, Ordway D, Henao-Tamayo M, Bai X, Oberley-Deegan R, Shanley C, et al. Cigarette
smoke increases susceptibility to tuberculosis—evidence from in vivo and in vitro models. J
Infect Dis. 2011; 203(9):1240–8.
7. Shaler CR, Horvath CN, McCormick S, Jeyanathan M, Khera A, Zganiacz A, et al. Continuous
and discontinuous cigarette smoke exposure differentially affects protective Th1 immunity
against pulmonary tuberculosis. PLoS One. 2013; 8(3):e59185.
8. O'Leary SM, Coleman MM, Chew WM, Morrow C, McLaughlin AM, Gleeson LE, et al. Cigarette
smoking impairs human pulmonary immunity to Mycobacterium tuberculosis. Am J Respir
Crit Care Med. 2014; 190(12):1430–6.
9. Perfura-Yone EW, Kengne AP, Kuaban C. Non-conversion of sputum culture among patients
with smear positivie tuberculosis in Cameroon: a prospective cohort study. BMC Infect Dis.
2014. 11;14:138.
10. Visser ME, Stead MC, Walzi G, et al. Baseline predictors of sputum culture conversion in
pulmonary tuberculosis: importance of cavities, smoking, time to detection and W-Beijing
genotype. Plos One. 2012;7(1): e29588.
11. Gullon Blanco JA, Suarez Toste I, Lecuona Fernandez M, et al. Tobacco smoking and
sputum smear conversion in pulmonary tuberculosis. Med Clin (Barc). 2007;128(15):565-8.
12. Jeyashree K, Kathirvel S, Shewade HD, Kaur H, Goel S. Smoking cessation interventions for
pulmonary tuberculosis treatment outcomes (review). Cochrane Database of Systematic
Reviews. 2016;1; CD011125.
13. Kanda R, Nagao T, Tho NV, et al. Factors affecting time to sputum culture conversion in
adults with pulmonary tuberculosis: a historical cohort study without censored cases. Plos
One. 2015;10(11): e0142607.
14. Maciel EL, Brioschi AP, Peres RL, et al. Smoking and 2-month culture conversion during antituberculosis treatment. Int J Tuberc Lung Dis. 2013;17(2):225-8.
22
Download