Uploaded by User57080

PROFOSAL TERAPI BERMAIN MENYUSUN BALOK DI RS

advertisement
PROPOSAL
TERAPI BERMAIN PADA ANAK MENYUSUN BALOK-BALOK
DI RUANG ANYELIR A
RSUD KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2020
Disusun Oleh :
Dede Kamiludin
NIM : 19316025
Lis Nuraisyah
NIM : 19316070
Nindy Kirana
NIM : 19316088
Sri Lestari
NIM : 19316124
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI
TANGERANG
2020
I
LEMBAR PERSETUJUAN
STASE KEPERAWATAN ANAK
TERAPI BERMAIN PADA ANAK MENYUSUN BALOK-BALOK
DI RUANG ANYELIR A
RSUD KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2020
Disusun Oleh :
Dede Kamiludin
NIM : 19316025
Lis Nuraisyah
NIM : 19316070
Nindy Kirana
NIM : 19316088
Sri Lestari
NIM : 19316124
Menyetujui
Dosen Pembimbing Akademik
Ns. Ria Setia Sari, S.Kep.,M.Kep
II
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan
dan merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi
anak bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan
anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anakanak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik,
mental dan perkembangan emosinya. Dengan bermain anak dapat
menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan juga emosinya
karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan
pikirannya.
Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan
kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya
sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan
mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga
ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan
cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang
mendapat kesempatan bermain.
2. TUJUAN
1.1
Tujuan Umum
Setelah diajak bermain, diharapkan anak diharapkan bisa merasa tenang
selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat
sehingga anak bisa merasa nyaman selama dirawat dirumah sakit.
1.2
Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu :
1) Bisa merasa tenang selama dirawat.
2) Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan
perawat
3) Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat
4) Anak
menjadi
kooperatif
pada
perawat
dan
tindakan
keperawatan
5) Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
6) Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang
normal
7) Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi anak
terhadap suatu permainan
8) Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain
yang tepat
9) Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena
sakit
10) Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti
dirumah Sebagai alat komunikasi antara perawat – klien.
3. METODE DAN MEDIA
3.1
Metode
3.1.1 Bermain bersama
3.1.2 Mendengarkan tanggapan anak atau tanya jawab
3.2
Media
3.2.1 Balok Berwarna
3.2.2 Hadiah
4. KEGIATAN
4.1 Pengorganisasian
4.1.1 Leader
: Dede Kamiludin
4.1.2 Co Leader
: Nindy Kirana
4.1.3 Observer
: Sri Lestari
4.1.4 Fasilitator
: Lis Nuraisyah
2
Pembagian Tugas
a) Peran Leader
- Mengkoordinasi seluruh kegiatan
- Memimpin jalannya terapi bermain dari awal hingga
berakhirnya terapi
- Membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif.
b) Peran Co Leader
- Membantu koordinasir seluruh kegiatan
- Membantu memimpin jalannya terapi bermain dari awal
hingga berakhirnya terapi
- Menambahkan informasi yang belum disampaikan oleh leader
dan juga melakukan persiapan baik alat maupun bahan serta
tempat dilakukannya terapi bermain.
c) Peran Observer/Notulen
- Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan
waktu, tempat dan jalannya acara
- Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok dengan evaluasi kelompok
d) Fasilitator
- Memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam permainan yang
akan dilakukan
- Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
- Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak
agar dapat kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan.
- Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk
melaksanakan kegiatan
- Membimbing kelompok selama permainan
3
4.2 Setting Tempat
Keterangan :
= Leader
= Fasilitator
= Observer/Notulen
= Peserta
= Orangtua
4
4.3 Kegiatan Bermain
No
Waktu
1.
5 menit
Anak
Terapis
Pembukaan:
1. Leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
Mendengarkan
3. Memperkenalkan
Mendengarkan
pembimbing
4. Memperkenalkan anak Mendengarkan dan
satu persatu dan anak saling berkenalan
saling
berkenalan
dengan temannya
5. Kontrak waktu dengan Mendengarkan
anak
6. Mempersilahkan leader
2.
