PENGARUH PERUBAHAN IKLIM TERHADAP MIGRASI TUGAS MATA KULIAH MOBILITAS PENDUDUK KELOMPOK 4 DISUSUN OLEH: DEWI RATNA SARI (1206304055) MARDIANA (1206304175) MUTHIATUN NURIAH (1206304194) PROGRAM P ASCASARJANA KAJIAN KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN UNIVERSITAS INDONESIA 2013 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perubahan iklim kini telah menjadi sebuah isu global yang telah mendapatkan perhatian khusus oleh berbagai kalangan di dunia. Percepatan perubahan iklim disadari sebagai dampak dari percepatan jumlah penduduk, pembangunan ekonomi, industrialisasi dan perilaku manusia yang menghasilkan emisi C02 (BKKBN, 2011). Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) dalam Third Assessment Report (TAR) melaporkan bahwa emisi rumah kaca dari aktifitas produksi manusia meningkatkan emisi C02 dari 280 ppm menjadi 368 ppm selama periode (1750 – 2000). Peningkatan emisi C02 dalam bentuk peningkatan efek rumah akan mengakibatkan pemanasan global, dimana akan meningkatkan suhu bumi antara 20 – 60 C dalam 100 tahun mendatang, tergantung dari pembangunan ekonomi yang dijalankan oleh manusia. Di Indonesia sendiri isu mengenai perubahan iklim sudah menjadi isu hangat yang mulai diperbincangkan. Hal ini dikarenakan, jumlah penduduk Indonesia yang besar dan terus bertambah sehingga menyebabkan konsumsi energi semakin meningkat. Beberapa faktor yang mempengaruhi kenaikan konsumsi energi Nasional (Harmadi, 2010): 1. Semakin bertambahnya jumlah penduduk 2. Perubahan struktur umur penduduk 3. Bertambahnya penduduk urban 4. Tingkat pendidikan penduduk yang semakin tinggi 5. Tingginya mobilitas penduduk antar daerah 6. Pendapatan perkapita penduduk Indonesia yang semakin meningkat Besarnya energi yang dikonsumsi ini telah menghasilkan emisi yang besar dan akhirnya menyebabkan pemanasan global. IPCC menyatakan bahwa pemanasan global dapat menyebabkan perubahan yang signifikan dalam sistem fisik dan biologis seperti peningkatan intensitas badai tropis, perubahan pola presipitasi, salinitas air laut, perubahan pola angin, masa reproduksi hewan dan tanaman, distribusi species dan ukuran populasi, frekuensi serangan hama dan wabah penyakit, serta mempengaruhi berbagai ekosistem yang terdapat di daerah Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 1 dengan garis lintang yang tinggi (termasuk ekosistem di daerah Artika dan Antartika), lokasi yang tinggi, serta ekosistem-ekosistem pantai (Kementerian NegaraLingkungan Hidup, 2007). Pada akhirnya pemanasan global yang dihasilkan dari besarnya jumlah penduduk dan berbagai aktivitas manusia tersebut telah mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan frekuensi maupun intensitas kejadian cuaca ekstrim yang membawa dampak kepada degradasi lingkungan, kerawanan dan bencana sehingga menyebabkan penduduk melakukan mobilitas atau migrasi. Martin (2010) menyebutkan, banyak para ahli lingkungan melihat bahwa potensi migrasi masal yang melibatkan banyak penduduk menjadi suatu ancaman masalah yang besar dimasa mendatang sehingga harus segera diambil tindakan untuk mengatasi hal tersebut. Namun dilain sisi, konsep migrasi yang dipengaruhi oleh perubahan lingkungan masih merupakan isu yang kontroversial, hal ini dikarenakan sulitnya mengukur faktor dari lingkungan yang dapat mempengaruhi perpindahan penduduk. Oleh karena itu, dalam makalah ingin diketahui bagaimana pola hubungan perubahan iklim terhadap migrasi dan bagaimana dampaknya terhadap tatanan kehidupan manusia. 1.2 Tujuan Melihat begitu kompleksnya hubungan antara migrasi dan perubahan iklim, maka tulisan ini berusaha untuk mengetahui pola hubungan perubahan iklim terhadap migrasi dan bagaimana dampaknya terhadap tatanan kehidupan manusia dengan melakukan tinjauan pustaka dari berbagai literatur yang ada, sehingga didapatkan pengetahuan untuk dapat menganalisa kedua permasalahan ini secara lebih mendalam. 1.3 Metodologi Penelitian ini menggunakan metodologi dengan tinjauan studi literatur dan wawancara mendalam dengan narasumber sehingga didapatkan pengetahuan untuk dapat menganalisa permasalahan secara lebih mendalam. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 2 BAB II. ANALISA STUDI LITERATUR 2.1 Teori-Teori Migrasi Lee (1966) mengungkapkan bahwa migrasi disebabkan oleh faktor pendorong daerah asal dan penarik daerah tujuan atau yang lebih dikenal sebagai “push and pull theory”. Berikut ini merupakan beberapa faktor pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull factor) yang dikemukakan oleh Lee (1966): 1. Faktor pendorong (push factor); Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu atau bahan dari pertanian. Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya tanah untuk pertanian di perdesaan yang makin menyempit). Adanya tekanan-tekanan politik, agama, suku sehingga mengganggu hak azasi penduduk di daerah asal. Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit. 2. Faktor-faktor penarik (pull factor); Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidup. Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnya. Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar. Selain itu menurut Todaro (2003), keputusan seseorang untuk melakukan migrasi selain dipengaruhi oleh faktor ekonomi juga dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut: Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 3 Faktor-faktor sosial, termasuk keinginan para imigran itu sendiri untuk melepaskan diri dari kendala-kendala tradisional yang sebelumnya mengungkung mereka. Faktor-faktor fisik, termasuk pengaruh iklim dan bencana alam seperti banjir dan kekeringan. Faktor-faktor demografi, termasuk penurunan tingkat kematian yang kemudian mempercepat laju pertumbuhan penduduk pedesaan. Faktor-fakor kultural, termasuk pembinaan kelestarian hubungan “keluarga besar” sesampainya di perkotaan dan daya tarik “lampu kota yang terang benderang”. Faktor-faktor komunikasi, termasuk kualitas sarana transportasi, sistem pendidikan dan dampak modernisasi yang ditimbulkan dari perkotaan. 2.2 Pengertian Perubahan Iklim Kementerian Negara Lingkungan Hidup mendefinisikan perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia. Perubahan fisik ini tidak terjadi hanya sesaat tetapi dalam kurun waktu yang panjang. Sedangkan menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mendefinisikan perubahan iklim adalah perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu. Sementara itu menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), perubahan iklim berarti berubahnya iklim yang disebabkan secara langsung atau tidak langsung dari kegiatan manusia yang mengubah komposisi atmosfer global dan yang selain variabilitas iklim alami yang diamati selama periode waktu tertentu. Berdasarkan ketiga definisi tersebut, dapat dilihat bahwa perubahan iklim terjadi karena berbagai kegiatan manusia yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 4 Gambar 1. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Seluruh Aspek Kehidupan Manusia 2.3 Penyebab Perubahan Iklim Sebelum isu tentang perubahan iklim sekitar tahun 1960an perhatian dunia juga telah tertuju pada tingginya pertumbuhan penduduk terutama dinegara-negara berkembang dan tertinggal, dimana pertumbuhan penduduk tersebut meningkatkan kekhawatiran mengenai tingginya jumlah penduduk dan keberlangsungan lingkungan. Pada konverensi dunia United Nations Conference on the Human Environment (resolusi 2398 [XXIII] of 3 Desember 1968), menyebutkan bahwa “pertumbuhan penduduk yang tinggi dan percepatan urbanisasi saling bermemberikan pengaruh dalam percepatan pengurangan kualitas dari lingkungan hidup manusia. (dalam Zlotnik, 2009). Peningkatan jumlah penduduk tentunya akan meningkatkan kebutuhan akan tempat hidup, kebutuhan air bersih dan juga pangan. Hal tersebut tentunya akan berdampak kepada lingkungan seperti misalnya deforestasi hutan untuk pemukiman, aktifitas ekonomi dan juga untuk lahan pertanian yang secara berangsur-angsur akan merubah struktur dan komposisi ekosistem dunia yang mengarah pada dampak yang negatif bagi manusia. Maddison (2004) membuat analisa adanya trend yang sama-sama meningkat antara pertumbuhan penduduk, emisi