1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan merupakan hak dasar masyarakat yang harus dipenuhi dalam pembangunan kesehatan. Hal tersebut harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia dan mendukung pembangunan ekonomi, serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Mendapatkan pelayanan kesehatan adalah hak setiap warga Negara Indonesia. Puskesmas telah menjadi tonggak periode perjalanan sejarah Dinas Kesehatan Kabupaten di Indonesia. Konsep Puskesmas sendiri diterapkan di Indonesia pada tahun 1969. Perihal diterapkannya konsep Puskesmas ini, pada awal berdirinya, sedikit sekali perhatian yang dicurahkan Pemerintah di Kabupaten pada pembangunan di bidang Kesehatan. Sebelum konsep Puskesmas diterapkan, dalam rangka memberikan pelayanan terhadap masyarakat maka dibangunlah Balai Pengobatan (BP), Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA), yang tersebar di kecamatan-kecamatan. Unit tersebut berdiri sendiri-sendiri tidak saling berhubungan dan langsung melaporkan kegiatannya kepada Kepala Dinas Kesehatan, umumnya unit tersebut dipimpin oleh seorang Mantri (perawat) senior yang pendidikannya bisa Pembantu Perawat atau Perawat. Sejalan dengan diterapkannya konsep Puskesmas di Indonesia tahun 1969, maka mulailah dibangun Puskesmas di beberapa wilayah yang dipimpin oleh seorang Dokter Wilayah (Dokwil) yang membawahi beberapa 2 Kecamatan, sedang di tingkat kabupaten ada Dokter Kabupaten (Dokabu) yang membawahi Dokwil. Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas tersebut adalah pelayanan kesehatan menyeluruh (komprehensif) yang meliputi pelayanan: pengobatan (kuratif), upaya pencegahan (preventif), peningkatan kesehatan (promotif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Pemerintah memiliki peran untuk melaksanakan fungsi pelayanan. Pelayanan itu sendiri disediakan pada berbagai lembaga atau institusi pemerintah seperti halnya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang menyediakan pelayanan dibidang kesehatan kepada masyarakat. Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesehatan merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang pertama diwilayah kerjanya masing-masing dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat. Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan seluruh lapisan masyarakat, tentunya Puskesmas harus memiliki bagi mutu pelayanan yang baik. Namun pada kenyataanya masih belum sepenuhnya dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas, seperti rendahnya informasi mengenai waktu pelayanan, lama penyelesaian pelayanan, persyaratan teknis dan administrasi serta biaya administrasi atau pengobatan yang terkesan berbelit-belit Pemerintah sebagai petugas pelaksana pelayanan kesehatan hendaknya memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas sesuai dengan kebutuhan dan harapan pasien karena kualitas pelayanan kesehatan yang baik akan memberikan kepuasan terhadap pasien selaku penilai pelayanan kesehatan dari pemerintah. Begitu pula sebaliknya, pemberian pelayanan 3 kesehatan yang buruk akan menimbulkan berbagai keluhan dari pasien, sedangkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas merupakan salah satu hak yang wajib dipenuhi oleh pemerintah selaku abdi dari masyarakat. Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan di daerah perdesaan yang masih terbilang buruk, misalnya: (tambahkan kalimat dikuti dari laman .....) ‘“Dokter dan para medis tidak menjalankan tugas tepat waktu, kebiasaan keterlambatan pihak Puskesmas dalam membuka loket pelayanan, sehingga banyak pasien yang menunggu kepastian waktu dimulainya pelayanan. Selain itu perilaku pegawai Puskesmas yang kurang baik juga ditunjukan dari kurang disiplinnya pegawai Puskesmas dalam menjalankan tugas piket yang sering mangkir sebelum jam tugas kerjanya selesai”. (Sumber: http://www.bandarlampungnews.com) Puskesmas Batumarmar masih belum bisa dikatakan baik, (tidak boleh menyimpulkan sesuatu di awal kalimat, tampilkan terlebih dahulu data (wawancara dan dokumentasi) lalu simpulkan hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan Bapak Sutioso beliau menyampaikan bahwa : “Petugas kerap terlihat mengobrol dengan petugas lainnya sehingga mengesampingkan tanggung jawabnya memperlakukan pasien dengan baik. Sehingga dalam proses kecepatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien menjadi lambat dan belum mampu memberikan pelayanan yang menjanjikan dengan segera dan memuaskan masyarakat”. (wawancara, pada tanggal 19 Oktober 2019). Proses pemberian pelayanan kesehatan Puskesmas hendaknya yang diberikan di setiap cepat tanggap. Pelayanan kesehatan merupakan pelayanan yang bersifat irreversible (Kematian). Jika proses pelayanan kesehatan lamban dalam menangani pasien maka akan berdampak pada hal yang sangat merugikan bagi pasien. 