Mendengarkan
20 menit Kegiatan bermain:
1. Leader menjelaskan
Mendengarkan
cara bermain
2. Menanyakan pada anak,
Menjawab pertanyaan
anak mau bermain atau
tidak
3. Membagikan permainan
Menerima permainan
4. Leader, dan fasilitator
Bermain
memotivasi anak
5. Observer
Bermain
mengobservasi anak
6. Menanyakan perasaan
anak
Mengungkapkan
perasaan
5
3.
5 menit
Penutup:
1. Leader menghentikan
Selesai bermain
permainan
2. Menanyakan perasaan
anak
Mengungkapkan
perasaan
3. Menyampaikan hasil
Mendengarkan
permainan
4. Membagikan hadiah
Senang
pada semua anak yang
bermain
5. Menanyakan perasaan
anak
Mengungkapkan
perasaan
6. Leader menutup acara
Mendengarkan
7. Mengucapkan salam
Menjawab salam
5. EVALUASI
1) Evaluasi Struktur Yang diharapkan:
 Alat-alat yang digunakan lengkap
 Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2) Evaluasi Proses Yang diharapkan:
 Terapi dapat berjalan dengan baik
 Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
 Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
 Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya
3) Evaluasi Hasil Yang diharapkan:
 Anak mampu menyusun balok sesuai permintaan terapis
 Anak mampu menyusun balok sesuai imajinasinya
 Anak mampu menjelaskan bentuk balok yang telah ia susun sesuai
imajinasinya
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan
merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak
bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak
seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak
memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mentaldan
perkembangan emosinya.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya,
kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh
emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah
kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu
yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk
bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal
sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah
berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa
kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain.
Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal ini adalah salah satu
bentuk upaya dalam proses penyembuhan pada anak sakit. Namun pada sisi
lain, perawatan dan proses keperawatan yang bertujuan penyembuhan tersebut
kadang membuat anak-anak menjadi takut/ trauma dan kejenuhan pada anak.
Karena aktivitas anak sangat sedikit frekuensinya dan hal inilah yang
membuat anak semakin jenuh di Rumah sakit. Hal ini sangat berpengaruh
pada kooperatif anak dalam menerima perawatan dan pelayanan keperawatan
di rumah sakit.
Selain menimbulkan hal di atas, kejenuhan dan lamanya anak di rawat di
rumah sakit membuat kebutuhan bermain anak sangat kurang, hal ini terjadi
karena banyak hal, antara lain : kondisi fisik klien yang masih lemah sehingga
anak tidak mampu beraktivitas, kondisi ruang atau tempat yang asing bagi
7
anak dan banyaknya orang-orang baru di sekeliling anak sehingga anak
menjadi takut dan lain sebagainya.
Hal di atas di temukan juga di ruang perawatan anak, Ruang Anyelir A
di RSUD Kabupaten Tangerang di mana anak terlihat bosan, takut dan lebih
banyak diam atau menangis. Hal inilah yang akhirnya membuat anak hanya
diam terpaku tanpa melakukan aktifitas sehingga kebutuhan bermainya tidak
terpenuhi, dari latar belakang di atas menurut kelompok perlu di adakan suatu
tindakan keperawatan yang tepat untuk mengurangi tingkat kejenuhan dan
katakutan anak sehingga anak menjadi aktif dan terpenuhi kebutuhan
bermainnya.
B. PRESCHOOL
1) Pengertian Preschool
Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah
adalah anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek
yang perlu diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun (
Wong, 2000), anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam
segi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, Secara
fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan
rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB ratarata 95 cm.
b) Aspek Bahasa
Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jarang
dari 900 kata,mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau
lebih dan pada tahun kelima sampai
keenam
mencapai
2100
kata,mengunakan 6 sampai 8 kata,menyebut 4 warna atau lebih,dapat
menggambar
dengan
banyak
komentar
serta
menyebutkan
bagiannya,mengetahui waktu seperti hari,minggu dan bulan,anak juga
sudah mampu mengikuti 3 perintah sekaligus.