CO2 dan pembangunan seperti pada gambar berikut Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 5 (dalam Martin, 2010). Pada grafik tersebut terlihat adanya hubungan yang positif antara Emisi CO2 dan besarnya Populasi yang menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk memang memiliki pengaruh terhadap CO2. Walaupun masih banyak hal lain yang mempengaruhi perubahan iklim selain jumlah penduduk. Gambar 2. Pertumbuhan GNPP, Emisi CO2 dan Data Populasi Hubungan antara jumlah penduduk dan perubahan iklim awalnya masih menjadi perdebatan hal ini terjadi karena data menunjukkan bahwa negara-negara miskin dan berkembang yang memiliki tingkat fertilitas tinggi pada kenyataanya hanya menyumbang sedikit emisi CO2, sedangkan negara-negara berkembang yang memiliki populasi yang lebih sedikit dengan laju pertumbuhan yang rendah justru menyumbang emisi CO2 yang besar. Marchiori dan Schumacher (2011) menyebutkan bahwa estimasi dari International Energi Annual tahun 2004 menunjukkan bahwa negara-negara di Amerika Utara, Eropa, Jepang dan China secara bersama-sama penggunaan energinya mencapai 65% dari total energi dasar yang digunakan dunia padahal jumlah populasi mereka hanya 16% dari populasi dunia, sementara itu fakta sebaliknya terjadi bahwa negara-negara kurang berkembang konsumsi energinya hanya sekitar 5% dari konsumsi energi dunia. Sehingga justru negara-negara maju inilah sebagai penyumbang emisi CO2 terbesar dan juga yang mestinya bertanggungjawab pada perubahan iklim dunia. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 6 Perbedaan tersebut kemudian dapat dijelaskan oleh Jiang and Hardee (2009) yang menunjukkan bahwa : a) populasi dengan perbedaan komposisi demogradi (negara maju vs berkembang, rural vs urban, struktur penduduk muda vs tua) memiliki pengaruh yang signifikant terhadap pola konsumsi energi dan emisi CO2 ; b) Proporsi populasi yang perbedaan dalam konsumsi energi dan emisi akan berubah sepanjang waktu. (dalam Martine, 2009). Hal tersebut menunjukkan bahwa selain jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, aktifitas manusia seperti kegiatan ekonomi, proporsi penduduk dan gaya hidup suatu penduduk juga sangat berpengaruh dalam kontribusi CO2 yang merupakan penyebab utama pemanasan global yang berujung pada pemanasan dunia. Trend pembangunan kedepan menunjukkan bahwa adanya peningkatan daerah urban dan modernisasi yang meniru negara-negara maju beserta gaya hidup dan pola konsumsi mereka sehingga negara-negara berkembang dan tertinggal yang awalnya memiliki fertilitas yang tinggi namun pola konsumsi energi yang rendah, kedepannya juga akan memiliki pola konsumsi energi yang besar. Sehingga penduduk baik jumlah dan juga pertumbuhannya menjadi faktor yang sangat berkontribusi pada perubahan iklim. Jadi secara ringkas dapat dikatakan bahwa perubahan iklim disebabkan oleh adanya manusia dan aktifitas manusia dalam mengeksploitasi sumberdaya alam yang menyebabkan peningkatan emisi CO2 sehingga berujung pada pemanasan global dan akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan iklim. 2.4 Dampak Perubahan Iklim Dampak dari perubahan iklim masih merupakan topik global yang diperdebatkan, walaupun semakin banyak yang menerima konsep tersebut dibandingkan mereka yang tidak menerima adanya dampak perubahan iklim tersebut (Nurlambang, 2008). Perdebatan dampak perubahan iklim sebenarnya karena banyak para ahli yang menyatakan adanya faktor lain yang lebih berpengaruh pada suatu fenomena alam (yang diduga dampak perubahan iklim ) dibandingkan akibat dari perubahan iklim itu sendiri. Seperti yang dijelaskan oleh Triarko Nurlambang “Misalkan air laut pasang, kini disadari bahwa air pasang itu terjadi lebih sering, lebih tinggi dan juga menjadi lebih Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 7 lama hal tersebut membuat pemukiman di pesisir laut menjadi tidak layak ditempati karena terjadi peningkatan permukaan laut didaerah pantai.” Apakah fenomena tersebut disebabkan oleh climate change? bagaimana menerangkannya? Karena banyak juga faktor lain yang diduga dapat menyebabkan peristiwa tersebut, misalkan untuk kasus Jakarta. Di Jakarta telah terjadi penurunan permukaan tanah akibat eksploitasi air tanah yang besar-besaran, apakah bukan karena hal ini yang menyebabkan air pasang menjadi terasa lebih tinggi? Atau apakah climate change bersama-sama dengan faktor-faktor lainnya yang menyebabkan fenomena ini. Jika iya seberapa besar climate change berpengaruh? Itu yang menjadi sulit untuk diterangkan” Berikut adalah beberapa pandangan pendapat yang setuju bahwa perubahan iklim memang membawa dampak pada kehidupan manusia. Dampak perubahan iklim terhadap kehidupan manusia diprediksi akan menimbulkan banyak bencana seperti yang dikatakan Van Aalst (2006) dalam penelitiannya, dimana perubahan iklim diprediksi akan menimbulkan bahaya banjir besar, angin tornado dan topan, naiknya permukaan laut, berkurangnya varietas margasatwa, ancaman kerawanan pangan akibat musim yang tidak jelas dan kekeringan, peningkatan angka morbiditas dan angka mortalitas dan masih banyak lagi. Seperti yang tercantum pada tabel 1. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 8 Tabel 1. Beberapa Contoh Proyeksi Perubahan Iklim yang Ekstrim Sumber : IPCC, 2001 (dalam Van Aalst,2006) Selain itu menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2007) dampak dari perubahan Iklim yang telah terjadi di dunia adalah: • Meningkatnya Pemanasan : Sebelas dari dua belas tahun terakhir merupakan tahun-tahun terhangat dalam temperatur permukaan global sejak 1850. Tingkat pemanasan rata-rata selama lima puluh tahun terakhir hampir dua kali lipat dari rata- Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 9 o rata seratus tahun terakhir. Temperatur rata-rata global naik sebesar 0.74 C selama abad ke-20, dimana pemanasan lebih dirasakan pada daerah daratan daripada lautan. • Jumlah karbondioksida yang lebih banyak di atmosfer : Karbondioksida adalah penyebab paling dominan terhadap adanya perubahan iklim saat ini dan konsentrasinya di atmosfer telah naik dari masa pra-industri yaitu 278 ppm (partspermillion) menjadi 379 ppm pada tahun 2005. • Lebih banyak air, tetapi penyebarannya tidak merata : Adanya peningkatan presipitasi pada beberapa dekade terakhir telah diamati di bagian Timur dari Amerika Utara dan Amerika Selatan, Eropa Utara, Asia Utara serta Asia Tengah. Tetapi pada daerah Sahel, Mediteranian, Afrika Selatan dan sebagian Asia Selatan mengalami pengurangan presipitasi. Sejak tahun 1970 telah terjadi kekeringan yang lebih kuat dan lebih lama. • Kenaikan permukaan Laut : Saat ini dilaporkan tengah terjadi kenaikan muka laut dari abad ke-19 hingga abad ke-20, dan kenaikannya pada abad 20 adalah sebesar 0.17 meter. Pengamatan geologi mengindikasikan bahwa kenaikan muka laut pada 2000 tahun sebelumnya jauh lebih sedikit daripada kenaikan muka laut pada abad 20. Temperatur rata-rata laut global telah meningkat pada kedalaman paling sedikit 3000 meter. • Pengurangan tutupan salju : Tutupan salju semakin sedikit di beberapa daerah, terutama pada saat musim semi. Sejak 1900, luasan maksimum daerah yang tertutup salju pada musim dingin/semi telah berkurang sekitar 7% pada Belahan Bumi Utara dan sungai-sungai akan lebih lambat membeku (5.8 hari lebih lambat daripada satu abad yang lalu) dan mencair lebih cepat 6.5 hari. • Gletser yang mencair : Pegunungan gletser dan tutupan salju rata-rata berkurang pada kedua belahan bumi dan memiliki kontribusi terhadap kenaikan muka laut sebesar 0.77 milimeter per tahun sejak 1993 – 2003. Berkurangnya lapisan es di Greenland dan Antartika berkontribusi sebesar 0.4 mm pertahun untuk kenaikan muka laut (antara 1993 – 2003). • Benua Arktik menghangat : Temperatur rata-rata Benua Arktik mengalami peningkatan hingga mencapai dua kali lipat dari temperatur rata-rata seratus tahun terakhir. Data satelit yang diambil sejak 1978 menunjukkan bahwa luasan laut es rata-rata di Arktik telah berkurang sebesar 2.7% per dekade. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 10 Menurut World Disaster Report (2001), kerugian ekonomi akibat bencana iklim di tingkat global yang terjadi sekarang dibanding dengan yang terjadi di tahun 1950an sudah meningkat 14 kali, yaitu mencapai 50-100 milyar USD per-tahun. Demikian juga jumlah kematian akibat bencana iklim juga meningkat 50 persen per-dekadenya. Pada tahun 2050, apabila pemanasan global terus terjadi dan tidak ada upaya-upaya adaptasi yang terencana dilakukan dari sekarang, maka diperkirakan kerugian ekonomi akibat bencana iklim akan meningkat mencapai 300 milyar dolar per-tahun dan jumlah kematian bisa mencapai 100 ribu orang per-tahun (dalam Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2007). Upaya adaptasi yang dilakukan sejak dini akan dapat mengurangi kerugian akibat bencana secara signifikan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa setiap 1 USD yang dikeluarkan untuk melakukan upaya adaptasi dapat menyelamatkan sekitar 7 USD biaya yang harus dikeluarkan untuk pemulihan akibat dampak dari bencana iklim. Di Indonesia sendiri perubahan iklim sudah menimbulkan berbagai dampak. Hal ini dikarenakan, sebagai negara kepulauan Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Berdasarkan data kejadian bencana yang dicatat dalam the OFDA/CRED International Disaster Database (2007), sepuluh kejadian bencana terbesar di Indonesia yang terjadi dalam periode waktu antara tahun 1907 dan 2007 sebagian besar merupakan bencana yang terkait dengan iklim, khususnya banjir, kemudian kekeringan, kebakaran hutan, dan ledakan penyakit. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian bencana terkait iklim mengalami peningkatan baik dari sisi frekuensi maupun intensitasnya. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh 10 bencana terbesar tersebut mencapai hampir 26 milyar dolar dan sekitar 70% nya merupakan kerugian akibat bencana yang terkait dengan iklim. Menyadari pentingnya menangani permasalahan akibat perubahan iklim, maka Indonesia saat ini telah membentuk satu dewan nasional yang menangani perubahan iklim yaitu Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) (BKKBN, 2011). 2.5 Migrasi Akibat dari Perubahan Iklim Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa perubahan iklim telah menyebabkan berbagai bencana, kerawanan dan degradasi lingkungan yang dapat menyebabkan Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 11 seseorang memutuskan untuk melakukan migrasi. Namun juga harus dipahami bahwa perubahan iklim tidak membawa perubahan yang ekstrem secara tiba-tiba terhadap lingkungan dan seting georafi. Perubahan iklim memang merubah lingkungan secara bertahap dengan cara berevolusi bukan dengan perubahan yang revolusioner/mendadak sehingga penduduk memiliki kesempatan atau waktu untuk beradaptasi terhadap perubahan ini (Nurlambang 2008). Jika proses adaptasi terhadap lingkunan ini tidak berhasil maka seseorang akan kesulitan untuk memenuhi kehidupannya. Menurut Mantra (1999), apabila semua kebutuhan manusia tidak terpenuhi akan menyebabkan terjadinya stress, dan tingkatan stres ini berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Apabila stres yang dialami seseorang masih dalam batas-batas toleransi, orang tersebut memutuskan tidak akan pindah dan yang bersangkutan akan berusaha untuk menyesuaikan kebutuhan dengan kondisi lingkungan yang ada; dan apabila stres yang dialami seseorang sudah di luar batas toleransinya, orang tersebut akan mulai memikirkan untuk mengambil keputusan pindah ke daerah lain, yaitu tempat kebutuhannya dapat dipenuhi (Gambar 3). Kebutuhan (needs) dan aspirasi Terpenuhi Tidak terpenuhi (stres) Dalam batas toleransi Tidak Pindah Tidak pindah Di luar batas toleransi Pindah Mobilitas non permanen Komuter (ulang-alik) Menginap/mondok Gambar 3. Hubungan Antara Kebutuhan dan Pola Mobilitas Penduduk Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 12 Fenomena migrasi ini telah mendapat perhatian khusus dari berbagai kalangan di dunia, seperti hasil catatan IPCC yang menyatakan bahwa dampak tunggal terbesar dari perubahan iklim pada manusia bisa menyebabkan migrasi dengan jutaan orang mengungsi akibat bencana erosi pantai, banjir pesisir dan pertanian gangguan yang disebabkan oleh perubahan iklim. Berbagai konferensi dunia telah membahas mengenai pengaruh perubahan iklim terhadap migrasi. Hasil kajian (IPCC) pada tahun 2007 menyatakan bahwa kegiatan manusia ikut berperan dalam pemanasan global sejak pertengahan abad ke-20. Pemanasan global akan terus meningkat dengan percepatan yang lebih tinggi pada abad ke-21, apabila tidak ada upaya penanggulangannya pemanasan global mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan frekuensi maupun intensitas kejadian cuaca ekstrim sehingga terjadinya perubahan iklim mempengaruhi mobilitas atau migrasi penduduk. Secara sederhana perubahan iklim akan dapat menyebabkan perpindahan penduduk dari daerah yang kurang layak ke daerah yang lebih layak, dengan mempertimbangkan faktor push dan pull seperti yang disebutkan oleh Lee (1966). Walaupun besar migrasi akibat dari perubahan iklim masih sangat dipengaruhi oleh berbagai factor lainnya seperti factor adaptasi, mitigasi dan juga factor budaya yang ada. Menurut Susan Martin dalam tulisannya yang berjudul “Clmate Change, Migration, and Governance” pada tahun 2010. Ada empat kemungkinan perubahan iklim dapat mempengaruhi migrasi : Intensifikasi bencana alam : seperti angin topan, tornado, banjir yang menghancurkan pemukiman penduduk dan penopang kehidupan sehingga penduduk harus segera direlokasi untuk jangka waktu yang pendek ataupun panjang. Peningkatan suhu bumi dan juga kemarau yang berkepanjangan yang sangat mempengaruhi produk pertanian, mengurangi penghidupan manusia seperti akses terhadap pangan dan air bersih. Peningkatan permukaan laut yang semakin mengurangi daerah pantai sehingga menjadi tidak layak untuk ditempati. Persaingan terhadap sumber daya alam yang dapat memicu konflik . Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 13 Perhatian terhadap migrasi akibat perubahan iklim/ lingkungan ini juga telah mendapatkan perhatian dari International Organization for Migration (IOM) yang membedakan migran lingkungan (enviromental migrant) dengan migran karena alasan lain. Enviromental Migrant didefinisikan sebagai “seseorang atau kelompok orang yang terpaksa melakukan perpindahan karena mengalami perubahan mendadak atau perubahan yang semakin membesar terhadap tempat hidupnya sehingga harus memilih/terpaksa keluar dari daerah tempat tinggalnya untuk sementara waktu atau permanen baik ke dalam negeri ataupun keluar negeri” Selain itu definisi migrasi lingkungan juga dijelaskan Oli Brown ( dalam Martin, 2010 ). Dimana ada dua tipe migran karena perubahan iklim yaitu: 1. Tipe Alarmist Melihat perubahan lingkungan sebagai alasan mendasar perpindahan penduduk, sehingga dalam hal ini melibatkan penduduk dalam jumlah yang besar karena terpaksa oleh kondisi alam Perpindahan penduduk karena hal ini sering disebut pengungsi dan tidak membedakan penduduk yang akan pergi kedaerah yang dekat atau jauh untuk jangka waktu yang pendek atau panjang. 2. Tipe Skeptis Melihat perubahan iklim dan potensi ancaman perubahannya ke depan dan menjadikan daerah tempat tujuan migrasi lebih sebagai faktor penarik yang lebih penting dibandingkan faktor pendorong dari tempat asal. Diantara kedua tipe migran diatas, para ahli lingkungan lebih mengkhawatirkan tipe alarmist karena melibatkan penduduk dalam jumlah yang besar dalam waktu yang singkat, sehingga lebih memiliki potensi dampak buruk yang besar, seperti konflik, perebutan sumber daya alam dan sejenisnya. Tipe migran lingkungan yang disebutkan oleh Oli Brown mengindikasikan bahwa perpindahan tersebut sesuai dengan teori migrasi oleh Lee (1966). Dimana tipe alarmist dikarenakan push factor daerah asal lebih besar karena adanya degadrasi lingkungan, sedangkan tipe skeptis dikarenakan pull factor daerah tujuan yang dinilai lebih baik karena adanya potensi perubahan lingkungan dan iklim. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 14 Berdasarkan besarnya potensi migrasi akibat perubahan iklim, banyak para ahli memperkirakan bahwa hal tersebut merupakan suatu ancaman yang besar, seperti yang diungkapkan oleh Myers (2005) yang mengestimasi bahwa pada tahun 2050 akan ada 200 juta migran iklim. Ini berarti bahwa pada tahun 2050, satu dari setiap 45 orang di dunia akan mengungsi akibat perubahan iklim. Walaupun belakangan ada pandangan yang menentang prediksi tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Black dan lainnya yang menganggap prediksi tersebut terlalu besar lebih dikarenakan unsur politik dan popularitas. Black juga mengungkapkan banyak kelemahan-kelemahan yang dari prediksi tersebut, pertama kuranganya data tentang populasi, kedua, prediksi tersebut tidak melihat perbedaan geografi dari tiap-tiap populasi dimana dinegara-nagera yang kurang berkembang memiliki keterikatan yang kuat terhadap budaya setempat dibandingkan jika mereka harus pindah ke tempat baru dan asing(dalam Nurlambang, 2008). Meskipun permasalah dampak perubahan iklim terhadap migrasi masih dipenuhi oleh berbagai perdebatan, namun semakin banyak penelitian yang menunjukkan hubungan yang semakin nyata dampak perubahan iklim tersebut terhadap migrasi. Beberapa penelitian juga menunjukkan beerbagai upaya adaptasi dan mitigasi yang dilakukan penduduk akibat dampak perubahan iklim sebelum akhirnya melakukan migrasi seperti dapat dilihat pada penelitian-penelitian baik didalam dan diluar negeri berikut ini. Berikut ini beberapa penelitian yang menunjukkan adanya dampak perubahan iklim terhadap migrasi penduduk di Indonesia : Penelitian di masyarakat pesisir Teluk Bone Provinsi Sulawesi Selatan oleh Deny, dkk: dampak perubahan iklim di Teluk Bone yaitu terjadinya pergeseran musim tanam, pergeseran musim gelombang, musim hujan dan musim kemarau, terjadi rob, pengikisan bibir pantai serta kerusakan terumbu karang. Untuk mengatasi dampak perubahan iklim ini masyarakat melakukan proses mitigasi dan adaptasi belum sampai kepada proses migrasi. Mitigasi yang dilakukan adalah dengan menanam mangrove. Sedang proses adaptasi yang dilakuakan yaitu dengan memperluas wilayah tangkap, mengganti Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi kapasitas armada tangkap, Page 15 menyesuaikan waktu melaut, penyesuaian waktu tanam untuk pertanian tanaman pangan dan pengembangan sistem policulture (rumput laut, bandeng dan udang). Penelitian dampak kenaikan air laut di Kota Jakarta Utara oleh Dra.Sri Astuti, dkk. Perubahan Iklim yang ditandai naiknya permukaan air laut dan rob menyebabkan kerusakan lingkungan, penurunan kuantitas dan kualitas pasokan air baku dan air minum, penurunan produksi perikanan, dan mengancam kesehatan. Seperti dengan masyarakat di Teluk Bone, masyarakat di Jakarta Utara hanya melakukan proses adaptasi seperti menaikkan lantai/tanah, meninggikan furniture rumahtangga. Proses migrasi tidak masyarakat lakukan karena mata pencaharian mereka ada di sekitas Jakarta Utara. Penelitian dampak kenaikan air laut di Kota Semarang oleh Rukuh Setiadi, dkk : Dampak perubahan iklim di Semarang sudah terjadi puluhan tahun, yaitu adanya kenaikan pasang air laut/rob yang menyebabkan kerusakan rumah dan lingkungan khususnya didaerah Semarang Utara dan Barat. Berdasarkan penelitian ini, masyarakat yang terkena dampak rob periode pendek (ketinggian air laut 1,1 m dpl) 78 persennya akan melakukan migrasi, periode menengah (ketinggian air laut 1,3 m dpl) 73 persen, sedangkan masyarakat di daerah periode panjang (ketinggian air laut 1,6 m dpl) 87 persennya menyatakan akan melakukan migrasi. Sementara itu berikut adalah hasil-hasil penelitian di luar negeri yang menunjukkan adanya hubungan migrasi dan perubahan iklim: R. McLeman (2005) menjelaskan bahwa kesenjangan perekonomian dan perubahan iklim mempengaruhi pola migrasi. Penelitian lain juga dilakukan oleh Susan Martin (2010), yang mana hasilnya menjelaskan ada pengaruh perubahan iklim terhadap migrasi baik di dalam dan diluar negeri. Penelitian Rosenzweig dan Hillel (1993), menyebutkan kemarau di Amerika Serikat yang telah menyebabkan lebih dari 30.000 orang bermigrasi di tahun 1930-an. Afolayan dan Adelekan(1999) dan Hugo (1996) juga menjelaskan kekeringan di Burkina Faso dan Sudan dari 1968-1973 mengungsi sekitar 1.000.000 orang. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 16 IPCC memperkirakan jumlah warga yang bermigrasi akan bertambah karena perubahan lingkungan, baik secara tiba-tiba maupun secara lambat. Sehingga gerakan ini tetap sulit untuk diprediksi, perubahan iklim akan menjadi faktor utama migrasi di abad ke 21 karena perubahan iklim telah digambarkan sebagai ancaman terbesar kesehatan global abad ke-21. 2.6 Model Migrasi Akibat Dari Perubahan Iklim Ada beberapa model migrasi sebagai dampak dari perubahan iklim, antara lain : 2.6.1 Migrasi Akibat Perubahan Cuaca Preferensi Pada Dampak Kesehatan (Zhou, 2011). Dalam penelitiannya Zhou menggunakan model kontemporer dan model dinamis, bahwa preferensi migrasi dari daerah pedesaan ke perkotaan berkorelasi dengan paparan untuk menghindari panas. Perubahan cuaca yang dapat meningkatkan gejala penyakit kronis menunjukkan kecenderungan regresif, tetapi untuk penduduk perkotaan yang bermigrasi dari kota ke kota lainnya, preferensi migrasi tidak terkait dengan guncangan cuaca panas. Perubahan cuaca dan suhu lingkungan berkorelasi dengan probabilitas gejala penyakit kronis pada perempuan. Sedangkan migrasi preferensi penduduk lakilaki yang bermigrasi dari kota ke kota lain adalah tidak terkait dengan efek perubahan suhu masa lalu rendah, berikut model dari zhou. Dimana zhou menjelaskan bahwa migrasi di pengaruhi oleh perubahan iklim, tempat tinggal, level dari perubahan iklim tersebut, dimana ketika perubahan iklim tersebut sudah tidak dapat ditolerasi oleh penduduk, maka migrasi menjadi jalan keluarnya. Kondisi lingkungan, lingkungan tempat kerja dan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, menjadi preferensi untuk bermigrasi. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 17 Data dan variabel yang digunakan Data Zhou ( 2011 ) menggunakan data survei yang ditetapkan dari Proyek Pendapatan Rumah Tangga Cina (CHIP) yang dilakukan oleh Institut Ekonomi, Sosial Akademi China 596 Jingkui Zhou Ilmu pada tahun 2002. CHIP mengandung sampel dari 25.959 orang yang meliputi 70 kota untuk tahun 2002. Data iklim yang berasal dari China Meteorologi data Berbagi Sistem Layanan. Variabel Variabel yang digunakan untuk analisisnya adalah termasuk kondisi kesehatan, perubahan iklim tingkat kondisi hidup,, lingkungan kerja, kondisi medis dan pelayanan kesehatan, dan karakter imigran. 2.6.2 Perubahan Iklim, Kensenjangan Ekonomi dan Migrasi Marchiori dan Schumacher (2009) mencoba untuk membangun sebuah model yang menghubungkan antara pembangunan ekonomi, migrasi dan perubahan iklim. Perbedaan pembangunan ekonomi telah lama menjadi sorotan sebagai alasan seseorang atau penduduk melakukan migrasi. Bermula dari teori yang disampaikan oleh Haris dan Todaro (1970) tentang model migrasi rural-urban yang dikarenakan perbedaan pembangunan dikedua wilayah tersebut. Sementara itu Galor (1986) menganalisis efek perbedaan dari tingkat kesejahteraan di dua wilayah yang saling tumpang tindih generasi model, dimana alasan utama yang mempengaruhi migrasi adalah karena adanya perbedaan preferensi. Kemudian pada tahun 1996 Crettez et al.memperluas model Galor dengan memasukkan untuk tanah/kepemilikan tanah sebagai sebagai faktor ketiga dalam proses produksi. Sementara itu telah banyak kasus dan berbagai catatan tentang banyaknya perpindahan penduduk yang terjadi akibat adanya bencana alam yang disebabkan karena adanya perubahan iklim. Beberapa contoh antara lain : Kemarau di Amerika Serikat yang telah menyebabkan lebih dari 30.000 orang bermigrasi di tahun 1930-an (Rosenzweig dan Hillel 1993), Tsunami di Indonesia pada tahun 2004 mengungsi 500.000 orang (FIG 2006), kekeringan di Burkina Faso dan Sudan dari 1968-1973 mengungsi sekitar 1.000.000 orang (Afolayan dan Adelekan 1999; Hugo 1996). Untuk Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 18 contoh lebih lanjut, lihat, misalnya, McLeman (2006), Ezra (2001), Morris et al. (2002), dan Kaye (1994). Pembentukan Model Model dibentuk berdasarkan dua wilayah, persamaan umum dan over-lapping model. Fokus untuk menganalisis migrasi internasional dan menerapkan asumsi bahwa perusahan berusaha untuk memaksimumkan profit dalam perekonomian global yang sangat kompetitif. Migrasi akan terjadi jika dianggap better-off ditempat tujuan dari pada didaerah asal. Pendekatan yang digunakan adalah bagaimana kesejahteraan dapat mempengaruhi migrasi, sementara itu perubahan iklim mempengaruhi tingkat kesejahteraan. Perjalanan pembentukan model dilakukan bertahap dengan menerapkan suatu skenario atau preposisi untuk menjelaskan hubungan variable-variabel diatas. Preposisi 1. Memperhatikan masalah optimisasi profit perusahaan dan hasil jangka panjang pada kasus yang terintegrasi setara dengan kasus-kasus autarky . Model dibangun dari fungsi produksi Cobb-Douglas, kemudian diturunkan dan dielaborasi dengan faktor dari perubahan iklim, dan faktor- faktor yang mempengaruhi produksi lainnya seperti upah, tingkat suku bunga, modal, tenaga kerja sehingga terbentuklah beberapa persamaan berikut sebagai pembentuk model dinamis yang menghubungkan perubahan iklim, perekonomian dan migrasi. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 19 Dimana : w = upah A = TFP (Total Faktor Produksi) K = Modal L = Tenaga Kerja si= tabungan T = temperature N = utara; S = Selatan i= N, S Negara-negara utara adalah negara-negara maju yang telah menjadi negara industry, sedangkan negara-negara selatan mewakili negara-negara yang berkembang dan terbelakang yang biasanya memiliki sistem perekonomian yang kurang modern. Preposisi 2. Variable Endogen Perubahan iklim adalah variable utama yang mempengruhi migrasi dunia dan mengurangi kesejahteraan per Kapita di wilayah Utara dan Selatan. Perkembangan ekonomi yang berbeda antara wilayah Utara dan Selatan membawa dampak penduduk memiliki kecenderungan untuk memilih migrasi ke Utara walaupun tanpa adanya perubahan iklim hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat upah, tingginya arus perputaran modal, dan tingginya produktifitas di wilayah utara. Karena sekarang ada lebih banyak orang yang tinggal di utara, yang semuanya mencemari menurut dengan standar hidup Utara, ini jelas akan menyebabkan peningkatan emisi dan, karena itu, jangka panjang suhu. Perkiraan saat ini oleh PBB dari jumlah migran di utara adalah sekitar 10%. Dengan asumsi bahwa mereka mengarah gaya hidup sama dengan penduduk utara, ini dapat bekerja sebagai signifikan penyebar perubahan iklim. Dengan mengurangi biaya migrasi dan meningkatkan jumlah migran, globalisasi meningkat akan meningkatkan suhu. Kenaikan produktivitas Utara secara langsung akan memperburuk perubahan iklim dengan meningkatkan kapasitas produktif dari utara, tetapi juga secara tidak langsung mempengaruhi suhu dengan membuat utara lebih menarik dan terkemuka untuk migrasi lebih. Namun aktifitas perekonomian dan tingkat migrasi yang tinggi di wilayah utara menyebabkan tingginya emisi CO2 yang dalam jangka panjang menyebabkan kenaikan Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 20 temperature yang akhirnya membawa pada perubahan iklim. Kemudian didapatkan model migrasi dari selatan ke utara dari selatan, dan peningkatan temperature digambarkan semakin meningkat dengan peningkatan angka migrasi dan peningkatan modal, seperti tertera pada persamaan berikut: Proposisi 3. Perubahan iklim membuat perhatian terhadap kontrol di daerah perbatasan semakin meningkat yang mengarah pada penurunan utilitas di selatan dan meningkatkan utilitas di utara dan juga pada peningkatan suhu di Utara dan penurunan suhu di Selatan sehingga menciptakan kesenjangan. Keberadaan perubahan iklim membuat control daerah perbatasan dalam jangka panjang mengurangi migrasi dalam jangka panjang, terjadinya perbaikan lingkungan dan meningkatkan / menurunkan kesenjangan. Peningkatan arus migrasi ke wilayah utara dan kesadaran akan dampak kegiatan ekonomi yang membuat peningkatan temperature yang membawa pada perubahan iklim membuat pemerintah di wilayah utara memperketat kebijakan migrasi masuk dan juga memberlakukan penerapan teknologi hijau untuk mengurangi laju perubahan lingkungan. Salah satu upaya yang dapat diukur untuk memperketat adanya migrasi adalah dengan menerapkan pajak, persamaan pajak migrasi yang dipengaruhi perubahan iklim dalam dilihat pada persamaan berikut, dimana adalah pajak Proposition 4. Penerapan lebih banyak pajak yang diarahkan untuk “green” teknologi dalam upaya untuk mengurangi jumlah migrant yang masuk, memperbaiki lingkungan dan juga peningkatan/penurunan kesenjangan Utara-Selatan Model berikut memberikan gambaran bagaimana peningkatan pajak akan dapat menurunkan jumlah migrasi. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 21 Marchiori dan Schumacher (2009) menyimpulkan bahwa perubahan iklim dapat meningkatkan angka migrasi, perubahan yang kecil dapat mempengaruhi angka migrasi dalam jangka panjang. Kalibrasi angka sederhana menunjukkan bahwa jumlah migrant meningkat dengan 4 faktor jika terjadi penurunan produktifitas di selatan sebesar 5%, dan sebaliknya angka menunjukkan bahwa produktifitas diselatan akan berkurang lebih dari 5% dimasa mendatang. Sehingga dapat dikatakan bahwa migration akan merubah struktur persebaran penduduk dimasa mendatang jika tidak dikawal dengan kebijakan internasional yang layak untuk masalah ini. Kebijakan migrasi yang lemah akan membawa efek pada perubahan iklim dimana hal tersebut kan meningkatkan angka migrasi dan mempercepat laju perubahan iklim. Sementara itu investasi terhadap green technology dapat mengurangi arus migrasi dimasa mendatang dan juga dapat meningkatkan perbaikan lingkungan, namun masih belum jelas pengaruhnya terhadap kesenjangan Utara-Selatan. Penghitungan Data Tabel 2. Penghitungan data dan Simulasi Prediksi Migrasi Tabel 2. Menunjukkan hasil perhitungan kondisi saat ini dimana faktor perubahan iklim ditunjukkan oleh σ. Pada kondisi awal σ = 0, terlihat bahwa share migrasi di utara diperkiraka tahun 2050 akan menjadi 9%, kemudian ketika dilakukan simulasi dimana σ = -5%, maka share migrasi di utara berubah drastis menjadi 35.2%. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan kecil pada perubahan iklim akan memiliki pengaruh yang besar pada migrasi. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 22 2.6.3 Migrasi Sebagai Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim (R. McLeman dan B. Smit, 2006) Hasil penelitian R. McLeman dan B. Smit menjelaskan bahwa migrasi dapat dilakukan sebagai adaptasi perubahan iklim (Gambar 3). Penelitiannya ini dimulai dengan asumsi bahwa perubahan iklim mempengaruhi perubahan lingkungan dan kondisi sosial ekonomi dari suatu komunitas. Jika komunitas tidak dapat melakukan adaptasi, maka rumah tangga sebagai bagian dari komunitas mungkin akan melakukan migrasi keluar. Tetapi jika rumah tangga mampu beradaptasi maka tidak akan ada migrasi keluar. Selanjutnya rumah tangga yang keluar tersebut pada akhirnya akan berkumpul lagi dengan rumah tangga di komunitas sebelumnya yang tidak melakukan migrasi. Jika komunitas ini digabung dengan komunitas dari luar dan dikurangi dengan rumah tangga yang keluar akan membentuk suatu komunitas baru. Hal ini terus berlangsung membentuk suatu siklus migrasi. Gambar 3. Model Migrasi Sebagai Akibat Perubahan Iklim 2.7 Upaya-Upaya untuk Mengatasi Migrasi Akibat dari Perubahan Iklim Migrasi penduduk dapat membawa hal yang positif dan negatif terhadap daerah tujuan migrasi. Dampak negatif yang mucul akibat datangnya begitu banyak penduduk kesuatu wilayah dapat menyebabkan terjadinya persaingan terhadap sumber daya alam yang dapat mengakibatkan terjadinya konflik, terutama didaerah perkotaan yang tidak siap menampung pendatang dalam jumlah yang besar (Martin, 2010). Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 23 2.7.1. Adaptasi dan Mitigasi Berbagai upaya dilakukan manusia untuk mengantisipasi perubahan iklim, diantaranya adalah dengan melakukan adaptasi dan mitigasi (Setiadi, 2009). Pada dasarnya mitigasi merupakan usaha penanggulangan untuk mencegah terjadinya perubahan iklim yang semakin buruk dengan menurunkan laju emisi gas rumah kaca global sehingga konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer masih berada dalam tingkatan yang dapat ditolerir. Sedangkan adaptasi merupakan penyesuaian apapun yang terjadi secara alamiah didalam ekosistem atau dalam sistem manusia sebagai reaksi terhadap perubahan iklim yang sedang terjadi yang terkait dengan perubahan-perubahan lingkungan (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2007). Apabila kedua cara ini tidak berhasil, maka degradasi lingkungan dan berbagai bencana akibat perubahan iklim ini dapat menyebabkan mobilitas atau migrasi penduduk. Beberapa contoh proses adaptasi dan mitigasi yang dilakukan oleh manusia antara lain (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2007): 1. Menanam tanaman yang lebih tahan terhadap kekeringan dan hama serta menanam berbagai varitas tanaman untuk meminimalkan resiko gagal panen. 2. Petani ternak beradaptasi dengan memanfaatkan pakan ternak darurat dan keragaman species. 3. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya masyarakat membuat kerajinan tangan. 4. Menampung air hujan dengan membangun tanggul untuk mengairi lahannya pada musim kering. 5. Masyarakat dipesisir pantai meninggikan lantai rumah mereka untuk menghadapi rob dan pasang laut. 6. Menanam hutan mangrove/bakau. 7. Program REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation). Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, diperlukan dukungan dari berbagai pihak dan penegakan hukum yang tegas, tata kepemerintahan yang baik (Good Governance), persiapan dan rekayasa sosial, serta sosialisasi dan pendidikan yang intensif. Kegagalan proses adaptasi dan mitigasi dapat mengakibatkan seseorang putus asa atau stres karena berbagai kebutuhannya seperti kebutuhan ekonomi, sosial, dan psikologi tidak terpenuhi. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 24 2.7.2. Program Keluarga Berencana Upaya yang lainnya adalah dengan melakukan pengendalian jumlah penduduk. Isu mengenai jumlah penduduk yang terlampau besar sudah dibahas di tingkat dunia.Di Indonesia sendiri upaya pengendalian jumlah penduduk dilakukan dengan menggalakan program Keluarga Berencana (KB) dengan menunjuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai lembaga untuk menyukseskan program KB. Jumlah penduduk menjadi suatu faktor yang sangat penting untuk diamati dalam upaya untuk mengatasi dampak buruk dari perubahan iklim. NAPA (National Adaptation Programmes of Action) melaporkan bahwa pertumbuhan penduduk yang cepat berhubungan dengan percepatan perubahan iklim, dimana ada tiga isu yang antara lain ; (i) Pertumbuhan penduduk menyebabkan berkurangnya persediaan kekayaan alam misalkan terjadinya erosi dan deforestation (penggundulan hutan); (ii) Jumlah penduduk yang tinggi diperkirakan akan meningkatkan permintaan akan air bersih, makanan; (iii) peningkatan jumlah penduduk akan meningkatkan kerentanan manusia kepada bencana alam misalkan membuat penduduk terpaksa mengungsi karena terjadinya kerawanan pangan, kekeringan dan penyebaran penyakit (dalam Bryant, Carver,D Butlerc & Anaged, 2009). Sementara itu hal yang serupa disampaikan Harmadi (2010), dimana peningkatan jumlah penduduk akan berbanding lurus dengan permintaan jumlah konsumsi energi. Harmadi (2010) menambahkan bahwa peningkatan permintaan energy bukan hanya sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, tetapi juga terpengaruh pada struktur, pendapatan dan gaya hidup penduduk tersebut. Semakin tinggi pendapatan, banyak jumlah usia produktif, semakin meningkat urbanisasi maka kebutuhan energy akan semakin meningkat. Padahal untuk setiap penggunaan energy maka akan berbanding lurus dengan peningkatan emisi CO2 yang merupakan penyebab utama pemanasan global, sehingga semakin besar jumlah penduduk beserta semua aktifitas ekonomi dan gaya hidupnya akan berdampak pada semakin besar penggunaan energy dan berujung pada semakin besar emisi gas yang akan menambah percepatan pemanasan global. Sedangkan dalam wawancara dengan Nurlambang, dia menekankan bahwa upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap dampak perubahan iklim perlu diupayakan. Salah satu pendekatannya adalah dengan melalui peningkatan kualitas melalui keluarga Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 25 kecil. Keluarga kecil memungkinkan kualitas hidup yang lebih baik untuk tiap keluarga karena beban keluarga yang tidak besar. Sehingga alokasi sumber daya keluarga dapat diarahkan untuk peningkatan kualitas pengetahuan dan kesadaran penduduk terhadap perubahan iklim dan akhirnya dapat mengubah perilaku hidup sehingga adaptasi keluarga terhadap perubahan iklim menjadi lebih besar. Adaptasi yang lebih besar dapat mengurangi dampak buruk dari perubahan iklim yang terjadi. Fakta-fakta diatas menunjukkan bahwa penduduk baik angka jumlah dan juga percepatannya harus mendapatkan perhatian khusus terutama dalam kaitannya dengan penanganan isu perubahan iklim dan dampak buruk yang menyertainya. Presiden Zou dari China menyatakan bahwa “Family Planning is the Greenest Technology” pada Conferensi Perubahan iklim di Copenhagen dimana system keluarga berencana yang diterapkan di China diklaim memiliki peran dalam mengurangi kelahiran sebanyak 400 juta sehingga mampu mengurangi emisi gas CO2 sebanyak hingga 18 juta ton pertahunnya. Melihat begitu besarnya pengaruh jumlah penduduk terhadap perubahan iklim hal tersebut membuat pengendalian jumlah penduduk juga menjadi hal yang penting dalam hal ini. Hal tersebut menjadikan peran program pengendalian dan keluarga berencana merupakan hal yang prioritas yang harus terintegrasi dengan program lainnya untuk mengatasi dampak buruk dari perubahan iklim. 2.7.3. Penerapan Pemerataan Pembangunan dan Penerapan Green Technology Upaya lain adalah dengan melakukan pemerataan pembangunan dan penggunaan Green Technology (Marchiori dan Schumacher, 2009) yaitu dengan menerapkan lebih banyak pajak yang diarahkan untuk “green” teknologi dalam upaya untuk mengurangi jumlah migrant yang masuk untuk menghindari percepatan perubahan iklim dan memperbaiki lingkungan. 2.7.4. Penerapan Kebijakan Migrasi akibat Perubahan Iklim yang Tepat Diperlukan adanya suatu strategi adaptasi agar manusia bisa tetap tinggal pada daerah tempat tinggalnya saat ini dan dilain pihak juga diperlukan kebijakan yang layak mengenai daerah tujuan migrasi bila memang diperlukan. Menurut Setiadi (2009), dalam mengatasi migrasi perubahan iklim dapat mencakup dua jenis kebijakan yaitu Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 26 kebijakan pada daerah tujuan (climate-forced migrants destination) dan kebijakan pada daerah asal (climate-influenced origin). Kebijakan Pada Daerah Tujuan Climate-Forced Migrants. Pada dasarnya kebijakan ini perlu dikembangkan untuk merespon masyarakat yang melakukan migrasi menuju pada daerah tujuan baru. Keb ijakan ini lebih berorientasi pada upaya antisipasi mengingat migrasi ini tidak tampak secara nyata, karena dianggap sebagai fenomena alamiah yang tidak dapat dilepaskan dalam perkembangan kota. Kebijakan Pada Daerah Asal (Climate-Influenced Origin). Kebijakan ini pada dasarnya untuk merespon masyarakat yang tetap tinggal pada daerah yang dipengaruhi oleh dampak perubahan iklim dan memilih untuk tidak melakukan migrasi. Adapun kebijakan yang ini sering disebut sebagai kebijakan adaptasi perubahan iklim. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 27 BAB IV. HASIL WAWANCARA NARASUMBER ( REFERENSI ) TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN BAPAK TRIARKO NURLAMBANG “HUBUNGAN MIGRASI DENGAN PERUBAHAN IKLIM” Oleh : Mardiana, Dewi Ratna Sari dan Muthiatun Nuriah Kampus FMIPA Jurusan Geografi Universitas Indonesia Depok, 19 Maret 2013 Terimakasih atas kesediaan bapak meluangkan waktu untuk kami, kami kesini dalam rangka menyelesaikan tugas kuliah tentang climate change dan migrasi yang mana dosen kami pak Chotib menyarankan untuk bertemu dengan Bapak sebagai ahli climate change di Indonesia. Jadi kedatangn kami kesini ingin bertanya tentang bagaimana climate change di Indonesia, bagaimana dampaknya dan terutama terhadap migrasi penduduk. TN (Triarko Nurlambang) : Perubahan iklim kalau di Indonesia, kasus di wilayah pesisir banjir rob merupakan bagian dari akibat Enviromental Disaster. Karena kejadian gejala alam timbul rob, rumah penduduk kebanjiran, makanya penduduk mengungsi. Pertanyaannya apakah rob itu merupakan bagian dari perubahan iklim atau gejala alam yang lain seperti adanya gerhana bulan sehingga menimbulkan air pasang. Ini memang belum jelas, tapi ada gejala bahwa rob itu semakin tinggi dan semakin lama. Ada sebagian peneliti yang berpendapat bahwa rob itu disebabkan karena perubahan iklim sebagian lagi berpendapat tidak, rob disebabkan gejala alam. Karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di lintang rendah sehingga kejadian ekstrim akibat perubahan iklim di Indonesia ada tapi tidak ekstrim seperti didaerah yang lintangnya tinggi seperti daerah kutub. Pertanyaannya yang berkaitan dengan migrasi, kapan seseorang memutuskan untuk pindah kalau daerahnya terkena dampak bencana ekstrim. apakah langsung atau pelan-pelan secara gradual. Tetapi yang jelas seseorang akan pindah kalau kejadian Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 28 ekstrim tersebut menyebabkan tempat tinggalnya sudah tidak layak untuk ditempati dan sudah tidak bisa mencari nafkah di tempat itu sehingga dia harus migrasi. Tetapi logika ini menjadi perdebatan diantara pakar, karena keputusan untuk pindah juga berlaku di negara yang keterikatan dengan daerahnya kuat. Jadi ada faktor indiginous people (faktor budaya) yang menjadi push factornya sehingga orang tidak mau lagi tinggal di daerah tersebut. Perdebatannya adalah seberapa tajam kita bisa mengidentifikasi daerah yang terkena bencana (displacement area), memang kalau di pesisir utara daerah yang terkena rob semakin banyak. Tetapi mudahkan kita mengidentifikasi bahwa kejadin itu purely karena perubahan iklim atau karena kejadian alam lain atau keduanya terjadi secara sumultan. Seperti yang terjadi di pantai utara terjadi penurunan permukaan tanah akibat exploitasi air dalam tanah, Rob yang terasa lebih tinggi ini karena naiknya permukaan air laut akibat perubahan iklim atau karena daratannya yang semakin menurun akibat aktivitas manusia yang melakukakan pembangunan sehingga rob itu seakan bertambah tinggi airnya. Ini memang perlu penelitian sendiri,tetapi faktanya rob semakin sering, semakin lama dan semakn tinggi. Misalkan suatu kolam dengan level airnya, kemudian ada piring diatasnya. jika piringnya kosong maka akan mengembang, tetapi jika ditambah beban lama kelamaan akan tenggelam. Tetapi yang jadi pertanyaan ini akibat apa, perubahan iklimkah atau gejala alam?Hampir semua menyetujui bahwa ini akibat perubahan iklim, tapi seberapa persen pengaruh perubahan iklim tersebut mempengaruhi kejadian tersebut belum diketahui. Saya membuat komparasi perubahan iklim dan migrasi di Indonesia dengan negara-negara di Barat. Kasus migrasi akibat perubahan iklim di Indonesia dan di negara lain sama,Yang menarik adalah indiginous people di Indonesia tidak sama dengan di negara lain. Contoh kasus di Jakarta Utaraterjadi displament area akibat kejadian ekstrim sehingga ada banjir rob, mereka pindah tetapi sementara, setelah itu mereka akan pindah kembali karena keterikatannnya dengan daerah tersebut kuat. Karena ditempat itu mereka biasa mencari nafkah. Kalau kemudian tinggal ditempat yang baru biayanya tidak murah karena harus memulai dari awal, sehingga mereka cenderung kembali sehingga faktor culture keterkaitan dengan alamnya kuat. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 29 Hal yang banyak dikaji saat ini salah satunya di LIPI, saya nanti siang harus menjadi pe review salah satu proposal penelitian di LIPI tentang tema ini juga. Climate Change dan Migrasi. Adalah bagaimana climate change (cc) mempengaruhi keputusan seseorang untuk bermigrasi. Pendekatannya memang masih menggunakan teknik wawancara mendalam. Biasanya ketika dilakukan wawancara responden memang tidak menyebutkan secara langsung penyebabnya karena alasan cc, tapi kebanyakan disebabkan oleh alasan ekonomi dan lainnya. Pak, apakah tidak mungkin hal tersebut dikarenakan karena respondennya itu tidak mengenal / belum menyadari dampak cc? TN: Iya oleh karena itu penggalian data memang harus kualitatif dan bukan kuantitatif. Karena memang pada teknik kualitatif bias lebih dalam digali tentang hal ini dari responden. Data migrasi akibat perubahan iklim sebaiknya data kualitatif atau primer, karena harus memperhatikan faktor budaya. Selain itu kalau kualitatif kesempatan untuk mengeksplorasi seberapa persen migrasi akibat perubahan iklim dapat terjawab. Jadi kualitatif untuk mengetahuidecision making prosesuntuk migrasi, kuantitatif untuk mengukur gejala alamnya. Jadi pak analisis dari climate change dan perubahan iklim ini tidak bisa yang pak diukur dengan analisis makro? TN : Sebetulnya jika kita masukkan angkanya saja mungkin terlihat ada pola tertentu. Misalkan masukkan perubahan suhu dan angka migrasi? Itu mungkin terlihat pola yang sama-sama meningkat tapi apakah yakin bahwa kedua hal tersebut berhubungan? Sulit jika hanya menjelaskan dari hal tersebut. Karena banyak factor seperti kebudayaan dan juga kultur. Misalkan hati-hati mengukur cc dan migrasi di kota padang / Sumatra barat, karena disanakan memiliki budaya merantau, hal-hal tersbut yang benar-benar harus diperhatikan selain data-data statistic yang ada saja. Jadi memang yang terbaik adalah menggunakan mix-method sehingga dapat menerangkan kejadian-kejadian cc dengan lebih utuh. Karena kalau di Indonesia faktor migrasi akibat perubahan iklim sulit dihitung karena faktor budaya begitu kuat seperti di Padang ini ada budaya merantau, karena kalau ini tidak diperhatikan pasti akan bias. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 30 Indonesia adalah salah satu negara yang penduduknya memiliki keterikatan yang kuat dengan tanah airnya (tempat tinggalnya) banyak contoh yang dapat diliat, seperti kejadian tsunami yang sangat besar tersebut, ketika kejadian tsunami memang penduduk terpaksa pindah namun ketika situasi membaik mereka kembali ke tempat asal mereka tinggal, begitu pula penduduk di kepulauan mentawai lokasi yang sangat rawan, tetap mereka kembali. Sama halnya dengan penduduk di daerah Jakarta utara, ketika banjir mereka pindah (mengungsi) namun ketika daeraha tersebut sudah membaik mereka kembali. Banyak alasan yang digunakan salah satunya adalah alasan tempat pekerjaan karena ditempat tersebut mereka sdah kenal dan tahu apa yang dilakukan untuk mencari pekerjaan, dibandingkan mereka harus ke tempat asing yang belum tahu apa yang mesti dilakukan ditempat baru itu. Awalnya IPCC sudah mulai tergerak untuk tidak hanya terfokus pada perubahan iklim akibat gejala atmosphric dimana perubahan iklim disebabkan karena faktor suhu, arah angin, gerhana, gelombang air laut, pasang surut dan sebagainya. Tetapi juga akibat siklus hidrologi. dimana ada intervensi atau pengaruh manusia terhadap perubahan siklus hidrologi yang mempengaruhi perubahan iklim dimana fungsi tanah apabila terganggu akan menyebabkan curah hujan terganggu. Selain itu air hujan yang apabila tidak terserap akan menimbulkan banjir dan mempengaruhi curah hujan. Bagaimana dampak cc di Indonesia? TN : Di Indonesia kejadian ekstrim akibat perubahan iklim tidak begitu sering terjadi,jika dibandingkan dengan daerah yang lintangya tinggi seperti daerah kutub, Australia Selatan, Selandia Baru, Eropa dan sebagainya. Karena indonesia terletak di daerah tropis yang lintangnya rendah, selain itu lautan Indonesialuas, dan sifat air menetralisir sehingga perbedaan suhu minimum dan maksinum tidak begitu ekstrim. Karena dalam satu hari suhu minimum dan maksimum bepengaruh terhadap kesehatan, dimana bisa menimbulkan penyakit seperti malaria dan diare. Ini diakibatkan karena ulah manusia, contohnya saja kejadian lokal seperti menanam pohon, perumahan sekarang jarang yang menanam pohon, semuanya di semen dan di konblok. Ini dari sisi individu kalau keseluruhan? Di Indonesia penambahan suhu khususnya di daerah Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 31 perkotaan, meningkat 1,5-2 O C jadi memang lebih panas, ini berkaitan dengan kejadian lokal juga. data-data migrasi yang ada sekarang belum dapat menjekaskan gejala perubahan iklim sehingga harus pakai data kualitatif. Misalkan