4 Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian secara lebih mendalam tentang efektivitas pelayanan Rawat Inap di Puskesmas Batumarmar Kecamatan Batumarmar Kabupaten Pamekasan. DATA WAWANCARA DITAMBAH, JANGAN HANYA 1 B. Rumusan Masalah Berdasarkan hasil uraian di atas, maka masalah pokok dari penelitian ini adalah bagaimana Efektifitas Pelayanan Rawat Inap di Puskesmas Batumarmar Kecamatan Batumarmar Kabupaten Pamekasan C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Efektifitas Pelayanan Rawat Inap di Puskesmas Batumarmar Kecamatan Batumarmar Kabupaten Pamekasan. D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan sebagai berikut : 1. Secara Teoritis, hasil penelitian ini merupakan salah satu kajian ilmu pengetahuan khususnya dalam pengembangan ilmu Administrasi Negara. 2. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi aparat puskesmas yang menangani langsung masalah tentang Efektivitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Batumarmar. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Efektivitas 1. Pengertian Efektivitas Menurut Herlambang kemampuan (2013:18) Efektivitas merupakan untuk memilih tujuan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah di tetapkan. Selanjutnya menurut Danim (2012:118) efektivitas adalah menumbuhkan kreativitas. Dan menurut ahli manajemen Drucker dalam Handoko (2009: 7) menyatakan “ doing the right things is more important than doing the thing right” kemudian dijelaskan pula bahwa “Effectiveness is to do the right things, while efficiency is to do the thing right”. (Efektivitas adalah melakukan pekerjaan yang benar sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara benar). Menurut Hasibuan (2000: 120) “Efektivitas adalah tercapainya sasaran atau tujuan-tujuan dari suatu instansi yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam efektivitas terkandung makna berdaya tepat atau berhasil guna untuk menyebutkan bahwa sesuatu itu telah berhasil dilaksanakan secara sempurna, secara tepat dan target telah tercapai. Selain itu terkandung makna efisiensi, yaitu berdaya guna untuk menunjukan bila suatu tindakan atau usaha sudah efektif dan ekonomis, baru dikatakan efesien”. Menurut Handoko (2009: 7) Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Robbins 6 dan Caulter (2010:8) efektivitas sering kali disebut sebagai mengerjakan hal yang tepat yaitu, menjalankan aktivitas-aktivitas yang secara langsung membantu organisasi mencapai sasarannya. Dengan demikian efektivitas pada hakekatnya berorientasi pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Cutlip (2009: 87) Pencapaian tujuan dapat dicapai dengan cukup menjaga hubungan yang sudah ada ditengah- tengah kondisi yang terus berubah-ubah. Akan tetapi kemungkinan besar organisasi harus selalu menyesuaikan dalam rangka merespon situasi. Dalam membantu pencapaian tujuan atau efektivitas dibutuhkan pengendalian seperti yang diutarakan oleh Tunggal (2009:12), pengendalian adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan direksi, manajeman, dan personel lain entitas yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan : 1. Keandalan pelaporan 2. Efektivitas dan efisiensi oprasi 3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku Pengendalian sangat dibutuhkan dalam pencapaian efektivitas. Karena pengendalian secara berkelanjutan akan membantu pencapaian efektivitas. Keberhasilan efektivitas memiliki indikator sebagai standar dalam pencapaian efektivitas. Para pakar memiliki beberapa perbedaan pendapat mengenai indicator efektivitas, ini dikarenakan konsep efektivitas bersifat multidimensional. 