PROPOSAL TERAPI BERMAIN PADA ANAK MENYUSUN BALOK-BALOK DI RUANG ANYELIR A RSUD KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2020 Disusun Oleh : Dede Kamiludin NIM : 19316025 Lis Nuraisyah NIM : 19316070 Nindy Kirana NIM : 19316088 Sri Lestari NIM : 19316124 PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI TANGERANG 2020 I LEMBAR PERSETUJUAN STASE KEPERAWATAN ANAK TERAPI BERMAIN PADA ANAK MENYUSUN BALOK-BALOK DI RUANG ANYELIR A RSUD KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2020 Disusun Oleh : Dede Kamiludin NIM : 19316025 Lis Nuraisyah NIM : 19316070 Nindy Kirana NIM : 19316088 Sri Lestari NIM : 19316124 Menyetujui Dosen Pembimbing Akademik Ns. Ria Setia Sari, S.Kep.,M.Kep II BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anakanak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya. Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain. 2. TUJUAN 1.1 Tujuan Umum Setelah diajak bermain, diharapkan anak diharapkan bisa merasa tenang selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat sehingga anak bisa merasa nyaman selama dirawat dirumah sakit. 1.2 Tujuan Khusus Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu : 1) Bisa merasa tenang selama dirawat. 2) Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat 3) Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat 4) Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan 5) Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi 6) Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal 7) Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi anak terhadap suatu permainan 8) Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang tepat 9) Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit 10) Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti dirumah Sebagai alat komunikasi antara perawat – klien. 3. METODE DAN MEDIA 3.1 Metode 3.1.1 Bermain bersama 3.1.2 Mendengarkan tanggapan anak atau tanya jawab 3.2 Media 3.2.1 Balok Berwarna 3.2.2 Hadiah 4. KEGIATAN 4.1 Pengorganisasian 4.1.1 Leader : Dede Kamiludin 4.1.2 Co Leader : Nindy Kirana 4.1.3 Observer : Sri Lestari 4.1.4 Fasilitator : Lis Nuraisyah 2 Pembagian Tugas a) Peran Leader - Mengkoordinasi seluruh kegiatan - Memimpin jalannya terapi bermain dari awal hingga berakhirnya terapi - Membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif. b) Peran Co Leader - Membantu koordinasir seluruh kegiatan - Membantu memimpin jalannya terapi bermain dari awal hingga berakhirnya terapi - Menambahkan informasi yang belum disampaikan oleh leader dan juga melakukan persiapan baik alat maupun bahan serta tempat dilakukannya terapi bermain. c) Peran Observer/Notulen - Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat dan jalannya acara - Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok dengan evaluasi kelompok d) Fasilitator - Memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan - Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah - Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan. - Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan - Membimbing kelompok selama permainan 3 4.2 Setting Tempat Keterangan : = Leader = Fasilitator = Observer/Notulen = Peserta = Orangtua 4 4.3 Kegiatan Bermain No Waktu 1. 5 menit Anak Terapis Pembukaan: 1. Leader membuka dan Menjawab salam mengucapkan salam 2. Memperkenalkan diri Mendengarkan 3. Memperkenalkan Mendengarkan pembimbing 4. Memperkenalkan anak Mendengarkan dan satu persatu dan anak saling berkenalan saling berkenalan dengan temannya 5. Kontrak waktu dengan Mendengarkan anak 6. Mempersilahkan leader 2. Mendengarkan 20 menit Kegiatan bermain: 1. Leader menjelaskan Mendengarkan cara bermain 2. Menanyakan pada anak, Menjawab pertanyaan anak mau bermain atau tidak 3. Membagikan permainan Menerima permainan 4. Leader, dan fasilitator Bermain memotivasi anak 5. Observer Bermain mengobservasi anak 6. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan 5 3. 5 menit Penutup: 1. Leader menghentikan Selesai bermain permainan 2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan 3. Menyampaikan hasil Mendengarkan permainan 4. Membagikan hadiah Senang pada semua anak yang bermain 5. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan 6. Leader menutup acara Mendengarkan 7. Mengucapkan salam Menjawab salam 5. EVALUASI 1) Evaluasi Struktur Yang diharapkan: Alat-alat yang digunakan lengkap Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana 2) Evaluasi Proses Yang diharapkan: Terapi dapat berjalan dengan baik Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya 3) Evaluasi Hasil Yang diharapkan: Anak mampu menyusun balok sesuai permintaan terapis Anak mampu menyusun balok sesuai imajinasinya Anak mampu menjelaskan bentuk balok yang telah ia susun sesuai imajinasinya 6 BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mentaldan perkembangan emosinya. Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain. Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal ini adalah salah satu bentuk upaya dalam proses penyembuhan pada anak sakit. Namun pada sisi lain, perawatan dan proses keperawatan yang bertujuan penyembuhan tersebut kadang membuat anak-anak menjadi takut/ trauma dan kejenuhan pada anak. Karena aktivitas anak sangat sedikit frekuensinya dan hal inilah yang membuat anak semakin jenuh di Rumah sakit. Hal ini sangat berpengaruh pada kooperatif anak dalam menerima perawatan dan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Selain menimbulkan hal di atas, kejenuhan dan lamanya anak di rawat di rumah sakit membuat kebutuhan bermain anak sangat kurang, hal ini terjadi karena banyak hal, antara lain : kondisi fisik klien yang masih lemah sehingga anak tidak mampu beraktivitas, kondisi ruang atau tempat yang asing bagi 7 anak dan banyaknya orang-orang baru di sekeliling anak sehingga anak menjadi takut dan lain sebagainya. Hal di atas di temukan juga di ruang perawatan anak, Ruang Anyelir A di RSUD Kabupaten Tangerang di mana anak terlihat bosan, takut dan lebih banyak diam atau menangis. Hal inilah yang akhirnya membuat anak hanya diam terpaku tanpa melakukan aktifitas sehingga kebutuhan bermainya tidak terpenuhi, dari latar belakang di atas menurut kelompok perlu di adakan suatu tindakan keperawatan yang tepat untuk mengurangi tingkat kejenuhan dan katakutan anak sehingga anak menjadi aktif dan terpenuhi kebutuhan bermainnya. B. PRESCHOOL 1) Pengertian Preschool Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun ( Wong, 2000), anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, Secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB ratarata 95 cm. b) Aspek Bahasa Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jarang dari 900 kata,mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau lebih dan pada tahun kelima sampai keenam mencapai 2100 kata,mengunakan 6 sampai 8 kata,menyebut 4 warna atau lebih,dapat menggambar dengan banyak komentar serta menyebutkan bagiannya,mengetahui waktu seperti hari,minggu dan bulan,anak juga sudah mampu mengikuti 3 perintah sekaligus. 8 c) Aspek Sosial Pada tahun ketiga anak sudah hamper mampu berpakaian dan makan sendiri,rentang perhatian meningkat ,mengetahui jenis kelaminnya sendiri,dalam permainan sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai berbagi.tahun keempat anak sudah cenderung mandiri dan Keras kepala atau tidak sabar,agresif secara fisik dan verbal, mendapat kebanggan dalam pencapaian,masih mempunyai banyak rasa takut.pada akhir usia prasekolah anak sudah jarang memberontak,lebih tenang,mandiri,dapat dipercaya,lebih bertanggungjawab,mencoba untuk hidup berdasarkan aturan,bersikap lebih baik,dalam permainan sudah mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang. Personal social: a. Menyatakan keinginan untuk melakukan sesuatu yang ingin dilakukan supaya di anggap di masyarakat b. Anak mulai mengetahui aturan-aturan, di lingkungan keluarga dan lingkungan c. Menyadari hak dan kepentingan orang lain d. Mulai dapat bermain dengan teman sebaya e. Keluarga harmonis, komunikasi baik maka anak akan mempunyai kemampuan dan penyesuaian dalam hubungan dengan orang lain. f. Masuk TK akan sangat membantu anak untuk “jembatan bergaul” dan sosialisasi dengan teman sebaya. d) Aspek Kognitif Tahun ketiga berada pada fase pereptual, anak cenderung egosentrik dalam berfikir dan berperilaku, mulai memahami waktu, mengalami perbaikan konsep tentang ruang dan mulai dapat memandang konsep dari perspektif yang berbeda. Tahun keempat anak berada pada fase inisiatif, memahami waktu lebih baik, menilai sesuatu menurut dimensinya, penilaian muncul berdasarkan persepsi, egosentris mulai berkurang, kesadaran sosial lebih tinggi, mereka patuh kepada orang tua karena mempunyai batasan bukan karena memahami hal benar atau salah. Pada 9 akhir masa prasekolah anak sudah mampu memandang perspektif orang lain dan mentoleransinya tetapi belum memahaminya, anak sangat ingin tahu tentang factual dunia. Motorik halus : Bisa menggunakan gunting, Menggambar lingkaran, kotak Motorik kasar : Melempar bola melewati atas kepala, Memanjat, Menaiki sepeda roda tiga, Belajar menalikan tali sepatu, mengkancing, menyikat gigi. e) Faktor Pengaruh Pertumbuhan dan Perkembangan Anak a. Faktor