Uploaded by User55222

R2TN2014SEME

advertisement
SAMBUTAN KEPALA BADAN POM RI
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga sampai saat ini Badan POM dapat
menunjukkan kinerja pengawasan obat dan makanan yang hasilnya dituangkan dalam Report to
the Nation : Laporan Kinerja Pengawasan Obat dan Makanan Tahun 2014*. Buku ini diharapkan
dapat menjadi sumber informasi bagi Kementerian/Lembaga dan masyarakat yang memerlukan
informasi tentang hasil pengawasan Obat dan Makanan.
Pengawasan obat dan makanan merupakan bagian integral dari upaya pembangunan kesehatan
di Indonesia. Misi Badan POM dalam melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan yang
membahayakan kesehatan dituangkan dalam sistem pengawasan full spectrum mulai dari premarket hingga post-market control yang disertai dengan upaya penegakan hukum dan
pemberdayaan masyarakat (community empowerment). Dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya, Badan POM tidak dapat bertindak sebagai single player. Kerja sama dengan berbagai
lintas sektor terutama Pemerintah Daerah diperlukan untuk memperluas cakupan pengawasan
obat dan makanan.
Semoga buku ini dapat menjadi gambaran kinerja Badan Pengawas Obat dan Makanan RI agar
tercipta pemahaman dan kerja sama dengan semua lintas sektor terkait, demi terlaksananya
pengawasan Obat dan Makanan yang efektif dalam rangka melindungi masyarakat dari Obat
dan Makanan yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, manfaat/ khasiat, dan mutu.
Jakarta, April 2015
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI
TTD
Dr. Roy A. Sparringa, M.App.Sc
NIP. 19620501 198703 1 002
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
i
DAFTAR ISI
Sambutan Kepala Badan POM R.I...................................................................................
i
Daftar Isi...........................................................................................................................
ii
Daftar Gambar…………………………………………………………………………………
iv
Pendahuluan ...................................................................................................................
1
I.
Hasil Pengawasan Keamanan, Khasiat dan Mutu Produk Terapetik/ Obat ............
3
II.
Hasil Pengawasan Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Produk Tembakau
(Rokok) ....................................................................................................................
ii
9
III. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) ..................................................................
11
IV. Hasil Pengawasan Keamanan, Manfaat dan Mutu Obat Tradisional ......................
12
V. Hasil Pengawasan Keamanan, Manfaat dan Mutu Produk Suplemen Kesehatan. .
17
VI. Hasil Pengawasan Keamanan, Manfaat dan Mutu Produk Kosmetika....................
22
VII. Hasil Operasi Pengawasan Keamanan dan Mutu Produk Pangan.........................
26
VIII. Hasil Investigasi Awal dan Penyidikan Kasus Tindak Pidana di Bidang Obat dan
38
Makanan...................................................................................................................
33
IX. Pengembangan Riset di Bidang Obat dan Makanan...............................................
34
X. Peningkatan Pengawasan Pengembangan Jamu dan Obat Asli Indonesia............
35
XI. Pemusnahan Obat dan Makanan Ilegal…………….…………..…………………….
38
XII. Operasi Gabungan Daerah (OBGABDA)…….…………………..…………………...
38
XIII. Operasi Pangea VII………………………………………………………………………
39
XIV. Operasi Storm V ………………………………………………………………………….
41
XV. Operasi Gabungan Nasional (OBGABNAS) ………….………………………………
42
XVI. Optimalisasi Pemberdayaan Mitra Kerja dan Masyarakat………………………......
43
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
1. Publikasi Hasil-hasil Pengawasan dalam bentuk Siaran Pers/Peringatan
Publik, Pameran dan Wawancara........................................................................
43
2. Penyebaran Informasi Obat dan Makanan melalui Talkshow di Media
Elektronik ………………………………………………………………………………
47
3. Penyebaran Informasi Obat dan Makanan melalui Wawancara Dengan Media.
49
4. Penyebaran Informasi Obat dan Makanan melalui Pameran.……………………
55
5. Penyebaran Informasi Obat dan Makanan melalui Talkshow “Badan POM
Sahabat Ibu”……………………………………………………………………………
58
6. Layanan Pengaduan Konsumen dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi
(KIE).....................................................................................................................
61
XVII. Perkuatan Peraturan Perundang-undangan Pengawasan Obat dan Makanan...
63
XVIII. Standardisasi……………………………………………………………………………
64
XIX. Layanan Bantuan Hukum (Legal Management)…..………………………………..
67
XX.
Pengembangan e-Government Badan POM ……………………………………….
68
XXI. Layanan Perpustakaan ………………………………………………………………..
70
XXII. Human Capital Manajemen (HCM)…………………………………………………...
71
XXIII. Kerjasama Internasional……………………………………………………………….
72
Penutup............................................................................................................................
73
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Profil Registrasi Obat Baru dan Produk Biologi Tahun 2014 ...........………............ 4
Gambar 2.
Profil Registrasi Obat Copy Tahun 2014 ...........…………………………….............. 4
Gambar 3.
Profil Registrasi Variasi Tahun 2014 ...........……………………………………......... 5
Gambar 4.
Profil Sampling dan Pengujian Obat Tahun 2014...............……………………........ 6
Gambar 5.
Profil Ketepatan Waktu Registrasi Obat Tradisional Tahun 2014.............……....... 13
Gambar 6.
Profil Sampling dan Pengujian Obat Tradisional Tahun 2014.............………......... 14
Gambar 7.
Profil Pemeriksaan Sarana IOT, UKOT dan UMOT Tahun 2014…………………
15
Gambar 8.
Profil Pemeriksaan Sarana Distribusi Obat Tradisional Tahun 2014………………
16
Gambar 9.
Profil Ketepatan Waktu Registrasi Suplemen Kesehatan Tahun 2014……………
18
Gambar 10.
Profil Sampling dan Pengujijan Suplemen Kesehatan Tahun 2014............…......... 19
Gambar 11.
Profil Pemeriksaan Sarana Distribusi Suplemen Kesehatan Tahun 2014............... 20
Gambar 12.
Profil Ketepatan Waktu Notifikasi Kosmetik Tahun 2014.............……………......... 22
Gambar 13.
Profil Sampling dan Pengujian Kosmetik Tahun 2014............…………………....... 23
Gambar 14.
Profil Pemeriksaan Sarana Produksi Kosmetik Tahun 2014…………..................... 24
Gambar 15.
Profil Pemeriksaan Sarana Distribusi Kosmetik Tahun 2014……….......................
Gambar 16.
Profil Ketepatan waktu Registrasi Pangan (pelayanan secara manual dan e-
25
registration) Tahun 2014…....................................................................................... 27
iv
Gambar 17.
Profil Sampling dan Pengujian Pangan Tahun 2014…........………………….........
28
Gambar 18.
Profil Pemeriksaan Sarana Produksi MD Tahun 2014)..........………… …….........
30
Gambar 19.
Profil Pemeriksaan Sarana Produksi IRTP Tahun 2014.............………………......
30
Gambar 20.
Profil Pemeriksaan Sarana Distribusi Pangan Tahun 2014............………….........
31
Gambar 21.
Hasil Investigasi Awal dan Penyidikan Kasus Tindak Pidana Tahun 2014............
34
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
v
REPORT TO THE NATION :
LAPORAN KINERJA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI
TAHUN 2014*
PENDAHULUAN
Pengawasan Obat dan Makanan sebagai
bagian dari pembangunan kesehatan, harus
dapat mengantisipasi secara cepat dan tepat
dinamika
lingkungan
strategis
yang
berpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung pada sistem pengawasan Obat dan
Makanan.
Dalam
upaya
meningkatkan
perlindungan kesehatan masyarakat dari risiko
produk Obat dan Makanan yang tidak
memenuhi syarat, palsu, dan ilegal, Badan
POM senantiasa berupaya memperkuat
Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
(SisPOM) yang komprehensif dan konsisten
dengan Arah Kebijakan yang ditetapkan.
Kerangka Konsep SisPOM
1. Sub Sistem Pengawasan Produsen
Sistem pengawasan internal oleh produsen melalui
pelaksanaan cara produksi yang baik.
2. Sub Sistem Pengawasan Pemerintah
Sistem pengawasan pre dan post market oleh pemerintah
melalui
pengaturan
dan
standardisasi;
penilaian
keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk sebelum
beredar; sertifikasi sarana produksi, inspeksi/audit sarana
produksi dan disribusi; pengawasan penandaan, sampling
dan pengujian laboratorium produk yang beredar; serta
peringatan kepada publik, pengamanan pasar dalam
negeri dari produk obat dan makanan yang tidak
memenuhi syarat, mutu, dan ilegal/palsu yang didukung
penegakan hukum.
3. Sub Sistem Pengawasan Konsumen
Sistem pengawasan oleh masyarakat melalui peningkatan
kesadaran tentang kualitas produk yang digunakan,
sehingga mampu melindungi diri dari produk yang berisiko
terhadap kesehatan.
Arah Kebijakan Badan POM RI Tahun 2014
Peningkatan efektifitas pengawasan obat dan makanan dalam rangka peningkatan keamanan, manfaat/khasiat
dan mutu obat dan makanan, melalui:
1. penyusunan standar, regulasi dan pedoman pengawasan obat dan makanan serta dukungan regulatori
kepada pelaku usaha untuk pemenuhan standar dan ketentuan yang berlaku;
2. peningkatan evaluasi pre market obat dan makanan yang diselesaikan tepat waktu;
3. peningkatan sarana produksi dan distribusi obat dan makanan yang memenuhi Standar GMP/GDP;
4. peningkatan pengawasan obat dan makanan di seluruh Indonesia oleh 31 BB/BPOM;
5. penguatan kapasitas laboratorium Badan POM;
6. peningkatan investigasi awal dan penyidikan kasus di bidang obat dan makanan;
7. peningkatan pengawasan pada produk garam dan tepung terigu yang wajib difortifikasi;
8. peningkatan implementasi reformasi birokrasi melalui peningkatan layanan publik dan akuntabilitas kinerja;
9. pengembangan tenaga pengawas obat dan makanan;
10. peningkatan KIE dalam rangka memperluas cakupan pengawasan obat dan makanan.
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
1
Memasuki era perdagangan bebas, maka potensi dan peluang ekspor akan terbuka luas. Namun
pada saat yang sama, pasar Indonesia akan dibanjiri dengan produk impor. Badan POM
berupaya meningkatkan daya saing produk Obat dan Makanan di pasar lokal maupun global
dengan memberikan bimbingan teknis/dukungan regulatory kepada pelaku usaha bidang Obat
dan Makanan dalam pemenuhan standar dan ketentuan yang berlaku. Untuk mendukung tugas
fungsi, Badan POM terus berupaya meningkatkan profesionalisme, transparansi, dan
akuntabilitas pelayanan publik Badan POM dan pelaksanaan pengawasan agar Good
Governance and Clean Government terwujud.
Fokus Prioritas Badan POM Tahun 2014
1. Revitalisasi Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal
2. Peningkatan Efektifitas Pengawasan Obat dan Makanan Melalui Perkuatan Balai POM
3. Implementasi Reformasi Birokrasi, Quality Management System (QMS), dan Sistem Pengendalian
Internal Pemerintah (SPIP)
4. Pelaksanaan Kebijakan Baru (Pengujian Nikotin, Tar; Pengujian Zat Fortifikasi)
5. Antisipasi Tindak Lanjut MDGs dan Global Development Framework
6. Penerapan GNWOMI di Seluruh Indonesia
7. Pemberdayaan Masyarakat Melalui KIE
8. Pelaksanaan Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya
9. Pelaksanaan Program Food Safety Masuk Desa
10. Peningkatan Daya Saing Produk Ekspor Melalui Peningkatan Mutu dan Keamanan Obat dan
Makanan
Tahun 2014 merupakan tahun terakhir pelaksanaan Renstra Badan POM Tahun 2010 – 2014.
Secara umum, kinerja Badan POM mengalami tren peningkatan. Namun demikian, masih
terdapat beberapa kegiatan yang tidak memenuhi target kinerja yang ditetapkan. Beberapa
kendala internal yang dihadapi Badan POM antara lain peningkatan jumlah berkas
pendaftaran/registrasi Obat dan Makanan tidak didukung dengan penambahan SDM dan sarana
prasarana yang kurang memadai. Selain itu, tantangan pengawasan Obat dan Makanan antara
lain menghadapi MEA, globalisasi, perubahan lingkungan strategis, tuntutan pengamanan pasar
dalam negeri semakin gencar, penerapan harmonisasi ASEAN bidang kosmetik berdampak pada
kemudahan mendapatkan nomor notifikasi tanpa disertai kepatuhan terhadap peraturan/
ketentuan, ekspektasi masyarakat terhadap perlindungan kesehatan semakin meningkat,
mengakibatkan Badan POM harus melakukan refokusing pengawasan selama tahun 2014,
misalnya memperluas jenis kosmetik yang disampling dan diuji, peningkatan bimbingan teknis
dan pendampingan kepada pelaku usaha bidang kosmetika, meningkatkan jumlah sarana
2
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
produksi dan distribusi pangan yang diperiksa, meningkatkan jumlah sarana produksi OT yang
diperiksa, dan lain-lain.
I.
Hasil Pengawasan Keamanan, Khasiat dan Mutu Produk Terapetik/Obat

Penilaian pre-market terhadap keamanan, khasiat dan
mutu serta pemberian keputusan registrasi obat copy (sejenis),
obat baru dan produk biologi, serta registrasi variasi sesuai batas
waktu yang ditetapkan.

Selama tahun 2014, Badan POM telah menerbitkan 5.876
keputusan registrasi obat copy, obat baru dan produk biologi,
renewal serta variasi, meliputi 235 (33,05%) dari 711 berkas Obat
Baru dan Produk Biologi yang masuk, 808 (59,63%) dari 1.355
berkas obat copy yang masuk, dan 1.329 (63,29%) dari 2.100 berkas Registrasi Renewal
yang masuk serta 3.504 keputusan (58,09%) dari 6.032 berkas registrasi variasi Obat dan
Produk Biologi yang masuk.

Dari 235 keputusan yang diterbitkan untuk obat baru dan produk biologi, 80 merupakan
persetujuan izin edar. Keputusan yang memenuhi ketepatan waktu evaluasi 105 (44,68%).
Dibandingkan dengan tahun 2013, jumlah berkas yang masuk mengalami peningkatan
sebanyak 92 berkas, sedangkan ketepatan waktu mengalami penurunan sebesar 19,67%.

Dari 808 keputusan yang diterbitkan untuk obat copy, 772 merupakan persetujuan izin edar.
Keputusan yang memenuhi ketepatan waktu evaluasi 367 (45,42%). Apabila dibandingkan
dengan tahun 2013, jumlah berkas obat copy yang masuk mengalami penurunan sebanyak
262 berkas, sedangkan ketepatan waktu mengalami peningkatan sebesar 5,52%.

Dari 3.504 keputusan yang diterbitkan untuk registrasi variasi obat dan produk biologi, 2.883
merupakan persetujuan. Keputusan yang memenuhi ketepatan waktu evaluasi 1.460
(41,67%). Dibandingkan dengan tahun 2013, jumlah berkas masuk menurun sebanyak
1.459 berkas, sedangkan ketepatan waktu juga mengalami penurunan sebesar 16,28%.

Dari 1.329 keputusan yang diterbitkan untuk registrasi renewal, 1.089 merupakan
persetujuan izin edar.
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
3
Gambar 1. Profil Registrasi Obat Baru dan Produk Biologi Tahun 2014
Evaluasi Obat Baru
dan Produk Biologi
Obat baru adalah obat dengan zat aktif
baru, zat tambahan baru, bentuk
sediaan
baru,
kekuatan
baru,
kombinasi baru yang belum pernah
disetujui di Indonesia. Evaluasi Obat
baru meliputi evaluasi terhadap aspek
khasiat dan keamanan berdasarkan
data ilmiah yang diserahkan, berupa
data preklinik, data klinik serta data
penunjang lain. Mutu obat dinilai
terhadap proses produksi sesuai Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB),
spesifikasi dan metode pengujian
terhadap semua bahan baku, produk
obat dan bahan kemasan. Evaluasi
juga dilakukan terhadap informasi obat
dan label.
Gambar 2. Profil Registrasi Obat Copy Tahun 2014
Evaluasi Obat Copy
Obat copy atau obat generik,
adalah obat yang mengandung
zat aktif dengan kekuatan,
bentuk sediaan, rute pemberian,
indikasi dan posologi sama
dengan obat baru yang sudah
disetujui di Indonesia. Evaluasi
obat copy ditekankan pada aspek
mutu
dan
data
ekivalensi
terhadap obat baru (inovator) dan
kebenaran informasi produk.
4
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
Gambar 3. Profil Registrasi Variasi Tahun 2014
Pelaksanaan Registrasi
Variasi Obat dan
Produk Biologi
Variasi adalah perubahan
terhadap aspek apapun pada
produk terapetik, termasuk
tetapi tidak terbatas pada
perubahan formulasi,
metoda, manufaktur,
spesifikasi obat dan bahan
baku, wadah, kemasan dan
penandaan.
Walaupun terjadi penurunan ketepatan waktu registrasi, namun apabila dilihat dari jumlah
keputusan yang diterbitkan, terdapat peningkatan dibandingkan dengan tahun 2013, baik
untuk obat baru dan produk biologi, obat copy, dan registrasi variasi. Penurunan ketepatan
waktu registrasi karena beban carry over berkas registrasi dari tahun sebelumnya
sedangkan jumlah SDM sebagai evaluator tidak sebanding dengan beban kerja.
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
5

Pengawasan post-market sampai dengan tahun 2014 melalui sampling dan
pengujian laboratorium atas obat (termasuk Narkotika dan Psikotropika) yang beredar
dengan hasil 99,20% obat Memenuhi Syarat (MS) dan 0,80% Tidak Memenuhi Syarat (TMS)
dari 15.418 sampel. Hal ini telah ditindaklanjuti dengan peringatan dan penarikan dari
peredaran (recall). Dibandingkan dengan tahun 2013, jumlah sampel yang TMS meningkat
sebesar 0,21%.
Gambar 4. Profil Sampling dan Pengujian Obat Tahun 2014
6
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara

Pemeriksaan pre dan post market terhadap sarana produksi dilakukan utamanya untuk
menjamin kepatuhan implementasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

Sampai dengan tahun 2014* telah dilakukan inspeksi sebanyak 115 kali terhadap 2 calon
Industri Farmasi (IF), 104 IF (terdapat 1 IF yang diinspeksi 3 kali dan terdapat 6 IF yang
diinspeksi 2 kali) dan 1 Laboratorium Cell Punca terdiri dari:
 Inspeksi rutin 75 kali terhadap 73 IF;
 Inspeksi rutin sekaligus sertifikasi 3 kali terhadap 3 IF;
 Inspeksi dalam rangka rekomendasi Izin Industri Farmasi (IIF) sekaligus Sertifikasi
CPOB terhadap 2 calon IF;
 Sertifikasi 17 kali terhadap 14 IF dan 1 Laboratorium Cell Punca;
 Audit komperehensif 4 kali terhadap 4 IF;
 Pemusnahan produk dan lain-lain 14 kali terhadap 12 IF.