7 2. Indikator Efektivitas Indikator efektivitas adalah penentu efektif atau tidaknya suatu organisasi. Oleh sebab itu digunakan indikator-indikator efektivitas dalam penelitian ini sebagai tolak ukur efektivitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Pulau Pisang, selain itu telah menjadi tuntutan suatu organisasi pemerintah untuk memenuhi kriteria efektivitas yang telah ditetapkan karena menurut Mustafa (2013:100) Organisasi pemerintah adalah sejumlah lembaga Negara yang dibentuk dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Negara, organisasi Negara tersebut dibentuk untuk mewakili upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan berbangsa dan bernegara. Oleh sebab itu puskesmas sebagai organisasi Negara perlu memiliki indikator efektivitas sebagai standar penilaian pencapaian sebuah tujuan atau cita-cita didirikannya organisasi tersebut.Indikator efektivitas yang harus dipenuhi sebagai standar penilaian keberhasilan pencapaian tujuan memiliki keberagaman. Seperti salah satu indikator-indikator yang ditetapkan oleh Makmur (2011:7) adalah sebagai berikut: a. Ketepatan penentuan waktu. b. Ketepatan perhitungan biaya. c. Ketepatan dalam pengukuran. d. Ketepatan menentukan pilihan. e. Ketepatan berpikir. f. Ketepatan dalam melakukan perintah. g. Ketepatan dalam menentukan tujuan. h. Ketepatan-ketapatan sasaran Menurut Robbins dalam Keban (2004:141) yang menggunakan empat pendekatan sebagai berikut: a. Goal attainment, pendekatan ini yang ditekankan adalah hasil dan bukan cara, persyaratan yang dibutuhkan dalam definisi ini adalah bahwa tujuan yang hendak dicapai benar- 8 benar jelas, memiliki batas waktu pencapaian yang jelas dan dapat diukur. b. System, disini dibutuhkan adanya suatu hubungan yang jelas antara input dan output c. Strategic-constituenc asumsi yang digunakan dalam pengukuran ini adalah bahwa para konstituen memiliki pengaruh yang kuat terhadap organisasi dan organisasi di haruskan merespon terhadap tuntutan kontituen tersebut. d. Competing Values mengukur apakah kriteria keberhasilan yang dipentingkan organisasi seperti keadilan dan pelayanan telah sesuai dengan kepentingan atau kesukaan para konstituennya. Organizational Effectiveness A Behavioral View adalah buku yang dikarang oleh Richard M. Steers (1977) yang telah di terjemahkan oleh Magdalena Jamin dalam bentuk buku Efektivitas Organisasi (1984), dalam buku ini banyak membahas tentang konsep efektivitas suatu organisasi, baik untuk pengukuran efektivitas organisasi dalam bab tiga maupun mengenai lingkungan dan efektivitas organisasi di bab empat. Steers (1984:44-69) mengemukakan dua model untuk mengukur efektivitas yaitu Model Univariasi dan Model Multivariasi a. Model Univariasi 1. Efektivitas keseluruhan 2. Kualitas 3. Produktivitas 4. Kesiagaan 5. Efisiensi 6. Laba atau penghasilan 7. Pertumbuhan 8. Pemanfaatan Lingkungan 9. Stabilitas 10. Perputaran atau keluar masuknya perkerja 11. Kemangkiran 12. Kecelakaan 13. Semangat kerja 14. Motivasi 15. Kepuasan 16. Penerimaan tujuan organisasi 17. Kepaduan Konflik-konflik kompak 18. Keluwesan adaptasi 19. Penilaian oleh pihak luar 9 b. Model Multivariasi 1. Bennis (1962) kemampuan adaptasi, rasa identik, kemampuan menguji realitas 2. Blake and mouton (1964) pencapaian serempak dari usaha yang mementingkan produksi yang tinggi dan mementingkan perkerjaannya 3. Caplow (1964) stabilitas, integrasi, kesukarelaan, prestasi 4. Duncan (1973) pencapaian tujuan, integrasi, adaptasi 5. Child (1975) mampu laba, pertumbuhan. Namun dalam pengukuran efektivitas ada beberapa segi yang bisa mempengaruhi efektivitas masih dalam buku Steers (1984: 71), enam faktor stuktur yang mempengaruhi beberapa segi efektivitas: a. Desentralisasi Yang dimaksud dengan desentralisasi adalah batas perluasan berbagai jenis kekuasaan dan wewenang dari atas ke bawah dalam hierarki organisasi. Dengan demikian pengertian desentralisasi berhubungan erat dengan konsep partisipasi dalam pengambilan keputusan. b. Spesialisasi (Taylor 1911) dan rekan-rekannya menyatakan bahwa faktor penentu pokok dari keberhasilan organisasi adalah kemampuan organisasi membagi-bagi fungsi kerjanya menjadi kegiatan-kegiatan yang sangat khusus. c. Formalisasi Formalisasi biasanya menunjukan batas penentuan atau pengaturan kegiatan kerja para pegawai melalui prosedur dan peraturan yang resmi. Semakin besar pengaruh peraturan, pengaturan, kewajiban kerja tertulis dan sebagainya yang mengatur tingkah laku pekerja, semakin besar tingkat formalisasinya. Jika keluwesan organisasi ini tidak dapat dicapai dalam lingkungan yang selalu berubah, dapat diperkirakan bahwa pencapaian tujuan akan menjadi sangat sulit. d. Rentang Kendali Rentang kendali menyatakan jumlah rata-rata bawahan dari tiap penyedia. Seringkali istilah ini menyatakan, secara lebih khusus, jumlah rata-rata pekerja yang melapor pada penyedia tingkat satu. e. Besar ( ukuran ) Organisasi Faktor-faktor seperti pergantian pimpinan yang teratur, berkurangnya tenaga kerja, dan pengendalian lingkungan 10 semua ini dapat di anggap sebagai beberapa aspek yang mengatur pelaksanaan pekerjaan secar tertib dan efesien. f. Besarnya Unit-Kerja Kelompok-kelompok kerja yang lebih kecil sering memungkinkan para anggotanya saling mengenal lebih baik, membina persahabatan dan membangun persatuan kelompok yang erat. Dilain pihak, kelompok-kelompok yang lebih besar sering bersifat lebih formal, jadi bahwa kepuasan kerja akan lebih tinggi dan tingkat perputaran perkerja dan kemangkiran juga lebih rendah didalam kelompo- kelompok kerja yang lebih kecil. Enam segi pengaruh efektivitas diatas sangat penting untuk diketahui karena segi-segi efektivitas organisasi akan mempengaruhi struktur organisasi, misalnya variabel rentang kendali, jika variabel rentang kendali ini lemah atau kurang terkontrol antara struktur organisasi maka akan melemahkan struktur organisasi. Selanjutnya Steers (2005:5) mengatakan efektivitas organisasi dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut: 1. Kemampuan menyesuaikan diri (keluwesan atau adaptasi) Kemampuan setiap anggota untuk mencari jalan keluar persoalan dalam menanggapi dengan luwes tuntutan perubahan lingkungan. 2. Produktivitas kerja Kemampuan setiap anggota dalam menyelesaikan suatu perkerjaan dengan hasil yang sesuai dengan instruksi dan waktu penyelesaiannya telah ditetapkan sebelumnya. 3. Kepuasan kerja Kemampuan seorang anggota dalam usaha mencapai suatu hasil kerja atau yang dicapai seorang anggota dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya untuk mencapai suatu tujuan serta menimbulkan rasa puas dalam dirinya. 4. Pemanfaatan sumber daya Kemampuan sumber daya manusia yaitu kecerdasan dan kecakapan seorang anggota dalam melakukan tugasnya. Dari beberapa penjelasan menengenai efektivitas organisasi seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa suatu organisasi yang berhasil dapat dilihat dengan sejauh mana organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. 11 Berdasarkan indikator efektivitas yang telah diuraikan diatas, maka dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori pendapat Steers (2005:5), yaitu : 1). Kemampuan menyesuaikan diri, 2) Produktivitas kerja, 3) Kepuasan kerja, 4) Pemanfaatan sumber daya Kemampuan sumber daya manusia B. Konsep Pelayanan Publik 1. Pengertian Pelayanan Publik Pelayanan merupakan tugas utama bagi aparatur negara sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Tugas ini secara jelas telah digariskan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea Ke empat, yang meliputi empat aspek pelayanan pokok aparatur terhadap masyarakat yang berbunyi: Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah memajukan darah Indonesia kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk memajukan kesejahteraan umum, pelayanan publik dari pemeri9ntah harus ditingkatkan kualitasnya. Karena eksisitensi dari kesejahteraan umum adalah pelayanan publik. Menurut Surjadi (2012:7) Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan upaya Negara dalam memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak sipil setiap warga Negara atas barang, jasa, dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. dijelaskan sebelumnya bahwa Undang-Undang Selain itu telah 1945 juga telah mengamanahkan kepada Negara untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap warga Negara demi kesejahteraanya. Sehingga efektivitas suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggara pelayanan publik. 12 2. Pedoman Pelayanan Publik Pedoman pelayanan publik merupakan landasan pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan publik. Pedoman penyelenggaraan pelayanan publik memberikan kemudahan untuk pegawai penyedia layanan dalam memberikan standar pelayanan yang jelas dan berkualitas kepada penerima pelayanan. Ridwan dan Sudrajat (2009) mengemukakan standar pelayanan publik sebagai berikut: a. Kesederhanaan, yaitu prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan b. Kejelasan memuat tentang: 1. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik 2. Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelyanan publik 3. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran c. Kepastian waktu, dimana dalam pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan d. Akurasi, dimana produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah e. Keamanan, proses dan produk pelayanan publik memberikan keamanan dan kepastian hukum f. Tanggungjawab, pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik g. Kelengkapan sarana dan prasarana, yaitu tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk dalam penyediaan sarana teknologi komunikasi dan informatika (telematika). h. Kemudahan Akses, dimana tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi komunikasi dan informatika i. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan, dimana pemberi pelayanan harus bersikap, disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan yang ikhlas j. Kenyamanan, yaitu lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat, serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parker, toilet, tempat ibadah, dan lain-lain. 13 3. Tujuan Pelayanan Publik Tujuan pelayanan pada umumnya adalah bagaimana mempersiapkan pelayanan publik yang dikehendaki atau dibutuhkan publik. Sehingga hakekat dari tujuan pelayanan publik tidak hanya memberikan pelayanan sesuai prosedur atau pedoman pelayanan publik. Tetapi juga memberikan dan memenuhi permintaan publik sesuai keluhan sehingga mampu memberikan rasa kepuasan kepada publik. Uraian di atas sesuai dengan pendapat Syafiie (2011: 200) sebagai berikut: a. c. d. e. Menentukan pelayanan publik yang disediakan, apa saja macamnya b. Memperlakukan pengguna pelayanan sebagai customer Berusaha memuaskan pengguna pelayanan, apa yang diinginkan mereka Mencari cara penyampaian pelayanan yang paling baik dan berkualitas Menyediakan cara-cara, bila pengguna pelayanan tidak ada yang lain 4. Standar Pelayanan Publik Setiap pelayanan dipublikasikan sebagai pelayanan. harus memiliki jaminan adanya standar pelayanan kepastian bagi dan penerima Standar pelayanan adalah ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan. Adapun standar pelayanan yang dikemukakan Ridwan dan Sudrajat (2009: 133 ) meliputi: a. Prosedur pelayanan, yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan b. Waktu penyelesaian, yang ditetapkan saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan. c. Biaya pelayanan, biaya atau tarif pelayanan termasuk rincian yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan 14 d. Produk pelayanan, hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan e. Sarana dan Prasarana, penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik. f. Kompetensi petugas pemberi pelayanan, harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan. Pedoman pelayanan publik, tujuan pelayanan publik, serta standar pelayanan publik yang telah diuraikan berlaku untuk semua pelayanan, Pelayanan kesehatan merupakan salah satu indikator pelayanan publik. oleh sebab itu peneliti menggunakan tinjauan dari pelayanan kesehatan karena mengingat kesehatan merupakan salah satu kebutuhan hidup yang sangat penting dalam menunjang aktifitas sehari-hari baik kaya ataupun miskin, yang tinggal di perkotaan ataupun yang di pedesaan menginginkan kehidupan yang sehat dan membutuhkan pelayanan kesehatan. C. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Angga Rizky yang berjudul Efektivitas Pelayanan Penanganan Pasien Di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah Petala Bumi Kota Pekanbaru, disimpulkan dari analisis variabel Kemampuan menyesuaikan diri, Produktivitas kerja, Kepuasan kerja, Pemanfaatan sumber daya, maka peneliti menemukan kesimpulan Kemampuan menyesuaikan diri yang ada pada IGD Rumah Sakit Umum Daerah Petala Bumi Kota Pekanbaru pihak dari pegawai dan staff menjelaskan mereka belum sepenuhnya mampu menyesuaikan diri terhadap pasien bagi pegawai yang baru dipindah alihkan apapun keluhan pasien mereka selalu terima dengan tugas dan prosedur pelayanan dalam kerja mereka. Serta 15 penulis menyimpulkan bahwa Produktivitas pegawai di IGD Rumah Sakit Umum Daerah Petala Bumi Kota Pekanbaru dalam melakukan layanan dalam hal penanganan pasien adalah “produktivitas pegawai yang kurang efektif”, Karena pada umumnya kinerja pegawai sangat diperhatikan sekali dalam hal melayani pasien dan menjaga hubungan baik dengan pasien, maka tingkat pelayanan yang kurang maksimal. Mochtar Adam, dengan judul penelitian Efektivitas Sistem Informasi Pelayanan Pada Rumah Sakit (Studi Kasus Pada Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Haryoto Kabupaten Lumajang). Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui faktor yang mendukung dan menghambat dalam penggunaan sistem informasi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Haryoto Kabupaten Lumajang. Faktor pendukung yaitu adanya minat yang tinggi masyarakat untuk menggunakan sistem layanan dan dukungan dari kualitassumber daya manusia yang dimiliki oleh rumah sakit. Adapun yang menjadi faktor penghambat yaitu adanya fasilitas yang belum dimaksimalkan serta kuantitas atau jumlah sumber daya yang melakukan aktivitas operasional rumah sakit belum mememuhi jumlah atau kuantitas yang ditetapkan. Siti Marlina, dengan judul Efektifitas Pelayanan Publik Di Puskesmas Rawat Inap Sawoo Kabupaten Ponorogo. Dalam penelitian ini terdapat masalah yang menunjukkan tidak maksimalnya pelayanan yang diberikan puskesmas Sawoo. Masalah yaag sering dihadapi dalam Efektifitas Pelayanan Publik Di Puskesmas Rawat Inap Sawoo Kabupaten Ponorogo, yakni kualitas Sumber daya manusia yang relatif rendah semakin menghambat pemberian pelayanan kepada Masyarakat. 16 Yulmawati, Menkher Manjas, Hafni Bachtiar dengan judul Efektivitas Kerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi, diperoleh hasil bahwa Efektivitas kerja perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib Kabupaten Kerinci baik sebanyak 50.9%, kemampuan produksi {production) perawat terkesan baik sebanyak 58.2%, efisiensi (efficiency) yang dimiliki perawat terkesan baik sebanyak 54.5%, kepuasan (satisfaction) kerja perawat terkesan baik sebanyak 54.4%, adaptasi {adaptiveness) yang dimiliki perawat terkesan baik sebanyak 58.2%, perkembangan {development) baik sebanyak 50.9% dan memiliki hubungan paling erat terhadap efektivitas kerja perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib kabupaten kerinci. Variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan efektivitas kerja perawat adalah produksi, efisiensi, perkembangan dengan nilai p<0.05. Sedangkan variabel kepuasan dan adaptasi tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan efektivitas kerja dengannilaip>0.05. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu diatas, penelitian yang akan dilakukan jelas sangat berbeda, dari segi judul tentunya dan objek penelitiannya. Disini peneliti memilih Puskesmas Batumarmar Kecamatan Batumarmar Kabupaten Pamekasan sebagai objek yang akan diteliti dengan melakukan analisis terhadap efektivitas Pelayanan rawat Inap berdasarkan persepktif pimpinan, masyarakat dan pengguna layanan Batumarmar Kecamatan Batumarmar Kabupaten Pamekasan. Puskesmas 17 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Adapun pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bogan dan Taylor yang dikutip oleh Buna’i, bahwa “pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Jadi, penelitian kualitatif sifatnya deskriptif, karena data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis, melainkan hasil analisis itu berupa deskripsi dari gejala-gejala yang diamati, yang tidak selalu berbentuk angka-angka atau koefisien antar variabel. (Subana dan Sudrajad, 2005 : 17). Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif sebab penelitian ini dapat menyajikan secara langsung mengenai hasil penelitian yang peneliti lakukan, baik yang berhubungan antara peneliti dengan subjek dan objek yang akan diteliti. Di samping itu pendekatan kualitatif cukup tepat dalam mengetahui subjek dan objek yang akan diteliti secara alami. Jenis penelitian yang dipakai peneliti adalah deskriptif, yaitu data yang dikumpulkam dengan berupa kata-kata, dokumentasi, dan gambar (kalau ada), artinya bukan berbentuk angka-angka. Hal itu disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti yang akan lebih jelas apabila diamati dengan proses, sesuai dengan judul tentang efektivitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Batumarmar. 18 B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Batumarmar Kecamatan Batumarmar Kabupaten Pamekasan. Dipilihlah lokasi ini dengan didasarkan atas pertimbangan bahwa di Puskesmas Batumarmar Kecamatan Batumarmar Kabupaten Pamekasan. merupakan instansi pemerintah yang mempunyai wewenang dan tugas dalam proses pelaksanaan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, kemudian dengan pertimbangan bahwa pengelolaan pelayanan rawat inap di Puskesmas Batumarmar Kecamatan Batumarmar Kabupaten Pamekasan perlu adanya peningkatan dan perbaikan sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan akan lebih tinggi. C. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan mana yang tidak relevan (Moleong, 2010). Pembatasan dalam penelitian kualitatif ini lebih didasarkan pada tingkat kepentingan/urgensi dari masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Penelitian ini akan difokuskan pada “Efektivitas Pelayanan Rawat Inap di Puskesmas Batumarmar Kecamatan Batumarmar Kabupaten Pamekasan. (JELASKAN FOKUS PENELITIAN SESUAI DENGAN TEORI YANG DIGUNAKAN) 19 D. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. (Suharsimi Arikunto, 2016: 129). Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. (Suharsimi Arikunto, 2016: 129). Dalam penelitian ini, pengambilan sumber data penelitian menggunakan teknik “purpose sampling”. Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 101) menyatakan, sampel purposive adalah sampel yang dipilih karena memang menjadi sumber dan kaya dengan informasi tentang fenomena yang ingin ditiliti. Pengambilan sampel ini didasarkan pada pilihan peneliti tentang aspek apa dan siapa yang dijadikan fokus pada saat situasi tertentu dan saat ini terus-menerus sepanjang penelitian, sampling bersifat purposive yaitu tergantung pada tujuan fokus suatu saat. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai subjek adalah : Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai subjek atau Sumber data adalah : 1. Kepala Puskesmas 1 orang 2. Tokoh Masyarakat 2 orang 3. Pengguna Layanan Puskesmas 2 orang (Sebutkan namanya) ini pindahkan ke sumber data primer Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini diperlukan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder sebagai berikut : 20 1. Sumber Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian melalui wawancara dengan informan yang berkaitan dengan masalah penelitian. 2. Sumber Data sekunder yaitu data yang diperoleh berdasarkan acuan atau literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian, misalnya materi atau dokumen dari Kantor Kecamatan Batumarmar serta melalui studi kepustakaan yaitu dengan menelaah literatur, majalah, serta karya tulis yang berhubungan dengan masalah yang diteliti penulis. Jenis data penelitian ini adalah pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh subjek penelitian yang sesuai dengan seperangkat pertanyaan yang dikemukakan peneliti dengan merujuk pada fokus penelitian yang ada sebagai pedoman. Sumber datanya adalah manusia dan non manusia. Sumber data manusia adalah pegawai kepala Puskesmas dan masyarakat. Data tersebut digali melelui wawancara dan catatan pengamatan lapangan. Sedangkan sumber data non manusia adalah dokumen yang berhubungan dengan efektivitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Batumarmar. E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, teknik yang akan peneliti gunakan adalah : 1. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan pewawancara (interviewee) yang 21 memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moloeng, 2007: 186). Wawancara dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan subjek penelitian sehingga diperoleh data-data yang diperlukan. Teknik wawancara mendalam ini diperoleh langsung dari subyek penelitian melalui serangkaian tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait langsung dengan pokok permasalahan. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin. Wawancara bebas terpimpin yaitu cara mengajukan pertanyaan yang dikemukakan bebas, artinya pertanyaan tidak terpaku pada pedoman wawancara tentang masalah-masalah pokok dalam penelitian kemudian dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi di lapangan (Sutrisno Hadi, 1994: 207). Dalam melakukan wawancara ini, pewawancara membawa pedoman yang hanya berisi garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan. 2. Dokumentasi Untuk mendapatkan data sekunder ini dipergunakan teknik dokumentasi. Untuk mengetahui lebih jelas tentang pengertian dokumentasi tersebut maka dapat diikuti pendapat Winarno Surachmad berikut ini : “Dokumentasi adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran atau peristiwa itu, dan ditulis dengan sengaja untuk menyimpan dan meneruskan keterangan mengenai peristiwa tersebut. Berdasarkan pengertian dokumentasi tersebut maka teknik ini dipergunakan untuk mendapatkan data sehubungan dengan efektivitas pelayanan. 