8
c) Aspek Sosial
Pada tahun ketiga anak sudah hamper mampu berpakaian dan makan
sendiri,rentang perhatian meningkat ,mengetahui jenis kelaminnya
sendiri,dalam permainan sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak
sudah mulai berbagi.tahun keempat anak sudah cenderung mandiri dan
Keras kepala atau tidak sabar,agresif secara fisik dan verbal, mendapat
kebanggan dalam pencapaian,masih mempunyai banyak rasa takut.pada
akhir
usia
prasekolah
anak
sudah
jarang
memberontak,lebih
tenang,mandiri,dapat dipercaya,lebih bertanggungjawab,mencoba untuk
hidup berdasarkan aturan,bersikap lebih baik,dalam permainan sudah
mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang.
Personal social:
a. Menyatakan keinginan untuk melakukan sesuatu yang ingin
dilakukan supaya di anggap di masyarakat
b. Anak mulai mengetahui aturan-aturan, di lingkungan keluarga dan
lingkungan
c. Menyadari hak dan kepentingan orang lain
d. Mulai dapat bermain dengan teman sebaya
e. Keluarga harmonis, komunikasi baik maka anak akan mempunyai
kemampuan dan penyesuaian dalam hubungan dengan orang lain.
f. Masuk TK akan sangat membantu anak untuk “jembatan bergaul”
dan sosialisasi dengan teman sebaya.
d) Aspek Kognitif
Tahun ketiga berada pada fase pereptual, anak cenderung egosentrik
dalam berfikir dan berperilaku, mulai memahami waktu, mengalami
perbaikan konsep tentang ruang dan mulai dapat memandang konsep dari
perspektif yang berbeda. Tahun keempat anak berada pada fase inisiatif,
memahami waktu lebih baik, menilai sesuatu menurut dimensinya,
penilaian muncul berdasarkan persepsi, egosentris mulai berkurang,
kesadaran sosial lebih tinggi, mereka patuh kepada orang tua karena
mempunyai batasan bukan karena memahami hal benar atau salah. Pada
9
akhir masa prasekolah anak sudah mampu memandang perspektif orang
lain dan mentoleransinya tetapi belum memahaminya, anak sangat ingin
tahu tentang factual dunia.
Motorik halus
:
Bisa
menggunakan
gunting,
Menggambar
lingkaran, kotak
Motorik kasar
: Melempar bola melewati atas kepala, Memanjat,
Menaiki sepeda roda tiga, Belajar menalikan tali sepatu, mengkancing,
menyikat gigi.
e) Faktor Pengaruh Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
a. Faktor herediter
Merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagi dasar dalam mencapai
tumbuh kembang anak disamping faktor lain. Faktor herediter adalah
bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa.
b. Faktor lingkungan
Merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan
tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki antara lain :
c. Lingkungan prenatal
Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi lahir sampai
yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, zat kimia atau toksin,
kebiasaan merokok dan lain-lain.
d. Lingkungan post natal
Seperti sosial ekonomi orang tua, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga,
posisi anak dalam orang tua dan status kesehatan.
f) Macam Bermain
a. Bermain aktif. Pada permainan ini anak berperan secara aktif,
kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri.
Bermain aktif meliputi :Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory
Play). Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa
alat permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada
bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha
membongkar.
10
b. Bermain pasif. Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain
dengan melihat dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak
sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi
kebosanan
dan
keletihannya.
Contoh
;
Melihat
gambar
di
buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton televisi dsb.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam
bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
1) Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi
untuk aktif bermain.
2) Tidak ada variasi dari alat permainan.
3) Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
4) Tidak mempunyai teman bermain.
g) APE ( Alat Permainan Edukatif )
a. Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan
tingkat perkembangannya, serta berguna untuk :
b. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat
menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari
motorik kasar dan halus. Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda,
bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll. Motorik halus :
gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
c. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan
kalimat yang benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku
cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
d. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,
bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku
cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.
e. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan
interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat
Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama,
misal kotak pasir, bola, tali, dll.
