Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa KONSEP PICU A. Definisi Psychiatric Intensive Care Unit (Picu) Atau UPIP (Unit Perawatan Intensif Psikiatri) Kedaruratan psikiatrik adalah keadaan gangguan dalam proses fikir, alam perasaan dan perbuatan yang memerlukan tindakan pertolongan segera. Psychiatric Intensive Care Unit (PICU) merupakan pelayanan yang ditujukan untuk klien gangguan jiwa dalam kondisi krisis psikiatri (Keliat, dkk, 2009). Psychiatric Intensive Care Unit (PICU) merupakan gabungan pelayanan gawat darurat psikiatri dan pelayanan intensif, yang dapat diselenggarakan di rumah sakit jiwa atau unit psikiatri rumah sakit umum (Keliat, dkk, 2009). Adapun kriteria kedaruratan memiliki kriteria adalah sebagai berikut. 1. Ancaman segera terhadap kehidupan, kesehatan, harta benda, atau lingkungan 2. Telah menyebabkan kehilangan kehidupan, gangguan kesehatan, serta harta benda dan lingkungan. 3. Memiliki kecenderungan peningkatan bahaya yang tinggi dan segera terhadap kehidupan, kesehatan, harta benda, atau lingkungan. B. Kriteria Kondisi Darurat Psikiatri Secara umum pasien yang dirawat di PICU adalah pasien dengan kriteria: 1. Risiko bunuh diri yang berhubungan dengan kejadian akut dan atau suatu perubahan alam perasaan atau perilaku yang menetap 2. Penyalahgunaan NAPZA atau kedaruratan yang berhubungan yang berlangsung relatif singkat 3. Kondisi lain yang akan mengalami peningkatan yang bermakna dalam waktu singkat dan pasien tampak mampu kembali ke komunitas segera bila peningkatan tersebut terjadi. Sedangkan berdasarkan masalah keperawatan maka pasien yang perlu dirawat di unit perawatan intensif psikiatri adalah pasien dengan masalah keperawatan sebagai berikut: 1. Perilaku Kekerasan 2. Perilaku Bunuh diri a. Perubahan sensori persepsi: halusinasi (fase IV) b. Perubahan proses pikir: waham curiga c. Masalah-masalah keperawatan yang berkaitan dengan kondisi pasien putus zat dan over dosis: Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa 1) Perubahan kenyamanan: nyeri 2) Gangguan pola tidur 3) Gangguan pemenuhan nutrisi 4) Gangguan eliminasi bowel 5) Defisit perawatan diri C. Pola Penanganan di Psychiatric Intensive Care Unit Pola penanganan di PICU menggunakan pendekatan MPKP yang terdiri dari empat pilar yaitu : 1. Pendekatan manajemen 2. Compensatory reward 3. Hubungan profesional 4. Manajemen asuhan keperawatan Pada ruangan PICU keempat pilar ini dilebur menjadi 2 pilar sebagai berikut: 1. Manajemen pelayanan keperawatan (pilar I-III) 2. Manajemen asuhan keperawatan (pilar IV) D. Triase Pada fase ini hal pertama yang harus dilakukan adalah rapid assessment/screening assessment yang dilakukan berdasarkan protap yang telah disepakati. Pengkajian ini harus meliputi nama pasien, tanggal lahir, nomor tanda pengenal (KTP/SIM/Paspor), alamat, nomor telepon, serta nama dan nomor telepon orang terdekat pasien yang dapat dihubungi, tanda vital dan keluhan utama dengan skor RUFA untuk menentukan perlu tidaknya dirawat di unit UPIP dan bila dirawat untuk menentukan level/fase intensif pasien. Sedangkan pihak medis melakukan pengkajian dengan menggunakan skala GAF. Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa E. Fase-fase Tindakan Intensif Bagi Pasien Psikiatri Fase intensif I Fase intensif II Fase intensif III (24 jam pertama) (24-72 jam pertama) (72 jam-10 hari) Prinsip tindakan : life Prinsip tindakan: observasi Prinsip tindakan: observasi saving, Mencegah cedera lanjutan dari fase krisis lanjutan dari fase akut pada pasien, orang lain dan (intensif I), mempertahankan (intensif II), memfasilitasi lingkungan pencegahan cedera pada perawatan mandiri pasien pasien, orang lain dan Indikasi: Pasien dengan skor Indikasi: Pasien dengan lingkungan 1-10 RUFA skor 21-30 RUFA Intervensi: observasi ketat, Indikasi : Pasien dengan skor Intervensi: observasi 11-20 RUFA KDM (Kebutuhan Dasar dilakukan secara minimal, observasi Manusia), Terapi modalitas : Intervensi: pasien lebih banyak terapi musik. frekuensi dan