22 F. Analisis Data Analisis data merupakan suatu proses untuk menelaah data yang telah diperoleh melalui teknik pengumpulan data. Dalam bahasa lain, memproses data sehingga menjadi suatu data yang teratur sesuai dengan prosedur yang ada. Menurut Bogdan dan Biklen yang dikutip oleh Lexy J. Moleong bahwa “ analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain”. (Lexy J. Moleong, 2007 : 248). Analisis yang peneliti gunakan dalam penelitian karya ilmiah ini adalah non statistik artinya tidak menggunakan rumus yaitu dengan mendeskripsikan. Yang dianalisis hanya data yang telah diperoleh melalui metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Dengan cara setelah meneliti lalu dikelompokkan,di klasifikasikan, diuraikan, kemudian di padukan antara hasil penelitian dengan teori yang ada. Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif, seperti yang dikembangkan oleh Miller dan Huberman (1992) yakni menggunakan analisis model interaktif dengan tiga prosedur, induksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verivikasi. Pengumpulan Data Penyajian Data 23 Reduksi Data Kesimpulan Kesimpulan penarikan verifikasi Gambar 3.1 Model interaktif Sumber : Sugiyono, (2007:247) 1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian dan penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari amatan-amatan tertulis dari lapangan. Redukasi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan kata dengan sedemikian rupa. 2. Penyajian data, yaitu menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun dan memberikan kemungkinan untuk mengadakanpenarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian data, maka peneliti dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. 3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi, yaitu kegiatan menyimpulkan makna-makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya. Ketiga langkah analisis inilah yang akan dilakukan dalam penelitian ini, dimana data yang akan diperoleh senantiasa diusahakan untuk sejalan dengan fokus yang diteliti. Jadi, proses analisis data sebagaimana digambarkan oleh Milles dan Huberman (1992) yang disebut “model interaktif” seperti berikut ini. G. Keabsahan Data 24 Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong, 2007:320). Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji, credibility, transferability, dependability, dan confirmability (Sugiyono, 2007:270). Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji keabsahan data yang dapat dilaksanakan. 1. Credibility Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah dilakukan. 2. Transferability Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil (Sugiyono, 2007:276). 3. Dependability 25 Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya, dengan kata lain beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama. Penelitian yang dependability atau reliabilitas adalah penelitian apabila penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang sama akan memperoleh hasil yang sama pula. Pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. 4. Confirmability Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji confirmability penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila hasil penelitian telah disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian kualitatif uji confirmability berarti menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang telah dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability. 26 DAFTAR PUSTAKA Cutlip, Scott M.,et al. 2009. Effective Public Relations. Person Education Inc Handoko, T. 2009. Manajemen Edisi 2. Yogyakarta: Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM Hasibuan. Melayu S.P.2000. Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers Herlambang, Susatyo. 2013. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Gosyen Publishing Makmur. 2011. Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan. Bandung: Refika Aditama Mustafa, Delly. 2013. Birokrasi Pemerintahan. Bandung: Alfabeta Robbins dan Caulter. 2010. Manajemen Edisi Kesepuluh Jilid 1. Jakarta: Erlangga Richard M. Steers. 1984. Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga Ridwan dan Achmad Solid Ridwan dan Achmad Solid Sudrajat. 2009. Hukum Administrasi Negara Dan Kebijakan Pelayanan Publik. Bandung: Nuansa Syafiie, Inu Kencana. 2013. Ilmu Pemerintahan. Jakarta: Bumi Aksara Sudrajat. 2009. Hukum Administrasi Negara Dan Kebijakan Pelayanan Publik. Bandung: Nuansa Surjadi. 2009. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung: Anggota IKAPI Tunggal. Amin Widjaja. 2009. Audit Berbasis Resiko: Meningkatkan Efektivitas dan Efesiensi Audit. Jakarta: Harvarind 2 7