11
h) Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Bermain
a. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
b. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
c. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.
d. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
e. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
i) Permainan yang dianjurkan :
a. Menggambar
b. Bermain kertas lipat
c. Menyusun balok, Mobil – mobilan dll.
d. Menyanyi
e. Alat olahr raga, masak, menghitung
C. MATERI BERMAIN MENYUSUN BALOK
1) Pengertian
Bermain menyusun balok merupakan salah satu jenis permainan yang
bisa dilakukan dalam proses terapi bermain bagi klien anak yang sedang
menjalani proses hospitalisasi. Terapi bermain ini dapat digunakan sebagai
terapi bagi anak dengan usia mulai 16 bulan. Bermain dengan cara
menyusun balok pada dasarnya tidak hanya membantu mengembangkan
kemampuan motorik anak tetapi juga berperan penting dalam proses
pengembangan kognitif klien. Kemampuan klien menyusun balok
berkaitan erat dengan kemampuan kognitif klien karena pada dasarnya
bermain dengan cara metode menyusun balok tidak hanya melatih
kemampuan motorik halus klien tapi lebih dari itu bermain menyusun
balok memerlukan perencanaan meskipun masih relatif sederhana.
Ketika anak sudah mampu bermain menyusun balok secara lancar
maka dia sudah siap untuk meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang
lebih lanjut seperti mencorat-coret kertas, belajar menggosok gigi sendiri
12
dan makan dengan menggunakan sendok. Menyusun balok mengandalkan
keterampilan memegang benda kecil, meletakkannya di atas balok lain
sambil mengusahakan keseimbangan. Keterampilan memegang benda
kecil, sebenarnya dicapai anak sejak berusia 10 bulan, saat ia mulai suka
menjumput remah-remah kue yang berserakan di dekatnya.
2) Faktor Penyebab Ketidakmampuan Menyusun Balok
Menurut Immanuel, ketidakmampuan melakukan tugas perkembangan
tertentu, seperti menyusun balok, dapat menghambat berkembangnya
keterampilan berikutnya. Saat anak anda berusia 18 bulan, dan ia tidak
berminat bermain susun balok perlu diwaspadai. Kemungkinan si kecil
mengalami keterlambatan. Faktor penyebabnya yaitu:
a) Karena kurang dirangsang atau kurang latihan
Anak berusia 1 tahun perlu dilatih dengan memberinya balok.
Umumnya, anak usia ini berminat pada hal-hal yang berhubungan
dengan sebab-akibat, sehingga ingin mencoba memadukan satu benda
dengan benda lain.
b) Ada gangguan pada mata
Pandangan yang tidak jelas pada anak membuatnya enggan melakukan
kegiatan
yang
menggunakan
benda-benda
kecil.
Anda
perlu
memeriksakannya ke dokter sebelum hal ini berlangsung lama.
c) Ada gangguan pada saraf atau retardasi mental
Gangguan ini dapat diwaspadai dari kemampuan meraba. Bila anda
mendapati si kecil anda mengalami kelainan pada keterampilan
meraba, anda perlu waspada. Segera bawa ia ke dokter untuk
mendapatkan pemeriksaan
3) Keuntungan Menyusun Balok
Keuntungan-keuntungan yang didapat dari bermain dengan menyusun
balok, antara lain:
a) Terapi bermain menyusun balok dapat merangsang keterampilan
proses berfikir dan motorik anak
b) Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
13
c) Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk
mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan
perasaan mandiri pada anak.
d) Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa
senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan
perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih tegang dan nyeri
e) Permainan yang terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan anak
untuk mempunyai tingkah laku yang positif.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan
anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga
terhenti pada saatanak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Bermain memiliki beberapa fungsi yaitu, meningkatkan perkembangan
sensoris-motorik, sebagai terapi, meningkatkan perkembangan sosial,
perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan
moral,dan perkembangan intelektual (kognitif). Perawatan di Rumah Sakit
merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik bagi anak maupun
orang
tua.