intensitas yang melakukan aktivitas secara lebih rendah dari fase intensif mandiri, terapi modalitas : I, terapi modalitas : terapi terapi music, terapi olah music dan olah raga raga, life skill therapy. F. Mengukur Tingkat Kedaruratan Pasien Dengan Skala GAF (General Adaptive Function) Adapun skala yang digunakan untuk mengukur tingkat kedaruratan pasien adalah skala GAF (General Adaptive Function) dengan rentang skor 1 – 30 skala GAF. Kondisi klien dikaji setiap shift dengan menggunakan skor GAF. Katagori klien yang berada dalam rentang skor 1-30 GAF adalah: a. Skor 21 – 30 : perilaku dipengaruhi oleh waham atau halusinasi atau gangguan serius pada komunikasi atau pertimbangan (misalnya kadang-kadang inkoheren, tindakan jelas tidak sesuai preokupasi bunuh diri) atau ketidakmampuan untuk berfungsi hampir pada semua bidang (misalnya tinggal ditempat tidur) sepanjang hari, tidak memiliki pekerjaan. b. Skor 11 – 20 : terdapat bahaya melukai diri sendiri atau orang lain (misalnya usaha bunuh diri tanpa harapan yang jelas akan kematian, sering melakukan kekerasan, kegembiraan manik) atau kadang-kadang gagal untuk mempertahankan perawatan diri yang minimal (misalnya mengusap feses) atau gangguan yang jelas dalam komunikasi (sebagian besar inkoheren atau membisu) c. Skor 1 – 10 : Bahaya melukai diri sendiri atau orang lain persisten dan parah (misalnya kekerasan rekuren) atau ketidakmampuan persisten untuk mempertahankan hiegene pribadi yang minimal atau tindakan bunuh diri yang serius tanpa harapan bunuh diri yang jelas. Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa G. Modifikasi Skor GAF ( General Adaptive Function). Pada keperawatan kategori pasien dibuat dengan skor RUFA (Respons Umum Fungsi Adaptif)/ GAFR (General Adaptive Function Response) yang merupakan modifikasi dari skor GAF karena keperawatan menggunakan pendekatan respons manusia dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan fungsi respons yang adaptif. Sehingga setiap diagnosa keperawatan memiliki kriteria skor RUFA tersendiri (lihat tabel dibawah ini). No 1 2 3 Diagnosa Keperawatan Skor RUFA 1-10 (Intensif I) Skor RUFA 11-20 (Intensif II) Gangguan persepsi sensori: halusinasi 1. Setiap saat mengalami halusinasi 2. Halusinasi tidak terkendali 3. Perilaku dikendalikan oleh isi halusinasi 4. Halusinasi berisi ancaman terhadap diri atau orang lain 5. Risiko tinggi bunuh diri atau membunuh orang lain 1. Sering mengalami halusinasi 2. Seringkali tidak bisa mengendalikan halusinasi 3. Halusinasi mengancam tetapi masih bisa dikendalikan 4. Perilaku sering kacau Perilaku kekerasan 1. Perilaku kacau 1. Perilaku kadang kacau 1. Perilaku kadang kacau 2. Sedang melakukan tindak 2. Sedang melakukan kekerasan 2. Ada riwayat melakukan tindakan kekerasan fisik dan verbal verbal kekerasan 3. Berisiko tinggi mencederai orang 3. Risiko sedang mencederai diri dan 3. Sesekali melakukan tindakan lain dan diri sendiri orang lain kekerasan verbal, tidak fisik 1. Perilaku kacau Gangguan 2. Waham terjadi setiap saat proses pikir: 3. Komunikasi sangat kacau waham 1. Perilaku sering kacau 2. Waham sering terjadi 3. Komunikasi kadang kacau Skor RUFA 21-30 (Intensif III) 1. 2. 3. 4. Halusinasi sesekali muncul Perilaku masih bisa dikendalikan Isi halusinasi tidak mengancam Perilaku kadang kacau 1. Perilaku cukup terorganisir 2. Waham jarang terjadi 3. Komunikasi kacau jika terjadi waham Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa Aktif mencoba bunuh diri engan cara: a. gantung diri b. minum racun c. memotong urat nadi d. menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi 2. Mengalami tanda-tanda depresi 3. Mempunyai rencana bunuh diri yang spesifik 4. Menyiapkan alat untuk bunuh diri (pistol, pisau, silet, dll) 1. Aktif memikirkan rencana bunuh 1. Mungkin sudah memiliki ide diri, namun tidak disertai dengan untuk mengakhiri hidupnya, percobaan bunuh diri namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh 2. Mengatakan ingin bunuh diri diri namun tanpa rencana yang spesifik 2. Mengungkapkan perasaan seperti 3. Menarik diri dari pergaulan sosial rasa bersalah / sedih / marah / putus asa / tidak berdaya 3. Mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah 4. Mengatakan: “Tolong jaga anakanak karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 1. 