Tindak lanjut terhadap hasil inspeksi :
Inspeksi pre-market
Inspeksi post-market
(dalam rangka sertifikasi)
- 1
Rekomendasi
IIF,  Inspeksi rutin: tindak lanjut berupa perbaikan sebanyak 38;
Persetujuan
diberikan sanksi administratif terhadap IF yang Tidak
Penggunaan
Fasilitas
Memenuhi Ketentuan (TMK) berupa:
dan Sertifikat CPOB
 Peringatan (P) sebanyak 8;
untuk 1 calon IF;
 Peringatan Keras (PK) sebanyak 1;
- 1 Rekomendasi IIF dan
 Peringatan (P) sekaligus Peringatan Keras (PK) sebanyak
Persetujuan
2;
Penggunaan
Fasilitas
 Peringatan (P) sekaligus Larangan Produksi Suplemen
untuk 1 calon IF;
Makanan sampai terbit Sertifikat CPOB dan Persetujuan
- Penerbitan 12 Sertifikat
Penggunaan Fasilitas Bersama sebanyak 1;
CPOB untuk 6 IF;
 Peringatan Keras (PK) sekaligus Larangan Produksi Obat
- Penerbitan
2
sebanyak 2;
Persetujuan Perubahan
 Peringatan Keras (PK) dan perintah penarikan kembali
untuk 2 IF; serta
produk sebanyak 1;
- Permintaan
untuk
 Rekomendasi Pencabutan Izin Industri Farmasi (IIF),
menyampaikan
Sertifikat CPOB dan Nomor Izin Edar (NIE) sebanyak 1;
perbaikan sebanyak 9 IF
 Rekomendasi Pencabutan Nomor Izin Edar (NIE)
dan 1 Laboratorium Cell
sebanyak 2.
Punca.
 Terhadap 2 IF diminta untuk Menyampaikan Timetable
Peralihan Menjadi Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT);
 Terhadap 1 IF tidak diberikan tindak lanjut karena
merupakan monitoring terhadap kepatuhan sanksi;
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
7
Inspeksi pre-market
(dalam rangka sertifikasi)
Inspeksi post-market


Serta 19 masih dalam proses.
Audit komprehensif: 1 IF diminta untuk melakukan perbaikan
dan 3 IF diberikan sanksi administratif berupa 1
Rekomendasi Pembekuan Izin Industri Farmasi sekaligus
Pembekuan Sertifikat CPOB; 1 ditindaklanjuti sesuai
prosedur penyidikan oleh PPNS Badan POM; dan 1
larangan produksi.

Terhadap baseline data (202 IF) pada tahun 2013 sebanyak 158 Industri Farmasi telah
memiliki sertifikat CPOB terkini dan sampai dengan tahun 2014* meningkat menjadi 169
Industri Farmasi.

Pengawasan rutin post market terhadap penerapan Cara Distribusi Obat yang Baik
(CDOB) pada sarana distribusi. Sampai dengan tahun 2014, dari 9.505 sarana distribusi
yang diperiksa, terdapat 16,28% sarana yang Tidak Memenuhi Ketentuan (TMK) dengan
rincian sebagaimana tabel berikut :
Sarana
PBF
Sarana Pelayanan Kesehatan**
% Sarana TMK
Tahun 2014
17,75%
16,09%
**Sarana Pelayanan Kesehatan mencakup apotek, toko obat, instalasi farmasi Rumah Sakit,
klinik/balai pengobatan, dan puskesmas

8
Pelanggaran yang dilakukan oleh PBF telah ditindaklanjuti dengan sanksi peringatan,
peringatan keras, penghentian sementara kegiatan, dan rekomendasi pencabutan izin
sarana. Untuk pelanggaran yang dilakukan oleh Apotek, Toko Obat dan Sarana
Pelayanan Kesehatan lainnya telah ditindaklanjuti dengan rekomendasi ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota untuk diberikan sanksi berupa pembinaan, peringatan,
peringatan keras, penghentian sementara kegiatan, dan pencabutan izin sarana.
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
II.

Dalam rangka pengawasan importasi obat, Badan POM telah mengevaluasi
pengajuan Surat Keterangan Impor (SKI). Sampai dengan tahun 2014 diterbitkan
sejumlah 27.243 rekomendasi untuk berbagai komoditi antara lain bahan kimia, vaksin,
bahan baku pembanding, obat jadi impor, bahan baku tambahan obat, bahan baku obat
dan analisis laboratorium.

Pre-review rancangan iklan. Sampai dengan tahun 2014, dari 415 permohonan
rancangan iklan obat diterbitkan keputusan : disetujui 301 (72,53%), 38 (9,16%) ditolak
dan 76 (18,31%) memerlukan perbaikan. Apabila dibandingkan dengan dengan tahun
2013, terjadi peningkatan jumlah persetujuan sebesar 1,03%.

Selain pengawasan iklan obat sebelum beredar, juga dilakukan pengawasan iklan
obat sesudah beredar (post-review) pada beberapa jenis media antara lain media
cetak, luar ruang, televisi dan radio dengan total hasil pengawasan sejumlah 3.104 iklan
obat. Hasil pengawasan yaitu 377 (12,15%) iklan tidak memenuhi ketentuan (TMK) dan
telah ditindaklanjuti dengan Peringatan sejumlah 359 (11,57%) iklan dan Peringatan
Keras sejumlah 18 (0,58%) iklan. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi
peningkatan iklan obat yang TMK sebesar 0,04%. Peningkatan tersebut salah satunya
disebabkan oleh iklan obat yang belum disetujui oleh Badan POM namun telah beredar.
Untuk mengurangi hal tersebut, Badan POM telah membangun Sistem Aplikasi
Persetujuan Iklan Obat (e-SiAPIk) secara online untuk memudahkan permohonan
persetujuan iklan obat.

Pengawasan terhadap penandaan obat beredar sampai dengan tahun 2014
menunjukkan dari 22.145 penandaan (7.783 produk obat), terdapat 127 (0,57%)
penandaan tidak memenuhi ketentuan (TMK) dan 22.018 (99,43%) penandaan
memenuhi ketentuan (MK) berdasarkan jenis penandaan dus, brosur, strip/blister, etiket,
catch cover/amplop dan ampul/vial. Dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi penurunan
penandaan obat yang TMK sebesar 0,7%.
Hasil Pengawasan Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Produk Tembakau (Rokok)

Pengawasan Narkotika, Psikotropika, Prekursor dilaksanakan melalui kegiatan audit
komprehensif dalam rangka mencegah diversi narkotika, psikotropika, prekursor dan
obat-obatan yang sering disalahgunakan dari jalur legal ke jalur ilegal. Audit
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
9
komprehensif di sarana pengelola narkotika, psikotropika, prekursor dan obat-obatan
yang sering disalahgunakan dilaksanakan dari hulu ke hilir, meliputi pemeriksaan di
Industri Farmasi, Pedagang Besar Farmasi dan Sarana Pelayanan Kesehatan. Aspek
yang diperiksa mulai dari proses importasi, produksi, distribusi dan penyerahan yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus dilengkapi dengan dokumen yang
sah dan tertelusur.
10

Selama tahun 2014, sarana produksi narkotika, psikotropika dan prekursor yang
telah diperiksa sebanyak 43 sarana dengan hasil pemeriksaan yang memenuhi
ketentuan (MK) 17 sarana (39,53%) dan Tidak Memenuhi Ketentuan (TMK) 26 (60,47%)
sarana. Terhadap 26 sarana yang TMK tersebut telah diberi sanksi peringatan keras
kepada 24 sarana (92,31%) dan penghentian sementara kegiatan kepada 2 sarana
(7,69%). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi penurunan jumlah sarana
yang TMK sebesar 27,77%.

Sarana distribusi narkotika, psikotropika dan prekursor yang telah diperiksa selama
tahun 2014 sebanyak 805 sarana dengan hasil pemeriksaan yang memenuhi ketentuan
(MK) 622 sarana (77,27%) dan tidak memenuhi ketentuan (TMK) 183 sarana (22,73%).
Terhadap sarana yang TMK tersebut telah dilakukan tindak lanjut berupa pembinaan
sejumlah 18 sarana (9,84%), peringatan sejumlah 43 sarana (23,50%), peringatan keras
sejumlah 84 sarana (45,90%), penghentian sementara kegiatan sejumlah 36 sarana
(19,67%), sedang dalam proses sejumlah 4 sarana (2,19%), dan lain-lain (berupa
rekomendasi ke Direktorat Pengawasan Distribusi PT dan PKRT, rekomendasi ke instansi
lain, pengamanan produk, dan penelusuran) sejumlah 4 sarana (2,19%). Apabila
dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi penurunan jumlah sarana yang TMK sebesar
10,07%.

Selama tahun 2014, sarana pelayanan kesehatan pengelola narkotika, psikotropika
dan prekursor yang telah diperiksa sebanyak 4.544 sarana terdiri dari 2.891 Apotek,
584 Rumah Sakit, 679 Puskesmas, 282 Gudang Farmasi, 103 Klinik/Balai
Pengobatan/Praktek Dokter, 1 lapas, dan 4 toko obat. Berdasarkan hasil pemeriksaan,
sarana yang MK sebanyak 3.541 sarana (77,93%) dan yang TMK sebanyak 1.003 sarana
(22,07%). Terhadap sarana yang TMK tersebut telah dilakukan tindak lanjut berupa
pembinaan sejumlah 266 sarana (26,34%), peringatan sejumlah 479 sarana (47,43%),
peringatan keras sejumlah 221 sarana (21,88%), Penghentian Sementara Kegiatan
sejumlah 35 sarana (3,47%), dalam proses sejumlah 5 sarana (0,50%), pencabutan izin
sejumlah 1 sarana (0,10%) dan lain-lain (berupa laporan ke Dinas Kesehatan) sejumlah 3
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
sarana (0,30%). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi penurunan jumlah
sarana yang TMK sebesar 4,38%.
III.

Dalam rangka pengawasan produk tembakau, Badan POM melakukan pengawasan
terhadap iklan dan label rokok. Selama tahun 2014, iklan rokok yang diawasi sebanyak
51.245 pada beberapa jenis media antara lain media cetak (225), luar ruang (10.055),
dan elektronik (40.965). Jumlah iklan yang memenuhi ketentuan sebanyak 19.903
(38,84%). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi peningkatan jumlah iklan
rokok yang TMK sebesar 50,33%.

Pengawasan penandaan label rokok pada periode Januari s.d. Juni 2014 dilakukan
berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2003 dengan aspek penilaian meliputi pencantuman
peringatan kesehatan berbentuk tulisan serta pencantuman kadar nikotin dan tar.
Sedangkan pada periode Juli s.d. Desember 2014, pengawasan rokok dilakukan
berdasarkan PP Nomor 109 Tahun 2012, dimana aspek penilaian meliputi pencantuman
peringatan kesehatan berbentuk tulisan dan gambar (pictorial health warning/PHW) dan
pencantuman informasi kesehatan. Hasil pengawasan penerapan PHW sejak awal
penerapan peraturan PHW hingga 31 Desember 2014 mencakup 192.013 item produk
rokok di 815 sarana. Terdapat 351 merk rokok yang beredar sudah mencantumkan PHW
yang diproduksi/ diimpor oleh 91 industri/importir rokok. Penerapan PHW menunjukkan
peningkatan kepatuhan produsen terhadap implementasi PP Nomor 109 Tahun 2012
yang semakin baik. Jika pada awal pemberlakuan PHW tanggal 24 Juni 2014 baru
mencapai 13,44 persen, maka pada bulan Desember telah mencapai rata-rata 93,30
persen yang mencantumkan PHW.
Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Dalam rangka pengawasan aspek keamanan obat pasca
pemasaran, dilakukan evaluasi efek obat yang tidak
dikehendaki, utamanya efek samping obat (ESO) yang belum
diketahui pada saat obat diberikan persetujuan ijin edar.
Jumlah laporan ESO yang diterima selama tahun 2014 adalah
2.222 laporan yang berasal dari beberapa sumber antara lain :
tenaga kesehatan 345 laporan dan dari Industri Farmasi (1.871
laporan lokal dan 6 laporan dari KIPI). Hal ini sebagai dampak
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
11
sosialisasi peran dan tanggung jawab Industri Farmasi sebagai pemegang izin edar dalam
memantau keamanan obat sesudah beredar. Di samping itu, sosialisasi ke tenaga
kesehatan juga secara rutin dilaksanakan melalui Workshop Farmakovigilans dan
penerbitan Buletin Berita MESO. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi
peningkatan sebesar 1.172 laporan. Rincian perbandingan laporan ESO yang diterima
selama tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada tabel berikut :
No.
1
2
3
4
5
6
7
Sumber Laporan
Tenaga Kesehatan
Dokter RS
Dokter Puskesmas
Apoteker
Dokter Praktek Umum
Lain-lain
Industri Farmasi
Laporan Lokal
KIPI
Jumlah
IV.
Jumlah Laporan
2013
2014
135
7
112
1
85
113
0
156
0
76
695
15
1871
6
1.050
2.222
Hasil Pengawasan Keamanan, Manfaat dan Mutu Obat Tradisional
 Pengawasan pre-market dilakukan dengan menilai
keamanan, manfaat dan mutu serta pemberian
persetujuan ijin edar produk Obat Tradisional.
 Selama tahun 2014, Badan POM telah
mengevaluasi 2.683 berkas pendaftaran obat
tradisional (OT). Dari 2.683 berkas tersebut
diberikan 2.455 surat keputusan yang terdiri dari
2.244 Surat Persetujuan (terdiri dari 1.846 produk
OT Lokal, 377 produk OT Impor dan 21 produk OT Lisensi), 155 Tambahan Data dan 56
Surat Penolakan. Jumlah keputusan pendaftaran obat tradisional yang diselesaikan tepat
waktu sebesar 54%. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, jumlah berkas yang masuk
mengalami penurunan sebesar 993 berkas dan ketepatan waktu mengalami penurunan
12
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
sebesar 18%. Penurunan ketepatan waktu registrasi disebabkan karena peraturan dan
pedoman yang tersedia belum memadai, sedangkan banyak aspek yang dinilai masih
membutuhkan kajian khusus sehingga membutuhkan waktu evaluasi yang lama. Selain itu,
belum sempurnanya sistem e-registrasi sehingga dibutuhkan sistem penilaian elektronik
yang lebih baik.
Gambar 5. Profil Ketepatan Waktu Registrasi Obat Tradisional Tahun 2014

Pengawasan post-market obat tradisional melalui sampling dan pengujian
laboratorium. Selama tahun 2014 telah dilakukan pengujian terhadap 13.030 sampel
obat tradisional (lokal dan impor). Hasil pengujian menunjukkan 3.031 (23,26%) sampel
tidak memenuhi syarat (TMS) mutu dan keamanan yaitu 1,38% sampel mengandung
Bahan Kimia Obat (BKO). Tindak lanjut yang dilakukan berupa pembinaan serta recall
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
13
dan pemusnahan produk. Dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan obat
tradisional yang TMS sebesar 2,49% dari 13.054 sampel yang diuji.
Gambar 6. Profil Sampling dan Pengujian Obat Tradisional
Tahun 2014

14
Pemeriksaan kepatuhan implementasi Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik
(CPOTB) terhadap 418 Industri Obat Tradisional (IOT), Usaha Kecil Obat Tradisional
(UKOT) dan Usaha Menengah Obat Tradisional (UMOT), menunjukkan 332 (79,43%)
IOT, UKOT dan UMOT tidak memenuhi ketentuan (TMK). Penyebab TMK yaitu 4 (0,96%)
sarana memproduksi OT mengandung BKO, 46 (11,00%) sarana memproduksi produk
TIE, 237 (56,70%) sarana belum menerapkan CPOTB, 27 (6,46%) sarana TMK
administrasi dan 18 (4,31%) sarana TMK penandaan produk. Tindak lanjut yang
dilakukan berupa pembinaan dan peringatan serta pengamanan produk TIE. Apabila
dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi peningkatan jumlah sarana yang TMK pada
IOT, UKOT dan UMOT sebesar 0,23%, diantaranya kenaikan jumlah OT mengandung
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
BKO 0,43%, sarana memproduksi produk TIE 1,13%, sarana belum menerapkan CPOTB
0,97%.
Gambar 7. Profil Pemeriksaan Sarana IOT, UKOT dan UMOT Tahun 2014

Dari pemeriksaan sarana distribusi yang dilakukan pada 2.651 sarana distribusi obat
tradisional selama tahun 2014, dihasilkan 900 (33,95%) sarana Tidak Memenuhi
Ketentuan (TMK). Tindak lanjut berupa pemusnahan OT mengandung BKO, tanpa ijin
edar dan kadaluarsa/rusak. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi penurunan
jumlah sarana yang TMK pada sarana distribusi obat tradisional sebesar 7,21%.
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
15
Gambar 8. Profil Pemeriksaan Sarana Distribusi Obat Tradisional
Tahun 2014
16

Badan POM telah mengeluarkan 125 surat keterangan ekspor (SKE) dan 1.670 surat
keterangan impor (SKI) untuk komoditi obat tradisional baik berupa produk jadi maupun
bahan baku. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi peningkatan sebesar 133
berkas pada penerbitan SKI dan 58 berkas pada penerbitan SKE.

Badan POM juga telah mengeluarkan 44 SKE dan 79 SKI untuk komoditi obat quasi
berupa produk jadi maupun bahan baku.

Untuk importasi komoditi Non Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen
berupa bahan baku, Badan POM telah mengeluarkan 4.941 SKI. Apabila dibandingkan
dengan tahun 2013, terjadi penurunan sebesar 6.199 berkas.

Selama tahun 2014, telah dilakukan pre-review terhadap 414 permohonan rancangan
iklan obat tradisional. Hasil pre-review menunjukkan sejumlah 331 (79,95%) disetujui;
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
sejumlah 83 (20,05%) ditolak karena konsep tidak relevan atau tidak sesuai dengan
indikasi yang disetujui atau berlebihan dan cenderung menyesatkan. Apabila
dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi penurunan jumlah permohonan iklan obat
tradisional yang disetujui sebesar 8,78%.
V.

Pengawasan iklan (post review) obat tradisional dilakukan terhadap beberapa jenis
media antara lain media cetak, televisi, radio, luar ruang dan leaflet/brosur sejumlah
9.188 iklan. Hasil pengawasan menunjukkan 3.629 (39,50%) iklan Tidak Memenuhi
Ketentuan (TMK) yang terdiri dari TMK di media cetak 1.611 (30,71%), di media televisi
sebesar 27 (10,23%), di media radio sebesar 1 (2,63%), di media luar ruang sebesar 106
(11,75%) dan iklan leaflet/brosur sebesar 1.884 (68,78%). Proporsi TMK terbanyak
terdapat pada pencantuman klaim yang berlebihan, ditindaklanjuti dengan penghentian
pendaftaran iklan bagi iklan yang belum di pre-review dan penghentian iklan serta
menayangkan iklan yang sesuai bagi iklan yang telah di pre-review. Apabila
dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi penurunan jumlah iklan yang TMK sebesar
23,95%.