herediter Merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagi dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak disamping faktor lain. Faktor herediter adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa. b. Faktor lingkungan Merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki antara lain : c. Lingkungan prenatal Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi lahir sampai yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, zat kimia atau toksin, kebiasaan merokok dan lain-lain. d. Lingkungan post natal Seperti sosial ekonomi orang tua, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak dalam orang tua dan status kesehatan. f) Macam Bermain a. Bermain aktif. Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play). Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar. 10 b. Bermain pasif. Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh ; Melihat gambar di buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton televisi dsb. Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini : 1) Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif bermain. 2) Tidak ada variasi dari alat permainan. 3) Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya. 4) Tidak mempunyai teman bermain. g) APE ( Alat Permainan Edukatif ) a. Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk : b. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus. Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll. c. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll. d. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll. e. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dll. 11 h) Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Bermain a. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak. b. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak. c. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan yang lebih majemuk. d. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain. e. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit. i) Permainan yang dianjurkan : a. Menggambar b. Bermain kertas lipat c. Menyusun balok, Mobil – mobilan dll. d. Menyanyi e. Alat olahr raga, masak, menghitung C. MATERI BERMAIN MENYUSUN BALOK 1) Pengertian Bermain menyusun balok merupakan salah satu jenis permainan yang bisa dilakukan dalam proses terapi bermain bagi klien anak yang sedang menjalani proses hospitalisasi. Terapi bermain ini dapat digunakan sebagai terapi bagi anak dengan usia mulai 16 bulan. Bermain dengan cara menyusun balok pada dasarnya tidak hanya membantu mengembangkan kemampuan motorik anak tetapi juga berperan penting dalam proses pengembangan kognitif klien. Kemampuan klien menyusun balok berkaitan erat dengan kemampuan kognitif klien karena pada dasarnya bermain dengan cara metode menyusun balok tidak hanya melatih kemampuan motorik halus klien tapi lebih dari itu bermain menyusun balok memerlukan perencanaan meskipun masih relatif sederhana. Ketika anak sudah mampu bermain menyusun balok secara lancar maka dia sudah siap untuk meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang lebih lanjut seperti mencorat-coret kertas, belajar menggosok gigi sendiri 12 dan makan dengan menggunakan sendok. Menyusun balok mengandalkan keterampilan memegang benda kecil, meletakkannya di atas balok lain sambil mengusahakan keseimbangan. Keterampilan memegang benda kecil, sebenarnya dicapai anak sejak berusia 10 bulan, saat ia mulai suka menjumput remah-remah kue yang berserakan di dekatnya. 2) Faktor Penyebab Ketidakmampuan Menyusun Balok Menurut Immanuel, ketidakmampuan melakukan tugas perkembangan tertentu, seperti menyusun balok, dapat menghambat berkembangnya keterampilan berikutnya. Saat anak anda berusia 18 bulan, dan ia tidak berminat bermain susun balok perlu diwaspadai. Kemungkinan si kecil mengalami keterlambatan. Faktor penyebabnya yaitu: a) Karena kurang dirangsang atau kurang latihan Anak berusia 1 tahun perlu dilatih dengan memberinya balok. Umumnya, anak usia ini berminat pada hal-hal yang berhubungan dengan sebab-akibat, sehingga ingin mencoba memadukan satu benda dengan benda lain. b) Ada gangguan pada mata Pandangan yang tidak jelas pada anak membuatnya enggan melakukan kegiatan yang menggunakan benda-benda kecil. Anda perlu memeriksakannya ke dokter sebelum hal ini berlangsung lama. c) Ada gangguan pada saraf atau retardasi mental Gangguan ini dapat diwaspadai dari kemampuan meraba. Bila anda mendapati si kecil anda mengalami kelainan pada keterampilan meraba, anda perlu waspada. Segera bawa ia ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan 3) Keuntungan