Untuk
itu,
anak
memerlukan
media
yang
dapat
mengeskpresikan perasaan tersebut dan mampu bekerja sama degan
petugas kesehatan selama dalam masa perawatan. Pada dasarnya, anakanak belajar melalui permainan karena tidak ada cara lain bagi mereka
untuk mencapai segala hal yang secara normal harus dicapai anak. Pada
saat bermain peran, anak berinteraksi dengan anak lain, interaksi tersebut
mengajarkan anak untuk dapat merespon, memberi dan menerima,
menolak atau setuju ide dan perilaku anak yang lain.(Wulandari, 2012)
Senada dengan pernyataan diatas, Janet R Moyles dalam (Rini Andriani,
2016) menyatakan bermain bagi anak merupakan suatu kegiatan yang
diinginkan, dengan bermain anak akan merasa bebas, dan menyenangkan.
Kegiatan bermain yang dilakukan anak akan membangkitkan motivasi
instrinsik, memberikan ketenangan dan dapat memberikan keseimbangan
hidup bagi anak. Menurut Smith, permainan yang paling baik ialah
permainan yang memberikan kontribusi pada anak dalam belajar konsep
dan aktivitas yang nyata. Permainan yang baik adalah yang dapat
mengajarkan pada anak kemampuan tertentu baik itu bersifat individual
ataupun kelompok. Aktivitas yang diberikan dalam bermain adalah
15
aktivitas yang dapat memberikan pemahaman pada anak tentang dunia
nyata yang bermanfaat dalam kehidupannya sehari-hari.
Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di RS akan
memberikan keuntungan sebagai berikut :
1) Meningkatkan hubungan klien dan perawat
2) Aktivitas beramain yang terpogram akan memulihkan perasaan
mandiri pada anak.
3) Permainan di RS membantu anak mengekspresikan perasaannya.
4) Permainan yang terapeutik akan membentuk tingkah laku yang positif.
Prinsip – prinsip bermain di rumah sakit :
1) Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan
sederhana.
2) Relatif aman dan terhindar dari infeksi silang.
3) Sesuai dengan kelompok usia.
4) Peramainan tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang
dijalankan.
5) Perlu partisipasi orang tua dan keluarga.
Tekhnik Bermain di Rumah Sakit :
1) Berikan alat permainan untuk merangsang anak bermain sesuai
dengan umur perkembangannya
2) Berikan cukup waktu dalam bermain dan menghindari interupsi
3) Berikan permainan yang bersifat mengurangi sifat emosi anak
4) Tentukan kapan anak boleh keluar atau turun dari tempat tidur sesuai
dengan kondisi anak
16
Salah satu cara belajar yang dapat mengembangkan motorik halus
anak, adalah dengan bermain balok unit. Balok adalah potongan-potongan
kayu yang polos (tanpa dicat), sama tebalnya dan dengan panjang dua kali
sama besarnya dengan satu unit balok. Sedikit bentuk kurva, bentuk
silinder dan setengah dari potonganan-potongan balok juga disediakan,
tetapi semua dengan panjang yang sama yang sesuai dengan ukuran balokbalok dasar. Sedangkan balok unit menurut Asmawati dalam (Anita, 2016)
adalah Balok satuan (unit blocks) terdiri dari 25 bentuk dan ukuran yang
berbeda.
Setelah dilakukan tindakan terapi bermaian ini diharapkan anak dapat
melanjutkan
tumbuh
kembang
yang
mormal
pada
saat
sakit,
mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta ide-idenya,
mengembangkan kreativitas dan kemampuan
dapat
beradaptasi secara
efektif
memecahkan
masalah,
terhadap stress karena sakit dan di
rawat di RS, serta mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang
dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi.
17
Nama Peserta Terapi Bermain
Nama
No
Nama Peserta
Umur
Alamat
Pendamping /
Orang Tua
18
Paraf
DAFTAR PUSTAKA
Yudiernawati, Atty. 2006. Peran Bermain Dalam Perkembangan Psikososial
Anak. Malang: Politeknik Kesehatan Malang
Fauziddin. M, 2017. Penerapan Belajar Melalui Bermain Balok Dalam
Meningkatkan Motorik Halus Anak Usia Dini. Jurnal Care Vol. 5 (1) / Juli.
Universitas PGRI Madiun
19
Download