apa benar kejadian ekstrim akibat perubahan iklim? dimana indonesia akan kehilangan banyak puluhan pulau sehingga akan terjadi eksodus besar-besaran ke Australiakarena tidak mungkin ke negara Asia lain yang sama-sama miskin. Tetapi ini tidak mungkin terjadi karena faktor budaya di indonesi kuat, selain itu kejadian ekstrim terjadi tidak langsung tetapi gradual jadi kemampuan beradaptasi pasti terbentuk. Bagaimana dampak perubahan iklim di Indonesia? TN: Hubungannya dengan lebih berpengaruh kepada pertanian, produk hortikultura berhubungan dengan musim hujan jika pola musin hujan bergeser maka pola kehidupan keluarga petani juga berbeda karena berkaitan dengan pekerjan mereka. Pertanyannya apakah perubahan iklim bisa menyebabkan perubahan pengambilan keputusan secara langsung atau tidak langsung? apa migrasi karena keputusan ekonomi atau karena dispalcement area? atau kemampuan petani untuk beradaptasi juga mempengaruhi keputusannya untuk pindah, seperti menyesuaikan apa yang ditanamnya yang sesuai dengan kondisi daerahnya. Seperti di daerah yang terkena rob bisa juga melakukan beradaptasi dengan membuat rumah panggung, atau memelihata bebek. Adaptasi ada levelnya juga, ada yang survive ada yang tidak. Kunci permasalahan perubahan iklim adalah jumlah penduduk, oleh karena itu Keluarga Berencana (KB) merupakan solusi untuk perubahan iklim, yang jadi masalah dampaknya ini baru terlihat jangka panjang. Salah satu pendekatannya adalah dengan melalui peningkatan kualitas melalui keluarga kecil. Keluarga kecil memungkinkan kualitas hidup yang lebih baik untuk tiap keluarga karena beban keluarga yang tidak besar. Sehingga alokasi sumber daya keluarga dapat diarahkan untuk peningkatan kualitas pengetahuan dan kesadaran penduduk terhadap perubahan iklim dan akhirnya dapat mengubah perilaku hidup sehingga adaptasi keluarga terhadap perubahan iklim menjadi lebih besar. Adaptasi yang lebih besar dapat mengurangi dampak buruk dari perubahan iklim yang terjadi. Dan biasanya yang melakukan migrsi adalah orang-orang yang tidak mampu beradaptasi yang tidak Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 32 mempunyai pengetahuan dan kemampuan secara ekonomi.Tetapi kalau manusianya berkualitas pasti mampu beradaptasi sehingga peran KB disini berfungsi, sehingga migrasi akan turun. Dalam salah satu literature kami menyebutkan bahwa tsunami di aceh beberapa tahun yang lalu terjadi akibat dari perubahan iklim bagiamana menurut bapak? TN : Tsunami terjadi akibat gejala geologi bumi dimana, bumi terdiri dari lempengan yang masing-masing terdiri dari bebatuan yang berbeda sehingga gerakannnya juga berbeda, sehingga kalau terjadi benturan bisa berakibat bencana. Namun perlu dipahami bahwa Bumi ini merupakan suatu sistem yang saling mempengaruhi, perubahan gejala alam disuatu sisi dapat mempengaruhi perubahan disisi lain. Misalkan ketika letusan gunung terbesar dalam sejarah terjadi di gunung danau toba itukan gejala geologi mengakibatkan awan dan debu menutupi sebagian bumi dan membuat perubahan iklim karena terhalangnya sinar matahari, daerah-daerah yang tadinya tidak ada salju, tiba-tibua waktu itu menjadi turun salju. Dan bisa saja (mungkin) perubahan iklim mempengaruhi gejala geologi (namun masih tidak diketahui besarnya dan bagaimana cara kerjanya). Baik kami rasa informasi yang Bapak berikan sudah cukup banyak dan bermanfaat sekali untuk penulisan paper kami. Kami sekali lagi mengucapkan banyak terimakasih Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 33 BAB III. KERANGKA PIKIR ANALISIS Jumlah penduduk yang besar, pembangunan ekonomi, dan berbagai aktivitas ekonomi yang dilakukan manusia telah menyebabkan penggunaan energi yang besar sehingga menghasilkan banyak emisi CO2 yang menyebabkan pemanasan global. Pemanasan global ini telah menyebabkan perubahan iklim yang pada akhirnya menimbulkan berbagai kerawanan, bencana, dan degradasi lingkungan. Berbagai upaya telah dilakukan seperti pengendalian jumlah penduduk, pemerataan pembangunan, penggunaan green technology, mitigasi dan adaptasi. Jika semua upaya tersebut tidak berhasil maka akan menyebabkan terjadinya migrasi penduduk dalam upaya mencari tempat yang lebih layak untuk kehidupan. Untuk menggambarkan lebih jelas mengenai pengaruh perubahan iklim terhadap migrasi dan bagaimana upaya penanggulangannya dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini. Gambar 4. Alur Perubahan Iklim Terhadap Migrasi dan Upaya Penanggulangannya Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 34 DAFTAR PUSTAKA BKKBN, 2011, Analisa Dampak Kependudukan Terhadap Daya Dukung Dan Daya Tampung Lingkungan, Dinamika Kependudukan dan Perubahan Iklim, Direktorat Analisis Dampak Kependudukan Bryant,Leo, Carver, Louise, Butlerc, Colin D & Anaged, Ababu. 2009. “Climate change and family planning: least-developed countries defne the agenda”. Bull World Health Organ 2009;87:852–857 | doi:10.2471/BLT.08.062562 Brown, oli, 2008, Migration and Climate Change, IOM Migration Researches Series: 31 Chotib, 2013, Migrasi, Materi Kuliah Program Pascasarjana.....UI, ( Maret, 2013 ) Cohen, Joele, 2010, Population and Climate Change, Proceedings of the American Philosophical Society Vol. 154 No.2 June 2010 Grothmann, T & Patt, A. (2005) Adaptive capacity and human cognition: The process of individual adaptation to climate change. Global Environmental Change,15,199213. Harmadi, Sonny Harry B, 2010, Energi dan Penduduk, Jakarta Imboden, Dieter, Dr, Prof; 2004, Understanding The Effect Of Climate Change On Human Migration The Contribution Of Mathematical and Conceptual Models, Diploma Thesis Department Of Environmental Sciences, Swiss Federal Institute of Technology Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2007, Rencana Aksi Nasional Dalam Menghadapi Perubahan Iklim, Jakarta Martin, Susan, 2010, Climate Change, Migration, and Governance, Global Governance (16:3), 397 – 414 Marchiori, luca & Ingmar Schumacher, 2009, When nature rebels : international migration, climate change, and inequality, Journal Population & Economic 24: 569 – 600 Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 35 Martine, George. 2009. “Population Dynamics and Policies in the Context of Global Climate Change?” Population Dynamics and Climate Change 9-30. ED. José Miguel Guzmán, George Martine, Gordon McGranahan, Daniel Schensul Cecilia Tacoli UNFPA. 2009 Mclemen, Robert Andrew, 2005, Migration as human adaptation to climate change, University of Guelph, Canada Nurlambang, Triarko, 2008. Climate Change And Migration Dynamic; A Comparison Between Archipelago Developing Country And Continent Developed Country, Nautilus Institute at RMIT, Melbourne Nurlambang, Triarko, 2013. Wawancara mendalam dengan Triarko Nurlambang 19 Maret 2013, di Fakultas Geografi Universitas Indonesia Depok. Setiadi, Rukuh, Fajar H Mardiansjah & Nila A.H. Pratiwi, 2009, Alternatif Kebijakan Antisipasi Migrasi Perubahan Iklim di Kota Semarang, Riptek, Vol.3, No.2, Tahun 2009, Hal: 53 – 62 Sillimsn, Jael. 2009. “In Search of Climate Change Justice : Refuting Dubious Linkage, Affirming Right”. Arrows for Change. Vol 15 No 1. 2009 Todaro, M.P.,& Smith, 2003, Pembangunan Ekonomi di Dunia ketiga jilid 1,Erlangga, Jakarta. Van Aalst, Maarten K.2006. The impacts of climate change on the risk of natural disasters. Disasters, 2006, 30(1): 5−18. © Overseas Development Institute, 2006 Published by Blackwell Publishing, 9600 Garsington Road, Oxford, OX4 2DQ, UK and 350 Main Street, Malden, MA 02148, USA Yuniartanti, Rizki Kirana, 2012, Migrasi VS Adaptasi Sebagai Solusi Dampak Perubahan Iklim di Kawasan Perkotaan, Temu Ilmiah IPLBI 2012, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Zhou, Jingkui, 2011, Climate Change, Health and Migration in Urban China, Institute of Economics, School of Economics, Nankai University, Tianjin, China Zlotnik, Hania. 2009. “Does Population Matter for Climate Change?” Population Dynamics and Climate Change Page 31-44 . ED. José Miguel Guzmán, George Martine, Gordon McGranahan, Daniel Schensul Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 36 Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Migrasi Page 37