Menyusun Balok Keuntungan-keuntungan yang didapat dari bermain dengan menyusun balok, antara lain: a) Terapi bermain menyusun balok dapat merangsang keterampilan proses berfikir dan motorik anak b) Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat 13 c) Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak. d) Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih tegang dan nyeri e) Permainan yang terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif. 14 BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saatanak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009). Bermain memiliki beberapa fungsi yaitu, meningkatkan perkembangan sensoris-motorik, sebagai terapi, meningkatkan perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral,dan perkembangan intelektual (kognitif). Perawatan di Rumah Sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik bagi anak maupun orang tua. Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengeskpresikan perasaan tersebut dan mampu bekerja sama degan petugas kesehatan selama dalam masa perawatan. Pada dasarnya, anakanak belajar melalui permainan karena tidak ada cara lain bagi mereka untuk mencapai segala hal yang secara normal harus dicapai anak. Pada saat bermain peran, anak berinteraksi dengan anak lain, interaksi tersebut mengajarkan anak untuk dapat merespon, memberi dan menerima, menolak atau setuju ide dan perilaku anak yang lain.(Wulandari, 2012) Senada dengan pernyataan diatas, Janet R Moyles dalam (Rini Andriani, 2016) menyatakan bermain bagi anak merupakan suatu kegiatan yang diinginkan, dengan bermain anak akan merasa bebas, dan menyenangkan. Kegiatan bermain yang dilakukan anak akan membangkitkan motivasi instrinsik, memberikan ketenangan dan dapat memberikan keseimbangan hidup bagi anak. Menurut Smith, permainan yang paling baik ialah permainan yang memberikan kontribusi pada anak dalam belajar konsep dan aktivitas yang nyata. Permainan yang baik adalah yang dapat mengajarkan pada anak kemampuan tertentu baik itu bersifat individual ataupun kelompok. Aktivitas yang diberikan dalam bermain adalah 15 aktivitas yang dapat memberikan pemahaman pada anak tentang dunia nyata yang bermanfaat dalam kehidupannya sehari-hari. Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di RS akan memberikan keuntungan sebagai berikut : 1) Meningkatkan hubungan klien dan perawat 2) Aktivitas beramain yang terpogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak. 3) Permainan di RS membantu anak mengekspresikan perasaannya. 4) Permainan yang terapeutik akan membentuk tingkah laku yang positif. Prinsip – prinsip bermain di rumah sakit : 1) Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana. 2) Relatif aman dan terhindar dari infeksi silang. 3) Sesuai dengan kelompok usia. 4) Peramainan tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang dijalankan. 5) Perlu partisipasi orang tua dan keluarga. Tekhnik Bermain di Rumah Sakit : 1) Berikan alat permainan untuk merangsang anak bermain sesuai dengan umur perkembangannya 2) Berikan cukup waktu dalam bermain dan menghindari interupsi 3) Berikan permainan yang bersifat mengurangi sifat emosi anak 4) Tentukan kapan anak boleh keluar atau turun dari tempat tidur sesuai dengan kondisi anak 16 Salah satu cara belajar yang dapat mengembangkan motorik halus anak, adalah dengan bermain balok unit. Balok adalah potongan-potongan kayu yang polos (tanpa dicat), sama tebalnya dan dengan panjang dua kali sama besarnya dengan satu unit balok. Sedikit bentuk kurva, bentuk silinder dan setengah dari potonganan-potongan balok juga disediakan, tetapi semua dengan panjang yang sama yang sesuai dengan ukuran balokbalok dasar. Sedangkan balok unit menurut Asmawati dalam (Anita, 2016) adalah Balok satuan (unit blocks) terdiri dari 25 bentuk dan ukuran yang berbeda. Setelah dilakukan tindakan terapi bermaian ini diharapkan anak dapat melanjutkan tumbuh kembang yang mormal pada saat sakit, mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta ide-idenya, mengembangkan kreativitas dan kemampuan dapat beradaptasi secara efektif memecahkan masalah, terhadap stress karena sakit dan di rawat di RS, serta mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi. 17 Nama Peserta Terapi Bermain Nama No Nama Peserta Umur Alamat Pendamping / Orang Tua 18 Paraf DAFTAR PUSTAKA Yudiernawati, Atty. 2006. Peran Bermain Dalam Perkembangan Psikososial Anak. Malang: Politeknik Kesehatan Malang Fauziddin. M, 2017. Penerapan Belajar Melalui Bermain Balok Dalam Meningkatkan Motorik Halus Anak Usia Dini. Jurnal Care Vol. 5 (1) / Juli. Universitas PGRI Madiun 19