Pengawasan terhadap penandaan obat tradisional (OT) sebanyak 3.243 produk OT
menunjukkan TMK sejumlah 1.023 (31,54%) yang terdiri dari 830 (29,40%) dari 2.823 OT
lokal yang diawasi dan 193 (45,95%) dari 420 OT impor yang diawasi. Pelanggaran
terbanyak adalah mencantumkan klaim tidak sesuai pada OT lokal dan OT impor yang di
tindaklanjuti dengan penggantian dan pemusnahan kemasan produk yang TMK, bila
masih berlanjut dapat dikenakan sanksi pembatalan ijin edar. Apabila dibandingkan
dengan tahun 2013, terjadi penurunan jumlah penandaan OT yang TMK yaitu sebesar
1,29%.
Hasil Pengawasan Keamanan, Manfaat dan Mutu Produk Suplemen Kesehatan
 Pengawasan pre-market dilakukan dengan menilai
keamanan, manfaat dan mutu serta pemberian
persetujuan ijin edar produk suplemen kesehatan.
 Selama
tahun
2014, Badan POM telah
mengevaluasi 1.128 berkas pendaftaran suplemen
kesehatan. Dari 1.128 berkas tersebut, diberikan
surat keputusan sebanyak 981 produk suplemen kesehatan yang terdiri dari 865 Surat
Persetujuan/NIE (terdiri dari suplemen kesehatan Lokal 553 produk, suplemen kesehatan
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
17
impor 283 produk dan suplemen kesehatan lisensi 29 produk), 107 Tambahan Data (TD)
dan 9 Surat Penolakan. Jumlah keputusan pendaftaran suplemen kesehatan yang
diselesaikan secara tepat waktu adalah sebesar 36%. Apabila dibandingkan dengan
tahun 2013, jumlah berkas yang masuk mengalami penurunan sebanyak 265 berkas.
Begitu pula dengan ketepatan waktu, mengalami penurunan sebesar 35,00%.
Gambar 9. Profil Ketepatan Waktu Registrasi Suplemen Kesehatan
Tahun 2014
Penurunan ketepatan waktu registrasi disebabkan karena peraturan dan pedoman yang
tersedia belum memadai, sedangkan banyak aspek yang dinilai masih membutuhkan
kajian khusus sehingga membutuhkan waktu evaluasi yang lama. Selain itu, belum
sempurnanya sistem e-registrasi sehingga dibutuhkan sistem penilaian elektronik yang
lebih baik.
18
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara

Pengawasan post-market dilakukan melalui sampling dan pengujian laboratorium
terhadap suplemen kesehatan. Sampai dengan tahun 2014, dilakukan pengujian
terhadap 5.496 sampel suplemen kesehatan, dengan hasil 107 (1,95%) sampel tidak
memenuhi syarat (TMS) mutu. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi
kenaikan suplemen kesehatan yang TMS sebesar 0,57% dari 5.728 sampel yang diuji.
Gambar 10. Profil Sampling dan Pengujian Suplemen Kesehatan
Tahun 2014

Selama tahun 2014, pemeriksaan terhadap 989 sarana distribusi suplemen
kesehatan menunjukkan bahwa terdapat 67 (6,77%) sarana tidak memenuhi ketentuan
(TMK), yang ditindaklanjuti dengan pemusnahan suplemen kesehatan mengandung
BKO, tidak terdaftar dan kadaluarsa/rusak, pembinaan, peringatan, peringatan keras dan
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
19
projustisia. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi penurunan jumlah sarana
yang TMK sebesar 7,14%.
Gambar 11. Profil Pemeriksaan Sarana Distribusi Suplemen Kesehatan
Tahun 2014
20

Selama tahun 2014 Badan POM telah mengeluarkan 369 surat keterangan ekspor (SKE)
dan 3.289 surat keterangan impor (SKI) suplemen kesehatan baik berupa produk jadi
maupun bahan baku. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi penurunan
sebesar 1.458 permohonan penerbitan SKI dan kenaikan 39 permohonan untuk
penerbitan SKE.

Selama tahun 2014 telah dilakukan pre-review terhadap 413 permohonan rancangan
iklan suplemen kesehatan dengan hasil 351 (85%) disetujui; 62 (15%) ditolak karena
konsep tidak relevan atau tidak sesuai dengan indikasi yang disetujui atau berlebihan dan
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
cenderung menyesatkan. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi peningkatan
jumlah permohonan iklan suplemen kesehatan yang disetujui sebesar 6,89%.

Pengawasan iklan (post review) suplemen kesehatan ke beberapa jenis media antara
lain media cetak, televisi, radio, luar ruang dan leaflet/ brosur sejumlah 3.234 iklan. Hasil
review menunjukkan iklan TMK sebesar 32,87% dengan rincian TMK di media cetak
sebesar 147 (34%), di televisi sebesar 46 (36%), di radio sebesar 4 (80%) dan di media
luar ruang sebesar 86 (8,42%) dan iklan di leaflet/brosur sebesar 780 (47,39%). TMK
terbanyak adalah iklan yang mencantuman klaim berlebihan karena belum dilakukan prereview. Tindak lanjut yang dilakukan adalah penghentian iklan, pendaftaran iklan, dan
menyarankan penayangan iklan sesuai yang disetujui, jika masih berlanjut dapat
dikenakan sanksi pembatalan ijin edar. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi
penurunan jumlah iklan TMK sebesar 20,65%.

Pengawasan terhadap penandaan 1.391 suplemen kesehatan menunjukkan sebesar
209 (15,03%) penandaan Tidak Memenuhi Ketentuan (TMK), terdiri dari 58 (5,63%) dari
1.030 suplemen kesehatan lokal yang diawasi dan 151 (41,83%) dari 361 suplemen
kesehatan impor yang diawasi. Pelanggaran terbanyak yang ditemukan adalah klaim
tidak sesuai untuk suplemen kesehatan lokal dan label tidak menggunakan bahasa
Indonesia untuk suplemen kesehatan impor. Pelanggaran ditindaklanjuti dengan
penggantian dan pemusnahan penandaan produk yang TMK bila masih berlanjut dapat
dikenakan sanksi pembatalan ijin edar. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi
kenaikan TMK dari penandaan suplemen sebesar 1,11%.
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
21
VI.
Hasil Pengawasan Keamanan, Manfaat dan Mutu Produk Kosmetik
 Pengawasan pre-market terhadap keamanan, manfaat dan
mutu kosmetik dilakukan melalui pemberian nomor notifikasi.
 Selama tahun 2014, Badan POM telah mengevaluasi
36.642 berkas notifikasi kosmetik dari 44.742 permohonan
notifikasi yang diterima. Surat keputusan yang diterbitkan terdiri
dari 36.642 surat persetujuan/nomor notifikasi untuk 14.849
kosmetik lokal dan 21.793 kosmetik impor.
 Penyelesaian berkas notifikasi kosmetika yang tepat waktu
mencapai 85,20%. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013,
jumlah berkas yang masuk mengalami penurunan sebesar
11.949 berkas. Begitu juga dengan ketepatan waktu mengalami peningkatan sebesar
2,20%.
90,000
80,000
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
-
Jumlah keputusan
yang diterbitkan
Jumlah berkas
masuk
Tidak tepat waktu
(%)
Tepat Waktu (%)
22
90.00%
83.00%
85.20%
Ketepatan Waktu
Jumlah Berkas
Gambar 12. Profil Ketepatan Waktu Notifikasi Kosmetik Tahun 2014
75.00%
60.00%
45.00%
17.00%
14.80%
Tahun 2013
Tahun 2014
28,661
36,642
32,793
44,742
17.00%
14.80%
83.00%
85.20%
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
30.00%
15.00%
0.00%
*Data Sementara

Pengawasan post-market dilakukan melalui sampling dan pengujian laboratorium
terhadap kosmetik. Sampai dengan tahun 2014, telah dilakukan pengujian terhadap
28.459 sampel kosmetik dengan hasil 364 (1,28%) sampel Tidak Memenuhi Syarat
(TMS) mutu dan keamanan karena mengandung bahan dan cemaran mikroba melebihi
batas kadar dan mengandung bahan dilarang/berbahaya. Tindak lanjut yang dilakukan
berupa peringatan, peringatan keras, penarikan kosmetika dari peredaran dan
pembatalan notifikasi. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi kenaikan
kosmetik yang TMS sebesar 0,34% dari 28.468 sampel yang diuji.
Gambar 13. Profil Sampling dan Pengujian Kosmetik Tahun 2014
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
23
Peningkatan persentase kosmetik yang TMS pada tahun 2014 antara lain disebabkan
karena :
1. Adanya permintaan dari konsumen terhadap kosmetik yang dapat memberikan efek
instan membuat beberapa pelaku usaha menambahkan bahan berbahaya/dilarang
pada kosmetik.
2. Keuntungan yang menjanjikan dan cepat membuat beberapa pelaku usaha
mengedarkan kosmetik mengandung bahan berbahaya/dilarang.

Pemeriksaan terhadap 299 sarana produksi kosmetik menunjukkan 84 (28,09%)
sarana memenuhi ketentuan (MK) dan 215 (71,91%) sarana tidak memenuhi ketentuan
(TMK). Tindak lanjut yang diberikan berupa pembinaan dan peringatan serta
pengamanan/penarikan/pemusnahan produk. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013,
terjadi penurunan sarana produksi kosmetika yang TMK sebesar 4,28%.
Gambar 14. Profil Pemeriksaan Sarana Produksi Kosmetik
Tahun 2014
24
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara

Pemeriksaan terhadap 6.184 sarana distribusi kosmetik menunjukkan bahwa 4.197
(67,87%) sarana memenuhi ketentuan (MK) dan 1.987 (32,13%) sarana tidak memenuhi
ketentuan (TMK) karena mengedarkan produk yang tidak terdaftar, mengandung bahan
berbahaya, dan rusak/kadaluarsa. Tindak lanjut yang dilakukan terhadap sarana yang
tidak memenuhi ketentuan berupa pembinaan, peringatan, pengamanan, pemusnahan
produk, rekomendasi pemberhentian sementara kegiatan dan projustisia. Apabila
dibandingkan dengan dengan tahun 2013, terjadi penurunan sarana distribusi kosmetik
yang TMK sebesar 1,12%.
Gambar 15. Profil Pemeriksaan Sarana Distribusi Kosmetika
Tahun 2014

Badan POM telah mengeluarkan 361 surat keterangan ekspor (SKE) dan 8.973 surat
keterangan impor (SKI) untuk komoditi kosmetik baik berupa produk jadi maupun bahan
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
25


VII.
baku. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi peningkatan sebesar 1.147 untuk
penerbitan SKI dan penurunan sebesar 81 untuk penerbitan SKE.
Selama tahun 2014 dilakukan pengawasan iklan (post audit) kosmetik ke beberapa jenis
media antara lain media cetak, televisi, radio, luar ruang dan leaflet/ brosur sebanyak
25.433 iklan. Media cetak dan elektronik yang diawasi antara lain berupa majalah,
tabloid, leaflet/brosur, koran, billboard, spanduk, hanging, poster, papan nama, televisi,
radio, dan internet. Hasil pengawasan ditemukan jumlah iklan TMK sebesar 525 (2,06%)
dengan rincian TMK di media cetak sebesar 475 (1,87%), di media luar ruang sebesar 3
(0,01%) dan di media elektronik 47(0,18%). Proporsi TMK terbanyak adalah
pencantuman yang berlebihan dan menyesatkan dan telah ditindaklanjuti dengan
peringatan sampai dengan peringatan keras. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013,
terjadi peningkatan jumlah iklan yang TMK sebesar 0,18%.
Pengawasan terhadap penandaan kosmetik menunjukkan dari 9.875 kosmetik yang
diawasi, sebesar 2.526 (25,58%) tidak memenuhi ketentuan (TMK). Pelanggaran
terbanyak yang ditemukan pada kosmetik adalah nomor izin edar sudah habis masa
berlakunya dan telah ditindaklanjuti dengan peringatan dan penarikan kosmetika dari
peredaran untuk diperbaiki penandaannya. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013,
terjadi peningkatan kosmetik yang TMK sebesar 13,73%.
Hasil Operasi Pengawasan Keamanan dan Mutu Produk Pangan
 Penilaian pre-market terhadap keamanan dan mutu
pangan olahan melalui loket pendaftaran (pelayanan
secara manual) selama tahun 2014 diterbitkan 1.899
persetujuan pendaftaran pangan olahan dari 2.645
permohonan, dengan rincian 966 persetujuan untuk produk
dalam negeri (MD) dan 933 produk luar negeri (ML).
Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, jumlah berkas
yang masuk melalui loket pendaftaran ini mengalami
penurunan sebanyak 1.152 berkas.

26
Hasil penilaian pendaftaran pangan olahan melalui aplikasi e-registration sebanyak
9.015 persetujuan pendaftaran pangan olahan dari 17.048 permohonan pendaftaran,
dengan rincian 4.849 persetujuan untuk produk dalam negeri (MD) dan 4.166 produk luar
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara

negeri (ML). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi peningkatan jumlah
pendaftaran pangan olahan melalui aplikasi e-registration sebanyak 3.434 berkas.
Penyelesaian penilaian pendaftaran pangan olahan yang tepat waktu untuk pendaftaran
melalui pelayanan manual dan e-registration adalah 72,90%.

Pengajuan variasi (perubahan data) melalui loket pendaftaran (pelayanan secara
manual) yang disetujui sebanyak 2.609 produk dari 2.898 permohonan variasi termasuk
jumlah notifikasi variasi (perubahan data) minor manual yang disetujui sebanyak 618
keputusan. Pengajuan variasi melalui aplikasi e-registration sebanyak 1.873 produk dari
2.383 permohonan variasi termasuk persetujuan notifikasi variasi (perubahan data) minor
elektronik sebanyak 697 keputusan.

Jumlah penolakan pendaftaran pangan olahan secara manual sebanyak 13 produk
dalam dan luar negeri.
Gambar 16. Profil Ketepatan Waktu Registrasi Pangan
(pelayanan secara manual dan e-registration) Tahun 2014
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
27

Pengawasan paska pemasaran (post-market) melalui sampling dan pengujian
laboratorium terhadap 22.978 sampel pangan yang beredar dengan hasil 3.373 (14,68%)
sampel tidak memenuhi syarat (TMS) mutu dan keamanan. Untuk produk MD dan ML
ditindaklanjuti oleh Badan POM, sedangkan untuk produk Industri Rumah Tangga Pangan
(IRTP) ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan setempat. Apabila dibandingkan dengan tahun
2013, terjadi peningkatan sampel pangan yang TMS sebesar 0,86% dari 24.906 sampel
yang diuji.
Gambar 17. Profil Sampling dan Pengujian Pangan Tahun 2014

28
Rencana Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang Aman,
Bermutu dan Bergizi. Pengawasan PJAS dilakukan melalui sampling dan pengujian
laboratorium terhadap adanya penggunaan bahan berbahaya misalnya rhodamin B,
borax, formalin, methanyl yellow dan adanya cemaran mikroba. Sampling PJAS di tahun
2014 dilakukan pada para penjaja PJAS di 1.448 Sekolah Dasar/Madarsah Ibtidaiyah
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
yang tersebar di 30 kota di Indonesia. Jumlah sampal yang diambil adalah 10.429 sampel
dengan rincian: 7.945 (76,18%) sampel memenuhi syarat dan 2.484 (23,82%) sampel
tidak memenuhi syarat. Penyebab sampel tidak memenuhi syarat antara lain karena
menggunakan bahan berbahaya yang dilarang untuk pangan, menggunakan bahan
tambahan pangan melebihi batas maksimal, mengandung cemaran mikroba melebihi
batas maksimal dan mengandung cemaran bakteri patogen.

Hasil pengawasan garam beryodium. Selama tahun 2014 telah dilakukan sampling dan
pengujian terhadap 1.696 sampel garam dengan hasil 1.307 (77,06%) sampel Memenuhi
Syarat (MS) dan 389 (22,94%) sampel Tidak Memenuhi Syarat (TMS).

Hasil pengawasan tepung terigu. Selama tahun 2014, dari 317 sampel tepung terigu,
sebanyak 272 (85,80%) sampel Memenuhi Syarat (MS) dan 45 (14,20%) sampel Tidak
Memenuhi Syarat (TMS).

Pemeriksaan terhadap pemenuhan Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB)
dilakukan terhadap 4.251 sarana produksi yang terdiri dari 1.422 industri makanan MD
dengan hasil 598 (46,43%) sarana produksi MD tidak memenuhi ketentuan (TMK) dan
2.829 industri rumah tangga (IRT) dengan hasil 769 (27,18%) IRTP TMK. Untuk sarana
MD yang Tidak Aktif sebanyak 134 sarana dan sarana PIRT sebanyak 134 sarana.
Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi peningkatan industri makanan MD yang
TMK sebesar 15,54%, sedangkan IRT yang TMK mengalami penurunan sebesar 0,79%.
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
29
Gambar 18. Profil Pemeriksaan Sarana Produksi MD Tahun 2014
Gambar 19. Profil Pemeriksaan Sarana Produksi IRTP Tahun 2014
30
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara

Pemeriksaan terhadap 9.681 sarana distribusi makanan dengan hasil 3.508 (36,24%)
sarana tidak memenuhi ketentuan (TMK) dengan rincian temuan produk TIE dari 346
sarana, produk rusak dari 267 sarana, produk kadaluarsa dari 718 sarana, dan TMK label
dari 158 sarana. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, maka terjadi peningkatan
sarana distribusi makanan yang TMK sebesar 2,30%.
Gambar 20. Profil Pemeriksaan Sarana Distribusi Pangan
Tahun 2014

Badan POM telah mengeluarkan 25.126 surat keterangan impor (SKI) untuk 70.025 item
produk dan 8.212 surat keterangan ekspor (SKE) untuk 16.003 jenis produk. Apabila
dibandingan dengan periode yang sama tahun 2013, terjadi penurunan jumlah SKI dan
SKE yang dikeluarkan sebesar 6.362 berkas untuk SKI dan 697 berkas untuk SKE.

Badan POM telah menerbitkan surat persetujuan pencantuman logo/tulisan HALAL pada
label untuk 6.282 produk dari 404 perusahaan pangan. Surat persetujuan ini diberikan
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
31
kepada produsen yang telah memiliki Sertifikat Halal dari Majelis Ulama Indonesia dan
telah menerapkan Cara Produksi Pangan yang Baik. Apabila dibandingan dengan data
tahun 2013, terjadi penurunan sebesar 100 permohonan untuk perusahaan dan
peningkatan 471 persetujuan untuk produk.
32

Dari pengawasan terhadap 980 label khusus produk pangan halal, terdapat 312 (31,83%)
label Tidak Memenuhi Ketentuan (TMK). Apabila dibandingkan dengan data tahun 2013,
terjadi penurunan TMK sebesar 19,18%.

Untuk melindungi masyarakat dari informasi yang tidak benar dan menyesatkan, Badan
POM melakukan pengawasan terhadap label produk pangan yang beredar serta
pengawasan iklan pangan baik di media cetak, elektronik maupun luar ruang. Selama
tahun 2014* telah dilakukan pengawasan terhadap 2.730 label produk pangan, dengan
hasil 417 (15,27%) label produk pangan yang TMK. Pengawasan terhadap 2.009 iklan
dengan hasil 828 (41,21%) iklan pangan Tidak Memenuhi Ketentuan. Apabila
dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi penurunan label TMK sebesar 10,28% dan
penurunan iklan TMK sebesar 6,92%.

Dalam Pengawasan Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan di tahun
2014 telah dilakukan beberapa hal antara lain terkait implementasi Peraturan Bersama
Menteri Dalam Negeri dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 43
Tahun 2013 dan Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengawasan Bahan Berbahaya yang
Disalahgunakan dalam Pangan telah diterbitkan Pedoman Teknis Pelaksanaan
Pengawasan Pengadaan, Peredaran dan Penyalahgunaan Bahan Berbahaya Dalam
Pangan pada bulan Juli 2014. Pedoman tersebut telah didesiminasikan ke seluruh Balai
Besar/ Balai POM dan Tim Pengawas Terpadu Pusat yang dapat digunakan sebagai
tools pengawasan terpadu bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan.

Sebagai upaya proaktif Badan POM dalam rangka memperkuat kewenangan petugas
Badan POM untuk menindaklanjuti temuan penyalahgunaan bahan berbahaya dalam
pangan hingga ke sarana bahan berbahaya telah diterbitkan Peraturan Menteri
Perdagangan No.75/M-DAG/PER/10/2014 yang merupakan revisi kedua dari Peraturan
Menteri Perdagangan No.44/M-DAG/PER/10/2009 tentang Pengadaan, Distribusi, dan
Pengawasan Bahan Berbahaya. Dalam salah satu pasal peraturan tersebut secara
eksplisit dicantumkan nama Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagai salah satu
pelaksana pengawasan bahan berbahaya, baik dilakukan secara mandiri maupun
bersama dengan lintas sektor terkait, sehingga peraturan tersebut dapat menjadi payung
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
hukum bagi petugas Badan POM baik di pusat maupun di seluruh Balai Besar/ Balai
POM dalam hal pengawasan bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan.
VIII.

Koordinasi Tim Pengawas Terpadu Pusat menghasilkan Rencana Aksi tahun 2015 yang
merupakan sinergisme pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan oleh Tim Pengawas
Terpadu Pusat seperti updating data pengawasan, sosialisasi dan advokasi peraturan
serta pengawasan terpadu. Tim Pengawas Terpadu Pusat juga telah melakukan
pengawasan terpadu pada 3 (tiga) provinsi yang menghasilkan rekomendasi antara lain
agar Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan menindaklanjuti temuan
pelanggaran di sarana yang melakukan importasi sekaligus memproduksi/mengemas
ulang pewarna yang sering disalahgunakan dalam pangan tanpa izin.