4 Risiko bunuh diri 5 Panik 6 Gejala putus zat 7 Over dosis zat adiktif Perilaku kacau Persepsi sangat sempit Tidak mampu menerima informasi Tidak sadar lingkungan Perilaku agak kacau Persepsi hanya yang nyata Mampu berkomunikasi terbatas Sadar lingkungan terbatas Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa 8 9 Defisit perawatan diri Isolasi sosial 1. Sama sekali tidak mau dan mampu melakukan perawatan diri 2. Perilaku kacau 3. Tidak mampu mengikuti perintah 1. Mampu melakukan kebersihan diri tetapi tidak mau 2. Perilaku masih bisa diarahkan 3. Praktek kebersihan diri hanya jika diingatkan 1. Mau berinisiatif melakukan perawatan diri hanya dengan bimbingan 2. Perilaku masih bisa diarahkan 3. Kadang-kadang tidak melakukan kebersihan diri dengan rutin 1. Kontak sosial sangat kurang 2. Katatonia 3. Sama sekali atau kurang sekali dalam kontak verbal 1. Kontak sosial sangat terbatas, hanya dengan orang yang sangat dekat 2. Komunikasi verbal sangat terbatas 3. Aktivitas fisik hanya terbatas untuk kebutuhan dasar fisik 1. Kontak verbal masih sangat terbatas 2. Sudah mau berinteraksi walaupun sangat terbatas 3. Aktifitas fisik sudah makin sering dilakukan Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa KONSEP MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL MPKP A. Definisi Model praktek keperawatan profesional atau MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses, nilainilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menunjang asuhan tersebut. (Hoffart & Woods, 1996 dalam Huber, 2010). B. Pilar – Pilar MPKP 4 Pilar – pilar Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) Model praktek keperawatan profesional terdiri dari 4 pilar diantaranya: (Keliat, 2012). Pilar I yaitu Pendekatan Manajemen Keperawatan MPKP mensyaratkan pendekatan manajemen sebagai pilar praktek keperawatan profesional yang pertama. Pada pilar I terdiri dari: 1. Perencanaan Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian,bulanan,dan tahunan) 2. Pengorganisasian yaitu kegiatan dan tenaga perawat. Merupakan pengelompokaan aktifitas untuk mencapai tujuan melalui struktur organisasi MPKP, menyusun daftar dinas, menyusun daftar alokasi asuhan keperawatan pasien. 3. Pengarahan yaitu bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan manajsemen konflik Pendelegasian Melakukan pekerjaan melalui orang lain dalam pengorganisasian, pendelegasian dilakukan agar aktifitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Pendelegasian dilakukan melalui proses: - Buat rencana tugas yang dituntaskan - Identifikasi keterampilan dan tingkatkan pengetahuan yang diperlakukan untuk melaksanakan tugas - Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan - Evaluasi kerja setelah tugas selesai - Pendelegasian terdiri dari tugas dan wewenang Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa Supervisi Proses memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi, dengan cara melakukan pelaksanaan terhadap pelaksanaan kegiatan. Penerapan supervisi di MPKP adalah: - Kepala seksi keperawatan atau konsultan melakukan pengawasan terhadap kepala ruangan. - Kepala ruangan melakukan pengawasan terhadap ketua tim dan perawat pelaksana. - Ketua tim melakukan pengawasan kepasa perawat pelaksana. Komunikasi efektif Fungsi pokok manajemen, komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu kelancaran organisasi dalam mencapai tujuan organisasi (Swanbrug, 2000) Penerapan organisasi di Model praktek keperawatan profesional antara lain: - Pre konferens Komunikasi ketua tim dengan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shif tersebut dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab. - Operan Komunikasi serah terima anta