Pengawasan Kemasan Pangan yang dilakukan Badan POM mencakup kemasan untuk
mengemas pangan terdaftar dan kemasan yang berfungsi sebagai wadah pangan,
seperti peralatan makan-minum dengan target utama peralatan makan-minum melamin
yang telah wajib SNI. Selama tahun 2014*, dari 233 sampel yang disampling sejumlah 34
(14,6%) sampel tidak memenuhi syarat kesehatan. Data ini seperti temuan di tahun 2013
sehingga telah dilakukan koordinasi dengan Kementerian Perindustrian selaku instansi
pembina industri untuk melakukan pengawasan bersama langsung ke industri kemasan.
Di samping itu, juga telah diinisiasi uji kolaborasi antara laboratorium Badan POM dan
laboratorium dari LS Pro yang ditunjuk untuk mengawal penerbitan SNI Wajib, sehingga
tindak lanjut hasil pengawasan dapat dilakukan secara komprehensif dalam rangka
melindungi kesehatan masyarakat, namun tetap mendukung produktivitas produk dalam
negeri.
Hasil Investigasi Awal dan Penyidikan Kasus Tindak Pidana di Bidang Obat dan
Makanan
Dalam rangka memberantas dan menertibkan peredaran produk obat dan makanan ilegal
termasuk palsu serta obat keras disarana yang tidak berhak, Badan POM telah melakukan
investigasi awal dan penyidikan kasus tindak pidana di bidang obat dan makanan. Upaya ini
dilakukan secara mandiri maupun bersinergi dengan instansi penegak hukum lainnya (dalam
kerangka Operasi Gabungan Daerah, Operasi Gabungan Nasional dan Operasi Satgas
Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal). Selama tahun 2014 ditemukan 583 kasus
pelanggaran di bidang obat dan makanan. Dari total kasus tersebut, 202 kasus
ditindaklanjuti dengan pro justitia dan 381 kasus ditindaklanjuti dengan sanksi administratif.
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
33
Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi peningkatan jumlah kasus yang ditemukan
sejumlah 57 kasus dan kasus yang ditindaklanjuti pro justisia meningkat sebesar 9,93%.
Gambar 21.Hasil Investigasi Awal dan Penyidikan Kasus Tindak Pidana
Tahun 2014
IX.
34
Pengembangan Riset di Bidang Obat dan Makanan
Pusat Riset Obat dan Makanan perlu memberikan kontribusi aktif dalam peran pengawasan
yang dilakukan oleh Badan POM melalui kegiatan program riset. Program riset yang telah
dilakukan adalah pengembangan cara cepat identifikasi obat, pengembangan uji cepat dan
tepat untuk mendeteksi bahan tambahan pangan, pengembangan metode analisis kimia dan
mikrobiologi dalam pangan, pengembangan metode analisis untuk investigasi, riset profil
kromatogram/fingerprint tumbuhan obat, riset validasi RHE secara invitro, riset mutagenisitas
terhadap obat tradisional, riset genotoksisitas terhadap kosmetik, kajian kemanan stem cell,
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
pengembangan metode deteksi pangan produk rekayasa genetika menggunakan real time
PCR, dan riset cemaran kimia pada produk pangan.
Sehubungan dengan permintaan Kedeputian Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan
Bahan Berbahaya, telah dilakukan isolasi, identifikasi dan kuantifikasi E.Coli patogen pada es
batu dan minuman es, penetapan kadar pemanis dan pengawet buatan pada pangan,
identifikasi ftalat dari kemasan plastik HDPE (High Density Poly Ethylen) dan PET (Poly
Ethylen Tereptalat), identifikasi dan deteksi Salmonella sp. pada es batu dan minuman es,
dan penetapan kadar Deoxynivaleno pada tepung terigu dan mie.
Dalam rangka meningkatkan kompetensi personal, Pusat Riset Obat dan Makanan telah
menyelenggarakan pelatihan internal yaitu menulis laporan yang efektif, implementasi ISO
9001:2008 dan implementasi pedoman KNAPPP 02:2007 dan management of change dalam
rangka reformasi birokrasi.
X.
Peningkatan Pengawasan Pengembangan Jamu dan Obat Asli Indonesia
Untuk mendukung terlaksananya pengawasan obat tradisional, kosmetik dan suplemen
makanan secara efektif untuk melindungi konsumen di dalam dan di luar negeri diperlukan
ketersediaan informasi keamanan dan khasiat/kemanfaatan obat asli Indonesia,
penyelenggaraan komunikasi, informasi dan edukasi obat asli Indonesia serta tersedianya
pedoman teknologi formulasi, ekstrak dan budidaya tumbuhan obat untuk mendukung
peningkatan obat tradisional, kosmetika dan suplemen makanan yang memenuhi standar.
Selama tahun 2014 ini, penyelenggaraan kegiatan telah dilaksanakan melalui antara lain:
1. Terkait pelaksanaan penyelenggaraan komunikasi, informasi dan edukasi obat asli
Indonesia yaitu:
 Bimbingan teknis dalam rangka stimulasi Usaha Kecil obat asli Indonesia Dalam
Menghadapi Harmonisasi ASEAN dilakukan 3 kali di Padang, Medan dan Daerah
Istimewa Yogyakarta.
 Sosialisasi dan Bimbingan Teknis Peningkatan Kemampuan UKOT dalam Memenuhi
Persyaratan Keamanan, Kemanfaatan dan Mutu dilakukan 2 kali yakni di Denpasar
dan Tangerang dengan jumlah peserta masing-masing 30 UKOT di tiap daerah.
Kegiatan yang dilakukan berupa sosialisasi pada hari pertama dengan materi
peraturan di bidang OT, trend pengembangan obat bahan alam, strategi peningkatan
penjualan OT dan pemilihan bahan baku yang benar dan penerapan higiene sanitasi
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
35



2.
36
dan dokumentasi pada UKOT UMOT dilanjutkan studi banding ke industri pada hari
kedua.
Penyelenggaraan sosialisasi informasi melalui pameran dalam negeri telah
dilaksanakan sebanyak 3 kali yaitu: di Jakarta, Bandar Lampung dan Bali.
Kegiatan Peningkatan Keamanan dan Kemanfaatan Jamu Gendong telah dilakukan
2 (dua) kali bimbingan teknis di Banyuwangi, 1 (satu) kali di Bojonegoro dan 1 (satu)
kali di Tuban terhadap kelompok jamu gendong dengan jumlah peserta 2000 orang.
Perjalanan survey Inventarisasi dan Identifikasi Etnomedisin telah dilaksanakan
sebanyak 5 kali yaitu: di Palu, Makassar, Jambi, Gorontalo dan Bengkulu.
Terkait ketersediaan informasi keamanan dan khasiat/kemanfaatan obat asli Indonesia
dalam bentuk cetak (buku, booklet, leaflet dan komik) maupun elektronik (Sistem
Informasi Obat Bahan Alam/SIOBA) yaitu:
 Telah tersusun draftbuku Formularium Ramuan Etnomedisin Obat Asli Indonesia
Volume IV yang berisi ramuan dengan kelompok terapi yaitu penyembuh luka,
penurun berat badan, maag, keputihan dan wasir.
 Telah tercetak Booklet Serial Data/Informasi Ilmiah Terkini tentang Tanaman Obat
sebanyak 3 judul booklet yaitu: Kersen, Mahoni, dan Seledri Jepang.
 Telah tercetak bahan layanan informasi (leaflet) sebanyak 8 judul, yaitu:
 “Waspada Belanja Produk Herbal secara online”
 “Waspada Konsumsi Herbal pada Pasien Diabetes”
 “Herbal untuk Kesehatan Gigi dan Mulut”
 “Serial Ramuan Etnomedisin: Ramuan untuk Membantu Meredakan Demam”
 “Panen Bunga Melati yang Berkhasiat”
 “Seri Jamu Gendong: Jamu Gendong”
 “Seri Jamu Gendong: Beras Kencur”
 “Seri Jamu Gendong: Kunyit Asam”
 Tersusun data / kajian Profil Keamanan Obat Asli Indonesia dari 36 monografi
tanaman.
 Telah tersusun draf t32 monografi tanaman obat Acuan Sediaan Herbal volume 9.
Telah tercetak Buku Acuan Sediaan Herbal volume 8.
 Telah tercetak Buku Panduan Persyaratan Ekspor Obat Tradisional Indonesia Jilid I
dan tersusun draft Buku Panduan Persyaratan Ekspor Obat Tradisional Ke Negara
Australia, Kanada, Afrika Selatan, Nigeria dan Arab Saudi.
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara

3.
Kegiatan pengembangan dan pengelolaan database telah menghasilkan
pemutakhiran database SIOBA.
 Pengiriman buku hasil terbitan Direktorat Obat Asli Indonesia untuk Balai Besar/Balai
POM, Dinas Kesehatan, IOT/ UKOT / UMOT dan praktisi kesehatan di beberapa kota
di Indonesia.
Terkait ketersediaan pedoman teknologi formulasi, ekstrak dan budidaya tumbuhan obat
yaitu:
 Tersusun buku Pedoman Teknologi Formulasi Sediaan Berbasis Ekstrak volume 3
dengan sediaan dari 15 ekstrak tanaman obat serta tersusun draft Pedoman
Teknologi Formulasi Sediaan Berbasis Ekstrak volume 4 dengan monografi sediaan
dari 24 ekstrak tanaman obat.
 Telah tercetak Buku Pedoman Rasionalisasi Komposisi Obat Asli Indonesia Volume I
yang berisi komposisi obat tradisional untuk kelompok radang sendi, gangguan
saluran pencernaan, metabolisme, kebugaran.
 Telah tercetak 5 booklet teknologi Obat Asli Indonesia yaitu Larutan Topikal Rimpang
Lengkuas, Salep Rimpang Temu Ireng, Gel Rimpang Jahe Merah, Krim Kulit Buah
Manggis, Krim Minyak Atsiri Bunga.
 Telah terlaksana Stimulasi Usaha Jamu Gendong dan Jamu Racik dalam Rangka
Peningkatan Keamanan dan Kemanfaatan di 4 daerah yaitu DKI Jakarta, Semarang,
Bandung dan Jogyakarta dengan peserta 50 pembuat dan penjaja jamu gendong di
setiap daerah. Adapun materi yang diberikan meliputi pengetahuan tentang
peraturan yang berhubungan dengan jamu, higiene dan sanitasi, bahan baku dan
cara membuat jamu serta dampak BKO bagi kesehatan.
 Pertemuan lintas sektor di Cipanas, Surabaya, Solo, Malang, Medan, Bogor, Jakarta
dan Tangerang dalam rangka kerjasama untuk upaya peningkatan keamanan dan
kemanfaatan Obat Asli Indonesia.
Pelaksanaan kegiatan penyusunan informasi serial budidaya tanaman obat telah dilakukan
dengan beberapa kali pertemuan baik secara internal maupun dengan melibatkan
narasumber. Adapun hasil yang telah diperoleh berupa draft kajian dengan 6 judul tanaman
obat tetapi yang disetujui hanya 5 jenis tanaman obat dan telah dicetak.
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
37
XI.
Pemusnahan Obat dan Makanan Ilegal
Pada tahun 2014, Badan POM RI telah melaksanakan pemusnahan Obat dan Makanan
Ilegal yang dilaksanakan di 11 (sebelas) Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia yaitu
BPOM di Kupang, BBPOM di Palembang, BBPOM di Semarang, BBPOM di Bandung, Balai
POM di Serang, BBPOM di Medan, BBPOM di Jakarta, BBPOM di Yogyakarta, BBPOM di
Ambon, BBPOM di Batam, BBPOM di Denpasar dan Pusat Penyidikan Obat dan Makanan
dengan total 5.631 item dan total nilai Rp 22.520.942.170,- (Dua puluh dua milyar lima ratus
dua puluh juta sembilan ratus empat puluh dua ribu seratus tujuh puluh Rupiah).
Tabel Pemusnahan Obat Dan Makanan IlegalTahun 2014
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
XII.
Balai Besar / Balai POM
BBPOM di Palembang
BPOM di Kupang
PusatPenyidikan Obat dan
Makanan, BBPOM di Jakarta,
BBPOM di Bandung, dan
BPOM di Serang
BBPOM di Semarang
BBPOM di Yogyakarta
BPOM di Ambon
BBPOM di Medan
BBPOM di Denpasar
Pusat Penyidikan Obat dan
Makanan
BBPOM di Semarang
BPOM di Batam
BBPOM di Medan
Tanggal Pemusnahan
9 Januari 2014
Maret-Mei 2014
26 Mei 2014
Jumlah
Jenis Produk
330
331
428
495
Total Nilai
64.782.500
3.090.000
2.433.580.000
28 Mei 2014
24 Juli 2014
25 Juli 2014
19 September 2014
19 September 2014
8-9 Oktober 2014
79
1.396
1
227.500.000
665.296.500
7.000.000
9.680.601.000
490.025.350
274.400.000
9 Oktober 2014
31 Oktober 2014
24 November 2014
875
812
884
4.075.000.000
1.095.000.000
961.172.820
Operasi Gabungan Daerah (OPGABDA)
OPGABDA merupakan operasi yang dilakukan oleh Balai Besar/Balai POM, dengan
melibatkan lintas sektor terkait (diantaranya: Kepolisian Daerah, Dinas Trantib, Dinas
Kesehatan, Dinas Perdagangan) yang dilakukan secara berkala berdasarkan instruksi
38
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
Kepala Balai Besar/Balai POM. Target operasi merupakan hasil investigasi awal,
pengembangan proses penyidikan ataupun informasi lain yang telah dinilai kebenarannya
terlebih dahulu.
Tata Cara Pelaksanaan operasi ini didasarkan pada Keputusan Kepala Badan POM RI No.
HK.04.1.72.10.12.6842 Tanggal 22 Oktober 2012 Perihal Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Operasi Gabungan Daerah dan Operasi Gabungan Nasional. Sampai dengan bulan
November tahun 2014, telah diperiksa sebanyak 248 sarana dengan hasil sebanyak 33
(13,3%) sarana dinyatakan memenuhi ketentuan sedangkan 215 (86,7%) sarana dinyatakan
tidak memenuhi ketentuan.
Pada OPGABDA ini berhasil ditemukan sebanyak 4.202 item (1.101.943 pieces) produk Obat
dan Makanan Ilegal dengan perkiraan nilai ekonomi mencapai Rp 9.206.444.146,- (sembilan
milyar dua ratus enam juta empat ratus empat puluh empat ribu seratus empat puluh enam
rupiah).
Setelah dilakukan gelar kasus terhadap temuan tersebut, ditetapkan sebanyak 61 kasus
memiliki bukti permulaan yang cukup sebagai perkara dan ditindaklanjuti secara pro justitia
sedangkan sisanya ditindaklanjuti dengan pemberian sanksi administrasi yaitu sebanyak 157
kasus.
XIII.
Operasi Pangea VII
Pengawasan rutin yang dilakukan Badan POM menunjukkan bahwa praktek penjualan obat,
obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetika, dan pangan ilegal melalui situs internet
semakin marak. Untuk itu, peredaran produk obat dan makanan ilegal yang dipasarkan
secara online menjadi salah satu fokus intensifikasi pengawasan Badan POM. Hal ini sejalan
dengan upaya International Criminal Police Organization (ICPO)-Interpol dalam
memberantas penjualan produk ilegal termasuk palsu yang dipasarkan secara online melalui
Operasi Pangea.
Produk yang dijual secara online tidak terjamin keamanan, khasiat/manfaat, dan mutunya
karena tidak dapat dipastikan apakah diproduksi oleh produsen yang resmi atau tidak. WHO
menaksir bahwa lebih dari 50% obat yang dijual melalui internet merupakan produk palsu.
Karena sumber tidak jelas, maka produk tersebut dipastikan beredar tanpa melalui proses
regulasi yang benar, dan diduga menggunakan bahan baku tidak berkualitas. Keadaan
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
39
tersebut menyebabkan risiko kesehatan yang dapat memicu resistensi obat, kegagalan
organ, bahkan kematian.
Mengingat risiko kesehatan yang sangat besar tersebut, Badan POM secara konsisten
dengan perannya sebagai focal point Operasi Pangea di Indonesia pada tahun ini kembali
berperan aktif dalam Operasi Pangea VII. Badan POM mulai aktif bergabung dalam Operasi
Pangea sejak 2011. Hasil operasi Pangea IV tahun 2011, Pangea V tahun 2012, dan Pangea
VI tahun 2013 menunjukkan kecenderungan peningkatan item temuan produk Obat dan
Makanan ilegal dari 57 item menjadi 66 item dan meningkat lagi menjadi 721 item di tahun
2013.
Pada Mei 2014, Badan POM dalam kerangka Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan
Makanan Ilegal, berkoordinasi dengan International Criminal Police Organization (ICPO),
bersama 110 negara lainnya, serentak melaksanakan Operasi Pangea VII di Jakarta dan 14
wilayah lainnya di Indonesia yaitu Banda Aceh, Medan, Pekanbaru, Palembang, Padang,
Bandar Lampung, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Pontianak, Samarinda,
Makassar, dan Manado.
Pada Operasi Pangea VII di Indonesia berhasil diidentifikasi 302 situs internet yang
memasarkan obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetika, dan pangan ilegal
termasuk palsu. Dari hasil operasi tersebut telah dilakukan pemeriksaan terhadap 58 sarana
dan disita 868 item (1.385.440 pieces) obat, obat tradisional, suplemen kesehatan,
kosmetika, dan pangan ilegal dengan nilai keekonomian mencapai 7,47 miliar rupiah.
Dibandingkan dengan Operasi Pangea sebelumnya, pada Operasi Pangea VII tahun 2014 ini
mengalami peningkatan yang signifikan baik jumlah situs yang teridentifikasi memasarkan
produk ilegal maupun luas wilayah operasi, serta jumlah dan nilai temuan operasi.
Sebagai tindak lanjut dari hasil operasi Pangea VII, telah dilakukan penyitaan terhadap
seluruh barang bukti dan selanjutnya 58 sarana akan diproses pro-justitia. Untuk
situs/website yang telah teridentifikasi menawarkan dan memasarkan produk ilegal termasuk
palsu tersebut, Kepala Badan POM selaku Ketua Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan
Makanan Ilegal telah mengajukan usulan kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika
untuk memblokir website tersebut. Sampai saat ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika
telah memblokir 287 website.
40
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
XIV.
Operasi Storm V
Operasi STORM adalah operasi internasional dengan sasaran sediaan farmasi ilegal
termasuk palsu, yang digagas oleh International Criminal Police Organization (ICPO)
Interpol, dan dilaksanakan oleh hampir semua negara Asia Tenggara dan beberapa negara
Asia. Di Indonesia, Badan POM selaku Koordinator Satgas Pemberantasan Obat dan
Makanan Ilegal, ditunjuk oleh NCB Interpol Indonesia menjadi Focal Point Operasi Storm V
pada Juni hingga Agustus Tahun 2014. Badan POM yang didukung oleh Kepolisian dan
Ditjen Bea dan Cukai, melaksanakan Operasi STORM V. Operasi ini dilaksanakan melalui
serangkaian tahapan perencanaan operasi, investigasi, penindakan, hingga proses
penyidikan.
Operasi yang dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia oleh 31 Balai Besar/Balai POM
tersebut berhasil menemukan 173 itemobat ilegal termasuk palsu, 1.520 itemobat tradisional
ilegal termasuk mengandung bahan kimia obat, dan 1.963 itemkosmetik ilegal di 154 sarana
produksi dan distribusi dengan nilai keekonomian mencapai 31,66 milyar rupiah.
Modus tindak pidana yang dilakukan pelaku kejahatan antara lain adalah mencampurkan
bahan baku obat ke bahan obat herbal, mencantumkan nomor izin edar palsu pada kemasan
produk, serta mengedarkan/menjual produk yang sama sekali tidak memiliki izin edar. Dari
pengujian laboratorium diketahui bahwa obat tradisional hasil temuan tersebut mengandung
bahan kimia obat antara lain Paracetamol, Deksametason, Fenilbutason, serta Sildenafil.
Jika masyarakat mengonsumsi obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat, dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan antara lain kerusakan fungsi hati dan ginjal, gagal
jantung, yang dapat berujung pada kematian.
Beberapa sarana produksi dan distribusi produk ilegal ditemukan pada Operasi STORM V
tahun 2014 ini, antara lain daripabrik obat tradisional ilegal di Tangerang dengan nilai
keekonomian 20 milyar rupiah, dari gudang obat tradisional ilegal di Bandar Lampung
dengan nilai keekonomian 1,4 milyar rupiah, dari distributor obat suntik ilegal yang berkedok
apotek rakyat di Jakarta dengan nilai keekonomian 1,2 milyar rupiah, darigudang obat
tradisional tanpa izin edar di Jawa Timur dengan nilai keekonomian 1 milyar
rupiah,daripabrik obat tradisional ilegal di Jakarta dengan nilai keekonomian 1 milyar
rupiah.Tindak lanjut dari hasil Operasi ini adalah seluruh produk jadi, bahan baku, kemasan,
serta alat-alat produksi telah disita sebagai barang bukti dan selanjutnya akan dimusnahkan
setelah mendapat penetapan pengadilan.
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
41
Dari 154 kasus, sejumlah 57 kasus telah ditindaklanjuti secara pro justicia oleh PPNS Badan
POM RI/POLRI dan 97 kasus sedang dalam penelusuran lebih lanjut untuk mendapat bukti
permulaan yang cukup. Saat ini 1 9satu) orang telah ditetapkan sebagai tersangka dan
ditahan di Bareskrim POLRI.
Keberhasilan Operasi STORM V tahun 2014 tidak terlepas dari dukungan aktif Kepolisian RI,
dimana Badan POM mendapat bantuan perencanaan operasi dari NCB Interpol, bantuan
penindakan dari Direktorat Tindak Pidana Narkoba dan Biro Korwas PPNS Bareskrim
POLRI, serta Direktorat Reserse Kriminal Khusus POLDA di seluruh Indonesia. Peran aktif
masyarakat dengan melaporkan adanya peredaran obat, obat tradisional, dan kosmetik ilegal
juga memegang peranan penting dalam target operasi.
Badan POM akan selalu meningkatkan kegiatan cegah tangkal untuk menekan peredaran
Obat dan Makanan ilegal melalui intensifikasi Gerakan Nasional Waspada Obat dan
Makanan Ilegal (GN-WOMI). Kerjasama juga dilakukan dengan pemerintah daerah provinsi
dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia, asosiasi profesi, dan lembaga swadaya
masyarakat (LSM) termasuk menggalakkan kegiatan Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas)
Penanggulangan Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat.
XV.
Operasi Gabungan Nasional (OPGABNAS)
Pelaksanaan OPGABNAS tahun 2014 dilakukan secara serentak tanggal 25-28 Agustus
2014 oleh Balai Besar / Balai POM di seluruh Indonesia. OPGABNAS dilaksanakan di
seluruh wilayah Indonesia oleh 31 Balai Besar/Balai POM, berhasil menemukan 37 item obat
ilegal termasuk palsu, 55 item obat tradisional ilegal termasuk mengandung bahan kimia
obat, dan 65 item kosmetik ilegal, di 166 sarana produksi dan distribusi dengan nilai
keekonomian mencapai Rp 10.978.048.404, dengan rincian obat ilegal termasuk palsu, obat
tradisional ilegal termasuk mengandung bahan kimia obat, dan kosmetik ilegal, dan 10 item
pangan ilegal. Dari 166 sarana yang diperiksa tersebut sebanyak 166 sarana (100%)
dinyatakan Tidak Memenuhi Ketentuan.
Dari 166 kasus, sebanyak 67 kasus direncanakan ditindaklanjuti secara pro-justicia oleh
PPNS Badan POM dan 99 kasus sedang dalam penelusuran lebih lanjut untuk mendapat
bukti permulaan yang cukup.
42
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
XVI.
Optimalisasi Pemberdayaan Mitra Kerja dan Masyarakat
1. Publikasi Hasil Pengawasan dalam bentukSiaran Pers/Peringatan Publik, Pameran
dan Wawancara
Selamatahun 2014, Badan POM telah memberitakan24Siaran Pers terkait hasil
pengawasan Obat dan Makanan kepada masyarakat melalui media, dimana 15
diantaranya melalui konferensi pers. Selain itu siaran pers juga dipublikasikan melalui
website Badan POM.
Siaran Pers yang Diterbitkan Selama Tahun 2014
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
*Data Sementara
8 Januari, ”Kinerja Badan POM RI 2013 dan Fokus 2014” dengan Konferensi Pers di
BPOM
5 Februari, “Peningkatan Mutu Pelayanan dan Pengawasan adalah Komitmen Badan
POM”
8 Februari, “Sehat Duniaku Menuju Generasi Emas yang Sehat dan Berkualitas”
dengan Konferensi Pers di Citos Jakarta
8 Mei, Tim TPBB “Lindungi Konsumen dari Produk yang Tidak Memenuhi Standar
dan Persyaratan” dengan Konferensi Pers di Jambi
21 Mei, “Manajemen Risiko Dalam Memastikan Keamanan dan Keefektifan Obat”,
dengan Konferensi Pers Deputi I
26 Mei, “Pemberantasan Peredaran Produk Ilegal Yang Dipasarkan Secara Online
Melalui Operasi Pangea VII” dengan Konferensi Pers
28 Mei, “Kandungan Babi pada Produk Pangan Bourbon dan Cadbury” tanpa
Konferensi Pers
2 Juni, Penjelasan Terkait Produk Obat Batuk yang Beredar dan Mengandung
Bahan Dekstrometorfan Tunggal, tanpa Konferensi Pers
3 Juni, Penyelenggaraan Persandian dan Pengamanan Teknologi Informasi dan
Komunikasi tanpa Konferensi Pers
26 Juni, Intensifikasi Pengawasan Pangan Menjelang Bulan Ramadhan 1435 H,
dengan konferensi pers bersama PHW Rokok
26 Juni, Hasil Pengawasan Penerapan Peringatan Kesehatan Berupa Gambar
(Pictorial Health Warning) pada Produk Tembakau oleh Badan POM
17 Juli, Intensifikasi pengawasan Pangan Jelang dan Selama Ramadhan 1435 H
11 September, Berantas Peredaran Obat, Obat Tradisional, dan Kosmetika Ilegal
Melalui Operasi STORM V Tahun 2014, dengan konferensi pers.
19 September, Pemusnahan Obat dan Makanan Ilegal Hasil Pengawasan BBPOM di
Medan, dengan konferensi Pers
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
43
Siaran Pers yang Diterbitkan Selama Tahun 2014
15. 31 Oktober, Balai POM di Batam Musnahkan Obat dan Makanan Ilegal Lebih Dari
Satu Milyar Rupiah.
16. 19 November, Cegah dan Berantas Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika melalui Sinergi BNN dengan Badan POM
17. 20 November,Pangan Aman Untuk Semua
18. 21 November,Bersama Mengawasi Keamanan dan Mutu Pangan
19. 26 November,Hasil Pengawasan Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat
20. 10 Desember,Obat dan Makanan Ilegal Senilai Dua Milyar Rupiah Hasil
Pengawasan BBPOM di Jakarta Dimusnahkan
21. 12 Desember, Obat dan Makanan Ilegal Senilai Hampir Dua Milyar Rupiah
Dimusnahkan Balai Besar POM Di Surabaya
22. 16 Desember,Pemusnahan Obat Dan Makanan Ilegal senilai 460 Juta Rupiah Hasil
Pengawasan Di Wilayah Provinsi Maluku Utara
23. 19 Desember,Hasil Pengawasan Kosmetika Mengandung Bahan Berbahaya
24. 22 Desember, 2,9 Milyar Rupiah Pangan Tidak Memenuhi Ketentuan Ditemukan
Jelang Natal 2014 Dan Tahun Baru 2015
Konferensi Pers Kepala Badan POM di Aula
Gedung C Badan POM, 8 Januari 2014
44
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
Jumpa Pers Kepala Badan POM di Aula
Gedung C Badan POM, 5 Februari 2014
*Data Sementara
Konferensi Pers Gebyar PJAS,
8 Februari 2014
Konferensi Pers dalam rangka Operasi
PANGEA VII, 26 Mei 2014
*Data Sementara
Kunjungan ke Media Indonesia Grup,
13 Februari 2014
Konferensi Pers Hasil Pengawasan PHW,
26 Juni 2014
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
45
Sidak intensifikasi pangan jelang
Ramadhan 1435 H, 26 Juni 2014
Public Warning OT Mengandung BKO, 26
November 2014
46
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
Konferensi Pers dalam rangka Operasi
Storm V, 11 September 2014
Public Warning Kosmetika Mengandung
BB, 19 Desember 2014
*Data Sementara
2. Penyebaran Informasi Obat dan Makanan melalui Talkshow di Media Elektronik
Selamatahun 2014, telah dilakukan 17 (tujuh belas) kali talkshow atas permintaan media
televisi dengan Pimpinan Badan POM sebagai salah satu narasumbernya, yaitu:
Talkshow di Televisi Selama Tahun 2014
1. 9 Januari 2014, talkshow Kepala BPOM di Metro TV dalam program “Suara Anda” (live), topik
“Minuman Keras Oplosan”, 19.30-20.00 WIB.
2. 30 Januari 2014, talkshow Kepala BPOM di Bloomberg TV dalam program “Zona Bisnis” (live),
topik “BPOM Mengawasi Peredaran Obat Ilegal”, 13.10-13.30 WIB.
3. 11 Februari 2014, talkshow Kepala BPOM di Berita Satu TV dalam program “Jurnal Siang”
(live), topik “Pangan Jajanan Anak Sekolah”, 12.00-12.30 WIB.
4. 13 Februari 2014, talkshow Deputi I di NET. dalam program “Indonesia Morning Show” (live),
topik “Peredaran Obat Palsu dan Edukasi Ke Masyarakat”, 07.00-07.30 WIB.
5. 26 Mei 2014, talkshow Kepala BPOM di JAKTV dalam program "Ada Apa Berita" (live), topik
“Peredaran Obat dan Makanan Ilegal”, 20.00-21.00 WIB.
6. 30 Mei 2014, talkshow Kepala BPOM di Bloomberg TV dalam program “Icon Outlook” (live),
topik “Pengawasan Menjelang Bulan Ramadhan”, 20.00-20.15 WIB
7. 30 Mei 2014, talkshow Kepala BPOM di MNCTV dalam program “Power Breakfast” (live), topik
“Melonjaknya Peredaran Obat dan Kosmetik Palsu” 9.30-10.00 WIB
8. 31 Mei 2014, talkshow Deputi I di JAKTV dalam program “Kata Dokter” (live), topik “Obat dan
Makanan yang Sehat”, 20.00-21.00 WIB.
9. 5 Juni 2014, talkshow Deputi I di Berita Satu dalam program “Jurnal Siang” (live), topik “BPOM
akan segera menarik 130 obat batuk berbahaya”, 13.00-14.00 WIB
10. 6 Juni 2014, talkshow Kepala BPOM di MNCTV dalam program “Economic View”, topik “Kinerja
BPOM.”, 13.00-14.00 (live)
11. 25 Juni 2014, talkshow Deputi I di JAK.TV dalam program “Ada Apa Berita” (live), topik
“Temuan Tramadol Palsu”.
12. 26 Juni 2014, talkshow Kepala BPOM di Bloomberg TV dalam program “Spirit Bisnis” (live),
topik “Sidak Makanan Minuman Ilegal Senilai Rp14,4M
13. 7 Juli 2014, talkshow Plt. Deputi III dalam program Lensa Indonesia Sore di RTV tentang
Makanan yang diwaspadai masyarakat selama bulan ramadhan.
14. 8 Juli 2014, talkshow Kepala Badan POM dalam program Economic View di MNC Business
tentang Pengawasan Badan POM selama Ramadhan.
15. 10 Juli 2014, Talkshow Plt.Deputi III dalam program Bingkai Kota di Banten TV tentang
Pengawasan Makanan Menjelang Bulan Ramadhan.
16. 16 Juli 2014, talkshow Deputi III dalam program Indonesia Morning Show di Net TV tentang
engawasan Makanan Minuman Menjelang Lebaran
17. 24 September 2014, Talkshow Kepala Badan POM dalam program Suara Anda di Metro TV
tentang Waspada Mie Berformalin.
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
47
Talkshow Kepala Badan POM di Metro
TV dalamprogram “Suara Anda”dengan
topik“Minuman Keras Oplosan”, 9
Januari 2014
Talkshow Kepala BPOM di JAKTV
dalam
program
"Ada
Apa
Berita",dengan topik “Peredaran Obat
dan Makanan Ilegal”, 26 Mei 2014
48
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
Talkshow Deputi I di NET.TV dalam
program “Indonesia Morning Show”
dengan topik “Peredaran Obat Palsu dan
Edukasi Ke Masyarakat”, 13 Februari
2014.
Talkshow Kepala BPOM di Bloomberg
TV dalam program “Spirit Bisnis”, dengan
topik “Sidak Makanan Minuman Ilegal
Senilai Rp14,4M, 26 Juni 2014
*Data Sementara
Talkshow Plt. Deputi III di RTV dalam
program “Lensa Indonesia Sore”, dengan
topik “Makanan Yang Diwaspadai
Masyarakat selama bulan ramadhan, 7
Juli 2014
Talkshow Kepala BPOM dalam program
“Suara Anda” di Metro TV tentang
Waspada Mi Berformalin, 24 September
2014
3. Penyebaran Informasi Obat dan Makanan melalui Wawancara dengan Media
Penyebaran informasi di media juga dilakukan dalam memenuhi permintaan wawancara
dari media massa, baik media cetak, media elektronik, maupun media online. Selama
tahun 2014 telah dilaksanakan sebanyak 96 wawancara Pimpinan Badan POM dengan
media.
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
49
Wawancara dengan Media Tahun 2014
1. 02 Januari, wawancara Kepala PPOMN dengan Net. tentang Peredaran dan Pengujian
Obat
2. 09 Januari, wawancara Kepala BPOM dengan Food Review tentang Profil Kepala Badan
POM dan Pengawasan Pangan
3. 09 Januari, wawancara Kepala BPOM dengan Femina tentang PJAS
4. 09 Januari, wawancara Kepala BPOM dengan Media Indonesia tentang PJAS
5. 09 Januari, wawancara Kepala BPOM dengan Majalah Pesona tentang PJAS
6. 09 Januari, wawancara Kepala BPOM dengan Republika tentang PJAS
7. 10 Januari, wawancara Deputi I dengan Sindo Weekly tentang Obat Palsu yang Beredar
Luas di Pasar
8. 10 Januari, wawancara Direktur Standardisasi Produk Pangan dengan The Quality tentang
Peningkatan Kualitas dan Standar Ketahanan Pangan
9. 20 Januari, wawancara Kepala BPOM dengan Dokter Kita tentang Pangan Jajanan Anak
Sekolah
10. 21 Januari, wawancara Kepala Badan POM dengan Marie Claire tentang Bahaya Minuman
Berenergi
11. 23 Januari, wawancara Direktur Standardisasi Produk Pangan dengan Koran Tempo
tentang Pengawasan Formularium Obat dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional
12. 24 Januari, wawancara tertulis metronews.com tentang Produk Cina
13. 30 Januari, wawancara Kepala BPOM dengan Ritel tentang Program Pengawasan Obat
dan Makanan
14. 29 Januari, wawancara tertulis Tempo tentang Peredaran Suplemen di Indonesia
15. 07 Februari, wawancara Femina tentang Makanan Instan
16. 11 Februari, wawancara Direktur Insert Pangan dengan Trans 7 tentang Roti Afkir/Tidak
Layak
17. 11 Februari, wawancara Direktur Insert Pangan dengan Trans 7 tentang Pemalsuan Teh
Kemasan
18. 14 Februari, wawancara Deputi I dengan SCTV tentang Legalitas Produk Laroscorbine
19. 25 Februari, wawancara Kepala BPOM dengan Media Indonesia tentang PJAS
20. 25 Februari, wawancara Deputi I dengan KBR68H tentang Permainan Industri Farmasi
Dengan Dokter Atau Rumah Sakit Dalam Memberikan Resep Obat Kepada Pasien
21. 26 Februari, wawancara Deputi II dengan Kompas TV tentang Peredaran Kosmetika Palsu
di Jakarta
22. 27 Februari, wawancara Kepala BPOM dengan Suara Karya tentang Program Kerja Badan
POM dan Pengawasan Obat dan Makanan
23. 27 Februari, wawancara Kepala BPOM dengan Elshinta FM tentang PJAS
24. 28 Februari, wawancara Kepala BPOM dengan Bisnis Indonesia tentang ASEAN Economic
Community 2015
50
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
25. 03 Maret, wawancara Kepala BPOM dengan Metro TV tentang Peredaran Obat Palsu
Online
26. 03 Maret, wawancara Kepala BPOM dengan MSTRI FM tentang Kosmetika Palsu
27. 06 Maret, wawancara Karo Hukmas dengan Koran Jakarta tentang Obat Palsu
28. 07 Maret, wawancara Ka PPOMN dengan DAAI TV tentang Profesi di Badan POM
29. 13 Maret, wawancara Deputi II dengan RCTI tentang Minyak Kayu Putih, Minyak Telon dan
Aromaterapi yang diduga palsu
30. 20 Maret, wawancara Karo Hukmas dengan Majalah Marketing tentang Obat Palsu
31. 28 Maret, wawancara Karo Hukmas dengan Gatra tentang Rokok Elektrik
32. 02 April, wawancara Kepala BPOM dengan Metro TV tentang Kosmetika Berbahaya
33. 21 April, wawancara Karo Hukmas dengan Majalah Mesin Bisnis tentang Pendaftaran
Produk UKM ke BPOM
34. 22 April, wawancara Kepala BPOM dengan Tabloid Business Opportunity tentang
Pentingnya UKM membangun daya saing bisnis dengan produk bersertifikasi BPOM
35. 24 April, wawancara Karo Hukmas dengan Investor Daily tentang Pembatalan izin edar
obat dekstrometorfan
36. 29 April, wawancara Kepala BPOM dengan Majalah Business Review tentang Program
Pengawasan Obat dan Makanan BPOM
37. 6 Mei, wawancara Kepala BPOM dengan Warta TV tentang Program pengawasan obat
dan makanan BPOM
38. 6 Mei, wawancara Kepala BPOM dengan Kompas tentang Evaluasi 5 program unggulan
BPOM 2014
39. 7 Mei, wawancara Plt. Deputi III dengan TV One tentang Standard Prosedur Bakso yang
baik
40. 19 Mei, wawancara Karo Hukmas dengan GP Jamu dan Obat-obatan tengang Jamu Legal
dan Ilegal dan Bahan Kimia Obat (BKO)
41. 21 Mei, wawancara Karo Hukmas dengan Kompas.com tentang Obat Palsu
42. 22 Mei, wawancara Ka. PPOMN dengan Metro TV tentang Peredaran Obat Palsu
43. 28 Mei, wawancara Kepala BPOM dengan BBC London tentang Coklat Cadburry
44. 28 Mei, wawancara Kepala BPOM dengan Koran Jakarta tentang Coklat Cadburry
45. 30 Mei, wawancara Kepala BPOM dengan Jawa Pos tentang Coklat Cadburry
46. 30 Mei, wawancara Kepala BPOM dengan Net TV tentang Coklat Cadburry
47. 30 Mei, wawancara Kepala BPOM dengan Trans TV tentang Coklat Cadburry
48. 30 Mei, wawancara Kepala BPOM dengan MNC Bussines tentang Coklat Cadburry
49. 30 Mei, wawancara Kepala BPOM dengan RTV tentang Coklat Cadburry
50. 30 Mei, wawancara Kepala BPOM dengan Trans 7 tentang Coklat Cadburry
51. 2 Juni, wawancara Deputi 1 dengan Elshinta FM tentang Dextrometorfhan
52. 4 Juni, wawancara Direktur Insert Pangan dengan Jawa Pos tentang Makanan Kadaluarsa
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
51
53. 5 Juni, wawancara Deputi 1 dengan Berita Satu tentang Awas Obat Batuk Berbahaya
54. 7 Juni, wawancara Kepala BPOM dengan MNC Bussines tentang Kinerja Pengawasan
Badan POM
55. 17 Juni, wawancara Kepala BPOM dengan Majalah Tempo tentang Kampanye Peringatan
Rokok Bergambar (Pictorial Health Warning)
56. 21 Juni, wawancara Kepala BPOM dengan Agrofarm tentang Rokok
57. 23 Juni, wawancara Kepala BPOM dengan United World (USA TODAY) tentang Badan
POM
58. 23 Juni, wawancara Deputi I dengan Koran Tempo tentang Temuan Tramadol Palsu
59. 2 Juli , wawancara dengan Plt. Deputi III di Radio Brava tentang Inspeksi Pangan di Bulan
Ramadhan
60. 2 Juli, wawancara Plt. Deputi III dengan Sindo TV tentang Pengawasan di BPOM
Menjelang Bulan Ramadhan
61. 2 Juli, wawancara Plt. Sestama dengan Harian Umum Republika tentang Pengawasan di
BPOM Menjelang Bulan Ramadhan
62. 2 Juli, wawancara Plt. Deputi III dengan Harian Terbit tentang Pengawasan Pangan Takjil
63. 4 Juli, wawancara Kepala Biro Hukum dan Humas dengan Harian Umum Bisnis Indonesia
tentang Food Safety dan Masyarakat Ekonomi Asean
64. 4 Juli, wawancara Plt. Deputi III dengan RTV tentang Pengawasan Badan POM selama
Ramadhan
65. 8 Juli, wawancara Plt. Deputi III dengan HU Republika tentang Pengawasan Badan POM di
Bulan Ramadhan (Takjil)
66. 8 Juli, wawancara Deputi II dengan Trans7 tentang Kosmetika Berbahaya
67. 9 Juli, wawancara Kepala BPOM dengan Antara tentang Data terbaru dan tindak lanjut
hasil pengawasan
68. 10 Juli, wawancara Kepala BPOM dengan HU Kompas tentang PHW
69. 10 Juli, wawancara Kepala BPOM dengan TV One tentang Kandungan zat-zat berbahaya
dalam jajanan anak-anak
70. 11 Juli, wawancara Deputi II dengan Trans7 tentang Kosmetika Kedaluwarsa
71. 14 Juli, wawancara Plt. Deputi III dengan TV Plus tentang Makanan Takjil di Pasar
Tumpah apa aman
72. 14 Juli, wawancara Kepala BPOM dengan Koran Tempo tentang Peredaran makanan dan
minuman impor yang tak punya izin edar pada Ramadhan dan jelang Lebaran
73. 21 Juli, wawancara Kepala Biro Hukum dan Humas dengan HU Jawa Pos tentang
Peredaran barang kedaluwarsa, ilegal yang semakin marak
74. 14 Agustus, wawancara Deputi III dengan DAAI TV tentang Pangan Mengandung Bahan
Berbahaya
75. 18 Agustus, wawancara Kepala BPOM dengan HU Republika tentang Perkembangan
Pengawasan Pencantuman PHW
76. 18 Agustus, wawancara Kepala BPOM dengan Radio BBC London tentang Kebijakan
WHO terkait Penanggulangan Virus Ebola
52
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
77. 26 Agustus, wawancara Deputi II dengan Majalah Femina tentang Obat Herbal Pelangsing
78. 29 Agustus, wawancara Kepala BPOM dengan Greeners.co tentang Jamu Ilegal
79. 8 September, wawancara Kepala Biro Hukum dan Humas dengan HU Warta Kota tentang
Jamu Ilegal
80. 9 September, wawancara Deputi II dengan Metronews.com tentang Obat Pelangsing
Herbal
81.16 September, wawancara Staf PPOMN dengan Trans7 tentang Pengujian PJAS di Lab
PPOMN
82.12 September, wawancara Kepala Biro Hukum dan Humas dengan RTV tentang Operasi
Storm V
83.12 September, wawancara Kepala Biro Hukum dan Humas dengan RTV tentang Operasi
Storm V
84. 22 September, wawancara Deputi II dengan Trans7 tentang Kosmetik Mercury
85. 26 September, wawancara Deputi II dengan Trans7 tentang Lipstik Berbahaya
86. 26 September, wawancara Deputi II dengan Trans7 tentang Lipstik Berbahaya
87.1 Oktober, wawancara Kepala BPOM dengan RTV tentang Mie Berformalin
88.16 Oktober, wawancara Kepala BPOM dengan RTV tentang Tahu Berformalin
89.15 Oktober, wawancara Kepala BPOM dengan HU Republika tentang Temuan Mie
Berformalin
90.18 November, wawancara Kepala BPOM dengan Majalah Food Review tentang Kesiapan
Menghadapi MEA
91.11 November, wawancara Kepala Biro Hukum dan Humas dengan Majalah Tempo
tentang Peredaran Obat Palsu
92.17 November, wawancara Kepala BPOM dengan Net.TV tentang Kosmetika yang Aman
93. 26 November, wawancara Kepala Biro Hukum dan Humas dengan HU Kompas tentang
Hasil Pengawasan OT Mengandung BKO
94. 1 Desember, wawancara Kepala BPOM dengan Majalah Global Business Report tentang
Indonesia Pharmaceutical Industry 2015
95. 7 Desember, wawancara Kepala Badan POM dengan Majalah Tempo tentang OT-BKO
96. 8 Desember, wawancara Deputi III dengan Net.TV tentang Miras Oplosan
97. 8 Desember, wawancara Kepala Biro Hukum dan Humas dengan Radio Brava tentang
Pesan Kesehatan pada Kemasan Pangan
98. 26 Desember, wawancara Deputi I dengan Trans7 tentan Obat Penenang\
99. 27 Desember, wawancara Kepala Badan POM dengan Radio Elshinta tentang
Pengawasan Pangan Jelang Natal dan Tahun Baru 2015
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
53
Wawancara Direktur Insert Pangan dengan
Trans 7 mengenai Pemalsuan Teh
Kemasan, 11 Februari 2014
Wawancara Deputi II dengan Kompas TV
mengenai Peredaran Kosmetika Palsu di
Jakarta, 26 Februari 2014
54
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
Wawancara Deputi I dengan SCTV mengenai
Legalitas Produk Laroscorbine, 14 Februari
2014
Wawancara Kepala Badan POM dengan
Metro TV mengenai Peredaran Obat Palsu
Secara Online, 3 Maret 2014
*Data Sementara
Wawancara Kepala Badan POM dengan
Trans7 mengenai Coklat Cadburry, 30 Mei
2014
Wawancara Kepala Badan POM dengan
Metro TV RTV tentang Mie Berformalin, 1
Oktober 2014
4. Penyebaran Informasi Obat dan Makanan melalui Pameran
Salah satu bentuk kegiatan KIE Badan POM langsung ke masyarakat adalah melalui
pameran. Kegiatan Pameran ini bertujuan untuk mensosialisasikan Badan POM sebagai
institusi pengawas Obat dan Makanan serta memberikan tambahan wawasan kepada
masyarakat untuk mengenal lebih jauh tentang obat, obat tradisional, kosmetik,
suplemen, dan pangan. Selamatahun 2014, Badan POM telah berpartisipasi dalam 15
(lima belas) kali pameran, yaitu:
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
55
Pameran Tahun 2014
1. Pameran dalam rangka Gebyar Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di
Atrium Cilandak Town Square (CITOS) Jakarta Selatan, 7- 9 Februari 2014.
2. Pameran dalam rangka Rakernas BKKBN 2014 di Jakarta Convention Center (JCC)
Jakarta, 11 -13 Februari 2014.
3. Pameran dalam rangka Kongres Ikatan Apoteker Indonesia ke-XIX Tahun 2014 di
Grand Sahid Jaya Hotel Jakarta, 20-23 Februari 2014.
4. Pameran Jejaring Laboratorium Pengujian Pangan Indonesia (JLPPI) di Kementerian
Perindustrian Jakarta, 11-13 Maret 2014.
5. Pameran Dalam Rangka Rakerkesnas Kementerian Kesehatan RI 2014 di Di Bidakara
Hotel Jakarta, 31 Maret – 2April 2014.
6. Pameran Produk Unggulan Indonesia (PPUI Expo 2014) di Mega Mall Batam Centre
Batam, 15-19 Mei 2014.
7. Pameran Pekan Rakyat Jakarta 2014 di Pelataran Silang Monas, 10-15 Juni 2014.
8. Pameran Gebyar UMKM dan Produk Unggulan Daerah 2014, di Solo Square, 25-30
September 2014.
9. Pameran dalam rangka Hari Kontrasepsi Sedunia 2014, di Hotel Bidakara, 30
September 2014.
10. Pameran Indonesia Healthy City Conference & Expo 2014, di Sanur Paradice Hotel, 2023 Oktober 214.
11. Pameran Pembangunan Usaha Ekonomi Pedesaan, Kementerian Dalam Negeri, di
Lapangan Monas, 7-9 November 2014.
12. Pameran dalam rangka Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2014, di Lapangan Monas, 1316 November 2014.
13. Pameran dalam rangka seminar Pengembangan dan Aplikasi Obat Herbal, di Swiss &
Germany University Tangerang Selatan, 1 Desember 2014
14. Pameran Hari Kesetiakawanan Sosian Nasional (HKSN) 2014, di Lapangan MTQ
Jambi, 17-23 Desember 2014
15. Pameran Jakarta Night Market (JNM) di Depan Balai Kota Jakarta, setiap Malam
Minggu dari tgl 11 Oktober – 27 Des 2014
56
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
Pameran dalam rangka Gebyar Aksi
Nasional PJAS yang dihadiri oleh Wakil
Presiden RI, Budiono beserta Istridi CITOS
Jakarta Selatan, 7-9 Februari 2004.
Pameran Pekan Rakyat Jakarta 2014 di
Pelataran Silang Monas, 10-15 Juni 2014
*Data Sementara
Pameran dalam rangka Kongres Ikatan
Apoteker Indonesia ke-XIX Tahun 2014 di
Grand Sahid Jaya Hotel Jakarta, 20-23
Februari 2014
Pameran Dalam Rangka Hari Kontrasepsi
Sedunia 2014, 30 September 2014
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
57
Pameran dalam rangka Hari Kesehatan
Nasional (HKN) 2014, di Lapangan
Monas, 13-16 November 2014
Pameran Dalam Rangka Hari
Kesetiakawanan Sosial, 17-23 Desember
2014 di Jambi
5. Penyebaran Informasi Obat dan Makanan melalui Talkshow “Badan POM Sahabat
Ibu”
Dalam rangka penyuluhan kepada para ibu, Badan POM melakukan talkshow “Badan
POM Sahabat Ibu”. Selama tahun 2014 telah diselenggarakan 12 kali talkshow yaitu:
58
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
Talkshow “Badan POM Sahabat Ibu” s/dTahun 2014
1. 23 Januari 2014, “Amankah Kosmetik Yang Anda Gunakan?”, narasumber Deputi Bidang
Pengawasan Obat Tradisonal, Kosmetikadan Produk Komplemen, dengan peserta 40
orang Ibu-Ibu Dharma Wanita Kementerian Pemuda dan Olah Raga.
2. 26 Februari 2014, “Mengenal Pangan Yang Aman”, narasumber Direktur Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan, dengan peserta 35 orang Ibu-Ibu Dharma Wanita BKKBN.
3. 11 Maret 2014, “Waspada Obat dan Makanan Ilegal”, narasumber Kepala Biro Hukum dan
Humas serta Dinas Kesehatan Kab. Tasikmalaya, dengan peserta 250 orang ibu-ibu
pengajian, pengurus PKK dan Puskesmas Bantar Kalong Tasikmalaya.
4. 12 Maret 2014, “Waspada Obat dan Makanan Ilegal” narasumber Kepala Biro Hukum dan
Humas, Tokoh masyarakat, dan Dinas Kesehatan Kab. Tasikmalaya, dengan peserta 250
orang ibu-ibu pengajian, pengurus PKK dan Puskesmas di wilayah Taraju.
5. 13 Maret 2014 (pagi), “Waspada Obat dan Makanan Ilegal”, narasumber Kepala Biro
Hukum dan Humas, Tokoh masyarakat, dan Dinas Kesehatan Kab. Kota Garut, dengan
peserta 250 orang ibu-ibu pengajian, pengurus PKK dan Puskesmas di Kota Garut.
6. 13 Maret 2014 (sore), “Waspada Obat dan Makanan Ilegal”, narasumber Kepala Biro
Hukum dan Humas, Tokoh masyarakat, dan Dinas Kesehatan Kab. Kota Garut, dengan
peserta 250 orang ibu-ibu pengajian, pengurus PKK dan Puskesmas di Kabupaten Garut.
7. 20 Maret 2014, “Stop, Supaya Terhindar dari Obat Palsu”, narasumber Deputi Bidang
Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA, dengan peserta 50 orang Pengurus dan
Anggota Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIP).
8. 22 April 2014, “Amankah Obat dan Makanan yang Kita Konsumsi?”, narasumber Kepala
Biro Hukmas, dengan peserta 150 orang karyawan/karyawati dan Dharma Wanita
Lemsaneg di Auditorium dr. Roebiono Kertopati, Kantor Lembaga Sandi Negara – Jakarta
Selatan
9. 24 Juni 2014, “Keamanan Pangan Siap Saji”, narasumber Kepala Balai Besar POM di
Jakarta, dengan peserta 70 orang Dharma Wanita dan Pegawai Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
10. 19 Agustus 2014, “Amankah Obat dan Makanan yang Kita Konsumsi?”dengan nara sumber
Kepala Biro Hukum dan Humas, Budi Djanu Purwanto, SH, MH. Dengan peserta 80 orang
anggota Dharma Wanita dan Karyawan Kementerian Perhubungan.
11. 8 Oktober 2014, “Amankah Kosmetika yang anda gunakan”, narasumber Direktur Penilaian
Obat Tradisonal, Suplemen Makanan dan Kosmetika, dengan peserta 50 orang Dharma
Wanita Kepompong Permata – Pamulang, di Aula Gedung C Badan POM RI
12. 9 Desember 2014, Amankah Kosmetika yang anda gunakan”, narasumber Direktur
Penilaian Obat Tradisonal, Suplemen Makanan dan Kosmetika, dengan peserta 150 orang
Dharmawanita Kementerian Perhubungan RI, di Aula Nanggala Kemenhub.
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
59
23 Januari
2014, talkshow “Badan POM
Sahabat Ibu” dengan tema “Amankah Kosmetik
Yang Anda Gunakan?”, dengan peserta Ibu-Ibu
Dharma Wanita Kementerian Pemuda dan Olah
Raga
11 Maret 2014, talkshow “Badan POM Sahabat
Ibu” dengan tema “Waspada Obat dan
Makanan Ilegal”, dengan peserta ibu-ibu
pengajian, pengurus PKK dan Puskesmas
Bantar Kalong Tasikmalaya.
20 Maret 2014, talkshow “Badan POM Sahabat
Ibu” dengan tema “Stop, Supaya Terhindar dari
Obat Palsu”, dengan peserta Pengurus dan
Anggota Solidaritas Istri Kabinet Indonesia
Bersatu (SIKIP)
60
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
24 Juni 2014, “Keamanan Pangan Siap Saji”,
narasumber Kepala Balai Besar POM di
Jakarta, dengan peserta 70 orang Dharma
Wanita
dan
Pegawai
Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak
9 Desember 2014, Amankah Kosmetika
yang anda gunakan”, peserta Dharmawanita
Kementerian Perhubungan RI
6. Layanan Pengaduan Konsumen dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
Sejak diluncurkannya contact center HALO BPOM 1500533,
Badan POM telah melaksanakan layanan pengaduan dan
informasi konsumen secara terpadu agar memudahkan
konsumen untuk menghubungi Badan POM. Sampai dengan
bulan November tahun 2014, Badan POM telah melaksanakan
layanan pengaduan dan informasi konsumenmengenai obat dan
makanan sebanyak 13.034 layanan melalui Unit Layanan
Pengaduan Konsumen (ULPK) yang ada di Pusat dan 31 Balai
Besar/Balai POM seluruh Indonesia. Dari seluruh layanan yang diberikan tersebut
sebanyak 844 layanan (6,48%) bersifat pengaduan dan 12.190 layanan (93,52%) bersifat
informasi.
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
61
Pengaduan dan informasi konsumen yang diterima antara lain melalui telepon sebanyak
2.281 layanan (70,79%), email sebanyak 943 layanan (7,23%), pesan singkat (SMS)
sebanyak 395 layanan (3,03%), surat sebanyak 185 layanan (1,42%), fax sebanyak 3
layanan (0,02%), dan paling banyak secara langsung mendatangi kantor ULPK Badan
POM dan Balai Besar/Balai POM sebanyak 7.632 layanan (71,07%).
Masyarakat/konsumen di daerah lebih banyak mencari informasi atau menyampaikan
pengaduan dengan datang langsung ke ULPK di Balai Besar/Balai POM, di daerah
konsumen lebih mudah untuk datang ke ULPK karena selain lebih mudah dijangkau juga
lebih diperlukan untuk mendapat penjelasan langsung dari petugas ULPK, seperti dari
kalangan pelaku usaha dalam rangka informasi pendaftaran dan pengujian produk serta
pelajar/mahasiswa dalam rangka mencari data.
Jenis pengaduan dan informasi konsumen terbanyak adalah mengenai produk pangan
(makanan/minuman) sebesar 6.225 layanan (47,76%). Menurut kelompok informasi
produk/klasifikasi pertanyaan, pengaduan dan informasi konsumen terbanyak adalah
mengenai legalitas 7.379 (56,61%) terutama terkait denganinformasi produk obat dan
makanan terdaftar, prosedur pendaftaran obat dan makanan, sertifikasi (yaitu prosedur
Surat Keterangan Impor obat dan makanan, prosedur Surat Keterangan Komoditas Non
Obat dan Makanan, dan permohonan rekomendasi BPOM untuk pengeluaran obat dan
makanan keperluan pribadi), dan inspeksi yaitu pengaduan masyarakat tentang obat dan
makanan ilegal/substandar
Masyarakat yang paling banyak mengadu/menanyakan informasi tentang obat dan
makanan adalah dari kalangan karyawan yaitu sebanyak 4.869 (37,36)%, pelaku usaha
sebanyak 2.715 (20,83%),pelajar/mahasiswa sebanyak 1.600 (12,28%), kalangan ibu
rumah tangga sebanyak 730 (5,60%) dan masyarakat umum lainnya.
Adapun layanan melalui Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK), Sentra Keracunan
Nasional (SIKer Nas) dan Pusat Informasi Obat Nasional (PIO Nas) saat ini masih
dilakukan.
62
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
Selain itu Badan POM melalui Pusat
Informasi Obat dan Makanan juga
telah menerbitkan 4 edisi buletin
InfoPOM yaitu edisi Januari-Februari,
Maret-April,
Mei-Juni
dan
JuliSeptember. Buletin tersebut telah
disebar kepada stakeholder Badan
POM seperti Fakultas Farmasi seluruh
Indonesia, Ikatan Apoteker Indonesia,
rumah sakit, puskesmas, perpustakaan
daerah, instansi profesi lain, jejaring
PIO Nas dan jejaring perpustakaan
Badan POM.
XVII.
Perkuatan Peraturan Perundang-undangan Pengawasan Obat dan Makanan