shif pagi, siang dan malam. - Post konferens Komunikasi ketua tim dengan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shif sebelum operan kepada shif berikutnya. Manajemen konflik Perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan orang lain. Perbedaan konflik mudah terjadi demikian juga diruang MPKP maka perlu dibudidayakan upaya-upaya mengantisipasi konflik antara petugas tim. Cara – cara penanganan konflik melalui: - Berkolaborasi, yaitu upaya yang ditempuh untuk memuaskan kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Cara ini adalah salah satu bentuk kerja sama, berbagai pihak yang terlibat konflik, didorong menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari dan menemukan persamaan kepentingan dan bukan perbedaan. Situasi yang diinginkan adalah tidak ada satu pihakpun yang dirugikan. Istilah lain cara penyelesaian konflik ini adalah win – win solution. - Berkompromi, yaitu cara penyelesaian konflik dimana semua pihak yang berkonflik mengorbankan kepentingannya demi terjaminnya keharmonisan hubungan kedua belah pihak tersebut. dalam upaya ini tidak ada salah satu pihak yang menang atau kalah. Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa Istilah lain cara penyelesaian konflik ini adalah lose – lose solution. Dimana masing – masing pihak akan mengorbankan kepentingannya agar hubungan yang dijalin tetap harmonis. Pilar II yaitu sistem penghargaan pada tenaga keperawatan. Kemampuan perawat melakukan praktek profesional perlu dipertahankan dan ditingkatkan melalui manajemen sumber daya manusia, sehingga perawat mendapatkan kompensasi berupa penghargaan sesuai dengan apa yang dikerjakan (Nursalam, 2007). Sistem penghargaan ini melalui proses rekruitmen, seleksi kerja, orientasi, penilaian kinerja dan pengembangan staff perawat. 1) Proses rekruitmen Penentuan perawat yang dibutuhkan diruang MPKP yang mempunyai kriteria: 2) a) Kepala ruangan b) Ketua tim c) Perawat pelaksana Kerja orientasi Perawat yang akan bekerja di ruang MPKP harus melalui masa orientasi yang disebut pelatihan awal sebelum bekerja pada unit kerja MPKP. 3) Penilaian kerja. Penilaian kinerja di ruang MPKP ditujukan pada kepala ruangan, ketua tim, perawat pelaksana menggunakan supervsi baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 4) Pengembangan staf Membantu masing-masing perawat mencapai kinerja sesuai dengan posisi dan untuk penghargaan terhadap kemampuan profesional, bentuk pengembangan karir, pendidikan berkelanjutan dari D3 ke S1. Pilar III yaitu hubungan profesional komunikasi horizontal antara kepala ruangan dengan ketua tim dan perawat pelaksana serta antara ketua tim dengan perawat pelaksana. Komunikasi diagonal yang dilakukan perawat dengan profesi lainnya. Hubungan profesional di ruang Model Praktek Keperawatan profesional adalah: 1) Rapat perawat ruangan 2) Pere dan post konferens 3) Rapat tim kesehatan 4) Visit dokter Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa Pilar IV Manajemen asuhan keperawatan, yaitu memberikan asuhan keperawatan pada pasien secara sistematis dan terorganisir. Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien. KONSEP CONSULTANT LIAISON MENTAL HEALTH NURSING (CLMHN) A. Definisi Consultant Liaison Mental Health Nursing-CLMHN (Konsultan penghubung keperawatan kesehatan mental) merupakan pelayanan kesehatan jiwa integratif yang diberikan kepada seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan dan masalah kesehatan jiwa lainnya yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum. B. Tujuan Tujuan Consultant Liaison Mental Health Nursing yaitu untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara holistik dan optimal dengan mendemonstrasikan dan mengajarkan konsep kesehatan mental dan mengaplikasikan dalam praktek; merespon peningkatan penghargaan yang penting dalam hubungan psikofisiologi yang berdampak pada penyakit fisik, proses penyembuhan, dan sehat C. Manfaat Memberikan konsultasi kepada klien gangguan fisik yang berobat ke rumah sakit umum