Sampai dengan bulan November tahun 2014, Badan POM bersama dengan lintas
sektor antara lain Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup,
Kementerian Hukum dan HAM telah membahas 6 Rancangan Undang-undang dan 7
Rancangan Peraturan Pemerintah. Badan POM juga terlibat aktif dalam pembahasan
10 Rancangan Permenkes. Secara internal, sampai dengan bulan November tahun
2014 ini, Badan POM telah menyelesaikan 14 Rancangan Peraturan Kepala Badan
POM, 184 Rancangan Keputusan Kepala Badan POM dan 14 Rancangan MoU. Selain
itu, Badan POM telah melaksanakan kegiatan penyebaran informasi dan penyuluhan
hukum mengenai peraturan Obat dan Makanan, advokasi hukum terhadap stakeholder
(pengacara dan LSM) serta penyelesaian permasalahan hukum terkait dengan
pengawasan Obat dan Makanan.
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
63
Judul RUU
Judul RPP
1. Rancangan Undang-Undang tentang Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan PKRT
2. Rancangan Undang-Undang tentang Bahan
Kimia
3. Rancangan Perubahan UU Nomor 8 Tahun
1984 tentang Wabah Penyakit Menular
4. Rancangan Undang-Undang tentang
Karantina Kesehatan
5. Rancangan Undang-Undang tentang
Pertembakauan
6. Rancangan Undang-Undang tentang
Minuman Beralkohol
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
RPP tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional
RPP tentang Perubahan Atas Peraturan
PemerintahNomor 48 Tahun 2010 ttg PNBP
RPP tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan
RPP tentang Label dan Iklan Pangan
RPP tentang Tata Cara Paten oleh Pemerintah
RPP tentang Sistem Jaminan Mutu dan
Keamanan serta Peningkatan Nilai Tambah
Hasil Periklanan
RPP tentang Ketahanan Pangan
Judul Rancangan Permenkes
1. Rancangan Permenkes tentang Unit Transfusi Darah, Bank Darah Rumah Sakit, dan Jejaring
Pelayanan
2. Rancangan Permenkes tentang Apotik
3. Rancangan Permenkes tentang Registrasi Penelitian Klinis
4. Rancangan Permenkes tentang standar, Mutu, Pelabelan, dan Periklanan Susu Formula
Pertumbuhan Anak 1-3 Tahun
5. Rancangan Permenkes tentang Penyelenggaraan Program Terapi Buprenorfina
6. Rancangan Permenkes tentang Pemberian Tanda Contreng pada Label Makanan
7. Rancangan Permenkes tentang Perubahan Penggolongan Narkotika
8. Rancangan Permenkes tentang SAS
9. Rancangan Permenkes tentang Peredaran dan Penyimpanan dan Pemusnahan Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor Farmasi
XVIII.
Standardisasi

64
Dalam rangka pengawasan pre market dan post market telah dilakukan penyusunan
rancangan Suplemen I Farmakope Indonesia edisi V. Farmakope Indonesia merupakan
buku standar resmi mutu obat yang akan diedarkan maupun yang sudah beredar dan
harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan terkini.
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara

Pesatnya perkembangan bidang farmasi terutama dengan bertambahnya zat aktif atau
sediaan baru harus diiringi dengan pengembangan standar yang ada. Standar Obat
Baru merupakan rancangan monografi obat yang belum tercantum baik pada
Farmakope Indonesia atau kompendia negara lain. Standar Obat Baru dititikberatkan
padazataktifbaru, sediaanbaruataukombinasiobatbaru, obat yang sudah lama beredar
tetapi belum ada standarnya di farmakope.

Standar Obat Baru diharapkan dapat dikembangkan menjadi metoda analisa yang
dapat digunakan untuk pengawasan atau penilaian obat baru, sehingga dapat
berkontribusi dalam menjamin mutu dan keamanan obat yang beredar di Indonesia.
Pada tahun 2014 telah disusun 5 draft monografi standar obat baru yaitu :
- Sirup Betametason & deksklorfeniramin maleat
- Tablet Betametason & deksklorfeniramin maleat
- Dienoges (bahan baku)
- Tablet Dienoges
- Larutan Ipratropium Bromida Monohidrat dan Salbutamol Sulfat

Laboratorium uji BE mempunyai peranan penting untuk menguji dan menganalisis
apakah suatu obat copy bioekivalen dengan obat inovator.Dalampelaksanaan uji BE,
laboratorium uji BE harus menerapkan aspek klinik dan analitik sesuai standar yang
berlaku (GCP dan GLP), serta kesesuaian terhadap protokol yang sudah disetujui.
Untuk mengetahui apakah pelaksanaan uji BE oleh suatu laboratorium uji BE sesuai
dengan protokol serta standar aspek klinik dan analitik, maka Badan POM melakukan
inspeksi terhadap laboratorium uji BE. Pada tahun 2014, telah dilakukan inspeksi
terhadap laboratorium uji BE sebanyak 11 kali terhadap laboratorium uji BE Omega
Medika Farma Laboratori, Clinisindo Laboratori, Pharma Metric Labs, Fakultas Farmasi
Universitas Surabaya, PT. Equilab Internasional, Econolab Internasional, Fakultas
Farmasi UHAMKA, PT. San Clin Eq dan Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran.

Untuk perkuatan peraturan dan standar/pedoman di bidang obat tradisional, kosmetik
dan suplemen kesehatan telah disusunPeraturan Kepala Badan POM, monografidan
standar yaitu :
1. Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor 9 Tahun 2014 tentang Tata Laksana
Persetujuan Uji Klinik
2. Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor 10 Tahun 2014 tentang Larangan
Memproduksi dan Mengedarkan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
65
yang Mengandung Coptis Sp, Berberis Sp, Mahonia Sp, Chelidonium majus,
Phellodendron Sp, Arcangelica flava, Tinosporae Radix dan Cataranthus Roseus
3. Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor 12 Tahun 2014 tentang Persyaratan
Mutu Obat Tradisional
4. Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pedoman Uji
Klinik Obat Herbal
5. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentang Kriteria dan Tata Laksana
Registrasi Obat Tradisional
6. Peraturan Kepala Badan POM RI No 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.03.1.23.12.10.07517 Tahun 2010
Tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika
7. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM RI tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.03.1.23.12.10.07517 Tahun 2010
Tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika
8. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM RI tentang Perubahan Peraturan
Kepala Badan POM tentang Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam
Kosmetika
9. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentang Ketentuan Pokok
Pengawasan Suplemen Kesehatan
10. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentang Kriteria dan Tata Laksana
Registrasi Suplemen Kesehatan
11. Pedoman tentang Pewarna Rambut
12. Pedoman untuk Konsumen Serba-serbi Kosmetika
13. 13 Monografi Tumbuhan yang Dilarang dalam Obat Tradisional dan Suplemen
Kesehatan: Abrus precatorius L.; Azadirachta indica A. Juss. Var. indica;
Aristolochia sp.; Symphytum officinale L.; Colchicum autumnale L.;Piper
methysticum; Nicotiana tabacum L.; Schoenocaulon officinale (Schltdl & Cham);
Melaleuca alternifolia (Maiden&Betche)Cheel.; Croton tiglium L.; Strophanthus
Sp.; Mitragyna speciosa Korth;Hyoscyami niger L.
14. Standar bahan pewarna kosmetika : CI 14720, Cl 15850:1, CI 15985, CI 16035,
CI 16185, CI 16255, CI 19140, CI 40800, CI 40850, CI 42051, CI 42090, CI
44090, CI 45430, CI 47005, CI 73015,CI 75125, CI 75300, CI 75470, CI 77007,
CI 77891, CI 77947, Bahan Pewarna Karamel, dan Bahan Pewarna Ekstrak
Paprika.
66
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara

XIX.
Untuk perkuatan peraturan dan standar/pedoman di bidang pangan telah disusun 10
rancangan Peraturan Kepala Badan POM dan 1 pedoman yaitu :
1. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentangFormaldehida dalam Pangan
2. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentang Persyaratan Penggunaan
Bahan Tambahan Pangan Perisa
3. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentang Penggunaan Bahan Penolong
Golongan Enzim dan Penjerap Enzim dalam Pengolahan Pangan
4. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentang Cemaran dalam BTP
Campuran
5. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentang Revisi Peraturan Cemaran
Mikroba dalam Pangan
6. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentangPedomanPangan Diet Khusus
7. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentang Pedoman Pangan Olahan
Tertentu
8. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentang Pedoman Cara Ritel Pangan
pada Pasar Tradisional
9. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentang Revisi Pedoman Periklanan
Pangan
10. Rancangan Peraturan Kepala Badan POM tentang Kategori Pangan dan
perubahan lampiran kategori 01 dan 12
11. RancanganPedoman PJAS Minuman Berwarna dan Sirop
Layanan Bantuan Hukum (Legal Management)
Maraknya tuntutan hukum terhadap aparat pemerintah tentu saja harus diantisipasi dengan
penguatan peran pada bagian legal/hukum di setiap instansi pemerintahan. Unit kerja yang
membidangi urusan hukum ini dituntut untuk meningkatkan peran dan kemampuannya dalam
menangani kritik dan koreksi masyarakat melalui pemberian bantuan hukum berupa
pelaksanaan pertimbangan hukum, pelaksanaan penanganan perkara hukum, pelaksanaan
pendampingan hukum kepada saksi/ahli, dan pelaksanaan penyuluhan hukum.
Sampai dengan bulan November Tahun 2014 jumlah layanan bantuan hukum yang diberikan
sejumlah 269 layanan yang terdiri dari :
1. pertimbangan hukum (yaitu proses pertimbangan hukum dalam rangka pimpinan atau
pejabat lainya untuk mengambil kebijakan dibidang pengawasan Obat dan Makanan
serta permasalahan Pengadaan Barang/Jasa, Kepegawaian, Aset Negara (BMN) dan
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
67
lain-lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan) sejumlah 92 layanan terdiri
dari obat sebanyak 12 layanan, obat tradisional sebanyak 2 layanan, pangan sebanyak
10 layanan, suplemen makanan sebanyak 1 layanan dan kosmetika sebanyak 7 layanan.
Pertimbangan hukum terbanyak yang diberikan adalah jenis lain-lain yang mencakup
kepegawaian, merek, pengadaan barang/jasa dan BMN sebesar 57 layanan.
2. Layanan bantuan hukum (berupa penanganan perkara hukum baik litigasi maupun non
litigasi di bidang hukum perdata, tata usaha negara, niaga, praperadilan, dan pidana,
serta fasilitator dan pemberian advokasi/pendampingan terhadap pemanggilan saksi atau
permintaan bantuan ahli) sejumlah 43 layanan, yang terdiri dari penanganan perkara
hukum sebanyak 23 layanan mencakup Penanganan Perkara Litigasi dan Non Litigasi
dan permintaan bantuan keterangan saksi/ahli dan 23 layanan pendampingan saksi/ahli.
3. Penyuluhan hukum (pemberian informasi mengenai peraturan perundang-undangan di
bidang pengawasan obat dan makanan serta peraturan lain yang terkait kepada unit
teknis dan unit pelaksana teknis) sejumlah 134 layanan. Sasaran penyuluhan hukum
dilakukan terhadap Balai Besar/Balai POM (9 Layanan), stakeholder (Pengacara dan
LSM) (111 Layanan), Perguruan Tinggi/Mahasiswa (14 Layanan).
XX.
Pengembangan e-Government Badan POM
Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, reformasi birokrasi menuntut
Badan POM terus dapat memberikan pelayanan publik yang terbaik. Sesuai dengan
Roadmap TIK Badan POM maka pengembangan tersebut sebagai berikut:
Kegiatan
e-reg
Ket
Roadmap
2010
2011
2012
2013
2014
Uji coba
Kosmetik,
Pangan High Risk,
Obat Copy Tahap II,
Supl. Makanan dan
kosmetik
Pangan Low
Obat Copy Tahap I
Obat Tradisional
Obat Baru
Risk
(Implementasi tahun
2015)
Capaian
e-bpom
Roadmap
Implemen
Implemen
Web service,
SSO,
Tracking
Intr
Implemen
SKK NOM
system
Capaian
68
Implemen
Implemen
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
Implemen
Implemen
Implemen
Non Ttd dan Cap
SKE
Basah, Redesign,
(implementasi TW 1
Bussiness Intelegent
2015)
Implemen
Prototype
*Data Sementara
Kegiatan
e-
Ket
2010
2011
2012
Roadmap
-
-
-
2013
Notifikasi Kosmetik
payment
e-reg pangan LR
dan HR
Capaian
SIPT
2014
Roadmap
Implemen
Implemen
Penyusunan
Prototype
Uji Coba
Uji Coba SIPT
Mandatory
format oleh
Pemeriksaan
Pusat dan
Modul
SIPT Modul
Ditwas Prod,
Sarana Obat,
10 Balai dan
Pengujian,
Sampling dan
Ditwas Dist,
Makanan, OT-
21 Balai.
Sampling
Pengujian
Dit Insert OT-
Kosmetik,
Mandatory
Pengembangan
Uji Coba SIPT
Kos, Dit
Supp Mak:
SIPT Modul
Modul
Pengawasan
Insert
Produksi
Pemeriksaan
Penandaan,
Penandaan dan
Pangan,
Distribusi
Sarana Obat,
pengawasan
Iklan
Ditwas
Pelayanan
Makanan,
Iklan
Pengembangan
Napza,
OT-Kosmetik,
EWS pre-
PPOMN, Biro
SM
market pangan
Renkeu,
Modul Off
PIOM,
Line
PPOM, 30
Balai
Capaian
Alur Proses,
Prototype
Implemen
Uji Coba Sampling
Implemen Sampling
Master Data
Pemeriksaan
Pemeriksaan
dan
dan
Sarana
Sarana
Pengujian
Pengujian;
Uji Coba
Penandaan dan
Iklan;
Implemen
Dashboard
Salah satu yang telah dimanfaat oleh masyarakat secara luas adalah Web site Badan POM
telah dilengkapi dengan versi mobile.
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
69
XXI.
Layanan Perpustakaan
Sebagai lembaga yang harus terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan tentang Obat
dan Makanan maka Badan POM memiliki perpustakaan yang memiliki koleksi cetak dan
elektronik yang terus diperbaharui setiap tahunnya.
Pada tahun 2014 Perpustakaan Badan POM mempunyai koleksi jurnal elektronik
berlangganan, yaitu:
1. Current Psychopharmacology
2. Drug Delivery Letters
3. Current Nutrition and Food Science
4. Recent Patents on DNA and Gene Sequences
5. Current Clinical Pharmacology
6. Current Pharmaceutical Analysis
70
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
XXII.
Human Capital Manajemen (HCM)
Dalam rangka mendukung pengawasan obat dan makanan yang dilakukan Badan POM,
telah dilakukan pengembangan kapasitas tenaga dan manajemen pengawasan obat dan
makanan melalui kegiatan pengembangan kompetensi pegawai dan penerapan Human
Capital Manajemen (HCM). Pengembangan kompetensi pegawai dilakukan melalui
pengiriman pegawai BPOM untuk mengikuti pendidikan lanjutan program Sarjana (S1),
Magister (S2) dan Doktor (S3) serta pengiriman pegawai untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan (diklat) di dalam dan luar negeri. Adapun penerapan HCM di Badan POM dilakukan
melalui penerapan sub proses dalam HCM sesuai dengan pedoman/peraturan/
keputusan/kebijakan yang telah ditetapkan di Badan POM.
Selama tahun 2014, 59 orang ditingkatkan kompetensinya melalui pendidikan lanjutan, terdiri
dari 7 orang mengikuti kuliah program Master (S2) di luar negeri, 34 orang mengikuti
pendidikan program Magister (S2) dan 18 orang mengikuti program Sarjana (S1) di dalam
negeri. Ditargetkan sampai akhir 2014, 50 (lima puluh) orang pegawai dikembangkan
kompetensinya melalui pendidikan program S1, S2 dan S3 di dalam dan luar negeri.
Diharapkan dengan ilmu yang telah diperoleh dapat membuat suatu inovasi/perubahan untuk
mendukung pengawasan obat dan makanan. Untuk pengembangan kompetensi melalui
diklat, selama tahun 2014 sebanyak 74 (tujuh puluh empat) orang pegawai telah ditingkatkan
kompetensinya melalui program diklat di dalam dan luar negeri. Total pegawai yang
ditingkatkan kompetensinya melalui pendidikan lanjutan sampai dengan tahun 2014 adalah
sebanyak 59 orang dan melalui program diklat di dalam negeri dan di luar negeri sebanyak
665 orang.
Untuk mendukung manajemen pengawasan obat dan makanan, selama tahun 2014 telah
ditetapkan 13 pedoman/peraturan/keputusan/kebijakan dalam pengelolaan sumber daya
insani (Human Capital) di BPOM, yaitu :
1. Pedoman Pemberian Tugas Belajar dan Ijin Belajar Pegawai Aparatur Sipil Negara
Badan POM (revisi)
2. Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil dari Pelamar Umum di
Lingkungan Badan POMTA 2014
3. Pembentukan Panitia Seleksi Calon Pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama di
Lingkungan Badan POM TA 2014
4. Kode Etik PNS di Lingkungan Badan POM
5. Ketentuan Teknis Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan
Badan POM
6. Pedoman Penilaian Soft Kompetensi ASN Badan POM
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
71
7. Pembentukan Unit Penilaian Kompetensi ASN di Lingkungan Badan POM
8. Pedoman Penyusunan Analisis Kebutuhan Pengembangan Kompetensi Pegawai
9. Pedoman Analisis Beban Kerja di Lingkungan Badan POM
10. Pedoman Penilaian Prestasi Kerja Pegawai NegeriSipil di Lingkungan Badan POM
11. Pengembangan Sistem Informasi Jabatan Fungsional (SISFO) Pengawas Farmasi dan
Makanan di Lingkungan Badan POM
12. Pengembangan Sistem Cuti Online di Lingkungan Badan POM
13. Pengembangan Sistem Computer Assist Test (CAT) dalam rangka Pengadaan Calon
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Badan POM TA 2014
Sampai akhir tahun 2014, diharapkan minimal 7 pedoman/peraturan dalam pengelolaan
sumber daya insani di BPOM dapat ditetapkan dan dilaksanakan oleh seluruh unit kerja di
lingkungan BPOM.
XXIII.
Kerjasama Internasional
Pada 27 Juni sampai 5 Juli 2014, Badan POM melakukan serangkaian kunjungan kerja ke
Amerika Serikat dan Korea Selatan untuk menjajaki dan meningkatkan daya saing industri
nasional di tingkat internasional dan global serta meningkatkan perlindungan masyarakat,
melalui dukungan regulasi. Selama kunjungan di Amerika Serikat, Badan POM mengadakan
pertemuan dengan The United State Food and Drug Administration (USFDA), The United
State Department of Agriculture (USDA), The Center for Disease Control and Prevention
(CDC), US-ASEAN Business Council, University of Maryland, serta mantan Gubernur dan
Senator Mr. Christopher S. Bond (dari Kit Bond Strategies yang merupakan tokoh Amerika
Serikat yang cukup berpengaruh dan mempunyai kedekatan dengan Indonesia).Di Korea
Selatan, selain kunjungan ke Ministry of Food and Drug Safety (MFDS), Pusat Riset MFDS,
Pusat Riset Industri Korea, Badan POM juga mengadakan dialog dengan perusahaan
Farmasi dan Makanan Korea.
Pada bulan November 2014, Badan POM telah meningkatkan kerjasama bilateral melalui
penandatanganan 2 (dua) buah dokumen kerjasama di bidang pengawasan dan keamanan
pangan yaitu :
1. PengaturanantaraBadan POM denganKementerianIndustri Primer Selandia Baru
(Arrangement between the National Agency of Drug and Food Control of Republic
Indonesia andthe Ministry for Primary Industries regarding Food Safety Cooperation of
New Zealand)yangdilaksanakan pada tanggal 11 November 2014 di Wellington
72
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
2.
Memorandum saling pengertian antara Badan POM denganKementerianPerdagangan,
IndustridanLingkunganHidupRepublikDemokratik
Timor
Leste(Memorandum
of
Understanding between the National Agency of Drug and Food Control of Republic
Indonesia andthe Ministry of Commerce, Industry and Environment the Democratic
Republic of TimorLeste) padatanggal 21 November 2014 di Jakarta.
Kegiatan yang akan diimplementasikan dari nota kesepahaman dengan Selandia Baru
meliputi pertukaran informasi, analisis risiko dan pengembangan sistem keamanan pangan,
pengembangan kapasitas keamanan pangan, dan pendidikan formal pasca
sarjana.Mengawali implementasi, akan dilaksanakanforum konsultasi teknis pada level
Eselon II ke bawah untuk membahas plan of action (POA).
Kerjasama dengan Timor Leste merefleksikan komitmen kedua belah pihak untuk
mengembangkan kerjasama saling menguntungkan, di bidang pengawasan keamanan dan
mutu pangan baik di Indonesia maupun Timor-Leste termasuk di daerah perbatasan kedua
Negara.Kegiatan yang akan dilakukan antara lain pertukaran informasi, perkuatan institusi
melalui peningkatan jejaring dan koordinasi dalam pengawasan keamanan dan mutu
pangan terutama produk impor serta peningkatan kompetensi SDM kedua belah pihak.
Kerjasama bilateral tersebut, diharapkan meningkatkan efektifitas dan efisiensi serta
kapasitas pengawasan pangan di masing-masing negara.
PENUTUP
Kinerja yang ditampilkan dalam laporan ini hanya sebagian dari kinerja keseluruhan Badan POM.
Namun demikian para pihak terkait diharapkan mendapat gambaran jelas bahwa program dan
kegiatan Badan POM berorientasi pada pencapaian tujuan utama pembangunan pengawasan
obat dan makanan 2010-2014 yaitu meningkatnya efektivitas perlindungan masyarakat dari
produk obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan serta meningkatnya daya saing
produk obat dan makanan.
Untuk mencapai tujuan tersebut Badan POM akan terus berupaya untuk meningkatkan
kinerjanya pada masa mendatang, dengan mengutamakan niat baik, komitmen, keterbukaan,
perencanaan yang komprehensif (termasuk anggaran), pelaksanaan aksi, evaluasi dan analisis
hasil, serta continuous improvement.
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
73
LAMPIRAN
CAPAIAN RENCANA KERJA PEMERINTAH
(RKP)
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
TAHUN 2014
74
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
No
Program/Kegiatan
Indikator
Target
Realisasi
I.
Program
Dukungan
Manajemen dan
Pelaksanaan
Teknis Lainnya
BPOM
Koordinasi Kegiatan
Penyusunan
Rancangan
Peraturan
Peraturan
Perundangundangan, Bantuan
Hukum, Layanan
Pengaduan
Konsumen dan
Hubungan
Masyarakat
Persentase unit kerja
yang menerapkan
quality policy
Persentase unit kerja
yang terintegrasi
secara online
Jumlah informasi
pengawasan obat dan
makanan yang
dipublikasikan
Jumlah layanan bantuan
hukum yang diberikan
(layanan)
Jumlah rancangan
peraturan perundangundangan yang disusun
Jumlah layanan
pengaduan/ permintaan
informasi tentang obat
dan makanan (layanan)
Jumlah partisipasi Badan
POM dalam hubungan
dan kerjasama bilateral,
regional, multilateral dan
organisasi internasional
(forum)
Jumlah dokumen posisi
Badan POM terhadap
partisipasinya dalam
pertemuan tingkat
bilateral, regional, dan
global (dokumen posisi)
Jumlah dokumen
perencanaan,
30
100
Persentase
Capaian
333,33
81
96,43
119,05
32
51
159,38
110
289
262,73
75
216
288,00
2.300
2.505
108,91
43
41
95,35
7
7
100,00
15
15
100,00
1.1
1.2
1.3
Peningkatan
Penyelenggaraan
Hubungan dan
Kerjasama Luar
Negeri
Koordinasi
Perumusan Renstra
*Data Sementara
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
75
No
1.4
1.5
76
Program/Kegiatan
Indikator
dan Pengembangan
Organisasi,
Penyusunan
Program dan
Anggaran,
Keuangan serta
Evaluasi dan
Pelaporan
penganggaran,
keuangan dan
monitoring evaluasi yang
dihasilkan
Jumlah unit kerja yang
mengembangkan dan
menerapkan quality
management system
(QMS)
Persentase peningkatan
kualitas sub sistem yang
dikembangkan dalam
rangka sinergi peran dan
fungsi antara Pusat dan
Balai Besar/Balai POM
Jumlah pegawai Badan
POM yang ditingkatkan
pendidikannya S1, S2
dan S3 (jumlah orang)
Persentase
pengembangan dan
penerapan Human
Capital Management
(HCM) di unit kerja
Persentase pegawai
Badan POM yang
ditingkatkan
kompetensinya
Ket : Penyebut
merupakan jumlah
seluruh pegawai
Persentase laporan hasil
pengawasan yang
disusun tepat waktu
Pengembangan
Tenaga dan
Manajemen
Pengawasan Obat
dan Makanan
Pengawasan dan
Peningkatan
Akuntabilitas
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
Target
Realisasi
Persentase
Capaian
55
55
100,00
5
5
100,00
50
59
118,00
100
81,15
81,15
2
18,47
923,61
90
79,52
88,36
*Data Sementara
No
Program/Kegiatan
Aparatur Badan
Pengawas Obat
dan Makanan
1.6
Pelayanan
Informasi Obat dan
Makanan, Informasi
Keracunan dan
Teknologi Informasi
II.
Program
Peningkatan
Sarana dan
Prasarana
Aparatur BPOM
2.1
Peningkatan
Sarana dan
Prasarana Aparatur
BPOM
Pengadaan,
Pemeliharaan dan
2.2
*Data Sementara
Indikator
(pembobotan, dihitung
dari 35 laporan)
Persentase rekomendasi
hasil pengawasan yang
ditindaklanjuti
Jumlah laporan hasil
penerapan SPIP
(dihitung dari jumlah unit
kerja satuan kerja)
Persentase layanan
publik elektronik secara
online (dihitung
terhadap 12 modul
aplikasi layanan publik)
Persentase informasi
Obat dan Makanan yang
up to date sesuai
lingkungan strategis
pengawasan obat dan
makanan (dihitung
terhadap 750 paket
informasi)
Persentase
ketersediaan sarana
dan prasarana
penunjang kinerja
termasuk
pemeliharaannya
Jumlah sarana dan
prasarana yang
diadakan sesuai
kebutuhan
Persentase ketersediaan
sarana gedung dan
Target
Realisasi
Persentase
Capaian
85
87,41
102,84
40
35
87,50
66
66
100,00
85
85
100,00
95
94,49
99,46
4
4
100,00
95
94,49
99,46
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
77
No
III.
3.1
Program/Kegiatan
Indikator
Pembinaan
Pengelolaan
Sarana dan
Prasarana
Penunjang Aparatur
BPOM
prasarana penunjang
kinerja termasuk
pemeliharaannya
Persentase satker yang
mampu mengelola BMN
dengan baik (dihitung
dari 40 satker)
Proporsi Obat yang
memenuhi standar
(aman, manfaat dan
mutu)
Proporsi makanan
yang memenuhi syarat
Jumlah parameter uji
Obat dan Makanan untuk
setiap sampel (dihitung
dari sekitar 97.000
Sampel)
Jumlah kasus di bidang
penyidikan obat dan
makanan
Jumlah sarana dan
prasarana yang terkait
pengawasan obat dan
makanan
Program
Pengawasan Obat
dan Makanan
Pengawasan Obat
dan Makanan di 31
Balai Besar/Balai
POM
Jumlah dokumen
perencanaan,
penganggaran, dan
evaluasi yang dihasilkan
Jumlah layanan
informasi dan
pengaduan
Persentase cakupan
78
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
Target
Realisasi
Persentase
Capaian
50
37,50
75,00
99,63
98,8
99,14
90
99,20
110,17
10
8,29
82,90
594
902
151,85
14
14
100,00
248
248
100,00
469
649
138,38
42
78,29
186,40
*Data Sementara
No
Program/Kegiatan
Indikator
pengawasan sarana
produksi Obat dan
Makanan (dihitung dari
6.500 sarana)
Persentase cakupan
pengawasan sarana
distribusi Obat dan
Makanan (dihitung dari
143.500 sarana)
Jumlah balai besar/balai
POM yang ditingkatkan
kemandiriannya dalam
rangka meningkatkan
efisiensi dan efektifitas
pengawasan obat dan
makanan di daerah
Persentase Pangan
Fortifikasi yang
Memenuhi Ketentuan
Desa/kelurahan yang
Diintervensi Program
Keamanan Pangan
(Kumulatif)
3.2
Inspeksi dan
Sertifikasi Obat
Tradisional,
Kosmetik dan
Produk Komplemen
*Data Sementara
Persentase ketersediaan
sarana produksi
kosmetik yang
menerapkan GMP terkini
(dihitung dari 700
sarana)
Persentase Industri Obat
Tradisional (IOT) yang
memilki sertifikat GMP
(dihitung dari 77)
Target
Realisasi
Persentase
Capaian
22
24,15
109,77
2
2
100,00
70
61,13
87,33
330
309
93,64
30
26,72
89,05
65
77,92
119,88
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
79
No
3.3
80
Program/Kegiatan
Inspeksi dan
Sertifikasi Pangan
Indikator
Target
Realisasi
Persentase sarana
distribusi obat tradisional
dan suplemen makanan
yang memenuhi
ketentuan (dihitung dari
6.000 sarana)
Persentase sarana
distribusi kosmetik yang
memenuhi ketentuan
(dihitung dari 7.500
sarana)
Tersedianya sistem
manajemen mutu
Inspektorat CPOTB
dalam rangka
keanggotaan Badan
POM pada PIC/S (paket)
Jumlah klinik kecantikan,
salon dan spa yang tidak
menyelahgunakan obat,
bahan obat dan bahan
berbahaya
Jumlah UMKM Kosmetik
yang memenuhi
ketentuan aspek CPKB
sanitasi higiene dan
dokumentasi
Jumlah UMKM Obat
Tradisional yang
memenuhi persyaratan
dokumentasi, sanitasi,
dan higiene
Persentase sarana
produksi makanan MD
75
39,83
Persentase
Capaian
53,11
75
54,72
72,96
1
1
100,00
6
7
116,67
5
5
100,00
5
5
100,00
65
55,32
85,10
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
No
Program/Kegiatan
Indikator
yang memenuhi standar
GMP yang terkini
(dihitung dari 1.000
sarana yang diperiksa)
Persentase sarana
distribusi makanan yang
memenuhi standar
GRP/GDP (dihitung dari
6.000 sarana yang
diperiksa)
Persentase penyelesaian
tindak lanjut
pengawasan produk
pangan (dihitung dari
1000 temuan
ketidaksesuaian)
Jumlah sekolah yang
disampling produk PJAS
3.4
Pengembangan
Obat Asli Indonesia
3.5
Pengawasan
Distribusi Produk
Terapetik dan
*Data Sementara
Persentase sarana
UMKM yang memenuhi
ketentuan (dihitung dari
1.800 sarana yang
diperiksa)
Jumlah obat asli
Indonesia yang
dikembangkan
keamanan dan
kemanfaatannya
(tanaman/tahun)
Persentase kumulatif
sarana distribusi obat
(PBF) yang di-mapping
Target
Realisasi
Persentase
Capaian
55
64,61
117,47
90
83
92,22
1.268
1.108
87,38
55
69,04
125,52
30
32
100,00
60
59,68
99,47
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
81
No
3.6
82
Program/Kegiatan
Indikator
Perbekalan
Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT)
(dihitung dari 2.500 PBF)
Persentase kumulatif
sarana distribusi obat
(PBF) yang disertifikasi
(dihitung dari 2.500 PBF)
Persentase temuan obat
ilegal termasuk obat
palsu (dihitung dari
12.000)
Persentase tersedianya
laporan monitoring
keamanan produk
prioritas yang digunakan
dalam mendukung
pencapaian MDG's
nomor 4, 5 dan 6
(dihitung dari 200
laporan)
Jumlah kasus
penyalahgunaan obat
atau bahan obat di
sarana legal yang
ditindaklanjuti
Persentase sarana
pengelola narkotika,
psikotropika dan
prekursor yang
memenuhi ketentuan
(dihitung dari 3.100
sarana pengelola NPP
yang diperiksa)
Jumlah temuan
penyimpangan
peredaran narkotika,
Pengawasan
Narkotika,
Psikotropika,
Prekursor, dan Zat
Adiktif
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
Target
Realisasi
Persentase
Capaian
45
12,36
27,47
0,47
0,51
99,96
20
18,50
92,50
5
7
140,00
37,5
77,05
205,46
3
-
100,00
*Data Sementara
No
3.7
3.8
Program/Kegiatan
Pengawasan
Produk dan Bahan
Berbahaya
Pengawasan
Produksi Produk
Terapetik dan
*Data Sementara
Indikator
psikotropika dan
prekusor dalam kegiatan
impor dan ekspor
Persentase Produk
Tembakau yang
Memenuhi Ketentuan
Persentase sarana
distribusi yang
menyalurkan bahan
dilarang untuk pangan
(bahan berbahaya) yang
sesuai ketentuan
(numerator : jumlah
distributor terdaftar
bahan berbahaya: 25)
Persentase kemasan
pangan yang tidak
memenuhi syarat
terhadap pangan
terdaftar (dari 200
sampel)
Jumlah advokasi lintas
sektor yang dilakukan
terkait bahan berbahaya
yang disalahgunakan
pada PJAS (Provinsi)
Jumlah pasar yang
diintervensi menjadi
pasar bebas bahan
berbahaya (kumulatif)
Persentase sarana
produksi obat yang
memiliki sertifikasi GMP
Target
Realisasi
Persentase
Capaian
40
40,21
100,53
48
51,11
106,48
14
12,59
101,64
10
10
100,00
77
77
100,00
85
83,66
98,43
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
83
No
3.9
3.10
84
Program/Kegiatan
Indikator
Perbekalan
Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT)
yang terkini (total jumlah
sarana 202 unit)
Persentase industri
farmasi yang memenuhi
persyaratan
prakualifikasi WHO
(dihitung dari 8 industri
yang potensial)
Jumlah pemeriksaan
terhadap industri farmasi
memiliki persetujuan
fasilitas bersama yang
menggunakan bahan
obat berpotensi
disalahgunakan
Persentase keputusan
penilaian makanan yang
diselesaikan tepat waktu
(dihitung dari 10.000
berkas)
Persentase keputusan
penilaian makanan untuk
industri makanan UMKM
yang diselesaikan tepat
waktu (dihitung dari 900
berkas)
Persentase penilaian
keamanan, khasiat, dan
mutu obat dan produk
biologi yang diselesaikan
tepat waktu (dihitung dari
4.000 berkas)
Persentase penilaian
obat prioritas yang
Penilaian Makanan
Penilaian Obat dan
Produk Biologi
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
Target
Realisasi
Persentase
Capaian
75
75
100,00
8
5
62,50
90
96,30
107,00
90
53,30
59,22
87
52,84
60,73
87
55,93
64,29
*Data Sementara
No
3.11
3.12
Program/Kegiatan
Penilaian Obat
Tradisional,
Kosmetika dan
Produk Komplemen
Standardisasi Obat
Tradisional,
Kosmetik dan
Produk Komplemen
Indikator
diselesaikan tepat waktu
(dihitung dari 20 berkas)
Persentase obat
tradisional, suplemen
makanan yang dinilai
tepat waktu (dihitung dari
2.000)
Persentase notifikasi
kosmetik yang dinilai
tepat waktu (dihitung dari
25.000)
Jumlah DIP (Dokumen
Informasi Produk) produk
kosmetik yang dinilai
Persentase UMKM
Kosmetik yang memiliki
pengetahuan mengenai
penyusunan DIP dan
keamanan produk
kosmetik (dihitung dari
490 sarana)
Jumlah regulasi,
pedoman, standar obat
tradisional yang disusun
Jumlah regulasi,
pedoman, standar
kosmetik yang disusun
Jumlah regulasi,
pedoman, produk
komplemen yang
disusun
*Data Sementara
Target
Realisasi
Persentase
Capaian
92
48,71
52,95
93
85,21
91,62
260
325
125,00
15
15,3
102,00
18
18
100,00
30
30
100,00
2
2
100,00
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
85
No
3.13
3.14
3.15
86
Program/Kegiatan
Standardisasi
Makanan
Standardisasi
Produk Terapetik
dan PKRT
Surveilans dan
Penyuluhan
Keamanan
Makanan
Indikator
Target
Realisasi
Jumlah standar yang
dihasilkan dalam rangka
antisipasi perkembangan
isu keamanan, mutu dan
gizi pangan
Jumlah standar yang
dihasilkan dalam rangka
mendukung Rencana
Aksi PJAS
10
10
Persentase
Capaian
100,00
4
4
100,00
Persentase UMKM yang
meningkat daya
saingnya berdasarkan
hasil grading (dihitung
dari 1800 UMKM)
Persentase kecukupan
standar obat yang
dimiliki dengan yang
dibutuhkan (dihitung dari
44 standar)
Jumlah pedoman
Inspeksi uji BE sesuai
Standar Internasional
Persentase
kabupaten/kota yang
menerbitkan P-IRT
sesuai ketentuan yang
berlaku (dihitung dari
jumlah kabupaten/kota
seluruh Indonesia 502
kabupaten/kota)
Persentase pangan
jajanan anak sekolah
(PJAS) yang memenuhi
60
43,67
72,78
94
-
100,00
2
2
100,00
12
-
100,00
90
68,40
76,00
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
No
3.16
3.17
Program/Kegiatan
Indikator
persyaratan keamanan
pangan (10.500 sampel)
Jumlah profil resiko
keamanan pangan yang
dikategorikan sebagai
early warning untuk
merespon permasalahan
keamanan pangan
Jumlah e-learning
Cluster IRTP di
Indonesia
Pemeriksaan
Persentase Laboratorium
secara
Badan POM yang
Laboratorium,
terakreditasi sesuai
Pengujian dan
standar (jumlah
Penilaian
laboratorium : 32
Keamanan, Manfaat laboratorium)
dan Mutu Obat dan
Makanan serta
Persentase sample uji
Pembinaan
yang ditindaklanjuti tepat
Laboratorium POM
waktu (dihitung terhadap
sampel yg diterima)
Jumlah metode analisis
yang divalidasi/
diverifikasi
Jumlah baku
pembanding yang
diproduksi
Persentase uji profisiensi
yang diikuti balai POM
yang inlier (dihitung dari
210 uji)
Investigasi Awal
Persentase temuan
dan Penyidikan
investigasi awal oleh
*Data Sementara
Target
Realisasi
Persentase
Capaian
2
2
100,00
2
2
100,00
100
96,88
96,88
90
54,92
61,02
30
54
180,00
60
58
96,67
80
105,24
131,55
47
38,22
81,32
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
87
No
Program/Kegiatan
Terhadap
Pelanggaran
Bidang Obat dan
Makanan
3.18
88
Riset Keamanan,
Khasiat, dan Mutu
Obat dan Makanan
Indikator
Target
Realisasi
Persentase
Capaian
60
53,72
89,53
12
20
166,67
40
27
40
27
100,00
100,00
PPNS yang
ditindaklanjuti secara
pro-justicia
Persentase berkas
perkara tindak pidana
obat dan makanan yang
telah diserahkan PPNS
BPOM (dihitung dari
jumlah kasus yang
ditindak lanjut secara pro
justicia, 47% dari 594
kasus =279 kasus )
Jumlah kasus
penyalahgunaan obat,
bahan obat dan bahan
berbahaya lain yang
terungkap
Jumlah metode analisis
Jumlah hasil kegiatan
riset yang dihasilkan
Badan POM RI | Report To The Nation Tahun 2014*
*Data Sementara
Download