bukan berada di unit psikiatri. Serta memberikan asuhan keperawatan difokuskan kepada masalah biologsi, pikiran, emosi, psikologis, spiritual, sosial, dan lingkungan klien. Asuhan keperawatan yang diberikan pada pendekatan consultation liaison mental health nursing berfokus pada diagnosis keperawatan seperti ansietas, HDR situasional, gangguan citra tubuh, berduka, keputusasaan, ansietas, ketidakberdayaan, resiko penyimpangan perilaku sehat, koping tidak efektif, koping keluarga tidak efektif, sindroma post trauma, serta penampilan peran tidak efektif Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa D. Komponen: 1. Edukasi: aspek psikososial (manajemen masalah, program training tenaga keperawatan secara reguler); pendidikan tentang ansietas, depresi 2. Riset: hasil asuhan keperawatan yang dilakukan langsung (terapi) dan tidak langsung (konsultasi, edukasi, supervisi) 3. Konsultasi a. Pembagian konsultasi: klinis (fokus pada kesehatan mental klien, asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien) dan organisasi (isu profesional, faktor sistemik: keluarga, kelompok, masyarakat) b. Komponen: pengkajian kesehatan mental, treatmen psikologis, pemberian umpan balik 4. Supervisi 5. Dukungan: dukungan pada sistem klien dan dukungan pada tim pemberi pelayanan kesehatan E. Kemampuan yang diharapkan dalam pelatihan CLMHN yang dilakukan oleh perawatan yaitu sikap caring, pelayanan prima, komunikasi efektif dan terapeutik serta memberikan asuhan keperawatan psikososial F. Pemberdayaan keluarga yang berperan sebagai pelaku rawat diperlukan untuk mencapai self care pada saat klien pulang, namun keluarga sering mengalami ansietas khususnya penyakit akut dan atau kronik. Untuk itu keluarga juga merupakan target asuhan keperawatan agar memiliki ketahanan dan kekuatan dalam merawat klien DAFTAR PUSTAKA Keliat, Budi Anna, dkk. (2019). Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC Ahsan, Ahsan & Lestari, Retno. (2017). Developing Primary Liaison Psychiatric Services for HIV/AIDS Patients in Community. International Journal of Public Health Science (IJPHS). Vol.6 (3) : 251-256 Krisnawati. (2017) . Literature Review Empat Pilar Metode Keperawatan Profesional.Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Rochdiat M, W., Keliat, BA., Yulia W, I. (2016). Efektifitas Terapi Kognitif dan Logoterapi Dalam Asuhan Keperawatan Klien HDR Situasional Dan Ketidakberdayaan Melalui Pendekatan Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa Konsep Stress Adaptasi Stuart Di RSUP Persahabatan Jakarta. Jurnal Medika Respati. Vol 9(1) : 71-82. Yusuf, AH., PK, Rizky Fitryasari., Nihayati, HE. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika Widuri, Endang., Keliat, Budi Anna & Daulima, Novi H.C. (2015). Pelaksanaan Terapi Kognitif Dan Psikoedukasi Keluarga Terhadap Ansietas Pada Klien Penyakit Kronik Dengan Pendekatan Model Konsep Adaptasi Roy. Jurnal Keperawatan Jiwa. Vol 3 (1) : 1-5. Keliat, BA. (2012). Kontribusi Keperawatan Kesehatan Jiwa. (www.budiannakeliat.com) Wahyuningsih, SA. (2012). Manajemen Asuhan Keperawatan Ansietas Pada Klien Gangguan Fisik Dengan Pemberian Terapi Thought Stopping, Relaksasi Progresif, dan Psikoedukasi di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia Keliat, B.A. (2012). Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC Huber, D. (2010). Leadership and Nursing Care Management (4rd ed). USA: Saunders elsevier Keliat, BA, dkk. (2008). Modul Unit Perawatan Intensif Psikiatri. Jakarta: Tidak diterbitkan Erikson, martin salzmann, et.al. (2008). The core characteristics and nursing care activities in psychiatric intensive care units in Sweden. International journal of mental health nursing.17(2008):98-107 Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan dan Aplikasinya. Jakarta: Salemba Medika Siagian, Sondang P. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakata: Bumi aksara Swanburg, Russel C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Perawatan Klinis. Jakarta: EGC